You are on page 1of 18

PSEUDO ARTICLE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah


Dosen Pengampu: Prof. Drs. K. H. Sugijarto, M.Sc.,Ph.D

Disusun Oleh:
Futihaturrobiah 20713251032

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
Vol.7, No.3, 2021, pp. 13-17
DOI: https://doi.org/10.29210/127900

ContentslistsavailableatJurnalIICET
Jurnal Konseling dan Pendidikan
ISSN: 2337-6740 (Print) ISSN: 2337-6880(Electronic)

Journalhomepage: http://jurnal.konselingindonesia.com

THE EFFECT OF GROUP COACHING ON SELF-


MANAGEMENT ACADEMIC PARTICIPANTS OF
MUHAMMADIYAH 1 METRO HIGH SCHOOL STUDENTS
IN 2019/2020 ACADEMIC YEAR
Futihaturrobiah1, Farida Agus 2
1
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
2
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Article Info ABSTRACT


Articlehistory: This research aims to find out the positive effect of group guidance on Academic self-
Received Jun 12th, management of students of class X IPS 1 of Senior High School Muhammadiyah 1 Metro in
2020 2019/2020 Academic Year. The research design used in this research is to use a quantitative
Revised Aug 20th, experimental approach. The population in this study were students of class X IPS 1 of S enior
2020 High School Muhammadiyah 1 Metro.The samples in this study were ten students of class X IPS
Accepted Mar 02th, 1 of Muhammadiyah 1 Metro who are considered to represent, who have the lower and lowest
2021 Academic Self Management. The instrument used in this study was the Academic self-
management questionnaire. Analysis of the data in this study was to use a hypothesis test.The
results showed that the use of group guidance had a positive effect on Academic self-
Keyword: management, this was indicated by the results of the hypothesis test that obtained the calculation
Group Guidance of tcount = 10.51>ttable = 1.833 from a significant 0.05 and degrees of freedom (db = n-1 = 10- 1 =
Academic Self- 9). This research concludes that group guidance has a positive influence on Academic self-
Management management of students in class X IPS 1 of Senior High School Muhammadiyah 1 Metro. It was
characterized by an increase in self-motivation, self-organization, self-control, and self-
development in students.

© 2021 The Authors. Published by Indonesian Institutefor Counseling, Education and Therapy
(IICET). Thisisan open accessarticleunderthe CC BY license
(https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
CorrespondingAuthor:
Futihaturrobiah
Email:Futihaturrobiah.2020@student.uny.ac.id

Pendahuluan
Seorang peserta didik memiliki tugas utama. Tugas utama peserta didik adalah belajar. Dengan belajar
maka peserta didik dapat berkembang secara optimal. Jika peserta didik memiliki kemampuan Academic Self
Management yang baik maka peserta didik akan dapat belajar dengan baik pula. Setiap peserta didik harus dapat
mengatur dan mengelola dirinya dengan baik dalam belajar. Menurut Woolfolk (2004: 81-89) “Academic Self-
Management adalah manajemen diri perilaku sendiri dan pengambilan tanggungjawab atas tindakan diri sendiri,
serta dapat penggunaan prinsip-prinsip belajar perilaku untuk mengubah perilaku menuju ke arah yang lebih
baik”. Dengan kata lain Academic Self Management dalam belajar merupakan kemampuan individu dalam
mengelola potensi yang dimiliki oleh diri dan mampu untuk mengatur perilakunya dalam belajar agar mencapai
hasil yang baik dan maksimal.
Permasalahan tentang Academic Self Management ini tidak hanya menjadi tanggung jawab guru bidang
studi saja tetapi menjadi tanggung jawab guru bimbingan dan konseling di sekolah. Melalui bimbingan
kelompok dapat mengentaskan masalah yang sedang di alami oleh peserta didik adapun Menurut Prayitno
(2017: 134) “tujuan bimbingan kelompok adalah bermaksud membahas topik tertentu yang mengandung
permasalahan aktual (hangat) yang menjadi perhatian peserta”.

1
Jurnal Konseling dan Pendidikan Futihaturrobiah, Farida Agus
http://jurnal.konselingindonesia.com

dan tujuan lain dari bimbingan kelompok adalah membantu individu atau peserta didik agar dapat
mencapai perkembangan yang optimal. Memberikan layananpun terdapat layanan yang bersifat pribadi ataupun
bersifat kelompok seperti bimbingan kelompok.
Layanan yang dapat membantu mengembangkan masalah peserta didik dalam menyampaikan pendapat,
kegiatan belajar, mengemukakan ide-ide dan gagasan untuk mencapai kemampuan hubungan sosial yang baik
dan pengembalian keputusan serta melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan keputusan kelompok, demikian
adalah bimbingan kelompok. Menggunakan bimbingan kelompok peserta didik mendapat berbagai informasi,
pengalaman, pengetahuan, gagasan, dapat saling berinteraksi antar anggota dan diharapkan peserta didik mampu
dalam menyelesaikan permasalahannya dengan baik. peserta didik diharapkan mampu mengelola dan mengatur
dirinya sendiri seperti kemampuan Academic Self Management yang baik dalam belajar.
Fenomena yang ada saat ini peserta didik kurang bisa memanajemen dirinya dengan baik seperti rendahnya
kedisiplinan diri dan kesadaran dari peserta didik itu sendiri dan kurang bisa memanajemen waktu dalam
belajarnya.
Idealnya peserta didik yang sudah memasuki masa remaja sudah dapat memanajemen dirinya dengan
baik, bertambahnya kedisiplinan diri dan kesadaran diri dan dapat memanajemen waktu dengan baik, dapat
memanfaatkan waktu dengan baik, dalam proses belajar pun dapat mengatur waktu belajarnya serta sadar akan
pentingnya belajar.
Hasil prasurvei yang peneliti lakukan di SMA Muhammadiyah 1 Metro dengan cara observasi dan
wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling serta beberapa peserta didik. Serta sesuai dengan latar
belakang masalah yang ada peneliti mendapatkan data bahwa masih rendahnya Academic Self Management
peserta didik yang ditandai dengan, peserta didik kurang dapat mengatur dirinya dengan baik, masih rendahnya
kedisiplinan dan kesadaran diri peserta didik peserta didik belajar hanya ketika ada PR (pekerjaan rumah),
peserta didik kurang bisa memanfaatkan jam kosong ketika berada di dalam kelas. Berdasarkan permasalahan
tersebut dapat dientaskan melalui layanan bimbingan kelompok.
berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut: Peserta didik khususnya kelas XI IPS memiliki Academic Self-Management
yang rendah ditandai dengan peserta didik kurang dapat mengatur dirinya dengan baik, masih rendahnya
kedisiplinan dan kesadaran diri peserta didik peserta didik belajar hanya ketika ada PR (pekerjaan rumah),
peserta didik kurang bisa memanfaatkan jam kosong ketika berada di dalam kelas. Berdasarkan dari rumusan
masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh bimbingan kelompok terhadap
Academic Self-Management peserta didik SMA Muhammadiyah 1 Metro
Metode
Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian pre-eksperimen dengan model pendekatan pre-test
post-test one group design yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding.
Teknik penelitian ini akan membandingkan secara jelas pengaruh antara sebelum pemberian treatment dan
sesudah pemberian treatment.
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA dan XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Metro Tahun
Pelajaran 2019/2020 berjumlah 158 peserta didik. sampel pada penelitian ini sebanyak 10 peserta didik dari
kelas IPS yang mengalami permasalahan rendahnya Academic Self-Management.
Teknik pengumpulan pada suatu penelitian sangat diperlukan oleh peneliti agar dalam penelitian
mendapatkan data yang diinginkan. Pengumpulan data menentukan metode setepat-tepatnya untuk memperoleh
data, kemudian disusul dengan cara-cara menyusun alat pembantunya yaitu instrumen.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuisoner (angket) merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab kuisioner. Angket atau kuisoner alat untuk mengumpulkan informasi-informasi atau data yang
diperlukan, yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
perserta didik.

