You are on page 1of 9

DOI: https://doi.org/10.21009/JPS.051.

01

Peningkatan Berpikir Kritis


pada Mata Pelajaran Sejarah Melalui Pendekatan
Pembelajaran Konstruktivistik
Oleh : Rudi Hermanto
Pendidikan Sejarah PPS UNJ

Abstract
‘’œȱœž¢ȱŠ’–œȱ˜ȱŽŽ›–’—Žȱ‘ŽȱŽěŽŒȱ˜ȱŒ˜—œ›žŒ’Ÿ’œȱ•ŽŠ›—’—ȱŠ™™›˜ŠŒ‘ȱ˜—ȱ’–™›˜Ÿ’—ȱŒ›’’ŒŠ•ȱ‘’—”’—ȱ
œ”’••œȱŠ—ȱ•ŽŠ›—’—ȱ˜žŒ˜–Žœȱ˜ȱ•ŽŠ›—Ž›œȱ‘’œ˜›¢ȱǯȱ‘Žȱ–Ž‘˜ȱžœŽȱ’—ȱ‘’œȱœž¢ȱ’œȱŠŒ’˜—ȱ›ŽœŽŠ›Œ‘ȱ–Ž‘˜ȱ
˜ȱ‘ŽȱŽœ’—ȱ˜ȱ‘Žȱœ™’›Š•ȱ–˜Ž•ȱ Ž––’œȱŠ—ȱŠŠ›ȱǯȱ‘Žȱ’—œ›ž–Ž—œȱžœŽȱŠ›Žȱ‘Žȱž’Ž•’—Žœȱ˜›ȱ‘Žȱ
˜‹œŽ›ŸŠ’˜—ȱ˜ȱŒ›’’ŒŠ•ȱ‘’—”’—ȱœ”’••œȱŠ—ȱ•ŽŠ›—ȱ‘Žȱ‘’œ˜›¢ȱ˜ȱ‘ŽȱŽœȱ›Žœž•œȱǯȱž‹“ŽŒœȱ Ž›ŽȱœžŽ—œȱ˜ȱŒ•Šœœȱ
 ȱ ȱřȱȱŽŽ›’ȱŚŘȱ Š”Š›Šȱ˜Š•’—ȱřřȱ™Ž˜™•Žȱǯȱȱ‘Žȱ›Žœž•œȱŠ›ŽDZȱǻŗǼȱ™™•’ŒŠ’˜—ȱ˜ȱŒ˜—œ›žŒ’Ÿ’œȱ
•ŽŠ›—’—ȱŠ™™›˜ŠŒ‘ȱŒŠ—ȱ’–™›˜ŸŽȱŒ›’’ŒŠ•ȱ‘’—”’—ȱœ”’••œȱŠ—ȱ•ŽŠ›—’—ȱ˜žŒ˜–Žœȱ˜ȱ‘Žȱ
’œ˜›¢ȱ˜ȱ•ŽŠ›—Ž›œȱ
DzȱǻŘǼȱ•Š—’—ȱ–ŠŽ›’Š•ȱŒ˜—ŒŽ™œȱ‘›˜ž‘ȱŒ˜—œ›žŒ’Ÿ’œȱ•ŽŠ›—’—ȱ–˜Ž•ȱŒŠ—ȱŠŒŒŽ•Ž›ŠŽȱŠ—ȱŠŒ’•’ŠŽȱ‘Žȱ
ž—Ž›œŠ—’—ȱ˜ȱ‘Žȱ•ŽŠ›—Ž›œDzȱǻřǼȱ‘›˜ž‘ȱ‘ŽȱŒ˜—œ›žŒ’Ÿ’œȱ•ŽŠ›—’—ȱŠ™™›˜ŠŒ‘ȱ•ŽŠ›—Ž›œȱŠ›Žȱ‹ŽŒ˜–’—ȱ
’—Œ›ŽŠœ’—•¢ȱŠŒ’ŸŽȱ’—ȱꗍ’—ȱŠ—ȱŽ¡™•˜›’—ȱ—Ž ȱ”—˜ •ŽŽDzȱǻŚǼȱ —ȱ‘Žȱ™›˜ŒŽœœȱŒ˜—œ›žŒ’Ÿ’œȱ•ŽŠ›—’—ȱ
Š™™›˜ŠŒ‘ȱ˜ȱŠĴ›ŠŒȱ•ŽŠ›—Ž›œȱ’—ȱœž¢’—ȱ‘Žȱ‘’œ˜›¢ȱ•Žœœ˜—ȱǯ
Key words:ȱ ‘’œ˜›¢ȱ •ŽŠ›—’—ȱ ˜žŒ˜–Žœǰȱ Œ˜—œ›žŒ’Ÿ’œȱ ’—œ›žŒ’˜—Š•ȱ ȱ Š™™›˜ŠŒ‘Žœǰȱ ’–™›˜ŸŽȱ Œ›’’ŒŠ•ȱ
‘’—”’—

