You are on page 1of 30
KURIKULUM KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PPSDM KESEHATAN PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN 2016 KATA PENGANTAR Peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya masyarakat awam dalam Penanganan gawat darurat merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan penurunan angka kematian dan kecacatan. Upaya penurunan angka kematian dan kecatatan pada korban di tempat kejadian perkara umumnya dilakukan oleh orang sekitar terjadinya bencana/kecelakaan, Dibutuhkan keterampilan yang memadai bagi orang dalam hal ini masyarakat awam dalam menolong korbannya. Dengan disusunnya Kurikulum Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi masyarakat awam yang telah ditatih dalam menolong korban yang ditemukan di lokasi tempat kejadian perkara Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam tersusunnya Kurikulum Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam. Jakarta, Juni 2016 Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Suhardjono, SE, MM. NIP.195608271979111001 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB | PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. _ Filosofi Pelatihan BAB Il PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI A. Peran 8B. Fungsi Cc. Kompentensi BAB Ill TUJUAN PELATIHAN A. Tujuan Umum B. Tujuan Khusus BAB IV STRUKTUR PROGRAM BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Materi Dasar 1 Kebijakan Pelatinan SDM Kesehatan Materi Dasar 2 Kebjakan Penanggulangan Kegawatdaruratan Materi inti 1. Konsep Bantuan Hidup Dasar Materi inti 2. Identifikasi Korban Materi inti 3. Identifikasi Alur Pertolongan Korban Materi inti 4. Teknik Bantuan Hidup Dasar Materi inti 5. Teknik Stabilisasi, Evakuasi dan Mobilisasi pada korban Materi Penunjang 1. Building Learning Commitment Materi Penunjang 2. Rencana Tindak Lanjut Materi Penunjang 3. Anti Korupsi BAB VI DIAGRAM ALUR PROSES PEMBELAJARAN A. Proses Pembelajaran B. Metode Pembelajaran C._ Rincian Rangkaian Alur Proses Pelatihan & ODN DOO OHA ee 10 12 13 14 15 16 17 19 19 20 20 BAB VII PESERTA, PELATIH A. Peserta B. _ Pelatih/Fasilitator/Instruktur BAB VIIl PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN A. Penyelenggara B. _Tempat Penyelenggaraan BAB IX EVALUASI A. Evaluasi terhadap Peserta B. _Evaluasi terhadap Pelatih/Instruktur C. Evaluasi terhadap Penyelenggara Pelatihan BAB X SERTIFIKASI 22 22 22 2, 23 23 24 24 24 24 26 mm BABI PENDAHULUAN Sa A. LATAR BELAKANG Pada kondisi saat ini masyarakat Indonesia sudah sangat sering dihadapkan pada situasi krisis kesehatan. Dengan adanya krisis kesehatan mengakibatkan kondisi gawat dan darurat yang dapat menyebabkan orang mati, sakit parah atau cacat bila tidak segera diambil tindakan segera. Kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kejadian ini dapat berupa Suatu insiden kecil atau suatu bencana yang melibatkan penderita dalam jumlah besar. Dalam suatu peristiwa yang membutuhkan penangangan medis biasanya Orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada ditempat kejadian atau anggota keluarga penderita tersebut. Mereka yang berupaya memberikan pertolongan ini memiliki berbagai tingkat pengetahuan mulai dari tidak terlatin sampai mereka yang mungkin sudah terlatih. Ada waktu antara pertolongan dilapangan sampai korban dapat memperoleh pertolongan oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan sehingga masa tenggang inilah yang harus diisi. Akibat dari situasi tersebut secara langsung dirasakan oleh masyarakat yang merupakan korban namun sekaligus juga merupakan ujung tombak penanggap pertama dari korban, yang dapat mengancam jiwa atau kesehatan mereka. Oleh karena itu dibutuhkan kesigapan masyarakat dalam menolong korban, diantaranya yaitu dengan memberikan Bantuan Hidup Dasar. Tindakan bantuan hidup dasar yang dilakukan oleh orang yang berada di sekitar penderita segera setelah kejadian dapat meningkatkan kelangsungan hidup penderita. Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang terlambat dan tidak sesuai dengan prosedur, akan mengakibatkan gagalnya upaya penyelamatan terhadap korban Bantuan Hidup Dasarmerupakan tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Tujuannya adalah untuk memperoleh oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai peru dan jantung dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuhnya sendiri secara normal. Saat ini Pemerintah telah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi kegawatdaruratan sehari-hari dan saat keadaan bencana. Untuk itu, agar masyarakat semakin mandiri dalam bidang kesehatan khususnya dalam menghadapi kegawatdaruratan dan bencana, maka perlu ditingkatkan pengetahuan dan kemampuannya melalui suatu bentuk pelatihan berupa pelatihan Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam agar dapat diperoleh sumber daya manusia yang profesional dan terampil sehinggamasyarakat dapat mengenal serta melakukan tindakan pertolongan bagi korban bencana, sakit maupun kecelakaanmelalui pemberian Bantuan Hidup Dasar dengan baik dan benar Oleh karena itu berdasarkan hal tersebut diatas tentunya diperlukan suatu pelatihan bantuan hidup dasar bagi masyarakat awam yang terstandarisasi dan bermutu Adapun untuk dapat menyelenggarakan pelatihan tersebut maka diperlukan kurkulum dan modul “Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam’” yang terakreditasi sehingga pelatihan tersebut bermutu dan terstandarisasi. B. FILOSOFI PELATIHAN Pelatinan Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam, diselenggarakan dengan memperhatikan 1. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk a, Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan. 2. Berorientasi kepada peserta, peserta berhak untuk: a, Mendapatkan kurikulum dan modul pelatihan. b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan berbagai metode, melakukan umpan balik dan menguasai materi pelatihan. c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik cara menyampaikan (visual), bahasa yang digunakan (auditorial), maupun gerak (kinestetik) d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing. €. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka, f. Melakukan evaluasi (terhadap pemeriksa maupun fasilitator) dan dievaluasi tingkat pemahaman dan kemampuannya 3. Learning by doing, yang memungkinkan peserta untuk: te Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan dengan berbagai kasus yang ada di lapangan dengan menggunakan metode pembelajaran antara lain diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, ro/e play, dan latihan (exercise) baik secara individu maupun kelompok. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa periu dengan bimbingan fasilitator. BAB Il PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI Neen SSS A. PERAN Setelah mengikuti pelatihan, peserta memiliki peran sebagai tenaga awam yang dapat memberikan pertolongan pertama saat kejadian berupa bantuan hidup dasar pada korban. B. FUNGSI Dalam melaksan perannya peserta memiliki fungsi sebagai berikut 1. Mampu menjelaskan konsep Bantuan Hidup Dasar. 2. Mampu melakukan identifikasi korban. 3. Mampu melakukan identifikasi alur pertolongan korban. 4. Mampu melakukan teknik Bantuan Hidup Dasar. 5 Mampu melakukan teknik stabilisasi, evakuasi dan mobilisasipada korban C. KOMPETENS! Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi dalam : 1. Mampu menjelaskan konsep Bantuan Hidup Dasar. 