Hasil dan Pembahasan


Hasil yang diperoleh dari data dilapangan mengenai skor angket Academic Self Management sebelum
perlakuan (Pretest) dan sesudah perlakuan (Posttest). Hasil penelitian tersebut diperoleh melalui penyebaran
angket yang memuat indikator, angket Academic Self Management.

Menurut Woolfolk (2004: 81-89) “Academic Self-Management adalah manajemen diri perilaku sendiri
dan pengambilan tanggungjawab atas tindakan diri sendiri, serta dapat penggunaan prinsip-prinsip belajar
perilaku untuk mengubah perilaku menuju ke arah yang lebih baik”.

The effect of gruoup coaching…. 3


Jurnal Konseling dan Pendidikan Futihaturrobiah, Farida Agus
http://jurnal.konselingindonesia.com

Menurut Dembo (2004: 137), Academic Self-Management adalah: Strategi-strategi yang digunakan para
siswa untuk dapat mengontrol faktor yang mempengaruhi proses belajar, yang meliputi strategi perilaku seperti
manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik serta sosial, strategi motivasi seperti menyusun tujuan dan
meregulasi emosi serta usaha, dan strategi belajar cara belajar (belajar dari guru, belajar dari buku bacaan, dan
dapat mempersiapkan diri untuk ujian, serta menjalani ujian).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Academic Self Management adalah
memanajemen diri sendiri agar mampu dalam mendorong diri untuk maju mencapai hal-hal yang lebih baik,
mengembangkan berbagai segi kehidupan pribadi agar lebih sempurna, dan mampu mengontrol faktor dalam
belajar sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Berdasarkan hasil dan skor tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai satu skor Academic Self
Management dari sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan. Peningkatan ini menunjukkan adanya pengaruh
bimbingan kelompok berpengaruh terhadap Academic Self Management. Dengan demikian, pemberian layanan
bimbingan kelompok berpengaruh terhadap Academic Self Management peserta didik.

Peningkatan Academic Self Management peserta didik dilihat dari perbedaan nilai pretest dan dari nilai
posttest yang telah dilakukan. Untuk melihat perbedaan tersebut diberikan layanan bimbingan kelompok.
Layanan bimbingan kelompok ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap Academic Self
Management. Dilihat dari hasil pretest dan posttest di atas peserta didik yang mengalami masalah dalam aspek
self motivation diperoleh rata-rata sebesar 7,7, aspek self organization diperoleh rata-rata sebesar 5,1, aspek self
control 2, dan aspek self development diperoleh rata-rata sebesar 4,1. Dari keempat aspek Academic Self
Management tersebut peserta didik yang mengalami peningkatan terbesar dalam aspek self motivation yaitu
sebesar 7,7, dengan perolehan peningkatan ini layanan bimbingan dan konseling menggunakan layanan
bimbingan kelompok efektif diberikan karena berpengaruh positif dalam membantu meningkatkan Academic
Self Management peserta didik.

Tabel 1 Pengujian Hipotesis

Skala thitung ttabel Signifikasi


Hasil Skor 10,51 1,833
Pengujian 0.05
Hipotesis
academic self
management

Berdasarkan table diatas, maka dapat dilihat bahwa layanan bimbingan kelompok diberikan untuk
membantu meningkatkan Academic Self Management peserta didik. Pengaruh layanan bimbingan kelompok
untuk meningkatkan Academic Self Management peserta didik penelitian menggunakan taraf signifikasi (a)
sebesar 0,005 yang juga disebut sebagai taraf arti atau taraf nyata. Maka, peneliti yakin hipotesis diterima
sebesar 95% dan terjadi peluang kesalahan sebesar 5%. Ini berarti kra-kira sebesar 5% terjadi peluang kesalahan
dengan menolak hipotesis yang harusnya diterima. Kriteria pengujian jika t hitung  ttabel dan hasil uji beda
diperoleh layanan bimbingan kelompok menggunakan metode permainan diperoleh perhitungan t hitung= 10,51 
tabel= 1,833 dari signifikasi 0,05 dan derajat kebebasan (db n-1= 10-9=9). Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
telah dipaparkan di atas maka penggunakan layanan bimbingan kelompok berpengaruh positif terhadap
Academic Self Management. Dengan demikian, pemberian layanan bimbingan kelompok berpengaruh positif
terhadap Academic Self Management peserta didik.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh bimbingan kelompok terhadap Academic Self
Management peserta didik kelas X IPS SMA Muhammadiyah 1 Metro Tahun Pelajaran 2019/2020. Maka dapat
disimpulkan bahwa adanya pengaruh bimbingan kelompok terhadap Academic Self Management peserta didik.
Hal ini ditandai dengan aadanya peningkatan terhadap self motivation, self organization, self control, dan self
development pada diri peserta didik.

