You are on page 1of 8

Pelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Jumlah Hematopoietic Stem Cells

(HSCs) Dibandingkan Pelatihan Fisik Seimbang pada Tikus (Rattus


norvegicus) Wistar Jantan

1
Zenitalia, 2Alex Pangkahila, 2Wimpie Pangkahila, 3Ferbian M. Siswanto

1
Program Pascasarjana Anti-Aging Medicine Universitas Udayana Denpasar
2
Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar
3
Departement of Biomedical Chemistry, Kwansei Gakuin University, Sanda, Hyogo, Japan
E-mail: nitapasongka@gmail.com

Abstract: This study was aimed to prove that balanced physical exercise increased
mobilization of hematopoietic stem cells (HSCs) compared to excessive physical exercise in
male Wistar rats (Rattus norvegicus). This was an experimental study with the randomized
pretest-posttest control group design. Subjects were 24 male Wistar rats (Rattus norvegicus),
2.5-3 months old, weighing 180-200 g, healthy (active and did not show any anatomical
abnormality), divided into two groups of 12 rats each. One group (P0) was treated with
balanced physical exercise and the other group (P1) was treated with excessive physical
exercise. Before (pretest) and 4 weeks after treatment (posttest), peripheral blood of 1 ml was
drawn through medial canthus sinus orbitalis for examination of HSCs number in peripheral
blood quantitatively. The results showed that the number of HSCs in the P0 group was
increased from 1.60±0.70 x 106 cell/μl before treatment to 2.70±0.62 x 106 cells/μl after 4-
week treatment (P <0.05). Meanwhile, in the P1 group, the number of HSCs was decreased
from 1.74±0.68 x 106 cells/μl before treatment to 1.34±0.55 x 106 cells/μl after 4-week
treatment (P <0.05). Conclusion: Excessive physical exercise decreased number of
hematopoietic stem cells (HSCs) compared to balanced physical exercise in male Wistar rats
(Rattus norvegicus).
Keywords: balanced physical exercise, excessive physical exercise, hematopoietic stem cells
(HSCs)

Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah untuk membuktikan bahwa pelatihan fisik berlebih
menurunkan jumlah hematopoietic stem cells (HSCs) dibandingkan pelatihan fisik seimbang
pada tikus (Rattus norvegicus) Wistar jantan. Jenis penelitian ini ialah eksperimental dengan
randomized pre-post test control group design. Subyek penelitian ialah 24 ekor tikus Wistar
(Rattus norvegicus) jantan, umur 2,5-3 bulan, berat badan 180-200 gr, sehat (aktif dan tidak
menunjukkan abnormalitas anatomi) yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu P0 dan P1,
masing-masing berjumlah 12 ekor. Kelompok P0 diberikan pelatihan seimbang dan kelompok
P1 diberi pelatihan fisik berlebih. Sebelum (pretest) dan 4 minggu setelah perlakuan (posttest),
darah diambil sebanyak 1 ml melalui medial canthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan kadar
HSCs darah tepi secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok P0
terjadi peningkatan jumlah HSCs dari 1,60±0,70 x106 sel/µl pretest menjadi 2,70±0,62 x106
sel/µl posttest (P <0,05). Pada kelompok P1 terjadi penurunan jumlah HSCs dari 1,74±0,68
x106 sel/µl pretest menjadi 1,34±0,55 x106 sel/µl posttest (P <0,05). Simpulan: Pelatihan fisik
berlebih menurunkan jumlah hematopoietic stem cells (HSCs) dibandingkan pelatihan fisik
seimbang pada tikus (Rattus norvegicus) Wistar jantan.
Kata kunci: pelatihan fisik seimbang, pelatihan fisik berlebih, hematopoietic stem cells
(HSCs)

