You are on page 1of 11
POM 2004, 27(2): 34-46 engeruh pola asuh terhadap pertumbuhan bayi ‘Agus Triwinarto; ck PENGARUH POLA ASUH TERHADAP GANGGUAN PERTUMBUHAN BAY! SAMPAI UMUR ‘SEMBILAN BULAN: Studi kasus di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor ‘Agus Triwinarto dan Anies Irawati ABSTRACT THE EFFECT OF CHILD CARING PRACTICES TO INFANT GROWTH FALTERING SINCE BIRTH TO 9 MONTHS OLDS: A Case Study in Sub District Sukaraja, District Bogor Introduccion: Growth faltering in Indonesian infant started when they are less than six month old and continued until they grow up, Child care including feeding pattem may as a caused this problem. The main factors related with growth faltering are unbalanced food consumption (macro and micro nutrient) and infectious disease Objectives: The study was aimed fo assess the contibution of infant care to infant growth faltering before they reach age of nine month old. The study was designed as cohort prospective Fity-iine babies were followed from bith unt rine months old, in Sukaraja Subdistct, Bogor Regency. Child care aspects being monitored were feeding pattern, nutrition consumption and health care. Infant growth. measured by weight and length gain, based on COC-NCHS 2000 growth curve. Repeated measured analysis were used to evaluate when growth faltering begins. Muliple liner regressions were used fo evaluate the impact of childcare on infant growth, Results: The result ofthe study showed that child care significantly contnbute infant weight gain and length gain when birth weight, birth length, frequency of infection, sex, age of mother, education of mother, nuiion and health knowledge of mother and ratio food to total expenditure were controlled, Growth faltering in weight due fo child care starts when they reach two months old, and continue until nine months ol, Growth faltering in length due to child care starts when they reach five months old, and continue unt they the age reach nine month. Conclusions: infant care especialy during the first month of fe is an important period to prevent infant from early ‘growth fallering. [Penel Gizi Makan 2004, 27(2): 34-48]. Keywords: chid care, feeding pattem, growth fotring PENDAHULUAN D: Indonesia angka prevaiens gizi kurang (berat mmulai memertukan makanan pendamping ASI (MP- ASI). Makin menurunnya jumiah ASI yang dikonsumsi bayimenyebabkan efek periindungan pada bay terhadap penyakit infeksi juga semakin menurun (7). Kualitas glzi dan kebersinan MPAS! seria santas! badan rendah) pada anak usia 0-56 bulan ‘masin cukup tinggi, yeitu 28,3%, sedangkan pada anak usie 0-12 bulan sexitar 8% (1). Hambatan pertumburan sudan terjadl sejak awal kehidupan, yaitu sejak berumur 4 - 6 bulan dan paling sering diumpai setelah bayi berumur 6 bulan sampai 12 bulan (2). Analisis antropometri data Susenas 1989- 1999 menunjukkan telah terjadi_-hambatan pertumbuhan bayi pada usia 4-6 bulan, baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan (3). Hasil peneliian sebelumnya yang ditakukan di Jokasi berbeda menunjukkan bahwa pada umur 4-6 buian, kurva pertumbuhan erat badan mula ‘menurun, dan pada umur 12 bulan mencapai skor di bawah - 2 SD menurut baku WHO-NCHS (6,5, 6). Pada umur enam bulan asupan zat gizi