You are on page 1of 11

Jurnal Anestesiologi Indonesia

LAPORAN KASUS

Penggunaan Heparin Dosis Tinggi pada Pasien COVID-19


dengan ARDS dan Hipertensi di Unit Perawatan Intensif
(ICU)
Use of High-Dose Heparin in COVID-19 Patients with ARDS and
Hypertension in the Intensive Care Unit (ICU)
Taufik Eko Nugroho, Mochamat, Famila

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro,


Semarang, Indonesia

Korespondensi: taufik.anestesi@gmail.com

ABSTRACT
Background: Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), first reported in December
2019 in China, is a disease caused by the SARS-CoV-2 virus which spreads faster in the
human population and in a short time has developed into a worldwide pandemic. Most
of the cases that resulted in death reported were complicated by coagulopathy and
disseminated intravascular cogulation (DIC).
Case: A 50-year-old man confirmed positive for COVID-19 with breathlessness, cough
and fever and hypertensive comorbidities was referred to the intensive care unit (ICU),
while in ICU the patient received heparin therapy with therapeutic doses by looking at
aPTT levels. After 14 days of intensive care, the patient experienced significant
improvement.
Discussion: Patients with progressive and severe COVID-19 infection with acute
respiratory distress syndrome (ARDS) often present with very high levels of D-dimer
and fibrinogen, leading to a hypercoagulable state. The use of anticoagulants for
patients with severe COVID-19 has been. Many institutions have adopted the empiric
use of full- dose anticoagulants based on the risk of venous thrombo embolism (VTE)
and the low incidence of bleeding (3-5%).
Conclusion: The use of anticoagulants, especially higher doses of unfractionated
heparin (UFH), is recommended for patients with severe COVID-19, although there are
no absolute guidelines.

Keywords: ARDS; coagulopathy; COVID-19; heparin; VTE

Volume 12, Nomor 3, Tahun 2020 1


ABSTRAK
Latar Belakang: Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), pertama kali dilaporkan
pada bulan Desember 2019 di Cina, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
SARS- CoV-2 yang menyebar lebih cepat pada populasi manusia dan dalam waktu
singkat berkembang menjadi pandemi di seluruh dunia. Sebagian besar kasus yang
berujung pada kematian dilaporkan terkomplikasi dengan koagulopati dan disseminated
intravascular cogulation (DIC).
Kasus: Seorang laki-laki terkonfirmasi positif COVID-19 berusia 50 tahun dengan
sesak, batuk dan demam dan komorbiditas hipertensi dirujuk ke intensive care unit
(ICU), selama di ICU pasien mendapat terapi heparin dengan dosis terapi dengan
melihat kadar aPTT. Setelah perawatan intensif selama 14 hari, pasien mengalami
perbaikan yang signifikan.
Pembahasan: Pasien dengan infeksi COVID-19 yang progresif dan parah dengan acute
respiratory distress syndrome (ARDS) seringkali ditemukan dengan kadar D-dimer dan
fibrinogen yang sangat tinggi, yang berujung pada keadaan hiperkoagulasi. Penggunaan
antikoagulan untuk pasien dengan COVID-19 yang parah telah. Banyak institusi telah
menerapkan penggunaan antikoagulan dosis penuh secara empiris berdasarkan risiko
venous thrombo embolism (VTE) dan insiden rendah perdarahan (3-5%).
Kesimpulan: Penggunaan antikoagulan, khususnya unfractionated heparin (UFH)
dengan dosis lebih tinggi, direkomendasikan untuk pasien dengan COVID-19 yang
parah, meskipun belum ada panduan yang mutlak.

