You are on page 1of 80
MESTIKA ZED Yayasan Obor Indonesia Metode Penelitian Kepustakaan/Mestika Zed - cet. 1 — Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008 viii + 94 him; 14,5 x 21 cm Indeks ISBN 978-979-461-485-3 Judul: Metode Penelitian Kepustakaan, Mestika Zed Copyright © 2004 . Hak pengarang dilindungi undang undang All right reserved Diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Obor Indonesia, anggota IKAPI DKI Jaya Edisi pertama : Maret 2004 Edisi kedua : Januari 2008 YOI : 457.22.2.2004 Desain sampul _: Rahmatika Kreative Design Yayasan Obor Indonesia Ji. Plaju No. 10 Jakarta 10230 Telp. 31924488; 31926978; 3920114 Faks.: 31924488 e-mail: yayasan_obor@cbn.net.id http://www.obor.or.id APAKAH METODE PENELITIAN KEPUSTAKAAN? “T have always imagined that Paradise will be a kind of library” (Jorge Luis Borge) §1. Pengantar pustaka. Walaupun orang sering membedakan antara tiset kepustakaan (library research) dan riset lapangan (field research), keduanya tetap memerlukan pe- nelusuran pustaka. Perbedaannya yang utama hanyalah terletak pada tujuan, fungsi dan/atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing penelitian itu. Dalam riset lapangan, penelusuran pustaka terutama dimaksudkan sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian (research design) dan/atau proposal guna memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoretis atau mempertajam metodologi. Sedangkan dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih daripada sekedar melayani fungsi- fungsi yang disebutkan di atas. Riset pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data H ampir semua jenis penelitian memerlukan studi Metode Penelitian Kepustakaan penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. Idealnya, sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan atau dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Namun begitu sejumlah ilmuwan (dari berbagai bidang disiplin), terutama dari kelompok kajian sejarah, sastra dan studi agama, bahkan juga kedokteran dan biologi, tidak selamanya tergantung dengan data primer dari lapangan. Adakalanya mereka membatasi penelitian pada studi pustaka saja. Mengapa? Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, karena persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat penelitian pustaka dan sebaliknya tidak mungkin mengharapkan datanya dari riset lapangan. Studi sejarah umumnya, termasuk sejarah kedokteran, sejarah sensus, sejarah pemikiran atau sejarah ekonomi, tidak bisa lain, kecuali dengan mengandalkan riset pustaka. Namun begitu, sejumlah disiplin tertentu seperti studi Islam atau sastra adakalanya juga berurusan dengan riset pustaka. Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi pendahuluan (prelimanry research) untuk memahami lebih dalam gejala baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat. Ahli kedokteran atau biologi, misalnya, terpaksa melakukan riset pustaka untuk mengetahui sifat dan jenis-jenis virus atau bakteri penyakit yang belum dikenal baru-baru ini seperti “sindrom virus pernafasan akut” (severe acute respiratory syndrome - SARS). Ilmuwan sosial terpaksa mempelajari apa itu nagari di saat demam “kembali ke nagari” meramaikan wacana otonomi khas Sumatera Barat. Pakar agama tergugah untuk membuka kembali literatur untuk mencari jawaban yang lebih tegas tentang apa sikap Islam terhadap perang dan damai di saat berkecamuknya Perang Irak dewasa ini. Para pakar Islam juga terdorong Metode Penelitian Kepustakaan mempelajari kembali gejala ideologi-ideologi dalam agama Islam di masa lalu pada saat maraknya aliran-aliran Islam “sempalan” dewasa ini. Alasan ketiga ialah data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitiannya. Bukankah perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk riset ilmiah! Lagi pula, informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan orang lain, baik berupa laporan hasil penelitian, atau laporan-laporan resmi, buku-buku yang tersimpan di per- pustakaan tetap dapat dipergunakan oleh periset kepustakaan. Dalam kasus tertentu data lapangan diperkirakan tidak cukup signifikan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang akan dilakukan. Akhirnya riset pustaka tentu saja tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang selama ini. Apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Bab ini bukan bermaksud untuk mengajarkan bagaimana seseorang menjadi ahli perpustakaan, melainkan untuk memperkenalkan penelitian kepustakaan secara garis besar. Pertama-tama akan diuraikan ciri-ciri studi kepustakaan sebagai sebagai suatu metode yang otonom, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan terhadap sistem klasifikasi - koleksi perpustakaan, dan instrumen penelitian perpustakaan seperti alat bantu bibliografis, bibliografi kerja dan tahap-tahap penelitian kepustakaan. Metode Penelitian Kepustakaan §2. Empat Ciri Utama Studi Kepustakaan Setidaknya ada empat ciri utama penelitian kepustakaan yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa atau calon peneliti dan keempat ciri itu akan mempengaruhi sifat dan cara kerja penelitian. Ciri pertama ialah bahwa peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi-mata (eyewitness) berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan tersendiri pula. Kritik teks merupakan metode yang biasa dikembangkan dalam studi filologi, sedang ilmu sejarah mengenal ‘metode kritik sumber’ sebagai metode dasarnya. Demikian pula studi ilmu hadis juga memiliki semacam metode kritik teks yang khas sebagaimana yang biasa dipelajari dalam telaah mustalah hadis. Jadi perpustakaan adalah laboratorium peneliti kepustakaan dan karena itu teknik membaca teks (buku atau artikel dan dokumen) menjadi bagian yang fundamental dalam penelitian kepustakaan (lihat Bab 2). Ciri yang kedua, data pustaka bersifat ‘siap pakai’ (ready- made). Artinya peneliti tidak pergi ke mana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ibarat belajar bersepeda, orang tak perlu membaca buku atau artikel tentang bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan riset pustaka. Untuk melakukan riset pustaka, orang tak perlu menguasai ilmu perpustakaan. Satu-satunya cara untuk belajar menggunakan perpustakaan dengan tepat ialah langsung saja menggunakannya. Meskipun demikian, calon peneliti yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih perlu mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan penelitian atau untuk kepentingan membuat makalah. image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan No. Pengelompokan No. Pengelompokan 000 Karya Umum 500 Pengetahuan Murni 100 Filsafat 600 Pengetahuan Praktis/Tek- 200 Agama nologi 300 Pengatahuan Sosial 700 Kesenian 400 Pengetahuan Bahasa 800 Kesusateraan 900 Sejarah, Geografi dan Biografi Kesepuluh kelompok utama tersebut (000 a.d. 999) selanjutnya dirinci lagi ke dalam bidang-bidang tertentu. Sekedar contoh misalnya untuk kelompok utama nomor 000 Karya-Karya Umum (General Works) mencakup bidang-bidang berikut: 010 Buku Bibliografi dan Katalog; 020 Pengetahuan Perpustakaan dan Informasi; 030 Ensiklopedi Umum, 040 [masih kosong]; 050 Terbitan Berkala Umum; 060 Organisasi; 070 Jurnalistik/ Penerbitan/Surat Kabar; 080 Bunga Rampai; 090 Manuskrip dan Terbitan Langka. Pada kelompok yang terakhir (090) biasanya tersimpan karya-karya cetak berupa dokumen yang sudah diterbitkan, naskah kuno atau manuskrip dan pelbagai macam karya non- cetak pada umumnya. Kelompok koleksi bernomor 000-090 dirinci lagi ke dalam pembagian (klasifikasi) yang lebih kecil dan seterusnya. Metode