You are on page 1of 10

JPPM Vol. 10 No.

1 (2017)

ANALISIS LEARNING OBSTACLES PADA MATERI PERSAMAAN


DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
Siti Maryam Rohimah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

sitimaryamrohimah@unpas.ac.id

ABSTRACT
The background of this research originated from the reality on the ground that the matter Linear
Inequality in One Variable (PtLSV) introduced to students at the school after Linear Equations in One
Variable (PLSV) by way of solving the same problem, the only difference being the sign alone or the end
result of PLSV have a single set of settlement and PtLSV has many subsets of completion. However,
techniques in problem solving PLSV when applied to the PtLSV problem can lead to incorrect results,
causing learning obstacles. This study aims to find learning obstacles contained in the material linear
equations in one variable. Learning obstacle obtained from the analysis of Respondents Ability Test
(TKR) on students who have studied the material linear equations and inequalities in one variable. The
method used in this research is qualitative method with Didactical Design Research (DDR) approach.
The subjects were respondents who follow TKR, that is students who have received the lesson material
linear equations and inequalities in one variable as many 37 people in class VIII SMP and 40 students of
class X-MIA SMA. Learning obstacle found on the material linear equations and inequalities in one
variable are categorized into three types, that is ontogenic obstacle, epistemological obstacle and
didactical obstacle. Ontogenic obstacle is found for their leap of student thinking arithmetic mindset to
algebra mindset. Epistemological obstacle is found due to the limited context in which students work on
the problems caused errors. Didactical obstacle for teaching teachers found that procedural so that the
formation of the concept of matter linear equations and inequalities in one variable students are not
going well.

Keywords: Learning Obstacles, Linear Equations and Inequalities One Variable.

ABSTRAK
Latar belakang dari penelitian ini berawal dari realita di lapangan bahwa materi Pertidaksamaan Linear
Satu Variabel (PtLSV) diperkenalkan pada siswa di sekolah setelah Persamaan dan pertidaksamaan linear
satu variabel (PLSV) dengan cara penyelesaian masalah yang sama, yang membedakan hanya tandanya
saja atau hasil akhir dari PLSV memiliki satu himpunan penyelesaian dan PtLSV memiliki banyak
himpunan penyelesaian. Namun, teknik dalam penyelesaian masalah PLSV bila diterapkan pada masalah
PtLSV dapat menyebabkan hasil yang salah, sehingga menimbulkan learning obstacles (hambatan
belajar). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan learning obstacles yang terdapat pada materi
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Learning obstacle diperoleh dari hasil analisis Tes
Kemampuan Responden (TKR) pada siswa yang sudah mempelajari materi persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan Didactical Design Research (DDR). Subjek penelitian ini adalah responden yang
mengikuti TKR, yaitu siswa yang sudah mendapatkan pelajaran materi persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variabel sebanyak 37 orang kelas VIII SMP dan 40 orang siswa kelas X-MIA SMA. Learning
obstacle yang ditemukan pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel ini
dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu ontogenic obstacle, epistemological obstacle dan didactical obstacle.
Ontogenic obstacle ditemukan karena adanya loncatan berpikir siswa dari pola pikir aritmatika ke pola
pikir aljabar. Epistemological obstacle ditemukan karena keterbatasan konteks pada siswa yang
menyebabkan kesalahan dalam mengerjakan soal. Didactical obstacle ditemukan karena pengajaran guru
yang prosedural sehingga pembentukan konsep materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
pada siswa tidak berjalan baik.

