You are on page 1of 13

PERILAKU ANTI SOSIAL PADA ANAK SEKLOAH DASAR

RATNA SARI DEWI


rsdbella@gmail.com
FKIP Universitas Sultan Ageng Tirrtayasa

ABSTRACT
ANTI-SOCIAL BEHAVIOUR IN PRIMARY SCHOOL CHILDREN. Anti-social
behavior is a negative behavior or deviates behavior from the norms, a good rule
of family, school, community, or the law. The type of anti-social behavior in
elementary school children including negativism behavior, aggression and
behavioral controls. The risk factors that lead to anti-social behavior in children
can be categorized as personal factors (personal risk factors), family (family risk
factors), related to the school (school-related risk factors) and social (social risk
factors). Efforts to tackle anti-social child can do with the efforts of parents to apply
parenting authoritative. If already at the level of anti-social behavior in violation
of state law, then the parents should bring their children to therapy personality
disorder, which is called dialectical Behavior Therapy. While that may be pursued
teacher in dealing with anti-social child is to implement cooperative learning
methods as well as the attention of Psychology and Child Development of Multiple
Intelligence. In addition, people can contribute to the handling of anti-social child
by growing social norms as well as the availability of mass media impressions that
provide good guidance for children.
Keywords: Anti - Social, Cooperative Learning, Multiple Intelligence

ABSTRAK

Perilaku Anti Sosial merupakan perilaku negatif atau perilaku yang menyimpang
dari norma-norma, baik aturan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun hukum.
Jenis perilaku anti sosial pada anak sekolah dasar diantaranya perilaku
negativisme, agresi dan tingkah laku menguasai. Faktor risiko yang menyebabkan
perilaku anti sosial pada anak-anak dapat dikategorikan sebagai faktor pribadi
(personal risk factors), keluarga (family risk factors), berkaitan dengan sekolah
(school-related risk factors) dan sosial (social risk factors). Upaya penanganan
anak dengan anti sosial dapat dilakukan dengan upaya orang tua menerapkan pola
asuh authoritative. Jika terlanjur berperilaku anti sosial pada taraf melanggar
hukum negara, maka orang tua harus membawa anaknya untuk melakukan terapi
gangguan kepribadian, yang disebut Terapi Perilaku Dialektikal. Sedangkan yang
dapat diupayakan guru dalam menangani anak anti sosial adalah dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif serta memberikan perhatian
Psikologi dan Perkembangan Multiple Intelegensi Anak. Selain itu masyarakat
dapat memberikan kontribusi dalam penanganan anak anti sosial dengan cara
menumbuhkan norma sosial yang baik serta tersedianya tayangan media massa
yang memberikan tuntunan baik bagi anak.
Kata Kunci : Anti – Sosial, Kooperatif, Multiple Intelegensi
A. Pendahuluan