Kata Kunci: ARDS; COVID-19; heparin; koagulopati; VTE

PENDAHULUAN 4,7% yang


Penyakit Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) pertama kali dilaporkan
pada Desember 2019 di Cina,
disebabkan oleh virus SARS-CoV-2
yang sangat erat kaitannya dengan virus
corona lain yang muncul sebelumnya
seperti SARS- CoV dan MERS - CoV,
namun virus ini nampaknya menyebar
lebih cepat pada populasi manusia dan
dalam waktu singkat menjadi pandemi
di seluruh dunia. Kasus ini merupakan
penyakit sistemik dengan manifestasi
klinis bervariasi dari kondisi
asimptomatik sampai pneumonia berat
dengan respiratory distress syndrome
(ARDS) dan disfungsi organ multipel,
dengan komplikasi terburuk yaitu
kematian.1,2 Sebuah studi epidemiologi
skala besar yang dilakukan di China
menunjukkan bahwa dari sekitar 45.000
kasus yang terkonfirmasi positif, hanya
memburuk hingga kondisi kritis, 80,7% terkomplikasi dengan koagulopati dan
merupakan kasus ringan, dan sisanya disseminated intravascular cogulation
13,8% merupakan kasus berat. Angka (DIC). Ditemukan bahwa kasus
kematian pada kasus kritis ditemukan COVID-19 dengan infeksi berat dan
lebih tinggi pada pasien dengan progresif dengan ARDS memiliki
komorbiditas, seperti penyakit tingkat D- Dimer dan fibrinogen yang
kardiovaskular, diabetes, hipertensi, sangat tinggi, yang berujung pada
penyakit napas kronis, dan kondisi hiperkoagulasi. Terapi
3,4
keganasan. antikoagulan direkomendasikan untuk
diberikan pada pasien terkonfirmasi
Sebagian besar kasus yang COVID-19 yang berat hingga kritis,
menyebabkan kematian dilaporkan untuk membantu
mengatasi pembekuan darah yang tidak Pasien menyangkal adanya riwayat
terkontrol dan mengurangi pembentukan diabetes, asma, serangan jantung,
mikrotrombus yang diyakini sebagai ataupun alergi. Tidak ada anggota
etiologi yang mendasari terjadinya keluarganya yang mengalami gejala
disfungsi organ vital.3–5 Pada laporan serupa.
kasus ini, kami mencoba menyajikan
sebuah kasus terkonfirmasi COVID-19, Dari pemeriksaan fisik didapatkan
seorang laki-laki berusia 50 tahun hipertensi stadium II, dengan tekanan
dengan komorbiditas hipertensi yang darah 174/90 mmHg. Ditemukan juga
mendapat terapi heparin dan takikardia ringan dan takipnea, dengan
menunjukkan perbaikan yang signifikan denyut jantung 104 kali per menit dan
selama dirawat di intensive care unit frekuensi pernapasan 24 kali per menit.
(ICU). Suhu tubuh pasien tidak tinggi. Saturasi
oksigen mencapai 97% diukur pada jari
KASUS tangan kiri, dengan suplementasi
Seorang laki-laki berusia 50 tahun oksigen 3 liter per menit melalui nasal
datang ke instalasi gawat darurat (IGD) kanul. Dari auskultasi paru, ditemukan
Rumah Sakit Nasional Diponegoro ronki bilateral. Pemeriksaan fisik
(RSND) dengan keluhan utama berupa lainnya dari kepala sampai kaki
sesak napas memberat, batuk, disertai ditemukan dalam batas normal.
palpitasi, penurunan nafsu makan, dan
kelemahan. Tidak ada tanda-tanda Pemeriksaan darah awal ditemukan
penurunan kesadaran. Pasien mengalami kadar D-Dimer 4.84 ug/ml. Hasil rapid
demam dan menyangkal kemungkinan test COVID-19 pada pasien ditemukan
kontak dengan pasien COVID-19 yang reaktif yang kemudian dikonfirmasi
terkonfirmasi. Pasien memiliki riwayat dengan swab polymerase chain reaction
perjalanan ke luar kota selama 4 minggu (PCR). Temuan laboratorium lainnya
terakhir. Pasien mengakui adanya dalam batas normal. Dari foto toraks
riwayat hipertensi sebelumnya namun awal pada didapatkan gambaran
pasien tidak pernah mengkonsumsi obat bronkopneumonia yang diduga karena
maupun kontrol rutin untuk kondisinya. virus (Gambar 1).
Gambar 1. X-foto toraks hari ke-1
Pasien dimasukkan ke ICU dengan kesalahan pengambilan darah vena
diagnosis pneumonia COVID-19 dan untuk pemeriksaan blood gas analysis
hipertensi stage II. Kateter vena sentral (BGA) sehingga tidak dapat dinilai.
kemudian ditempatkan di vena Pada hari kelima pasien merupakan
femoralis kanan pasien. Pemeriksaan kondisi terburuk gambaran BGA dinilai
PCR juga dilakukan dua kali kepada dengan P/F ratio menunjukkan nilai 62
pasien, dengan hasil positif. (ARDS berat). Meskipun secara klinis
pasien masih terlihat baik dengan
Selama di ICU, pasien mendapat terapi saturasi 98 dan RR 35 dengan
levofloxacin 750mg/24 jam, pemberian O2 masker 15 lpm. Pada hari
dexamethason 5mg/8jam. N. Asetil ke-12 di ICU sudah mulai tampak
sistein 200mg/8jam, omeprazole perbaikan dengan ditunjukkan hasil P/F
40mg/12 jam, metoclopramid ratio bernilai 200. Selama perawatan di
10mg/12jam, zinc 1 tab /24 jam, ICU sampai hari ke-12 pasien diberikan
amlodipin 5mg/24 jam, salbutamol oksigen masker 15 lpm.
4mg/8jam. Pasien dilakukan nebulisasi
dengan ventolin (1): flixotide (1) / 8jam. Pasien dikeluarkan dari ICU pada hari
Untuk antikoagulan pasien mendapat ke-14 setelah P/F ratio menunjukkan
unfractionated heparin (UFH) secara nilai 300. Pasien keluar dari ICU dan
syringe pump dengan dosis bervariasi pindah ke bangsal isolasi setelah
antara 500 – 1000 iu/jam. menunjukkan perbaikan yang
signifikan. Setelah keluar dari ICU
Kami merawat dan memantau pasien di dilakukan foto toraks evaluasi kembali
ICU selama 14 hari, dengan melakukan terhadap pasien pada hari-18, dimana
monitoring perbaikan hasil laboratorium ditemukan gambaran pneumonia yang
pasien (Tabel 1). Pada hari kedua terjadi berkurang berkurang (Gambar 2).
Gambar 2. X-foto toraks hari ke-18
Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 1. Hasil laboratoratorium pasien selama di ICU


Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
pH 7,4 7,38 7,31 7,44 7,45 7,43 7,41 7,38 7,38 7,32 7,48 7,38 7,32 7,38
FiO2 80 80 80 80 80 80 69 61 60 60 68 80 68 60
SaO2 96 95 98 98 99 98 99 97 97 97 96 99 99 99
PaO2 77 40 101 50 121 118 138 87 82 86 71 137 120 189
PCO2 30 38 35 34 31 24 38 42 48 39 38 42 40 38
AaDO2 462 625 235 426 481 383 298 308 299 288 298 286 351 386
P/F ratio 96 50 185 126 62 115 122 198 185 186 195 200 222 306
UFH 500 750 750 1000 750 1000 1000 1000 1000 750 500 500 500 Stop
iu/jam
D-Dimer 4.84 1.52
ug/dl
aPTT 28,4 21,6 25,1 25,5 44,1 38,2 40 59,3 48,2 30,1 38,2 43,3 25,9 23,1
aPTTK 32,6 32,6 33,7 33,5 33,1 34,5 32,6 32,6 32,6 38,0 38,6 34,1 33,2 34,8
Pada Tabel 1 tersebut dijelaskan bahwa pasien dirawat di ICU selama 14 hari. Pasien mendapat UFH dengan dosis bervariasi tergantung
dengan kadar aPTT pasien. Penggunaan heparin tertinggi pada dosis 1000 iu/jam. Penggunaan UFH tertinggi pada hari keempat hingga
hari kesembilan perawatan ICU