Abstrak
Ž—Ž•’’Š—ȱ ’—’ȱ ‹Ž›ž“žŠ—ȱ ž—ž”ȱ –Ž—ŽŠ‘ž’ȱ ™Ž—Š›ž‘ȱ ™Ž—Ž”ŠŠ—ȱ ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ ”˜—œ›ž”’Ÿ’œ’”ȱ ™ŠŠȱ
™Ž—’—”ŠŠ—ȱ”Ž–Š–™žŠ—ȱ‹Ž›™’”’›ȱ”›’’œȱŠ—ȱ‘Šœ’•ȱ‹Ž•Š“Š›ȱœŽ“Š›Š‘ȱ™ŽœŽ›Šȱ’’”ǯȱŽ˜Žȱ™Ž—Ž•’’Š—ȱ¢Š—ȱ
’ž—Š”Š—ȱŠ•Š–ȱ™Ž—Ž•’’Š—ȱ’—’ȱŠŠ•Š‘ȱ–Ž˜ŽȱŠŒ’˜—ȱ›ŽœŽŠ›Œ‘ȱŽ—Š—ȱŽœŠ’—ȱ–˜Ž•ȱœ™’›Š•ȱ Ž––’œȱŠ—ȱ
ŠŠ›ǯȱ —œ›ž–Ž—ȱ¢Š—ȱ’ž—Š”Š—ȱŠŠ•Š‘ȱ™Ž˜–Š—ȱ™Ž—Š–ŠŠ—ȱž—ž”ȱ”Ž–Š–™žŠ—ȱ‹Ž›™’”’›ȱ”›’’œȱŠ—ȱ
Žœȱ‘Šœ’•ȱ‹Ž•Š“Š›ȱœŽ“Š›Š‘ǯȱž‹“Ž”ȱ™Ž—Ž•’’Š—ȱŠŠ•Š‘ȱ™ŽœŽ›Šȱ’’”ȱ”Ž•Šœȱ ȱ ȱřȱȱŽŽ›’ȱŚŘȱ Š”Š›Šȱ¢Š—ȱ
‹Ž›“ž–•Š‘ȱřřȱ˜›Š—ǯȱȱ
Šœ’•ȱ™Ž—Ž•’’Š—DZȱǻŗǼȱŽ—Ž›Š™Š—ȱ™Ž—Ž”ŠŠ—ȱ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ”˜—œ›ž”’Ÿ’œ’”ȱŠ™Šȱ
–Ž—’—”Š”Š—ȱ”Ž–Š–™žŠ—ȱ‹Ž›™’”’›ȱ”›’’œȱŠ—ȱ‘Šœ’•ȱ‹Ž•Š“Š›ȱŽ“Š›Š‘ȱ™ŠŠȱ™ŽœŽ›Šȱ’’”DzȱǻŘǼȱŽ—Š—Š–Š—ȱ
”˜—œŽ™ȱ –ŠŽ›’ȱ –Ž•Š•ž’ȱ –˜Ž•ȱ ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ ”˜—œ›ž”’Ÿ’œ’”ȱ Š™Šȱ –Ž–™Ž›ŒŽ™Šȱ Š—ȱ –Ž–™Ž›–žŠ‘ȱ
™Ž–Š‘Š–Š—ȱ™Š›Šȱ™ŽœŽ›Šȱ’’”DzȱǻřǼȱŽ Šȱ™Ž—Ž”ŠŠ—ȱ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ”˜—œ›ž”’Ÿ’œ’”ȱ™ŽœŽ›Šȱ’’”ȱ”’Š—ȱ
Š”’ȱ Š•Š–ȱ –Ž—ŒŠ›’ȱ Š—ȱ –Ž—Š•’ȱ ™Ž—ŽŠ‘žŠ—ȱ ‹Š›žDzȱ ǻŚǼȱ Š•Š–ȱ ™›˜œŽœ—¢Šȱ ™Ž—Ž”ŠŠ—ȱ ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ
”˜—œ›ž”’Ÿ’œ’”ȱ–Š–™žȱ–Ž—Š›’”ȱ–’—Šȱ™ŽœŽ›Šȱ’’”ȱŠ•Š–ȱ–Ž–™Ž•Š“Š›’ȱ–ŠŠȱ™Ž•Š“Š›Š—ȱœŽ“Š›Š‘
Kata Kunci:ȱ‘Šœ’•ȱ‹Ž•Š“Š›ȱœŽ“Š›Š‘ǰȱ™Ž—Ž”ŠŠ—ȱ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ”˜—œ›ž”’Ÿ’œ’”ǰȱ™Ž—’—”ŠŠ—ȱ‹Ž›™’”’›ȱ”›’’œ

PENDAHULUAN

Berpikir adalah proses terpenting menjadi sebuah kemampuan yang


dalam kehidupan setiap kehidupan berbeda antar tiap individu. Berpikir
manusia. Sepanjang hayatnya manusia memungkinkan setiap orang untuk
akan terus selalu melakukan aktivitas dapat merepresentasikan dunia sebagai
berpikir. Kemampuan berpikir seseorang model dan memberikan perlakuan
dapat berasal dari dalam dirinya sendiri, terhadapnya secara efektif sesuai dengan
namun kemampuan tersebut juga dapat tujuan, rencana, dan keinginannya.
dilatih dan dikembangkan sehingga Berpikir melibatkan kemampuan otak

