Professional Documents
Culture Documents
Ema Hikmah
Poltekes Kemenkes Banten
Korespondensi:
ema_hikmah@poltekkesbanten.ac.id
ABSTRACT
ABSTRAK
Cuci tangan sangat efektif dalam mencegah penularan penyakit, sehingga pengenalan cuci
tangan sejak dini sangat penting agar anak tercegah dari terjangkitnya penyakit. Banyak alat dan
cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat anak melalui
pendidikan kesehatan, salah satunya yaitu dengan terapi bermain puzzle Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap pengetahuan, sikap dan
keterampilan cuci tangan pada siswa kelas 1 di SDN Taman Sukaria 1 Kota Tangerang. Tempat
penelitian di SDN taman Sukaria 1 Kota Tangerang periode Juni sampai Nopember 2018.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi-eksperimen. Jumlah responden dalam
penelitian ini adalah 59 siswa dengan rincian 29 orang kelompok control dan 30 orang
kelompok intervensi. Desain kuasi-eksperimen dalam penelitian menggunakan tipe onegroup
design dengan pre dan post test. Analisi bivariat yang digunakan adalah t-test independent.
Hasil penelitian Ada perbedaan signifikan terapi bermain puzzle dapat meningkatkan
pengetahauan, sikap dan keterampilan mencuci tangan pada siswa SD Kls 1 di SDN Taman
Sukaria 1 Kota Tangerang pada kelompok intervens (p value=0,000 α=0,05). Hasil yang
signifikan pada penelitian ini menunjukan bahwa hal ini bermakna apabila terapi bermain
puzzle dilakukan maka siswa dapat meningkat pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam
mencuci tangan. Disasankan pada guru dan orangtua agar menciptakan suasana yang
menyenangkan pada saat belajar salah satunya dengan menggunakan terapi bermain puzzzle
PENDAHULUAN
Indonesia telah melaksanakan berbagai Penyakit pada anak dalam beberapa
strategi dalam upaya meningkatkan dekade tahun ini semakin berbahaya seperti
kesehatan. Strategi tersebut lebih mulai muncul kembali penyakit diphteri,
menekankan pada upaya promotif dan ISPA, hepatitis A, scabies dan meningkatnya
preventif tanpa mengabaikan kuratif dan kejadian diare, yang kemungkinan timbul
rehabilitatif. (Depkes RI, 2009) akibat perilaku hygiene perorangan yang
Salah satu upaya promotif dan preventif tidak baik serta tidak membiasakan cuci
yang telah dicanangkan pemerintah tangan dengan sabun. Data organisasi
Indonesia adalah dengan melakukan Perilaku kesejahteraan anak dunia (UNICEF) pada
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu 2013 menyebutkan, setiap tahun lebih dari
perilaku hidup bersih dan sehat adalah 1,7 juta kematian anak di bawah umur 5
dengan cuci tangan, dimana cuci tangan ini tahun disebabkan diare dan infeksi saluran
merupakan perilaku hidup sehat yang sangat pernapasan. Data ini diperkuat temuan WHO
efektif untuk mencegah penyebaran yang memaparkan bahwa 760 ribu kasus
penyakit. (Riskesdas, 2013). Sebab, salah kematian anak dipicu diare. Tak hanya itu,
satu pemicu timbulnya penyakit yakni dari setiap hari sedikitnya 3 ribu anak di seluruh
tangan. Untuk itu, mencuci tangan dunia meninggal karena terjangkit infeksi
menggunakan sabun merupakan cara terbaik saluran pernapasan.
untuk mencegah mikroorganisme penyebab Upaya mensosialisasikan perilaku sehat,
penyakit masuk kedalam mulut, hidung dan sanitasi dan mencuci tangan dengan sabun di
anggota tubuh lainnya dengan mudah. Nigeria dimulai oleh sebuah program yang
Anak adalah usia yang rentan tertular diprakarsai oleh UNICEF dengan
penyakit. Anak sering kali tidak menggunakan anak sekolah sebagai agen
menghiraukan akan pentingnya cuci tangan, perubahan. Dalam membentuk perilaku
sehingga perlu peran serta orang dewasa sanitasi mandiri dan pengetahuan akan hidup
ataupun orangtua untuk membiasakan anak yang bersih dan sehat anak-anak sekolah
berperilaku hidup bersih dan sehat. dirangsang untuk membentuk kelompok-
79
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019
keterampilan mencuci tangan siswa Kls 1 di sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
SDN Taman Sukaria 1 Kota Tangerang. terjadi peningkatan yaitu 89,84.
Jumlah responden penelitian sebanyak 59 Tabel 2
responden yaitu 29 responden pada Perbandingan Nilai pengetahuan, sikap,
kelompok kontrol dan 30 responden pada keterampilan pada kelompok control
sebelum dan sesudah diberikan terapi
kelompok intervensi. Analisa Bivariat akan bermain puzzle pada kelompok intervensi
menguraikan ada tidaknya peningkatan dan kelompok control
pengetahuan, sikap dan keterampilan Variabel Pre Post
Mean SD Min- Mean SD Min-
Max Max
mencuci tangan sesudah dilakukan terapi Pengetahuan 57,59 15,27 30- 62,26 20,77 10-
90 100
bermain menggunakan puzzle, serta apakah
Sikap 25,21 3,33 17- 25,45 2,97 17-
ada perbedaan yang bermakna antara 30 30
sebelum dan sesudah dilakukan terapi Keterampilan 60,86 16,04 30- 62,76 20,07 30-
100 100
bermain terapi puzzle pada siswa kls 1 di
Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai rerata
SDN taman Sukaia 1 Kota Tangerang pada
pengetahuan sebelum adalah 57,59, dan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
Tabel 1
Perbandingan Nilai pengetahuan, sikap, pada kelompok intervensi 62,26. Nilai sikap
keterampilan pada kelompol intervensi
sebelum adalah 25,30 sedangkan nilai sikap
sebelum dan sesudah diberikan terapi
bermain puzzle sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
Variabel Pre-terapi bermain Puzzle Post-terapi bermain puzzlepada kelompok intervensi adalah 25,45.
Mean SD MinMax Mean SD MinMaxNilai rerata keterampilan sebelum adalah
Pengetahuan 62,26 21,56 20-100 84,19 11,77 60-100
60,86,
Sikap 25,32 2,97 16-30 27,00 2,69 20-30
sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
Keterampilan 60,32 15,91 30-95 89,84 12,21 60-100
pada kelompok intervensi adalah 62,76.
http://who.int/patientsafety/en/ diakses
pada 5 Desember 2018
Yulianti, Rani. (2008). Permainan yang
Meningkatkan Kecerdasan Anak.
Jakarta: Laskar Askara
Rini AT, et al. 2009. Karakteristik
Leukemia Limfoblastik Akut pada
Anak di Rumah Sakit Kanker
Dharmais 2000-2008.
http://indonesianjournalofcancer.or.id/e
journal/index.php/ijoc/article/view/122.
Diakses Oktober 2016
Saadadiyah N, Sartika D. 2015. Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dengan
Character Strength Orang Tua Dari
Anak Penderita Kanker Di Rumah
Cinta
Bandung.
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.p
hp/psikologi/article/view/1184.
Diakses Oktober 2016
PENGARUH BERMAIN PUZZLE GAMBAR CUCI TANGAN TERHADAP
KEMAMPUAN CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK
DHARMA WANITA TALOK DLANGGU
KABUPATEN MOJOKERTO
ABSTRAK
Anak usia empat sampai enam tahun telah mengalami tumbuh kembang baik
dari segi fisik motorik, emosi, kognitif, dan psikososial. Mereka akan melakukan
aktivitas yang menurut mereka menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh permainan puzzle terhadap kemampuan cuci tangan anak
prasekolah di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah eksperimental tipe analitik pra eksperimental
dengan pendekatan one group pretest - post test design. Variabel penelitian ini adalah
bermain puzzle sebagai variabel bebas dan kemampuan cuci tangan anak prasekolah
sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak prasekolah
di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu Kabupaten Mojokerto yang berjumlah 51 anak.