Saran

The effect of gruoup coaching…. 4


Jurnal Konseling dan Pendidikan Futihaturrobiah, Farida Agus
http://jurnal.konselingindonesia.com

Agar Academic Self Management peserta didik yang rendah dapat meningkat, peserta didik hendaknya
dapat memanfaatkan dengan baik layanan bimbingan kelompok yang merupakan bentuk bantuan dari guru
bimbingan konseling kepada peserta didik untuk memecahkan suatu permasalahan.

Referensi

Woolfolk, Anita. (2004). Educational Psychology . Boston: Pearson Education.


Prayitno. (2017). Konseling Profesi yang Berhasil: Layanan dan Kegiatan Pendukung. Jakarta: Rajawali
Pers.
Dembo. Myron H. (2004). Motivation and Learning Strategies for College Success A Self Management
Approach. Second Edition. London: Unversity of Southern California.
.

The effect of gruoup coaching…. 5


HOME PAGE JURNAL KONSELING DAN PENDIDIKAN

1
Vol.x, No.x, 201x, pp. xx-xx
DOI: https://doi.org/10.29210/127900

ContentslistsavailableatJurnalIICET
Jurnal Konseling dan Pendidikan
ISSN: 2337-6740 (Print) ISSN: 2337-6880(Electronic)

Journalhomepage: http://jurnal.konselingindonesia.com

A titleshouldbethe fewestpossiblewordsthataccuratelydescribethe
contentof the paper(left, Bold, 16pt)
Author Name1, Author Name2, Author Name3 (10 pt)
1
Affiliation1 (9 pt)
2
Affiliation 2 (9 pt)

Article Info ABSTRACT (10 PT)


Articlehistory: A well-preparedabstractenablesthereadertoidentifythebasiccontentof a
Received Jun 12th, documentquicklyandaccurately, todetermineitsrelevancetotheirinterests,
201x andthustodecidewhethertoreadthedocument in itsentirety.The
RevisedAug 20th, Abstractshouldbeinformativeandcompletelyself-explanatory, provide a clearstatementofthe
201x problem, theproposedapproachorsolution, andpointoutmajorfindingsandconclusions. The
AcceptedAug 26th, Abstractshouldbe 100 to 200 words in length. The abstractshouldbewritten in thepasttense.
201x Standard nomenclatureshouldbeusedandabbreviationsshouldbeavoided.
Noliteratureshouldbecited.The keywordlistprovidestheopportunitytoaddkeywords,
usedbytheindexingandabstractingservices, in additiontothosealreadypresent in thetitle.
Keyword: Judicioususeofkeywordsmayincreasetheeasewithwhichinterestedpartiescanlocateourarticle(9 pt).
First keyword
Secondkeyword
Thirdkeyword
Fourthkeyword
Fifthkeyword
© 2019 The Authors. PublishedbyIndonesian InstituteforCounseling, EducationandTherapy
(IICET). Thisisan open accessarticleunderthe CC BY license
(https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
CorrespondingAuthor:
AuthorName,
Email: name@iicet.edu

Introduction
The introduction is a little different from the short and concise abstract. The reader needs to know the
background to your research and, most importantly, why your research is important in this context. What critical
question does your research address? Why should the reader be interested?
The purpose of the Introduction is to stimulate the reader’s interest and to provide pertinent background
information necessary to understand the rest of the paper. You must summarize the problem to be addressed, give
background on the subject, discuss previous research on the topic, and explain exactly what the paper will address,
why, and how. A good thing to avoid is making your introduction into a minireview. There is a huge amount of
literature out there, but as a scientist you should be able to pick out the things that are most relevant to your work
and explain why. This shows an editor/reviewer/reader that you really understand your area of research and that
you can get straight to the most important issues.
Keep your Introduction to be very concise, well structured, and inclusive of all the information needed to
follow the development of your findings. Do not over-burden the reader by making the introduction too long. Get
to the key parts other paper sooner rather than later.
Tips:
1. Begin the Introduction by providing a concise background account of the problem studied.
2. State the objective of the investigation. Your research objective is the most important part of the
introduction.

1
Jurnal Konseling dan Pendidikan Author name1, author name 2 ect
http://jurnal.konselingindonesia.com

3. Establish the significance of your work: Why was there a need to conduct the study?
4. Introduce the reader to the pertinent literature. Do not give a full history of the topic. Only quote previous
work having direct bearing on the present problem.
5. Clearly state your hypothesis, the variables investigated, and concisely summarize the methods used.
6. Define any abbreviations or specialized/regional terms.
7. Provide a concise discussion of the results and findings of other studies so the reader understands the big
picture.
8. Describe some of the major findings presented in your manuscript and explain how they contribute to the
larger field of research.
9. State the principal conclusions derived from your results.
10. Identify any questions left unanswered and any new questions generated by your study.

Be concise and aware of who will be reading your manuscript and make sure the Introduction is directed to that
audience. Move from general to specific; from the problem in the real world to the literature to your research. Last,
please avoid to make a sub section in Introduction.

Method
In the Materials and Methods section, you explain clearly how you conducted your research order to: (1)
enable readers to evaluate the work performed and (2) permit others to replicate your research. You must describe
exactly what you did: what and how experiments were run, what, how much, how often, where, when, and why
equipment and materials were used. The main consideration is to ensure that enough detail is provided to verify
your findings and to enable the replication of the research. You should maintain a balance between brevity (you
cannot describe every technical issue) and completeness (you need to give adequate detail so that readers know
what happened).
Tips:
1. Define the population and the methods of sampling;
2. Describe the instrumentation;
3. Describe the procedures and if relevant, the time frame;
4. Describe the analysis plan;
5. Describe any approaches to ensure validity and reliability;
6. State any assumptions;
7. Describe statistical tests and the comparisons made; ordinary statistical methods should be used without
comment; advanced or unusual methods may require a literature citation, and;
8. Describe the scope and/or limitations of the methodology you used.
In the social and behavioral sciences, it is important to always provide sufficient information to allow other
researchers to adopt or replicate your methodology. This information is particularly important when a new method
has been developed or an innovative use of an exisiting method is utilized.Last, please avoid to make a sub section
in Material and Methods.