Sekolah dasar merupakan perkembangan fisik. Menyangkut


lembaga formal tingkat dasar dorongan yang besar untuk
yang sejatinya diselenggarakan berhubungan dengan kelompok
untuk mengembangkan sikap, sebaya, anak cenderung keluar
kemampuan dan keterampilan rumah dalam hal bersososialisasi.
dasar yang diperlukan oleh Anak akan merasa nyaman bila
peserta didik untuk hidup dalam mereka dapat diteriima dalam
masyarakat. Selanjutnya kegiatan suatu kelompok dengan teman-
pembelajaran dan pendidikan di teman sebayanya, dan sebaliknya
sekolah dasar adalah sebagai anak akan merasa tidak nyaman
bekal persiapan bagi peserta bila tidak bisa diterima dalam
didik untuk melanjutkan kelompoknya.
pendidikan formal lebih lanjut.
Pernyataan sependapat dengan
Syamsu Yusuf LN (2004: para ahli diatas adalah pendapat
24) menjelaskan bahwa: Siswa Elizabeth B. Hurlock (2001:155-156)
sekolah dasar pada umumnya yang menyatakan bahwa akhir masa
berusia 6 sampai 13. Ada tiga ciri kanak-kanak sering disebut sebagai
yang menonjol pada masa ini “usia berkelompok” karena ditandai
yaitu: dorongan yang besar untuk dengan adanya minat terhadap
berhubungan dengan kelompok aktivitas teman-teman dan
sebaya, dorongan ingin tahu meningkatnya keinginan yang kuat
tentang dunia sekitarnya, dan untuk diterima sebagai anggota suatu
perkembangan fisik. kelompok, dan merasa tidak puas bila
tidak bersama teman-temannya. Anak
Pendapat diperjelas tidak lagi puas bermain sendiri di
Muhibin Syah (1995: 46) rumah atau dengan saudara-saudara
menjelaskan bahwa masa anak- kandung atau melakukan kegitan
anak (late childhoold) dengan anggota-anggota keluarga.
berlangsung antara usia 6 sampai Anak ingin bersama teman-temannya
12 tahun dengan ciri-ciri utama dan akan merasa kesepian serta tidak
memiliki dorongan untuk keluar puas bila tidak bersama teman-
dari rumah dan memasuki temannya. Pada masa sekolah ini
kelompok sebaya (peer group). anak ingin memiliki banyak teman.
Berdasarkan pendapat Anak ingin bersama dengan
para ahli di atas dapat kelompoknya, karena dengan
disimpulkan bahwa masa sekolah temannya anak dapat bemain dan
dasar dengan rentang usia antara berolah raga, dan dapat memberikan
6-13 tahun memiliki ciri utama kegembiraan. Sejak anak masuk
adanya dorongan yang besar sekolah sampai masa puber,
untuk berhubungan dengan keinginan untuk bersama dan untuk
kelompok sebaya, adanya diterima oleh kelompok menjadi
dorongan ingin tahu tentang dunia semakin kuat. Hal ini berlaku baik
disekitarnya serta adanya
untuk anak laki-laki maupun Pendapat ini lebih eksteem, karena
perempuan. bukan sekedar permasalahan tentang
perilaku yang mencakup
Mengacu pada pendapat perkembangan sosial, emosi, dan
Elizabeth B.Hurlock (2001: 155-156) moral dan berdampak pada perilaku
di atas siswa sekolah dasar senang negatif, namun sudah pada
bergaul dan membentuk kelompok- pelanggaran hukum yang berlaku di
kelompok dengan teman sebayanya, negara Indonesia.
sebagaimana telah dipaparkan di atas
secara teoritis bahwa anak sekolah Keadaan demikian pada
dasar mulai suka bersosialisasi dengn kenyataannya belum mendapat
teman sebayanya. perhatian dan penanganan yang
optimal oleh pihak sekolah, sehingga
Masalah akan timbul apabila anak dengan perilaku anti sosial bisa
dalam berinteraksi atau bersosialisasi menjadi anak yang terisolir, dan tidak
anak menunjukan perilaku yang diterima teman-teman di dalam
negatif atau anti sosial terhadap kelompoknya, dalam
kelompoknya, seperti anak yang masa perkembangannya anak anti sosial
bodoh dengan temannya, suka akan mengalami hambatan dalam
mengganggu temannya atau bahkan bersosialisasi, lebih jauh masa depan
melakukan perkelahian. Burt, yang kurang baik karena anak dengan
Donnellan, Iacono & McGue (2011: perbuatan melanggar hukum.
634) berpendapat bahwa perilaku anti Kenyataan ini menarik perhatian
sosial adalah sebagai perilaku- untuk dikaji dan dianalisa sehingga
perilaku yang menyimpang dari memperoleh gambaran realitas secara
norma-norma, baik aturan keluarga, jelas tentang perilaku anti sosial pada
sekolah, masyarakat, maupun hukum. anak sekolah dasar.