Sampel sebanyak 51 responden diambil dengan teknik total sampling. Data
dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi (check list) dan analisis data
menggunakan tabel silang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Februari - 19
Agustus. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
mencuci tangan yang baik, dari 0% menjadi 88,7%. Terjadi perubahan tingkat
kemampuan cuci tangan setelah diberikan permainan puzzle bergambar cuci tangan
kepada anak prasekolah. Pasalnya, gambar puzzle memperlihatkan urutan langkah-
langkah mencuci tangan agar anak dapat dengan mudah memahami dan dapat melatih
konsentrasi untuk meningkatkan daya ingat pada anak.
PENDAHULUAN
Anak usia empat sampai enam tahun tangan. Salah satu indikator dari
dapat dikatakan usia perkembangan. perilaku hidup bersih dan sehat
Anak mengalami tumbuh kembang (PHBS) adalah cuci tangan pakai
dari segi fisik motorik, emosi, sabun (M. Thobroni, 2011). Karena
kognitif, maupun psikososial. itu perlu diinformasikan kegiatan cuci
Mereka akan melakukan aktivitas tangan dapat berdampak besar pada
yang ia anggap menyenangkan kesehatan masyarakat di seluruh
dengan aktivitas anak. yang Indonesia (Notoatmodjo, 2010).
meningkat bisa terjadi kondisi anak Dalam perkembangan motorik halus
yang kotor sehingga harus dijaga ada hal yang harus diperhatikan, yaitu
kebersihannya dengan cara rajin cuci (gerakan reflex, waktu, dan
ketangkasan). Salah satu kegiatan
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 2
yang dapat merangsang kemampuan tanggal 25 Februari 2020 didapatkan
motorik halus anak ialah permainan
menyusun puzzle karena dapat
meningkatkan kemampuan berpikir
anak, anak akan tertarik bermain
sambil belajar, serta anak mampu
mengingat gambar (Beaty,
2014)dalam (Mulyani, 2018)).
ABSTRAK
Perilaku mencuci tangan pada Anak Usia Sekolah saat ini masih sangat rendah, sehingga
berisiko terjadinya diare karena kuman yang dibawa menyebabkan pathogen baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sehingga dibutuhkan metode promosi yang tepat untuk
meningkatkan pengetahuan tentang perilaku mencuci tangan yang tepat, salah satunya melalui
metode permainan puzzle. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan
rancangan one-group pre-post test design yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan media puzzle terhadap perilaku hand higyene pada anak
usia sekolah di SD Kristen Waru Waipia. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1
dan 2 di SD Kristen Waru Waipia dengan sampel berjumlah 31 responden yang akan
diobservasi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle.
Instrument dalam pengumpulan data berupa lembar observasi. Proses intervensi menggunakan
protocol intervensi pendidikan kesehatan dengan media puzzle. Uji statistic yang digunakan
yakni Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan
dengan media puzzle hampir semua responden berjumlah 27 responden dari total 31
responden (95%) tidak mampu mendemonstrasikan teknik 6 langkah Hand Higyene dengan
baik dan benar, sedangkan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle
responden yang mampu mendemonstrasikan teknik 6 langkah Hand Higyene yang baik dan
benar berjumlah 30 responden (96.77%). Analisis pengaruh didapatkan p=0,000 yang berarti
ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan Hand Higyene
pada anak usia sekolah di SD Kristen Waru Waipia.
Kata kunci: anak usia sekolah; hand higyene; pendidikan kesehatan; media puzzle
ABSTRACT
Hand washing behavior in School Age Children is still very low, so the risk of diarrhea is
because the germs that are brought on cause pathogens both directly and indirectly. So we need
the right promotional methods to increase knowledge about proper hand washing behavior, one
of them is through the puzzle game method. This study used a pre-experimental design with a
one-group pre-post test design aimed to identify the effect of health education using puzzle
media on hand hygiene behavior in school-age children in Waru Waipia Christian Elementary
School. The population of this study was all students of grade 1 and 2 at Waru Wiapia Christian
Elementary School with a sample of 31 respondents who were observed before and after being
given health education with puzzle media. Instrument in data collection in the form of
observation sheet. The intervention process uses a health education intervention protocol with
puzzle media. The statistical test used is Wilcoxon. The results showed that before getting health
education with puzzle media, almost all respondents numbered 27 respondents from a total of
209
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 209 – 214, Mei 2020
Global Health Science Group
31 respondents (95%) unable to demonstrate the 6-step Hand Higyene technique properly and
correctly, whereas after getting health education with puzzle media respondents were able to
demonstrate the technique The 6 steps of good and correct Hand Higyene are 30 respondents
(96.77%). Analysis of influence obtained P = 0,000 which means there is an effect of health
education with puzzle media on the ability of Hand Higyene in school-age children in Waru
Waipia Christian Elementary School.
Keywords: health education; hand higyene; school age childre; puzzle games
210
sulit untuk dieliminasi. Untuk jumlah adalah hand hygiene sebagai variable
angka kesakitan di Ambon pada tahun dependen dan permainan puzzle sebagai
2015 yaitu 3.110 orang dengan kasus variable independen.
akibat infeksi cacing, dan 2.287 orang
dengan kasus diare. Pada kasus Instrument dalam penelitian ini
tersebut, lebih banyak terjadi di menggunakan lembar observasi yang
kalangan anak-anak, terutama anak usia menggambarkan tingkat aktivitas
sekolah (Profil Kesehatan Kota Ambon, permainan edukatif dan pengetahuan
2015). siswa/siswi dalam cara mempraktekkan
cara Hand Higiene dengan baik dan
Hasil observasi peneliti, perilaku hand benar. Observasi dilakukan dengan
hygiene pada siswa SD Kristen Waru melakukan pengamatan dan pencatatan
masih sangat kurang, ditandai dengan mengenai permainan edukatif dan cara
perilaku siswa yang tidak mencuci mempraktekan Hand Hygiene dengan
tangan saat mengkosumsi jajanan. baik dan benar. Pada lembar observasi
Siswa tidak memahami tentang teknik terdapat 6 item pertanyaan, yang diisi
mencuci tangan dengan baik dan benar oleh peneliti dengan jawaban Ya
sehingga sangat berisiko terjadinya dengan bobot skor 1 dan tidak dengan
penyakit. Hasil wawancara yang skor 1-6. Jadi total skor yang diperoleh
dilakukan dengan Kepala Sekolah, terendah 1 dan tertinggi 6. Sedangkan
didapatkan sebanyak 3 sampai 4 siswa pelaksanaan teknik hand hygiene
yang harus absen karena mengalami diobservasi sebelum dan sesudah
diare. Namun tidak tahu apa penyebab intervensi dilakukan. Setiap variabel
sehingga siswanya mengalami diare. dianalisis dengan menggunakan uji
Sejauh ini Puskesmas dalam program statistik paired–test, namun didapatkan
UKGS yang dilakukan setiap bulannya data tidak berdistribusi normal sehingga
memberi dampak bagi pengetahuan dilanjutkan dengan uji wilcoxon signed
siswa karena hanya dengan metode rank test dengan tingkat kemaknaan
ceramah tanpa melakukan simulasi 0,05
ataupun menggunakan metode yang
lebih menarik bagi siswa. Berdasarkan HASIL
fenomena tersebut, maka perlu untuk Tabel 1 , usia responden terbanyak
melakukan penelitian tentang berada pada usia 7 tahun, berjenis
efektifitas metode puzzle untuk kelamin laki-laki. Tabel 2, hasil uji
meningkatkan perilaku hand hygiene normalitas Shapiro wilk, didapatkan
siswa di SD Kristen Waru Waipia. nilai signifikansi untuk tingkat
keterampilan 6 Langkah Hand higyene
METODE pre test 0.000 dan tingkat keterampilan
Desain Penelitian ini adalah Quasi 6 Langkah Hand higyene Post test
Eksperimen dengan pendekatan One adalah 0.000. Dimana nilai signifikansi
group pre-post test design. Sampel p < α (0.05) sehingga dapat
dalam penelitian ini adalah siswa SD disimpulkan bahwa data tidak
Kristen Waru Waipia kelas 1 dan 2 terdistribusi normal, maka uji statistic
yang berjumah 31 orang yang dipilih yang akan digunakan dalam penelitian
dengan menggunakan teknik total ini adalah uji nonparametric test
sampling. Variable dalam penelitian ini Wilcoxon.