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 1 Vol.5 No.1 Januari 2016


untuk mengolah segala informasi, seperti Peserta didik menganggap mata pelajaran
saat kita membentuk konsep, terlibat sejarah kurang menyenangkan atau tanpa
dalam pemecahan masalah, melakukan variasi. Pembelajaran sejarah juga sering
penalaran, dan mengambil keputusan. berjalan satu arah (monoton), guru terus
memberikan materi dengan ceramah
—’••’Ž—ȱ –Ž–˜›¢ merupakan bagian tanpa melihat potensi yang dimiliki oleh
atau fungsi yang terdapat dalam bagian para peserta didik.
otak kiri manusia. —’••’Ž—ȱ –Ž–˜›¢ȱ
menyimpan segala bentuk kemampuan Kemampuan berpikir kritis para
berpikir. Kemampuan individu agar peserta didik tidak berkembang dengan
dapat berhasil dalam kehidupannya baik karena mereka kurang diberikan
ditentukan oleh kecakapan berpikirnya ruang untuk memaparkan pandangan
dalam memecahkan masalah-masalah serta analisisnya ketika pem-belajaran
dalam kehidupan. Kemampuan berpikir berlangsung. Pengajaran masih dipakai
kritis merupakan salah satu dasar yang oleh para guru sebagai paradigma
wajib dimiliki oleh manusia. Piaget utama, semua proses penyampaian
memaparkan bahwa berpikir kritis adalah hanyalah sebagai transfer materi semata,
keterampilan setiap individu dalam bukan sebagai tansformasi nilai. Melihat
menggunakan strategi berpikir dalam fenomena ini, paradigma pengajaran harus
menganalisis argumen dan memberikan diubah menjadi paradigma pembelajaran
interpretasi berdasarkan persepsi yang mengedepankan proses pengem-
yang benar dan rasional. Onions me- bangan potensi diri peserta didik. Guru
nambahkan, berpikir kritis merupakan sejarah harus mampu menciptakan
salah satu cara atau keterampilan dalam inovasi baru dalam pembelajaran sejarah,
berpikir yang mendorong seseorang dan wajib memiliki kompetensi yang baik
mendapatkan informasi secara sistemik dalam memaparkan makna atau intisari
dan diputuskan lewat pertimbangan yang yang terkandung dari setiap materi yang
logis. disampaikan.

Sejarah merupakan mata pelajaran Idealnya pembelajaran sejarah


yang fungsinya menumbuh kembangkan adalah wahana bagi setiap peserta didik
cara berpikir kritis bagi setiap peserta untuk berpikir jauh lebih kritis, mampu
didik. Untuk apa belajar dan memahami memahami makna atau nilai dari setiap
sejarah ? Karena lewat sejarahlah manusia peristiwa yang pernah terjadi, bukan
dapat mengkonsepsikan kehidupan sekedar mengingat tokoh, fakta, dan
dalam perjalanan waktu yang terus tahun kejadian. Esensi terpenting, dalam
berjalan. Menempatkan diri kita dalam setiap peristiwa sejarah yang pernah
perjalanan waktu itu sudah merupakan terjadi, peserta didik diharapkan mampu
kebutuhan setiap manusia. Namun untuk mengambil nilai-nilai positif yang
dalam realitasnya, pendidikan sejarah di patut untuk diteladani. Oleh sebab itu
Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki paradigma pem-belajaran yang terfokus
banyak problem. Pembelajaran sejarah di kepada guru kini harus diubah, pem-
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) belajaran yang berpusat kepada peserta
kurang begitu mendapatkan apresiasi didik merupakan perubahan yang paling
positif dari setiap peserta didik di sekolah. tepat.

