You are on page 1of 55
2 Penalaran (Reasoning) Seientists, being only human, cannot always admit their errors, ‘even when confronted with strick proof (Thomas S. Kuhn, 1970) ‘Telah disebutkan dalam Bab 1 bahwa pengertian teori akuntansi dalam buku ini difokuskan pada pengertian teori sebagai suatu penalaran logis untuk menjelas- kan bagaimana suatu standar akuntansi diturunkan, dikembangkan, atau dipilih, Penalaran sangat penting perannya dalam belajar teori akuntansi karena teori akuntansi menuntut kemampuan penalaran yang memadai. Teori_ akuntansi banyak melibatkan proses penilaian kelayakan dan validitas suatu pernyataan dan argumen, Penalaran memberi keyakinan bahwa suatu pernyataan atau argumen layak untuk diterima atau ditolak. Penalaran logis merupakan salah satu sarana untuk memverifikasi validitas suatu teori. Penalaran merupakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip berpikir logis yang menjadi basis dalam diskusi ilmiah. Penalaran juga merupakan suatu ciri sikap (attitude) ilmiah yang sangat menuntut kesungguhan (commitment) dalam menemukan kebenaran ilmiah.' Sikap ilmiah membentengi sikap untuk meme- cahkan masalah secara serampangan, subjektif, pragmatik, dan emosional. Kare- na pentingnya masalah penalaran ini, bab ini membahas secara khusus pengertian penalaran dan berbagai aspeknya serta aplikasinya dalam akuntansi, Pengertian Sebagai titik tolak pembahasan, digjukan pengertian penalaran oleh Nickerson (1986) sebagai berikut:? Reasoning encompasses many of the processes we use to form and evaluate beliefs—beliefs about the world, about people, about the truth or falsity of claims ‘we encounter or make. It involves the production and evaluation of arguments, the making of inferences and the drawing of conclusions, the generation and ‘etilah kebenaran dalam pembahesan di sini tidak dimaksudkan dalam pengertian kebenaran mutlak (absolute truth) tetapi lebih dalam pengertian kebenaran ilmiah yang dibatasi oleh kemamj penelaran monusia. Kebenaran mutlak adalah milik Tuhan. Oleh karena itu, walaupun digunakan ist Jah kebenaran, kebenaran di sini harus lebih diartikan sebagai validites. Lihat catatani kaki 16 di Bab 1 *Raymond §, Nickerson, Reflections on Reasoning (Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher, 1986). Pembahasan di bab ini banyak didasarkan atas buku tersebut. 42 duction, both analysis f hypotheses. It requires both deduction fa fe Sind sonthest and both criticality and creativity (him. s berpikir logis dan sistematis Dapat dikatakan bahwa penalaran adalah ee ae (belief) tethadap suaty, untuk membentuk dan mengevaluasi paral dapat berupa teori (penjelasan) pernyataan atau asersi (assertion). ee ‘ckonomik, politik, atau sosial. Pong. tentang suatu fenomena atau realitas alam, bentuk, mempertahankan, atay Jaran perlu diajukan dan dijabarkan untuk membentuk, GtaanMatailperieion mengubah keyakinan bahwa sesuatu (misalnya teori, perny itl presente an) adalah benar. Penalaran melibatkan inferensi (inference) yait i a ra ue Tunan konsekuensi logis dan melibatkan pula proses penarikan simpulan, konklusi (conclusion) dari serangkaian pernyataan atau asersi. Proses penurunan simpulan sebagai suatu konsekuensi logis dapat bersifat deduktif maupun induktif. Penalar- an mempunyai peran penting dalam pengembangan, penciptaan, pengevaluasian, dan pengujian suatu teori atau hipotesis. Teori (pernyataan-pernyataan teoretis) merupakan sarana untuk menyata- kan suatu keyakinan sedangkan penalaran merupakan proses untuk mendulung Keyakinan tersebut. Oleh karena itu, keyakinan (terhadap suatu teori atau per. nyataan) berkisar antara lemah sampai kuat sekali atau memaksa (compelling) bergantung pada kualitas atau keefelt " tifan penalaran dalam menimbulkan daya bujuk atau dukung yang dihasilkan, Unsur dan Struktur Penalaran , keyakinan (belief), dan tu reat hubungan keti; argumen (argument). ul liga konsep tersebut dalam mengh: il lap keyakinan tentay nyataas OY atatt buktirasional terhad i Merupak me pakan unsur penting eyakinan (can ePUakan ane Aa maeeane® ar gumen (sebagatmasukan vakinan aja eluar HPenalaran), "" PFesentasi atau mengungkapkan suatu pernyat, tingkat diaan (willin, tt 80 engenei penalaran 2 sikap seseorang terhad: alah yan menjadi topik bahasan. ig terhadap suatu masé yang Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan infe- rensi atau penyimpulan yang di gunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Bila dihubungkan dengan argumen, keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang dile- katkan pada suatu pernyataan konklusi atas dasar pemahaman dan penilaian suatu argumen sebagai bukti yang masuk akal, Oleh karena itu, argumen menjadi unsur penting dalam penalaran karena tia’ digunakan untuk membentuk, meme- lihara, atau mengubah suatu r keyakinan. Gambar 2.1 menunjukkan secara diagra- matik proses penalaran secara umum Gambar 2.1 Proses atau Struktur Penalaran Masukan Proses Keluaran Asersi sebagai Keyakinan elomen bahwa asersi argumen konklusi benar am Toot a ee ial lrcss [isos] ers Gambar di atas menunjukkan bahwa argumen dalam proses penalaran meru- Pakan salah satu bentuk bukti yang oleh Mautz dan Sharaf (1964) disebut sebagai argumentasi rasional (rational argumentation).* Dua jenis bukti yang lain adalah bukti natural (natural evidence) dan bukti ciptaan (created evidence). Bukti dalam bentuk argumen rasional akan banyak diperlukan dalam teori akuntansi yang membahas masalah konseptual khususnya bila akuntansi dipandang sebagai teknologi dan teori akuntansi diartikan sebagai penalaran logis. Bukti adalah “Kata ini digunakan untuk menunjuk kata argumen. Dalam buku ini, kata tia (sebagai padan ata it dalam behasa Ingeris) kadangkela digunaken sebagai kata ganti penunjuk nomina sebagai arian kata dia yang digunakan sebagai kata ganti penunjuk orang ketiga. Sebagai objek (pelengkap dalam bahasa Inggris), kata nya Sebagai skhiran masih tetep dapat digunekan, Dengen penalaran yang sama, kata meretia akan 4igunakan dalam buku ini sebagai padan kata they untuk kata ganti penunjuk benda (nomina) jann ‘R. K. Mautz dan Hussein A. Sharaf, The Philosophy of Auditing (Sarasota, FL: American Accounting Association, 1964), him. 68. Bab 2 44 i judgment) untuk tu yang memberi dasar rasional dalam eae pect ieee eae tan kebenaran suatu pernyataan (to establis! aaitalevanai eteul best akuntansi pertimbangan diperlukan untuk Seat Gaerne 1 i untuk mencapai tifan suatu perlakuan akuntansi un ai tuju bawah ini menunjukkan peran argumen sebagai bukti- Gambar 2.2 Arti Penting Argumen Sebagai Bukti Keyakinan bahwa pa bn pemyataan benar Sebagal kt membentuk, memetnara, mengubah ‘Semua A adalah C Boukana Bbukan c 8 bukan C Porlu dicatat bahwa keyakinan yang diperoleh seseorang karena kekuatan atau kelemahan argumentasi adalah terpisah dengan masalah apakah pernyataan yang diyakini itu sendiri benar (true) atau takbenar (false). Dapat saja seseorang memegang keyakinan yang kuat:terhadap sesuatu yang salah atau sebaliknya menolak suatu pernyataan. yang benar (valid). Berikut ini dibahas lebih lanjut konsep atau komponen penalaran Asers| Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu ata it aan u realitas, Pada panamnya asersi dinyatakan dalam bentuk kalimat. Betikut ini adalah contoh beberapa asersi (beberapa adalah asersi dalam akuntansi); + Manusia adalah makhtuk sosil + Semua binatang menyuscs i | Beberapa obat bstuk menyebabie ry PACU paru, {Tidak ada ikan hias yang melahirkan, * Dalam sektor Publik anggeren a eaTUS pantumken di neraca ; f . Pengawasan yang Paling anda. UP@kan alat Pengendalian dan Beberapa asersi (no), dan by may eandung Pengkuantifies: ... ada merapeneP2 2M). Azer memuet feet Yet semua), tidal ade N asersi uni e ‘ . Pa merupakan asso Universal Sedangkan ya: fe meantifkasi semua dan tidak ye r ‘at Penguantifikast 7 Pesifik dapat disuswe dengan mee ponalaran 45 fikesi sedikit, banyak, sebagian besar, atau bilangan tertentu Pengkuantifikasi giperlukan untuk menentukan ketermasukan (inclusiveness) atau keuniversalan asersi. “Burung dapat terbang” tidak dapat diinterpretasi schagai asersi universal karena kita tahu kecualian terhadap asersi tersebut yaitu misalnya burung unta (yang tidak dapat terbang). Tanpa pengkuantifikasi ketermasukan akan sangat