2, Mampu melakukan identifikasi Korban. 3. Mampu melakukan identifikasi alur pertolongan korban, 4, Mampu melakukan teknik Bantuan Hidup Dasar. 5. Mampu melakukan teknik stabilisasi, evakuasi dan mobilisasi pada korban BAB III TUJUAN PELATIHAN SSS A. TUJUAN UMUM Setelah mengikuti pelatinan, peserta mampumemberikan pertolongan pertama Saat kejadian pada korban yang mengalami sakit, cedera, atau kecelakaan yang membutuhkan bantuan hidup dasar. B. TUJUAN KHUSUS Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu 1. Mampu menjelaskan Konsep Bantuan Hidup Dasar. 2. Mampu melakukan identifikasi korban. 3. Mampu melakukan identifikasi alur pertolongan korban. 4, Mampu melakukan teknik Bantuan Hidup Dasar. 5 Mampu melakukan teknik stabilisasi, evakuasi dan mobilisasi pada korban, BAB IV STRUKTUR PROGRAM Untuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan tersebut, maka disusun materi pelatihan sesuai struktur program dengan jumiah keseluruhan jam pelajaran (JP) sebanyak 40 (empat puluh) sebagai berikut WAKTU (JPL) | NO MATERI T [P| Pel Mt A __MATERI DASAR 14. Kebijekan Pelatinan SOM Kesehatan a eso | 2 2. | Kebijakan Penanggulangan Kegawatdaruratan | 2 | 0 2 B_ MATERIINTI lees | 1. Konsep Bantuan Hidup Dasar a Yo [0 | 2 2. | Identifikasi Korban 2y 2, 0] 4 13. Identiikasi Alur Pertolongan Korbe ag sio| 6 4. Teknik Bantuan Hidup Dasar 2|6/o]s 5. Tektik Stabilisasi, evakuasi dan mobilisasiPada pe a ee C | MATERI PENUNJANG . ie a | 14 | Building Learning Commitment Oa yo 2 2 | Rencana Tindak Lanjut pele tonya 3 Anti Korupsi 2[o/[o|2| JUMLAH 16 | 24| 0 | 40 Keterangan: 1 Jpl !45 Menit T: Teori P: Penugasan PL: Praktek Lapangan BAB V GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) NOMOR :MD4 MATA DIKLAT : KEBIJAKAN PELATIHAN SDM KESEHATAN ALOKASI WAKTU :2JPL (T=2 JPL; P=0 JPL; PL=0 JPL) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM _: Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan Kebijakan Pelatihan SDM Kesehatan. | TUJUAN r | aT 7 - - PEMBELAJARAN POKOK DAN No | Ratinues Sus’ POKOK BAHASAN | METODE ALAT BANTU | REFERENSI ee al pl ee SELeIaY proses penibelajaran gesers pelathan mamas 1 | Menjelaskan dasar | Dasar hukum tentang °c © White Board — 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 hhukum penyelenggaraan pelatinan |. Cyrah * Slide digital | teniang Kesehatan penyelenggaraan | Kesehatan Kesehatan: pendapat * Desktop Proj 2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun | pelatihan | 4. Undang-Undang Nomor * PC/Laptop | 2012 tentang Pelaksanaan Undang- Neseharan | Penyelenggaraan Ibadah Haji: | 6, Unelang-Undeeg Nomar 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2013 Tentang Pedoman Rekrutmen Petugas Kesehatan Haji Indonesia, 4, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelalihan Bidang Kesehatan; | | | kesenatanNonor 725/Menkes/SK/VI2003. | Penyetenagaraan | Kesehatan TUJUAN PEMBELAIARAN | POKOK DAN HUSUS | SUB POKOK BAKASAN METODE ALAT BANTU REFERENS! Menjelaskan | Kebijakan peningkatan kebljakan peningkatan | diklat aparatur dalam diklat aparatur dalam | pembangunan Kesehatan pembangunan kesehatan NOMOR :MD2 MATA DIKLAT EBIJAKAN PENANGGULANGAN KEGAWATDARURATAN ALOKASI WAKTU 2 2 UPL (T=2 JPL; P=0 JPL; PL: TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM. ji Kegawatdaruratan. TUJUAN PEMBELAJARAN | POKOKDAN SUB POKOK J A ] xo | e | KHUSUS. | BAHASAN METODE | ALAT BANTU | REFERENSI! | Sstelah proses pembelajaran peserta pelatinan mampu a % eet 1. | Menjlastan Kebiakan 1. Kobjskan Kerientrian Kesehatan”. « OTU7 + Whe board] 7.” Sisten— Penanagutengan | Kementeran Kesohatan Dalam |" Dalam Penanganan F cian Penanganan Kegawatdaruratan Kegawatdaruratan * (SPGDT) Direktorat Jenderal os ° pendant ig, Galion Po Eee wea | ™ aptop terian. 