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 2 Vol.5 No.1 Januari 2016


Driscoll menyatakan bahwa ȱ Œ’˜—ȱ ›ŽœŽŠ›Œ‘ atau penelitian
pembelajaran merupakan upaya yang tindakan adalah salah satu bentuk
disengaja untuk mengelola kejadian atau rancangan penelitian. Dalam penelitian
peristiwa belajar dalam memfasilitasi tindakan peneliti mendeskripsikan,
peserta didik sehingga memperoleh menginterpretasi dan menjelaskan suatu
tujuan yang dipelajari, suatu rencana yang situasi sosial pada waktu yang bersamaan
terorganisasi untuk mengembang-kan dengan melakukan perubahan atau
optimalisasi hasil belajar para peserta didik. intervensi dengan tujuan perbaikan atau
Oleh karenanya, menurut Reigeluth dan partisipasi. Menurut Gay, Mills dan
Chellman, pembelajaran dapat dipahami Airasian, penelitian tindakan adalah
sebagai segala sesuatu yang dilakukan suatu rangkaian kegiatan bersama yang
dengan maksud untuk memfasilitasi berkelanjutan antara pihak terkait dalam
belajar. Melalui penjelasan tersebut, maka hal merencanakan, melaksanakan, dan
dapat dipahami bahwa pembelajaran mengevaluasi rangkaian upaya untuk
adalah seluruh mekanisme dan proses mencapai perubahan status pola pikir,
belajar yang dilaksanakan oleh para guru pandangan, cara kerja, dan sikap baru
kepada peserta didik dengan melibatkan yang didasari sebagai tindakan yang
seluruh komponen pembelajaran untuk bersifat dinamis terhadap perubahan
mendukung tercapainya tujuan belajar. selanjutnya.
Pembelajaran sejarah wajib Koshy menyatakan bahwa penelitian
terselenggara lewat forum dialogis, guru tindakan selalu berhubungan dengan
dan peserta didik wajib melakukan riset tindakan untuk mencapai hasil praktis
secara bersama. Atau dengan kata lain dan menciptakan bentuk pemahaman
siswa bukan hanya menghafal fakta- baru, karena tindakan tanpa pengetahuan
fakta berkelanjutan, melainkan mampu adalah buta dan teori tanpa tindakan
menjawab fakta dan efek yang saling hanyalah hal yang tak berarti. Penelitian
terkait. Dari pembahasan ini dapat tindakan ditujukan untuk memberikan
dijabarkan bahwa proses pembelajaran andil pada pemecahan masalah praktis
intinya adalah aktivitas belajar para dalam situasi problematik yang mendesak
peserta didik. Aktif atau tidaknya aktivitas dan pada pencapaian tujuan ilmu sosial
pembelajaran dipengaruhi oleh banyak melalui kolaborasi patungan dalam
aspek, salah satunya adalah pendekatan rangka kerja etis yang saling berterima.
pembelajaran yang diterapkan oleh para Proses penelitian bersifat dari waktu ke
guru di kelas. waktu. Dengan demikian action research
menghubungkan antara teori dengan
METODOLOGI PENELITIAN
praktek.
Metode yang diterapkan dalam
Penelitian tindakan bertujuan untuk
penelitian ini adalah penelitian kaji
menyelesaikan suatu problem yang
tindak atau sering dikenal dengan ŠŒ’˜—ȱ
terjadi pada sebuah lembaga. Dalam
›ŽœŽŠ›Œ‘ǯ Penelitian ini dilakukan untuk
menyelesaikan problem tersebut dapat
menganalisis keberhasilan atau kegagalan
dilakukan lewat tindakan tertentu.
dalam suatu aktivitas pembelajaran.
Lembaga yang akan menjadi objek
Penelitian ini diharapkan mampu untuk
penelitian adalah SMA Negeri 42
meningkatkan mutu pembelajaran di
Jakarta, tepatnya di Jakarta Timur, DKI
tingkat Sekolah Menengah Atas.
Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 3 Vol.5 No.1 Januari 2016


mata pelajaran Sejarah di kelas XII IPS 3. peneliti dapat menemukan solusi atau
Penelitian berlangsung selama tiga bulan, pemecahan masalah yang kelak akan
dimulai pada bulan Oktober sampai dihadapi.
Desember 2015.
ŽžŠǰ menentukan solusi berupa bentuk
Prosedur Penelitian Tindakan tindakan yang akan diterapkan dalam
usaha pe-mecahan masalah. Bentuk
Desain penelitian sendiri mengacu
tindakan yang akan diterapkan pada siklus
pada pendapat Kemmis dan Taggart. Model
pertama adalah penerapan pendekatan
spiral penelitian yang diusulkan oleh
pembelajaran konstruktivistik.
Kemmis dan Taggart bersifat œŽ•Ȭ›ŽĚŽŒ’ŸŽǰ
artinya penggunaan model tersebut Ž’Šǰ membuat rancangan tindakan.
Š™Šȱ ’–˜’ꔊœ’ȱ Š—ȱ ’ŠŠ™Šœ’ȱ œŽœžŠ’ȱ Pendekatan pembelajaran konstruktivistik
dengan kebutuhan yang ada. Siklusnya diterapkan pada mata pelajaran Sejarah
mencakup: Perencanaan, pelaksanaan, dengan mengutamakan hal-hal berikut
˜‹œŽ›ŸŠœ’ȱ Š—ȱ ›ŽĚŽ”œ’ǯȱ Š™ž—ȱ œ’”•žœȬ ini : 1) guru beserta peserta didik akan
siklus di atas dapat digambarkan dalam mendiskusikan suatu topik, 2) materi yang
bentuk spiran pada halaman berikut: ditentukan harus menimbulkan rasa tanda
tanya, 3) aktivitas pembelajaran harus
mampu meningkatkan berpikir kritis para
peserta didik.

ŽŽ–™Šǰ menjalankan rancangan tindakan


siklus. Aplikasi tindakan dilakukan oleh
guru kelas dan dimonitor oleh peneliti
secara berkelanjutan dengan meng-
gunakan instrumen yang telah disediakan.

Ž•’–Šǰ melakukan monitoring serta


evaluasi. Monitoring serta evaluasi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
bentuk tindakan yang sedang dijalankan.