sulit ditentukan. MiscInya seseorang mengajukan asersi “Pria lebih berat padannya daripada wanita.” Asersi tersebut meragukan (ambigus) karena sulit untuk diinterpretasi apa maksud sesungguhnya asersi tersebut. Asersi tersebut dapat berarti: Semua pria lebih berat badannya daripada semua wanita? Beberapa pria lebih berat badannya daripada semua wanita? Beberapa pria lebih berat badannya daripada beberapa wanita? Sebagian besar pria lebih berat badannya daripada sebagian besar wanita? Berat badan rata-rata pria lebih besar daripada berat rata-rata wanita? Asersi-asersi yang dicontohkan di atas lebih menyatakan makna atau arti (meaning) daripada struktur atau bentuk (form). Menyajikan asersi berdasar arti sering menimbulkan salah interpretasi karena keterbatasan bahasa atau karena kesalahan bahasa. Bila digunakan sebagai unsur argumen, penyajian makna dapat mengacaukan evaluasi argumen. Dalam mengevaluasi argumen harus dipisahkan antara validitas penalaran dan kesetujuan terhadap (kebersediaan menerima) kebenaran isi asersi. Oleh karena itu, asersi sering disajikan dalam struktur atau diagram tanpa menunjukkan arti. Penyajian struktur umum asersi adalah: Semua A adalah B. Tidak ada satupun A adalah B. Beberapa A adalah B. Dengan cara di atas, orang akan lebih momperhatikan validitas asersi daripa- da isi asersi karena simbol A atau B dapat diganti dengan apapun sesuai dengan topik yang dibahas. Misalnya A dapat herisi “hadan usaha milik negara (BUMN)” dan B berisi “perusahaan pencari laba, (PPL).” Dalam contoh ini, badan usaha disamakan dengan perusahaan, Dengan cara ini, asersi Iehih dinilai-atas dasar strukturnya daripada atas dasar penerimaan atau kesetujuan terhadap isi asersi yang diajukan, Dengan demikian, dapat terjadi bahwa suatu ascrsi valid (benar Secara struktural) tetapi tidak mempunyai kandungan empiris. Pernyataan ‘Semua A adalah B” adalah valid secara struktural tetapi tidak herkaitan dengan dunia nyata atau pengamatan empiris, Struktur asersi dapat disajikan pula dalam bentuk diagram untuk memper- ne kejelasan mengenai hubungan antara kelas (himpunan) objck yang satu ‘engan lainnya, Gambar 2.3 di halaman berikut mcrepresentasi asersi borstruk- tur “semua A adalah B” yang berisi “Semua badan usaha milik negara adalah Perusahaan pencari Jaba” dalam bentuk diagram, 46 Gambar 2.3 Penyalian Asersi Dengan Diagram Perusahaan pencari laba Perusahaan pencari laba Himpunan semua perusahaan Himpunan semua perusahaan Asersi milk negera pencerilabe ‘Semua BUMN adalah PPL Dalam representasi di atas, semua kelas objek di luar lingkaran BUMN merepresentasi himpunan perusahaan non-BUMN. Demikian juga, semua kelas objek di luar lingkaran PPL merepresentasi himpunan non-PPL. Dalam hal ini, himpunan yang merepresentasi PPL juga termasuk himpunan yang merepresen. tasi BUMN. Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan dalam bentuk diagram cara untuk merepresentasi himpunan non-BUMN pencari laba (gambar kiri) dan non- perusahaan pencari laba (gambar kanan), Gambar 2.4 Non-BUMN. Pencari laba LLL, ‘an area yang diarsir. ‘ang diarsir) meliputi i, area non-PPL, anit Organisasi yang dise- ae S Schinges wn! Merepresentasi jan, ia are: ji malonate las, Benggsean® Sida dapat Presentasi suaty universa (area y penalaran Universa non-BUMN dapat direpresentasi seperti pada Gambar 2.4 kanan dengan mengarsir pula area pencari laba non-BUMN. Pada contoh di atas, BUMN termasuk dalam himpunan perusahaan pencari laba. Hubungan semacam int merupakan hubungan inklusi (inclusion) dengan struktur “Semua A adalah B Hubungan dapat pula bersifat peniadaan atau eksklusi (exclusion) atau bersitat tumpang-tindih atau saling-isi (overlap) seperti dalam struktur berikut: Tidak ada satupun A adalah B (eksklusi). Beberapa A adalah B (saling-isi) Hubungan di atas digunakan untuk merepresentasi kenyataan bahwa tidak satu pun BUMN adalah perusahan non-pencari laba (NPL) atau kenyataan bahwa beberapa BUMN adalah perusahaan pencari laba (PL). Hubungan ini dapat dilukiskan dengan diagram dalam Gambar 2.5 di bawah ini. Dalam gambar terse- but, diagram kiri merepresentasi asersi eksklusi dan diagram kanan merepresen- tasi asersi saling-isi (bagian yang diarsir). Gambar 2.5 RepresentaGi asersi dengan diagram bertujuan untuk menjelaskan asersi ver- bal yang meragukan maksudnya. Asersi verbal berbunyi “Beberapa A adalah B” hanya memberitahu bahwa beberapa A adalah B tetapi tidak menunjukkan hubungan antara himpunan A dan himpunan B secara lengkap. Jadi, tidak dike- tahui apakah himpunan B termasuk di dalam himpunan A atau tidak (saling-isi). Gambar 2.6 di halaman berikut menunjukkan cara merepresentasi.asersi verbal “Beberapa A adalah B” atas dasar informasi tentang hubungan himpunan. Bila diketahui bahwa terdapat A yang bukan B dan terdapat B yang bukan A, diagram (1) merupakan representasi yang tepat. Akan tetapi, bila area B yang bukan A tidak mempunyai anggota (kosong), representasi dalam diagram (2) lebih tepat. Bila tidak ada informasi tambahan apapun, kedua diagram tersebut dapat merepresentasi asersi “Beberapa A adalah B.”* Dalam bahasa matematika, area yang diarsir pada diagram (1) dalam Gambar 2.6 disebut dengan interseksi (intersection), produk (product), atau konjungsi (con- Junction). Kombinasi dua kelas atau himpunan disebut dengan uni (union), tam- Bab 9 48 isjunction). Kombinasi dua atau disjungsi aw dengan atau-eksklusif ling-isi_dise! ah (sum), atau-ink! usive or), -inklusif (inclustv bah (sum), atau-h co yang sal suk bagian yang himpunan tise aisjunest cksklusif (exclusive dis) (exclusive or) Gambar 2.6 “ (2) Dalam menyatakan asersi, perlu dibedakan penggunaan kata non dan nir.* Non (dari kata Inggris non) berarti bukan dan bersifat komplementer. Walaupun demikian, dalam pemakaiannya kata non lebih bermakna sebagai suatu orientasi daripada klesifikasi. Sebagai contoh, kata non-profit lebih bermakna “tidak mementingkan profit” daripada tidak ada atau tanpa profit. Berbeda dengan non, nir (dari kata Ingeris -less) berarti zanpa dan tidak harus bersifat komplementer dan juga tidak harus mengklasifikasi, Kata yang tepat menggunakan nir misalnya sugarless (tanpa gula Stau nirgula), useless (tanpa guna atau nirguna), riskless (anne risiko atau a ko), atau scripless (tanpa skrip). Jadi, non-profit jelas ber- eda dengan nir-profit. Oleh karena itu, ti non-profit donee eh OF ‘a itu, tidak tepat pulalah memadankatakan Interpretasi Asersi Untuk menerima keber naran i, atau cae ‘an suatu asersi, harus dipastile i i ‘ 4 Ah ‘an lebih dahulu apa arti menentukan keyaking eet Penting sekali untuk . in terhadap kebenaran asersj TT Memahami arti asersi untuk tersebut. Untuk memahami himpunan yang same, bensr diagram akan menun- muh) dengan area B. Bila tidak rtikan eebagaimana direpre- Penalaran 49 maksud asersi, orang j rsi, orang juga haru topikyang dibahas, Heieen a mempunyai pengetahuan tentang subjek atau yang berbeda dapat berarti d terpretasi dapat terjadi karena dua bentuk a Perhatikan beb ua hal yang sama atau dua hal yang sangat ber! eberapa contoh bentuk asersi berikut: enna! ersi (1) Semua A adalah B. (2) Semua B adalah A (3) Tidak satu pun A adalah B (4) Tidak satu pun B adalah A. (5) Beberapa A adalah B. (6) Tidak semua A adalah B. Asersi (1) jelas berbeda arti dan bentuknya dengan asersi (3). Demikian juga, asersi (1) jelas berbeda dengan asersi (2). Kesalahan menginterpretasi asersi (1) sama dengan asersi (2) disebut dengan kesalahan konversi premis (premise conver- sion error). Asersi (3) mempunyai makna yang sama dengan asersi (4) karena kalau asersi yang satu benar, tidak mungkin asersi yang lain salah. Dalam hal ini, asersi yang satu merupakan implikasi asersi yang lain. Bila asersi (3) benar, dengan sendiri- nya asersi (4) juga benar. Dalam percakapan sehari-hari, asersi (5) sering disamakan dengan asersi (6) dan dapat disaling-tukar penggunaannya. Artinya, dianggap bahwa bila asersi (5) benar dengan sendirinya asersi (6) juga benar. Interpretasi yang lebih teliti secara logis dapat menunjukkan perbedaan makna kedua asersi tersebut, Asersi (5) menegaskan bahwa terdapat beberapa A yang juga B tetapi tidak mementingkan apakah terdapat beberapa A yang bukan B. Dapat saja beberapa A yang bukan B tidak ada, Di lain pihak, asersi (6) mengandung penegasan bahwa terdapat bebera- pa A yang bukan B tetapi tidak ‘mementingkan informasi bahwa terdapat bebera- pa B yang bukan A. Asersi ini biasanya merupakan penyangkalan terhadap asersi “Semua A adalah B.” Kedua asersi dapat berbeda karena kalau asersi (5) benar tidak dengan sendirinya asersi (6) juga benar Jadi, makna beberapa dan tidak semua dapat berarti dua hal yang sama atau berbeda bergantung pada konteks yang dibahas atau informasi yang tersedia. Asersi untuk fvaluasi Istilah i i i k mengevaluasi i dalam bentuk diagram dapat digunakan untul Representa’ eee dle Po conta naka nh ong ral i bersertifikat akuntan publik (BAP) dan akuntan publik bersertifikat (APB) sebagai padan kata certified public a a= oeig site bo il in (set r-¢ Bersertifikat akuntan publik ermakna RiPUNs (or Jenga , impunannya adalah ; sertifkat dan salah soft so bersertifikat bermakna sebagai subhimpunan i kuntan a 1 satan publi gan akuntan publik merupakan subhimpunan akuntan. Diagram berikut eenjelaskan perbedaan makna kedua istilah tersebut. 