B. Pembahasan

A. PENGERTIAN PERILAKU sosial dengan perencanaan yang


ANTI SOSIAL disengaja dari waktu ke waktu. Dua
jenis perilaku anti-sosial yang sangat
Menurut Oxford psychology, berbahaya bagi individu dan
anti sosial adalah perilaku yang masyarakat yaitu agresi
merugikan orang lain dan merugikan dan prasangka.
masyarakat. Perilaku anti sosial
terdiri dari banyak bentuk. Salah satu Pendapat senada dijelaskan
contohnya bermusuhan (yang berarti Kathleen Stassen Berger (2003 hal
emosional, impulsif dan didorong 302), perilaku anti sosial sering
oleh rasa sakit atau tertekan) dengan dipandang sebagai sikap dan perilaku
menanggapi situasi secara langsung; yang tidak mempertimbangkan
atau dapat berperilaku anti penilaian dan keberadaan orang lain
ataupun masyarakat secara umum di maupun hukum. Dari ketiga pendapat
sekitarnya. Tindakan-tindakan diatas dapat ditarik kesimpulan
antisosial ini sering kali bahwa perilaku anti sosial adalah
mendatangkan kerugian bagi perilaku yang menyimpang dari
masyarakat luas sebab pada dasarnya norma-norma, baik aturan keluarga,
si pelaku tidak menyukai keteraturan sekolah, masyarakat, maupun hukum,
sosial (social order) yang diinginkan karena sipelaku tidak menyukai
oleh sebagian besar anggota keteraturan sosial (social order) oleh
masyarakat lain. Pendapat diatas karenanya dalam berperilaku tidak
dipertegas Burt, Donnellan, Iacono & mempertimbangkan penilaian dan
McGue (2011: 634) berpendapat keberadaan orang lain ataupun
bahwa perilaku antisosial adalah masyarakat secara umum di
sebagai perilaku-perilaku yang sekitarnya sehingga mendatangkan
menyimpang dari norma-norma, baik kerugian bagi masyarakat
aturan keluarga, sekolah, masyarakat,
B. JENIS PERILAKU ANTI SOSIAL Agresi merupakan tindakan nyata
PADA ANAK SEKOLAH DASAR yang mengancam sebagai ungkapan rasa
Menurut Wiramihardja (2012 : 111) benci. Anak akan menunjukkan
terdapat beberapa jenis perilaku anti sosial, kecenderungan untuk mengulangi tindakan
yaitu perilaku terbuka (overt) dan perilaku agresinya bila tindakan tersebut
tertutup (covert). Perilaku terbuka ini memberikan hasil yang menyenangkan
ditampilkan oleh otot maupun kerangka bagi dirinya, terutama mengenghadapi
badan seperti berjalan, memukul dan lain- frustasi atau kecemasan yang dirasannya.
lain. Perilaku tertutup adalah perilaku yang Beberapa penyebab munculnya agresi pada
gerak-geriknya tidak langsung menyatakan anak-anak antara lain frustasi, keinginan
maksudnya seperti marah yang untuk menarik perhatian, kebutuhan akan
diperlihatkan dengan muka merah atau perlindungan karena rasa tidak aman, dan
perilaku non-agresif seperti perilaku identifikasi dengan orang tua yang agresif.
melanggar peraturan dengan berbohong. Tingkah laku menguasai diartikan
Pendapat lain tentang jenis perilaku sebagai tindakan untuk mencapai atau
anti sosial adalah anak yang tidak patuh. mempertahankan penguasaan suatu situasi
Menurut Schaefer dan Millman (1981), ada sosial. Bentuk tingkah laku anti sosial dapat
3 karakteristik anak anti sosial khususnya membuat anak menarik diri dari lingkungan
pada anak yang tidak patuh, yaitu : sosial dan pada akhirnya anak tidak
1. The Passive Resistant Type, yaitu anak diterima dalam kelompok sebaya.
menjadi diam atau menghindari perintah C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
dengan cara pasif, mengikuti perintah tetapi PERILAKU ANTI SOSIAL PADA
dengan setengah hati. ANAK SEKOLAH DASAR
2. The Openly Defiant Type, yaitu anak Faktor-faktor penyebab perilaku
secara langsung menolak perintah secara anti sosial pada anak dapat dianalisa dari
verbal. pendapat Lewin (dalam Walgito, 2003: 16)
3. The Spiteful Type of Noncompliance, memberikan formulasi mengenai perilaku
yaitu anak melakukan hal yang sebaliknya prososial dan anti sosial itu dengan bentuk
dari yang diperintahkan. B= f (E, O), B = Behavior, f=Fungsi, E=
T. Sutjihati Somantri (2006:43-45) Environment, dan O = Organisme.
menjelaskan bahwa bentuk tingkah laku Formulasi tersebut mempunyai makna
sosial yang dijumpai pada masa anak-anak bahwa perilaku (behavior) merupakan
dilandasi oleh pola tingkah laku yang fungsi yang bergantung dengan lingkungan
terbentuk pada masa bayi, tetapi beberapa dan organism.
diantaranya merupakan bentuk tingkah laku
yang baru. Beberapa diantaranya Berdasarkan pernyataan diatas
merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dapat disimpulkan bahwa perilaku pro
sosial bahkan anti sosial. Bentuk-bentuk sosial dan anti sosial anak dipengaruhi oleh
tingkah laku anti sosial yang sering lingkungan dan sosialisasi dengan orang-
dijumpai pada masa anak-anak adalah: orang disekitar anak. Dari teori faktor-
faktor penyebab perilaku anti sosial pada
a. Negativisme anak diatas selanjutnya diuraikan lebih
b. Agresi rinci dan jelas oleh Fortin (2003: 682)
c.Tingkah laku menguasai Negativisme bahwa faktor risiko yang menyebabkan
adalah merupakan gabungan antara perilaku anti sosial pada anak-anak dapat
keyakinan diri, perlindungan diri, dan dikategorikan sebagai faktor pribadi
penolakan yang berlebihan. Negativisme (personal risk factors), keluarga (family
