Professional Documents
Culture Documents
Untuk menganalisis penyaluran daya listik diperlukan adanya rangkaian setara pengganti
saluran transmisi. Pembahasan di sini dibatasi hanya pada penyaluran arus bolak-balik.
Namun perlu diketahui pula, bahwa makin tinggi tegangan kerja, maka
kemungkinan timbulnya korona juga makin besar. Korona ini akan memperbesar
kapasitansi, dengan demikian memperbesar arus bocor. Jadi ada kalanya walaupun
panjang saluran hanya 50 km misalnya, dan bila tegangan kerja sangat tinggi (Tegangan
Ekstra Tinggi, EHV, apalagi Tegangan Ultra Tinggi UHV), maka kapasitansi relatif besar
sehingga tidak mungkin lagi diabaikan walaupun panjang saluran hanya 50 Km.
Saluran transmisi dapat digambarkan sebagai kotak dengan dua jepitan masuk dan dua
jepitan keluar, dan karena memenuhi persyaratan kutub empat, maka saluran transmisi
dapat dilayani sebagai kutub empat.
Suatu rangkaian listrik yang pasif, linier dan bilateral, selalu dapat direpresentasikan
sebagai kutub empat. Pasif berarti tidak ada sumber (internal voltage), linier berarti
impedansinya tidak tergantung pada besarnya arus, dan bilateral berarti impedansinya
sama dilihat dari kedua pihak atau tergantung pada arah arus.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 6
Gambar 2.1 Kutub empat
VS = A VR + B IR
IS = C VR + D IR (2.1)
dan
VR = D VS - B IS
IR = -C VS + A IS (2.2)
dimana:
Representasi
A B C D
Saluran
Pendek 1 Z 0 1
Menengah ZY Z 2Y Y ZY
nominal T 1+ Z+ 1+
2 4 2
Menengah ZY Z Y 2Z ZY
nominal π 1+ Y+ 1+
2 4 2
Pajang cosh γl Z k sinh γl sinh γ 1 cosh γl
Zk
dimana:
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 7
Y = admitansi shunt saluran
c. Pada kutub empat hubungan seri seperti pada gambar 2.2 berlaku konstanta umum
ekivalen dari penggabungan sebagai berikut:
A = A1 A2 + B2 Cl
B = A2 B1 + B2 D1
C = A1 C2 + Cl D2
D = B1 C2 + D1 D2
Jadi rangkaian dua kutub empat yang diseri, juga merupakan kutub empat.
Konstanta umum ekivalen dari n buah kutub empat yang dihubung seri diberikan
oleh operasi matriks di bawah ini:
A B An Bn An −1 Bn−1 A B1
C D = C D2 C n −1
Dn −1
LL 1
D1
(2.3)
n C1
A B A2 B2 A1 B1 A1 A2 + B2 B1 A2 B1 + B2 D1
C D = C D2 C1
=
D1 A1C 2 + C1 D2 B1C 2 + D1 D2
2
d. Sedangkan pada kutub empat hubungan paralel seperti pada gambar 2.3 berlaku
konstanta umum ekivalen dari penggabungan sebagai berikut:
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 8
A1 B2 + A2 B1 B1 B2
A= ; B= ;
B1 + B2 B1 + B2
( A1 − A2 )( D1 − D2 ) B1 D2 + B2 D1
C = C1 + C 2 − ; D= (2.4)
B1 + B2 B1 + B2
Contoh 2.1: suatu saluran transmisi fasa tiga, 370 km. Beban saluran 125 MW pada 215
kV dan faktor daya = 1,0. dengan konstanta saluran sebagai berikut: A1 = D1 = 0,8904 /
1,340 ; B1 = 186,78 / 79,460 ohm; dan C1 = 0,00113 / 90,420 mho. Tentukanlah tegangan
pada ujung beban. Pertanyaan yang sama bila saluran tersebut dikompensasi dengan
reaktor shunt pada ujung beban dengan konstanta sebagai berikut: A2 = D2 = 1; B2 = 0;
dan C2 = -j 0,000822.