Penelitian Kepustakaan Meskipun kesepuluh kelompok utama Sistem Dewey tersebut sampai saat ini tetap dipertahankan secara permanen, tetapi rincian dari masing-masing itemnya terus-menerus mengalami perubahan -- edisi terbaru kini sudah mengalami perbaikan sampai edisi ke-21. Mahasiswa atau calon peneliti yang ingin tahu lebih jauh edisi yang dipergunakan di perpustakaan tertentu tentu bisa menceknya sendiri dalam buku katalog atau mengkonsultasikannya kepada petugas perpustakaan. Selain dari Sistem Dewey masih ada lagi sistem Library of Congress (Perpustakaan Nasional) Amerika Serikat di Washington D.C. Namun kebanyakan perpustakaan kecil milik lembaga tertentu (perguruan tinggi, yayasan, mesjid, gereja, lembaga riset independen, LSM) yang tersebar di Indonesia biasanya menggunakan sistemnya sendiri-sendiri. Untuk itu calon peneliti disarankan agar berkonsultasi lang- sung dengan petugas perpustakaan. Pengenalan sistem klasifikasi ini jelas dapat membantu mahasiswa atau calon peneliti untuk mengarahkan ke dalam kelompok mana saja bahan penelitian yang diperlukan harus dicari. Jika ia adalah mahasiswa sejarah, maka sudah barang tentu ia akan mencari koleksi pada kelompok no. 900 dan seterusnya mencocokkannya dengan nomor-nomor desimal yang lebih kecil berdasarkan bidang-bidang yang lebih khusus. Misalnya berdasarkan kategori geografis (Asia, Asia Tenggara, Indonesia dan seterusnya ke tingkat lokal atau regional); mungkin juga berdasarkan bidang tertentu (agama, ekonomi, politik, kebudayaan, administrasi, pendidikan dan seterusnya). Kalau topik penelitiannya menggabungkan sejarah dan agama, ia tentu juga bisa masuk lebih jauh ke pengelompokan di bidang agama (200) dan dari sana meneruskannya ke nomor yang lebih kecil. Ini tidak berarti bahwa ia hanya perlu bergerak pada dua nomor kelompok Metode Penelitian Kepustakaan koleksi di bidang sejarah dan agama saja (900 dan 200). Selain itu ia mestinya juga melacak koleksi dari kelompok lain, entah itu ensiklopedi, jurnal ilmiah dan lain-lain di mana informasi tentang bahan yang dicarinya diperkirakan dapat ditemukan. Selanjutnya untuk masuk lebih jauh ke dalam rak buku perpustakaan, masih diperlukan informasi katalog. Katalog perpustakaan merupakan alat bantu bibliografi berisi daftar koleksi perpustakaan yang dirujuk dengan nomor-nomor tertentu menurut susunan Klasifikasi dan letaknya dalam perpustakaan. Katalog perpustakaan, baik yang tersedia dalam bentuk buku, buku katalog, maupun dalam bentuk kartu katalog yang dipergunakan oleh pengunjung sehari-hari, akan menuntun pengunjung perpustakaan untuk mencari letak bahannya dan selanjutnya untuk menyusun bibliografi kerja bagi penelitiannya (§ 5). Terlepas buku macam apa yang dicari (buku lama, buku multijilid, pengarang bersama atau kumpulan karangan) maka pada saat seseorang mulai menggunakan buku katalog atau kartu katalog koleksi perpustakaan, ia tentu sudah tahu jawaban “buku macam apa, dan bahan apa persisnya yang akan dicari”? Dengan kata lain sejak semula ia sudah tahu “apa yang diinginkannya” dan “apa yang tidak diinginkan”. Artinya proses seleksi. Lebih untung jika mahasiswa atau peneliti sudah mengetahui judul atau pengarangnya, maka ia bisa bekerja lebih hemat waktu. Seringkali pula terjadi bahwa pada saat pemakai perpustakaan tidak menemukan buku atau koleksi lain yang diinginkannya dalam rak yang tersedia, maka ia harus kembali ke katalog sebagai rujukan untuk meminta bantuan petugas pegawai perpustakaan. Tentu banyak cara untuk melacak sumber kepustakaan sebagaimana yang akan diutarakan di bawah nanti. Lagi pula, dewasa ini sebagian besar perpustakaan sudah menggunakan jasa komputer dalam Metode Penelitian Kepustakaan menyusun sistem katalognya. Sejumlah perpustakaan di kota Anda tinggal mungkin sudah menggunakan sistem komputer. Di Padang, misalnya, Perpustakaan Universitas Negeri Padang (UNP) dan bahkan juga perpustakaan Fakultas Ilmu- Ilmu Sosial (FIS), UNP Padang sudah lama menggunakan sistem komputer. §4. Alat Bantu Bibliografis Pelbagai macam jenis koleksi perpustakaan yang disebutkan di atas diklasifikasikan, disimpan dan dipajang dalam sistem klasifikasi tertentu. Tetapi apa pun sistem yang dipakai, mahasiswa atau calon peneliti sebaiknya mengenal beberapa koleksi terpilih berikut ini, yang dalam studi pustaka sering disebut alat bantu bibliografis. 