Results and Discussion


The purpose of the Results and Discussion is to state your findings and make a interpretations and/or opinions,
explain the implications of your findings, and make suggestions for future research. Its main function is to answer
the questions posed in the Introduction, explain how the results support the answers and, how the answers fit in
with existing knowledge on the topic. The Discussion is considered the heart of the paper and usually requires
several writing attempts.
The discussion will always connect to the introduction by way of the research questions or hypotheses you
posed and the literature you reviewed, but it does not simply repeat or rearrange the introduction; the discussion

8
Jurnal Konseling dan Pendidikan Author name1, author name 2 ect
http://jurnal.konselingindonesia.com

should always explain how your study has moved the reader's understanding of the research problem forward from
where you left them at the end of the introduction.
To make your message clear, the discussion should be kept as short as possible while clearly and fully stating,
supporting, explaining, and defending your answers and discussing other important and directly relevant issues.
Care must be taken to provides commentary and not a reiteration of the results. Side issues should not be included,
as these tend to obscure the message.
Tips:
1. State the Major Findings of the Study;
2. Explain the Meaning of the Findings and Why the Findings Are Important;
3. Support the answers with the results. Explain how your results relate to expectations and to the literature,
clearly stating why they are acceptable and how they are consistent or fit in with previously published
knowledge on the topic;
4. Relate the Findings to Those of Similar Studies;
5. Consider Alternative Explanations of the Findings;
6. State the Clinical Relevance of the Findings;
7. Acknowledge the Study’s Limitations, and;
8. Make Suggestions for Further Research.
It is easy to inflate the interpretation of the results. Be careful that your interpretation of the results does not go
beyond what is supported by the data. The data are the data: nothing more, nothing less. Please avoid and make
over interpretation of the results, unwarranted speculation, inflating the importance of the findings, tangential
issues or over-emphasize the impact of your research.
Work with Graphic:
Figures and tables are the most effective way to present results. Captions should be able to stand alone, such
that the figures and tables are understandable without the need to read the entire manuscript. Besides that, The data
represented should be easy to interpret.
Tips:
1. The graphic should be simple, but informative;
2. The use of color is encouraged;
3. The graphic should uphold the standards of a scholarly, professional publication;
4. The graphic must be entirely original, unpublished artwork created by one of the co-authors;
5. The graphic should not include a photograph, drawing, or caricature of any person, living or deceased;
6. Do not include postage stamps or currency from any country, or trademarked items (company logos,
images, and products), and;
7. Avoid choosing a graphic that already appears within the text of the manuscript.
Lookthis example below:

9
Jurnal Konseling dan Pendidikan Author name1, author name 2 ect
http://jurnal.konselingindonesia.com

30

25

20

15 Pretest
Posttest
10

0
009 010 028 036 040 043 050 074 075 096 098 101 107 116 121

Figure # ... <TitleofFigure>

Last, please avoid to make a sub section in Results and Discussion.

Table XX <TitleofTable>

Aspek yang Pengetahuan Pemahaman Keterampilan KemampuanMembim-


Diukur bing Guru
Hakekat KTSP 8.67 8.47 - 8.20
Mengembangkan 8.13 7.80 7.27 7.13
KTSP
Membuat silabus 8.27 8.07 7.47 7.38
dan RPP
Melaksanakan 9.00 8.80 8.13 8.67
pembelajaran
Menilai 7.93 7.47 7.20 7.20
pelaksanaan
pembelajaran
Rata-rata 8.40 8.12 7.52 7.72

Conclusion
The conclusion is intended to help the reader understand why your research should matter to them after they
have finished reading the paper. A conclusion is not merely a summary of the main topics covered or a re-
statement of your research problem, but a synthesis of key points.It is important that the conclusion does not leave
the questionn unanswered. 
Tips:
1. State your conclusions clearly and concisely. Be brief and stick to the point;
2. Explain why your study is important to the reader. You should instill in the reader a sense of relevance;
3. Prove to the reader, and the scientific community, that your findings are worthy of note. This means
setting your paper in the context of previous work. The implications of your findings should be discussed
within a realistic framework, and;
4. Strive for accuracy and originality in your conclusion. If your hypothesis is similar to previous papers,
you must establish why your study and your results are original.
For most essays, one well-developed paragraph is sufficient for a conclusion, although in some cases, a two or
three paragraph conclusion may be required.The another of important things about this section is (1) do not rewrite
the abstract; (2) statements with “investigated” or “studied” are not conclusions; (3) do not introduce new

10
Jurnal Konseling dan Pendidikan Author name1, author name 2 ect
http://jurnal.konselingindonesia.com

arguments, evidence, new ideas, or information unrelated to the topic; (4)do not include evidence (quotations,
statistics, etc.) that should be in the body of the paper.

Acknowledgment
Acknowledge anyone who has helped you with the study, including: Researchers who supplied materials,
reagents, or computer programs; anyone who helped with the writing or English, or offered critical comments
about the content, or anyone who provided technical help.
State why people have been acknowledged and ask their permission. Acknowledge sources of funding,
including any grant or reference numbers. Please avoid apologize for doing a poor job of presenting the
manuscript.

References
References should follow the style detailed in the APA 6th Publication Manual. Make sure that all references
mentioned in the text are listed in the reference section and vice versa and that the spelling of author names and
years are consistent. Please to not be used footnote or endnote in any format.
Tips: (Please cross check for)
1. Spelling of author names;
2. Punctuation;
3. Number of authors to include before using “etc”, and;
4. Reference style
We suggest all of you using software ENDNOTE, MENDELEY, ZOTERO, or EASYBIB for easily citation.
References should be the most recent and pertinent literature available (about 5-10 years ago). Authors must also
carefully follow APA6th Publication Manual guidelines for nondiscriminatory language regarding gender, sexual
orientation, racial and ethnic identity, disabilities, and age. In addition, the terms counseling, counselor, and client
are preferred, rather than their many synonyms.
.

11
Vol.9, No.1, 2021, pp. 11-16
DOI: https://doi.org/10.29210/127900

ContentslistsavailableatJurnalIICET
Jurnal Konseling dan Pendidikan
ISSN: 2337-6740 (Print) ISSN: 2337-6880(Electronic)

Journalhomepage: http://jurnal.konselingindonesia.com

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) pusat


informasi dan konseling remaja (pik-remaja)

Nurochim Nurochim*)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

Article Info ABSTRACT


Article history: This study aims to describe an analysis of the strengths, weaknesses,
Received Des 02nd, 2020
Revised Jan 03rd, 2021 opportunities and threats of the Youth Information and Counseling Center
Accepted Feb 20th, 2021 program (PIK-Remaja). This study uses a literature review method, in the form of
scientific reports published in reputable national and international journals. The
strength of the PIK-Remaja program is that it is a program designed with peer
counseling as and integrated with social and religious institutions. The weakness
Keyword: of this program is the ineffective and inefficient socialization, as well as the
Analisis SWOT commitment of all stakeholders in supporting the program. Opportunities for this
Konseling remaja program are policies that support coordination between central and regional
PIK-Remaja governments for guidance and funding. The challenge for the PIK-Remaja
program is the demographic conditions of the population and adolescents who
are surrounded by globalization and technological developments.