Volume 12, Nomor 3, Tahun 2020 6


Jurnal Anestesiologi Indonesia

PEMBAHASAN pneumosit tipe II, yang dapat memicu


Kasus COVID-19 yang berat hingga koagulasi abnormal khususnya di paru.
menyebabkan kematian seringkali
ditemukan komplikasi koagulopati dan
koagulasi intravaskular diseminata
(DIC). Pasien dengan infeksi COVID-
19 yang progresif dan parah dengan
ARDS ditemukan dengan tingkat D-
Dimer dan fibrinogen yang sangat
tinggi, yang berujung pada keadaan
hiperkoagulasi. Di sisi lain, pasien
COVID-19 yang sakit parah dan kritis
dengan imobilisasi berkepanjangan juga
berisiko tinggi mengalami
tromboemboli vena (VTE) dan beberapa
pasien yang memerlukan ventilasi
mekanis mungkin dapat mengalami
emboli paru akut (PE) atau trombosis
vena dalam (DVT), bahkan tanpa
adanya faktor risiko sebelumnya.
Mortalitas tinggi kasus COVID-19
terjadi pada orang tua, diabetes, obese
dan ARDS.3,4,6,7

Pola temuan yang paling khas pada


pasien dengan COVID-19 dan
koagulopati yaitu adanya peningkatan
kadar D-Dimer. Secara khusus, D-
Dimer yang sangat tinggi
mencerminkan aktivasi koagulasi,
perkembangan menjadi badai sitokin,
dan disfungsi organ yang kemudian
dikaitkan dengan angka perawatan
intensif di ICU yang lebih tinggi hingga
berujung pada kematian. Dipercaya
bahwa kaskade koagulasi dalam
COVID-19 teraktivasi melalui
mekanisme seperti yang dijelaskan di
atas, yang mengarah pada pembentukan
trombin yang mengalami deregulasi
baik secara sistemik maupun lokal di
paru, mengakibatkan pengendapan
fibrin yang pada akhirnya menyebabkan
kerusakan jaringan dan mikroangiopati.
Selain itu, SARS-CoV-
2 akan secara langsung merusak sel
endotel vaskular melalui enzim
pengubah angiotensin 2 (ACE2) di sel

Volume 12, Nomor 3, Tahun 2020 7


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Dalam konteks ini, kontak yang ketat dirawat di rumah sakit jika tidak ada
antara pneumosit tipe II dan jaringan kontraindikasi. Namun, dosis profilaksis
pembuluh darah paru, dan reaksi standar mungkin tidak cukup pada
inflamasi lokal yang parah, pasien
kemungkinan besar akan mendorong dengan kondisi fibrilasi atrium,
keadaan hiperkoagulasi paru umum yang parah dan penggantian
yang terlihat pada pasien dengan kritis dengan katup jantung)
COVID-19. Meski demikian, risiko atau tanda klinis
mekanisme yang berkontribusi pada tromboemboli. pembekuan saat
koagulopati pada COVID-19 masih Akan tetapi ini masih belum
belum dapat dipastikan mengingat diperlukan konklusif.
masih sedikit penelitian yang konklusif monitoring Sementara itu,
terhadap kasus ini.3,4,8,9 Pada pasien ini sehingga tidak banyak institusi
ditemukan ARDS berat dengan Nilai terjadi yang
5,10,11
D-Dimer tinggi yaitu 4,84 ug/dl. komplikasi. menerapkan
antikoagulasi
Prinsip pengelolaan pasien COVID-19 Kasus yang dosis terapeutik
yaitu mengurangi aktivitas mediator kami bahas empiris
pro- inflamasi dan mencegah sudah sejalan berdasarkan
hiperkoagulasi yang tidak terkontrol, dengan pedoman risiko VTE dan
untuk menciptakan perbaikan kondisi yang disajikan di insiden
pasien sebagai hasil akhirnya. atas, di mana perdarahan yang
Penggunaan antikoagulan untuk pasien kami rendah secara
COVID-19 telah direkomendasikan. menggunakan keseluruhan (3-
variasi dari dosis 5%).4,5,10–
15
Penggunaan antikogulan dapat profilaktik
menurunkan mortalitas pada pasien hingga dosis
Covid 19.5,10,11 terapeutik Penggunaan
(hingga 18 unit / heparin dosis
Agen tromboprofilaksis yang tepat kgBB / jam IV) rendah dikaitkan
digunakan pada pasien dengan secara syringe dengan
COVID- 19 hingga saat ini masih pump untuk penurunan
belum didukung oleh penelitian yang pasien. Uji klinis mortalitas dalam
cukup sehingga belum dapat ditetapkan terkontrol kurun waktu 28
secara mutlak. Namun, penggunaan random yang hari pada sepsis
heparin, baik UFH maupun low mengevaluasi yang cukup
molecular weight heparin (LMWH), antikoagulasi signifikan.
dapat digunakan. Pemberian terapi dosis terapeutik Penelitian lain
antikoagulan didasarkan pada penilaian empiris pada menunjukkan
kondisi klinis pasien yang tepat yaitu pasien dengan penurunan risiko
antara risiko trombosis dan risiko COVID-19 kematian pada
perdarahan. Adanya koagulopati dan tanpa indikasi kisaran waktu 7
peningkatan kadar D-Dimer juga dapat yang jelas hingga 28 hari,
digunakan sebagai pedoman dalam (misalnya dan peningkatan
pengambilan keputusan untuk trombosis vena rasio PaO2 / FiO2
menggunakan dosis terapeutik. Dosis atau arteri, yang signifikan
profilaksis heparin direkomendasikan pencegahan pada pasien
untuk semua pasien COVID-19 yang stroke pada dengan ARDS