Tabel 1.
Karakteristik Responden (n=31)
Karakteristik f %
Usia
6 8 25.8
7 13 41.9
8 10 32.3
Karakteristik
Laki-laki 23 74.2
Perempuan 8 25.8
Table 2.
Uji Normalitas Data
Variable Shapiro Wilk n Keterangan
Keterampilan Hand Higyene Pretest 0.000 31 Tidak normal
Keterampilan Hand Higyene Posttest 0.000 Tidak normal
Tabel 3.
Hasil uji wilcoxon Sebelum dan Sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
menggunakan media puzzle terhadap perilaku hand higyene
n Mean Sd Z P-value
Keterampilan Hand Higyene Pretest 31 3,06 0,442
-5156 0,000
Keterampilan Hand Higyene Postest 31 5,97 0,180
Ni Wayan Yati Agustian Dewi, Francisca Shanti Kusumaningsih, Ni Luh Putu Yunianti
Suntari
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Email: agustiandewi97@yahoo.com
ABSTRAK
Anak-anak prasekolah mudah menderita penyakit terkait kebersihan. Penyakit ini bisa dicegah dengan
membentuk kebiasaan mencuci tangan dengan sabun. Anak-anak perlu diberikan pendidikan kesehatan cuci
tangan dengan media puzzle dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perilaku
mencuci tangan anak dengan sabun antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan setelah
pendidikan kesehatan melalui media puzzle. Penelitian ini adalah eksperimen Quasy yang dilakukan di dua
tempat, PAUD Widya Kusuma sebagai kelompok perlakuan dan PAUD Bina Mekar sebagai kelompok kontrol.
Sampel dari penelitian ini adalah 24 dari setiap kelompok. Teknik pengambilan sampel adalah Probability
Sampling dengan Cluster / Area Sampling. Penelitian ini dilakukan lebih dari enam kali intervensi pada 11 April
hingga 2 Mei 2015. Pada kedua kelompok dilakukan pre-test dan post test dengan pedoman lembar observasi.
Hasil pretest adalah 24 dari masing-masing kelompok berada dalam kategori kurang perilaku mencuci tangan
dengan sabun. Setelah intervensi, hasil post test adalah 24 anak-anak dari kelompok kontrol berada dalam
kategori kurang tetapi tidak untuk kelompok perlakuan, 24 anak-anak berada dalam kategori perilaku mencuci
tangan yang cukup baik dengan sabun. Nilai hasil Uji Mann-Whitney adalah p = 0,000, p <0,05 berarti bahwa
ada perbedaan perilaku mencuci tangan dengan sabun antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah
intervensi.
Kata kunci: mencuci tangan dengan sabun, pendidikan kesehatan dengan media puzzle anak prasekolah
ABSTRACT
Preschool children are easy to suffer disease related hygiene. This disease can be prevented by forming the
habit of handwashing with soap. Children need to be given handwashing health education with puzzle media in
this study. This study aims to analyze the differences of handwashing children behaviour with soap between the
control group and the treatment group given after health education through puzzle media. This study was a
Quasy experimental which be performed in two places, PAUD Widya Kusuma as a treatment group and PAUD
Bina Mekar as a control group. Samples from this study were 24 of each group. Sampling technique was
Probability Sampling with Cluster/Area Sampling. This study was conducted over six times intervention on April
11 to May 2, 2015. In both groups performed pre-test and post test with guidelines observation sheet. The
pretest result was 24 of each group are in less category of handwashing behaviour with soap. After intervention,
the post test result was 24 children from control group were in less category but not for treatment group, 24
children were in rather good category of handwashing behaviour with soap. Mann-Whitney Test results value
was p = 0.000, p < 0.05 means that there was difference in the handwashing behaviour with soap between
control and treatment groups after intervention.
Keywords : handwashing with soap, health education with puzzle media preschool children
dari 27% populasi penduduk dunia berhubungan dengan hygiene (Potter &
(Hansroling, 2014). Laju pertumbuhan Perry, 2006).
penduduk di Indonesia mencapai 1,49% Hasil Riset Kesehatan Dasar
atau 4,5 juta jiwa per tahun yang (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
berimplikasi pada peningkatan jumlah bahwa ISPA dan diare masih ditemukan
anak usia prasekolah di Indonesia dengan presentase tinggi pada anak usia
(Departemen Kesehatan RI, 2010). Data lima hingga enam tahun yaitu 43% dan
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 16%. Bali adalah provinsi yang menduduki
menunjukkan bahwa jumlah penduduk peringkat keenam kejadian diare di
Indonesia tahun 2010 adalah 234.181.400 Indonesia (Kemenkes RI, 2011).
jiwa, dimana 8.269.856 jiwa adalah anak Berdasarkan data Dinas Kesehatan
usia prasekolah. Di Bali, anak usia Provinsi Bali tahun 2012 diperoleh kasus
prasekolah tahun 2010 berjumlah 113.051 penyakit yang paling tinggi adalah diare
jiwa (BPS, 2010). dan menyerang anak usia prasekolah yaitu
Anak usia lima sampai enam tahun 7.975 anak. Gianyar berada di peringkat
digolongkan sebagai anak usia prasekolah. pertama kejadian ISPA dengan jumlah
Pada masa ini dikatakan sebagai masa 83.207 jiwa dan angka kejadian diare di
emas (golden age) perkembangan. Seorang Gianyar juga besar yaitu 10.758 jiwa
individu pada masa ini akan mengalami (Dinkes, 2013).
tumbuh kembang yang sangat pesat baik Penyakit pada dasarnya ditimbulkan
dari segi fisik motorik, emosi, kognitif, oleh empat faktor, yaitu lingkungan (30%),
maupun psikososial, juga perkembangan perilaku (40%), genetic (20%), akses pada
anak berlangsung secara holistik atau tempat pelayanan kesehatan (10%)
menyeluruh (Martuti, 2008). (Bararah, 2011). Berdasarkan data tersebut
Anak usia lima sampai enam tahun perilaku adalah penyebab terbesar
memiliki rentang usia yang sangat timbulnya suatu penyakit, sehingga
berharga dibandingkan usia-usia penting untuk meningkatkan perilaku
selanjutnya karena perkembangan kesehatan anak. Salah satu program
kecerdasan yang sangat pesat. Usia penting yang berkaitan dengan
prasekolah ini merupakan fase kehidupan menurunkan kasus penyakit menular
yang unik, dan berada pada masa proses adalah dengan cuci tangan pakai sabun.
perubahan berupa pertumbuhan, Anak usia lima hingga enam tahun sudah
perkembangan, pematangan dan mulai dapat diajarkan untuk menggunakan
penyempurnaan, baik pada aspek jasmani aturan-aturan untuk memahami penyebab,
maupun rohaninya yang berlangsung seperti sebelum makan agar anak tidak
seumur hidup, bertahap, dan sakit perut, anak dapat diajarkan perilaku
berkesinambungan (Mulyasa, 2012). cuci tangan pakai sabun (Potter & Perry,
Masa prasekolah adalah masa yang 2006).
paling penting dalam proses pembentukan Cuci tangan pakai sabun terbukti
dan pengembangan kepribadian baik dalam merupakan hal yang paling mudah untuk
aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika- mencegah penyakit dan merupakan strategi
moral, sehingga menjadi orang yang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
bertanggung jawab untuk diri sendiri (STBM) yang tertuang dalam surat
maupun sosial masyarakat (Zain, 2010). keputusan Menteri kesehatan RI No.
