A ILMU PENGETAH
PENELITIAN OSE
vAOseana, Volume XXVII, Nomor 2, Tahun 2002
BEBERAPA CATATAN MENGENAI PARASIT KRUSTASEA
Ernawati Widyastuti
ABSTRACT
SOME NOTES ON CRUSTACEA PARASITIC. In crustacean group, there
are free-living species and parasitic species. Crustacea as a parasite able to live on
marine biota and other animals. This article give information on parasitic Crustacea
on marine biota. These parasites consist five groups, i.e : Cirripedia, Amphipoda,
Branchiura, Copepoda and Isopoda. Most of them are ectoparasites, especially the
Branchiura group.
PENDAHULUAN
Simbiose atau hubungan hidup antara
dua individu yang berlainan jenis, di dalam
biologi dikenal ada empat macam. Salah
satunya adalah simbiose parasitis, yaitu apabila
dalam hubungan hidup antara dua individu
tersebut, satu individu sebagai parasit
beruntung karena mendapat makanan, sedang
yang lainnya sebagai inang atau hospes rugi
karenanya. Cara hidup seperti ini disebut cara
hidup parasitis (BROTOWIDJOYO 1987).
Dalam kehidupan parasit tersebut dikenal
adanya hospes perantara dan hospes tetap.
Hospes perantara adalah organisme yang
membantu untuk hidupnya parasit bentuk
aseksual atau bentuk belum dewasa, sedangkan
hospes tetap adalah organisme yang membantu
untuk hidupnya parasit bentuk dewasa.
Berdasarkan tempat manifestasi atau
berparasitnya, dikenal ada endoparasit dan
cktoparasit. Endoparasit adalah parasit yang
hidupnya di dalam tubuh (seperti usus, jaringan
'’ Bidang Sumber Daya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
dan cairan tubuh) dari inang, sedangkan
ektoparasit adalah parasit yang hidupnya
menempel pada bagian luar tubuh (kulit,
jaringan insang atau pada bagian-bagian lain
yang berhubungan dengan dunia luar pada
inang). Jika dilihat berdasarkan organisme
penyebab parasit, ada bermacam-macam,
antara lain adalah bakteri, jamur, virus, cacing
dan Krustasea (MOLLER & ANDERS 1986).
Krustasea merupakan salah satu induk
kelas dari Phylum Arthropoda. Dibandingkan
dengan induk kelas lainnya, krustasea
mempunyai tingkat keanekaragaman jenis yang
tinggi. Organisme atau jenis-jenis yang
termasuk induk kelas ini, ada yang hidupnya
bebas (free-living) dan adapula yang hidup
sebagai parasit, Menurut CRESSEY (1983),
krustasea yang hidupnya sebagai parasit atau
semiparasit diketahui ada 3000 jenis, yang
dapat hidup sebagai parasit pada biota darat
dan biota laut (ikan, koral, bintang laut,
teripang, bahkan pada krustasea sendiri).Menurut CRESSEY (1983) dan
MOLLER & ANDERS (1986), krustasea yang
hidup sebagai parasit berasal dari lima
kclompok, yaitu Cirripedia, Amphipoda,
Branchiura, Copepoda dan Isopoda.
Kebanyakan dari kelompok tersebut adalah
ektoparasit, dan hanya sedikit yang bersifat
endoparasit. Jenis-jenis dari Cirripedia dan
Amphipoda yang bersifat parasit sangat jarang
dilaporkan, kebanyakan yang dilaporkan jenis-
jenis parasit dari ketiga kelompok lainnya
(MOLLER & ANDERS 1986).
Investasi dari parasit krustasea, banyak
menycbabkan kerusakan pada bagian tubuh
hospes. Misalnya dari jenis Argulus yang
bersifat ektoparasit, menimbulkan luka pada
tubuh hospes sewaktu biota tersebut makan,
karena disebabkan oleh styleValat penyengat
di bagian preoral. yang berulang-ulang
ditusukkan ke tubuh hospes. Sclain itu juga
menimbulkan peradangan dari racun yang
dihasilkan oleh kelenjar yang terletak di bagian
dasar alat penghisap tersebut. Contoh lainnya
adalah dari kelompok Isopoda ( [rona
mielanostricta}) yang berparasit pada bilik
insang Girella tricuspidata (sejenis ikan yang
umum ditemukan di pantai selatan Australia).