Kata kunci: Learning Obstacles, Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

132
Siti Maryam Rohimah

A. PENDAHULUAN
Matematika merupakan disiplin pertidaksamaan linear satu variabel
ilmu yang mendasari perkembangan penting untuk dikuasai siswa dengan baik.
teknologi modern yang mempunyai Pengembangan desain didaktis
peranan penting dalam memajukan daya mempunyai peranan penting dalam belajar
pikir manusia. Pesatnya perkembangan dan pembelajaran matematika. Peranan
teknologi modern saat ini dilandasi oleh tersebut sangat berpengaruh terhadap
perkembangan matematika di bidang teori bagaimana siswa melakukan pembelajaran
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, di kelas (Suryadi, 2010, hlm. 6). Bahan
dan matematika diskrit. Untuk menguasai ajar merupakan salah satu komponen
dan mencipta teknologi di masa yang akan dalam pembelajaran yang mendukung
datang, diperlukan penguasaan matematika dalam situasi didaktis. Bahan ajar yang
yang kuat sejak dini (BSNP, 2006, hlm. dibuat harus ada alternatif pembelajaran
345). untuk mengantisipasi munculnya masalah
Bagian penting dalam mempelajari dalam pembelajaran, yang
matematika adalah proses pembelajaran menggambarkan adanya upaya untuk
matematika itu sendiri. Jaworksy (dalam memfasilitasi lintasan belajar (learning
Sulistiawati, 2012, hlm. 3) menyatakan trajectory) alur belajar anak.
bahwa penyelenggaraan pembelajaran Namun, kenyataan di lapangan,
matematika tidaklah mudah karena fakta bahan ajar materi persamaan dan
menunjukkan siswa mengalami hambatan pertidaksamaan linear satu variabel masih
dalam mempelajari matematika. Hambatan menimbulkan learning obstacles.
dalam mempelajari matematika inilah yang Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
menyebabkan siswa mempunyai (PtLSV) biasanya diperkenalkan pada
kemampuan rendah dalam bidang studi siswa di sekolah setelah Persamaan dan
matematika. pertidaksamaan linear satu variabel
Hal ini terungkap dalam hasil (PLSV) dengan cara penyelesaian masalah
Programme for International Student yang sama, yang membedakan hanya hasil
Assessment (PISA) tahun 2012 (OECD, akhir dari PLSV memiliki satu himpunan
2014, hlm. 19) kemampuan matematika penyelesaian dan PtLSV memiliki banyak
siswa SMP Indonesia berada pada himpunan penyelesaian. Menurut Bagni
peringkat ke-64 dari 65 negara. Salah satu (2005, hlm. 1), teknik dalam penyelesaian
soal yang diujikan pada PISA adalah masalah pada persamaan bila diterapkan
materi aljabar (termasuk di dalamnya pada masalah pertidaksamaan dapat
persamaan dan pertidaksamaan linear satu menyebabkan hasil yang salah, sehingga
variabel). Rendahnya kemampuan siswa kaitan antara persamaan dan
dalam materi aljabar, khususnya pertidaksamaan dalam penyelesaian
persamaan dan pertidaksamaan linear satu masalahnya tidak hanya sekedar pada hasil
variabel dapat diketahui juga dari hasil himpunan penyelesaiannya.
Trends in International Mathematics and Menurut Tent (Bicer, A., Capcaro,
Science Study (TIMSS) tahun 2011 yang R. M., & Capcarro, M. M., 2013, hlm. 7),
menyatakan bahwa kemampuan dalam membaca satu simbol
matematika siswa SMP Indonesia berada pertidaksamaan harus dibaca lebih dari
pada peringkat ke-38 dari 42 negara dan satu cara (x > 1 berarti: x lebih besar dari
kemampuan siswa dalam memecahkan satu, x tidak lebih kecil dari satu maupun
soal bentuk pertidaksamaan linear satu sama dengan satu, x tidak lebih kecil dari
variabel seperti 9 − 6 < 4 + 4, satu dan tidak sama dengan satu). Menurut
Indonesia berada pada peringkat ke-33 dari temuan Rubenstein & Thompson dan Tent
42 negara (TIMSS, 2011, hlm. 137). Oleh (dalam Bicer, A., Capcaro, R. M., &
karena itu, materi persamaan dan Capcarro, M. M., 2013, hlm. 7), ketika
133
Analisis Learning Obstacles