merupakan akibat situasi sosial, misalnya risk factors), berkaitan dengan sekolah
disiplin yang terlalu keras atau sikap orang (school-related risk factors) dan sosial
dewasa yang idak toleran. (social risk factors).
Kemudian Schaefer dan William kelas tinggi yang disebabkan faktor
(1981) juga menjelaskan penyebab yang keluarga yakni status sosial ekonomi dalam
mendasari perilaku anti sosial yang keluarga. Kehidupan sosial banyak
ditimbulkan dari faktor resiko keluarga, dipengaruhi oleh kondisi atau status
diantaranya adalah: kehidupan sosial keluarga dalam
1. Kurangnya disiplin, orang tua lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
terlalu bersikap permisif dan sulit untuk memandang anak, bukan sebagai anak yang
mengatakan “tidak“ pada anak. Sehingga independen, akan tetapi akan dipandang
anak ‘belajar’ bahwa segala keinginannya dalam konteksnya yang utuh dalam
pasti akan dituruti oleh orang tua. Hal ini keluarga anak itu, ”ia anak siapa”. Secara
membuat anak berani menolak hal-hal yang tidak langsung dalam pergaulan sosial
diperintahkan yang tidak disukainya, sikap anak, masyarakat dan kelompoknya akan
anak keras, mau menang sendiri dan sulit mempertimbangkan norma yang berlaku di
diatur. Bila dibiarkan dan berlarut-larut dalam keluarganya. Perilaku anak akan
sifat anak seperti ini tidak hanya merugikan banyak memperhatikan kondisi normatif
bagi dirinya sendiri tetapi sudah merugikan yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
bagi orang orang tua bahkan orang lain Sehubungan dengan hal itu, dalam
disekitarnya. kehidupan sosial anak akan senantiasa
2. Pemberian disiplin yang sangat menjaga status sosial dan ekonomi
keras, orang tua menuntut anak untuk keluarganya, dalam hal tertentu menjaga
berlaku perfect (sempurna), mereka status sosial keluarganya itu
cenderung memaksa dan menginginkan mengakibatkan anak menempatkan dirinya
disiplin ’instant’ pada anak. Pemaksaan dan dalam pergaulan sosial yang tidak tepat.
tuntutan yang berlebihan terhadap anak ini Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu
embuat anak melawan dan ‘protes’ dengan anak menjadi ”terisolir” dari kelompoknya.
berperilaku yang sebaliknya. Akibat lain mereka akan membentuk
3. Pemberian disiplin yang tidak kelompok elit dengan normanya sendiri.
konsisten, kadang orang tua melarang Pendapat diatas diperkuat oleh
kadang mereka membiarkan anak berlaku Supratiknya (2012:86-89) yang
hal yang sama. Ketidakkonsistenan yang berpendapat bahwa penyebab perilaku anti
ditunjukkan orang tua membuat anak sosial adalah frustasi karena keluarga tidak
bingung dan kemudian ‘mencoba-coba’ rukun, penolakan sosial, orang tua kurang
untuk menolak perintah orang tua, siapa memberi bimbingan, dan pengaruh teman.
tahu kali ini ia berhasil untuk tidak jadi Sejalan dengan itu Sunarto dan B. Agung
melakukan hal yang diperintahkan. Hartono (1995:130-133) menjelaskan
4. Orang tua berada dalam setres atau bahwa perkembangan sosial manusia
konflik. Salah satu atau kedua orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
menghindari peran pengasuhan anak keluarga, kematangan anak, status sosial
dikarenakan kesibukan, ketidaktertarikan ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan
pada anak, masalah pribadi, atau adanya kemampuan mental terutama emosi dan
masalah dalam perkawinan. Hal ini juga inteligensi.
mengakibatkan ketidak-konsistenan dan Dari berbagai pendapat diatas dapat
ketidakseragaman pengasuhan atau aturan disimpulkan begitu pentingnya peran
yang diterapkan oleh kedua orang tua. keluarga dimana merupakan lingkungan
Sehingga anak kembali menjadi bingung pertama yang memberikan pengaruh
dan malah melawan terhadap berbagai aspek perkembangan
Lebih lanjut Aankusuma (Http://id- anak, termasuk perkembangan sosialnya.
id.facebook.com) menjelaskan bahwa Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan sosial anak sekolah dasar sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku
norma-norma kehidupan keluarga, dan demikian, untuk mampu bersosialisasi
dengan demikian pada dasarnya keluarga dengan baik diperlukan kematangan fisik
merekayasa perilaku kehidupan budaya sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
anak. Proses pendidikan yang bertujuan menjalankan fungsinya dengan baik. alas
mengembangkan kepribadian anak lebih belajar, emosional, bersikap kasar, tidak
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola bisa berpikir logis.
pergaulan dan bagaimana norma dalam
menempatkan diri terhadap lingkungan 2) Kesehatan Anak
yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
oleh keluarga. Anak-anak biasanya sulit untuk
patuh bila mereka lelah, sakit, lapar, atau
Sementara faktor-faktor pribadi sedang ada tekanan emosional. Keadaan
(personal risk factors) dapat dianalisa dari fisik yang tidak baik membuat seseorang
pendapat Aankusuma (Http://id- tidak dapat berpikir positif. Perasaan
id.facebook.com) menjelaskan negatif lebih banyak muncul dan hal ini
bahwa faktor- faktor yang membuat anak tidak bersedia
mempengaruhi Perkembangan mematuhi hal yang diperintahkan.
sosial anak sekolah dasar kelas
tinggi yaitu: 3) Jenis Kelamin