ŽŽ—Š–ǰȱ –Ž›ŽĚŽ”œ’ȱ ‘Šœ’•ȱ ’—Š”Š—ȱ œ’”•žœȱ


pertama untuk membuat rekomendasi
apakah tindakan ini dihentikan atau
dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Gambar 1. Model Kemmis dan aggart HASIL DAN PEMBAHASAN


(2004 : 24) 1. Observasi Tindakan Siklus I
Siklus dalam penelitian ini dirancang Dalam tahap ini observasi dilakukan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: untuk melihat serta mengetahui
intervensi yang telah dijalankan.
Ž›Š–Šǰȱ ™Ž—Ž•’’ȱ –Ž—’—Ž—’ꔊœ’ȱ Deskripsinya dapat dilihat dalam
permasalahan yang terkait dengan uraian ini :
peningkatan berpikir para peserta didik. a. Meningkatnya Kemampuan Berpikir
Ž—’ꔊœ’ȱ –ŠœŠ•Š‘ȱ ’•Š”ž”Š—ȱ ŠŠ›ȱ Kritis Peserta Didik

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 4 Vol.5 No.1 Januari 2016


Peningkatan berpikir kritis peserta
Juga ada sebagian dari peserta didik
didik diukur lewat instrumen
yang belum berani me-nyampaikan
aktivitas pem-belajaran yang terdiri
pandangannya karena terlihat malu-
dari tujuh butir indikator. Setiap
malu.
butir indikator tersebut terdapat
d. Kiranya perlu dilakukan revisi untuk
kolom atau tempat untuk diceklis
siklus berikutnya terkait pada bagian
oleh peneliti.
pendahuluan. Hal ini diperlukan unuk
menumbuhkan serta mengembangkan
Pertemuan Pertama :
semangat belajar para peserta didik
Dari hasil observasi yang diperoleh
oleh peneliti, sebagian kecil peserta
Revisi ini antara lain adalah :
didik telah dapat merumuskan masalah,
a, Pendahuluan tidak hanya dilakukan
memberikan argumen, memberikan tang-
dengan cara pemberian jokes saja.
gapan atas pernyataan teman. Sebagian
Guru dapat memulai pembelajaran
besar peserta didik belum mampu
dengan mengkaitkan kajian materi
menunjukkan adanya peningkatan
hari itu dengan konteks yang terjadi
aktivitas berpikir kritis.
pada masa sekarang.
b. Keterlibatan peserta didik tidak harus
Pertemuan Kedua :
selalu dengan pola tanya jawab, namun
Aktivitas pembelajaran mulai
perlu dilakukan dengan pemberian
mengalami adanya perubahan ke
tugas pada hari sebelumnya agar
peningkatan berpikir kritis.
merangsang dan memfokuskan
Untuk pendahuluan, berdasarkan
perhatian mereka dalam proses awal
›ŽĚŽ”œ’ȱ Š—Š›Šȱ ž›žȱ Š—ȱ ™Ž—Ž•’’ǰȱ ŠŠȱ
pembelajaran.
beberapa hal yang terjadi dalam penerapan
pendekatan pembelajaran konstruktivistik
Untuk penyajian, pada siklus I guru
yang perlu diperhatikan, antara lain:
telah berupaya membuka ruang dan
a. Dalam melakukan absensi, guru
kesempatan bagi peserta didik untuk
terkadang memberikan jokes yang
membangun sendiri pengetahuannya.
membuat waktu pem-belajaran sedikit
Hal ini dilakukan agar mereka dapat
ter-buang, jokes memang diperlukan
mengembangkan kemampuan berpikir
untuk men-cairkan suasana, tapi ada
kritisnya dalam proses pembelajaran.
–Ž—Ž“Ž–Ž—ȱ  Š”žȱ Š•Š–ȱ Š”’ꝩœȱ
Penerapan pendekatan pembelajaran
pem-belajaran.
konstruktivistik pada dasarnya mampu
b. Perhatian peserta didik belum terfokus
untuk mengembangkan pola berpikir
saat pembelajaran dimulai, hal ini
kritis para peserta didik. Hal ini dibuktikan
terjadi karena mata pelajaran ber-
dengan peserta didik mampu melalui
langsung di jam terakhir, saat dimana
tahapan-tahapan indikator berpikir kritis.
energi dan konsentrasi peserta didik
Walau demikian, ada beberapa hal yang
sudah terkuras.
perlu diperhatikan dalam tahap penyajian
c. Keterlibatan peserta didik dalam
pada siklus I, antara lain :
aktivitas pembelajaran belum
a. Meskipun materi yang diberikan
berjalan secara maksimal. Terkesan,
adalah materi yang menimbulkan sisi
keterlibatan peserta didik hanya
investigasi (menggali lebih dalam),
terfokus kepada beberapa orang yang
beberapa peserta didik masih nampak
memang menyukai mata pelajaran ini.