1, | Marjan pbigenian 2. Pengertan Kegawatdaruratfl enerieran _Keeenaian kegawatdaruratan 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor el Tahun 2013 3. | Menjelesken peraturan 3. Peraturan perundang-undangan Tenlang Penanggulangan | Perundang-undangan Penanganan kegawatuaruratan Penanganan kegawatdaruratan Knsis Kesehatan. | * Sie data | Gawat__Darurat Tera | Pra RS (SPGDT Pra RS) (SPGDT Pra RS) dalam penanganan kegawatdaruratan Pra RS | | kegawatdaruratan Pra RS Menjelaskan Safe Community | 6. Safe Community —_ | NOMOR MLL14 MATA DIKLAT ALOKASI WAKTU TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM : KONSEP BANTUAN HIDUP DASAR: 2UPL (T=2 JPL; : Setelah mengikuti materi JPL; PL=0 JPL) peserta mampu menjelaskan konsep Bantuan Hidup Dasar. ’ see Reeth |sauuuag American Heart Association, Guidelines update for CPR and stabilisasi pada setiap Rage USA, AHA Press, | kejadian, pada setiap * Desktop Project | | kejadian + PC/Laptop 2. Cambridge Dictionary (2016) Cambridge Dictionary Ontine + Balut hiip//dictionary.cambridge. orgidictionary/english’poisondiakse Melakukan teknik 2, 2. Teknik + Bidai s tanggal 14 Apri 2016. ‘evakuasi pada setiap aia Tae + Tandu kejadian pada setiap Tee 3. Oxford Dictionary (2016) Oxford dictionary ilocien 3 online http://www oxforddictionaries.com/definition/englishieva 5 + Spalk 3 buah ‘uate diakses tanggal 45 Juni 2016; ‘Melakukan Tekn ey + Long spine board mobilisasi pada feknil * Collar neck 4. World Health Organization (2007) Mass casually management pada setiap capacity. Geneva; WHO Press, kejadian 5. World Health Organization (2016)Guidelines for Poison Controt international Program for Chemical Safety, http sive who in ipcs/publicationsftraining_poisons/quidelines_poison_controvle index3.him!_diakses tanggal 14 April 2016. | | i Setiap kejadian | mobilisasi systems : strategies and guidetines for building health sector 14 NOMOR MATA DIKLAT ALOKAS!I WAKTU. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM No Selelah proses pembelajaran peserta pelatha TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS: iMP.1 : BUILDING LEARNING COMMITTMENT (BLC) 22 JPL (T=0 JPL; P=2 JPL; PL=0 JPL) : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu berprilaku positif po: berkomitmen untuk mengikuti proses pembelajaran secara aktif. +. | Mengenal dlantara waraa pembelajar pada pelathian Pengembangan Klink Sanitasi 2. | Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif 3. | Merumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses pembelajaran svatu materi maupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatihan 4. | Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga pembelajar selama pelatihan beriangsung Merumuskan kesepakaatan bersama tentang kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas selama pelatihan berlangsung 3. Harapan dan kekhawatiran bersama 4, Norma Kelas 5, Kontrol Kolektif (punishment) MATER! POKOK DAN SUB MEDIA DAN MATERI POKOK MeTOR? BANTU in mampu b Th. 1, Perkenalan seluruh Curah > White board individu yang terlivat Pendapat | « Flip chart dalam petathan Dialogue + Kertas HVS | Hubungan |» Panduan games 2, Penylapan dini (mental) saling silang | Panduan simulasi Games Simulasi ALAT REFERENS! 