dari AS! sudah mulai tidak cukup sehingga, selain AS, bayi lingkungan yang kurang baik menyebabkan bayi rmudah sakitinfeksi, terutama diare (8) Konsumsi energi dan zat gizi serta sakit infeksi merupakan —penyebab —_langsung _gangguan Pertumbuhan (9). Penyebab tidak langsung gangauan Pertumbuhan adalah faktor pola asuh (9), faktor bu (status gizi, partas, umur, pendidikan, pengetahuan iti dan kesehatan), faktor bayi (nis kelamin, berat ddan panjang bayi Iahir), seta faktor sosial ekonomi (rasio pengeluaran pangan dan jumiah anggota rumah tangga) (10, 11, 12). Pola asuh meliputi pola emberian maken pada bayi (AS! dan MPAS)), enyiapan makan, kebersinan dit dan perawatan kesehatan ketka sakit (12). Dengan demikian pola ‘sun dapat merupakan faktor yang dominan pada GM 2004, 27(2): 34-46 pertumtunan bayi, Olen sebab itu dilakukan peneltan Untuk mengetahui pengaruh pola asuh pada gangguan pertumbuhan bayi sampai umur sembilan bulan. Pertumbuhan bayi diukur melalui pertambahan berat dan panjang bayi mengacu pada kuna pertumbutian CDC-NCHS (14) CARA Desain, Lokasi, Populasi dan Sampel Desain peneltian adalah kohor prospekit. Desain ini dipiin untuk mengetahui pengaruh pola asuh terhadap gangguan pertumbuhan bayi sampat umur sembilan bulan. Pemilihan kurun waktu hingga sembilan bulan didasarkan alas pertimbangan bahwa bayi sudah mendapat imunisasilengkap, dan frekvensi ke posyandu masih cukup baik Penelian dizkukan di enam desa yang ada di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan pertinbangan pada tahun 2002, revalensi anak balla giz kurang cukup tinggi, yaitu 25.58% Popuiasi peneltan adalah pasangan_ibu-bayi yang ada 7 dikategosikan sebagai pola asuh balk, dan bila skor < 7 25 tahun hampir sama. Rata-rata ibu berumur 25 tahun {termuda 17 tahun dan tertua 41 tahun), dengan lama pendidikan rata-rata hampir lima tahun (antara 1 dan 12 tahun). Menurut indeks masa tubuh (IMT), sebagian besar ibu (86%) berstatus gi2i normal dan 14% berstatus giz kurus (IMT < 18,5). Status gi ibu pada Kelompok pola asuh tidak berbeda bermakna. Tinggi badan ibu pada kedua kelompok pola asuh juga tidak berbeda bermakna, yaiu sekitar 148.5 cm. Pengetahuan oii dan Kesehatan ibu dari bayi dengan pola asuh baik, lebih baik dibandingkan dengan ibu bayi dengan pola asuh kurang baik, dan lebih banyak ‘bu bayi dengan pola asuh balk yang berpengetahuan gizi dan kesehatan baik (55,3%) dibandingkan dengan ‘bu bayi dengan pola asun kurang bak (33,3%) Pengelahuan gizi dan Kesehatan yang dikaj adalah pengetahuan tentang guna makanan, guna karbohidrat, protein, dan lemak, ASI, guna KMS, MP- AS\,imisnisas dan dia. Rasio pengelsaran rumah tangga untuk makanan pada kedua Kelompok poia asuh sama, yaitu sebesar 65% dar total pengeluaran rumah tanga, yang berarti proporsi pengeluaran untuk makanan masih lebih besar dari pengeluaran lainnya (hanya sekitar 35%). Proporsi keluarga dengan rasio pengeluaran lebih besar dari 65% lebih banyak pada bayi dengan pola asuh baik, dibandingkan dengan bayi dengan pola asuh Kurang baik, Namun, sebagian besar subjek peneltian ini tergolong keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Median jumiah anggota rumah tanga subjek pada penelian ini adalah empat ~ ima ‘orang (minimum 2 dar: maksimum 10 orang). PGM 2004, 27(2): 34-46 ‘Pengaruh pola asuh terhadap pertumbuhan bayi ‘Agus Trwinarto; dkk, Tabel 1 Karakteristik Ibu, Bayi dan Sosial Ekonom! (N = 59) Pola Asuh Karaktoristik tak Kuamg | Nip n=38 | n=2t Faktor Bayi Jenis kelamin (*%) Lak-laki 36.814) | 47,6110) | 0.29 Perempuan 63,2(24) | 524 (11) Berat bayi ahr (gram) (erata + SD) a11t¢31e | 3045 +335 | 0.45 Panjang bayilahir cm) (rerata + SO) 495410 | 49,141,2 | 0,20 Peinah sakit infeksi (SPA dan atau diare)(%)" 63,1(24) | 85.7(18) | 0.03 Faktor itu Unmur (tahun) (reata # $0) UB244 | 285264 | 028 Ure (%) $B tahun 474 (18) | 524(11) | 046 > 25 tahun 52,6(20) 47.610) Pendidikan (tshun) (rerata + SO) 49232 | 48419 | 087 IMT (BB/TB:) (erata + SD) M7222 20419 | 070 ‘Status gizi(%) Kurus (IMT < 18,5 132(5) 1430) | 059 Notmaligemuk > 18,5 86,8 (33) | 85,7 (18) Tinggi badan (om) (rerata + SO) 148.2257 | 148.7248) 072 Pengetahuan gizi dan kesehatan (%) Baik (skor 2 7) 553/21) | 33,317) | 0,04 Kurang (skor <7) 447 (17)_| 66,7 (14) Faktor sosial ekonomi Rasio pengelvaran pangarvtotal (%) 646463 | 653458 | 067 < 65% 793) | 1433) | 036 265% 92,4 (35) | 85,7 (18) Jumlah anggota RT (orang) (median 50 40 : Keterangan ‘Angka dalam Kurung menyatakan jumiah subjek Sedikitnya liga kal sampai umur sembilan bulan Pola Asuh Bayi Pola pemberian makan, perawatan kesehatan dan ebersinan diri pada bayi dengen pola asuh baik cenderung lebin balk dibandingkan dengan bayi dengan pola asuh Kurang baik (Tabel 2). Terdapat {64,4% (38 bayi) dengan pola asuh yang baik (skor = 7) dan 35,6% (21) bayi dengan pola asuh kurang bak (skor< 7). Bayi yang mendapat ASI ekskiusif sampai 4 7 buian hanya” 5%. ASI pertarna kali diperkenalkan 1-2 hari sesudah bayi diahirkan. Bayi dengan pola asuh balk cenderung mendapat ASI pertama lebih dni dati bayi dengan pola asuh Kurang balk. Ketka iby melatirkan, kader segera menginformasikan kepada penelt dan dalam waktu kurang dari 24 jam, penelit mewawancarai iu sekaligus mengamati pola pemberian ASI dan MPASI sejak hari pertama bayi ahi PGM 2004, 27(2): 34-46 Pengeruh pola asuh terhadap pertumbuhan bay! ‘Agus Trwinarto; dkk Tabel 2 Pola Pemberian Makan, Perawatan Kesehatan dan Kebersthan Diri Menurut Pola Asuh Bayi di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor A Pola Asuh Indikator Bak Kurang Nital P n=38 neat Pola menyusui 002 ‘ASI eksklusif 4 bin (%) 53.(2) 48(1) ASI+ cairant 28.9(11) 1433) AASI+ cairan + makanan semi padatipadat? | 65,7 (2) 80,9 (17) 0,04 Pengenalan AS! (hari) 186+1,20 | 2344170 | 0.25 Pemberian makan/minum non ASI (%) 0,00 Umut hari 52,6 (20) 495 (4) Umur 2 hari 447 (12) 23,8 (5) Urnur 2 3 hari 133.2) 61,9 (13) Perawatan kesehatan (‘4) Bak 84,2 (32) 57.4(12) oot Kurang 15.8 (6) 42.39) Kebersihan dir Baik 26.8 (33) 288 (6) 001 Kurang 13266) 71.4(13) Pola asuh (skor)? 1A+07 58404 0,00 Keterangan: Teh, air guia, madu, air puth ? Teh, air gula, madu, air putih, susu formula (SGM, Dancow, Bendera), bubur nasi, bubur beras, biskuit, makanan bayi produkindust (promina, mina), pisang.. 3 Poa asuh bak (skor 2 7) adalah 1) bayi mendapat ASI; 2) MPASI sesuai umur bayi 3} pemberian PASI secara bersin dan benar, 4) melakukan pemeriksaan ke posyandu secara rutin; §) kebersihan

You might also like