You are on page 1of 7
5. memahami pengertian, jenis, Strukur pul dengan tepat mengidentifikasi komponen penting dalam puisi dengan teliti; mendemonstrasikan puisi secara kreatif; menganalisis unsur kebahasaan puisi dengan teliti; serta mendemonstrasikan kemampuan menulis puisi secara kreatif. Pembacaan puisi berbeda dengan pembacaan teks bacaan. Pembacaan puisi pada dasarnya sama dengan mengonkretkan sebuah puisi, baik dalam bentuk audio maupun visual. Pembacaan puisi sering disebut deklamasi. Deklamasi akan melibatkan unsur pembaca, pendengar, dan puisi yang dibaca. Pembaca puisi memiliki peran penting dalam menghidupkan puisi yang dibaca agar dapat dinikmati pendengar. Oleh karena itu, dalam membaca puisi ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, Pembacaan puisi harus memperhatikan ekspresi, lafal, jeda, dan intonasi. Berlatihlah membaca puisi dengan baik dan jangan takut untuk mencoba mengikuti setiap ada perlombaan membaca puisi Gambar 3.1. Ekspresi menghidupkan pembacaan puis! Fotograter: Punto FA *« Pendalaman Materi — Puisi merupakan bentuk karya sastra paling tua. Sejak kelahirannya, puisi sudah menunjukkan ciri-cir khas seperti yang kita kenal sekarang. Ci ciri khas puisi tersebut sudah mengalami perkembangan dan Perubahan tahun demi tahun. Setiap puisi pasti berhubungan dengan penyairnya karena puisi diciptakan dengan mengungkapkan perasaan penyair sendiri. A. Pengertian, Jenis, dan Struktur Pui: 1, Pengertian Puisi Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair berdasarkan pengalaman jiwa dan bersifat imajinatif. (Waluyo, 1995: 25) Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa a Puisi adalah Tagam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi merupakan bentuk karya sastra yang disajikan dalam bahasa indah. Puisi menggambarkan perasaan penyairnya, Penyair menyampaikan pesan melalui rangkaian kata-kata indah. Selain itu, puisi mengandung makna yang sangat penting diketahui pembaca. 2. Jenis-Jenis Puisi Berikut jenis puisi berdasarkan zamannya Puisi Lama : Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh berbagai aturan, yaitu persajakan, jumlah kata dalam setiap larik, dan jumlah larik dalam setiap bait. Jenis puisi lama, misalnya pantun, syair, mantra, gurindam, seloka, bidal, karmina, dan talibun. 1) Pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, baris pertama dan kedua merupakan sampiran, dan baris ketiga serta keempat merupakan isi. 2) Syair adalah bentuk puisi Jama yang setiap bait terdiri atas empat baris dan berakhir dengan bunyi yang sama atau bersajak sama (a-a-a-a) 3) Mantra adalah susunan kata berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung Kekuatan ghaib, dan sering diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan ghaib lainnya, 4) Gurindam adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat. 5) Seloka adalah jenis puisi yang mengandung ajaran (sindiran dan sebagainya), terdiri atas empat larik yang berima a-a-a-a, dan mengandung sampiran serta isi, 6) Bidal adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, dan sindiran. 7) Karmina adalah pantun kilat yang terdiri atas dua larik. Larik pertama merupakan sampiran, sedangkan larik kedua merupakan isi, 8) Talibun adalah pantun yang mempunyai jumlah larik lebi genap. Puisi Baru ih dari empat baris dan berjumlah baru memiliki bentuk tipografi yang lebih lua: Jenis puisi baru, misalnya balada, oktaf, dan soneta. 1) Balada adalah sajak sederhana yang mengisahkan ceri idan taangbenpespeana 2288 men i Sahkan cerita rakyat yang mengharukan dan jika dibandingkan dengan puisi lama. himne, epigram, elegi, distikon, kuatren, kuintet, septima, 2) Himne adalah nyanyian pujaan (untuk Tuhan dan sebagainya). 3) Epigram adalah peribahasa yang padat, penuh kearifan, dan sering mengandung paradoks. 4) Elegi adalah syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan dukacita (khususnya pada peristiwa kemampuan). 5) Distikon adalah puisi yang setiap baitnya terdiri atas dua baris dan berirama akhir. 6) Kuatren adalah puisi yang terdiri atas empat larik dalam satu bait; puisi empat seuntai, 7) Kuintet adalah puisi yang setiap baitnya terdiri atas lima larik. 8) Septima adalah sajak yang terdiri atas tujuh baris dalam satu larik. 