Jenis ini menyebabkan atropia atau terhentinya
pertumbuhan dari filamen-filamen insang,
merusak insang dan jaringan epithelium dalam
bilik insang (CRESSEY 1983). Dengan adanya
luka-luka tersebut, memungkinkan terjadinya
infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri.
Menurut MCLAUGHLIN (1980),
kelima kelompok krustasea yang bersifat
parasit tersebut diklasifikasikan sebagai
berikut, Isopoda dan Amphipoda merupakan
suatu bangsa dari induk bangsa Peracarida,
anak kelas Eumalacostraca, kelas
Malacostraca, induk kelas Krustasea.
Sedangkan Cirripedia, Branchiura dan
Copepoda merupakan suatu kelas dari induk
kelas Krustasea.
30
CIRRIPEDIA
Dilihat dari morfologinya, Cirripedia
seakan-akan tidak terkait dengan Krustasea.
Tetapi jika cangkangnya dibuka, maka bentuk
khas krustasea akan terlihat, karena Cirripedia
menyembunyikan sifat-sifat khas krustasea
dalam lempeng-lempeng kerangka luar. Tubuh
Cirripedia terdiri dari beberapa ruas, abdomen
tereduksi dan mempunyai dua pasang antena
(antena dan antenula). Cirripedia adalah hewan
menetap saat dewasa, tidak mempunyai mata
majemuk, karapasnya menutupi seluruh tubuh
dan sebagian besar bersifat hermaprodit. Pada
jenis yang bersifat parasit, tubuhnya
meregencrasi menjadi seperti kantung yang
menempel pada permukaan ventral dari inang/
hospes, yaitu pada kepiting atau krustasea
lainnya (ROMIMOHTARTO & JUWANA
1999),
Jenis-jenis Cirripedia yang bersifat
parasit sedikit ditemui, Ada satu marga yaitu
Sacculina yang ditemukan bersifat endoparasit
pada krustasea Decapoda. Pernah dilaporkan
oleh VIK dalam MOLLER & ANDERS
(1986) bahwa ada satu jenis Cirripedia yang
melekat pada daerah sirip ikan hiu batipclajik
yang kecil ( Etmopterus spinax) yaitu jenis
Anelasma squalicola
AMPHIPODA
Kebanyakan Amphipoda bersifat hidup
bebas. Ada satu suku yaitu Cyamidae yang
meliputi 22 jenis yang diketahui sepenuhnya
hidup sebagai parasit pada mamalia laut
(Cetacea}, dapat dilihat pada tabel I. Umumnya
Amphipoda yang bersifat parasit tersebut hidup
sebagai “whale lice”/kutu pada ikan paus.
Amphipoda serupa dalam banyak hal
dengan Isopoda, antara lain karona keduanya
mempunyai dada beruas dan bukan kepala-
dada ( cephalothorax). Dada terbagi ke dalam‘Tabel I. Daftar jenis dari Cyamidae dan hospesnya (LEUNG dalam CRESSEY 1983).