16
Zenitalia, Pangkahila A, Pangkahila W, Siswanto: Pelatihan fisik berlebih ... 17

Kebugaran fisik dapat tercapai bila mengalami overtraining.11 Hasil penelitian


dilakukan pelatihan fisik yang aktif dan lain menyebutkan bahwa 70% dari atlet
seimbang. Aktivitas fisik dan olahraga daya tahan tingkat tinggi telah overtraining
merupakan salah satu faktor dari pola hidup selama karir mereka.12 Overtraining syn-
yang amat penting. Kualitas dan kuantitas drome sering terjadi pada individu yang
aktivitas fisik yang dilakukan seseorang memiliki motivasi tinggi dan goal-oriented,
amat menentukan terjadinya proses penua- juga pada atlet yang merancang pelatihan
an dan kematian. Penelitian menunjukkan fisiknya sendiri tanpa berkonsultasi dengan
bahwa olahraga teratur akan menurunkan ahlinya. Risiko dari overtraining syndrome
risiko kematian tiga kali lebih rendah antara lain performa buruk berkepanjangan,
dibandingkan yang tidak melakukan olah- trauma, penyakit, dan pensiun dini.13
raga.1 Sebaliknya, olahraga yang dilakukan Telah banyak dilakukan penelitian
berlebihan akan berdampak buruk.2 bahwa pelatihan fisik berlebih memper-
Dewasa ini banyak diperbincangkan cepat terjadinya penuaan melalui pening-
mengenai manfaat dan peran sel punca (stem katan radikal bebas dan ketidakseimbangan
cell) sebagai agen terapi pada penyakit kadar hormon. Pelatihan fisik berlebih
degeneratif dan mencegah proses penuaan. dapat memberikan beban yang berat
Terapi penyakit degeneratif dengan meng- terutama pada sistem homeostasis yang
gunakan sel punca umumnya dilakukan diatur oleh sistem endokrin dan susunan
dengan cara injeksi sel punca eksogen, baik saraf, yang dapat menyebabkan masalah
yang bersifat autograft maupun allograft kesehatan.14,15 Hal ini disebabkan oleh
dengan terlebih dahulu dikultur secara in terbentuknya asam laktat dan radikal bebas,
vitro. Belakangan ini telah banyak penelitian karena latihan merupakan stressor bagi
mengenai dampak olahraga dan pelatihan tubuh yang dapat memengaruhi semua
fisik terhadap aktivitas endogenous stem sistem. Terbentuknya asam laktat merupa-
cell.3 kan akibat aktivitas latihan dengan inten-
Penelitian telah membuktikan bahwa sitas tinggi dan latihan dalam waktu yang
pelatihan fisik dapat meningkatkan aktivi- lama (prolonged exrcise). Radikal bebas
tas dan mobilisasi sel punca endogen, terbentuk karena terjadi peroksidasi (auto-
seperti sel bermarka CD34+ pada darah oksidasi) lemak yang ditandai dengan
tepi,4 haematopoietic stem cell (HSCs),5 terbentuknya reactive oxygen spesies
satelite cell (muscle stem cell) dan (ROS).16
mesenchymal stem cell pada otot,6 Pelatihan fisik seimbang dapat
mesenchymal stem cell pada darah tepi,7 meningkatkan jumlah hematopoietic stem
dan endogenous neural stem cell.8 cells (HSCs), tetapi belum ada penelitian
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa yang mengungkapkan mekanisme terjadi-
hingga saat ini banyak sekali pelatihan fisik nya hal ini. Kemungkinan peningkatan
berlebih yang justru akan memperburuk jumlah HSCs disebabkan oleh peningkatan
kesehatan. Estimasi angka kejadian over- sitokin, growth factor, dan sistem imun.
training ialah 7-20% dari jumlah atlet yang Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
melakukan pelatihan.9 Peneliti lain memper- mengetahui mekanisme peningkatan jumlah
kirakan bahwa 10-20% dari semua atlit yang HSCs tersebut.4
terlibat dengan program pelatihan olahraga
intensif mengalami overtraining syn- METODE PENELITIAN
drome.10 Lebih dari dua per tiga atlet lari Jenis penelitian ini ialah eksperimental,
pernah mengalami gejala dan tanda-tanda dengan randomized pre-post test control
overtraining syndrome¸ dimana angka risiko group design. Subjek penelitian ialah tikus
tertinggi terdapat pada atlet lari, balap strain Wistar yang berumur 2,5-3 bulan
sepeda, dan renang. Dilaporkan bahwa 6% dengan berat badan 180-200 gram, dan
pelari jarak jauh, 21% perenang dan lebih sehat (aktif dan tidak menunjukkan
dari 50% pemain sepak bola Australia telah abnormalitas anatomi). Jumlah subyek
18 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 10, Nomor 1, Maret 2018, hlm.16-23

