Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan
Dialos
ISSN : 0126-396x
Penrmrm Unun
Prof. Dr. Machasin, M.A.
Peneern REDAKst/Penanccuns Jawas
Sekretaris Badan Litbang dan Diklat
Dr. M. Hamdar Arraiyyah, M.Ag.
Wai. Pemmmern Reoaxst
Kepala Bagian Umum dan Perpustakaan
Drs. A.M. Khaolani, M.Pd.
‘Stunerants RevaKst
Astuty Nilawati, S.Pd.
Mrrma Besrans (Pern Review)
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. (Filsafat Agama)
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A. (Tafsir)
Prof. Dr. Masykuri Abdillah, M.A. (Hukum Islam)
Prof. Dr. M. Atho Mudzhar (Hukum Islam)
Dewan Repaxst (Eprrortat Boano)
Prof. Dr. Abdurrahman Mas‘ud ( Sejarah dan Kebudayaan Islam)
Prof. Dr. Abdul Aziz al-Bone (Pendidikan Islam)
Dr. Imam Tolkhah (Sosiologi Agama)
Drs. Choirul Fuad Yusuf, $.5, M.A. (Lektur dan khazanah Keagamaan)
Drs. Muhammad ‘Shohib, 'M.A. (Tashih Mushaf al-Qur’an
Chamdi Pamudj, S.H., M.M. (Pendidikan dan Pelatihany
Drs. Praptono Zamzam, M.Sc. (Pendidikan dan Pelatihan)
Repaxtur Exsecurie
Dr. Susari, M.A.
Reoaxrur Pevaxsana (Manacinc Eorror)
Sahlani, B.A.
Reza Perwira, S.Th..
Sofyan Yamin, S.Si-
Rahmatillah Amin, S.Kom
Wawan Hermawan, S.Kom
Atamat REDAKst
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
Gedung Kementerian Agama 31. M.H. Thamrin No.6 Jakarta Pusat
felp (021) 31924509 pes.277/271 fax.(021) 3920380
Weosrre:
www. balitbangdiklat.kemenag.go.id
Jurmal Dialog diterbitkan satu tahun dua Kali, pada bulan Juni dan Desember oleh Badan Utbang dan
Diklat Kementerian Agama RI. Sebagal media informasi dalam rangka mengembangkan penelitian
‘dan kajlan keagamaan di Indonesia. Dialog beri tullsan ilmiah dan hasil penelitian dan
pengembangan terkalt dengan masalah sosial keagamaan. Redaksi mengundang para peneliti
‘agama, cendekiawan dan akademisi untuk berdiskust dan menuils secara kreatif demi
Pengembangan penelitian maupun kajian keagamaan di Indonesia dalam jurnal intROK REVIEW
TERORISME [SAMA DENGAN] JIHAD?
OLEH: AKMAL SALIM RUHANA
1. PenpaHuLuan
Buku setebal 352 halaman berjudul
“Terorisme dan Jihad dalam Perspektif
Hukum Islam” ini diterbitkan oleh
Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama pada tahun 2009. Semula buku
ini adalah disertasi Dr. Kasjim Salenda
yang dipertahankan di depan sidang
ujian Senat Guru Besar Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tahun 2008.
Dialog vol. 35, No.2, Desember 2012
Judul :
‘Terorisme dan Jihad dalam Perspektif
Hukum Islam
Penulis :
Dr. Kasjim Salenda
Tebal:
viii + 334 him
Penerbit:
Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama, 2009
Pengkaji:
Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Dilihat dari sampulnya, buku ini
cukup eye-catching dan ‘mengundang’,
dengan gambar bom-waktu dalam
kondisi aktif berlatar abu-abu disampul
bagian depan, dan gambar penyerangan
gedung kembar WTC di sampul bagian
belakang. Dua gambar itu dengan
mudah mengarahkan calon pembaca
pada keingintahuan pada terma-terma:
teroris, bom bunuh diri, jihad, dan
sebagainya, yang senantiasa hangat
dalam konteks kehidupan beragama di
Indonesia. Belum lagi, judul TERO-
RISME dengan pilihan warna merah,
memberi aksentuasi yang menonjol di
atas latar belakang buku yang dominan
berwarna abu-abu ini. Meski tulisan
judul JIHAD yang menggunakan warna
putih, dan subjudul DALAM PER-
293SPEKTIF HUKUM ISLAM yang meng-
gunakan warna putih dan font size
sangat kecil, terlihat cukup ‘tenggelam’,
namun aksentuasi kata TERORISME
dan gambar bom-waktu tetap bisa
mencuri perhatian calon pembaca
bahkan hingga jarak 5 meter.