12
Jurnal Konseling dan Pendidikan Nurochim,
N.
http://jurnal.konselingindonesia.com

© 2021 The Authors. Published by Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET). This is an open access article under the CC BY license (https://crea

Corresponding Author:
Nurochim
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: nurochim@uinjkt.ac.id

Pendahuluan
Anak usia remaja merupakan kelompok potensial. Kelompok ini sebagai kelompok yang rata-rata memiliki
kesehatan yang baik, selain itu anak usia in adalah anak yang sedang menempuh pendidikan. Anak usia remaja
memiliki berbagai kecerdasan yang dapat dikembangkan yakni kecerdasaan kinestetik, seni, matematika,
interpersonal dan intrapersonal. Berbagai kecerdasaan tersebut jika dikembangkan dengan baik maka akan
mendorong terwujudkan sumber daya yang berkualitas dan berdampak pada kualitas bangsa. Pada anak usia
remaja inilah bakat dapat dikembangkan secara lebih optimal.
Populasi remaja di Indonesia yang didefinisikan berusia 16-30 tahun berdasarkan undang-undang nomor 40
tahun 2009, hasil susenas tahun 2019 pemoda sekitar seperempat dari total penduduk (Badan Pusat Statistik, 2019,
Statistik Pemuda), yang paling banyak berada di Pulau Jawa. Berdasarkan susenas 2019, remaja di Indonesia
sudah bisa membaca dan menulis yang rata-rata lulus Sekolah Menengah Pertama. Selain itu sebagian besar
pemuda memiliki ponsel dan menggunakan komputer serta internet.
Permasalahan remaja di Indonesia mulai dari keluhan kesehatan fisik dan mental, kesulitan belajar,
perundungan, hingga penerimaan terhadap dirinya yang kurang. Selain itu remaja membutuhkan teman sebaya,
namun teman sebaya berpotensi menyebabkan tekanan untuk berbuat keonaran dan perilaku menyimpang lainnya
(Diananda, 2019). Pada anak usia remaja ini sangat penting adanya bimbingan pendidikan dan karir, sehingga para
remaja dapat mengembangkan bakat dan minatnya pada lokasi pendidikan dan pasar tenaga kerja yang sesuai.
Selain itu angka pernikahan dini pada remaja di Indonesia masih tinggi (Badan Pusat Statistik, 2020).
Di lingkup persekolahan, terdapat program bimbingan dan konseling sebagai upaya pendampingan anak
sekolah. Upaya pendampingan ini dirancang sebagai program yang efektif dan efisien yang dilayani oleh konselor
sekolah. Konseling sekolah mencakup layanan kebutuhan siswa yang berfokus pada akademik,karir, dan
domain personal dan sosial (Kimbel & Clemens, 2014). Konseling di sekolah lekat dengan dampak positif yang
diharapkan seperti meningkatkan disiplin dan prestasi siswa. Konseling di sekolah diharapkan dapat membentuk
paradigma multikultur baik secara sikap dan keyakinan/kepercayaan, pengetahuan, dan keterampilan (Hastuti &
Marheni, 2017). Paradigma multikultur tersebut juga bertujuan untuk mencapai hasil konseling dan komunikasi
antara konselor dan konseli secara efektif dan efisien. Hal tersebut sesuai dengan standar nasional konseling,
dimana konselor memberikan pelayanan dengan empati, menghormati keragaman, berfokus pada konseli, dan
menganalisis dampak layanan (Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008, Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor). Konseling di sekolah sebagai program layanan kesiswaan dirancang dan
dipersiapkan secara kebijakan makro (kebijakan nasional) dan mikro (kebijakan sekolah sebagai wujud otonomi
daerah). Program konseling di sekolah sebagai upaya mewujudkan manusia yang cakap dan sehat, sehingga
menjadi bagian yang tidak terpisah dengan sistem persekolahan.
Namun demikian program bimbingan dan konseling di sekolah menemui beberapa kendala yang menyebabkan
konseling di sekolah belum terlaksana dengan baik. Kendala tersebut adalah salah satunya guru bimbingan dan
konseling masih sebagai guru honor (wawancara penulis dengan guru bimbingan konseling pada 4 Oktober 2020),
hal tersebut menyebabkan guru mengalami kesenjangan pendapatan. Selain itu sarana dan prasarana serta waktu
untuk konseling kurang memadai, ditambah dengan guru bimbingan dan konseling harus melaksanakan sosialisasi
tentang bimbingan dan konseling serja menjalin kerjasama dengan seluruh warga sekolah (Permana, Syahniar, &
Daharnis, 2014). Program bimbingan dan konseling belum dimanfaatkan secara optimal khususnya para siswa,
sebab masih ada anggapan bahwa ketika berhadapan dengan guru BK, terstigma sebagai siswa yang bermasalah
(Kulsum, 2013). Guru bimbingan konseling yang masih dianggap belum memiliki kepedulian penuh, empati, dan