Anak mulai mengkoordinasikan otot-otot 852/SK/Menkes/IX/2008. Perilaku cuci
untuk berlari, berguling, maupun tangan pakai sabun (CTPS) khususnya
melompat. Pada fase ini rasa ingin tahu setelah kontak dengan feses ketika ke
dan minat anak bereksplorasi terhadap jamban dan membantu anak ke jamban,
lingkungan semakin meningkat sehingga dapat menurunkan insiden diare hingga 42-
anak rentan menderita penyakit yang
47% dan menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30% (Lyer, 2005).
Volume 7, Nomor 1, April 14
2019
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298
media puzzle sebanyak 6 kali dalam tiga kesehatan diperoleh dengan mengisi
minggu. Prosedur pelaksanaan yaitu anak- lembar observasi perilaku cuci tangan
anak dijelaskan terlebih dahulu mengenai pakai sabun anak prasekolah. Hasil
tujuan dan prosedur, kemudian pengukuran tingkat perilaku cuci tangan
memperkenalkan media kepada anak, yaitu pakai sabun anak pada kelompok kontrol
puzzle yang bergambar cuci tangan yang (PAUD Bina Mekar) sebelum diberikan
benar. Anak-anak dibagikan puzzle dan pendidikan kesehatan dengan media
meminta anak untuk memasang kepingan- puzzle, seluruh anak berada pada kategori
kepingan puzzle. Setelah puzzle terpasang, perilaku cuci tangan kurang baik, yaitu
meminta anak untuk mempraktikkan yang dengan jumlah 24 anak (100%). Begitu
ada pada gambar puzzle tersebut. Anak- pula pada kelompok perlakuan (PAUD
anak kemudian diberikan pengetahuan Widya Kusuma) dari 24 anak, seluruh anak
tentang manfaat cuci tangan dan waktu (100%) berada pada kategori perilaku cuci
yang tepat untuk cuci tangan. Seluruh anak tangan yang kurang baik.
diajak melakukan simulasi cuci tangan Terjadi perbedaan perilaku cuci
pakai sabun yang benar. Setelah data tangan pakai sabun anak antara kelompok
terkumpulkan, maka data di deskripsikan kontrol dan perlakuan setelah diberikan
dan diberikan skor sesuai kategori perilaku pendidikan kesehatan dengan media
cuci tangan menggunakan tiga kategori, puzzle. Perbedaan itu terlihat dimana,
yaitu; kategori kurang baik (skor 1-3), setelah diberikan pendidikan kesehatan
kategori cukup baik (skor 4-7), dan dengan media puzzle pada kelompok
kategori baik (8-12). Selanjutnya data perlakuan, seluruh anak yang berjumlah 24
tersebut ditabulasikan, data dimasukkan anak di kelompok tersebut berada pada
dalam tabel frekuensi dan kategori perilaku cuci tangan yang cukup
diinterpretasikan. Untuk menganalisis baik. Sedangkan pada kelompok kontrol
perbedaan perilaku cuci tangan pakai anak-anak tidak mendapatkan pendidikan
sabun anak antara kelompok kontrol dan kesehatan dengan media puzzle dan
kelompok perlakuan setelah diberikan mendapatkan hasil bahwa seluruh anak (24
pendidikan kesehatan dengan media puzzle anak) masih tetap berada pada kategori
maka digunakan uji statistic Mann- perilaku cuci tangan yang kurang baik.
Whitney Test dengan tingkat signifikansi p Uji statistik perbedaan perilaku
≤ 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. cuci tangan pakai sabun pada kelompok
kontrol dan perlakuan setelah diberikan
HASIL PENELITIAN pendidikan kesehatan dengan media puzzle
Penelitian terhadap perilaku cuci tangan digunakan Mann Whitney Test. Hasil uji
pakai sabun anak usia prasekolah (5-6 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
tahun) sebelum diberikan pendidikan
Tabel 1.
Perbedaan perilaku cuci tangan pakai sabun pada kelompok kontrol dan perlakuan setelah
Perilaku cuci tangan Mann-Whitney U Z Asymp. Sig. (2-tailed)
pakai sabun ,000 -6,856 ,000
diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle (n= 24)
tidak mengalami perubahan perilaku dan masih tetap berada pada kategori perilaku
cuci tangan kurang baik.
PEMBAHASAN
Sebelum diberikan pendidikan media puzzle, semua responden yaitu 24
kesehatan dengan media puzzle seluruh anak mengalami peningkatan perilaku cuci
anak prasekolah yang berusia lima sampai tangan pakai sabun prasekolah. Sedangkan
dengan enam tahun di PAUD Widya pada kelompok kontrol tidak terjadi
Kusuma berada pada kategori perilaku peningkatan perilaku cuci tangan pakai
kurang baik untuk melakukan cuci tangan sabun, dimana 24 responden tetap berada
pakai sabun. Begitu pula di PAUD Bina dalam kategori kurang baik.
Mekar seluruh anak berada pada kategori Pada uji Mann-Whitney U
perilaku kurang baik dalam melakukan didapatkan Asymp. Sig. (2-tailed) dari
cuci tangan pakai sabun. Seluruh anak perilaku cuci tangan pakai sabun anak
yang berada pada kategori perilaku cuci prasekolah yaitu p=0,000 yang
tangan yang kurang baik kemungkinan menunjukkan p lebih kecil dari 0,05 yang
karena kurangnya pengetahuan yang berarti bahwa terdapat perbedaan perilaku
dimiliki anak mengenai cuci tangan yang cuci tangan pakai sabun antara kelompok
benar. Pihak PAUD seperti guru-guru telah kontrol dan perlakuan setelah diberikan
mengingatkan anak untuk mencuci tangan pendidikan kesehatan dengan media
dengan menggunakan sabun, dan juga puzzle. Menurut Fitriani tahun 2011, pada
telah menyediakan sarana sabun untuk anak usia prasekolah perilaku kesehatan
mendukung cuci tangan pakai sabun anak. dapat dibentuk melalui cara menumbuhkan
Namun upaya yang dilakukan oleh pihak pengertian, kebiasaan, dan penggunaan
PAUD tersebut masih sangat kurang, model sehingga dapat dibentuk perilaku
dimana dapat terlihat bahwa tidak adanya kesehatan sesuai dengan harapan.
upaya khusus seperti pemberian Pembentukan perilaku melalui pembiasaan
pendidikan kesehatan kepada anak-anak. dan pengembangan kemampuan dasar
Pendidikan kesehatan mengenai mencuci merupakan fokus pengembangan pada
tangan yang benar akan menstimulus anak anak usia tersebut. Pendidikan kesehatan
untuk mau dan mampu melakukan merupakan salah satu cara menumbuhkan
perubahan perilaku cuci tangan pakai pengertian kepada anak untuk mengubah
sabun yang benar. Oleh karena pendidikan perilaku. Pentingnya pendidikan kesehatan
kesehatan yang kurang menyebabkan tersebut dibuktikan dalam penelitian yang
anak-anak tidak mendapatkan pengetahuan dilakukan oleh Susilaningsih (2013) yang
yang lengkap mengenai pentingnya cuci berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
tangan dengan menggunakan sabun Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa
sehingga tidak adanya antusias anak untuk Sekolah Dasar”. Penelitian tersebut
mencuci tangan dengan menggunakan dilakukan di SD 1 Gonilan dengan 36
sabun. responden yang mendapatkan hasil bahwa
Setelah diberikan perlakuan berupa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
pendidikan kesehatan dengan media puzzle perilaku cuci tangan anak melalui
selama enam kali dalam tiga minggu pendidikan kesehatan.
kemudian dilakukan pengisian lembar Dalam mengajarkan anak usia
observasi dan memperoleh hasil terjadinya prasekolah untuk mencuci tangan
peningkatan perilaku pada kelompok diperlukan media yang tepat sehingga
perlakuan tersebut (PAUD Widya dapat mengubah perilaku (Fitriani, 2011).
Kusuma). Pada kelompok perlakuan yang Salah satu media yang bisa digunakan
diberikan pendidikan kesehatan dengan adalah media puzzle untuk meningkatkan
minat anak sehingga pesan tersampaikan.