No. Jenis-jenis dari Cyamidae Hospes
1._| Cyamus bahamondei Buzeta Physeter catodon Linnaeus
2.__| Cyamus balaenopterae Barnard Balaenoptera musculus Linnaeus
Balaenoptera physalus Linnaeus
Balaenoptera acutorastrata Lacépede
3_| Cyamus boopis Luiken Megaptera novaeangliae (Borowski)
Physeter catodon Linnacus
4__[ Cyamus catodontis Margolis Physeter catodon Linnaeus
5_| Cyamus ceri (Linnaeus) Balaena mysticetus Linnaeus
Eschrichtius gibbosus (Etxleben)
Cyamus erraticus Roussel de Vauzeme
Cyamius gracilis Roussel de Vauzeme
Cyamus kessleri Brandt
Eubalaena glacialis (Muller)
Megaptera novaeangliae (Borowski)
Eubalaena glacialis (Muller)
Eschrichtius gibbosus (Erxleben)
Cyamus monodontis Liitken
Monodon monoceros Linnaeus
Delphinapterus leucas (Pallas)
Cyamus nodosus Liitken
Orcinus orca (Linnaeus)
Delphinapterus leucas (Pallas)
Monodon monoceros Linnaeus
Ti,_| Cyamus ovalis Roussel de Vanzeme Eubalaena glacialis (Muller)
Physeter catodon Linnaeus
12,_| Cyamus rhytinae Brandt ‘Sapi laut (Hydrodamatis stelleri)
13._| Cyamus scammoni Dall Exchrichtius gibbosus (Erxleben)
14._[ Cyamus sp. Berardius bairdi Stejneger
75._| Isocyamus delphinii(Guerin-Meneville) | Steno bredanensis (Lesson)
Delphinius delphhs Linnacus
Pseudorea crassidens (Owen)
Grampus griseus (Cuvier)
Globicephalus melaena (Traill)
Neocyamus physeteris (Pouchet)
Platycyamus thompsoni (Goose)
Phoecena phoecena (Linnaeus)
Lagenorhynchus albirostris
Physeter caiodon Linnacus
Phocoenoides dalli (True)
| Ayperoodon ampullatus (Forster)
Scutocyamus parvus Lincoln & Hurley
|_Lagenorhynchus albirostris Gray
Syncyamus chelipes (Costa)
|_Delphinus delphis Linnaeus
Syncyamus sp. (tidak digambarkan)
Syncyamus sp.
Sienella graffmani
Stenella coeruleoalba (Meyen)
Stenella longirostris (Gray)
317 ruas yang dapat digerak-gerakkan, sehingga
memungkinkan biota tersebut lebih bebas
bergerak. Amphipoda mempunyai bentuk
tubuh pipih memanjang, mata tidak bertangkai,
tidak mempunyai karapas serta uropoda. Ab-
domen mereduksi dan tidak mempunyai ap-
pendage atau embelan pada betina, sedangkan
pada yang jantan mempunyai sepasang vesti-
gial. Pada segmen thorax keempat dan kelima,
masing-masing segmennya terdapat sepasang
insang (satu buah pada tiap sisi). Bentuk dari
insang merupakan suatu karakter yang penting
untuk mengidentifikasi jenis. Sedangkan ap-
pendage pada segmen thorax yang lain
subchelate dan termodifikasi untuk menempel
(CRESSEY 1983; ROMIMOHTARTO &
JUWANA 1999).
Amphipoda yang hidupnya sebagai
parasit, secara ckologi berperan sebagai kutu
pada lingkungan laut. Ada satu jenis
Amphipoda yang diketahui sebagai parasit
pada kulit Sturgeon dan beberapa jenis lainnya
dari Adantik Utara yaitu Laphystius sturionis
(MOLLER & ANDERS 1986), dapat dilihat
pada Gambar la.
BRANCHIURA
Branchiura umumnya dikenal sebagai
kutu pada ikan, baik itu pada ikan-ikan yang
hidup di Jaut maupun ikan-ikan yang hidup di
air tawar. Menurut CRESSEY (1983) dan
JADWIGA (1991) Branchiura merupakan
satu-satunya kelas dari krustasea, yang seluruh
anggotanya bersifat parasit. Hal ini ditegaskan
oleh MCLAUGHLIN (1980), bahwa seluruh
anggota Branchiura bersifat ektoparasit.
Habitamya bisa di laut, air payau ataupun air
tawar. Jenis parasit Branchiura diperkirakan
ada sekitar 130 jenis, dan terbagi dalam 4
marga yaitu Argulus, Chonopeltis, Dolops dan
Dipteropeltis, Menurut MOLLER & ANDERS
(1986) dari keempat marga yang telah
disebutkan di atas, untuk jenis-jenis yang hidup
32
sebagai parasit di laut, ada sckitar 35 jenis, dan
merupakan anggota dari marga Argulus.