1. Agustinus Susanta, Merancang Cutbound Training Profesional, Penerbit Andi, Jakarta, 2008 2. Dr. Juni Pranoto, M.Pd & Dra, Wahyu Suprapti, MM,MembangunKerjasama Tim (Team Building), LAN | Ri, Jakarta, 2009 3. Jhon Davis, dk, Succestull team Building, Ai Bahasa Kestadi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997 4, Robert B Maddux, Team Building Terampil Membangun Kerjasama ‘Tim Handal, Edisi kedua, P-T. Airlangga, Surabaya, 2001 15 NOMOR :MP.2 MATA DIKLAT : RENCANA TINDAK LANJUT ALOKAS! WAKTU : 2 JPL (T=0 JPL; P=2 JPL; PL=0 JPL) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM _: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat Rencana Tindak Lanjut untuk diterapkan di wilayah kerja masing-masing. METODA WRCapAN pay REFERENS! KHUSUS I SUB POKOK BAHASAN BANTU TUJUAN PEMBELAJARAN | POKOK BAHASAN DAN ‘| Jajaran peserta pelatihanmempu 1. | Monjelaskan pengertian dan ]1. Pengertan dan ruang ingkup |» Gafamah | > while board ite, ruang lingkup RTL RTL + Tanya Jawab | Slide digital + penugasan | 6 Desktop Project | 2. | Menjelaskan langkah- 2. Langkat-langkah penyusunan + Pleno/ = PC/Laptop langkah penyusunan RTL RTL presentasi ‘¢ Format RTL. Chart untuk kegiatan yang Gantt (Gantt Chart) akan dilakukan el 3 | tn Gantt [3 Formulirisian RTL dan bagan 16 NOMOR MATA DIKLAT ALOKAS!I WAKTU TUJUAN PEMBELAJARAN UM sMP.3. : ANTI KORUPSI 2 JPL (T=2 JPL; P=0 JPL; PL=0 JPL) UM Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Anti Korupsi No | TUSUAN PEMBELAJARAN | POKOK BAHASAN DAN | kHUSUS SUBPOKOK SAHASAN | METODA | MEDIADAN ALAT BANTU __ REFERENS! Selelah proses pembelajaran peserta pelatinan mampu r Sars : 1. | Menjelaskan konsep korupsi_ | 1. Konsep korupsi ~ | * Curah '* Modul - 1. Undang-undang Nomor 20 a. Definisi korupsi pendapat + Bahan tayang Tahun 2001 tentang b. Cri-ciri korupsi * Ceraman tanya | » Komputer Perubahan Atas Undang- ©. Bentukijenis korupsi jawab + Flipchart undang Nomor 31 Tahun d. Tingkatan korupsi + Latinan kasus | » Spido! 1999 tentang fe. Faktor penyebab korups! Pemberantasan Tindak t 2. | Konsep anti korupsi 3. | Upaya pencegahan korupsi dan pemberantasan korupsi Tata cara polaporan dugaan pelanggaran tindak pidana korups Dasar hhukum tentang korupsi 2. Konsep anti korupsi a. Definisi anti korupsi b. Nila-nilai anti Korupsi ©. Prinsip-prinsip anti korupsi 3. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi a. Upaya pencegahan Korupsi b. Upaya pemberantasan korupsi ©. Strategi komunikasi Pemberatasan Korupst (PK) 4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran Tindak Pidana Korupsi (TPK) ‘a. Laporan b. Penyelesaian hasil penanganan pengaduan Pidana Korupsi Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 232/MENKESISK/VI/2013 tenia Seat) | Komunikasi Pekerjaan dan Budaya Anti Korupsi 17 | TUJUAN PI A _ NO a eee PORDICEANRS AD AN! METODA I MEDIA DAN ALAT BANTU REFERENS! KHUSUS, SUB POKOK BAHASAN Seielah proses pembelajaran peserta pelatihan mampu ‘masyarakat | © Pengaduan Tatacara penyampaian | pengaduan |e. Tim penanganan pengaduan | | masyarakat terpadu di | | lingkungan Kemenkes. {. Pencatatan pengaduan 5. | Gratitkasi 5. Gratitkast a. Pengertian gratifikasi b. Aspek hukum ¢ Gratifkasi dikatakan sebagal Tindek Pidana Korupsi (TPK) 4. Contoh gratifikasi _@. Sanksi graiifikasi 18 BAB VI DIAGRAM ALUR PROSES PEMBELAJARAN A. PROSES PEMBELAJARAN Pembukaan Pretest Building Learning Commitment Wawasan’ Pembekalan Kemampuan: 41. Kebijakan - Konsep Bantuan Hidup Dasar Pelatihan SDM . feces pee Kesehatan fentifikasi Alur Pertolongan EVALUAST 2 Keon Koran Penanggulangan Teknik Bantuan Hidup Dasar Kegewatierieeian Teknik Stabilisasi, evakuasi 3, Anti Korupsi dan mobilisasi Pada Korban Medeor Metode : CTJ, curah pendepat diskusi, study kasus, simulasi, role curah pendapat play, demonstrasi, praktik RTL, Post Tes dan Evaluasi Penyelenggaraan Penutupan Proses pembelajaran dimulai dari Pengarahan Program kemudian dilaksanakan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Dinamisasi dan penggalian harapan peserta serta membangun komitmen belajar diantara peserta, 2. Penyiapan peserta sebagai individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku dalam menciptakan iklim yang kondusif dalam melaksanakan tugas. 