Hal ini didukung juga oleh penelitian yang
ABSTRAK Pendahuluan: Menurut data WHO (2013), angka kejadian diare masuk daftarpenyebab
kematian terbesar Dunia yaitu 1,5 juta atau 2,7% dari kematian diseluruh dunia disebabkan
oleh diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media video terhadap pengetahuan dan sikap anak dalam pencegahan penyakit diare.
Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
penelitian Pre experiment Desaign dengan rancangan One Present-Postest Group Design.
Dimana penelitian ini hayanya menggunakan 1 kelompok saja tanpa kelompok pembanding.
Responden adalah siswa/i kelas IV dan V MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin Bogor yang
berjumlah 31 orang yang diambil menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan dan sikap pretest dan postest. Hasil
penelitian: didapatkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan 20
responden pengetahuan kurang (64,5%) dan responden memiliki pengetahuan cukup 11
responden (35,5%). Sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan dari 31 responden
memiliki sikap kurang yaitu 29 responden (93,5%) sifat baik 2 responden (6,5%). Hasil
analisa statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon diperoleh P-value = 0,000 <α = 0,05
maka Ha diterima artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video
terhadap pengetahuan dan sikap anak dalam pencegahan penyakit diare di MI Nurul Hidayah
tamansari Rumpin Bogor. Saran dari penelitian ini diharapkan institusi dapat memberikan
pengetahuan dan sikap yang menjadikan bahan pembelajaran dalam melalukan pendidikan
kesehatan.
ABSTRACT According to WHO (2013), the number of diarrhea one of the listed disease of causing death
the biggest in the world, that was 1,5 millions or 2,7% of death caused by diarrhea. The
purpose of the research was to find out the influence of health video with video media to
children knowledge and attitude in preventing diarrhea. This method of the research was
quantitative research by using pre-experiment research design with One Pre-test-Post-test
design in which the research used only one group without the comparing group. Respondent
of the research was the fourth and the fifth grade of Students of Nurul Hidayah MI Tamansari
Rumpin, Bogor which numbered 31 people taken by using total sampling. Instrument used in
this research was knowledge questionnaires and pre-test and post-test attitude. Of the result
of research was found that the knowledge level before being given health education 20
respondents had less knowledge (64,5%) and respondent who had enough knowledge 11
respondents (35,5%). Attitude before being given health education, from 31 respondents,
those who have less attitude was 29 respondents (93,5%), good attitude 2 respondents (6,5%).
The result of statistical test by using Wilcoxon test was found p-value = 0,000 <α = 0,05,
thus Ha was accepted meaning there is influence of health education with media video to the
children’s knowledge and attitude in preventing diarrhea in Nurul Hidayah MI, Taman sari
Rumpin, Bogor. Suggestion from this research that institution can give knowledge and
attitude that become the materials of teaching- learning in doing health education.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, dengan menggunakan desain
penelitian Pre Experiment Desaign dengan
rancangan One Pretest-Postest Group
Design. Dimana pada penelitian ini hanya
menggunakan 1 kelompok saja tanpa
kelompok pembanding (Sugiono, 2016).
Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul
Hidayah Tamansari Rumpin Bogor.
Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 121
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, Analisa Univariat
2017). Populasi dalam penelitian ini adalah anak
sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 yang belum Diagram Pai 1. Distribusi frekuensi usia responden
pernah dilakukan pendidikan kesehatan yang di MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin Bogor.
berjumlah 31 anak.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan Usia
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel penelitian ini
6,50%
adalah seluruh responden yaitu anak kelas 4 dan 9,70%
Tahun
kelas 5 MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin 16,10%
Tahun
Bogor dengan teknik Tahun
pengambilan sampel menggunakan 41,90%
25,80% Tahun
total sampling, menurut Arikuto dalam 14 Tahun
Maemunah (2019). Jika sampel kurang dari
100 maka seluruh anggota populasi
dijadikan sampel (sampel jenuh / total
sampling).
Teknik Pengumpulan Data: Mengajukan Diagram diatas responden berjumalah 31
surat izin ke ketua STIKes Widya Dharma responden, menunjukan hampir setengahnya
Husada Tangerang. Setelah surat izin (26- 49%) responden di MI Nurul Hidayah
dikeluarkan dari Ketua STIKes Widya Dharma Tamansari Rumpin Bogor berusia 12 tahun
Husada di dapatkan maka peneliti mengajukan (41.94%) dengan usia minimumnya yaitu 9
izin penelitian ke Kepala Sekolah dan wali kelas tahun dan paling maxsimumnya 14 tahun.
MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin Bogor.
Selanjutnya, setelah izin didapatkan dari Kepala Diagram Pai 2. Distribusi frekuensi jenis kelamin
responden di MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin
Sekolah MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin
Bogor
Bogor peneliti melakukan pengambilan data.
Analisa Data: Analisa univariat bertujuan Jenis Kelamin
dengan menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan 54,50% 35,50% Laki-laki
analisa distribusi frekuensi responden Perempuan
berdasarkan variabel penelitian yang diteliti,
data ditampilkan dalam bentuk distribusi dari
berbagai variabel yang diteliti dan selanjutnya
dilakukan interprestasi secara deskriptif. Analisa
bivariat untuk mengetahui ada tidaknya Diagram diatas menunjukan frekuensi
pengaruh antara variabel independen dengan jenis kelamin dari keseluruhan responden dalam
variabel dependen, variabel dependen yaitu penelitian ini. Responden lebih dari setengahnya
pengetahuan dan sikap anak dalam pencegahan (51-74%) dilihat dari diagram diatas adalah
penyakit diare sebagai variabel independen perempuan sebesar 20 orang (54,50%)
pendidikan kesehatan dengan media video. sedangkan laki – laki sebanyak 11 orang
Analisa data yang digunakan dalam penelitian (35.48%).
ini adalah uji statistik non parametrik yaitu Uji
Wilcoxon. Tabel 1. Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan
Pendidikan kesehatan dengan video
pendidikan Ti n
Hasil Penelitian kesehatan dengan ng
Hasil penelitian ini mengenai pengaruh media video ka
terhadap t
pe
pengetahuan ng
sikap dalam et
ah
ua
Kurang 29 93,5%
Pengetahuan
Total 31 1,000 100%
sesudah hari
B 2 dan ke 4
e Sikap 1,000
r sesudah hari
d 2 dan ke 4
a Pengetahuan 1,000
s
sesudah hari
a
4 dan ke 6
r
Sikap 1,000
k
sesudah hari
a
n 4 dan ke 6
t
a
b
e
l
d
i
s
t
r
i
b
f d
r e
e n
k g
u a
e n
n
s v
i i
d
s e
i o
k
a d
p a
r
s i
e
b 3
e 1
l
u r
m e
s
d p
i o
n
b d
e e
r n
i
k d
a i
n d
a
p p
e a
n t
d k
i a
d n
i
k h
a a
n m
p
k i
e r
s
e s
h e
a l
r p
e a
d
s
a
p
o h
n a
d r
e i
n
k
a e
t
a 2
u ,
4
(
6 d
a
,
n
5
% 6
)
. s
e
T s
a u
b d
e a
l h
Rohana1, Arbianingsih1
Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Abstrak
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak diberbagai negara yang sedang berkembang, setiap tahun
diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia. Salah satu upaya untuk
menekan angka kejadian diare pada anak-anak dengan memberikan
pengetahuan/pendidikan kesehatan untuk selalu menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Jenis penelitian ini adalah pra-eksperiment design dengan rancangan pre-test
dan post-test. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling
dengan jumlah responden 80 orang. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan
dianalisis menggunakan uji statistik wilcoxon dengan tingkat kemaknaan ρ< α =
0,05.
Hasil analisis dengan uji statistik wilcoxon didapatkan ada pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang pencegahan
penyakit diare pada anak usia pra sekolah yaitu dengan nilai koefisien z sebesar
-8,374 dan nilai p value < 0,001.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan terhadap
pengetahuan anak usia pra sekolah antara sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit diare. Hal ini di sebabkan
karena siswa telah mendapatkan pelajaran dalam bentuk pendidikan kesehatan
sehingga terjadi suatu proses belajar dimana sesuatu yang tidak tahu berubah
menjadi tahu.