Solusi:
125 x 10 3
IR = = 335,68 /00 Amp
3 x 215
VS = A1 VR + B1 IR
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 9
= 238,55 / 27,690 kV (L-N)
b. Penentuan tegangan pada ujung beban setelah kompensasi. Konstanta umum dari
gabungan seri saluran dan reaktor shunt,
A = A1 A2 + B1 C2
B = A1 B2 + B1 D2
C = A2 C2 + C1 D2
D = B2 C1 + D1 D2
Jadi:
VR = A VR + B IR
Pandanglah saluran transmisi dengan konstanta umum ABCD seperti pada gambar 2.4.
^
S R = PR + jQ R = V R I R , (2.5)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 10
dan dari persamaan (2.1) diperoleh:
^ ^
V A ^ VS A ^
I R = S − V R atau I R = ^ − ^ V R ,
B B B B
^ )
A VS V R
SR = − ^
| VR | +
2
^
(2.6)
B B
^
Karena, V R =| V R | ∠0 0 , V S =| V S | ∠δ 0 atau V S =| V S | ∠ − δ 0 , A =| A | ∠α ,
| VS || V R | | A|
SR = ∠( β − δ ) − | V R | 2 ∠( β − α ) (2.7)
|B| |B|
| VS || V R | | A|
PR = cos( β − δ ) − | V R | 2 cos( β − α ) MW
|B| |B|
| VS || V R | | A|
QR = sin( β − δ ) − | V R | 2 sin( β − α ) MVAr (2.8)
|B| |B|
^ ^
D VS VR
SS = ^
| VS | +
2
^
(2.9)
B B
^
Dengan memisalkan: V S =| V S | ∠0 0 , V R =| V R | ∠ − δ atau V R =| V R | ∠δ ,
|D| | VS || VR |
SS = | VS |2 ∠( β − ∆) + ∠( β + δ )
|B| |B|
| VS || VR | |D|
PS = cos( β + δ ) + | VS |2 cos( β − ∆) MW
|B| |B|
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 11
| VS || VR | |D|
QS = sin( β + δ ) + | VS |2 sin( β − ∆) MVAr (2.10)
|B| |B|
Di dalam menganalisis suatu rangkaian sistem tenaga listrik, digunakan besaran per
satuan untuk menggantikan besaran-besaran yang ada. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah perhitungan. Besaran per satuan didefinisikan sebagai berikut:
Dengan demikian nilai dari besaran per satuan merupakan nilai yang telah
dinormalisasikan terhadap besaran dasar yang telah dipilih.
Dalam perhitungan sistem tenaga listrik, tegangan nominal saluran serta peralatan
selalu diketahui, oleh sebab itu dipilih sebagai besaran dasar. Besaran dasar yang kedua
yang biasa dipilih sebagai pedoman adalah daya (kVA).
kVA φ 3 dasar
Arus dasar, A = (2.11)
3 x tegangan dasar, kVLL
Impedansi sebenarnya
Z pu = (2.14)
Impedansi dasar
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 12
Seringkali impedansi per satuan suatu komponen dalam suatu sistem dinyatakan
dalam dasar yang berbeda dari yang telah dipilih sebagai dasar untuk bagian dari suatu
sistem di mana komponen tersebut dihubungkan. Karena seluruh impedansi dalam suatu
sistem harus dinyatakan pada dasar impedansi yang sama dalam perhitungan, maka
diperlukan suatu cara untuk mengubah impedansi per satuan dari satu dasar ke dasar
yang lain sebagai berikut:
2
kV dasar kVA baru dasar
Z baru − pu = Z diberikan− pu diberikan x (2.15)
kVbaru dasar kVA diberikan dasar
b. kV dasar berlainan untuk tiap bagian dari sistem dan tergantung pada perbandingan
tegangan dari transformator.
c. Nilai dasar biasanya dipilih sedemikian rupa sehingga arus nominal harganya
mendekati 1.0 p.u. untuk penyederhanaan perhitungan.
d. Bila tahanan dan reaktansi dari suatu peralatan diketahui dalam % atau p.u.,
nilai dasar yang digunakan adalah nilai nominal kVA dan kV dari peralatan
tersebut.
e. Impedansi (dalam p.u) dari transformator sama, tidak tergantung pada nilai impedansi
(dalam Ohm) apakah dinyatakan terhadap sisi tegangan rendah atau tinggi.
f. Bila impedansi dari transformator diketahui dalam p.u., kVA dasar yang digunakan
adalah nominal dari transformator tersebut dan kV dasar yang digunakan adalah kV
yang digunakan untuk memperoleh impedansi tersebut dalam Ohm.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 13