Contoh jenis dari marga Argulus adalah
Argulus foliaceus (Linnaeus) yang ditemukan
sebagai parasit pada ikan-ikan tropis
(KOLLATSCH dalam CRESSEY 1983), dapat
dilihat pada Gambar Ib.
Morfologi dari kelompok ini mempu-
nyai karakteristik yaitu dengan adanya se-
pasang alat penghisap (sucker) yang besar dan
sepasang mata faset yang besar. Kepala tertutup
oleh karapas yang transparan pada bagian
dorsainya. Tubuh pipih memanjang, seperti
keping, bagian dorsal cembung dan bagian
ventral agak cekung. Tubuh terbagi menjadi
cephalothorax dan abdomen, atau cephalon,
pereon dan abdomen. Bentuk tubuh seperti ini
sudah termodifikasi yang berfungsi untuk
memudahkan adaptasi sebagai parasit, untuk
melekat pada permukaan tubuh hospes dan
menghisap darah atau cairan tubuh dari hospes.
Jika dilihat pada bagian ventral kepala,
didominasi dengan adanya sepasang alat
penghisap, yang merupakan hasil modifikasi
dari maksila kedua. Alat ini terdapat pada
semua jenis, kecuali pada Dolops. Pada
Dolops, maksila kedua berkembang sebagai
alat pengait. Sebagian besar jenis dari
Branchiura, terdapat sebuah stylet/penyengat
di bagian preoral, yang berfungsi untuk
menusuk daging hospes. Bagian posterior
terdapat sebuah mulut seperti pipa, yang
digunakan untuk menghisap darah atau
mengeluarkan cairan tubuh hospes dari luka
yang dihasilkan olch stylet (CRESSEY 1983).
Thorax dari kelompok ini terbagi
menjadi 4 segmen. Tiap segmen terdapat
sepasang alat gerak (appendage) yang
bercabang (biramous), yang berfungsi untuk
berenang. Branchiura memperlihatkan
dimorfisme kelamin (sexual dimorphisme).
Menurut MOOSA (1979), yang dimaksud
dengan sexual dimorphisme adalah apabila
terdapat perbedaan antara individu jantan danGambar I. a. Laphystius sturionis
b. Argulus foliaceus
betina, baik dalam bentuk, warna atau corak
warna. Pada jantan, thoracopod kedua sampai
keempat mempunyai alat tambahan yang
berfungsi sebagai alat kopulasi
COPEPODA
Lebih dari 2000 jenis Copepoda
dilaporkan hidup sebagai parasit. Biota tersebut
biasanya berasosiasi dengan spong, Co-
elenterata, cacing-cacing Polychaeta, Moluska,
Ekinodermata dan vertebrata air. Menurut
MCLAUGHLIN (1980), Copepoda yang
hidupnya sebagai parasit ada 4 bangsa
yaitu. Notodelphyoida, Monstrilloida,
Siphonostomatoida dan Poecilostomatoida.
Bentuk badan dari parasit Copepoda sangat
bervariasi (Gambar 2).
33
Morfologi dari kelompok ini, umumnya
pipih memanjang, kaki pendek. Bentuk dewasa
mempunyai sebuah alat pengideraan pertama
yaitu antena yang tersusun dari banyak segmen.
Scdangkan antena kedua berfungsi untuk me-
megang. Pada daerah oral tubuh, dari beberapa
kelompok yang termasuk parasit Copepoda
termodifikasi sebagai mulut yang berbentuk
pipa (mouth-tube) yang berfungsi untuk me-
nyedot makanan, dengan mandibula berbentuk
seperti parutan di bagian dalamnya, Sebagian
besar Copepoda mengalami tingkatan hidup
bebas selama pergantian kulit (molting) sampai
tingkatan infektif yang belum dewasa.