Di bagian halaman Prancis (i, ii, iii,
dan seterusnya) berturut-turut hal-hal
sebagai berikut: sampul judul dalam,
lembar ISBN, Kata Pengantar dari
Sekretaris Badan Litbang dan Diklat,
Kata Sambutan Kepala Badan Litbang
dan Diklat, Kata Pengantar dari penulis,
Pedoman Transliterasi (Arab-Latin),
dan Daftar Isi. Setelah itu, halaman Bab
Pendahuluan dan seterusnya.
Buku yang secara substansi genuine
diambil dari versi disertasinya ini terditi
dari enarn bab yaitu: Bab Pertama berisi
Pendahuluan, berisi Latar Belakang
Masalah, Identifikasi dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Kegunaan Pene-
litian, Identifikasi Hasil Penelitian
Terdahulu yang Relevan, Metodologi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab Kedua membahas Seputar Hukum
Islam, yang pembahasannya meliputi:
Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum
Islam, Sifat dan Karakteristik Hukum
Islam, serta Prinsip-Prinsip dan Tujuan
Hukum dalam Islam. Bab Ketiga menge-
mukakan Terorisme di Era Kontem-
porer, yang pembahasannya lebih
mengarah pada Pengertian, Kriteria dan
Bentuk-Bentuk Terorisme, Lintasan
Sejarah Terorisme, Faktor-Faktor Lahir-
nya Terorisme, Terorisme dalam Konteks
Globalisasi, dan Akar-Akar Terjadinya
Terorisme di Dunia Islam. Sedangkan
Bab Keempat adalah Konsep Jihad dan
Prakteknya pada Masa Kontemporer,
yang pembahasannya mencakup Pe-
ngertian dan Etika Jihad, Menelusuri
Makna Jihad Dalam Sejarah, Alasan
294 Terorisme [sama dengan] Jihad?
Disyariatkan Jihad, Reinterpretasi Jihad
Dalam Konteks Kekinian, serta Jihad dan
Gerakan Radikal di Dunia Islam. Ada-
pun Bab Kelima berisi kajian Hukum
Islam tentang Terorisme dan Jihad, yang
pembahasannya meliputi Hukum Islam
tentang Terorisme dan Jihad, Perbedaan
Terorisme dan Jihad, Penyalahgunaan
Konsep Jihad dalam Praktek Terorisme,
Hukum Islam tentang Terorisme, Hu-
kum Islam tentang Jihad serta Analisis
Hukum tentang Terorisme dan Jihad.
Dan Bab Keenam merupakan bab
penutup, yang meliputi kesimpulan
penelitian dan saran-saran yang direko-
mendasikan. Setelah itu, ada daftar
bacaan yang cukup banyak, baik
berbahasa Indonesia, Inggris, maupun
Arab, yakni mencakup 278 judul buku,
11 judul artikel dari jurnal, dan 21
referensi dari website.
Tinjuan buku ini akan disajikan
dengan sistematika, pertama, ringkasan
isi utuh buku ini, Bukan suatu ikhtisar
(summerizing) melainkan ringkasan
(shortening), sehingga seluruh bagian
tubuh isi buku tetap ada meski dalam
bentuk yang lebih pendek. Bagian ini
murni pendapat penulis buku/disertasi
ini. Kedua, telah, merupakan pendapat
pengkaji atas disertasi ini, yang men-
cakup substansi (isi) dan non-substansi
(luaran). Dan ketiga, analisis, merupa-
kan pendapat umum pengkaji atas
kajian buku ini.