penelitian ialah 12 ekor per kelompok.17 diperiksa jumlah HSCs. Pengukuran CD34+
Semua tikus diadaptasikan terlebih dilakukan dengan menggunakan alat flow
dahulu selama 7 hari sebelum diberi cytometry, dengan analisis menggunakan
perlakuan, kemudian dibagi atas dua platform tunggal sesuai panduan Interna-
kelompok yaitu kelompok P0 yang diberi tional Society of Hematotherapy and Graft
pelatihan fisik seimbang (renang selama Engineering (ISHAGE).
±45 menit yang dilakukan 3 kali seminggu
selama 4 minggu) dan kelompok P1 yang HASIL PENELITIAN
diberi pelatihan fisik berlebih (renang Hasil penelitian menunjukkan rerata
selama 60 menit setiap hari selama 4 jumlah HSCs sebelum perlakuan (pretest)
minggu). Selama periode perlakuan tikus pada kelompok P0 ialah 1,60±0,70 x106
diberi makanan standar secara ad libitum sel/µl dan pada kelompok P1 ialah
sebanyak 15 gr/hari. Sebelum (pretest) dan 1,74±0,68 x106 sel/µl (P >0,05). Setelah
setelah 4 minggu perlakuan (posttest), perlakuan selama 4 minggu, jumlah HSCs
semua tikus diambil serum darahnya pada kelompok P0 yang diberikan pelatihan
sebanyak 1 ml melalui medial canthus fisik seimbang ialah 2,70±0,62x106 sel/µl
sinus orbitalis, dengan sebelumnya dilaku- sedangkan pada kelompok P1 yang
kan anestesi ketamine 10% (dosis 50 diberikan perlakuan pelatihan fisik berlebih
mg/kgBB) dan zylazine 2% (dosis 20mg/ ialah 1,34±0,55 x106 sel/µl (P <0,05)
kgBB) disuntikkan intramuskular pada (Tabel 1, Gambar 1)).
bagian paha tikus. Darah yang diambil

Tabel 1. Analisis komparasi antar perlakuan


Rerata (x106
Kelompok n SB t p
sel/µl)
Kelompok P0 pretest 12 1,60 0,70
-0,502 0,621
Kelompok P1 pretest 12 1,74 0,68
Kelompok P0 posttest 12 2,70 0,62
5,703 0,000
Kelompok P1 posttest 12 1,34 0,55
SB = Simpangan baku; t = t-test; P = signifikansi

Jumlah Hematopoietic Stem Cells

(p<0,05) (p<0,05)
3
Jumlah HSCs (x106 sel/µl)

2,5
(p<0,05)
2

1,5 2,7

1 1,6 1,74
1,34
0,5

0
Kelompok P0 Kelompok P1
Pretest 1,6 1,74
Posttest 2,7 1,34

Gambar 1. Perbandingan jumlah HSCs antar kelompok


Zenitalia, Pangkahila A, Pangkahila W, Siswanto: Pelatihan fisik berlebih ... 19

Analisis efek perlakuan pada 1,60±0,70 x106 sel/µl pretest menjadi


kelompok P0 dan kelompok P1 diuji 2,70±0,62 x106 sel/µl posttest (P<0,05).
berdasarkan rerata jumlah HSCs masing- Namun sebaliknya pada kelompok P1
masing kelompok sebelum diberikan terjadi penurunan jumlah HSCs dari
perlakuan (pretest) dan sesudah diberikan 1,74±0,68 x106 sel/µl pretest menjadi
perlakuan selama 4 minggu (post-test) 1,34±0,55 x106 sel/µl posttest (P <0,05)
menunjukkan bahwa pada kelompok P0 (Tabel 2, Gambar 1)).
terjadi peningkatan jumlah HSCs dari