Keywords:
Pendidikan Kesehatan, Media Video, Pengetahuan Pencegahan Diare
I. PENDAHULUAN
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya
nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, di sertai perubahan tinja
menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Apabila pada diare pengeluaran
cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh, maka akan terjadi
dehidrasi (Yusuf, 2011).
pemutaran video ini, materi mengenai pencegahan diare yang ingin disampaikan dari
pendidikan kesehatan ini akan lebih mudah diterima oleh anak-anak.
Jumlah Persentase
(f) (%)
4 30 37,5
5 42 52,5
6 8 10
Total 80 100
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 4.2 Karakteristik responden data kuantitatif siswa TK Minasa Upa berdasarkan
jenis kelamin pada Maret 2015 (n=80)
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(f) (%)
Perempuan 51 63,7
Laki-laki 29 36,3
Total 80 100
Sumber : Data Primer, 2015
2. Analisi Univariat
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pre Test & Post Test Pengetahuan Pencegahan Diare
Siswa TK Minasa Upa pada Maret 2015 (n=80)
Kategori Pre test Post test
Baik - 78,7%
Cukup 17,5% 21,3%
Kurang 82,5% -
3. Uji Normalitas
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data
P value Distribusi
data
Sebelum 0,000 Tidak
normal
Sesudah 0,000 Tidak
normal
Sumber : data Primer
4. Uji Bivariat
Tabel. 4.5 Perbedaan Pengetahuan Pencegahan Diare Sebelum Dan Sesudah
Pemberian Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Video
Pengetahuan Median
Nilai
(Minimum- p
Maksimum)
Pre test 2,00 (1-3)
Post test 4,00 (3-4) 0,000
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapat hasil pre-test tingkat pengetahuan siswa tentang
pencegahan diare adalah 17,5% siswa sudah memiliki pengetahuan yang cukup
tentang pencegahan diare dan masih terdapat 82,5% siswa yang memiliki pengetahuan
yang kurang tentang pencegahan diare.
Minasa Upa. Hal ini sesuai dengan teori menurut WHO yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2003) bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan
adalah dengan pemberian informasi yang dapat dilakukan dengan penyuluhan. Sesuai
dengan teori (George Pckett & John J. Hanlon, 2005) keberhasilan penyuluhan tidak
lepas dari 3 faktor yang mempengaruhi penyuluhan itu sendiri, yang pertama
kapabilitas seorang penyuluh, kedua yaitu dari murid-murid itu sendiri dan ketiga
adalah proses dalam pendidikan kesehatan itu sendiri adalah proses membantu
seseorang dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif , untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi
kesehatan pribadinya dan orang lain.
Pada dasarnya pendidikan kesehatan merupakan suatu proses
pendidikan/belajar-mengajar dimana ada sasaran sebagai siswa dan pemberian
informasi sebagai guru. Untuk meningkatkan pengetahuan anak pra sekolah di
anjurkan kepada pihak sekolah berkumpul seperti ketika sedang bermain di luar
ruangan diberikan pendidikan kesehatan, dengan demikian pengetahuan anak-anak pra
sekolah tidak hanya lewat proses belajar mengajar di dalam kelas tapi bisa juga di luar
kelas serta dari pengalaman, dan dengan menyediakan fasilitas serta media pendidikan
kesehatan berupa poster agar anak-anak murid dapat mencegah penyakit.
Pemberian pengetahuan yang di sampaikan melalui pendidikan kesehatan akan
membawa dampak terjadinya peningkatan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi
tahu, sehingga dengan dilakukannya pendidikan kesehatan secara tatap muka atau face
to face maka pendidikan kesehatan akan mudah diterima oleh anak.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dimana, terdapat adanya pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan anak pra sekolah terhadap pencegahan
penyakit diare di TK Minasa Upa, dimana tingkat pengetahuan anak pra sekolah
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit diare sebagian
besar masih kurang. Sedangkan tingkat pengetahuan anak pra sekolah setelah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit diare mengalami
peningkatan dibanding sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Dan Terjemahannya. 2006. Departemen Agama RI. PT. Karya
Depkes. 2010. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)Dapat Menurunkan Insiden
Diare, http://www.depkes.go.id. Di akses 08 januari 2015
Ernawati. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Tentang Diare Pada Anak Jalanan Di Semarang. Jurnal.
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati, 2002
ABSTRAK
Pendahuluan: Perilaku hidup bersih dan sehat disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat
dilakukan melalui pendidikan kesehatan itu sendiri. Salah satu cara pendidikan kesehatan dengan cara
ceramah dengan alat – alat bantu pengajaran, misal makalah singkat, slide, sound system, pemutaran
video dan dapat menguasai sasaran. Metode: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan dengan metode pemutaran video tentang perilaku hidup bersih dan sehat cuci
tangan terhadap pengetahuan dan sikap siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre
eksperimental dengan rancangan one group pre-test-post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VI SD, menggunakan teknik sampling jenuh. Analisa data menggunakan uji beda
Wilcoxonyang sebelumnya dilakukan uji normalitas kolmogorov-Smirnov. Hasil: Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode pemutaran video terhadap
pengetahuan dan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat cuci tangan. Diskusi: Hasil
penelitian direkomendasikan pada pengelola SD dapat membuat kebijakan yang lebih bersifat upaya
promotif dan preventif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Kata kunci: Perilaku, Hidup bersih sehat, Pemutaran video tentang perilaku hidup bersih dan sehat
cuci tangan
ABSTRACT
Introduction: Behavior Clean and healthy school is an absolute necessity and can be done through
health education itself. One way of health education by way of lectures with teaching aids, such as
brief papers, slides, sound system, video playback and can master the target. Methods: The purpose of
this study was to investigate the effect of health education with video playback methods on clean and
healthy living behaviors of handwashing of students' knowledge and attitudes. This research used pre
experimental pre-test-post-test. The population in this study is the students of grade VI SD, using
saturated sampling technique. Data analysis using different test Wilcoxonyang previously tested the
normality kolmogorov-Smirnov. Results: The results showed that there was an effect of health
education with video playback methods to students' knowledge and attitude about clean and healthy
life behavior of hand washing. Discussion: The results of the study recommended in elementary
school managers can create policies that are more promotive and preventive efforts on matters relating
to clean and healthy life behavior.
Keywords: Behavior, Clean Healthy Living, Video Playback methods on clean and healthy living
behaviors of handwashing
1
Jurnal Keperawatan Volume 7 No 2, Hal 1 - 5, September 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
2
13 Apakah dampak tidak cuci 27 10 Tabel 3
. tangan memakai sabun akan (90) (10) Distribusi frekuensi pengaruh pendidikan
dapat terserang penyakit kesehatan dengan metode Pemutaran Video
seperti batuk, seak nafas, pilek terhadap Pengetahuan tentang PHBS Cuci
dll?
Tangan (n=30).
14 Apakah setelah cuci tangan 29 1
. bisa mengurangi dampak (90) (3,3) Katagori Baik Kurang P
penyakit diare? value
Sebelum
15 Apakah cuci tangan itu 100 0 (0) 10 20
pendidikan
. penting bagi kesehatan? (100)
16 Apakah setelah cuci tangan 100 0 (0) kesehatan
. harus cuci tangan? (100) Sesudah 16 14 0,046
17 Apakah perlu setelah buang 28 2 diberikan
. air kecil melakukan cuci (93,3)
(6,6) pendidikan
tangan?