IL. Ist Buxu
Bab I Pendahuluan (him. 1 -26)
Bab I, pertama-tama, berisi Latar
Belakang Masalah. Bahwa meski dis-
kursus terorisme dan jihad kian aktual
pasca peristiwa 11 September, namun
perdebatan terorisme dan jihad telah
lama ada, terutama ketika para pakar
terorisme dari kalangan fundamentalisMuslim memberikan argumentasi yang
kontroversial tentang paradigma tero-
risme dan jihad. Diskursus tentang
“terorisme’ sangat variatif baik dalam
mendefinisikan maupun mengkategori-
sasikannya. Hal ini karena beragamnya
latar belakang ideologi, kepentingan,
dan tujuan. Namun demikian, tetap
perlu mengemukakan beberapa definisi
‘terorisme’ yang diberikan para pakar.
Tindakan terorisme terkadang diaso-
siasikan oleh kalangan tertentu sebagai
bagian dari kegiatan jihad karena term
jihad dalam Islam mengandung penger-
tian yang sangat luas.
Kelompok-kelompok radikal Mus-
lim cenderung menggunakan legitimasi
agama dalam bertindak. Kelompok
Islam garis keras, dalam gerakan “jihad-
nya” seringkali menempuh cara-cara
destruktif misalnya pengeboman, pe-
nyanderaan sampai pada bom bunuh
diri: Mereka berkeyakinan bahwa apa
yang dilakukannya adalah jihad dalam
tangka membela Islam (Ii #’lai kalimatillah)
seperti yang diungkapkan Usamah bin
Ladin, pemimpin Al-Qaeda. Berdasarkan
dalil di atas, kelompok Islam garis keras
yang dipelopori kelompok Usamah
mengeluarkan fatwa kepada seluruh
kaum Muslimin bahwa hukum mem-
bunuh orang-orang Amerika dan
sekutunya baik sipil maupun militer
adalah fardu ‘ain (wajib individual) bagi
setiap Muslim yang mampu melaku-
kannya di manapun berada, sampai
masjid al-Aqsha dan masjid al-Haram
bebas dari cengkraman mereka.
Oleh karena itu, kajian tentang
“terorisme dan jihad dalam perspektif
hukum Islam” perlu dikaji secara
khusus dan komprehensif karena terjadi
distorsi pemahaman dan penyalah-
gunaan antara kedua terminologi
tersebut: terorisme dan jihad. Di satu sisi,
Dialog Vol, 35, No.2, Desember 2012
pengamat terorisme terutama dari Barat
mengklaim bahwa kasus teror yang
terjadi pada dekade terakhir dimotori
oleh kelompok fundamentalis Muslim,
namun di sisi lain kelompok funda-
mentalis Muslim melakukan aksi teror
sebagai bentuk perwujudan doktrin
jihad yang menurut mereka mendapat
legitimasi agama.
Permasalahan kajian ini di sekitar
diskursus tentang terorisme dan jihad
dalam perspektif hukum Islam, yakni
menjawab: (a) Mengapa sebagian gera-
kan Islam mengaktualisasikan jihad
dalam bentuk kekerasan (teror)?, dan
(b) Bagaimana pandangan fugaha
tentang terorisme dan jihad? Tujuan
kajian ini adalah: (1) Mengelaborasi
berbagai alasan dan argumentasi yang,
dikemukakan oleh sebagian umat Islam
yang melakukan aksi terorisme atas
nama agama (jihad) disertai banta-
hannya (counter argument), dan (2)
Memaparkan pandangan ulama figh
mengenai diskursus terorisme dan jihad
baik dari kalangan ulama Klasik maupun
kontemporer.
