You are on page 1of 158
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO DAN GANGGUAN JIWA KOORDINATOR : Ns.Ve ryenti Putri, M.Kep PEMBIMBING : : Ns.Vevi Suryenti Putri, M.Kep KELOMPOK : SIGMA DISUSUN OLEH : HUSNAWATL 202091069 PROGRAM STUDI PROFESI NERS JALUR KHUSUS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI TAHUN 2021 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP JIWA DENGAN RISIKO GANGGUAN JIWA. “ANSIETAS” A. Definisi Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan s tem perawatan Kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien Kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.( Lymn S. Bickley 2009) Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan, Jdi, cemas berkaitan dengan persaan tiidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010) B. Etiologi 1. Faktor Predisposisi Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa ~ Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. - Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. - Konsep diti terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan, - Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. - Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman tethadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. ~ Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. ~ Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan _mempengarubi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. - Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. 2. Faktor presipitasi Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor_presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : 1) Ancaman tethadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi = a) Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :hamil). b) Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. 2) Ancaman tethadap harga diri meliputi sumber internal dan ekstemal : a) Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru, Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat menganeam harga diti b) Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya. C. Klasifikasi [Cawrsrasr ] [Taco Rentang Respon Kecemasan (Stuart &Sundeen, 1990). Kecemasan (ansietas) diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu: 1. Kecemasan Ringan Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori me! ngkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Ansictas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. 2. Kecemasan Sedang Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan an merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain. 3. Kecemasan Berat Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi a iran rasional berhenti dan indi jetas, panik berat, semua. pem ‘idu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze, yakni kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu 4. Panik Individu Kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena kehilangan Kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. (Prabowo, 2014) D. Rentang Respon ‘Menurut Videbeck (2008), respon dari setiap tingkat kecemasan adalah sebagai berikut: Tingkat Respon Fisik Respon Kognitt Respoa Emosional Kecemasan Ringan | a) Ketegangan otot ringan @)_Lapang persepsi Tuas ‘@) Perilaku otomatis ) Sadar akan lingkungan bb) Tetlibat tenang, percaya diri_ | b) Sedikit tidak sadar ©) Rileks atau sedikit gelisah | c) Perasaan gagal sedikit ©) Aktivitas mandi 4) Penuh pethatian 4) Waspada dan | d) ‘Terstimulasi e) Rajin ‘memperhatikan banyak hal | e) Tenang ©) Mempertimbangkan informasi ) Tingkat —_pembelajaran optimal Sedang | a) Ketegangan otot sedang @ Lapang persepsi menurun | a) Tidak nyaman ) Tanda-tanda vital meningkat | b) Tidak perhatian secara | b) Mudah tersinggung ©) Pupil dilatasi,-—mualai | selektif ©) Kepercayaan di berkeringat ©) Pokusn terhadap stimulus goyah 4) Sering mondar-mandir, | meningkat 4) Tidak sabar ‘memukul tangan 4) Rentang perhatian menurun | e) Gembira ©) Suara berubah: bergetar, nada | e) Penyelesaian masala suara tinggi ‘menurun 1) Kewaspadaan dan ketegangan | 1) Pembelajaran terjadi dengan g) Sering berkemih, sakit kepala, | memfokuskan pola tidur berubah, nyeri punggung Berat ‘@ Ketegangan o1ot berat ‘@ Lapang persepsiterbatas | a) Sangat cemas ») Hiperventilasi 'b) Proses berpikir —terpecah- | b) Agitasi ©) Kontak mata buruk pecah ©) Takut 4) Pengeluaran keringat | c) Sulit berpikir 4) Bingung meningkat 4) Menyelesaikan masala |e) Merasa tidak ©) Bicara copat, nada suara tinggi | buruk aadekuat ) Tindakan tanpa tujuan dan |e) Tidak rmampu |) Menarik iri serampangan ‘mempertimbangkan ) Penyangkalan 8) Rahang ‘menenggang, | informasi 4h) Ingin beban ‘mengertakan gigi ) Hanya = memperhatikan bh) Mondar-mandir berteriak aneaman i) Meremas tangan, gemetar ) Precokupasi dengan pikiran senditi bh) _Egoisentris Panik a) Fight, fight, atau freeze 'a) Persepsi sangat sempit ‘@) Merasa terbebani b) Keicgangan otot sangat berat | b) Pikiran tidak logis, |b) Merasa tidak ©) Agitasi motorik kasar terganggu mampu, tidak 4) Pupil dilatasi ©) Kepribadian kacau berdaya e) Tanda-tanda vital meningkat | d) Tidak dapat menyelesaikan | c) Lepas kendali Jalu menurun ‘masalah @) Mengamuk, —putus 1) Tidak dapat tur ©) Fokus pada pikiran sendin a ) Hormon stres dan |) Tidak rasionsl ©) Marah, sangat takut neurotransmiter berkurang | g) Sulit’ memahami stimulus | 1) Mengharapkan fh) Wajah menyeringai, mulut | ekstemal hasil yang buruk termganga hh) Halusinasi, waham, —ilusi | g) Kaget, taku, lelah ‘mungkin terjadi E. Proses Terjadinya Masalah a. Faktor Predisposisi Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemas . Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa: 1. Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan berkitan dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami individu baik isis perkembangan maupun situasional 2 Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. 3 Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. 4, Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. 5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. 6 Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. 7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. & Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. , Faktor Presipitasi Stressor presi s adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat ‘mencetuskan timbulnya Kkecemasan. Stressor presipitasi_dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Ancaman terhadap imtegritas fisik, meliputi: 4) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil) b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. 2 Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal 4) Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru, Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat menganeam harga ditt b) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya, F. Manifestasi Klinik 1. Respon Fisik a. Kardiovaskular Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat b. Pernafasan Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal, Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah c. Neuromuskular Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal . Gastrointestinal Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pada Abdomen e. Traktur Urinarius Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing f. Kulit ‘Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit. Respons Kognitif Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang lar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya Respons Perilaku Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman Respons Emosi Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin, Mekanisme Koping Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara _konstruksi ‘merupakan faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau tidak. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak energi, Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu: Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba menghadapi Kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan, 1)Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan 2)Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress, 3)Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara _seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang. b. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah, Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita, Untuk menili penggunaan mekanisme pertahanan individu. apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut: 1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan pasien 2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya tethadap disorganisasi kepribadian. 3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap _-kemajuan kesehatan pasien 4) Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan, H. Penatalaksanaan Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut : 1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : Makan makanan yang berigizi dan seimbang *Tidur yang cukup #Olahraga yang teratur Tidak merokok dan tidak minum minuman keras 2. Terapi psikofarmaka Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, ‘meprobamate dan alprazolam. 3. Terapi Somatik Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan, Untuk menghilangkan keluhan- keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan —obat-obatan—_ yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan. 4, Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain - Psikoterapi Suportif - Psikoterapi Re-Edukatif - Psikoterapi Re-Konstruktif - _ Psikoterapi Kognitif Psikoterapi Psikodinamik - Psikoterapi Keluarga 5. Terapi Psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. 1. Pohon Masalah Kerusakan Interaksi Sosial —> Tenect a ! Core Problem Gangguan Suasana Perasaan :Cemas >| 4 Koping Individu Inefektif © —* | Causa J. Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas 2 Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif. K, Rencana Asuhan Keperawatan ‘Tujuan Intervensi Tujuan umum: Tadilah pendengar yang responsit . _ | Beri waktu yang cukup pada pasien untuk Cemas berkurang atau | erespon hilang Tujuan Khusus TUK I: Pasien dapat menjalin dan membina hubungan saling percaya Beri dukungan pada pasien untuk mengekpresikan perasaannya Indetifikasi pola perilaku atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negatif Bersama pasien mengenal perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang TUK 2: Pasien dapat mengenal ansietasnya Bantu pasien untuk mengedintifikasi dan menguraikan perasaan nya Hubungkan perilaku dan perasaan nya Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien ‘Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengunkapkan perasaan nya TUK 3: Pasien dapat memperluas kesadaran nya terhadap perkembangan ansietas ‘Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan ansietas Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa Jalu yang relevan menggunakan mekanisme koping yang adaptif Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa Jalu Tunjukkan akibat mal adaptif dan desruktif dari respon koping yang