3. Penetapan organisasi/kelompok Pembahasan materi 5. Pembelajaran dilakukan dengan cara team teaching (satu tim terdiri dari 3 orang fasilitator, khusus untuk materi inti 2, 3, 4, dan 5). # 19 Dalam setiap pembahasan materi, peserta dilibatkan secara aktif baik dalam teori maupun penugasan, dimana: 1. Fasilitator mempersiapkan peserta untuk siap mengikuti_ proses pembelajaran. 2. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap materi. 3. Fasilitator dapat mengawali proses pembelajaran dengan a. Penjelasan singkat tentang isi materi yang akan disampaikan b. Penugasan dalam bentuk individual atau kelompok. 4. Setelah semua materi disampaikan, fasilitator dan atau peserta dapat memberikan umpan balik terhadap isi keseluruhan materi yang diberikan. 5. Sebelum penyampaian materi berakhir, fasilitator'dan peserta dapat merangkum dan atau melakukan pembulatan . METODE PEMBELAJARAN Metode pembelajaran ini berdasarkan pada prinsip: 1. Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang terkait dengan tugas yang dilaksanakan, Peran serta aktif peserta sesuai dengan pendekatan pembelajaran. 3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya komunikasi dari dan ke berbagai arah. wv Oleh karena itu metode yang digunakan selama proses pembelajaran diantaranya adalah: 1. Ceramah singkat dan tanya jawab. 2. Curah pendapat, untuk penjajakan pengetahuan dan pengalaman peserta terkait dengan materi yang diberikan. Penugasan berupa latihan/exercise, diskusi kelompok, dan presentasi. Study kasus. Simulasi, Demonstrasi. Praktik. NQaARe . RINCIAN RANGKAIAN ALUR PROSES PELATIHAN Rangkaian alur proses pelatihan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pembukaan Proses pembukaan Pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut: a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan b. Pengarahan sekaligus pembukaan oleh pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan 2. Pengarahan program. Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses pelatihan 20 Kegiatannya antara lain: a. Penjelasan oleh fasilitator tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam materi membangun komitmen belajar. b. Perkenalan antara peserta dan para fasilitator dan panitia penyelenggara pelatihan, dan juga perkenalan antar sesama peserta Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara aktif, c. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekuatiran dan komitmen masing-masing peserta selama pelatihan. . Kesepakatan antara fasilitator, penyelenggara pelatihan dan peserta dalam berinteraksi_ selama pelatihan _berlangsung, _meliputi pengorganisasian kelas, pembagian kelompok, kesepakatan kelas, kenyamanan kelas, dan keamanan kelas. . Pengisian wawasan, pengetahuan dan keterampilan Setelah materi Pengarahan program, diberikan materi dasar untuk Mengembangkan wawasan yang tergabung dalam materi dasar yaitu Kebijakan Pelatihan SDM Kesehatan, Kebijakan Penanggulangan Kegawatdaruratan, dan Anti Korupsi, serta materi inti yaitu -Konsep Bantuan Hidup Dasar, Identifikasi Korban, Identifikasi Alur Pertolongan Korban, Teknik Bantuan Hidup Dasar, dan Teknik Stabilisasi, evakuasi dan mobilisasi Pada Korban untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Diberikan pada akhir proses pembelajaran dengan tujuan peserta mampu menyusun perencanaan program dengan cakupan sesuai dengan indikator keberhasilan pelaksanaan bantuan hidup dasar bagi masyarakat awam. . Evaluasi penyelenggaraan Evaluasi penyelenggaraan dilakukan untuk mendapatkan masukan dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan bantuan hdup dasr bagi masyarakat’ awam dan akan digunakan untuk penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan tersebut pada kegiatan pelatihan berikutnya Penutupan Acara penutupan pelatihan dilakukan sebagai upaya untuk memastikan bahwa peserta pelatinan telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, pada acara penutupan penyelenggara pelatihan akan memperolen masukan dari berbagai pihak yang terlibat untuk perbaikan pelatihan yang akan datang. 