50 ; Gamer rap dan APB Perbedaan Makna BA! ‘a Akuntan Publik Bersertifikat ni Makt folk Makna Bersertifikat Akuntan PUt Akuntan Bersertiikat Akuntan Publik Anil Kaca Mata Gambar di atas menunjukkan bahwa penggunaan istilah bersertifikat akun tan publik alih-alih (instead of)'akuntan publik bersertifikat merupakan suatu kesalahan fatal. Kesalahan tersebut disebabkan oleh tidak dipahaminya makna istilah aslinys, tidak dipahaminya teori himpunan, dan tidak ditaatinya kaidah diterangkan-menerangkan (DM) dalam bahasa Indonesia, Bahasa Inggris meng- gunakan kaidah menerangkan-diterangkan (MD), Kesalahan paling telak dalam istilah BAP adalah penyimpangan kaidah DM. Sebagai analogi, blue round table ae dapat anpeatean Tenjad biru meja bundar atau meja biru ada des Menyalahi kaidah DM schingga maknanya i Pada dasarnya, istilah merefleksi suat, va nyimpang. ; u asersi. Diagra 5 _ syaratkan asersi-asersi antara lain sebagai berikut;® &"*™ Sebelah kiri mengi Akuntan Publik Akuntan Publik Bersertifikat simu skuntan publik adalah bersert a ertifikat, Somua abli kaca mata adalat bersertifikat, Yang tidak bersertifikat aley : Pijat, dan ahli kacamate st” Publik adalah beets dives, Di lain pi yang dim; raksu: hak, diagram sebel ist ah kanan me oleh istilah astinya dala Dentuk aseren ee, tecaratepat mana erileut: ie 288i kompt A ® Publik, dan we himpuan takberer : : rsertifi . nd sat perk! publi netny. Oleh Keren kat Peng tana ‘Meninya tidak. Televan lagi, at Perhatian, himpunan takhs tapi, ‘unt » @Xan didapatkan pul er se) i menya pala " makna certifi fikat akuntan Publik sebagai komple- Penalaran 51 Semua akuntan publik adalah akuntan. Semua akuntan Publik bersertifikat adalah akuntan publik. merupakan suatu himpunan dalam universa profesi Ursinn dt oe menunjukkan bahwa makna bersertifikat akuntan publik jelas sangat berbeda dengan makna akuntan publik bersertifikat. Penyimpangan mak- na tersebut sebenarnya mengisyaratkan bahwa argumen atau penalaran di balik pembentukan istilah tidak valid. Orang mestinya malu menyandang sebutan BAP yang tidak bernalar tersebut. Kriteria validitas ergumen dibahas lebih lanjut dalam bagian lain bab ini denis Asersi (Pernyataan) Untuk menimbulkan keyakinan terhadap kebenaran suatu asersi, asersi harus didukung oleh bukti atau fakta. Untuk keperluan argumen, suatu asersi sering dianggap benar atau diterima tanpa harus diuji dahulu kebenarannya. Bila dikait- kan dengan fakta pendukung, asersi dapat diklasifikasi menjadi asumsi (assump- tion), hipotesis (hypothesis), dan pernyataan fakta (statement of fact). Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat menga- jukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau ‘asersi yang orang bersedia untuk menerima sebagai benar untuk keperluan disku- si atau debat. Hipotesis adalah asersi yang kebenarannya belum atau tidak diketahui tetap! diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya. Untuk disebut sebagai hipotesis, suatu asersi juga harus mengandung kemungkinan salah. Bila tidak ada kemungkinan salah, suatu asersi akan menjadi pernyataan fakta. Hipotesis biasanya diajukan dalam rangka pengujian teori.’ Dalam pengujian ilmiah suatu teori (hipotesis), terdapat prinsip yang disebut prinsip keterbuktisalahan (princi- ple of falsifiability) yang berbunyi bahwa untuk diperlakukan sebagai teori yang serius dan ilmiah, tia harus dapat dibuktikan salah kalau memang kenyataannya tia salah, Teori yang kuat atau yang meyakinkan adalah teori yang tidak hanya dapat dibuktikan salah tetapi juga yang tegar atau bertahan terhadap segala upaya untuk membuktikan salah (to disprove). Prinsip ini didasari oleh pemikiran bahwa teori itu tidak dapat dibuktikan benar tetapi yang dapat dibuktikan adalah bahwa tia salah, Oleh karena itu, pengujian suatu teori baru (hipotesis) biasanya diarahkan untuk menyanggah teori lawan. Pendekatan atau strategi semacam ini dikenal sebagai pendekatan penyanggahan ilmiah (scientific refutation). Pernyataan fakta adalah asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini sangat kuat atau bahkan tidak dapat dibantah. Contoh asersi sebagai pernyataan fakta adalah: semua orang akan meninggal, satu hari sama dengan 24 jam, matahari merupakan pusat orbit tata surya, dan penduduk kota Jakarta lebih padat daripada penduduk kota Solo. sm penelitian empirs, hipotesis merupakan penjabaran suatu propesis proposition) Bab 2 52 oe sambar 2.1 bahwa asersi merupakan bahan olah dalam Telah ditunjukkan dalam Gambar zeae Se Cabogetipremia (Bremine) dan ee eat aaee remnis edalah a20r3 yang digunakan untuk mendukung i on). Premis $ i onl Le ai acee Tana diturunkan dari serangkaian asers Suatu argumen paling tidak berisi satu premis dan satu kon ae A Premis dan konklusi keduanya merupakan asersi, konklusi (berbentuk asersi) dalam suatu argumen dapat menjadi premis dalam argumen yang lain. Ketiga jenis asersi yang dibahas sebelum ini—asumsi, hipotesis, pernyataan fakta—dapat berfungsi sebagai premis dalam suatu argumen. Dalam hal ini, prin- sip yang harus dipegang adalah bahwa kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang digunakan untuk menurunkan konklu- si, Artinya, kalau konklusi diturunkan dari serangkaian premis yang salah satu merupakan pernyataan fakta dan yang lain asumsi, konklusi tidak dapat dipan- dang sebagai pernyataan fakta. Dengan kata lain, keyakinan terhadap konklusi dibatasi oleh keyakinan terhadap premis, Keyakinan Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa fseral tersebut benar, Keyakinan diperoleh karena kepercayaan (confidence) ten- ang kebenaran yang dilekatkan pada suatu asersi. Suatu asersi dapat dipercaya Properitas Keyakinan Semua penalaran bertus a rtujuan untuk i menjadi konklusi pe: us menghasilkan keyakinay F eyakinan von benalaren Pemah: in terhadap asersi yang aman terhad prialyes neapai keberhrae er8Pa Properitas (sifat) ing dalam me; asilan berargumen. Argumen ponalaran 53 dianggap berhasil kalau . argumen ter: ini dibahas properitas key es cebut vakinan yang perin gore men bs ; . perl dir mengubah Keyakinan. Berikeut lari dalam berargumen. Keadabenaran Sebagai produk penalaran, untuk F haus ada benarnya (plausible) aaet Menimbulkan keyakinan, suatu asersi ‘adabenaran atau plausibilitas (plausibility) akan lebih bersedia meyakini asersi daripada kalau sumbernya tidak dapat diper- caya dan tidak ali. Oleh karena itu, kadang-kadang orang menyerahkan penilaian plausibilitas asersi kepada ahli dengan pemeo “serahkan saja pada ahli- nya.” Dengan pikiran ini, keyakinan diperoleh karena keautoritatifan sumber. Mengacu argumen pada autoritas sumber untuk mendukung kebenaran asersi disebut dengan imbauan autoritas (appeal to authority)."" Bukan pendapat Keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat ditunjukkan atau dibuktikan secara objektif apakah tia salah atau benar dan sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan (agreement) oleh setiap orang yang mengevaluasinya atas dasar fakta objektif, Pendapat atau opini adalah asersi yang tidak dapat ditentukan benar atau salah karena berkaitan dengan kesukaan (preferensi) atau selera. Berbeda dengan keyakinan, plausibilitas pendapat tidak dapat ditentukan. Artinya, apa yang benar bagi seseorang dapat salah bagi yang