Tabel 2. Rerata nilai variabel masing-masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan
Kelompok Rerata pretest Rerata posttest t P
Kelompok P0 1,60±0,70 2,70±0,62 -3,874 0,003
Kelompok P1 1,74±0,68 1,34±0,55 2,227 0,048
t = t hitung; P = signifikansi

BAHASAN miokardium akut.5 Pelatihan beban dengan


Pelatihan fisik seimbang meningkatkan kontraksi otot maksimal mampu mening-
jumlah HSCs katkan aktivitas satelite cell (muscle stem
Kebugaran fisik seseorang merupakan cell) dan mesenchymal stem cell pada otot.6
salah satu faktor yang sangat menentukan Selain itu, penelitian yang dilakukan pada
tingkat kesehatannya. Kebugaran fisik 14 orang wanita penderita osteoporosis
sangat berkaitan dengan anti aging dan pasca menopause menunjukkan bahwa
dapat dicapai dengan aktivitas fisik yang latihan jalan kecepatan sedang selama 30
baik. Suatu aktivitas fisik yang kurang menit, 3x/minggu, selama 3 minggu dapat
maupun kelebihan akan menyebabkan meningkatkan mobilisasi hematopoietic
pengeluaran hormon yang tidak seimbang dan mesenchymal stem cells pada darah
sehingga ketidakseimbangan inilah yang tepi dan meningkatkan indeks osteogenik.7
akan menyebabkan seseorang mengalami Latihan treadmill selama 15 menit, 6 kali
kerusakan sel.18 per minggu selama 3 minggu yang dikom-
Hasil penelitian ini membuktikan binasikan dengan injeksi melatonin dapat
bahwa pada kelompok P0 yang diberikan meningkatkan aktifitas endogenous neural
pelatihan fisik seimbang terjadi pening- stem cell pada penderita spinal cord injury
katan jumlah HSCs dari 1,60±0,70 x106 dan meningkatkan fungsi alat gerak bawah
sel/µl sebelum perlakuan menjadi pada hari ke-21.8 Hingga saat ini meka-
2,70±0,62 x106 sel/µl setelah perlakuan nisme peningkatan jumlah sel punca akibat
selama 4 minggu (P <0,05). Hal ini pelatihan fisik seimbang belum jelas,
disebabkan karena pelatihan fisik seimbang namun beberapa penelitian di atas mendu-
dapat merangsang peningkatan jumlah kung bahwa pelatihan fisik seimbang
HSCs dari tempat HSCs tersebut diproduk- meningkatkan jumlah sel punca.19
si yaitu sumsum tulang kemudian menuju Telah banyak spekulasi mengenai efek
peredaran darah tepi. yang ditimbulkan pelatihan fisik terhadap
Hasil penelitian ini didukung oleh mobilisasi sel punca melalui regulasi
penelitian yang telah dilakukan sebelum- growth factors dan sitokin.20 Secara teoritis
nya. Pelatihan fisik dapat meningkatkan interleukin-6 (IL-6) terlibat dalam HSCs
sirkulasi sel progenitor sumsum tulang self-renewal,21 dan granulocyte-colony-
seperti sel bermarka CD34+ pada darah stimulating factor (G-CSF) merupakan
tepi.4 Pelatihan fisik secara teratur dapat faktor utama yang menyebabkan pening-
meningkatkan kadar HSCs dan memper- katan kadar HSCs.22 Penelitian yang
baiki kondisi jantung pada penderita infark dilakukan oleh Bonsignore et al.19 melapor-
20 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 10, Nomor 1, Maret 2018, hlm.16-23