a) Faktor dari Dalam (Personal Risk Temuan Rodkin dkk. (2000 : 22 )


Factor) menunjukkan bahwa di sekolah dasar anak
laki-laki lebih berperilaku anti sosial. Anak
1) Kapasitas Mental: Emosi dan laki-laki banyak membentuk geng kelas
Intelegensi. yang menonjol. Anak laki-laki pada
umumya cenderung sok berkuasa dan
Kemampuan berpikir menganggap remeh pada anak perempuan.
mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, 4) Umur
dan berbahasa. Perkembangan emosi,
berpengaruh sekali terhadap perkembangan Umur memengaruhi pembentukan
sosial anak. Anak yang berkemampuan sikap dan pola tingkah laku individu, makin
intelektual tinggi akan berkemampuan bertambahnya umur diharapkan seseorang
berbahasa secara baik. Oleh karena itu, bertambah pula kedewasaannya, makin
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan mantap pengendalian emosi, dan makin
berbahasa baik, dan pengendalian emosi tepat dalam segala tindakannya. Kadang
secara seimbang sangat menentukan dijumpai ketidak sesuaian sikap yang
keberhasilan dalam perkembangan sosial dilakukan oleh anak sekolah dasar,
anak. Sikap saling pengertian memahami sikapnya seperti anak kecil, manja, minta
orang lain merupakan modal utama dalam dituruti segala keinginannya.
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan
mudah dicapai oleh anak yang
berkemampuan intelektual tinggi.
Bersosialisasi memerlukan kematangan 5) Kedudukan dalam Keluarga
fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangkan dalam proses sosial, Keluarga yang terdiri atas beberapa
memberi dan menerima pendapat orang anak, sering kali anak tertua merasa dirinya
lain, memerlukan kematangan intelektual paling berkuasa dibandingkan dengan anak
dan emosi. Di samping itu kemampuan kedua atau ketiga. Anak bungsu
berbahasa ikut pula menentukan, dengan mempunyai sifat ingin dimanjakan oleh
kakak-kakaknya maupun orang tuanya. prostitusi sebagai bagian dari profesi yang
Oleh karena itu, susunan atau urutan wajar. Demikian pula anak yang tumbuh
kelahiran kadang akan menimbulkan pola dan berkembang di lingkungan masyarakat
tingkah laku, peranan dan fungsi yang penjudi atau peminum minuman keras,
berbeda dalam keluarga. maka akan membentuk sikap dan pola
perilaku menyimpang.
b. (School-Rlated Risk Factors)
2) Pergaulan dengan Anak Lain
Dalam pendidikan khususnya
dalam dunia persekolahan merupakan Pola tingkah laku anak tidak bisa
proses sosialisasi anak yang seharusnya terlepas dari pola tingkah laku anak-anak
terarah pada prakteknya tidaklah berjalan lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang
baik. Meskipun hakikat pendidikan sebagai menjadi teman pergaulannya sering kali
proses pengoperasian ilmu yang normatif, memengaruhi kepribadian individu, dari
yang akan memberi warna kehidupan sosial teman bergaul tersebut anak akan
anak di dalam masyarakat dan kehidupan menerima norma-norma atau nilai- nilai
mereka di masa yang akan datang namun sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila
terkadang tidaklah mencapai tujuan yang teman bergaulnya baik, anak akan
optimal. Karena pendidikan di sekolaH saja menerima konsep-konsep norma yang
tidak cukup. Pendidikan dalam arti luas bersifat positif, namun apabila teman
harus diartikan bahwa perkembangan anak bergaulnya kurang baik, anak sering kali
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, akan mengikuti konsep-konsep yang
masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman bersifat negatif. Akibatnya terjadi pola
norma perilaku yang benar secara sengaja tingkah laku yang menyimpang pada diri
seharusnya diberikan kepada anak yang anak tersebut, oleh karena itu, menjaga
belajar di kelembagaan pendidikan atau pergaulan dan memilih lingkungan
sekolah. pergaulan yang baik sangat penting.