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 5 Vol.5 No.1 Januari 2016


sulit dalam menyelesaikan masalah Terdapat beberapa hal yang perlu
yang dihadapi. direkomendasikan sebagai tindak lanjut
b. Teamwork antar kelompok terlihat untuk perbaikan siklus selanjutnya terkait
belum optimal. Artinya, terdapat dengan peningkatan kemampuan berpikir
anggota kelompok yang ter-lampau kritis melalui pendekatan pembelajaran
mendominasi, dan jarang memberikan konstruktivistik, sebagai berikut :
kesempatan kepada teman a. Guru dan peneliti wajib memberikan
sekelompoknya. ruang serta kesempatan seluas-
c. Peserta didik yang menjadi kelompok luasnya kepada para peserta didik
penyaji terlihat masih kurang percaya dalam memberikan argumen
diri ketika memberikan presentasi di atau pandangannya dalam proses
depan kelas. pembelajaran.
d. Peserta didik masih terpaku pada b. Guru dan peneliti perlu memotivasi
smart phone dalam mencari sumber keberanian peserta didik dalam
atau data saat proses pembelajaran menyampaikan argumen atau pan-
berlangsung. dangannya dalam forum diskusi.
e. Kiranya perlu dilakukan revisi untuk c. Guru dan peneliti selanjutnya akan
siklus berikutnya terkait pada bagian meng-ubah pola kebiasaan, yang
penyajian. sebelumnya mendominasi kelas
menjadi mem-berdayakan kelas,
Revisi ini meliputi hal-hal sebagai artinya memberikan kesempatan
berikut : kepada setiap peserta didik untuk
a. Mungkin dibutuhkan media visual meningkatkan kemampuannya.
œŽ™Ž›’ȱ ꕖȱ ž—ž”ȱ –Ž—¢Š“’”Š—ȱ d. Guru dan peneliti akan menyampaikan
materi yang lebih menarik dan setiap hasil observasi kepada peserta
dapat merangsang fokus peserta ’’”ȱ Ž—Š—ȱ ™Ž›”Ž–‹Š—Š—ȱ Š”’ꝩœȱ
didik dalam fokus pembelajaran. mereka pada pertemuan selanjutnya.
b. Memberikan motivasi kepada setiap e. Aktivitas belajar peserta didik dalam
kelompok agar tampil dengan ranah proses pembelajaran adalah acuan
kerjasama, bukan one man show. indikator keberhasilan meningkatnya
c. Meningkatkan sikap toleransi dalam kemampuan berpikir kritis. Semakin
kehidupan kelas, tidak cuek dan banyak partisipasi peserta didik dalam
menghargai kelompok penyaji saat berargumen, mem-beri tanggapan,
memberikan presentasinya. me-lakukan analisis, men-jawab
d. Menyiapkan sumber literature lain pertanyaan dengan logis, merupakan
kepada peserta didik. hal-hal yang menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis mereka
Pada bagian penutup, untuk selanjutnya mulai meningkat.
guru perlu meminta peserta didik
untuk memberikan saran dan kritik Untuk lebih memacu para peserta
demi perbaikan kualitas pembelajaran didik dalam proses pembelajaran, maka
berikutnya. Saran dan kritik para peserta guru dan peneliti akan melakukan
didik sebaiknya disampaikan secar tertulis beberapa hal ini untuk siklus selanjutnya :
tanpa mencantumkan nama mereka a. Memberikan reward atau penghargaan
(tertutup). kepada peserta didik yang aktif dalam
proses pembelajaran, hal ini penting

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 6 Vol.5 No.1 Januari 2016


agar mereka semakin terpacu lagi amat aktif. Peserta didik kini juga sering
dalam kajian selanjutnya. memberikan argumen serta tanggapan
b. Memotivasi peserta didik yang kurang dengan penguatan dari setiap literatur
aktif untuk menjadi lebih aktif agar yang mereka baca.
proses pembelajaran dapat berjalan
secara optimal. Peneliti bersama guru duduk bersama
–Ž•Š”ž”Š—ȱ›ŽĚŽ”œ’ȱŽ›‘ŠŠ™ȱ™Ž•Š”œŠ—ŠŠ—ȱ
Menghargai semua jawaban dan hasil siklus II, dengan paparan sebagai berikut :
analisis dari para peserta didik, bila ada
a. Aktivitas peserta didik dalam
yang salah, tetap akan diberikan reward
pembelajaran berada pada kategori
agar tetap menjaga rasa percaya diri
baik sekali. Hal ini dapat dilihat dari
mereka.
tabel aktivitas peserta didik yang terus
2. Observasi Tindakan Siklus II mengalami peningkatan dalam proses
pembelajaran. Tercapainya aktivitas
Dalam tahap ini observasi dilakukan ini karena dilakukan langkah-langkah
untuk melihat serta mengetahui intervensi antara lain, pada saat pemaparan
yang telah dijalankan dalam siklus materi dalam forum diskusi melalui
selanjutnya. Deskripsinya dapat dilihat tayangan ’—˜Œžœǰ peserta didik yang
dalam uraian ini : kurang memperhatikan, tiba-tiba diberi
Pertemuan Ketiga : teguran oleh guru. Dalam memulai
pembelajaran, guru juga memberikan
Dari hasil observasi yang diperoleh intermezzo yang berkaitan dengan
oleh peneliti, mulai ada perubahan topik pembahasan, hal ini untuk
ke tahap yang lebih baik dibanding menarik minat peserta didik. Setiap
siklus terdahulu. Pembelajaran mulai kelompok penyaji juga diwajibkan
berlangsung dengan aktif, karena mulai menayangkan visualisasi (gambar)
ada beberapa peserta didik yang mulai yang terpaut dengan materi penyajian
berani terlibat dalam forum diskusi. mereka, hal ini agar mempermudah
para peserta didik yang lain untuk
Pertemuan Ke Empat :
menggambarkan situasi pada masa
Aktivitas pembelajaran semakin lalu.
menuju ke arah yang lebih baik, dalam
b. Konsentrasi peserta didik dalam
pertemuan ini hampir setiap peserta didik
aktivitas pembelajaran juga kian
memberikan pandangannya terhadap
meningkat, tiada lagi peneliti
materi kajian yang sedang dibahas,
menemukan peserta didik yang hilang
interaksi antar anggota kelompok juga
konsentrasinya saat pembelajaran
kian meningkat, tiada lagi tipikal one man
berlangsung. Guru memotivasi peserta
œ‘˜  di setiap kelompok. Hal ini dapat
didik bahwa setiap materi pembahasan
kita lihat pada tabel 5. berikut :
adalah sesuatu hal yang penting
Pertemuan Ke Lima : dalam memperkaya pengetahuan dan
wawasan, terlebih materi pembahasan
Aktivitas pembelajaran di pertemuan pada siklus ini peristiwanya belum
ini telah mengalami situasi yang sangat lama terjadi, maka sangat disayangkan
optimal, mayoritas peserta didik telah jika mereka kurang fokus saat
mengikuti aktivitas pembelajaran dengan