guru menjelaskan cara membaca sehingga ketika dihadapkan pada


pertidaksamaan lebih dari satu cara, siswa konteks yang berbeda siswa
menjadi lebih fleksibel dalam memahami mengalami kesulitan dalam
dan mengerti apa yang dimaksudkan guru. menggunakannya.
Learning obstacles yang dialami 3. didactical obstacle, yaitu kesulitan
siswa dalam mempelajari suatu materi yang terjadi akibat pembelajaran
pelajaran, dikategorikan oleh Brousseau yang dilakukan guru.
(2002, hlm. 86) menjadi tiga jenis, yaitu: Pada penelitian ini akan di cari
1. ontogenic obstacle, yaitu karakteristik learning obstacles siswa pada
ketidaksesuaian antara pembelajaran proses penyelesaian permasalahan yang
yang diberikan dengan tingkat diajukan terkait dengan materi persamaan
berfikir siswa, sehingga dan pertidaksamaan linear satu variabel.
memunculkan kesulitan dalam proses Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
pemahaman materi. Jika level yang untuk mengetahui karakteristik learning
diterima siswa terlalu rendah maka obstacles siswa pada proses penyelesaian
siswa tidak akan mengalami proses permasalahan yang diajukan terkait dengan
belajar yang sesungguhnya, materi persamaan dan pertidaksamaan
sebaliknya jika level yang diterima linear satu variabel.
siswa terlalu tinggi, maka siswa akan Penelitian ini diharapkan dapat
mengalami kesulitan bahkan tidak menjadi acuan bagi guru dalam membuat
menyenangi matematika karena sulit. bahan ajar atau merancang proses
2. epistemological obstacle, yaitu pembelajaran untuk materi persamaan dan
kesulitan pada proses pembelajaran pertidaksamaan linear satu variabel dengan
yang terjadi akibat dari keterbatasan mempertimbangkan learning obstacles
konteks yang siswa ketahui. Dalam yang ditemukan agar tidak terjadi lagi di
hal ini siswa hanya menerima pembelajaran selanjutnya.
pemahaman konsep secara parsial,

B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang diambil, Penelitian ini mengacu pada tahapan
yaitu metode penelitian kualitatif. Didactical Desain Research (DDR) yang
Penelitian kualitatif bergerak dari isu, tidak dilaksanakan melalui penelitian kualitatif,
menguji teori, tetapi menemukan teori, studi kasus, dan pengembangan desain
menggunakan data situs, menggunakan didaktis. Penelitian ini mencoba
narasi, bagan dan matrik untuk menyajikan mengungkap fenomena yang terjadi dalam
data, menggunakan istilah kredibilitas kondisi alamiah pembelajaran matematika
dependabilitas serta bersifat siklus atau dan kemudian mengembangkan suatu solusi
berulang-ulang (Darmadi, 2011, hlm. 17). berdasarkan posfektif teori yang berkaitan.
Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya Fokus dari penelitian ini untuk menemukan
mencakup informasi tentang fenomena learning obstacle pada materi persamaan
utama yang dieksplorasi dalam penelitian, dan pertidaksamaan linear satu variabel .
partisipan penelitian, dan lokasi penelitian Oleh karena itu, metode penelitian kualitatif
(Creswell, 2014, hlm. 258). Metode dipilih karena metode ini dapat lebih rinci
penelitian kualitatif digunakan untuk menjelaskan fenomena yang lebih
mendapatkan data yang mendalam, suatu kompleks yang sulit dijelaskan dengan
data yang mengandung makna. Oleh karena metode kuantitatif, sehingga diharapkan
itu, penelitian kualitatif lebih menekankan penelitian ini bisa memberikan kesimpulan
makna daripada generalisasi (Sugiyono, yang sesuai.
2014, hlm. 15). Subjek penelitian adalah responden
yang akan mengikuti Tes Kemampuan
134
Siti Maryam Rohimah