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, 13


threats) ...
Jurnal Konseling dan Pendidikan Nurochim,
N.
http://jurnal.konselingindonesia.com
kesegeraan (Khomsiyati, 2015) hal tersebut menyebabkan siswa enggan memanfaatkan program bimbingan
konseling di sekolah. Oleh sebab itu penting dilaksanakan program bimbingan konseling yang menyasar remaja
yang tidak hanya berbasis pada sekolah, namun juga berbasis masyarakat.
PIK-Remaja merupakan salah satu program pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia
perkawinan, fungsi keluarga, informasi dan konseling seksualitas, HIV AIDS, dan obat terlarang, keterampilan
hidup, dan pembentukan generasi berencana (Forum PIK Remaja formasi Kab. Bandung Barat, 2020, Tentang
PIK Remaja). PIK-Remaja tersebut tidak terbatas wilayah administrasi, namun melayani seluruh remaja darimana
berasal, artinya melayani remaja yang berasal dari luar wilayah administrasi (Bkkbn Kampung KB, 2020,
Pembinaan PIK Remaja). PIK-Remaja ini untuk penyebutannya biasa dikaitkan dengan tempat dan lembaga
pembinanya seperti PIK-Remaja Sekolah, PIK-Remaja Masjid, PIK-Remaja Pesantren. Pengelola PIK-R tersebut
adalah remaja yang memiliki komitmen mengelola dan telah mengikuti pelatihan menggunakan modul dan
kurikulum yang disusun oleh BKKBN (BKKBN, 2012). Tingkat pelaksananaan PIK-Remaja pada saat ini belum
terlaksana secara optimal, informasi mengenai PIK- R belum merata di seluruh wilayah di Indonesia (Rini &
Tjadikijanto, 2019). Belum semua wilayah hingga tingkat kecamatan belum memiliki kader dan konselor terlatih
(Bkkbn laporan PIK-KRR, 2020). Oleh sebab itu penting adanya kajian analisis SWOT program PIK-Remaja.
Analisis SWOT penting untuk menyusun strategi optimalisasi program PIK-Remaja.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur. Literatur yang dikaji berupa naskah ilmiah
yang diterbitkan di jurnal nasional dan internasional, yang membahas tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman program konseling remaja. Selain itu literatur yang dikaji adalah laporan tentang best practice PIK-R.
Kajian literatur ini diupayakan dapat menggambarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan program PIK-
R.
Hasil dan Pembahasan
Analisis SWOT
Analisis SWOT sebagai alat penting untuk perencanaan strategis, memebantu organisasi untuk mencapai tujuan
dengan cara dengan menganalisis lingkungan internal dan eksternal. Analisis ini memastikan kapasistas organisasi
didayagunakan dengan optimal dan bernilai bagi konsumen, dengan membagi faktor menjadi empat ranah
(Phadermrod, Crowder, & Wills, 2019). Manajemen strategis dipahami sebagai pengambilan keputusan dan
mengambil tindakan oleh pemangku kebijakan. Analisis SWOT sebagai starategi untuk menyusun kajian
stratagis sebuah organisasi atau program, sehingga dapat meningkatkan hasil dan dampak yang akan dicapai
(Ahmed, Ahmed, Shimul, & Zuñiga, 2015; Davies, 1998; Gurel & TAT, 2017). Strength sebagai aspek yang
kuat yang mendukung program atau organiasi diartikan dengan kekuatan. Weaknesses sebagai aspek kelemahan
dari sebuah institusi atau program yang didefinisikan dengan kelamahan. Opportunities adalah aspek yang
menggambarkan kondisi di luar organisasi atau program berpeluang untuk berhasil atau terlaksana. Sedangkan
threats menunjukkna kondisi di luar organisasi atau program yang menghambat atau membahayakan organiasi
atau sebuah program (Polat, Çelik, & Okçu, 2019). Analisis ini digunakan untuk menganalisis program PIK-R,
sehingga program tersebut dapat terlaksana dengan optimal.
Strength (Kekuatan)

Sudah ada pedoman mengenai pengelolaan PIK-Remaja dan Mahasiswa yang disusun oleh BKKBN. Pedoman
tersebut disusun secara runtut dari pemahaman tentang PIK- Remaja, dilanjutkan dengan pembahasan tentang
kebijakan dan strategi serta kegiatan penglolaan PIK-Remaja, mekanisme pengelolaan PIK-Remaja dibahas pada
bab 3 pedoman ini (BKKBN, 2012). Pedoman tersebut berdasarkan pertimbangan adanya kesadaran akan upaya
peningkatan kualitas remaja di Indonesia. Kesadaran pemangku kebijakan sebagai salah satu kekuatan program
PIK-Remaja, oleh karena kesadaran tersebut diharapkan pemangku kebijakan dapat mendukung PIK-R.
PIK-Remaja ini dari, oleh, dan untuk remaja, hal ini menjadi peluang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Fadzilla dan Djannah bahwa pemanfaatan PIK-R dipengaruhi oleh peran konselor sebaya (Fadzilla & Djannah,
2018). Sebab didalamnya terdapat konselor dan konseling sebaya yang memungkinkan remaja untuk terbuka
memperoleh dan menyampaikan informasi terkait keluarga berrencana dan keterampilan hidup. Komunikasi antar
sebaya dianggap sebagai komunikasi yang efektif dalam komunikasi perubahan perilaku (Smith & Petosa, 2016).

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, 14


threats) ...
Jurnal Konseling dan Pendidikan Nurochim,
N.
http://jurnal.konselingindonesia.com
Sebagaimana penelitian Smith dan Petosa tersebut, konseling sebaya sebagai alternatif solusi untuk
mempromosikan perilaku dan dampak pendidikan kesehatan mental.
PIK-Remaja ini terintegrasi dengan lembaga sekolah, pesantren, karang taruna, remaja masjid, gereja, dan
vihara. Upaya integrasi tersebut menyasar lembaga penting dan formal dalam masyarakat. Selain itu lembaga
keagamaan juga menjadi kekuatan, sebab pesan berbasis keyakinan keagamaan biasanya lebih mengena. Upaya
layanan konseling integratif tersebut sebagai upaya holistik yang berpusat pada klien (Halsall et al., 2019).
Layanan konseling remaja yang terintegrasi dengan masyarakat sebagai layanan komprehensif dengan bahasa
umum yang dapat dipahami (Settipani et al., 2019), sehingga layanan ini dapat terlaksana dengan efektif dan
efisien.
Kegiatan yang dilaksanakan pada program PIK-R adalah dialog interaktif, konseling, menarik minat remaja
dengan menyusun kegiatan konsultasi kecantikan, gizi, olahraga, dan kesenian. Selain itu pelaksanaan kegiatan
sosial berwawasan kependudukan. Materi konseling sebaya pada program PIK- Remaja adalah fungsi keluarga,
pendewasaan usia perkawinan, resiko perilaku remaja, keterampilan hidup. Materi-materi tersebut sangat penting
bagi remaja dan sebagai bekal untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera.
Program PIK-Remaja memiliki basis data terpadu, yang mencakup indetifikasi jumlah organisasi PIK-r di
setiap daerah, jumlah kader, dimulai dari tingkat nasional hingga ke kecamatan. Hal tersebut menjadi kekuatan
untuk memetakan kondisi nyata pelaksanaan PIK-Remaja secara kuantitatif, yang menuntun pada kajian
mendalam selanjutnya.
Weakness (Kelemahan)