Terdapat sejumlah penelitian ter-
dahulu yang relevan, diantaranya:
1. Kitab al-Figh ‘ald al-Madzdhib al-
‘Arba‘ah, karya Abdurrahman al-
Jaziri, Kitab al-Umm karya Imam
Muhammad Idris al-Syafi'i (w. 204
H), dan Abi Muhammad Alf ibn
Ahmad ibn Sa‘id ibn Hazm (w. 456
H) yang dalam kitabnya “al-Mu-
halla”, menguraikan antara lain
persamaan persepsi para ulama
Klasik yang mengidentikkan peram-
pokan (qfti'u al-tariq) dengan hirdbah
atau term terorisme lainnya.
2. Wahbah al-Zuhaili dalam al-Figh al-
Islami wa Adillatuhu, ‘Abdul Qadir
Audah dalam al-Tasyri‘ al-Jindi al-
Islami Mugdéran al-Qaniin al-Wad't
295yang hanya menjelaskan informasi
yang sama seperti yang tertera
dalam karya ulama Klasik.
3. Sayyid Qutb (w. 1966 M) dalam
bukunya Ma’élim fi al-Tariq, yang
menurutnya, kemunduran umat
Islam lebih disebabkan oleh kolo-
nialisasi dan modernisasi Barat yang
berorientasi pada materialisme dan
hedonisme, karena itu diperlukan
upaya strategis untuk melawannya.
4, Khaled Abou El-Fad], dalam buku-
nya The Great Theft: Wrestling Islam
_from the Extremists, yang meluruskan
pemahaman jihad dengan makna
“berperang”. Menurutnya, jihad
dalam Al-quran adalah segala ko-
mitmen yang berimplikasi pada
perjuangan mendapatkan ilmu
pengetahuan, konsern terhadap
manusia yang lemah (termasuk
manusia yang sakit dan miskin),
membela kebenaran dan keadilan.
5. Terorisme karangan Adjie Suradji yang
mengeksplorasi terorisme dalam
bentuk taktik dan aplikasi teroris
serta knonologis kasus teror baik
berskala nasional maupun inter-
nasional.
6. Muchammad Tholchah berjudul The
Impact of Terrorism Issue on Parent's
Trust (A Study of Ngruki Pesantren,
Surakarta Central Java).
Berdasarkan beberapa buku dan
penelitian tersebut, penelitian ini lebih
mengarah pada penganalisaan dan
pengujian persoalan terorisme dan jihad
dalam perspektif hukum Islam secara
komprehensif dengan mengemukakan
teks-teks dasar terutama al-Qur’an dan
hadis, sekaligus memberikan argu-
mentasi yang melahirkan suatu hukum
yang tercakup dalam al-Ahkamul al-
Khamsah. Literatur terdahulu ini tetap
dijadikan acuan dalam penelitian ini.
296 —Terorisme [sama dengan] Jihad?
Penelitian ini bersifat kualitatif dan
menitikberatkan pada kajian kepus-
takaan (library research) dan akan
menghasilkan data deskriptif, schingga
memerlukan pendekatan deskriptif
analisis. Adapun teknik interpretasi data
menggunakan analisa induktif. Menge-
nai sistematika penulisan, adalah
sebagaimana dituliskan di bagian
pendahuluan.
Bab II Hukum Islam (him. 29-58)
Di bawah judul Hukum Islam, Bab
II antara lain menjelaskan mengenai
pengertian hukum Islam itu sendiri.
Bahwa Hukum Islam adalah seperang-
kat peraturan yang digali dari nas baik
yang terdapat dalam wahyu Allah
(Alquran) maupun sunnah Rasul
(hadis) mengenai perbuatan manusia
mukallaf memiliki sifat dan karakteristik
yang tidak terdapat pada peraturan-
peraturan produk manusia lainnya.
Ruang lingkup cakupan hukum
Islam meliputi: aspek ibadah, muamalah,
jinayah, siyasah, dan akhlak. Pada
intinya ruang lingkup hukum Islam
dapat disederhanakan menjadi dua
bagian saja yakni ibadah dan mua-
malah.