Responden (TKR), yaitu mereka yang Responden (TKR). TKR dilaksanakan


sudah mendapatkan pelajaran materi untuk mengidentifikasi karakteristik
persamaan dan pertidaksamaan linear satu learning obastacle siswa pada proses
variabel . Subjek dalam penelitian ini penyelesaian permasalahan yang terkait
adalah siswa SMPN 1 Ciwidey Kelas VIII- dengan materi persamaan dan
A sebanyak 37 orang dan siswa SMAN 1 pertidaksamaan linear satu. Selanjutnya,
Ciwidey Kelas X-MIA-2 sebanyak 40 dilakukan wawancara untuk menelusuri
orang. data yang ditemukan pada hasil TKR yang
Instrumen pada penelitian ini berupa tidak bisa peneliti interpretasikan sendiri
tes dan wawancara. Instrumen tes pada tanpa adanya gambaran jelas dari
penelitian ini disebut Tes Kemampuan responden.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian ini, soal TKR “loncatan” proses berpikir, hal inilah yang
diujikan pada siswa kelas VIII-A SMPN 1 menimbulkan adanya ontogenic obstacle.
Ciwidey dan siswa kelas X-MIA-2 SMAN Pada penelitian ini, ontogenic
1 Ciwidey pada hari Rabu, 11 Februari obstacle ditemukan karena terjadi loncatan
2015. Setelah diidentitifikasi, learning proses berpikir siswa dari pola pikir
obstacle siswa yang ditemukan pada proses aritmatika ke aljabar. Dari hasil wawancara
penyelesaian permasalahan terkait materi peneliti dengan beberapa siswa mengenai
persamaan dan pertidaksamaan linear satu bahan ajar yang dipakai pada proses
variabel ada tiga jenis, yaitu ontogenic pembelajaran dan bagaimana awal mereka
obstacle, epistemological obstacle, dan mempelajari materi aljabar, jawaban siswa
didactical obstacle. adalah pembelajaran sesuai urutan materi
1. Ontogenic Obstacle dalam buku paket terbitan Pusat Perbukuan
Materi persamaan dan Departemen Pendidikan Nasional dengan
pertidaksamaan linear satu variabel ini Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dipelajari dikelas VII yang rata-rata umur (KTSP). Awal mereka mempelajari materi
siswanya antara 12 – 13 tahun. Menurut aljabar adalah dari buku tersebut dan dari
tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) terbitan salah
pada rentang umur tersebut masuk pada satu penerbit swasta di Indonesia. LKS
tahap operasi formal. Namun, rentang umur yang digunakan siswa berisi rangkuman
tersebut masih berada dalam peralihan materi yang diberikan beberapa contoh soal
kognitif siswa dari tahap operasi konkret ke dan latihan soal, sehingga untuk mengawali
tahap operasi formal. Perkembangan pembelajaran biasanya guru membahas
kognitif menurut teori konstruktivisme dahulu materi dari buku paket. Pada buku
merupakan konstruksi pengetahuan yang tersebut, pengenalan bentuk aljabar pada
direfleksikan pada tahapan-tahapan dalam awal pembelajarannya langsung pada
memahami konsep-konsep matematika. ilustrasi permasalahan berikut (Nuharini,
Jika pada tahapan-tahapan dalam konstruksi D., & Wahyuni, T., 2008, hlm. 80):
pengetahuan siswa tersebut terdapat

Banyak boneka Rika 5 lebihnya dari boneka Desy. Jika banyak boneka
Desy dinyatakan dengan maka banyak boneka Rika dinyatakan dengan
+ 5. Jika boneka Desy sebanyak 4 buah maka boneka Rika sebanyak 9
buah.
Bentuk seperti ( + 5) disebut bentuk aljabar.