1. Buku-buku Referensi (Reference books). Buku-buku referensi maksudnya ialah koleksi buku-buku yang memuat informasi spesifik dan paling umum serta paling sering dirujuk untuk keperluan cepat. Biasanya tidak untuk dibaca tamat secara keseluruhan, melainkan hanya untuk kebutuhan mencari jawaban tentang sesuatu secara singkat atau terfokus pada satu dua item tertentu saja. Untuk lebih jelasnya, yang termasuk buku-buku referensi antara lain ialah: a. kamus (kamus umum dan kamus khusus menurut disiplin tertentu); b. ensiklopedi (umum dan khsusus). c. buku indeks: indeks buku, artikel dari jurnal atau majalah berkala d. buku bibliografi berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu. e. buku tahunan (year book) berisi laporan peristiwa atau data tiap tahun dari pelbagai lembaga dan departemen. 10 Metode Penelitian Kepustakaan f. buku atlas atau tentang peta-peta, denah atau bagan. g- buku direktori berisi nama-nama dan alamat orang, organisasi dan macam-macam lembaga. Adakalanya juga memuat informasi kegiatannya. h. buku Who's Who dan/ atau Kamus Biografi. i. koleksi khusus (special material) mencakup bahan cetak seperti naskah lama, pamlet, kliping koran dan koleksi naskah juga karya non-cetak seperti hasil rekaman audio, kaset, video, mikrofilm, mikrofis dan bahan elektronik seperti disket, pita magnetik dan kelongsong elektronik (catridge) dan sebagainya. Semua koleksi ini biasanya tersimpan di ruang khusus yang disebut reference room atau ruang referensi dan umumnya tidak untuk dipinjamkan kecuali dibaca di tempat. . Bibliografi Buku-Buku Teks. Setiap bidang disiplin ilmu atau sub-disiplin ilmu tertentu pastilah memiliki buku standar di bidangnya atau buku rujukan yang khusus mengenai aspek-aspek tertentu. Buku-buku tentang studi Islam di Indonesia (termasuk sejarah dan ajarannya) dapat dilihat misalnya buku klasik karya Dr. G.F. Pijper, Studien over De Geschiedenis van de Islam in Indonesia, 1900-1950 (Leiden: EJ. Brill, 1977).' Buku Historiografi Indonesia. Sebuah Pengantar (terjemahan dari Edisi Inggris) Soedjatmoko (et al.) memuat sumber-sumber klasik tentang sejarah Indonesia dari bermacam bahasa dunia. Buku B.JO. Scrhieke berjudul Pergolakan Agama di Sumtera Barat. Sebuah Sumbangan Bibliografi (terjemahan, Djakarta: Bhratara, 1973), Yang lebih umum lihat misalnya publikasi yang diedit oleh W.P.H. Coolhaas dan direvisi oleh G,J., Schutte berjudul A Bibliographical Survey of Studies on Dutch Colonial History (The Hague: Martinus Nijhoff, 1980). 1 image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan mengenai surat kabar jaman Jepang, misalnya, meskipun tak begitu leng-kap, dapat ditemukan dalam buku A. Latief, Pers Indenesia di Zaman Pendudukan Jepang (Surabaya: Karya Abda, 1980). 