c. Faktor Sosial (Social Risk Factors) 1) 3) Media Massa


Peran MasyarakatPertumbuhan dan
perkembangan kehidupan anak dari Berbagai tayangan di televisi
lingkungan keluarga akhirnya berkembang tentang tindak kekerasan, film-film yang
ke dalam lingkugan masyarakat yang lebih berbau pornografi, sinetron yang berisi
luas. Ketidakmampuan keluarga memenuhi kehidupan bebas dapat memengaruhi
kebutuhan rohaniah anak mengakibatkan perkembangan perilaku individu. Anak-
anak mencari kebutuhan tersebut ke luar anak yang belum mempunyai konsep yang
rumah. Ini merupakan awal dari sebuah benar tentang norma-norma dan nilai-nilai
petaka masa depan individu, jika di luar sosial dalam masyarakat, sering kali
rumah anak menemukan sesuatu yang menerima mentah- mentah semua tayangan
menyimpang dari nilai dan norma sosial. itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif
Pola kehidupan masyarakat tertentu kadang yang ditiru mengakibatkan perilaku social
tanpa disadari oleh para warganya ternyata negative atau menyimpang.
menyimpang dari nilai dan norma sosial
yang berlaku di masyarakat umum, Mengingat dampak perilaku anti
misalnya masyarakat yang suka berjudi. sosial jika dibiarkan akan berpengaruh
Itulah yang disebut sebagai sub kebudayaan buruk terhadap kehidupan psikologis serta
menyimpang, misalnya masyarakat yang kehidupan sosial anak, maka sangat penting
sebagian besar warganya hidup adanya upaya pemecahan penanganan
mengandalkan dari usaha prostitusi, maka perilaku anti sosial khususnya pada anak
anak-anak di dalamnya akan menganggap dengan perilaku anti sosial di sekolah dasar
penyampaiannya dapat diterima oleh anak,
menghindari perilaku kekuasaan (pola asuh
E.UPAYA PEMECAHAN MASALAH autoritharian) atau perilaku mengalah (pola
PERILAKU ANTI SOSIAL PADA asuh permisif) yang ekstrim. Dalam pola
ANAK SEKOLAH DASAR asuh authorative orang tua serta keluarga
tidak memberikan disiplin yang sangat
Perkembangan sosial anak sangat keras, orang tua tidak menuntut anak untuk
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, berlaku perfect (sempurna), tidak memaksa
baik orang tua, sanak keluarga, orang dan menginginkan disiplin ’instant’ pada
dewasa lainnya atau teman sebayanya. anak. Orang tua serta keluarga harus
Apabila lingkungan sosial tersebut memberikan pola disiplin yang konsisten.
memfasilitasi atau memberikan peluang Sehingga anak tidak ‘mencoba-coba’
terhadap perkembangan anak secara positif, untuk menolak perintah orang tua, siapa
maka anak akan dapat mencapai tahu kali ini ia berhasil untuk tidak jadi
perkembangan sosialnya secara matang. melakukan hal yang diperintahkan. Orang
Namun apabila lingkungan sosial itu tua serta keluarga harus hidup dalam kasih
kurang kondusif, seperti perlakuan sayang, memberikan teladan yang baik
orangtua yang kasar, sering memarahi, sertamampu bekerjasama dalam peran
acuh tak acuh, tidak memberikan pengasuhan pada anak dengan baik dan
bimbingan, teladan, pengajaran atau berkualitas. Selain pengasuhan authorative
pembiasaan anak dalam menerapkan Orang tua serta keluarga harus memenuhi,
norma-norma, baik agama maupun mencukupi serta menaga keadaan fisik dan
tatakrama atau budi pekerti, cenderung mental anak dengan baik. Anak jangan
menampilkan perilaku maladjustment, sampai kelelahan atau sakit, serta jaga
seperti: bersifat minder, senang mental anak agar tetap dalam kondisi baik
mendominasi orang lain, bersifat egois, sehingga emosionalnya tidak tertekan,
senang mengisolasi diri atau menyendiri, sehingga anak dapat merasakan
kurang memiliki perasaan tenggang rasa, ketenangan, kebahagiaan dan tetap
dan kurang mempedulikan norma dalam berpelilaku baik. Orang tua harus
berperilaku. Agar perilaku anti sosial pada mengajarkan anak untuk bersosialisasi
anak tidak semakin buruk maka setelah dengan berbagai latar belakang ststus sosial
mempelajari dan mengkaji faktor-faktor dan ekonomi dengan anak lain yang
penyebab perilaku anti sosial pada anak beragam, agar tidak merasa atau
sekolah dasar, upaya pemecahan antisipasi mengkelaskan diri sebagai anak yang elit
dan penanganan perilaku anti sosial pada atau sebaliknya terisolir. Orang tua serta
anak sekolah dasar harus segera dilakukan. keluarga harus menanamkan pola bahwa
dalam urutan anak dalam keluarga harus
a. Upaya Orang Tua atau Keluarga dalam saling menyayangi dan memiliki peranan
Menerapkan Pola Asuh Authorative sesuai dengan kemampuan anak. Orang tua
sebagai Pencegahan Dini Perilaku Anti harus mengontrol pergaulan anak. Jangan
Sosial biarkan hidup dalam lingkungan yang
buruk, sehingga pola tingkah laku anak
Telah kita sepakati bahwa faktor teteap terjaga dengan baik. Orang tua harus
keluarga sangat berperan dalam melatih intelegensi anak. Intelegensi anak
pembentukan perilaku anti sosial anak. yang tinggi pada umumnya tidak