kan bahwa selama pelatihan fisik seimbang darah tali pusat. Perhitungan sel punca
terjadi penurunan kadar IL-6 dan G-CSF CD34+ yang akurat diperlukan untuk
yang disertai dengan peningkatan kadar menghitung dosis yang dibutuhkan saat
HSCs namun mekanisme yang menyebab- transplantasi sel punca Dalam kaitannya
kan peningkatan jumlah HSCs setelah dengan aplikasi sel punca eksogen, penghi-
pelatihan fisik belum dapat dipastikan. tungan jumlah HSCs sangat berperan
Bila dicermati dari segi endokrinologi, penting untuk menentukan kesuksesan
pelatihan fisik seimbang dapat meningkat- tranplastasi HSCs tersebut. Namun dengan
kan sekresi hormon-hormon yang berkaitan hasil penelitian ini, pelatihan fisik yang
dengan anti-aging seperti growth hormone, seimbang dapat dijadikan salah satu terapi
thyroid hormone, testosteron, dan estra- penyakit degeneratif dan sebagai upaya
diol.23,24 Penelitian membuktikan bahwa mencegah terjadinya penuaan secara
tikus transgenik yang memiliki mutasi pada alamiah tanpa intervensi injeksi sel punca
gen growth hormone menunjukkan penu- secara eksogen.
runan yang sangat bermakna dari jumlah
HSCs yang bersikulasi dalam darah tepi.25 Pelatihan fisik berlebih menurunkan
Didukung hasil penelitian Kuwa et al.26 mobilisasi HSCs
bahwa pemberian growth hormone replace- Pelatihan fisik seimbang telah banyak
ment therapy pada anak dengan GH terbukti dapat mencegah penuaan,18 namun
defisiensi menunjukkan peningkatan HSCs sebaliknya pelatihan fisik yang berlebih
dalam darah tepi. Penelitian lebih lanjut berdampak buruk bagi kesehatan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada HSCs terdapat terjadi karena pada pelatihan fisik berlebih
reseptor GH yang mengatur aktivitas terjadi peningkatan konsumsi oksigen dan
mobilisasinya dari sumsum tulang ke darah produksi radikal bebas yaitu reactive
tepi.27 oxygen species (ROS). Peningkatan radikal
Selain GH, thyroid hormone juga dapat bebas memicu stres oksidatif di dalam
memengaruhi aktivitas dan mobilisasi sel tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan
punca. Penelitian membuktikan bahwa berbagai sel dan jaringan, termasuk HSCs.
terjadi peningkatan populasi HSCs 72 jam Saat ini telah banyak penelitian terpisah
setelah pemberian terapi triiodotironin (T3) yang membuktikan bahwa kerusakan sel
dengan konsentrasi 3,7 pg/mL.26 Di sisi akibat stres oksidatif dimediasi oleh
lain, hormon testosteron juga diketahui peristiwa apoptosis.30
memiliki efek stimulasi pada aktivitas Hasil penelitian ini juga selaras dengan
fungsional HSCs, meningkatkan proliferasi penelitian sebelumnya yang melaporkan
dan mobilisasinya dengan melibatkan bahwa pelatihan fisik menginduksi stres
transkripsi gen homeobox (HOX)A9, oksidatif dan mengakibatkan apoptosis
HOXB2, HOXB4, HOXC4 dan BMI-1.28 pada berbagai organ dan jaringan dalam
Estradiol juga memiliki aktivitas yang sama tubuh.31 Stres oksidatif terbukti dapat
dengan testosteron dalam meningkatkan menyebabkan apoptosis pada hepatosit.30
aktivitas HSCs yaitu dengan meningkatkan Qiguan dan Ronghua32 membuktikan
aktivitas telomerase melalui induksi bahwa pelatihan fisik berlebih yang
ekspresi gen TERT sehingga masa hidup menginduksi stres oksidatif ditandai
HSCs lebih panjang.29 dengan meningkatnya kadar malodialdehid
Sel punca hematopoietik memiliki (MDA) dapat menyebabkan apoptosis pada
molekul yang khas pada permukaan selnya, sel otot jantung tikus melalui penurunan
yaitu molekul glikoprotein CD34+. Molekul kadar Bcl-2 dan peningkatan ekspresi
ini merupakan penanda keberadaan sel protein Fas. Selain itu overtraining juga
punca dan menjadi sarana untuk menghi- telah terbukti dapat mengakibatkan keru-
tung jumlah sel punca hematopoeitik yang sakan DNA pada sel-sel darah khususnya
berhasil diperoleh dari berbagai sumber leukosit33 dan sel otot rangka yang
baik dari sumsum tulang, darah tepi, dan menginduksi terjadinya apoptosis.34
Zenitalia, Pangkahila A, Pangkahila W, Siswanto: Pelatihan fisik berlebih ... 21