6. Indeks Dokumen. Perpustakaan besar yang standar biasa- nya juga menyimpan dokumen-dokumen yang telah diter- bitkan. Dokumen banyak macamnya. Ada dokumen resmi pemerintah dan dokumen suasta atau pribadi. Laporan- resmi pemerintah daerah seperti Sumatera Barat dalam Angka yang diterbitkan tiap tahun oleh Pemda (Bapeda) Sumatera Barat hanyalah salah contoh saja. Demikian juga laporan- laporan dari departemen tertentu, misalnya, laporan kesehatan, urusan haji dari Depag, laporan pendidikan, laporan memori serah terima jabatan, pidato tahunan presiden, data sensus, dan seterusnya. Juga laporan-laporan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti laporan dari Forum Peduli Sumatera Barat (FPSB) tentang dugaan korupsi di DPRD Sumbar atau dokumen pendidikan yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan swasta termasuk dokumen swasta. Untuk bidang sejarah, laporan Belanda tentang pendidikan yang dikelola pemerintah atau laporan tentang aktivitas Sarekat Islam (SI) awal abad ke-20 sudah dicetak. Untuk bidang sejarah ini amat banyak contohnya. Salah satu di antaranya ialah sumber-sumber Belanda yang telah diterbitkan mengenai Pergerakan Nasional, diedit (disunting) oleh DR. S.L. van der Wal, berjudul De Opkomst van de Nationalistische Beweging in Nederlandsch-Indié (Munculnya Gerakan Nasional di Hindia-Belanda, 1967). Orang mungkin tak mengira bahwa korespondensi pribadi antara Gubernur Jenderal J. Van den Bosch, bekas Gubernur Jenderal Belanda yang terkenal dengan “sistem tanam paksa” di Jawa itu, dengan Jenderal D. De Eerens, bekas 14 Metode Penelitian Kepustakaan panglima tentara Belanda dalam Perang Jawa (Perang Diponegoro, 1825-30), tidak akan pernah ditemukan lagi. Padahal surat-surat mereka sudah diterbitkan kembali dalam Perticuliere Briefwisseling tussen J. Van den Bosch en D/J. De Eerens, 1834-1840, disunting oleh Dr. F.C. Gerretson dan Dr. W. Ph Coolhaas (Groningen: J.B. Wolters, 1960).? Surat-surat korespondensi antara Bung Hatta dan Ide Agung Anak Agung juga sudah diterbitkan dalam bentuk buku. Sebetulnya bukan mustahil untuk menemukan pelbagai indeks tentang riset sosial dan keagamaan yang diterbitkan oleh lembaga tertentu. Hanya saja selama ini kita mungkin tidak terlalu memikirkannya karena perpustakaan selama ini selalu diasosiasikan dengan koleksi buku-buku. . Indeks Manuskrip, yaitu semua naskah-naskah yang belum diterbitkan, termasuk dokumen laporan penelitian dan naskah-naskah kuno lokal atau copy/transkrip dari dokumen sejarah lama. Perpustakaan perguruan tinggi biasanya juga menyimpan manuskrip berupa karya kesarjanaan berupa skripsi, tesis dan disertasi serta laporan penelitian dosen sesuai dengan bidang atau jurusannya masing-masing. Naskah-naskah kuno atau dokumen- dokumen unik biasanya juga dapat ditemukan dalam perpustakaan. Di daerah Riau, misalnya, terdapat tumpukan naskah-naskah lama bertulis Arab-Melayu Islam yang berlimpah. Naskah-naskah tersebut merupakan warisan sejarah Islam Melayu masa lalu di daerah itu, khususnya di Pulau Penyengat. Sejak beberapa tahun belakangan, kebijakan baru Arsip Nasional di Jakarta telah memungkinkan peneliti untuk memperoleh copy arsip Untuk mendapatkan informasi pendahuluan tentang beberapa jenis koleksi bahan arsip Belanda yang berhubungan dengan penelitian sejarah Indonesia lihat, misalnya, Mona Lohanda, Sumber Sejarah dan Penelitian Sejarah (1998). 15 image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan c. lembaran kerja khusus, baik untuk mencatat pertanyaan- pertanyaan penelitian, maupun untuk membuat agenda kerja, dan lain-lain. Memang, dalam proposal penelitian, persoalan penelitian sudah dirumuskan sedemikian rupa; biasanya terbatas pada satu dua pertanyaan saja. Namun di balik pertanyaan besar itu tersembunyi sejumlah besar pertanyaan yang mesti dijawab lewat kegiatan penelitian. Dalam penelitian lapangan, pertanyaan itu muncul dalam bentuk angket atau lembaran questionair. Sementara dalam penelitian kepustakaan daftar pertanyaan panjang itu disusun dalam lembaran kerja. Di samping itu, catatan lembaran kerja juga digunakan untuk membuat semacam “lembaran kerja direktori” berupa alamat-alamat perpusatakaan atau orang-orang yang akan dihubungi untuk membantu memberikan informasi atau untuk meminjam bahan kepustakaan, dan tentu saja juga “time-schedule” (penjadualan kegiatan penelitian) atau agenda-agenda kerja (fotokopi, membuat janji, menemui pembimbing dan pemanfaatan waktu untuk membaca dan mencatat bahan penelitian). 