Oleh karenanya agar anak tidak berperilaku mengalami kesulitan dalam bergaul,
anti sosial maka orang tua harus belajar, dan berinteraksi di masyarakat,
menerapkan pola asuh authoritative, yaitu sebaliknya anak yang intelegensinya di
menciptakan aturan yang dikombinasikan bawah normal akan mengalami berbagai
dengan cinta dan alasan yang jelas dan cara kesulitan dalam belajar di sekolah maupun
menyesuaikan diri di masyarakat. Orang membangun rasa percaya diri, semangat
tua harus mengajarkan perberbedaan pada belajar, suasana yang menyenangkan
anak laki-laki dan anak perempuan namun terlebih mampu menumbuhkan kerja sama,
harus menghargai perbedaan jenis saling menhormati sesama teman.
kelaminkelamin tersebut. Orang tua harus Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka
mendidik anak dengan memperhatikan usia penerapan metode belajar Kooperatif dapat
atau umur anak dimana terdapat perbedaan mewujudkan keterampilan sosial dengan
yang harus harus diketahui peranan, baik, dengan demikian perialku anti sosial
tanggung jawab sebagai anak sesuai dapat terkikis. Upaya sedari awal untuk
umurnya agar anak dapat berbuat baik pada mengembangkan sikap keterampilan sosial,
temannya, pada orang tuanya atau pada salah satunya adalah penerapan model
masyarakat. pembelajaran di kelas yang bisa
merangsang siswa untuk memiliki
b. Upaya Orang Tua atau Keluarga keterampilan sosial itu sendiri, misalnya
Membawa Anak Anti Sosial Terapi adalah model kooperatif learning. Hal ini
Perilaku Dialektikal pada Ahli Terapis dipertegas oleh pendapat Ibrahim
et,al (2007) menyatakan, Cooperatif
Jika anak sudah terlanjur Learning di kembangkan untuk mencapai
berperilaku anti sosial pada taraf melanggar setidaknya tiga tujuan pembelajaran
hukum negara, maka orang tua harus penting, yaitu : 1.) Hasil Belajar Akademik,
membawa anaknya untuk melakukan terapi 2) Penerimaan terhadap individu, 3)
gangguan kepribadian, terapi perilaku Pengembangan keterampilan sosial.
dialektikal disebut berasal dari analisa d. Upaya Guru dalam Memberi Perhatian
Teori Dialektikal : sebuah pendekatan yang Psikologi dan Perkembangan Multiple
mengombinasikan empati dan penerimaan Intelegensi Anak
yang terpusat pada klien dengan Proses pendidikan di sekolah harus
penyelesaian masalah kognitif behavioural berlangsung dengan memperhatikan
dan pelatihan keterampilan sosial yang psikologi dan sesuai perkembangan
diperkenalkan oleh Marsha Linehan(1987). multiple intelegensi anak. Anak usia
Terapi perilaku dialektika mememiliki tiga sekolah dasar mulai mengalami ketidak-
tujuan menyeluruh bagi para individu senangan berdiferensiasi di dalam rasa
ambang. malu cemas dan kecewa sedangkan
1. Mengajari mereka untuk kesenangan, berdiferensiasi ke dalam
mengubah dan mengendalikan harapan dan kasih sayang. Oleh karena itu,
memosionalitas dan perilaku ekstrem jangan sampai siswa-siswi membenci atau
mereka guru atau bidang studi tertentu, sehingga
2. Mengajari mereka untuk menoleransi bergantung pada kemampuan guru untuk
perasaan tertekan menyelenggarakan conditioning
3. Membantu mereka memercayai pikiran reinforcement aspek-aspek emosional
dan emosi mereka sendiri. tersebut. Gejala “seperti takut, cemas,
marah, sedih, iri cemburu, senang, kasih
c. Upaya Guru dalam Menerapkan Metode sayang, simpati merupakan beberapa
Pembelajaran Kooperatif. proses manifestasi dari keadaan emosional
Perilaku Anti sosial dapat ditangani pada diri seorang anak sekolah dasar.
dengan berbagai cara. Rosen, Glennie, e. Upaya Masyarakat Menumbuhkan
Dalton, Lennon & Bozick (2010: 147-148) Norma Sosial.
menyatakan bahwa perilaku anti sosial Tidak bisa dielakan bahwa kita
dapat ditangani dengan mengembangkan hidup bermasyarakat. Sejatinya masyarakat
perilaku sosial anak melalui pembelajaran dalam hal ini orang yang tinggal
kooperatif, metode ini mampu disekeliling kita adalah orang dengan
pendidikan yang baik terutama dalam Media Massa harus memberikan
memahami pendidikan, perkembangan dan tontonan dan tuntunan yang baik bagi anak,
pertumbuhan anak. Namun tentulah tidak yaitu tayangan yang tidak mengedepankan
semua masyarakat disekeliling kita unsur kekerasan fisik, kekerasan seksual,
Misalnyadalam masyarakat dapat member pelanggaran terhadap norma. Membuat
teladan pada anak sehingga anak tayangan khusus bagi anak yang sesuai
berkembang dengan peribadi yang baik. dengan perkembangan dan pertumbuhan
Upaya masyarakat dalam menumbuhkan anak juga dipandang perlu sebagai upaya
norma sosial misalnya hidup rukun, gotong permodelan pada anak nilai dan norma-
royong, bekerjasama, saling menolong. noma yang baik, misalnya tayangan yang
f. Upaya Media Massa Memberikan mengedepankan nilai senang menolong,
Tuntunan dan Tontonan yang Baik bekerja sama, atau saling membantu dan
lain sebagainya.