Volume 12, Nomor 3, Tahun 2020 8


Jurnal Anestesiologi Indonesia

yang mendapat DVT, PE, dan es/d 3026%2820


terapi LMWH DIC pada fase iseases/no %2930145-
dosis tinggi. berat hingga vel- 9
Penelitian ini kritis. coronaviru 4. Kipshidze
juga Penggunaan s-2019 N, Dangas
menunjukkan antikoagulan, 2. Naming the G, White
bahwa dengan coronavirus CJ,
pengobatan unfractionated disease Kipshidze
dengan heparin heparin dengan (COVID- N, Siddiqui
dapat membantu dosis lebih 19) and the F, Lattimer
dalam tinggi, virus that CR, et al.
mengurangi direkomendasik causes it Viral
koagulopati an untuk pasien [Internet]. Coagulopat
paru yang dengan [cited 2020 hy in
ditemukan di COVID-19 Dec 15]. Patients
ARDS 10. dengan ARDS Available With
berat, meskipun from: COVID-19:
KESIMPULAN panduan akhir https://ww Treatment
Aktivasi belum dapat w.who.int/e and Care.
koagulasi pada diterapkan. mergencies Clin Appl
kasus COVID- Perlu lebih /d Thromb
19 merupakan banyak uji iseases/nov [Internet].
salah satu klinis el- 2020 Jul
mekanisme diperlukan coronavirus 20;26.
yang mendasari untuk - Available
perubahan mengkonfirmas 2019/techni from:
patologis dan i hasil cal- https://www.
menentukan pengamatan guidance/n ncbi.nlm.nih.
progresivitas dari kasus ini. aming- the- gov/pmc/
penyakit yang coronavirus articles/PMC
secara spesifik DAFTAR -disease- 7461127/
melibatkan PUSTAKA (covid- 5. Rico-Mesa
mikro- 1. Coronaviru 2019)-and- JS, Rosas
vaskulatur paru, s disease the-virus- D,
dan (COVID- that- Ahmadian-
peningkatan 19) – causes-it Tehrani A,
risiko World 3. showPdf.p White A,
Health df Anderson
Organizatio [Internet]. AS, Chilton
n [cited 2020 R. The Role
[Internet]. Dec of
[cited 2020 15]. Anticoagula
Dec 15]. Available tion in
Available from: COVID-19-
from: https://ww Induced
https://ww w.thelancet Hypercoagu
w.who.int/ .com/action lability.
emergenci /s howPdf? Curr
pii=S2352- Cardiol Rep
Volume 12, Nomor 3, Tahun 2020 9
Jurnal Anestesiologi Indonesia