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 7 Vol.5 No.1 Januari 2016


mengkaji materi tersebut. Guru tetap memberikan sesuatu yang maksimal
memberikan “˜”Žœ agar situasi kelas dalam argumen dan tanggapan mereka.
tetap menyenangkan, porsiȱ“˜”Žœȱsendiri
Berdasarkan hasil yang telah dicapai
disesuaikan dengan porsi waktu, agar
pada siklus II ini, maka peneliti bersama
tidak banyak waktu terbuang untuk hal
guru sepakat untuk menghentikan
’•žŠ›ȱ Š”’ꝩœȱ ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ǯȱ Ž—Š•Šȱ
tindakan penelitian sampai pada siklus
kelelahan akibat problem jam terakhir
ini. Hal ini dikarenakan semua indikator
sudah tidak muncul dalam siklus ini.
keberhasilan yang ditetapkan untuk
c. Tidak seperti di siklus awal, pada masing-masing indikator kemampuan
siklus kedua, interaksi atau kerjasama berpikir kritis peserta didik telah dapat
antar anggota kelompok juga kian terpenuhi.
berjalan ke arah yang lebih sempurna,
peneliti melihat, kini setiap anggota
KESIMPULAN
kelompok memberikan sumbangsih
pemikirannya atas hal yang sedang di- Aktivitas peserta didik kelas XII IPS
diskusikan, hilangnya tipikal peserta 3 SMA Negeri 42 Jakarta dalam mata
didik ˜—Žȱ –Š—ȱ œ‘˜  adalah indikasi pelajaran Sejarah melalui pendekatan
utama keberhasilan akan hal ini. pembelajaran konstruktivistik mengalami
Pada tahap pendahuluan, guru juga peningkatan. Aktivitas pembelajaran
memberikan motivasi serta semangat seperti merumuskan masalah,
kepada kelompok penyaji untuk memberikan argumen atas pertanyaan
meyakinkan mereka bahwa forum teman, memberikan tanggapan atas
diskusi mereka akan berjalan dengan pernyataan teman, melakukan deduksi,
sukses. melakukan induksi dan menganalisis
data, melakukan evaluasi, dan mengambil
d. Pada siklus kedua, terlihat bahwa
kesimpulan semuanya mengalami
keterlibatan peserta didik dalam
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat
forum diskusi juga mengalami
pada tabel aktivitas pembelajaran di bab
™Ž—’—”ŠŠ—ȱ ¢Š—ȱ œŠ—Šȱ œ’—’ꔊ—ǯȱ
IV. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan
Kini keterlibatan dalam forum diskusi
bahwa kemampuan berpikir kritis peserta
tidak hanya terfokus kepada beberapa
didik mengalami peningkatan dalam
orang yang menyukai mata pelajaran
setiap aktivitas pembelajaran di kelas.
Sejarah. Mayoritas peserta didik mulai
berani dalam memberikan argumen,
Penerapan pendekatan pembelajaran
tanggapan serta analisis mereka. Juga
konstruktivistik dapat meningkatkan hasil
hadir sikap toleransi dalam forum
belajar Sejarah peserta didik pada kelas XII
tersebut, pertanyaan diberikan atas
IPS 3 SMA Negeri 42 Jakarta. Nilai rata-
dasar rasa ingin tahu, bukan untuk
rata peserta didik pada siklus I sebesar
menjatuhkan kapasitas (kemampuan)
88.78, meningkat pada siklus II menjadi
kelompok penyaji. Guru memberikan
92.57. Rata-rata nilai ulangan harian para
ruang sebesar-besar-nya agar peserta
peserta didik telah memcapai hasil di atas
didik terus mengembangkan sikap
KKM yang berada di angka 75.
berpikir kritisnya, dan hampir setiap
pertanyaan yang muncul bersifat
investigasi, yang membuat baik
penanya maupun penjawab akan