3. sebuah kotak tempat menyimpan kartu. Ini bisa dengan memanfaatkan, misalnya, kotak sepatu atau membeli sebuah kotak khusus untuk itu di toko alat tulis. Pelbagai macam jenis kotak plastik yang dijual di toko alat rumah tangga juga bisa digunakan sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Langkah Kedua: Menyusun Bibliografi Kerja Tugas pertama dalam riset kepustakaan sebenarnya mulai dengan menyusun bibliografi kerja. Bibliografi kerja ialah ca- tatan mengenai bahan sumber utama yang akan dipergunakan 19 image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan Objek — atau lebih baik disebut subjek — periset kepusta- kaan terbenam dalam timbunan koleksi perpustakaan berupa teks-teks (nash) yang harus dicari dan dikumpulkan serta dibentuk menurut kerangka penelitian yang sudah dibangun sebelumnya. Timbunan bahan bacaan penelitian dalam hutan belantara kata-kata diklasifikasikan berdasarkan kelompok koleksi, displin, judul, topik dan sub-topik yang tak terhitung jumlahnya dalam suatu subjek yang ditulis oleh pakar dan sebagian mungkin amatiran. Kenyataan ini mengingatkan kita kembali kepada karakteristik studi kepustakaan (§2) yang membutuhkan pendekatan dan teknik-teknik yang berbeda pula dari riset lapangan. Pembahasan yang lebih rinci tentang bagaimana teknik membaca dan membuat catatan penelitian kepustakaan akan dikemukakan dalam dua bab terpisah di belakang nanti. Di sini cukup dikatakan bahwa jika per- pustakaan adalah laboratorium bagi riset kepustakaan, maka seorang periset kepustakaan yang bersungguh-sungguh tentu akan segera belajar menemukan cara-cara yang efektif dan sederhana untuk menghemat tenaga, waktu dan pikiran dengan jalan mengenali medan yang akan ditempuhnya. Dan dengan demikian dapat menyiapkan dirinya secara lebih baik untuk mengerjakan penelitiannya guna mencapai hasil yang, optimal. §5. Teknik Penyusunan Bibliografi Kerja 1. Sebuah catatan bibliografis haruslah memuat informasi lengkap tentang nama pengarang (biasanya nama akhir ditulis pertama) dan seterusnya judul lengkap buku atau artikel, tempat (kota) penerbit, nama penerbit dan tahun terbit. Jika karya tersebut terdiri dari beberapa jilid, jangan lupa me- nyebutnya jilid mana yang dipakai, semua atau sebagian dan edisi yang ke berapa. Begitu juga jika karya tersebut adalah karya terjemahan, maka jangan lupa menyebut pe- 23 image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan 3. Jurnal/ Buletin/ Majalah Mestika Zed “Hamka dan Penulisan Sejarah Islam di Indonesia” dalam Historia, Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. IL, No. 3 (2001), pp. 1-25. UPI Bandung 25 4. Artikel dalam Surat Kabar (koran) Judul Buku Kota Penerbit Halaman Abdullah, S.Ag. “Konsep Damai dan Perang dalam Islam:” Padang Ekspres; Jamat 11 April 2003. Padang hal.4 27 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available Bagaimana Teknik Membaca Bahan Kepustakaan khususnya bagi mereka yang merasa baru dalam hal kritisisme dan berpikir kritis. Jika perlu pembaca juga diminta untuk menyeleksi beberapa pertanyaan yang dianggap paling bermanfaat, katakanlah, lima sampai tujuh pertanyaan, tergantung pada tujuan. Selain untuk kepentingan penelitian mungkin juga untuk menulis tiga lembar ulasan kritis mengenai sebuah buku untuk artikel resensi buku. Namun sejauh berkenaan dengan bahan bacaan untuk penelitian, khususnya buku dan artikel, pertanyaan utama ialah bahan bacaan mana yang pertama kali harus dibaca? Apakah buku atau artikel jurnal? Buku yang mana dan artikel yang mana? Pilihannya berada di tangan Anda, tetapi