Teori-teori tersebut di atas mendukung yang keluar ke sitoplasma dan menginduksi


hasil penelitian ini. Pelatihan fisik seim- apoptosis akut. Selain itu, ROS dapat
bang dapat meningkatkan jumlah HSCs, mengaktivasi transkripsi dari protein-
sebaliknya, pelatihan fisik berlebih mengin- protein yang terlibat dalam meningkatkan
duksi penurunan jumlah HSCs pada apoptosis dan menghambat cell survival
peredaran darah tepi. Pada kelompok P1 seperti nuclear factor kappa-B (NF-κB),
yang diberikan pelatihan fisik berlebih activator protein-1 (AP-1) dan p53.36,38,39
terjadi penurunan jumlah HSCs dari
1,74±0,68 x106 sel/µl sebelum perlakuan SIMPULAN
menjadi 1,34±0,55 x106 sel/µl setelah Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
perlakuan selama 4 minggu (P <0,05). disimpulkan bahwa pelatihan fisik berlebih
Penurunan jumlah HSCs pada peredaran menurunkan jumlah hematopoietic stem
darah tepi ini kemungkinan besar disebab- cells (HSCs) dibandingkan pelatihan fisik
kan oleh apoptosis. seimbang pada tikus (Rattus norvegicus)
Mekanisme apoptosis yang diakibatkan Wistar jantan.
oleh pelatihan fisik berlebih telah banyak
diteliti. Penelitian menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
stres oksidatif dapat meningkatkan rasio 1. Nedley N. Jauh dari penyebab utama kematian.
protein Bax terhadap Bcl2 dan rasio protein In: De Rosse D, editor (1998). Riset
Bax terhadap kaspase 3 yang akan meng- Menakjubkan. Bandung: Indonesia
induksi terjadinya apoptosis.35 Publishing House, 2009; p.485-518.
Hasil penelitian lain menunjukkan 2. Maron BJ. Sudden death in young atheletes. N
Engl J Med. 2003;349:1046-75.
bahwa stres oksidatif dapat menginduksi 3. Miller FD, Kaplan DR. Mobilizing endo-
apoptosis yang telah diberikan pre- genous stem cell for repair and
treatment berupa inhibitor kaspase 3 dan regeneration: Are we there yet? Cell
inhibitor pan-kaspase. Hal ini mengindi- Stem Cell. 2012;10(6):650-2.
kasikan bahwa stress oksidatif memicu 4. Morici G, Zangla D, Santoro A, Pelosi E,
apoptosis melalui jalur yang independen Petrucci E, Gioia M, et al.
terhadap kaspase namun bergantung pada Supramaximal exercise mobilizes
kadar fluktuasi kadar protein Bax.30 Wu hematopoietic progenitors and reticulo-
dan Huang36 membuktikan bahwa apop- cytes in athletes. Am J Physiol Regul
tosis sel-sel ginjal yang diakibatkan oleh Integr Comp Physiol. 2005;289(5):
pelatihan fisik berlebih, sebagian melibat- R1496-503.
5. Brehm M, Picard F, Ebner P, Turan G,
kan jalur sinyal inflamasi ditandai dengan Bolke E, Kostering M, et al. 2009.
meningkatnya kadar TNF-α dan NFκB. Effect of exercise training on mobili-
Selain itu, stres oksidatif juga memicu zation and functional activity of blood-
penurunan kadar antioksidan endogen derived progenitor cells in patients with
seperti glutation (GSH), superoksid dismu- acute myocardial infarction. Eur J Med
tase (SOD), dan katalase. Penelitian Res. 2009;14:393-405.
menunjukkan bahwa penurunan kadar GSH 6. Valero MC, Huntsman HD, Liu J, Zou K,
yang disebabkan oleh stres oksidatif Boppart MD. Eccentric exercise
merupakan salah satu penyebab terjadinya facilitates mesenchymal stem cell
apoptosis melalui aktivasi efektor apop- appearance in skeletal muscle. PLoS
tosis.37 Ishihara30 menjelaskan bahwa pada ONE. 2012;7(1):e29760.
7. Tinduh D, Roeshadi D, Harjanto JM.
peristiwa apoptosis yang diinduksi stres Pengaruh latihan jalan kecepatan
oksidatif, mitokondria merupakan target sedang terhadap mobilisasi, diferensiasi
utama kerusakan yang diakibatkan oleh dan maturasi stem cell pada PBMC,
ROS. Kerusakan pada mitochondrial serta remodeling tulang poerempuan
permeability transition (MPT) dapat pasca menopause. JBP. 2012;14(3):
menyebabkan kebocoran mitokondria dan 123-32.
efektor apoptosis seperti sitokrom C dalam 8. Lee Y, Lee S, Lee SR, Park K, Hong Y, Lee
22 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 10, Nomor 1, Maret 2018, hlm.16-23