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 8 Vol.5 No.1 Januari 2016


IMPLIKASI
Putrayasa. Ida Bagus. LŠ—ŠœŠ—ȱ Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ǯȱ
Penerapan pendekatan pembelajaran Denpasar: Undiksha Press, 2013.
konstruktivistik dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar Rosyada, Dede. Š›Š’–Šȱ Ž—’’”Š—ȱ
Sejarah pada peserta didik kelas XII IPS 3 Ž–˜”›Š’œȱ DZȱ Ž‹žŠ‘ȱ ˜Ž•ȱ Ž•’‹ŠŠ—ȱ
SMA Negeri 42 Jakarta. Penanaman konsep Šœ¢Š›Š”Šȱ Š•Š–ȱ Ž—¢Ž•Ž—Š›ŠŠ—ȱ
Ž—’’”Š—ǯȱJakarta: Prenada, 2007.
materi melalui pendekatan pembelajaran
konstruktivistik dapat mempercepat dan
Rusman. ˜Ž•Ȭ˜Ž•ȱ Ž–‹Ž•Š“Š›Š—DZȱ
mempermudah pemahaman para peserta Ž—Ž–‹Š—”Š—ȱ ›˜Žœ’˜—Š•’œ–Žȱ ž›ž.
didik. Maka, sudah sewajarnyalah bagi Š”Š›ŠDZȱŠ“Š›Šę—˜ǰȱŘŖŗŚǯ
setiap guru untuk lebih banyak mencari Rusmono. ›ŠŽ’ȱŽ–‹Ž•Š“Š›Š—ȱŽ—Š—ȱ›˜‹•Ž–ȱ
alternatif pendekatan pembelajaran yang ŠœŽȱ ŽŠ›—’—ȱ žȱ Ž›•žǯ Bogor : Ghalia
dapat meningkatkan kemampuan berpikir Indonesia, 2012.
kritis dan hasil belajar para peserta didik.
Pendekatan pembelajaran yang tepat akan Sanjaya, Wina. Ž—Ž•’’Š—ȱ’—Š”Š—ȱ Ž•Šœǯȱ Š”Š›ŠDZ
meningkatkan minat belajar, sehingga Kencana, 2009.
peserta didik akan lebih bersemangat,
Sanjaya, Wina. ›ŠŽ’ȱ Ž–‹Ž•Š“Š›Š—DZȱ
tertarik dan merasa lebih mudah dalam
Ž›˜›’Ž—Šœ’ȱ Š—Š›ȱ ›˜œŽœȱ Ž—’’”Š—ǯȱ
mempelajari mata pelajaran Sejarah, Jakarta: Prenada, 2013.
serta tidak jenuh saat proses belajar
berlangsung. Silberman, Mel. Active Learning: 101 ›ŠŽ’ȱ
Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ ”’ǯ Yogyakarta: Insan
Daftar Pustaka Madani, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Ž—Ž•’’Š—ȱ’—Š”Š—ȱ Ž•Šœǯ Suyono. Ž•Š“Š›ȱ Š—ȱ Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ DZȱ Ž˜›’ȱ Š—ȱ
Jakarta: Bumi Aksara, 2006. ˜—œŽ™ȱ ŠœŠ›ǯȱ Š—ž—DZ Rosdakarya,
2011.
Basri, Hasan. Š›Š’–Šȱ Š›žȱ ’œŽ–ȱ
Ž–‹Ž•Š“Š›Š—. Bandung: Pustaka Setia, Thobroni, M. Ž•Š“Š›ȱŠ—ȱŽ–‹Ž•Š“Š›Š—DZȱŽ˜›’ȱŠ—ȱ
2015. ›Š”Ž”ǯ Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2015.
Gredler, Margaret E. ŽŠ›—’—ȱ—ȱ —œ›žŒ’˜—DZȱ
Ž˜›’ȱ Š—ȱ ™•’”Šœ’. Jakarta: Prenada, Trianto. Ž—Ž•’’Š—ȱ ’—Š”Š—ȱ Ž•Šœȱ Ž˜›’ȱ Š—ȱ
2011. ›Š”Ž”ǯ Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012.

Ibnu, Trianto Badar Al-Tabany. Mendesain Yamin, Martinis. ŽœŠ’—ȱ Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ


Model Pembelajaran Inovatif, ›˜›Žœ’ǰȱ ˜—œ›ž”’Ÿ’œ’”ǯ Jakarta: Referensi, 2012.
Š—ȱ ˜—Ž”œžŠ•. Jakarta : Prenada, 2014.
Yaumi, Muhammad. Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ Ž›‹Šœ’œȱ
Mertler, Craig A. Action Research: ŽŠŒ‘Ž›œȱ Šœȱ ž•’™•Žȱ —Ž••’Ž—ŒŽœǯ Jakarta: Dian
ŽœŽŠ›Œ‘ȱ ’—ȱ ‘Žȱ •Šœœ›˜˜–ǯȱ Los Angeles: Rakyat, 2012.
Sage, 2009.

Nurhayati, Eti. Psikologi PŽ—’’”Š—ȱ —˜ŸŠ’ǯȱ


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 9 Vol.5 No.1 Januari 2016

You might also like