Di antara sifat dan karakteristik
hukum Islam adalah: 1. Universal, 2.
Elastis dan Dinamis, 3. Sempurna
(TakAmul) dan Sitematis, 4. Kemanu-
siaan dan akhlaki (moralitas), serta 5.
Bersifat Ta‘aqquli dan Ta‘abbudi.
‘Tujuan syri’ menetapkan syariat-
Nya adalah untuk mewujudkan kemas-
lahatan umat manusia dengan men-
jamin kebutuhan primer (darftriyat) dan
kebutuhan sekunder (hdjiyat) serta
kebutuhan pelengkap (tahsiniyat) me-
reka. Prinsip-prinsip yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. etl pte (tidak memberatkan).2. ASS pla (menyedikitkan be-
ban).
3. eA ql (penetapan hu-
Kum secara bertahap).
Tujuan hukum Islam (magdsid al-
syari’ah) adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan dan kebahagiaan umat
manusia baik di dunia maupun di
akhirat melalui upaya menolak segala
kemnudaratan dan kerusakan (mafsadat).
Karena itu, hukum Islam bertujuan
merealisasikan keadilan, rahmat (Kasih
sayang), dan kemaslahatan bagi seluruh
umat manusia.
Bab Ill Terorisme di Era Kontemporer
(him. 75-121)
Bab III diawali dengan mengulas
pengertian “terorisme”. Bahwa walau-
pun wacana tentang terorisme telah
muncul sejak ribuan tahun silam, akan
tetapi hingga kini belum ada satu
kesepakatan dari semua pihak tentang
apa sebenarnya yang dimaksud dengan
terorisme. Hal ini disebabkan beberapa
faktor di antaranya terjadi perbedaan
kepentingan: yang saling berbenturan
baik dari segi politik, sosial, perundang-
undangan maupun ideologi; tidak
terjadi keseragaman persepsi dalam
menyikapi suatu tindakan teror, apakah
justifiable atau unjustifiable; dan terdapat
kemiripan konsep antara tindak keke-
rasan politik, aksi teror, dan kriminal
terorganisasi sehingga sulit mem-
bedakannya.
Terlepas dari kesulitan-kesulitan
mendefinisikan terorisme, terdapat
sejumlah definisi etimologis terorisme,
yakni: attitude d’intimidation (sikap
menakut-nakuti); use of violence and
intimidation, especially for political purposes
(penggunaan kekerasan dan intimidasi,
terutama untuk tujuan-tujuan politik;
penggunaan kekerasan untuk menim-
Dialog Vol. 35, No.2, Desember 2012
bulkan ketakutan dalam usaha men-
capai tujuan (terutama tujuan politik);
praktek-praktek tindakan teror; dan
setiap tindakan yang menimbulkan
suasana ketakutan dan keputusasaan
(fear and dispear).
Adapun secara terminologis dike-
mukakan oleh para pakar sebagai berikut:
1. Thorton: Terrorism is a symbolic act
designed to influence political behaviour
by extra normal means, entailing the use
of threat or force.
2. Soderberg: upaya menempuh cara-
cara kekerasan untuk suatu target-
target politis, dilakukan pihak-pihak
yang tidak memiliki kekuasaan.
3. Majma’ al- Buhfits al-Islamiyah al-
Azhar al-Syarif (Organisasi Pemba-
hasan Figh dan Imiah al-Azhar):
tindakan yang dapat mengganggu
stabilitas keamanan masyarakat,
kepentingan umum, kebebasan dan
kemanusiaan serta merusak harta
dan kehormatan karena ingin ber-
buat kerusakan di muka bumi.
4. FBI (Federal Bureau of Investigation):
“Terrorism is the unlawful use of force or
violence against persons or property to
intimidate or coerce a government, the
civilian population, or any segment
threreof, in furtherance of political or
social objectives.”
5. Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme pasal 6 berbunyi: “setiap
orang yang dengan sengaja meng-
gunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan menimbulkan suasana
teror atau rasa takut terhadap orang
secara meluas atau menimbulkan
korban yang besifat massal, dengan
cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa atau harta benda
orang lain, atau mengakibatkan
kerusakan atau kehancuran ter-
297hadap obyek-obyek vital yang
strategis atau lingkungan hidup
atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional, dipidana dengan
pidana mati atau penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun.”
Dengan demikian, dapat didefinisi-
kan bahwa terorisme adalah setiap
tindakan atau ancaman yang dapat
mengganggu keamanan orang banyak
baik jiwa, harta, maupun kemerdeka-
annya yang dilakukan oleh perorangan,
kelompok ataupun negara.
Secara ekplisit, suatu tindakan
kejahatan yang dikategorisasikan
terorisme jika'memenuhi kriteria, antara
lain; adanya tindakan berupa ancaman
ataupun kekerasan yang illegal; tinda-
kan tersebut berdampak pada masya-
rakat baik fisik, psikis, harta benda
mereka maupun fasilitas umum baik
yang berskala domestik maupun inter-
nasional; menimbulkan ketakutan dan
kepanikan suatu kelompok atau masya-
rakat; adanya tujuan atau kepentingan
yang ingin dicapai pelaku, pada umum-
nya bernuansa politik; korban tindakan
tidak selalu berkaitan langsung dengan
tujuan yang hendak dicapai; dan
pelakunya dapat berupa perorangan,
kelompok terorganisir ataupun pengu-
asa dalam suatu pemerintahan yang sah.
Faktor-faktor yang dapat menye-
babkan terjadinya terorisme, antara lain:
faktor ideologis, politik, ekonomi, dan
sosial.
Dalam konteks global, sebagaimana
James M. Lutz dan Brenda J. Lutz dalam
bukunya “Global Terrorism” mengemu-
kakan, bahwa globalisasi dan moder-
nisasi menyebabkan kepanikan dan
ketidakstabilan masyarakat karena
berbagai perubahan yang kadangkala
298
Terorisme [sama dengan] Jihad?
mungkin tidak sesuai dengan kondisi
masyarakat setempat. Efeknya, terjadi
dua kekuatan yakni kelompok peme-
nang dan kelompok yang kalah. Kelom-
pok yang tidak mampu menyesuaikan
diri dengan perubahan akan berusaha
meraih keinginan dengan mengguna-
kan kekerasan.
Mengenai akar-akar terorisme di
dunia Islam, bahwa sejak masa pemerin-
tahan khulafaur Rasyidin, benih keke-
rasan dan terorisme sudah eksis. Dalam
sejarah Islam dikenal pula adanya
pemaksaan keyakinan tethadap orang
lain dengan dalih agama seperti miknak
atau inquisition (pengujian) tentang
kemakhlukan Alquran. Gerakan radikal
Islam tersebut merupakan preseden
dalam aksi radikal dalam bentuk teroris-
me di dunia Islam sekarang ini.
Bab IV Konsep Jihad dan Prakteknya
pada Masa Kontemporer (him. 129-173)
Dimasa kontemporer, terjadi keran-
cuan pemahaman antara term terorisme
dengan jihad. Secara konseptual, ter-
dapat perbedaan yang signifikan antara
terorisme dengan jihad sebab kedua term
tersebut memiliki misi dan ideologi yang
berbeda. Terorisme bersifat destruktif
dan berdampak sosiologis dan psikologis
terhadap sasaran aksi teror, sedangkan
jihad (dalam pengertian “peperangan
fisik”) memiliki kode etik antara lain
kooperatif dan meminimalisasi efek
terhadap warga sipil dan konsern pada
kerusakan lingkungan. Namun, dalam
prakteknya jihad kadangkala tidak
berlandaskan pada prinsip-prinsip yang
Islami, sehingga bisa dikategorikan
sebagai “terorisme”.
Secara etimologi, makna jihad
sendiri adalah kesungguhan dalam
mencurahkan segala keampuan untuk
mencapai tujuan. Secara terminologi,