M, et al. Beneficial effects of melatonin 19. Bonsignore MR, Morici G, Santoro A,


combined with exercise on endogenous Pagano M, Cascio L, Bonanno A, et
neural stem/progenitro cell proliferation al. Circulating hematopoietic progenitor
after spinal cord injury. Int J Mol Sci. cells in runners. J Appl Physiol.
2014;15:2207-22. 2002;93:1691-7.
9. Mackinnon LT. Chronic exercise training 20. De Lisio M, Parise G. Characterization of the
effects on immune function. Med Sci effects of exercise training on
Sports Exerc. 2000;32(7suppl):S369- hematopoietic stem cell quantity and
S376 function. J Appl Physiol. 2012;113(10):
10. Hackney AC, Battagllini C. The overtraining 1576-84.
syndrome: neuroendocrine imbalances 21. Gammaitoni L, Bruno S, Sanavio F,
in athletes. BrJB. 2007;1(2):34-44. Gunetti M, Kollet O, Cavalloni G, et
11. Smith LL. Cytokine hypothesis of al. Ex vivo expansion of human adult
overtraining: a physiological adaptation stem cells capable of primary and
to exessive stress? Med Sci Sports secondary hemopoietic reconstitution.
Exerc. 2000;32(2):317-31. Exp Hematol. 2003;31(3):261-70.
12. Birrer D, Lienhard D, Williams CA, 22. Hoggatt J, Pelus LM. Hematopoietic stem
Rothlin P, Morgan G. Prevalence of cell mobilization with agents other than
non-functional overreaching and the G-CSF. Methods Mol Biol. 2012;904:
overtraining syndrome in Swiss elite 49-67.
athletes. Schweizeriscge Zeitschrift fur 23. Copeland JL, Consitt LA, Tremblay MS.
Sportmedizin und Sporttraumatologie. Hormonal responses to endurance and
2013;61(4):23-9. resistance exercise in females aged 19-
13. Lewis NA, Collins D, Pedlar CR, Rogers 69 years. J Gerontol A Biol Sci Med
JP. Can clinicians and scientists explain Sci. 2012;`57(4): B158–B165.
and prevent unexplained under- 24. Ignacio DL, Silvestre DH, Cavalcanti-de-
performance in elite athletes: an Albuquerque JPA, Louzada RA,
interdisciplinaryperspective and 2016 Carvalho DP, Werneck-de-Castro
update. BMJ Open Sport Exerc Med. JP. Thyroid hormone and estrogen
2015;1(1):e000063. regulate exercise-induced growth
14. Mastaloudis A, Morrow JD, Hopkins DW, hormone release. PLoS ONE. 2015;
Devaraj S, Traber MG. Antioxidant 10(4):e0122556.
supplementation prevents exercise 25. Kucia M, Masternak M, Liu R, Shin, DM,
induced lipid peroxidation, but not Ratajczak J, Mierzejewska K, et al.
inflammation, in ultramarathon runners. The negative effect of prolonged
Free Radical Biology and Medicine. somatotrophic/insulin signaling on an
2004;36(10):1329-1341. adult bone marrow-residing population
15. Scharhag J, Herrmann M, Urhausen A, of pluripotent very small embryonic-
Haschke M, Herrmann W, like stem cells (VSELs). Age. 2013;
Kindermann W. Independent eleva- 35(2):315-30.
tions of N-terminal pro-brain natriuretic 26. Kawa MP, Stecewicz I, Piecyk K, Pius-
peptide and cardiac troponins in Sadowska E, Paczkowska E,
endurance athletes after prolonged Rogińska D, et al. Effects of growth
strenous exercise. Am Heart J. hormone therapeutic supplementation
2005;150(6):1128-34. on hematopoietic stem/progenitor cells
16. Wilmore JH, Costill DL. Physiology of in children with growth hormone
Sport and Exercise (3rd ed). Champaign deficiency: focus on proliferation and
III: Human Kinetics, 2004. differentiation capabilities. Endocrine.
17. Pocock SJ. Clinical Trial: A Practical 2015;50(1):162-75.
Approach. New York: Willey Medical 27. Stewart MH, Gutierrez-Martinez P,
Publication, 2008; p. 128. Beerman I, Garrison B, Gallagher
18. Pangkahila JA. Manfaat Pelatihan Fisik EJ, LeRoith D, et al. Growth hormone
untuk Fungsi Hormon. National receptor signaling is dispensable for
Symposium and Workshop on Anti- HSC function and aging. Blood.
Aging Medicine. Denpasar, 2011. 2014;124(20):3076-3080.
Zenitalia, Pangkahila A, Pangkahila W, Siswanto: Pelatihan fisik berlebih ... 23