[Internet]. . Available 19 patients 11. Ayerbe L,


2020;22(7) from: are Risco C,
https://www https://www associated Ayis S. The
.ncbi.nlm.ni .ncbi.nlm.ni with association
h.gov/pmc/ h.gov/pmc/ impaired between
articles/PM articles/PM fibrinolysis. treatment
C7298694/ C7713568/ Crit Care with
6. Clinical 8. Coagulopat [Internet]. heparin and
characterist hy is a 2020 Dec survival in
ics and day- major 7;24. patients
90 extrapulmo Available with Covid-
outcomes nary risk from: 19. J
of 4244 factor for https://www Thromb
critically ill mortality in .ncbi.nlm.ni Thrombolys
adults with hospitalized h.gov/pmc/ is. 2020
COVID-19: patients articles/PM May 31;1–4
a with C7719734/ 12. Boonyawat
prospective COVID-19 10. Tang N, Bai K,
cohort with type 2 H, Chen X, Chantratha
study. diabetes Gong J, Li mmachart
Intensive | BMJ Open D, Sun Z. P,
Care Med. Diabetes Anticoagula Numthavej
2020 Oct Research & nt treatment P,
29;1–14. Care is associated Nanthatanti
7. Al Heialy [Internet]. with N, Phusanti
S, Yaseen [cited 2020 decreased S,
Hachim M, Dec 15]. mortality in Phuphuakra
Yaseen Available severe t A, et al.
Hachim I, coronavirus Incidence
Bin Naeem https://drc.b disease of
K, Hannawi mj.com/cont 2019 thromboem
H, Al Salmi ent/8/2/e00 patients bolism in
I, et al. 1851.long with patientswith
Combinatio 9. Kruse JM, coagulopath COVID-19: a
n of obesity Magomedo y. J Thromb systematic
and co- v A, Haemost. review and
morbidities Kurreck A, 2020 May meta-
leads to Münch FH, 1;18(5):109 analysis.
unfavorable Koerner R, 4–9 Thromb J
outcomes in Kamhieh- [Internet].
COVID-19 Milz J, et 2020 Nov
patients. al. 23;18.
Saudi J Thromboem Available
Biol Sci bolic from:
[Internet]. complicatio https://ww
2020 Dec 3; ns w.ncbi.nlm.
Available in critically nih.gov/pm
from: ill COVID- c/

Volume 12, Nomor 3, Tahun 2020 1


0
Jurnal Anestesiologi Indonesia

articles/P Incidence
MC768099 of
0/ Thrombotic
13. Hamadé A, Events and
Jambert L, Outcomes
Tousch J, in COVID-
Talbot M, 19 Patients
Dervieux Admitted
B, Nazer to Intensive
TE, et al. Care Units.
Systematic Cureus
Duplex [Internet].
Ultrasound 12(10).
Screening Available
in from:
Conventio https://www.
nal Units ncbi.nlm.nih
for .gov/pmc/
COVID-19 articles/PM
Patients C7678760/
with 15. 15.
Follow-up Canoglu
of 5 Days. Kadir,
J Vasc Saylan
Surg Bengu.
Venous Therapeuti
Lymphat c dosing of
Disord low-
[Internet]. molecular-
2020 Dec weight
2; heparin
Available may
from: decrease
https://ww mortality in
w.ncbi.nlm patients
.nih.gov/p with severe
mc/ COVID-19
articles/P infection.
MC770978 Ann Saudi
6/ Med. 2020
14. Avula A, Nov
Nalleballe 1;40(6):462
K, Toom –8
S,
Siddamred
dy S,
Gurala D,
Katyal N,
et al.
Volume 12, Nomor 3, Tahun 2020 1
1

You might also like