Tantangan pelaksanaan program PIK-R ini salah satunya adalah kurangnya komitmen dari lembaga yang
diharapkan melaksanakan pembinaan program ini, mulai dari lingkup persekolahan, lembaga karang taruna, rukun
tetangga, rukun warga, sampai tingkat kementerian pusat yang belum memiliki jumlah dan mutu sumber daya
manusa yang memadai. Pencatatan dan pelaporan program ini belum ada petunjuk teknis (Ibaadillah &
Samtyaningsih, 2017), sehingga kegiatan laporan dan monitoring terkesan kurang tertib. Sulitnya pengurus PIK-
Remaja dalam membagi waktu dalam melaksanakan konseling dan kegiatannya sendiri, selain itu kurangnya
monitoring dan evaluasi menjadi hambatan program (Husanah & Fenny Sitti Rubiah Harahap, 2019). Sosialisasi
program belum terlaksana dengan berkelanjutan dan berkesinambungan, serta analisis peluang untuk
pengembangan upaya integrasi dengan program lain. Upaya integrasi untuk meningkatkan kerangka pikir
optimalisasi program. Selain itu upaya integrasi juga penting dianalisis terkait program penelitian dan
pengembangan, sehingga ditemukan pola atau faktor yang mendukung dan menghambat program.
Opportunities (Peluang)

Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Undang-undang ini sebagai acuan pelayanan umum dan relasi pendanaan berdasarkan kewenangan dan tanggung
jawab (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004, 2004). Program PIK-R sebagai salah satu
layanan umum dinaungi oleh undang-undang ini, sehingga pelaksanaannya sebagai tanggung jawab bersama
pemerintah pusat dan daerah.
Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah pusat dan daerah.
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, PIK-R sebagai bagian dari program keluarga berencana dan keluarga
sejahtera sebagai urusan pemerintahan. Dan urusan pemerintahan tersebut dilimpahkan pada pemerintah daerah
bersama dengan sumber pendanaan, sarana dan prasarana, dan sumber daya manusia (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007, 2007).
PIK-Remaja sebagai bagian program keluarga berencana dipayungi juga oleh standar pelayanan minimal
bidang keluarga berencana yang berdasarkan pada hak asasi manusia (Riyanti, Widanti, & Lucyati, 2016). Standar
pelayanan minimal tersebut sebagai dasar pelaksanaan komunikasi dan edukasi untuk membentuk keluarga
sejahtera. Selain itu PIK-Remaja dapat diintegrasikan dengan program konseling sekolah, untuk mengantisipasi
faktor negatif yang dapat mempengaruhi prestasi akademik. Program konseling di sekolah terlaksana dengan
efektif, jika dikaitkan dengan program sejenis secara berkelanjutan. Program PIK-R sebagai saluran informasi
kesehatan reproduksi remaja yang inklusif. Program tersebut dapat menjangkau dan mememuhi hak kesehatan

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, 15


threats) ...
Jurnal Konseling dan Pendidikan Nurochim,
N.
http://jurnal.konselingindonesia.com
reproduksi dan seksualitas para remaja bangsa, sebagai ejawantah kesepakatan pertemuan di Kairo pada tahun
1994 (Sekarpuri, 2014).
Threats (Tantangan)

Perkembangan penduduk di Indonesia sebagai Negara dengan penduduk nomor 4 (empat) di dunia (Indonesia-
investments, 2017). Dengan kondisi kepadatan penduduk tersebut, ditambah dengan berbagai kondisi demografi
dan ekonomi, maka program PIK-R diharapkan mampu menyediakan sumber daya manusia yang dilatih secara
berkelanjutan sesuai dengan modul yang dikembangkan oleh BKKBN, namun juga mempertimbangkan aspek
sosial budaya atau demografi penduduk Indonesia.
Jumlah penduduk usia remaja di Indonesia yang pada saat ini berada di era digital memiliki pemikiran dan
sudut pandang yang bervariasi. Kerangka pikir bahwa dengan kegiatan konseling membuang waktu dengan
percuma, maka lebih baik melakukan kegiatan yang sesuai dengan hobi atau kegiatan yang berdampak ekonomi.
Oleh sebab itu program PIK-R sangat penting memahami karakteristik kerangka pikir usia remaja secara detail.
Ditambah dengan luasnya wilayah geografis Indonesia, dengan kondisi sarana dan prasarana yang masih
timpang. Kondisi perbedaan kerangka pikir tentang prioritas optimalisasi program para pemangku kebijakan di
setiap level pemerintahan.
Remaja dan globalisasi yang ditandai juga dengan perkembangan teknologi menjadi tantangan PIK-R. Pada era
ini remaja mengalami konflik intrapersonal, remaja berkehendak untuk berperilaku sesua aturan masyarakat,
namun juga ingin meniru berbagai model dan perilaku serta gaya yang muncul atau sedang trend (Krisnaningrum,
Masrukhi, & Atmaja, 2017). Selain itu budaya mendengarkan nasehat mulai ditinggalkan karena dipengaruhi oleh
globalisasi (Syam, 2015). Globalisasi yang mempengaruhi perilaku remaja menjadi salah satu tantangan dan
hambatan program PIK-R.
Pada kondisi pandemic covid-19, tantangan program PIK-R lebih berat. Sebab duta generasi berencana harus
berinovasi dalam memberikan akses informasi dan konseling secara mental dan fisik, tanpa bertatap muka. Para
duta diharapkan menjadi teladan di masa yang sulit, untuk tetap berperilaku positif. Ditambah dengan masih
tingginya pernikahan dini (DP3KB Brebes, 2020).

Simpulan
Program PIK-Remaja selaku program BKKBN yang menyasar anak usia remaja sebagai upaya meningkatkan
kesehatan mental dan fisik, demi suksesnya pembangunan nasional dan pembangunan berkelanjutan. Analisis
SWOT PIK-R menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki program tersebut dari sisi sumber daya manusia, upaya
integtatif dengan masyarakat, jenis layananya. Namun demikian kelemahan program tersebut adalah kurangnya
sosalisasi yang masif, dan komitmen pemangku kebijakan untuk keterlaksanaan program. Peluang PIK-R adalah
berbagai kebijakan yang mendukung seperti undang-undang dan peraturan pemerintah sehingga memungkinkan
adanya koordinasi dari sisi pembinaan dan pembiayaan. Namun demikian tantangan PIK-R yang muncul
adalahh kondisi demografis penduduk dan remaja, dan dampak globalisasi dan perkembangan teknologi. Dengan
analisis SWOT tersebut diharapkan adanya kajian strategis lebih lanjut untuk menyusun rancangan strategis
program PIK-Remaja.