28. Zhou L, Zhang X, Zhou P, Li X, Xu X, Shi, is associated with DNA damage in


Q, et al. Effect of testosterone and blood and skeletal muscle cells of Swiss
hypoxia on the expansion of umbilical mice. BMC Physiol. 2013;13:11.
cord blood CD34+ cells in vitro. Exp 35. Wu G, Huang X, Zhang L. Overtraining
Ther Med. 2017;14(5):4467-75. induces renal tubular cells apoptosis
29. Calado RT, Yewdell WT, Wilkerson KL. through activating caspase-related
Sex hormones, acting on the TERT signal pathway by impairing the
gene, increase telomerase activity in balance of Bax and Bcl-2 in exhaustive
human primary hematopoietic cells. swimming rats. Chinese J Nephrol.
Blood. 2009;114(11):2236-43. 2011;27(2):118-23.
30. Ishihara Y. Mechanism of hepatocyte 36. Wu G, Huang X. Overtraining induces renal
apoptosis under sustained endogenous cell apoptosis partly through inflamma-
oxidative stress [Doctor Thesis]. Osaka: tory signal pathway in exhaustive
Osaka University; 2006. swimming rats. Chinese J Nephrol.
31. Phaneuf S, Leeuwenburgh C. Apoptosis and 2009;25(2):139-44.
exercise. Med Sci Sports Exerc. 37. Franco R, Cidlowski JA. Apoptosis and
2001;33(3):393-6. glutathione: beyond an antioxidant. Cell
32. Qiguan J, Ronghua D. The effects of Death Differ. 2009;16(10):1303-14.
overtraining on apoptosis of cardiac 38. Morgan MJ, Liu Z. Crosstalk of reactive
muscle cells in rats. Chinese J Sport oxygen species and NF-κB signaling.
Med. 2000-044. Available from: Cell Res. 2011;21(1):103-15.
http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFD 39. Mashayekhi V, Eskandari MR, Kobarfard
Total-YDYX200004007.htm F, Khajeamiri A, Hosseini MJ.
33. Krüger K, Mooren FC. Exercise-induced Induction of mitochondrial permeability
leukocyte apoptosis. Exerc Immunol transition (MPT) pore opening and
Rev. 2014;20:117-34. ROS formation as a mechanism for
34. Pereira BC, Pauli JR, Antunes LM, de methamphetamine-induced mitochon-
Freitas EC, de Almeida MR, de drial toxicity. Naunyn Schmiedebergs
Paula Venâncio V, et al. Overtraining Arch Pharmacol. 2014;387(1):47-58.

You might also like