Adaptasi secara morfologi untuk parasit
Copepoda, ada yang mempunyai tambahan
cephalothorax yang kompleks pipih
memanjang dan bagian ventral cembungGamban 2. Bentuk badan dari parasit Copepoda yang bervariasi (MOLLER & ANDERS 1986)
. Ergasilus lizae
Bomolochus soleae
. Chondracanthus merluccii
. Caligus diaphanus
Lernaeocera lusci
Lernaeenicus encrasicola
Spyrion tumpi
. Clavellodes rugosa
Kroyeria lineata
rome meas ep
dengan scbuah bentuk Jempengan penghisap
(sucking disc). Sclain itu ada yang mempunyai
struktur seperti jangkar, berfungsi untuk
menjaga parasil agar tetap menempel pada
hospes selama hidupnya, contohnya pada
Lernacopodidae dan bangsa Siphono-
stomatoida.
ISOPODA
Isopoda scbagai parasit terbagi dalam
2 kelompok utama yang didasarkan pada
hospesnya, yaitu Isopoda pada ikan dan
34
Isopoda pada Krustasea lain. Pada Krustasea
diketahui adanya Isopoda Bopyrid yang hidup
sebagai parasit pada Decapoda, biasanya
Isopoda tersebut ditemukan melekat pada bilik
insang dari hospes. Sedangkan pada ikan
diketahui berasal dari 2 suku yaitu
Cymothoidae dan Gnathidae. Cymothoidae,
ada sekitar 200 jenis yang bersifat parasit untuk
sepanjang hidupnya (baik dalam bentuk larva
dan dewasa) pada tubuh ikan. Gnathiidae, ada
sekitar 50 jenis yang bersifat parasit tetapi
hanya untuk stadium larvanya, sedangkan untuk
stadium dewasa bersifat hidup bebas.Distribusi dari Isopoda parasit
berhubungan dengan ekologi hospesnya. Ikan-
ikan demersal di perairan pantai lebih sering
terinfeksi, dibandingkan dengan ikan-ikan
batipelajik dan pelajik. Ikan-ikan yang sering
terinfeksi Isopoda adalah dari suku Sparidae,
Lutianidae, Serranidae, Trichiuridae dan
Bramidae (ADWIGA 1991)
Isopoda bersifat sexual dimorphisme.
Tubuhnya pipih atas-bawah dan tidak
mempunyai karapas. Thorax terdiri dari 7
segmen yang dapat digerak-gerakkan dengan
7 pasang kaki renang yang uniramous. Biota
ini mempunyai sepasang mata yang terdiri dati
banyak eyelet atau lubang-lubang pada mata
(ADWIGA 1991).
Adaptasi secara morfologi terutama
untuk memakan dan menempel. Mulut biasanya
berbentuk seperti kerucut, dengan mandibula
dan maxilla pertama yang digunakan untuk
menusuk dan masuk jaringan hospes. Pereo-
pod termodifikasi menjadi struktur seperti
pengait yang berfungsi untuk menempel.
DAFTAR PUSTAKA
BROTOWIDJOYO, M.D. 1987. Parasit dan
Parasitisme. Media Sarana Press.
Jakarta. 330 hal.
CRESSEY, R.F. 1983. Crustaceans as Parasites
of Other Organisms. In “The Biology
of Crustacea”, ed. Bliss, D.E. New
York: 251 — 273.
JADWIGA, G. 1991. Marine Fish Parasito-
logy. PWN- Polish Scientific Publish-
ers, Warszawa: 306 pp.
MACLAUGHLIN, A.A. 1980. Comparative
Morphology of Recent Crustacea. WA
Freeman and Company, USA: 177 pp.
MOLLER, H. & ANDERS, K. 1986. Diseases
and Parasites of Marine Fishes. Kiel
Moller, Germany: 365 pp.
MOOSA, M.K. 1976. Pentingnya Pengetahuan
Tentang Suatu Jenis. Oseana, tahun: 2
(5): 1-3.
ROMIMOHTARTO, K. dan S. JUWANA.
1999, Biologi Laut. Iimu Pengetahuan
Tentang Biota Laut. Puslitbang
Oseanologi-LIPI, Jakarta, 527 hal