rasionalnya tentu berkenaan dengan bahan yang dianggap paling relevan untuk kepentingan penelitian. Artinya bahan yang diperkirakan paling sering dipergunakan sebagai tujukan dan paling mendasar informasinya. Untuk peneliti pemula disarankan agar mulai dengan artikel, tetapi jika sulit menemukan bahan yang tepat, mulailah dengan buku teks yang paling lazim dipergunakan di bidangnya. A. Kesan Umum, Tujuan dan Tesis Utama Buku 1. Bukalah buku tersebut dan baca Pengantar, Daftar Isi dan Pendahuluan, serta jangan lupa keterangan penerbit pada sampul buku tersebut. Ini akan membantu menjawab per- tanyaan-pertanyaan awal berikut: apa kesan umum tentang tulisan yang sedang di tangan Anda? Apa dasarnya Anda berpendapat demikian? Jadi, tulis argumen Anda dan bagaimana Anda sampai kepada penilaian demikian? Apa persisnya jenis informasi yang diharapkan dari dari buku tersebut (apakah untuk menyerap informasi faktual, gagasan konseptual atau dipersiapkan menulis suatu artikel resensi buku atau untuk diterbitkan). Sejauh mana harapan Anda terpenuhi dengan membaca buku tersebut? 33 image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan 14. Apakah buku tersebut menyediakan informasi yang cu- kup dan bermutu tentang masalah yang ditulisnya? Apa- kah buku tersebut dibahas (dianalisis) secara tajam dan rinci atau sebaliknya sangat “sumir” atau hanya garis- garis besarnya saja? Seandainya Anda menjadi editor buku yang dibaca tersebut, apa kira-kira yang perlu Anda per- baiki atau tambahkan untuk membuat buku tersebut keli- hatan lebih menggigit dan kompak? Apa pula gerangan yang akan dibuang, karena dianggap tak begitu relevan atau mubazir? Terangkan argumen mengapa Anda melakukan penyuntingan (editing) demikian? 15. Di mana dan bagaimana struktur penulisan buku itu ke- lihatan sinkron dengan pokok bahasannya? Apakah po- kok bahasan buku itu memperkuat atau kontradiksi de- ngan buku-buku serupa atau informasi lain yang pernah Anda baca atau dengan tugas yang didiskusikan dalam kelas? Coba terangkan, jika perlu menolak atau sebaliknya mendukung perbedaan-perbedaan itu? 16. Apa buku itu, menurut Anda, ditulis dengan cukup baik, profesional atau amatiran atau ceroboh? Jika Anda ingin menggunakan sutipan tak langsung dari buku tersebut untuk mencontohkan gaya atau penekanan tesisnya, da- patkah Anda meringkasnya sesingkat mungkin; jangan lebih dari satu kalimat! F. Ilustrasi Grafik, Catatan Kaki, Lampiran dan Indeks 17. Jika buku atau artikel yang sedang dibaca memuat ilustrasi grafik (seperti gambar, tabel, diagram atau lampiran- lampiran), apakah ilustrasi tersebut memang membantu mempermudah pemahaman Anda untuk mengikuti alur pikiran pengarang? Apakah grafik tersebut juga diterang- kan dalam uraian teks? Jika begitu, apakah narasi (uraian dalam bentuk teks) memperjelas alur pikiran penulis de- 40 image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available BAGAIMANA MEMBUAT CATATAN PENELITIAN KEPUSTAKAAN? “Order and simplication are the first toward mastery of a subject — the actual enemy is unknown.” ( Thomas Mann) §1. Pengantar dengan uraian pengantar tentang karakteristik studi pustaka dan beberapa instrumen yang diperlukan dalam rangka penelitian kepustakaan. Bab terdahulu juga telah membicarakan teknik membaca kritis untuk tujuan penelitian yang juga bisa digunakan sebagai petunjuk untuk membuat tinjauan buku (book review). Dalam bab ini akan diperbincangkan tentang bagaimana membuat catatan penelitian sebagai kelanjutan dari perbicangan dua bab sebelumnya. Kegiatan mencatat bahan penelitian boleh dikatakan tahap yang paling penting dan barangkali juga merupakan puncak yang paling berat dari keseluruhan rangkaian penelitian kepustakaan. Mengapa? Paling tidak ada dua alasan yang patut dikemukakan. D alam dua bab terdahulu pembaca telah diperkenalkan 47 image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available Bagaimana Membuat Catatan Penelitian 8. Konfirmasikan referensi lain yang diperlukan untuk meme- cahkan keragu-raguan yang terdapat dalam teks tertentu. 