21 BAB VII PESERTA DAN PELATIH a A.PESERTA Peserta adalahmasyarakat awam, 1. Kriteria peserta adalah sebagai berikut: a. Sehat jasmani rohani (tidak cacat tubuh), dibuktikan dari surat keterangan sehat dari Puskesmas. Usia 17 - SO tahun. Mampu baca dan tulis. Mendapatkan rekomendasi dari Puskesmas untuk mengikuti pelatihan. @aog Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir. 2. Jumiah peserta 30 orang/kelas. B. PELATIHIFASILITATOR Pelatih/fasilitatorterdiri dari unsur-unsur sebagai berikut 1. Pejabat struktural dilingkungan Kemienterian Kesehatan RI; atau Widyaiswara yang berlatar belakang profesi Dokter dan Perawat ; atau Praktisi dibidang kegawatdaruratan; dan Menguasai materi yang akan diberikan; dan Perah mengikuti TOT Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam. Memiliki pengalaman sebagai pelatih/pengajar. NOORON Penyusun kurikulum dan modu! pelatihan bantuan hidup dasar bagi masyarakat awam. 22 BAB VIII PENYELENGGARAAN DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN A, PENYELENGGARA Penyelenggara pelatihan Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam adalah Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bekerjasama dengan institusi pelatinan yang telah terakreditasi B.TEMPAT PENYELENGGARAAN Tempat penyelenggara pelatihan Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam adalah di: 1. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK); 2. Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes); 3. Balai Besar Pelatihan Daerah (Bapelkesda); 4, Institusi diklat yang terakreditasi 23 BAB IX EVALUASI A. EVALUASI Evaluasi pelatinan dilakukan terhadap 3 (tiga) Komponen utama, yakni peserta pelatinan, pelatih/fasilitator dan pemeriksa/pengelola pelatihan. ft. Evaluasi terhadap peserta pelatihan: Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta. Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui a. Penjajagan awal melalui pre test. Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima melaui post test. c. Pengamatan dan penilaian terhadap tugas yang diberikan. d. Penerapan RTL setelah kembali ke tempat tugas Evaluasi terhadap pelati Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat dipahami dan diserap peserta. Hakhal yang dinilai a. Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. b, Ketepatan penggunaan ragam metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran c. Kesesuaian media dan alat bantu yang digunakan dengan ragam metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran 4. Penguasaan materi/pokok bahasan. e. Penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif dan interaktif. Evaiuasi terhadap penyelenggara: Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis yang meliputi: a. Tujuan pelatihan, b. Relevansi program pelatihan dengan tugas. 24 c. Manfaat setiap mata sajian bagi pelaksanaan tugas. d. Manfaat pelatinan bagi peserta/instansi. e. Hubungan peserta dengan pelaksanaan pelatinan f. Pelayanan sekretariat terhadap peserta, g. Pelayanan akomodasi. h. Pelayanan konsumsi i, Pelayanan perpustakaan 25 BAB X SERTIFIKASI Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 95% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan mendapatkan sertifikat pelatihan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh panitia penyelenggara 26

You might also like