C. Simpulan dan Rekomendasi


1. Simpulan dengan berbagai latar belakang ststus sosial
1. Pengertian perilaku anti sosial menurut dan ekonomi, menanamkan pemahaman
Burt, Donnellan, Iacono & McGue (2011: bahwa dalam urutan anak dalam keluarga
634) berpendapat bahwa perilaku antisosial harus saling menyayangi dan memiliki
adalah sebagai perilaku-perilaku yang peranan sesuai dengan kemampuan anak
menyimpang dari norma-norma, baik serta harus mengontrol pergaulan anak.
aturan keluarga, sekolah, masyarakat, b) Sekolah (guru) menerapkan metode
maupun hukum. pembelajaran Kooperatif. Selain itu guru
2. Bentuk-bentuk perilaku anti sosial pada harus memperhatikan psikologi dan sesuai
anak sekolah dasar yaitu: perkembangan multiple intelegensi
a) Negativism anak. Jangan bertindak sebagai ‘bos’
b) Agresi atau diktator, dimana jangan memberi
c) Tingkah laku menguasai perintah langsung bila ingin apapun
3. Faktor-faktor penyebab perilaku anti dilakukan anak dengan baik. Guru harus
sosial menurut Fortin (2003: 682) menerapkan mata pelajaran di sekolah
berpendapat bahwa faktor anti sosial pada harus terintegrasi dengan penanaman
anak adalah: faktor pribadi (personal risk nilai-nilai moral dan karakter yang
factors), keluarga (family risk factors), baik. Guruharus menjadi model yang
berkaitan dengan sekolah (school-related baik dalam interaksi sosial anak. c)
risk factors) dan sosial (social risk factors). Lingkungan Sosial (masyarakat dan
4. Upaya pemecahan menangani perilaku media):
anti sosial pada siswa sekolah dasarharus 1. Masyarakat harus berperan
dilakukan oleh keluarga (orang tua), menumbuhkan norma sosial yang baik. 2.
sekolah (guru dan kepala sekolah) dan Media Massa harus memberikan tontonan
masyarakat adalah: dan tuntunan yang baik bagi anak.
a) Orang tua atau keluarga 2). Rekomendasi
menerapkan pola asuh authoritative. Tidak Peranan berbagai pihak diperlukan dalam
memberikan disiplin yang sangat keras, upaya memberikan bimbingan pada anak
tidak menuntut anak untuk berlaku perfect anti sosial di sekolah dasar, yaitu keluarga
(sempurna), memberikan pola disiplin yang (orang tua), Sekolah (guru) dan
konsisten, memberikan suasana hidup Lingkungan Sosial (masyarakat dan
dalam kasih sayang, memberi teladan yang media). Oleh karenanya Rekomendasi
baik, memenuhi, mencukupi serta menaga ditujukan pada:
keadaan fisik dan mental anak dengan baik, a). Orang tua:
mengajarkan anak untuk bersosialisasi
Orang tua agar mengkaji dan mengevaluasi
kembali bentuk pola asuh terhadap
anak,pola asuh authoritative disarankan
sebagai bentuk pola asuh yang baik.
b) Guru:
Guru agar mengkaji dan mengevaluasi pola
mendidik dan mengajar, dalam mendidik
disarankan memberi permodelan tingkah
laku serta mengintegrasikan mata pelajaran
dengan nilai-nilai karakter dan menerapkan
metode belajar kooperatif
a) Lingkungan Sosial
Masyarakat agar memberikan
permodelan tingkah laku yang baik
ditopang oleh media penyiaran publik yang
sehat (cocok) bagi anak.
Daftar Pustaka

Andi Wiramihardja, S. A. (2012). Pengantar


Psikologi Klinis. Bandung: PT Refika Muslimin, & Ibrahim. 2000. Pembelajaran
Aditama. Kooperatif. Surabaya: UNESA.

Burt, S. A., Donnellan, M. B., Iacono, W. Nasution, Wahyudin Nur. Efektivitas Strategi
G., & McGue M. (2011). Age-of-Onset or Pembelajaran
Behavioral Sub-Types? A Prospective Koperatif dan ekspositori Terhadap
Comparison of Two Approaches to Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari Cara
Characterizing the Heterogeneity within Berpikir
Antisocial Behavior. Journal Abnormal (http://rafiud.wordpress.com/assalamualaiku
Child Psychology. 3, 633- 644 m/ciri kooperatif).
http://neweresources.pnri.go.id/llibrary.php?
id=00001. Rodkin, P.C., Farmer, T.W., Pearl, R., Van
Acker, R., Herrenkohl, T.I., Huang, B.
Fortin, Laurier. (2003). Students’ Antisocial et al.(2000). Heterogeneity of
and Aggressive Behavior: Development popular boys: Antisocial and prosocial
and Prediction. Journal of Educational configurations. A comparison of
Administration, 41(6), 669-682. social development processes leading to
http://www.emeraldinsight.com/researchregi violent behavior in late
ster. adolescencefor childhood initiators and
adolescent initiators of violence.
Hurlock Elizabeth (2001).Child DevelopmentalPsychology, 36, 14–24.
Development. New York: Mc. Graw Hill https://ntalagewang.wordpres
Book. Co. Inc. s.com/2011/02/24/pembelajaran-
kooperatif
Lier, C. V. & Vitaro, F. (2007). Onset of Supratiknya. (2012). Mengenal Perilaku
Antisocial Behavior, Affiliation with Abnormal. Yogyakarta: KANISIUS.
Deviant Friends, and Childhood
Maladjustment: A Test of The Schaefer dan Willman (1981) Anak
Childhoodand Adolescent-Onset Berkesbutuhan Khusus: Anti Sosial
Models. Development and http://kunjungisaya13.blogspot.co.id/
Psychopathology, 19, 167–185, 2012/04/anak-berkemampuan-
http://new- khusus-anti-sosial
eresources.pnri.go.id/library.php?id= Walgito. B. (2003) Psikologi Sosial (Suatu
00001. Pengantar) Yogyakarta:
Yusuf, Syamsu L.N (2004). Psikologi
Mujiono, & Dimyati. 2002. Belajar dan Perkembangan Anak dan Remaja.
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

You might also like