digunakan Dorong pasien untuk menggunakan respon oping adaptif yang dimilikinya Bantu pasien untuk menyusus kembali tujuan menggunakan sumber dan koping yang baru Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial menggunakan kopong adaptif yang baru TUK 5: Pasien dapat menggunakan tehnik relaksasi ‘Ajarkan pasein tehnik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat kecemasan TUK 6; Pasien dapat menggunakan tehnik distraksi ‘Ajarkan pasien tebnik distraksi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri Dorong pasien untuk menggunakan tehnik distraksi dalam menurunkan tingkat kecemasan TUK 7: Pasien dapat menggunakan tehnik relaksasi hipnotis 5 jari ‘Ajarkan pasien teknik relaksasi hipnotis Sjari untuk menigkatkan kontrol dan rasa pereaya iri Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi hipnotis 5 jari dalam menurunkan tingkat kecemasan DAFTAR PUSTAKA Kususmawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asthan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika, LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP JIWA DENGAN RISIKO GANGGUAN JIWA. “GANGGUAN CITRA TUBUH” 1. Pengertian Gambaran diri atau citra tubuh merupakan komponen konsep diri yang paling utama dari komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah persepsi individu terhadap ditinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian dirinya meliputi: persepsi atau perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Gambaran diri atau citra tubuh bersifat dinamis, Karena merupakan perubahan yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005) Citra tubuh _membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005). Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya b: disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu dan sekarang megenai ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi_tubuh, (Sulisyiwati,2005). Citra tubuh_ positif apabila seseorang memandang_realistis, ‘menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tububnya dapat merubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang Jain di lingkungan seseorang terhadap dirinya turut mempengaruhi penerimaan Klien terhadap dirinya, Individu yang stabil, realistis dan Konsisten tethadap gambaran dirin ya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005). Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan distress personal, yang didefinisikan oleh individu, yang mengindikasikan bahwa tubuh mereka tidak lagi mendukung harga diri dan yang disfungsional, membatasi interaksi social mereka dengan orang lain (suliswati, 2005) Komponen Citra Tubuh: Ada beberapa abli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh. Salah satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima Komponen citra tubuh, yaitu a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu ‘mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan, b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola makan, €. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu. persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan, Komponen citra tubuh menurut Keaton, Cash, dan Brown (Tresnanari, 2001) mengatakan citra tubuh berkaitan dengan dua komponen yaitu: a. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi fisiknya yaitu mengukur tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuh seperti tinggi atau pendek, cantik atau jelek, putih atau hitam, kuat atau lemah, b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh yang meliputi wajah, bibir, hidung, mata, rambut dan keseluruhan tubuh yang meliputi proporsi tubuh, bentuk tubuh, penampilan fisik 2 Penyebab Gangguan Citra Tubuh Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi seseorang tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh, Gangguan citra tubuh merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko untuk mengalami gangguan dalam penerapan citra diri seseorang (Lynda Juall,2006). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh a. Sosialkultural: budaya serta adat-istiadatberpengaruh terhadap citra tubuh seseorang melihat di Indonesia terdapat beraneka ragam budaya dan adat b. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan memiliki citra tubuh yang berbeda tergantung dari tiap-tiap individu. ¢. Status hubungan 4d Agama 4. Tanda dan Gejala Terjadinya Gangguan Citra Tubuh a. Menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yang berubah b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh ¢. Mengurangi kontak social schingga terjadi menarik diri 4. Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuh e. Mengungkapkan keputusasaan f Mengungkapkan ketakutan ditolak g. Menolak penjelasan tentang oerubahan tubuh Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Citra Tubuh I, Kasus (masalah utama) Ibu X usia 45 tahun seorang pembantu rumah tangga, mengalami cacat pada wajah karena disiram air panas oleh majikannya, Sejak kejadian itu ia tidak mau keluar kamar dan berinteraksi dengan orang lain, Hasil wawaneara dengan perawat diperoleh data bahwa Klien merasa malu dengan kondisi ‘wajahnya dan takut akan dibicarakan orang. Selain itu, klien berkata kalau dia menyesal tidak mendengar nasehat suaminya supaya berhenti dari pekerjaannnya itu. Berdasarkan pengamatan, klien lebih banyak melamun, diam dan tidak mau melihat wajahnya dicermin. Il. Proses terjadinyamasalah Ibu X tersiram air panas | Cacat wajah | Malu dengan kondisinya, takut menjadi bahan pembicaraan | Tidak mau berinteraksi dengan orang lain, tidak mau melihat wajahnya dicermin | Lebihbanyakmelamundanmenyalahkandirisendiri