lain. Walaupun dalam ken- Yataannya kedua konsep tersebut tidak dibedakan secara tegas, penalaran logis yang dibahas di sini lebih ditujukan pada keyakinan daripada pendapat. Bertingkat i i i 5 ti i k tetapi bergradasi Ke t dari suatu asersi tidak bersifat mutlak tetapi berg mst ase ae sampai sangat meyakinkan (convincing). Tingkat keyakinan ditentukan oleh kuantitas dan kualitas bukti untuk mendukung asersi. Orang yang objektif dan berpikir logis tentunya akan bersedia untuk mengubah i anfaatan sesuatu sebagai pelarian etau taktike untuk in nan ing a an Inn yang merupakan Kecoban Togika antara Lin adalah or eat top, dan aockng the person, Lihat kecoban ain oP tat Reasoning (Belmont, CA: Wadsworth Publ ee oaesput aibahes lebih lanjut di bagian lain bab in "Imbauan yang dimaksu tidak mengajukan argumen yang valid. kecohan atau salah nalar (fallacy). Imbau offirming the consequence, appeat to force, dalam Jerry Cederblom dan David W. Paul ing Co,, 1986), him. 101-109. Kecohan dan tak ban 5 54 i plausibilitas suatu asers k a manakala bukti baru mengenai pla’ ; tingkat keyakinanny: diperoleh. Berbias i objekti kkinan dipengaruhi oleh preferensi, Sees kee Sere iat ee ea sesuatu hal perlu dipertabantn eeetaaia 1 renite plecabilitas satu asersi orang harus bersikap objektit dengne nee terbuka (open mind), Pada umumnya, bila ave Rea oe sangat sulit baginya untuk bersikap objektif. pea ey ie ki yang sama, suatu asersi akan Sianggan sangat meyakinkan ot Se i ingan pribadi yang besar dan n Reena ee yang netral. Demikian pula sebaliknya. Bermuatan nilai Orang melekatkan nilai (value) terhadap suatu keyakinan, Nilai keyakinan aaalah tingkat penting-tidaknya suatu keyakinan perlu dipegang atau dipertahankan seseorang. Nilai keyakinan bagi seseorang akan tinggi apabila perubahan keya- kinan mempunyai implikasi setius terhadap filosofi, sistem nilai, martabat, penda- patan potensial, dan perilaku orang tersebut, Berkehuatan pekuatan keyakinan adalah tingkat kepereayaan yan; kebenaran suatu asersi. Orang yang nyatanya tidal. Kandung dalam asersi menandakan bahwa keyakin asersi lemah. Dapat dikatakan bahwa semua faktor yang menentukan tingkat Kekuatan key: g dilekatkan seseorang pada mengerjakan apa yang ter- anya terhadap kebenaran Properitas keyakinan merupakan akinan seseorang, Veridikal Veridikalitas (veridicality) adalah tingkat kesesuaian keyakin: Realitas it Yang dimaksud di sini adalah apa - soon Yan dnaksud re ang Sungguh-sungeuh benar tentang ‘ik socara mora). Kenyataan baht on expense tidak menjadikan i Ponalaran iimiah tingkat veridikalitas keyaki jlmiah (scientific rules ofevidene dievaluasi berdasarkan kaidah pengujian Berketertempaan Ketertempaan (malleability) atau i n elentuk: mudah-tidaknya keyakinan tersebut diubah den van. Berbeda dengan veridikalitas, i keyakinan berkaitan dengan ce an adanya informasi yang rele- ° e r etertempaan tidak memasalahkan apakah suatu asersi sesuai atau tidak dengan realitas tetapi lebih ee apakah keyakinan terhadap suatu asersi dapat diubah oleh bukti. Kelentukan ini biasanya ditentukan oleh kesungguhan pemegang keyakinan, lamanya keyakinan telah dipegang (baik secara pribadi maupun secara sosial/umum), dan konsekuensi perubahan keyakinan bagi diri pemegang. Tujuan suatu argumen adalah untuk mengubah keyakinan kalau memang keyakinan tersebut lentuk untuk berubah Beberapa sifat keyakinan di atas perlu disadari mengingat bahwa tujuan argumen adalah dalam rangka mencari kebenaran (the search of truth) dan bukan untuk menyembunyikan kebenaran dengan cara pengelabuhan (deception) dan pengecohan. Jadi, tujuan argumen adalah untuk merekonsiliasi ketidaksepakatan (disagreement) untuk menemukan kebenaran. Hal inilah yang mendasari pemi- kiran ilmiah untuk mengembangkan pengetahuan. Sifat-sifat keyakinan di atas menunjukkan bahwa mengubah keyakinan melalui argumen dapat merupakan proses yang kompleks karena pengubahan tersebut menyangkut dua hal yang ber- kaitan yaitu manusia yang meyakini dan asersi yang menjadi objek keyakinan. Manusia tidak selalu rasional dan bersedia berargumen sementara itu tidak semua asersi dapat ditentukan kebenarannya secara objektif dan tuntas. Argumen Dalam kehidupan schari-hari, istilah argumen sering digunakan secara keliru untuk menunjuk ketidaksepakatan, perselisihan pendapat (dispute), atau bahkan pertengkaran mulut (Jawa: padu). Dalam pengertian ini, argumen mempunyai konotasi negatif. Orang yang suka bertengkar dan ingin menangnya sendiri akan menikmati dan memburunya tetapi orang yang ingin mencari solusi atau alterna- tif pemecahan masalah yang terbaik akan menghindarinya. Dalam arti positif, argumen dapat disamakan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau meng: ajukan bukti rasional tentang suatu asersi. Bila seseorang mengajukan alasan untuk mendukung suatu gagasan atau pandangan, dia biasonya menawarkan shatu argumen, Argumen dalam arti positif selalu dijumpai dalam bacaan, per- cakapan, dan dalam diskusi ilmiah. Argumen merupakan bagian penting alam Pengembangan pengetahuan. Agar memberi keyakinan, argumen harus dievaluasi kelayakan atau validitasnya- ; ; Tear ata vaiig 2.2 menunjukkan arti argumen sebagei proses dan sebagai suatul bukis tentang keyakinan, Pengertian argumen seperti itu didasarkan ates definisi yang diajukan Nickerson (1986) sebagai berikut: 56 An argumen is an effort to convince someone to believe or to a something. An argumen ina set of assertion, one of which i a conclusion or hey assert ane the rest of which are intended to support that conclusion or key assertion (him. 69). Anatomi Argumen Dari definisi di atas dan Gambar 2.1 dapat dikatakan bahwa argumen terdiri atas Serangkaian asersi, Asersi berkaitan dengan yang lain dalam bentuk inferensi atau penyimpulan. Asersi dapat berfungsi sebagai premis atau konikdusi (atau asersi kunci) yang merupakan komponen argumen. Berikut ini adalah beberapa contoh argumen (beberapa merupakan argumen dalam akuntansi): * Merokok adalah penyebab kanker kanker adalah perokok, * Jika suatu binatang menyusui, maka binatang tersebut mempunyai parv-paru karena semua binatang menyusui mempunyai paru-paru. * Kreditor adalah pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga statemen keuangan harus memuat informasi tentang kemampuan membayar utan, * Karena akuntansi menekankan substansi daripada bentuk, statemen keuangan beberapa Perusahaan yan; arena kebanyakan penderita Di samping kata-kata di ‘ator argumen seperti: a Menegaskan bahwa, berimplikasi nsekuensi bahwa, menjadi landasan ‘atarkata terseby ata pengeit rent PerFungsi sebagai i enggunaan kata-kata terset neat Kai at ih een kati tereebut dalam katine copra seat Lihat kaidah penempaten Sm buku tata bahasa Indonesia. t atau par penalaran Pa Indikator konktust Me Indikator premis ingots Indonesia Inggris Indonesia Eo kearena tu, jadl,maka since , oleh karona tus dengan demiklan for karena, mengingat therefore Oleh Karena itu because arena nonce oleh karena tu assum ing that dengan asumst bahwa be concluded that disimpulkan bahwa forthe reason thet dengan alasan bahwa consequently sebagal akibatnya Dalam banyak hal, argumen tidak menunjukkan secara eksplisit kate-kata indikator sehingga tidak dapat segera diidentifikasi mana premis dan mana kon- klusi. Akibatnya, sulit untuk menentukan mana asersi yang mendukung dan mana asersi yang didukung sehingga dapat timbul berbagai interpretasi terhadap argumen. Bila hal ini terjadi, premis dan konklusi dapat diidentifikasi dengan kaidah yang oleh Cederblom dan Paulsen (1986) disebut principle of charitable interpretation (prinsip interpretasi terdukung). Prinsip ini menyatakan bahwa bila terdapat lebih dari satu interpretasi terhadap suatu argumen, argumen harus diinterpretasi sehingga premis-premis yang terbentuk memberi dukungan yang paling kuat terhadap konklusi yang dikasilkan. Dengan kata lain, argumen yang dipilih adalah argumen yang plausibilitasnya paling tinggi atau yang paling masuk akal (valid) dalam konteks yang dibahas. Cederblom dan Paulsen memberi contoh sebagai berikut:"* ‘Anda harus datang ke seminar itu. Anda berjanji kepada panitia bahwa anda akan datang ke sominar itu. Jika anda berjanj| untuk berbuat sesuatu, anda harus mengerjakannya. Serangkaian asersi di atas tidak mengandung indikator premis atau konklusi sehingga argumen yang terbentuk dapat diinterpretasi sebagai berikut: Interpretas! 