135
Analisis Learning Obstacles

Pada awal materi aljabar, siswa tidak pembelajaran yang menjembatani


mengetahui apa itu yang dimaksud cerita perubahan pola pikir siswa tersebut. Karena
di atas, mengapa harus dan mengapa pengenalan variabel seperti proses di atas,
( + 5) bentuk aljabar. Pengenalan variabel sehingga menimbulkan pemahaman siswa
pada buku ini dimisalkan langsung dengan yang masih menganggap nilai itu adalah
huruf-huruf alfabet dan diakhiri dengan “sesuatu” yang bisa diganti dengan angka
pemberian langsung definisi variabel, berapa pun tanpa tahu maknanya apa. Hal
koefisien dan konstanta tanpa ada tahapan inilah yang menyebabkan jawaban siswa
untuk siswa terlibat dalam proses pada soal nomor 1a dan soal nomor 2
pembentukan arti dari komponen bentuk menuliskan pengganti dengan angka
aljabar tersebut. Hal ini menimbulkan berapa pun yang mereka inginkan tanpa
“loncatan” berpikir siswa dari pola pikir memperhatikan kesetaraan pada soal
aritmatika ke aljabar, tidak ada tahapan berikut:

Gambar 1. Temuan (1) ontogenic obstacle dari hasil TKR

Kedua jawaban siswa tersebut memenuhi pertidaksamaan 9 − 6 < 4 +


dikerjakan siswa dengan cara mencari nilai 4. Nilai yang siswa tersebut substitusikan
yang memenuhi dan mensubstitusikan juga berbeda, ia hanya mencari nilai
nilai tersebut pada soal. Untuk jawaban berapa dari kedua ruas agar memenuhi ruas
(a), siswa substitusi angka 4 agar memenuhi kiri kurang dari ruas kanan. Hal ini jelas
persamaan 3 − 2 = 10. Angka yang siswa menunjukkan siswa tidak paham konsep
pilih benar, namun setelah ditanyakan pertidaksamaan dan konsep variabel dalam
langsung pada siswa tersebut berapa nilai aljabar. Setelah siswa tersebut di
yang memenuhi persamaan di atas, siswa wawancara secara langsung, ia hanya
tersebut kebingungan dengan pertanyaan mengingat variabel adalah pengganti yang
berapa nilai -nya. Setelah ditanya lebih bebas diganti dengan nilai berapa pun.
mendalam, alasan siswa tidak menuliskan Proses berpikir siswa ini masih pada
kembali berapa nilai yang memenuhi penyelesaian operasi hitung pada arimatika,
persamaan tersebut karena ia belum mampu belum sampai pada operasi bentuk aljabar.
berpikir aljabar (penggantian variabel Hal tersebut terjadi karena tidak ada
dengan angka). jembatan antara pikiran siswa dari berpikir
Begitu juga dengan jawaban siswa konkret ke berpikir abstrak pada waktu
(b), siswa mensubstitusikan nilai pada pertama kali siswa mempelajari aljabar.
himpunan yang diberikan pada soal. Selain itu, siswa belum mampu
Persepsi siswa dalam menjawab soal ini berpikir aljabar terlihat dari jawaban pada
adalah mencari angka mana yang terdapat soal nomor 4 berikut:
dalam himpunan yang diberikan agar