IIL. Pohonmasalah Isolasisosial Hargadirirendah Klien tidak mau berinteraksi Klien tidak mau melihat dengan orang lain wajahya dicermin I t Klien malu dengan kondisinya Klien kehilangan kepercayaan diri . — Gangguan citra tubuh| Perubahan bentuk tubuh: cacat wajah Kekerasanfisik IV, Analisa Data Daa Boog Masalah keperawatan DS Kekerasantisik ‘Gangguan Klien merasa_malu. dengan kondisi h weajahnya “dan takut ‘menjadi bahan | Perubuhan bentuk tobuh cacat wajah | Ct HOU pembicaraan orang. bo Gangguancitratubuh Klien tidak mau keluar kamar dan berinteraksi dengan orang lain karena cacat pada wajahnya, Klien tidak mau melihat wajahnya dicermin. Ds Kekerasan fisik Harga dirt Klien merasa_malu dengan kondisi rendah wajahnya dan takut menjadi bahan pembicaraan orang. Do Klien tidak mau keluar kamar dan berinteraksi dengan orang lain karena cacat pada wajahnya, Klien tidak mau rmelihat wajahnya dicermin erubahan bentuk tubuh: cacat wajah Gangguan citra tubuh Klicn kehilangan kepercayaan diti Klien tidak mau melihat wajahnya dicermin Hirgadirirendab, DS Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya dan takut menjadi bahan pembicaraan orang. Do Klien tidak mau keluar kamar dan berinteraksi dengan orang ain Karena cacat pada wajahnya, Klien tidak mau ‘melihat wajahnya dicermin, Ganglguan citra tubuh Kon dak jn Brine dengan earn pola sos Tsolasi sosial DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan harga diri: harga diri rendah 2. Gangguan citra tubuh 3. Isolasi social:menarik diri RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh Tujuan, Setelah pemberian asuhan selama 3 x 24 jam Klien menunjukkan peningkatan harga diri Kriteria Hasil: - Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya. - Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh. - Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki. - Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi tubuh, ~ Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi. ~ Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh, Intervensi Rasional 1. Beri Kesempatan Klien mengungkapkan | 1, Dengan ‘mengungkapkan perasaannya perasaannya beban Klien akan a. Bimbing Klien mengungkapkan berkurang perasaanaya >. Gunakan pertanyaan terbuka , Dengarkan ungkapan klien dengan aki 2. Beri respon yang tidak menghskimi: 4 Tidak menyalahkan pendapat klien b. Menerima pendapat kien 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dengan cara mengurangi stimulus cekstemnal yang berlebiban dalam Respon menghakimi dapat merusak Ihubungansaling percaya dan rmenurunkan harga dri Klien 3. Lingkungan yang tenang_ mampu ‘membantu klen dalam memfokuskan pikican ineraksi 4, Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 4. Memotivasi Klien memandang dirinyasecarapositif,Penilaian negatif semakin menambah rasa tidak percaya diri klien Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh Tujuan: setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan citra tubuh menurun Kriteria hasil: © Gambaran diri meningkat © Gambaran diri sesuai + Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya 3. Bantu klien yang cemasmengembangkan Kemampuanuatuk menilai diri dan ‘mengenalimasalahnya 4. Dukung upaya Klien untukmemperbaiki Tatervenst Rasional T. Binalahhubungan saling percaya antara | 1. Dasar — mengembangkan — tindakan lien dengan perawat Keperawatan 2. Berikan esempatan | 2. Klien membutuhkan — pengalaman pengungkapanperasaan didengarkan dan dipahami 3. Menetralkan kecemasan yang tidak periu terjadi dan memulihkan realitas Situasi, Ketakutan-merusak adaptasi lien citea dri 4. Membantu. meningkatkan penerimaan 5. Dorong klien agar bersosiaisasidengan | diri dan sosialisasi orang lain 5. Membantu meningkatkan penerimaan dir dan sosialisasi 3. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial b.d perubahan fisik ‘Tujuan: setelah pemberian asuhan selama 4x4 jam klen dapat bersosialisasi Kriteria hasil: - klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain + Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi ‘© Perkenalkan diri dengan sopan. © Tanyakan nama Jengkap dan nama panggilan yang disukai klien. ‘© Jelaskan tujuan pertemuan / interaks. © Jujur dan menepati janji Tatervensi Rasional Bina hubungan saling percaya 1. Hubungin saling percaya sebagai ‘* Sapa klien dengan ramah baik verbal asar“imteraksi~ yang” terapeutik ‘maupun non verbal perawat-klien. © Pertabankan Kontak mata, cunjukkan rasa empati dan dorong serta berikan Kesempatan lien untuk _mengungkapkan perasaannya, 2. Kaji pengetahuan klien tentang menarik dit, © Beri kesempatan pada Klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab smenarik dri © Diskusikan dengan Klien perilaku menatik dirinya © Beri pujian terhadap kemampuan kklien mengungkapkannya. © Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain © Dorong lien untuk menyebutkan Kembali manfaat berhubungna orang hain, © Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain, © Dorong Klien untuk menyebutkan ‘cara berhubungan dengan orang lain, © Libatkan Klien dalam kegiatan TAK ddan ADL ruangan, tentang 3. Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai Klien, 2, Mengetahui ——sejauh mana pengetahuan klien yang menarik di sehingga perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya. Untuk mengetahui alasan Klien rmenarik di *Meningkatkan pengetahuan Klien ‘dan mencati pemecahan bersama tentang masalah Klien, Meningkatkan harga iri Klien bberani bergaul dengan lingkungan sosialnya Meningkatkan pengetahuan Klien tentang perlunyaberhubungan

You might also like