1: Premis (1) _Jika anda berjanji untuk berbuat sesuatu, anda harus mengerjakannya, Premis (2) Anda berjan|{ kepada panitia bahwa anda akan datang ke Seminar itu. Konklusl: Anda harus datang ke seminar itu. ‘upun Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) menganjurkan untuk menuli kata anda dengan huruf kapital, tia ditulis dengan huruf kecil dalam contoh ini (kecuali pada awal kalimat) karena tia dianggap padan kata you dalam bahasa Inggris. Seperti you, kata anda merupakan kata ganti orang kedua dan bukan kata sebutan seperti Bapak, Ibu, atau Saudara. Ciri kata sebutan adalah tia dapat diikuti nama orang. Bila tidak, tia merupakan kata ganti. Sebagai kata ganti, kata ‘anda merupaken kata yang netral serta bebas gender dan kelas masyarakat sehingga sangat dianjur- ‘kan agar tia digunakan dalam pergaulan akademik dan ilmiah yang menghendaki kenetralan, Bab 2 58 itu Interprotasi 2: Premis (1) Anda harus datang ke seminar ane eet tomis (2) Anda berjanji kepada panitia bahwa anda akan datang ke seminar ity Jika anda berjanji untuk berbuat sesuatu, anda harus mengerjakannya, Konklusi: Premis (1) Anda harus datang ke seminar itu. Interpretasi 3: Premis (2) Jika anda berjanji untuk berbuat sesuatu, anda harus mengerjakannya Konkusi: Anda berjanji kepada panitia bahwa anda akan datang ke seminar ity, Pada interpretasi 1, jelas dapat dirasakan bahwa asersi “Anda harus datang ke seminar itu” paling tepat didukung dalam argumen daripada dua asersi yang lain Interpretasi 1 adalah yang terbaik (paling valid) dibanding interpretasi yang lain karena bila semua premis benar, maka konklusi juga benar (yang merupakan salah satu syarat validitas argumen). Dalam hal ini, premis (1) menyatakan bahwa bila anda memenuhi kondisi tertentu (berjanji) maka anda mempunyai kewajiban (menepati janji). Premis (2) menegaskan bahwa anda memenuhi kondisi berjanji (akan datang ke seminar). Kalau kedua premis benar, maka konklusi (Anda seharusnya datang ke seminar) harus benar. Dengan demikian dapat dikatakan konklusi mengikuti atau diturunkan secara logis dari (follow from) premis. Atas dasar prinsip interpretasi terdukung dan syarat validitas argumen, interpretasi 2 dan 3 dapat dianalisis bahwa keduanya kurang valid dibanding interpretasi 1. Jenis Argumen Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk mengklasifikasi argu- men. Misalnya argumen dibedakan menjadi argumen langsung dan taklangsung, formal dan informal, serta meragukan dan meyakinkan. Klasifikasi yang ditinjau dari bagaimana penalaran (reasoning) diterapkan untuk menurunkan konklusi merupakan klasifikasi yang sangat penting dalam pembahasan buku ini. Dalam hal ini, argumen dapat diklasifikasi menjadi argumen deduktif dan induktif." Contoh argumen yang diberikan dalam interpretasi 1, 2, dan 3 di atas sebenarnya merupakan contoh argumen deduktif. Salah satu jenis argumen yang lain adalah argumen dengan analogi (argument by analogy). Berikut ini dibahas berbagai jenis argumen tersebut. "Kerena argumen selalu melibatkan penalaran, argumen itu sendiri sering disebut denga? penalaran. Oleh karena itu, argumen deduktif atau induktif sering disebut juga penalaran deduktif atau induktif (deductive or inductive reasoning). Penalaran induktif sebenarnya hanyalah merupake? salah satu jenis penalaran nondeduktif. Termasuk dalam penalaran nondeduktif adalah penalara” dengan analogi, generalisasi empiris, dan generalisasi kausal. Lihat pembahasan lebih lanjut dala™ Cederblom dan Paulsen (1986), him. 171-205. Penalaran 59 Argumen Deduktif Telah disebutkan bahw: pulan yang berawal dari eae stay penalaran deduktif adalah proses penyim- pernyataan khusus sebagai si Pernyataan umum yang disepakati (premis) ke argumen logis (logical ar impulan (konklusi). Argumen deduktif disebut juga Fe argument), Beni eiment) sebagai pasangan argumen ada benarnya (plau- impli o) Hen Argumen logis adalah argumen yang asersi konklusinya tersirat (implied) atau dapat diturunkan/dideduksi dari (deduced from) asersi-asersi lain (premis-premis) yang diajukan. Disebut argumen logis karena kalau premis- premisnya benar konklusinya harus benar (valid). Kebenaran konklusi tidak sela- luberarti bahwa konklusi merefleksi realitas (truth). Hal inilah yang membedakan argumen sebagai bukti rasional dan bukti fisis/langsung/empiris berupa fakta.'* _ Salah satu bentuk penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang disebut. silogisma. Silogisma terdiri atas tiga komponen yaitu premis major (major premise), premis minor (minor premise), dan konklusi (conclusion). Dalam silogis- ma, konklusi diturunkan dari premis yang diajukan seperti contoh berikut: Premis major: Semua binatang menyusul mempunyai paru-parv. Premis minor: Kucing binatang menyusul. Konklusi: Kucing mempunyal paru-paru. “Semua binatang menyusui” dalam contoh di atas disebut anteseden (anteced- ent) sedangkan “mempunyai paru-paru” merupakan konsekuen (consequent). Dalam silogisma, konklusi akan benar bila kedua premis benar dan premis minor menegaskan anteseden (disebut pola modus ponens) atau premis minor menyangkal konsekuen (disebut pola modus tollens). Konklusi di atas benar kare- na “kucing binatang menyusui” menegaskan “semua binatang menyusui” sebagai anteseden. Jadi, konklusi mengikuti kedua premis secara logis. Walaupun kedua premis benar, konklusi dapat saja salah sebagaimana contoh di bawah ini: Premls major: Semua burung bertelur. Premis minor: Kura-kura bertelur Konklusi: Kura-kura adalah burung. Konklusi di atas salah karena premis minor menegaskan konsekuen bukan menegaskan anteseden. Bila dipandang sebagai argumen, penalaran di atas tidak dapat diterima (tidak valid) karena tidak lengkapnya premis major. Memang benar ‘Dalam sistem pengadilan di Amerika, dikenal apa yang disebut bukti situasional (cirewmstantial evidence) dan bukti langsting (direct evidence). Bukti langsung miselnya adalah orang tertangkap basah pada sat melakukan kejahatan dan ada saksi, Bukti situasional adalah bukti-bukti yang menghubung- kan tertuduh dengan kejahatan meskipun pada saat kejadian tertuduh tidak ada di tempat atau tidak fda sakei mata, Orang dapat dinyatakan salah (miselnya membunuh orang) atas dasar bukti situa. sional dan penalaran logis yang meyakinkan walaupun sebenarnya dia tidak bersalah (membunub), 60 bahwa semua burung bertelur tetapi tidak berarti bahwa binatang | in yang bertelur. Konklusi akan benar kalau premis minor menyangka dan silogisma di atas dimodifikasi seperti berikut Promis major: Sema burung bertolur Premis minor. Kololawar tidak bertolur Konklusi: Kelolawar bukan burung Penalaran deduktif berlangsung dalam tiga tahap yaitu: (1) penentuan per nyataan umum (premis major) yang menjadi basis penalaran, (2) penerapan kon sep umum ke dalam situasi khusus yang dihadapi (proses deduksi), (3) penarikan simpulan secara logis yang berlaku untuk situasi khusus tersebut. Penalaran deduktif lebih dari sekadar silogisma karena penalaran deduktif dan unsur. unsurnya (asersi-asersi) akan membentuk argumen untuk mengubah » Keyakinan, Misalnya, keyakinan bahwa penilaian aset atas dasar kos sckarany lebih relevan daripada kos historis, Contoh lain adalah keyakinan bahwa istilah blaya lebih tepat daripada beban sebagai padan kata expense. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk n beri keyakinan tentang simpulan-simpulan yang diturunkan dari premis yang dianut. Dalam teori akuntansi, premis major sering disebut sebagai postulat (postulate). Seb, Penalaran logis, argumen-argumen yang dihasilkan dengan pendekatan dedulut dalam akuntansi akan membentuk tcori akuntansi. Gambar 2.8 di halaman berikut ini menunjukkan salah satu contoh penalaran di Dalam gambar tersebut, jeduktif dalam akuntansi Premis 1 merupakan premis major yang berfungsi Evaluasi Penalaran Deduktif Tujuan utama mengevaluasi argumen adalal argumen benar dan meyakinkan, Untuk m Nickerson (1986) mengajukan empat perta h untuk menentukan apakah konklusi enilai suatu argumen deduktif (logis), nyaan yang harus dijawab, yaitu: (1) Apakah tia lengkap? (2) Apakah artinya jelas? (3) Apakah tia valid? (Ay pakah konklusi mengikuti premis? (4) Apakah premis dap Ps Premis?) at dipercaya (diterima)? * of ponalara) Gambar 2.0 Penalaran Dedulit Dalam Akuntanst Invostor dan Kreditor morupakan pongambill kepulusan Prowils 1 dominan dalam porokononian yang didasatkan pada mokanisme pagar 4 Agar investor dan kroditor borsadia monanamkan modal promis 2 dalam suatu porusahaan, harus disodiakan Informasl tontang porusah tor dan krodlitor. Koputusan invastasl dan krodit momorlukan inforrmast ‘Argumen sebagal premis3 | tontang koiampuan perusahaan monghasilkan laba dan hasil penalaran mombayar utang deduktit | Kemampuan porusahaan mombayar utang dapat ditun- Promis 4 Jukkan dengan informasi tentang Ikulditas, solvensl, dan profitabllitas molalul statomion keuangan. J Laporan keuangan harus memuat elemen: asot, kewa- Konktus! Jloan, ekultas, pendapatan, blaya, rug, untung, Investas! pemilik, distribus! ke pemilk, dan laba. Keempat pertanyaan di atas merupakan kriteria evaluasi yang terdiri atas kelengkapan, kejelasan, kesahihan, dan kepercayaian. Apabila jawaban untuk keempat pertanyaan di atas adalah positif (ya), maka konklusi memberi keyakinan tentang kebenarannya. Kelengkapan merupakan kriteria yang penting karena validitas konklusi menjadi kurang meyakinkan bila premis-premis yang diajukan tidak lengkap. Dalam hal tertentu, konklusi tidak dapat ditarik karena tidak lengkapnya premis. Bila konklusi dipaksakan, jelas argumen menjadi tidak logis. Kejelasan arti diperlukan karena keyakinan merupakan fungsi kejelasan makna, Kejelasan tidak hanya diterapkan untuk makna premis tetapi juga untuk hubungan antarpremis (inferensi dan penyimpulan). Keterbatasan bahasa, kesa- Iahan bahasa, dan keterbatasan pengetahuan tentang topik yang dibahas merupa- in faktor yang menentukan kejelasan dan bahkan pemahaman argumen. rena argumen merupakan bagian penting dalam pengembangan ilmu dan Pengetahuan, kecermatan bahasa dalam argumen juga menjadi penting khusus- Bab 2 62 kaitannya dengan bahasa dan nya dengos Arti penting kemampuan coe, (1999) seperti berikut. nya dalam karya tule, Ari pe ee eee aes argumen untuk tujuan varatan mut- dan benar merupakan einen Kom, ee iar ieee saa sebab foie ‘merupakan aes lak untuk ee TTenpa pengunsaan tata asa dan ko aoe bail eat zane ol ang ilmuan untuk mengkomi Paes een Deane bahasa selaku alat komunt a kejelasan kee rere na tung nent ae ine den age how eda ; k menilai penalaran i iteria utama untuk mer alaran liditas) merupakan rit Ju dibedaken denn MeeVee berkaitan dengan struktur fal vtualal let sone melekat pont i |. Validitas a H argon sedanghen sera, Nai yang melekat pada asersi, Secs n remis dan Kebenaran Loy dalam Penalaran Deduktit Konktus Bra gis Konklusi Takbenar Harus/past, Tidak mungkin Benar | (Konklus! harus benar (Konklusi tidak kalau premis benar) mungkin takbenar Premis kalau premis benar) - Thoyibj (editor), Filsafat Iimu 1 499 Penebalan i ang di dalamn, Penataran 63 Keterpercayaian melengkapi ketiga kriteria sebelumnya agar konklusi meyakinkan sehingga orang bersedia menerima. Orang bersedia menerima suatu asersi kalau dia percaya pada asersi tersebut. Orang dapat percaya pada suatu asersi kalau asersi tersebut ada benarnya (plausible). Telah disebutkan sebelum- nya bahwa plausibilitas suatu asersi bergantung pada pemahaman pengetahuan yang mendasari dan pada sumber asersi. Pengetahuan yang mendasari (termasuk pengalaman) biasanya diyakini kebenarannya. Kesesuaian suatu asersi dengan pengetahuan yang mendasari akan menentukan plausibilitas asersi. Dalam hal inilah kriteria ketiga berbeda dengan kriteria keempat. Kriteria kesahihan ber- kaitan dengan validitas logis (logical validity) suatu argumen sedangkan kriteria kepercayaan berkaitan dengan kebenaran empiris (empirical truth) suatu asersi (premis). Gabungan antara keduanya menentukan kebenaran konklusi. Gabungan kriteria kelengkapan dan kejelasan sebenarnya digunakan untuk meyakinkan bahwa semua premis benar atau masuk akal secara struktural. Keempat kriteria di atas dapat diringkas menjadi: (1) Semua premis benar (lepas dari apakah orang setuju atau tidak). (2) Konklusi mengikuti (follow from) semua premis. (3) Semua premis dapat diterima. Artinya, orang percaya atau setuju dengan semua premis yang diajukan. Kriteria (1) dan (2) diperlukan untuk memenuhi validitas logis argumen. Kri- teria (3) diperlukan untuk memenuhi kebenaran empiris asersi untuk melengkapi argumen agar konklusi meyakinkan kebenarannya. Contoh argumen yang hanya memenuhi kriteria (1) dan (2) diberikan berikut i ‘Semua aset mempunyai manfaat ekonomik bagi perusahaan. Rugi sellsih kurs tidak mempunyai manfaat ekonomik bagi perusahaan. Konkiusi: Rug} sellsih kurs tidak dapat menjadi asot. Secara struktural konklusi di atas akan selalu benar tanpa memperhatikan makna empiris kata aset. Kata aset dapat diganti dengan kata apapun dan konklu- si akan tetap valid. Jadi, validitas konklusi independen terhadap makna aset. Akan tetapi, secara empiris atau observasi dunia nyata, konklusi tersebut salah schingga tidak dapat diterima. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa konklusi 4i atas valid tetapi tidak mempunyai makna empiris (empirical content). Dunia Praktik (observasi) menunjukkan bahwa rugi selisih kurs dapat dikapitalisasi Sehingga menjadi bagian dari aset. Perlu dicatat bahwa konklusi tidak selalu dapat mengubah keyakinan seseo- Tang. Properitas keyakinan yang dibahas sebelumnya menentukan keyakinan Seseorang akan suatu asersi konklusi. Demikian juga, dalam beberapa hal orang tidak selalu bersedia menerima atau bahkan mendengarkan argumen. Hal ini dibahas di bagian lain bab ini dalam subbahasan strategem (strategem) dan salah nalar (reasoning fallacy). 64 Argumen Induktif Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan ra ; He rus dan bera khir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khus, tersebut. Berbeda dengan argumen deduktif yang merupakan cal argument), argumen induktif lebih bersifat. sebag ; (Plausible argument). Dalam argumen logis, konklusi merupakan impli premis, Dalam argumen ada benarnya (plausible), konklusi merupakan ge si dari premis sehingga tujuan argumen adalah untuk meyakinkan bahwa proba bilitas atau kebolehjadian (likelihood) kebenaran konkiusi cukup tinggi atay sebaliknya, ketakbenaran konklusi cukup rendah kebol adiannya (unlikely), Berikut ini adalah contoh struktur suatu penalaran indukuf. argumen logis (loge ai argumen ada | Contoh 1: Promis Satu jeruk dari karung A manis rasanya Fremis Satu joruk berikutnya manis rasanya, Konklusi: Semua jeruk dalam karung A manis rasanya Contoh 2: Premis _Sekelompok penderita kanker semuanya perokok. as Konklusi: Merokok menyebabkan kankor c ; au Beneralisasi akan bersifat » tisalnya, kalau sebuah i i Spat died Scab 2 Mian, is peuk diambil dari karung A 2, bila konklusi benar make @reeeut akan i batt . isasi) didasarkan pad , yang nyata; i Eaa en Akiba NDS (empiriealgenereine eti8dhPenalaran inane a indutt Pat Seneralisasi hubs’ a aa induktif tidak lan, k gan dalam Penalaray re an in deduktif. enalarannya |, ja oe he sepenuhnya kebenaran Panalarannya logis, konkle’ ‘veAttinya, fila seman ae : ‘arenanya, necessarily true). Dal, S Penar (disebut neces, _ Denar dan selalu menjamin sepenut pen: dijamin dengan ti Denar, konklusi tide tee ites) tertonta, aan, Koklusi hanya antara argumen ded ti fees Necessari nya, jika premis luktif dan induktit dapat ditujub Perbedaan struktural @'am contoh berikut.? Ponataran 65 Argumen Deduktit , / rgumen Indukti Premis (1): Semua burung mem, Pr ng dapat df lempunyai emis (1): Kebanyakan burung dapat Pramis (2): Bebek Pt wre (2) ek adalah burung, "emis (2): Bebek adalah burung, Konklusi: Bebek mempunyai jebek dapat terban, fed uunyai bul, Konklusi: Bebek dapat terbang. (boleh jac) _ Contoh di atas menunjukkan bahwa dalam argumen deduktif bila semua pre- mis benar maka konklusi pasti atau harus benar. Akan tetapi, dalam argumen induktif, konklusi tidak selalu benar meskipun kedua premis benar. Perbedaan tersebut menjadi dasar untuk menilai perbedaan keefektifan atau keberhasilan kedua jenis argumen. Argumen deduktif dengan premis benar dapat dikatakan berhasil jika kebenaran premis menjadikan konklusi tidak mungkin (impossible) takbenar. Di lain pihak, argumen induktif dengan premis benar dapat dikatakan berhasil jika