9) Oktaf adalah sajak yang terdiri atas delapan larik dalam satu bait. 10) Soneta adalah sajak yang terdiri atas empat bait (dua bait pertama terdiri atas empat baris, dua bait terakhir masing-masing terdiri atas tiga baris); sajak dua belas baris yang merupakan satu pikiran atau perasaan yang bulat. Perbedaan puisi lama dan puisi baru sebagai berikut. Puis! Lama Puis! Baru Puisi lama menggunakan irama tetap, yaitu dua patah kata Puls! baru menggunakan irama dinamis yang mengikuti dalam sekali ucap pikiran dan perasaan penulis, ‘Bentuk puisi lama terikat oleh aturan. ‘Bentuk puisi baru tidak terikat oleh aturan, Penulis puisi lama tidak dikenal atau tidak diketahui nama Penulls puisi baru dikenal atau diketahui nama penulisnya. ppenuiisnya Persebaran puisi lama secara isan, Persebaran puis! baru secara lisan dan tulisan. {si puisi lama berupa nasihat, 'si puisi baru berupa curahan hati penulis. 3. Struktur Puisi di a. Puisi merupakan sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur pembangun, yaitu struktur fisik jan batin. Struktur Fisik Puisi Penyair menggunakan struktur fisik puisi untuk mengungkapkan hakikat puisi. Berikut struktur fisik puisi. (Waluyo, 1995: 72-97) 1) Tipografi Tipografi atau perwajahan puisi merupakan bentuk penulisan puisi. Secara umum, puisi sering ditemukan dalam bentuk baris, disusun dalam bentuk fragmen-fragmen, bahkan dalam bentuk yang menyerupai model zig-zag, 2) Diksi Diksi merupakan pemilihan kata-kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya. Pemilihan diksi sangat penting dalam puisi. 3) Imajt Imaji adalah unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia. Imaji dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (taktil), 4) Kata konkret Kata konkret merupakan kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata konkret bersifat imajinatif sehingga memunculkan imaji. Kata konkret sering berhubungan dengan kata kiasan atau lambang. 5) Gaya bahasa/Majas idupkan dan Gaya bahasa a penggunaan bahasa yang bersifat seolatrolah menghidup! menimbulkan makna konotasi dengan menggunakan bahasa figura dence Gaya bahasa merupakan salah satu unsur untuk mendapatkan kep arik perhatian, Penggunaan gaya bahasa dalam puisi menyebabkan puisi menjadi men‘ nis-jeni| aye menimbulkan kesegaran, dan menimbulkan kejelasan gambaran angan. Jenis-} bahasa dalam puisi di antaranya metafora, simile, personifil me repetisi. Uraian gaya bahasa tersebut sebagai berikut. (Waluyo, 1995: 83-87) a) Metafora Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak any Jadi, ungkapan itu langsung berupa kiasan. Contoh: lintah darat, bunga bangsa, kambing hitam, bunga sedap malam. b) Simile Simile atau perumpamaan adalah majas yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, serupa, serasa, seumpama, laksana, sepantun, penaka, dan se-. Contoh: Suaranya bak petir menyambar. ©) Personifikasi Personifikasi adalah mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir seperti manusia. Contoh: Daun-daun berlari menghampiriku. 4) Hiperbola Hiperbola adalah majas yang berlebih-lebihan. Penyair perlu melebih-lebihkan sesuatu yang dibandingkan agar mendapat perhatian dari pembaca. Contoh: Air matanya jatuh membanjiri ruangan. e) Ironi lroni adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran, Majas ironi sering digunakan dalam puisi pamflet, demonstrasi, dan kritik sosial, Contoh, apakah gunanya berpendidikan tinggi kalau tidak tahu sopan santun? f) Repetisi Repetisi adalah bentuk gaya pengulangan dengan menampilkan pengulangan kata atau kelompok kata yang sama. Kata atau Kelompok kata yang diulang ke dalam repetisl bisa terdapat dalam satu kalimat atau lebih, dan berada pada posisi awal, egal atau di tempat lain. Contoh: Sonet-x siapa menggores di langit biru siapa meretas di awan lalu siapa mengkristal di kabut itu siapa mengertap di bunga layu siapa cerna di awan ungu kasi, hiperbola, ironi, dan Dikutip dari: SapardDjoko Damono,Duko-Mu Abad kara, GramediaPustaka Utama, 2017 6) Rima atau irama Rima atau irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik dj awal, tengah " |. Maupun akhir baris puisi. b. Struktur Batin Puisi Herman ]. Waluyo (1995: 106-130) mengemukakan bahwa struktur batin puisi sering disebut hakikat puisi. Struktur batin puisi sebagai berikut. 1) Tema ‘Tema adalah unsur utama pada puisi yang berkaitan erat dengan makna. Tema menjadi landasan dan garis besar isi puisi. 2) Rasa/feeling Rasa pada puisi merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial, pengalaman, dan psikologi penyair. 3) Nada/suasana Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa yang ditujukan penyair kepada pembaca, misalnya nada menggurui, mendikte, atau sombong 4) Amanat ‘Amanat puisi merupakan pesan Merdeka Literasi J yang terkandung di dalam sebi puis aaa Puisi mengandung gaya bahasa untuk memperindah puis, Amanat dapat ditemukan gi pi. Peserta didk diminta membaca buku Diah Ema dengan memaknai puisi tersebut — Triningsin, Gaya Bahasa dan Peribahasa dalam Bahasa

You might also like