136
Siti Maryam Rohimah

Gambar 2. Temuan (2) ontogenic obstacle dari hasil TKR

Siswa tersebut hanya menguraikan Variabel (PtLSV), namun tidak bisa


cerita dalam penalaran aritmatiknya, tidak menggunakannya pada konteks soal yang
melalui proses pengubahan dalam bentuk lebih kompleks terutama dalam soal cerita.
aljabar terlebih dahulu. Hal ini Keterbatasan konteks tersebut
menunjukkan pola pikir siswa masih dalam disebabkan bahan ajar ataupun LKS yang
berpikir aritmatika, belum sampai pada digunakan siswa tidak memberikan
proses berpikir aljabar. Meskipun jawaban penyajian soal secara variatif. Dalam modul
akhir siswa tersebut benar, proses guru dan LKS siswa, materi disajikan
penyelesaiannya tidak tepat. dalam rangkuman yang selanjutnya diikuti
2. Epistemological Obstacle dengan contoh soal dan soal latihan yang
Kesulitan siswa yang termasuk dalam tidak jauh berbeda dengan contoh. Hal ini
epistemological obstacle ini paling banyak yang menyebabkan siswa memiliki
ditemukan pada proses pengerjaan soal keterbasan konteks dalam pemahaman
TKR materi persamaan dan beberapa soal.
pertidaksamaan. Epistemological obstacle Contohnya ketika siswa diberikan
terjadi karena keterbatasan konteks yang soal PLSV dan PtLSV yang lebih kompleks
diketahui siswa. Kebanyakan siswa sudah dari sebelumnya seperti soal nomor 1b,
mampu mengerjakan soal-soal sederhana siswa mengalami kesulitan dengan proses
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) penyelesaiannya sebagai berikut:
maupun Pertidaksamaan Linear Satu

Gambar 3. Temuan epistemological obstacle dari hasil TKR

137
Analisis Learning Obstacles

Kebanyakan siswa merasa bingung penalaran terhadap permasalahan yang


jika dihadapkan dengan soal bentuk diberikan.
pecahan, termasuk di dalamnya operasi 3. Didactical Obstacle
bentuk pecahan khususnya penjumlahan Didactical obstacle ditemukan pada
dan pengurangan pecahan yang harus beberapa konsep dasar yang diajarkan guru,
disamakan dahulu penyebutnya jika akan tetapi berdampak besar dalam proses
dioperasikan. Begitu juga dengan siswa pembentukan konsep siswa terhadap materi
yang menuliskan proses penyelesaian soal persamaan dan pertidaksamaan linear satu
di atas, ia bisa menyelesaikan konsep variabel ini. Berdasarkan hasil wawancara
sederhana dari PLSV seperti pada soal 1a, beberapa siswa, kebanyakan pembelajaran
tidak bisa menggunakan konsep yang yang dilakukan guru secara prosedural.
dikuasainya pada soal nomor 1a itu untuk Guru menjelaskan materi, mengerjakan
digunakannya dalam menjawab soal nomor contoh soal, dan menugaskan siswa
1b. mengerjakan soal yang tipenya biasanya
Selain itu, pada proses penyelesaian tidak jauh dengan yang dicontohkan guru.
permasalahan yang berbentuk soal cerita, Hal ini menjadikan siswa mengerti
masih banyak siswa yang mengalami berdasarkan prosedur yang diajarkan guru.
kesulitan dalam membuat model Guru tidak melibatkan siswa dalam proses
matematika dan menyelesaikan soal pembentukan konsep materi sehingga
tersebut dengan konsep PLSV. Jenis konsep materi tidak dipahami siswa dengan
kesalahan yang dilakukan siswa yang baik. Berikut salah satu jawaban siswa yang
menjadi epistemological obstacle yaitu dikerjakan secara prosedural sesuai dengan
kesalahan mengubah soal cerita ke dalam langkah-langkah yang diingatnya ketika
bentuk PLSV dan kesalahan membuat dicontohkan guru.

Gambar 4. Temuan (1) didactical obstacle dari hasil TKR

Karena yang diingat siswa tersebut bertanya apakah ada yang salah dengan
hanya berdasarkan prosedur pengerjaan pengerjaannya, siswa terlihat kebingungan
soal yang dicontohkan guru, akhirnya siswa karena ia merasa jawabannya benar. Setelah
tidak mengerti arti dari bentuk persamaan ditanya lebih jauh, siswa tersebut menjawab
ataupun bentuk setara nilai dari soal, kalau 3 = 12, artinya 12 dibagi 3.
sehingga ketika siswa menuliskan 3 = , Ternyata penulisannya tidak perhatikan,
tetapi yang difokuskan hanya jawabannya.
siswa tidak merasa jawabannya salah. Hal
Hal ini menurutnya, tidak pernah diberi
tersebut diketahui peneliti ketika
tahu oleh gurunya kalau penulisan yang
melakukan wawancara dengan siswa
dikerjakannya salah.
tersebut. Ketika ditanya berapa jawabannya
Selain itu, perbedaan konsep dan
ia menjawab nilai nya 4, ia menjawab
himpunan penyelesaian dari PLSV dan
lupa tidak menuliskan kembali pada
PtLSV kurang ditekankan guru sehingga
jawabannya nilai = 4 . Ketika peneliti
138
Siti Maryam Rohimah