kebenaran premis menjadikan konklusi kecil kemungkinan atau kecil kebolehjadian takbenarnya. Karena ada kebolehjadian takbenar, asersi ilmiah yang bersandar pada penalaran induktif diperlakukan sebagai hipotesis bukan pernyataan fakta, Argumen dengan Analogi Argumen induktif sebenarnya merupakan salah satu jenis penalaran nondeduktif. Salah satu penalaran nondeduktif lainnya adalah argumen dengan analogi (argu- ment by analogy). Penalaran dengan analogi adalah penalaran yang menurunkan konklusi atas dasar kesamaan atau kemiripan (likeness) karakteristik, pola, fung- si, atau hubungan unsur (sistem) suatu objek yang disebutkan dalam suatu asersi. Analogi bukan merupakan suatu bentuk pembuktian tetapi merupakan suatu sarana untuk meyakinkan bahwa asersi konklusi mempunyai kebolehjadian untuk benar, Dengan kata lain, bila premis benar, konklusi atas dasar analogi belum tentu benar. Struktur argumen ini digambarkan sebagai berikut: Premis (1) Xdan ¥ mempunyai Kemiripan dalam hal a By €, Premis (2) Xmempunyal karakteristik 2, Konklusi: ¥ mempunyai karakteristik 2, iri i bungan konseptual dan Ker dalam suatu analogi merupakan suatu hubungan konseptua bukan hubeagal fisis atau keidentikan. Hubungan analogis bersifat implisit dan ~ 1) sering dirancukan dengan rambut atau ram- "] in sehari-l ata bulu (feather) sering dir \ but ban ea ones vcering mengatakan “bul kucing” adobe an i ae in nei tidake mempunyai bulu tetapi mempunyai rambu “rambut kucing.” Kera, anjing, dan ‘elinei tic meretia tidak termasuk dalam kelas burung, Babe ° kasi dan menyimpulkan kut adalah suatu contoh nm banyak hal, penalar har jentifi ar harus mengide b al, penalar ; aa iripan tersebut di sendiri hubungan kem argumen dengan analogi jai adalah ibarat sebuah kapal pesiar dengan presiden sebag: Promis (1) Negara nahkoda. ; duk pada promis 2) Dalam keadaan darurat, semua penumpang harus tunduk P perintah nahkoda tanpa kecuali us untuk Konkiust: Dalam keadaan Kriss, presiden harus diberl kekuassot usu pea mengeluarkan undang-undang darurat yang harus dlikutl ser 9 tanpa kecual Dalam contoh di atas, hubungan kemiripan negara dan kapal dapat diinter- pretasi bahwa keduanya sama-sama merupakan suatu wilayah (teritori) yang di dalamnya hidup sekelompok warga yang menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada seorang pemimpin. Penalar dapat juga menginterpretasi bahwa kemiripan tersebut berkaitan dengan pemerintahan atau manajemen. Karena kemiripan tersebut, disimpulkan bahwa kekuasaan (karakteristik, fungsi, atau sistem peme- rintahan) presiden sama dengan kekuasaan nahkoda. Kesamaan kekuasaan meru- pakan argumen untuk mendukung konklusi bahwa presiden dapat mengeluarkan undang-undang darurat dalam situasi krisis. Walaupun analogi banyak digunakan dalam argumen, argumen semacam ini bongs mengandung kelemahan. Perbedaan-perbedaan penting yang mempe- Heal (nlamabhan) Eats sering tersembunyi atau disembunyikan, Perbe- Gaan sering lebih dominan daripada kemiripan. Dalam analogi nahkoda misalnya, ga dalam kapal jumlahnya lebih kecil dan tidak terdapat lembaga perwakil seperti dalam negara. Karena bukan merupakan pembuktian, cs fog! sering disalahgunakan untuk pembuktian sebagai cara untuk mengeeoh orang. ae Argumen Sebab-Akibat Menyatakan konklusi sebagai akibat d, bentuk argumen yang disebut argume, tion) atau generalisasi kausal (caus: ‘ari asersi tertentu merupakan salah satu ‘ er dengan penyebaban (argument by causa- on) ata generalization), Piasonys dinyataen dalam struktur “X menghasilkan ie Eee Paes este Verubabe” Aree Y terjadi” atau “Y terjadi acne tau“ ne fateh ctiemecbalken baba a bern Pernyataan tersebut sebenarn; vale Tah oon jukkan bahwa apa yan, nat atau berasosiasi dengan B api tid wenere Untuk dapat rmenyatel narnya terjadi merupakan: a en bee nicua: tentang apa yang sebenarnyy adanya hubungan kausal ria a sehen iene, Pe 9 tees ae teriadi Kaidah untuk ence lu diadakan Pengujian Kausal al , nit Kaidah keccs i ‘enguji adanya hubungan egatif (negative can Dae ncthod of agreement), kaidah On of a ‘ereement) dan kaidah Perbedaan (method of. Ponalaran 67 difference) yang dikemukak; disebut dengan kaidah Mili" °°? 3oN Stuart Mill (sehingga seluruh kaidah Kaidah kecocokan mi e - fenomena mempunyai eye etka” bahwa jika dua kasus (atau lebih) dalam suatu borkaitan dengan tiadan eet enyatakan bahwa jika tiadanya suatu faktor (C) nya gej i gejala tersebut bersifat pe (Z), maka ada bukti bahwa hubungan faktor dan Kaidah perbedaan menyatakan dalam suatu fenomena, dan dalam sementara dalam kasus lain tertentu (C) terjadi k terjadi ketika gejala dapat hubungan kau: bahwa jika terdapat dua kasus atau lebih salah satu kasus suatu gejala (Z) muncul 's Tainnya gejala tersebut (Z) tidak muncul; dan jika faktor etika gejala tersebut (Z) muncul, dan faktor tersebut (C) tidak tersebut (Z) tidak muncul; maka dapat dikatakan bahwa ter- ay sal antara faktor (C) dan gejala (Z) tersebut. alam argumen, kasus-kasus dalam ketiga kaidah di atas dapat diperlakukan sebagai premis. Kaidah ketiga sebenarnya merupakan gabungan antara kaidah pertama dan kedua. Kaidah Mill didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada faktor lain (selain C) yang mempengaruhi gejala Z. Kaidah Mill digunakan untuk meyakinkan apakah hubungan dua faktor bersifat korelasional atau kausal. Kai- dah Mill ini didiagramkan dalam Gambar 2.10 di halaman berikut. Kriteria Penyebaban Kaidah perbedaan Mill sebenarnya merupakan suatu rancangan untuk menguji secara ekperimental apakah memang terdapat hubungan kausal. Akan tetapi, kaidah tersebut belum dapat sepenuhnya meyakinkan karena mungkin ada faktor lain (selain C) yang menyebabkan gejala Z terjadi. Oleh karena itu, untuk menguji dan menyatakan bahwa suatu faktor atau variabel (C) menyebabkan suatu gejala atau variabel lain (Z) terjadi, tiga kriteria berikut harus dipenuhi: (1) C dan Z bervariasi bersama. Bila C berubah, Z juga berubah. (2) Perubahan C terjadi sebelum atau mendahului perubahan Z terjadi. (3) Tidak ada faktor lain selain C yang mempengaruhi perubahan Z. Kriteria (1) harus dipenuhi karena hubungan sebab-akibat hanya terjadi jika ada perubahan baik faktor sebab maupun faktor akibat. Bila salah satu faktor berubah sementara yang lain tetap, maka jelas bahwa kedua faktor tersebut tidak berhubungan sama sekali, Perubahan di sini harus diartikan secara luas sebagai perbedaan keadaan (status/klasifikasi/gejala) atau nilai (skor/peringkat). Misalnya keadaan kena kanker dan tidak kena kanker, merokok dan tidak merokok, diberi obat dan tidak diberi obat, muncul dan tidak muncul, serta sembuh dan a ae buh merupakan suatu perbedaan keadaan yang menggambarkan peru i Demikian juga, perbedaan skor hasil pengukuran dua kasus atau lebih menunjuk- *Lihat Cooper and Schindler (2001), hlm. 148-149. Bano 68 Mi -rata tes potensi akademik i erbedaan skor rata-ratd sia kan adanya perubahan. reeenere kursus, perbedaan tingkat ies san yang (TPA) sebelum dan sesudah mengi ean nga Recerdaan Yang i ang berbeda, perbedaan ki inerja dua kelompok sete. dakar ee nr a perbeda atau, dan perbedaan kinerja dua jiukur indikasi bahan. lah adanya suatu percobaan merupakan indikasi adanya peru! Gambar 2.10 Kaidah Penyebaban Mill Kaldah Kecocokan Gejala See roost ——— — c|] #&————-B keuss [6 BB menyobabkan Konktust c| —Tectetien Kaldah Perbedaan Faktor Penjelas Gejala c] ———- =] —_____. 