9, Adakah pernyataan dalam teks memberikan pengetahuan yang meyakinkan Anda secara rinci sehingga tak lagi memerlukan koroborasi? Koroborasi adalah bagian utama yang kompleks dari metode sejarah untuk membandingkan dua atau lebih sumber untuk memecahkan masalah bukti-bukti sejarah yang kontradiktif atau yang saling bertentangan. Dalam hal ini kredibilitas dari sebuah sumber perlu dikoroborasi (harfiah “bukti penguat”) dengan melakukan konfirmasi dengan fakta sejarah atau fakta ilmiah lainnya yang diketahui. Koroborasi seringkali meru- pakan ujian yang menentukan kebenaran suatu pernyataan setelah melewati kritik internal di atas. Erat kaitannya dengan koroborasi ada lagi yang dinamakan proses koligasi (colligation). Koligasi adalah istilah teknis dalam filsafat, khususnya berkaitan dengan metode interpretasi sejarah, di mana suatu peristiwa sejarah hanya dapat dime- ngerti bila dihubungkan dalam konteks peristiwa dan keadaan khusus. Tetapi koligasi sebetulnya umum dikenal dalam semua disiplin ilmu karena ia merupakan upaya meng- gabungkan atau menghubungkan sejumlah fakta tertentu dengan konsepsi umum atau hipotesis. Dalam studi sejarah khususnya, koligasi ialah prosedur menerangkan suatu peris- tiwa dengan melacak hubungan intrinsiknya dengan peristiwa-peristiwa lain dan menempakannya dalam konteks sejarahnya. Contoh-contoh khas dari proses koligasi ialah konsep-konsep umum seperti “renaisans”, “klasik”, “moder- nisasi”, “fasisme” dan “revolusi”. Semua konsep ini berasal dari setting fakta peristiwa sejarah tertentu yang kemudian digeneralisasikan. Analisis teks mestinya juga bisa meng- gunakan korobarasi dan koligasi. 75 image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available Lampiran 2 arsip analisis analytic memos bibliografi bibliografi beranotasi SENARAI") aslinya berarti ‘tempat menyimpan dokumen’ dan bukan dokumen itu sendiri harfiah urai, pilah ialah upaya sistematik untuk menguraikan isu penelitian dengan memilah- milahkan atau menguraikan komponen informasi yang telah dikumpulkan ke dalam bagian-bagian atau unit-unit analisis. Ada banyak model analisis semisal “analisis isi”, “analisis statistik”, “analisis sejarah” dll. menggabungkan atau menghubung-hubung- kan informasi dari catatan-catatan bahan bacaan yang satu dengan yang lain dalam satu tema “heading” tersendiri. daftar informasi buku-buku karya pengarang atau ahli dalam pelbagai bidang, pengarang, keahlian dan penerbit tertentu. bibliografi yang lebih rinci, tidak hanya berisi informasi tentang identifikasi buku (penga- rang, judul dan penerbit), tetapi juga mem- berikan keterangan tentang sinopsis isi buku dan literatur terkait.Bibliografi jenis ini me- miliki tingkat kecanggihan yang berbeda-beda. ° = kosakata baru untuk “daftar istilah”. 82 image not available SEROMA Crain gagal memperoleh bahan-bahan, suasana dan kesempatan NOU e cma antire coe or E Cn men ley penelitian pada umumnya dan penelitian kepustakaan DNC me yee STU MB ie OMe LL eC RCN TSETsel hy Porc uer CM Cm erence Ore) ertme citer kepustakaan. Oleh karena itu, buku ini ditulis sebagai bagian dari upaya untuk menjawab kekecewaan atas kelangkaan Le etm nee Ome ea oC rm e reo s Sot penting dan mendasar, tetapi tampaknya luput atau mungkin lino crime pms ic ls mice (eee LOC CORLL! ditujukan kepada calon peneliti atau peneliti pemula, apa pun bidang disiplinnya. Yayasan Obor Indonesia ul. Plaju No. 10 Jakarta 10230 Telp. 31924488; 31926978; 3920114 Fax. 31924488 @-mail:yayasan_obor@cbn.net.id http:/Awww.obor.or.id

You might also like