siswa menganggap perbedaan PLSV dan Berikut jawaban siswa yang salah dalam
PtLSV sebatas penggantian tanda saja. menuliskan tanda.

Gambar 5. Temuan (2) didactical obstacle dari hasil TKR

Setelah siswa tersebut diwawancara memberikan contoh penyelesaian PtLSV


tentang jawabannya seperti di atas, ternyata dengan mengubahnya terlebih dahulu pada
ia tidak memahami dengan baik himpunan bentuk PLSV. Setelah pengubahan tanda
penyelesaian dari bentuk persamaan dan tersebut, selanjutnya hasil dari nilai variabel
pertidaksamaan. Ia menganggap bentuk yang didapatkan disubstitusi pada
< 2 dengan = 2 tidak berbeda, persamaan awal untuk menentukan
menurutnya keduanya sama mengartikan himpunan penyelesaiaan PtLSV tersebut
hasilnya adalah 2. Hal ini disebabkan kurang dari atau lebih dari nilai variabel
konsep tanda pertidaksamaan dan tanda yang didapatkan sebelumnya.
“sama dengan” dalam persamaan tidak Selanjutnya, beberapa siswa juga ada
dibedakan dalam mencari himpunan yang tidak mengerti dengan soal nomor 3
penyelesaian. Ia mengingat persamaan dan disebabkan mereka tidak pernah diajari
pertidaksamaan itu hanyalah penggantian gurunya bentuk soal tersebut, sehingga
tanda, bukan dari penyelesaiannya. jawaban siswa pada soal nomor 3 tidak
Setelah peneliti telusuri, ternyata sesuai dengan konsep PtLSV. Berikut salah
buku paket yang digunakannya satu jawaban siswa pada soal nomor 3.

Gambar 6. Temuan (3) didactical obstacle dari hasil TKR

Dari hasil pengerjaan soal tersebut, dengan benar nilai terbesar dan terkecil dari
siswa terlihat kebingungan dan tidak dan . Hal ini disebabkan guru kurang
mengerti dengan bentuk pertidaksamaan memberikan variasi soal dengan bentuk
−12 ≤ < 30 dan −18 < ≤ 20 pertidaksamaan seperti ini, sehingga siswa
sehingga siswa tidak bisa menentukan kesulitan ketika diberikan soal ini.
139
Analisis Learning Obstacles

Selain variasi soal, beberapa siswa ketika peneliti memberikan himpunan


menjawab ketika diperintahkan membuat terbatas pada bilangan bulat, siswa
garis bilangan dalam proses pencarian menjawab sama dengan apa yang selalu
himpunan penyelesaian, garis bilangannya mereka gambarkan, yaitu pada bilangan
semua dalam bilangan real. Sehingga, real seperti berikut:

Gambar 7. Temuan (4) didactical obstacle dari hasil TKR

Salah satu penyebab didactical yang mungkin akan terjadi, agar tidak
obstacle, yaitu proses pembelajaran yang menimbulkan obstacle. Dalam penyusunan
dirancang guru. Proses pembelajaran yang RPP harus memperhatikan learning
dirancang guru biasanya dibuat dalam trajectory yang dilalui siswa dan proses
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran abstraksi dalam pembentukan konsep
(RPP). RPP yang baik harus merencanakan materi.
pembelajaran yang akan dilakukan dan