2] (Tak ada Z) Se Konklust c menyebabkan —_——- z Kriteria (2) harus dipenuhi karena penyebaban menuntut ad: h bat faktor terhadap faktor yang lain dalam selang wakt tertentu,. Sadi, harus Ohh prtehene eeattanRE eba dan for akin a1 a a jadi faktor akibat terjadi. Dengan kata lain, tient star ma or sebab. Selang lu sebelum perubahan emacam ketergantungan atau waktu tersebut dapat sckejap Penalaran 69 faktor sebab benar-benar menyebabkan perubehaan faktor akibal.” Misalnya untuk meyakinkan apakah kegaduhan (noise) menyebabken turunnya produktivi- tas ayam petelur, faktor lain yang diduga juga merupakan penyebab seperti penyi- naran, temperatur, dan jenis makanan harus dikendalikan atau dijaga konstan. Penalaran Induktif dalam Akuntansi Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk meng- hasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasar: (teori) terhadap gejala akun- tansi tertentu. Pernyataan-pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotesis yang diajukan dan diuji dalam suatu penclitian empiris. Hipotesis meru- pakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi. Bila bukti empiris kon- sisten dengan (mendukung) generalisasi tersebut maka generalisasi tersebut menjadi teori yang valid dan mempunyai daya prediksi yang tinggi. Contoh per- nyataan umum sebagai hasil penalaran induktif (generalisasi) antara lain adalah: + Perusahaan besar memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. * Tingkat likuiditas perusahaan perdagangan lebih tinggi daripada tingkat likuiditas perusahaan pemanufakturan. + Tingkat solvensi berasosiasi positif dengan probabilitas kebankrutan perusahaan. + Partisipasi manajer divisi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja divisi. + Ambang persepsi etis wanita lebih tinggi dibanding ambang persepsi etis pria dalam menilai kasus pelanggaran etika atau hukum. + Ukuran atau besar-kecilnya (size) perusahaan berasosiasi positif dengan tingkat pengungkapan sukarela (voluntary disclosures) dalam statemen keuangan. Secara statisti, generalisasi berarti menyimpulkan karakteristik populasi ates dasar karakteristik sampel melalui pengujian statistis. Misalnya, suatu teori harus diajuken untuk menjelaskan mengepa terjadi perbedaan luas atau banyak- nya pengungkapan dalam statemen keuangan antarperusahaan. Teori tersebut misalnya dinyatakan dalam pernyataan umum (proposisi) terakhir dalam daftar di atas yaitu ukuran perusahaan berasosiasi positif dengan tingkat pengungkapan sukarela. Proses penalaran induktif dalam contoh ini dapat dilukiskan dalam Gambar 2.11 di halaman berikut. ‘Untuk sampai pada proposisi dalam contoh tersebut, tentu saja diperlukan argumen dalam bentuk rerangka atau landasan teoretis. Dalam proposisi ini, “akuran perusahaan” dan “tingkat pengungkapan sukerela” merupakan konsep sedangkan “berasosiasi positif” merupakan hubungan yang diteorikan. Agar proposisi dapat diuji, konsep dalam proposisi harus didefinisi secara operasional Dalam suatu pereobaan atau penelitian eksperimental,tingkat keyakinan bahwa faktor tertentu benar-bener merupakan penyebab faktor yang lain disebut dengan validitas internal, Ban 70 i aunt variate yg pat nna dan din nyt sein Kong, abstrak dapat diaku. Dalun contol ini, axel (dapat. juga penjunlan) di Han nisi operasional (prokai) ukuran porusahann endangkan bongalknya bu beng ungkapin yong id dine lsh andar alustans| mervpakon dati pengungkapan sukarela, Dalam pengfian statisti, hubung ati ia bel soring dinyatakan dalam bentulc hipotesis. Gambar 2.11 Contoh Ponalaran Induktif dalam Akuntansi Tataran abstrak Rorangka/landasan tooratis, Hubungan teorais Konsep: Konsop: Ukuran perusahaan Tingkat pengungkapan sukarela Proposis Tataran empiris Dalnisi operasional Generalisasi Variabel x: Varlabel ¥: sebagal Banyaknya pengung- Penalaran oa ipotesis "| kapan yang tidak divas Induktit Iibkan oleh standar. Pengukuran Penguin sampel nae ‘amped Sampo! oO, Pengulan hubungan secaadaleta (eengan regres Korat ata ala Setelah definisi operasional diuk telah defin nal diukur untuk sampel onee 3298 deren Siepresent dalam bentue variabel dan dite neo ‘ely er analisi date mudch dilekukan, niece menguji hipotesis, hubungan Itlah pt th-proposslbiasenya digunakan dalam tataran Kedoe a biasanya digunakan dalam tataran emplts edlua istilah sering tidak dibedakan dan digunaken penalaran 71 antara variabel diuji dengan alat statistis tertentu (misalnya regresi). Bila pengujian secara statistis menunjukkan bahwa hubungan antara variabel secara statistis signifikan, berarti ada keyakinan tinggi (misalnya tingkat keyakinan 95%) bahwa teori yang diajukan didukung secara empiris sehingga dapat dilaku- kan generalisasi. Dari contoh di atas, generalisasi secara formal dapat dinyatakan dalam penalaran induktif sebagaimana tampake pada argumen di bawah ini. Premis: Pengamatan (sampel) ‘Menunjukkan bahwa makin besar set perusahaan makin banyak butir pengungkapan yang disajikan Perusahaan dalam statemen keuangan. Hubungan ini secara stallstis signifikan pada a = 0,05. nt ti cecara statits signitkan pada c= 0,05, Ukuran atau besar-keclinya (size) perusahaan beraso- slasl positif dengan tingkat Pengungkapan sukerela (voluntary disclosures) dalam statemen keuangan. Konklusl: Dalam praktiknya, penalaran induktif tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan penalaran deduktif atau sebaliknya. Kedua penalaran tersebut saling ber- kaitan. Premis dalam penalaran deduktif, misalnya, dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif: Demikian juga, proposisi-proposisi akuntansi yang dia- jukan dalam penelitian biasanya diturunkan dengan penalaran deduktif, Bila dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori akuntansi normatif Pissanya berbasis penalaran deduktif sedangkan teori aluntansi positif biasanya berbasis penalaran induktif. Secara umum dapat dikatakan bahwa teori akuntarei sebagai penelaran logis bersifat normatif, sintaktik, semantik, dan deduktif sementara teori akuntansi sebagai sains bersifat positif, pragmatik, dan induktif. Buku ini memandang teori akuntansi sebagai penalaran logis dalam bentuk Perekayasaan pelaporan keuangan. Oleh karena itu, pembahasan buku ini lebih berhaluan normatif sehingg: ja banyak menerapkan penalaran deduktif dengan fokus bahasan yang bersifat struktural (sintaktik) dan semantik. Kecohan (Fallacy) Dalam kehidupan sehari-hari (baik akademik maupun nonakademik), acapkali dijumpai bahwa argumen yang jelek, lemah, tidak sehat, atau bahkan tidale masuk akal ternyata mampu meyakinkan banyak orang sehingga mereka terbujuk oleh peumen tersebut padahal scharusnya tidak. Bila hal ini terjadi, akan banyak Praktik, perbuatan, atau tindakan dalam masyarakat yang dilandasi oleh teori Git alasan yang tidak sehat, Akibatnya praktik itu sendiri menjadi tidak schet, Cederblom dan Paulsen (1986) membahas hal ini d lengan mengajukan pertanyaan: {Why are bad arguments sometimes convincing?” Pertanyaan tentang adanya ‘ecohan penalaran dalam akuntansi misalnya adalah “Mengapa istilah yang salah banyak dipakai orang?” Telah dibahas sebelumnya, bahwa keyakinan mempunyai beberapa sifat yang Menjadikan perubahan atau pemertahanan keyakinan tidak semata-mata dilan- dasi oleh validitas dan kekuatan argumen tetapi juga oleh faktor manusia. Dalam 72 il sia lebih te ilmiah atau akademil), manusia , kasus tertentu Cbabkan dalam konteke Seam pribadi daripada logika, Dew an aa a een Gidak selalu diperoteh melalui argumen logis ta skal sha eee aaa nyebabkan, bila terdapat suatu asersi yang v8 nv mem, Apapun faktor yang me orang padahal seharusnya tidak lantaran argu en yang rk nciapandung eaeat (faulty), maka pasti terjadi ane Yang disebai Ketobat aenuaish taler (fallacy). Cederblom dan Paulsen (1986) mendefinig, pengertian kecohan sebagai beriktut: tends to persuade us, even though is a kind of argument or appeal that h itis fact Pateeed arguments that tend to persuade but should not per. suade (hlm. 102). i mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal semacam itu rh sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang lain secara tak sengaja. Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia berpikir bahwa dia mengajukan argumen yang valid padahal sebenarnya tidak valid. Sebaliknya, orang dapat mengecoh orang lain dengan sengaja semata-mata karena ingin memaksakan kehendak atau ingin menangnya sendiri sehingga dia akan meng. gunakan segala taktik untuk meyakinkan orang lain tentang keyakinan atau pendapatnya dengan menyampingkan masalah pokok atau menyembunyikan argumen yang valid. Oleh karena itu, perlu dibedakan kecohan lantaran taktik atau akal bulus (yattg oleh Nickerson disebut dengan stratagem) dan kecohan lan. taran salah logika atau nalar dalam argumen (reasoning fallacy). Ciri yang mem- bedakan keduanya adalah maksud atau niat (intention) untuk berargumen, *Pengertian kecohan i a di kan istilah kecohan oleh Niches. iajukan oleh Cederbiom da : son dibatasi disebut sebagai arguinen informal semen in Paulsen meli Pada pengertian m meli tara penalaran | it Puti pula stratagem sedang- Se aE salah nalar. Stratagem juga sering Peis disebut sebagai argumen formal.

You might also like