Referensi
PIK-KRR. (n.d.). Retrieved January 1, 2021, from http://aplikasi.bkkbn.go.id/pikrm/Report/Laporan PIKRM.aspx
Ahmed, J. U., Ahmed, K. U., Shimul, M. A. S., & Zuñiga, R. (2015). Managing Strategies for Higher Education
Institutions in the UK. Higher Education for the Future, 2(1), 32–48.
https://doi.org/10.1177/2347631114558189
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Pemuda Indonesia 2019. Retrieved from
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf

Badan Pusat Statistik. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak percepatan yang tidak bisa ditunda. Badan Pusat
Statistik, 0–44.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, 16


threats) ...
Jurnal Konseling dan Pendidikan Nurochim,
N.
http://jurnal.konselingindonesia.com
BKKBN. (2012). Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja Dan Mahasiswa (PIK R/M). In
Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Bina Ketahanan Remaja. Jakarta:
Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Bina Ketahanan Remaja. Bkkbn Kampung
KB. (2020). Pembinaan PIK Remaja. Retrieved December 30, 2020, from bkkbn website:
https://kampungkb.bkkbn.go.id/postSlider/1381/176984#:~:text=Pusat Informasi dan Konseling
Remaja,serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.
Davies, B. (1998). Strategic planning in schools: An oxymoron? School Leadership and Management, 18(4), 461–
473. https://doi.org/10.1080/13632439869439

Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal ISTIGHNA, 1(1), 116–133.
https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20
DP3KB Brebes. (2020). Pembinaan Kelompok PIK Remaja. Retrieved February 3, 2021, from
http://dp3kb.brebeskab.go.id/pembinaan-kelompok-pik-remaja/
Fadzilla, V., & Djannah, S. N. (2018). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pusat Informasi
Dan Konseling Remaja (Pik-R) Pada Remaja Di SMA N 1 Sanden. Jurnal Cakrawala Promkes, 1(1), 9–16.
https://doi.org/10.12928/promkes.v1i1.291
Forum PIK Remaja formasi Kab. Bandung Barat. (2020). Tentang PIK Remaja. Retrieved December 30, 2020,
from Artikel Web website: https://pikremaja.or.id/tentang-pik-remaja/
Gurel, E., & TAT, M. (2017). SWOT Analysis: A Theoretical Review. The Journal of International Social
Research, 10(51), 995–1006.

Halsall, T., Manion, I., Iyer, S. N., Mathias, S., Purcell, R., & Henderson, J. (2019). Trends in Mental Health
System Transformation: Integrating Youth Services within the Canadian Context. Healthcare Management
Forum, 32(2), 51–55. https://doi.org/10.1177/0840470418808815
Hastuti, M. M. S., & Marheni, A. K. I. (2017). Kompetensi Konseling Multikultur Bagi Konselor Sekolah: Suatu
Kajian Teoretis. Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Bimbingan Dan Konseling 2017, 1(mcc), 93–
109.

Husanah, E., & Fenny Sitti Rubiah Harahap. (2019). Pelaksanaan PIK-Remaja Di SMA/SMK Se Kota Pekanbaru.
Menara Ilmu, XIII(2), 102–114. Retrieved from
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/1189
Ibaadillah, A. A., & Samtyaningsih, D. (2017). Evaluasi Pelaksanaan PIK-R di Kabupaten Banyuwangi. Prosiding
Seminar Nasional ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan Dan Kearifan Lokal Berkelanjutan", 17–
18(November), 480–488.

Indonesia-investments. (2017). Penduduk Indonesia dan Potensi Ekonomi. Retrieved December 31, 2020, from
Https://Www.Indonesia-Investments.Com website: https://www.indonesia-
investments.com/id/budaya/penduduk/item67?
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. , (2008).

Khomsiyati, S. (2015). Hubungan Kemampuan Guru Bimbingan dan Konseling Membina Hubungan Konseling
dengan Motivasi Siswa Melanjutkan Konseling. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 2(1), 52–59. Retrieved
from http://jurnal.konselingindonesia.com/index.php/jkp/article/view/165/142
Kimbel, T., & Clemens, E. V. (2014). The Development and Validation of the School Counseling Program Report
Card – Student Version. Professional School Counseling, 18(1), 111–124.
https://doi.org/10.1177/2156759x0001800111
Krisnaningrum, I., Masrukhi, & Atmaja, H. T. (2017). Perilaku Sosial Remaja Era Globalisasi di SMK
Muhammadiyah Kramat , Kabupaten Tegal. Journal of Educational Social Studies, 6(9), 92–98.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, 17


threats) ...
Kulsum, S. (2013). Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Domain Pengembangan Diri Siswa. Jurnal
Konseling Dan Pendidikan, 1(1), 67–72. https://doi.org/10.29210/11200
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerinatah Daerah Kabupaten/Kota. , (2007).

Permana, S. A., Syahniar, S., & Daharnis, D. (2014). Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Kerinci. Konselor, 3(4), 168–179.
Phadermrod, B., Crowder, R. M., & Wills, G. B. (2019). Importance-Performance Analysis Based SWOT analysis.
International Journal of Information Management, 44, 194–203. https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2016.03.009

Polat, S., Çelik, Ç., & Okçu, Y. (2019). School Administrators’ Perspectives on Teachers From Different
Generations: SWOT Analysis. SAGE Open, 9(3), 1–12. https://doi.org/10.1177/2158244019861499
Rini, I. M., & Tjadikijanto, Y. D. (2019). Gambaran Program Generasi Berencana (GenRe) di Indonesia dan di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 7(2), 168.
https://doi.org/10.20473/jbk.v7i2.2018.168-177
Riyanti, Widanti, A., & Lucyati, A. (2016). Ketentuan Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga
Berencana Dan Keluarga Sejahtera Berdasarkan Asas Perikemanusiaan Dan Hak Asasi Manusia. Soepra
Jurnal Hukum Kesehatan, 2(2), 204–216. https://doi.org/10.24167/shk.v2i2.823
Sekarpuri, A. D. (2014). Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Vol. 3).

Settipani, C. A., Hawke, L. D., Cleverley, K., Chaim, G., Cheung, A., Mehra, K., … Henderson, J. (2019). Key
Attributes of Integrated Community-based Youth Service Hubs for Mental Health: A Scoping Review.
International Journal of Mental Health Systems, 13(1), 1–26. https://doi.org/10.1186/s13033-019- 0306-7
Smith, L. H., & Petosa, R. L. (2016). A Structured Peer-Mentoring Method for Physical Activity Behavior Change
Among Adolescents. Journal of School Nursing, 32(5), 1–9. https://doi.org/10.1177/1059840516644955
Syam, H. M. (2015). Globalisasi Media Dan Penyerapan Budaya Asing, Analisis Pada Pengaruh Budaya Populer
Korea Di Kalangan Remaja Kota Banda Aceh. Avant Garde Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 54– 70.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. , (2004).

You might also like