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Karakteristik learning obstacle siswa Didactical obstacle ditemukan pada
yang ditemukan pada proses penyelesaian beberapa konsep dasar yang diajarkan guru,
permasalahan terkait materi persamaan dan tetapi berdampak besar dalam proses
pertidaksamaan linear satu variabel ada tiga pembentukan konsep siswa terhadap materi
jenis, yaitu ontogenic obstacle, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
epistemological obstacle, dan didactical variabel ini. Seperti cara prosedural guru
obstacle. Ontogenic obstacle ditemukan dalam mengajarkan penyelesaian PLSV,
karena terjadi loncatan proses berpikir siswa pengajaran dalam cara penyelesaian PtLSV
dari pola pikir aritmatika ke dalam bentuk menggunakan tanda “sama dengan” terlebih
aljabar. Hal ini disebabkan pada dahulu, kebiasaan menggambarkan garis
pembelajaran bentuk aljabar, siswa bilangan pada bilangan real, dan pemberian
memahami bentuk aljabar langsung pada soal latihan yang tidak variatif.
sebuah contoh abstrak yang tidak ada Adapun saran yang diperoleh
pengantar untuk siswa memahami dari mana berdasarkan simpulan dari hasil penelitian
konsep itu berasal. Epistemological obstacle dan pembahasan pada penelitian ini adalah
terjadi karena keterbatasan konteks yang sebagai berikut:
diketahui siswa. Kebanyakan siswa sudah 1. Guru perlu memastikan bahwa materi
mampu mengerjakan soal-soal sederhana prasyarat seperti materi aljabar,
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) terutama operasi penjumlahan dan
maupun Pertidaksamaan Linear Satu pengurangan pecahan bentuk aljabar
Variabel (PtLSV), namun tidak bisa telah dikuasai oleh siswa dengan baik
menggunakannya pada konteks soal yang agar desain didaktis dapat
lebih kompleks, terutama dalam soal cerita. diimplementasikan secara efektif.

140
Siti Maryam Rohimah

2. Pada penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan learning obstacle


dikembangkan sebuah bahan ajar yang sudah ditemukan pada
atau desain didaktis materi penelitian ini agar dapat diatasi
persamaan dan pertidaksamaan linear dalam proses pembelajaran
satu variabel dengan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bagni, T. G. 2005. Inequalities and


Equalities; History and Didactics. OECD. 2014. PISA 2012 Results: What
Proceedings of CERME-4. Saint Students Know and Can Do – Student
Feliu de Guixols 2005, 652-662. Performance in Mathematics,
Reading and Science (Volume I,
Bicer, A., Capcaro, R. M., & Capcarro, M. Revised edition, February 2014).
M. 2013. Pre-service Teacher’s PISA: OECD Publishing.
Linear and Quadratic Inequalities
Understandings. International Online Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Journal of Educational Science. Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Alfabeta
Pendidikan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Matematika SMP- Sulistiawati. 2012. Pengembangan Desain
MTs. Jakarta: Badan Standar Didaktis Bahan Ajar Penalaran
Nasional Pendidikan. Matematis Pada Materi Luas dan
Volume Limas. Tesis UPI Bandung:
Creswell, W. J. 2014. Research Desain Tidak Dipublikasikan.
(Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mix). Yogyakarta: Pustaka Suryadi, D. 2010. Menciptakan Proses
Pelajar. Belajar Aktif: Kajian dari Sudut
Pandang Teori Belajar dan Teori
Darmadi, H. 2011. Metode Penelitian Didaktik. Makalah pada Seminar
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Nasional Pendidikan Matematika di
UNY: Tidak diterbitkan
Nuharini, D., & Wahyuni, T. 2008.
Matematika Konsep dan Aplikasinya TIMSS. 2011. TIMSS 2011 International
untuk Kelas VII SMP/Mts. Jakarta: Results in Mathematics. USA:
Pusat Perbukuan, Departemen TIMSS & PIRLS International Study
Pendidikan Nasional. Center and IEA.

141

You might also like