18 Apakah setelah memegang 27 3 (10)
kesehatan
. hewan perlu kita cuci tangan? (90) Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa
19 Apakah menggunakan tisu 18 12 perbandingan pengetahuan sebelum dan setelah
. basah sama dengan cuci (60) (40) pendidikan kesehatan terdapat 20 responden yang
tangan? memiliki pengetahuan kurang dan setelah
Berdasar tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa dilakukan pemutaran video terdapat 16
tingkat pengetahuan tertinggi pada kuesioner responden dengan pengetahuan baik.
setelah pemutaran video yaitu 30 (100%) pada Berdasarkan hasil uji Wilcoxon didapatkan p
nomor 1, pada nomor 4 jumlah 30 (100%) dan value 0,046 (p < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha
nilai terendah sebelum pemutaran video yaitu diterima, dengan demikian disimpulkan bahwa
14 (46,6%) pada nomor 3, pada nomor 19 ada pengaruh antara sebelum dan setelah
jumlah 18 (60%) diberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan
sebelum dan setelah diberikan pendidikan
Tabel 2 kesehatan terdapat ada perbedaan dikarenakan
Distribusi Frekuensi Responden pendidikan kesehatan yang diperoleh responden
Berdasarkan Sikap antara hasil sebelum dan dibandingkan setelah pendidikan kesehatan
sesudah, Pemutaran Video Kendal (n=30) pengetahuanya bertambah baik.
Katagori Sebelum Sesudah
f % f % b. Sikap cuci tangan sebelum dan sesudah
Kurang 20 66,7 15 50,0 pendidikan kesehatan
Baik 10 33,3 15 50,0 Tabel 4
Distribusi frekuensi pengaruh pendidikan
Total 30 100 30 100
kesehatan dengan metode Pemutaran Video
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sikap
terhadap Sikap tentang PHBS Cuci Tangan
responden sebelum diberikan pendidikan (n=30)
kesehatan dalam kategori sikap kurang Katagori Baik Kurang P
sejumlah 20 responden (66,7%).Sikap value
responden setelah diberikan pendidikan Sebelum pendidikan 10 20 0,025
kesehatan tentang pemutaran video diperoleh kesehatan
hasil sikap responen dalam sikap yang sama Setelah diberikan 15 15
sebanyak 50 responden (50,0%). pendidikan
kesehatan
2. Hasil Analisa Bivariat hasil uji Wilcoxon didapatkan p value 0,025 (p
a. Pengetahuan cuci tangan sebelum dan sesudah < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima,
pendidikan kesehatan dengan demikian disimpulkan bahwa ada
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan
perbandingan sikap sebelum dan setelah
pendidikan kesehatan terdapat 20 responden
yang memiliki sikap kurang dan setelah
dilakukan pemutaran video terdapat 15
responden dengan sikap baik. Berdasarkan
pendidikan kesehatan. Sikap sebelum dan dijaga. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat dikemukan WHO dalam Notoatmodjo (2007),
ada pengaruh dikarenakan pendidikan salah satu strategi untuk perubahan perilaku
kesehatan yang diperoleh responden adalah pemberian informasi guna meningkatkan
dibandingkan setelah pendidikan kesehatan pengetahuan sehingga timbul kesadaran yang
sikapnya bertambah baik karena semakin pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai
mendapatkan informasi kesehatan yang dengan pengetahuanya tersebut. Pengetahuan
diperoleh. terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu ojek tertentu.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sikap adalah suatu respon tertutup seseorang
pengetahuan dan sikap sebelum diberikan terhadap stimulus tertentu yang melibatkan
pendidikan kesehatan didapatkan tingkat faktor pendapat dan emosi orang yang
pengetahuan dan sikap dalam tingkat kurang. bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak
Hal ini disebabkan sebagian besar siswa SD setuju,baik tidak baik) Notoadmodjo (2010).
kurang memperhatikan cuci tangan yang sudah Hasil ini didukung oleh Green (1991) yang
ada sejak dulu dan kurang memperhatikan dikutip dari Notoatmodjo (2003), bahwa
kesehatan tubuhnya. Alasan diadakan perilaku dipengaruhi oleh sikap, sikap
pendidikan kesehatan untuk mengembangkan merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
perilaku cuci tangan di kalangan anak SD bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan
bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan motif tertentu, sikap belum merupakan tindakan
sehingga pengetahuan siswa bertambah serta atau aktivitas tetapi merupakan predisposisi
mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan terjadinya suatu wujud praktik.
sikap yang baik. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor setelah pemberian pendidkan kesehtan dengan
sosial ekonomi, kultur/budaya, pendidikan, metode pemutaran video terjadi perubahan yang
pengalaman. singnifikan sesuai dengan prosedur, sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode
Pengetahuan bisa didapatkan dengan pemutaran video seluruh responden
melakukan pengamatan, observasi, dan pengetahuan yang kurang 20 (66,7%) dan sikap
pengalaman pribadi. Pengetahuan dipengaruhi kurang 20 (66,7%) terjadi perubahan setelah
oleh banyaknya sumber informasi yang dilakukan pendidkan kesehatan dengan metode
diperoleh, semakin banyak informasi yang pemutaran video yang sebagian besar
didapatkan tentang hidup bersih dan sehat maka responden yang pengetahuan baik sebesar 16
pengetahuan hidup bersih dan sehat akan (53,3%) dan sikap yang baik sebesar 15 (50%)
semakin baik (Notoatmodjo, 2003). Hal ini ini semua menunjukan adanya pengaruh
didukung oleh teori yang mengatakan bahwa terhadap pengetahuan dan sikap, peningkatan
sikap dipengaruhi oleh faktor individu/intern cuci tangan dapat terjadi karena adanya proses
dan faktor ekstern (Dayakisni, 2006).Sehingga dalam belajar pada diri seorang siswa, dan
dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan memiliki perilaku yang positif untuk kehidupan
faktor yang sangat berhubungan dan sehari – harinya.
berpengaruh dalam mendukung perilaku cuci
tangan dikehidupan keseharianya. Sejalan dengan Nurseto (2011) bahwa tingkat
media yang digunakan dalam pembelajaran
Hasil penelitian setelah dilakukan pendidikan dapat membentuk pengalaman yang nyata pada
kesehatan dengan metode pemutaran video sasaran pembelajaran.Beberapa faktor yang
sebagian besar didapatkan pengetahuan baik mempengaruhi diantaranya media, media baca
dan sikap juga baik. Tujuan pendidikan cetak (misal poster) tingkat konkritnya lebih
kesehatan dengan metode pemutaran video rendah dari audio visual (missal video atau
ialah mengubah perilaku cuci tangan televisi) media audio-visual tingkat konkritnya
dikalangan anak SD supaya mereka berperilaku lebih rendah dari praktikum terpimpin (praktek
baik, memanfaatkan sarana cuci tangan dengan langsung) dan lain sebagainya.
semaksimal mungkin agar kesehatn dapat
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti dapat Hidayat, AA. (2007). Metodologi Penelitian
mengambil pernyataan bahwa semakin tinggi Keperawatan & Teknik Analisis
pendidikan yang dimiliki seseorang akan Data.Jakarta : Salemba Medika.
meningkatkan pengetahuan orang tersebut
sehingga sikapnya akan baik, serta Kurniawan, N. (2007). Karakteristik
menumbuhkan peran yang baik. & Kebutuhan Pendidikan
Anak Usia Sekolah
SIMPULAN DAN SARAN Dasar. From
Simpulan http://nhowitzer.multiply.com/journal/ite
Pengetahuan dan sikap responden setelah m/3 diakses tanggal 1 April 2010.
mengikuti pendidikan kesehatan dengan
pemutaran video memiliki pengetahuan dan Laela, Fauzatul. 2010. Korelasi Antara
sikap yang baik tentang cuci tangan. pendidikan Pemanfaatan Video Sebagai Media
kesehatan sangat berpengaruh terhadap Pembelajaran, Motivasi Belajar Dengan
pengetahuan dan sikap para siswa khususnya di Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
SD Bugangin Kendal. Sains Kelas V Di SDN Pakunden 2 Kota
Blitar. http://library.um.ac.id .diakses
Saran tanggal 28 Februari 2014.
pengelola SD Bugangin dapat membuat
kebijakan yang lebih bersifat upaya promotif Maulana, H. D. J. (2009). Promosi Kesehatan.
dan preventif terhadap hal-hal yang berkaitan Jakarta : EGC
dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Mubarok, W.I, Chayatin. N, Rozikin, K.,
Supradi. (2007). Promosi
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Ashadi Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
Mahasatya. Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Atikah Proverawati, Eni Rahmawati. (2012).
Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Notoatmodjo, S . (2007). Kesehatan
Cetakan 1. Yogyakarta: Nuha Medika. Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Dayakisni, T & Hudaniah. (2006). Psikologi
Sosial. Malang : UMM Press. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan &
Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka
Depkes RI. (2003). Promosi Kesehatan dalam Cipta.
Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. From http://www.promosi Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan
kesehatan.com diakses tanggal 20 Metodologi Penelitian Ilmu
Oktober 2013. Keperawatan:Pedoman Skripsi, Tesis,
dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Dinkes Propinsi Jateng. (2003). Jakarta : Salemba Medika.
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.From Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan.
http://www.dinkesjatengprov.go.id Yogyakarta : Mitra Cendikia Pres.
diakses tanggal 1 April 2010.
Riyanto, A. 2010. Pengolahan Analisis Data
Dokter Sahabat Kita. (2010). Perilaku Hidup Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika.
Bersih dan Sehat. From
http://www.drmiftah.blogspot.com/2010 Saryono. (2010). Metodologi Penelitian
01 01 archive.html diakses tanggal 9 Kesehatan Penuntun Praktis bagi
November 2013 Pemula. Jogjakarta : Media Cendekia.
ABSTRAK
Berdasarkan data World Health Organization, diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit
penyebab kematian di dunia (World Health Organization, 2013). Kejadian Luar Biasa diare sering terjadi, dengan
Case Fatality Rate 2,98% pada tahun 2010 di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 kematian (Kemenkes,
2011). Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan bahwa pada tahun 2014 sebesar 17.530 per
1.000.000 penduduk (Dinkes Prov. Sultra, 2014). Tahun 2010 hingga tahun 2014 Puskesmas Poasia masuk dalam
tiga besar puskesmas dengan kasus diare tertinggi di Kota Kendari (Dinkes Kota Kendari, 2015). Anak sekolah
dasar adalah kelompok umur yang rentan terkena kejadian diare. Namun, dapat menjadi sasaran yang baik dalam
memberikan pendidikan kesehatan terkait pencegahan kejadian diare. Untuk itu dibutuhkan stimulus yang dapat
menumbuhkan perilaku sehat dengan cara menarik dan atraktif tanpa mengurangi isi dari informasi yang akan
disampaikan. Metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan kesehatan salah satunya adalah permainan
edukatif. Permainan edukatif Papeda (Pasukan Pencegah Diare) adalah permainan yang menginformasikan
tentang penyakit diare berupa pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pencegahannya. Permainan ini terdiri
dari papan permainan dan kartu pertanyaan dan jawaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui
efektifitas metode permainan edukatif Papeda (Pasukan Pencegah Diare) terhadap peningkatan pengetahuan,
sikap dan tindakan murid SD kelas V untuk pencegahan kejadian diare sebelum dan sesudah penyuluhan
kesehatan di SDN 14 Poasia di Kecamatan Poasia Kota Kendari tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah Pra-
Eksperimental dengan rancangan One-Group Pre Test–Post Test Design dengan populasi seluruh murid kelas V
SDN 14 Poasia yang berjumlah 24 orang yang ditentukan berdasarkan Total Sampling. Analisis yang digunakan
yakni analisis bivariat dengan uji Mc Nemar. Hasil penelitian terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap
sebelum dan sesudah penyuluhan melalui permainan edukatif Papeda (ρ value= 0.031 untuk pengetahuan dan ρ
value= 0.031 untuk sikap) namun tidak ada peningkatan tindakan sebelum dan sesudah permainan edukatif
Papeda (ρ value= 0.125 untuk tindakan).
ABSTRACT
Based on data from the World Health Organization, diarrhea ranks fifth in the 10 leading causes of death
in the world (World Health Organization, 2013). Extraordinary Events of diarrhea often occur, with Case Fatality
Rate of 2.98% in 2010 in 33 districts with the number of 4204 deaths (MoH, 2011). Data of the health department
Southeast Sulawesi show that in 2014 amounted to 17 530 per one million population (The Health Department
Sultra, 2014). In 2010 to 2014 Public Health Center Poasia entered the top three with the highest cases of diarrhea
in Kendari (The Health Department Kendari, 2015). Primary school children is the age group that is susceptible to
the incidence of diarrhea. However, it can be a good target in providing health education for the prevention of
diarrhea. For that needed stimulus to foster healthy behaviors with interesting and attractive manner without
reducing the content of information to be submitted. The method can be used in health education one of which is
the educational games. Education games Papeda (Pasukan Pencegah Diare) is a game that tells the form of
diarrheal disease definition, causes, signs and symptoms and prevention. The game consists of board games and
cards of questions and answers. This study goals to determine the effectiveness of the methods of education
games know Papeda (Diarrhea Prevention Forces) to increase knowledge, attitude and measure of elementary
school students in class V for the prevention of diarrhea before and after health education at SDN 14 Poasia in
District Poasia Kendari City in 2016. This type of research this is a Pre-experimental design with One-Group Pre-
Post Test Design Test with the entire population of class V students of SDN 14 Poasia amounting to 24 people who
are determined based on the Total Sampling. The analysis used the bivariate analysis with Mc Nemar test. The
research result there is an increased knowledge and attitudes before and after counseling through educational
games Papeda (ρ value = 0.031 for knowledge and ρ value = 0.031 for attitude) but no increase in measure
before and after the educational games Papeda (ρ value = 0.125 for the action).
1
PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis bulan Januari hingga Juni mencapai 2.273 kasus.
lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan Tahun 2010 hingga tahun 2014 Puskesmas Poasia
dan kematian. Penyakit diare masih menjadi masuk dalam tiga besar puskesmas dengan kasus
masalah global dengan derajat kesakitan dan diare tertinggi di Kota Kendari7.
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan Pada tahun 2012 hingga 2014 penyakit diare
kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan masuk dalam 10 besar penyakit di Puskesmas
lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun Poasia. Hal ini dibuktikan bahwa pada tahun 2012
meninggal setiap tahunnya di dunia dimana sekitar prevalensi penyakit diare sebesar 573 per 10.000
20% meninggal karena infeksi diare1. Berdasarkan penduduk, pada tahun 2013 sebesar 291 per 10.000
data World Health Organization, diare menempati penduduk, pada tahun 2014 sebesar 290 per 10.000
urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab penduduk, dan hingga September 2015 kasus diare
kematian di dunia2. Penyakit diare hingga kini masih di Puskesmas Poasia mencapai 375 kasus8.
merupakan penyebab kedua morbiditas dan Anak sekolah dasar adalah kelompok umur
mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di yang rentan terkena kejadian diare. Namun, dapat
seluruh dunia terutama di negara-negara menjadi sasaran yang baik dalam memberikan
berkembang, jumlahnya mendekati satu dalam lima pendidikan kesehatan terkait pencegahan kejadian
orang, ini menyebabkan kematian pada anak-anak diare. Karena anak usia sekolah merupakan
melebihi AIDS dan malaria3. komunitas yang paling besar diantara kelompok
Penyakit diare masih merupakan masalah umur yang lain dan paling peka untuk menerima
kesehatan masyarakat di negara berkembang perubahan atau pembaruan, sebab kelompok anak
seperti di Indonesia, karena morbiditas dan sekolah sedang berada pada taraf pertumbuhan dan
mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas perkembangan. Sehingga mudah dibimbing,
yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat yang baik, termasuk kebiasaan dan perilaku hidup
kecenderungan insiden naik dari 301/ 1000 sehat mengingat mereka merupakan investasi bagi
penduduk menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian pembangunan bangsa9.
Luar Biasa diare juga masih sering terjadi, dengan Kesehatan merupakan hasil interaksi dari
Case Fatality Rate yang masih tinggi pada tahun berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku,
2010 diare terjadi di 33 kecamatan dengan jumlah pelayanan kesehatan dan keturunan. Masalah
penderita 4204 kematian 73 orang dan Case Fatality kesehatan masyarakat termasuk penyakit
Rate 2,98%4. ditentukan oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku dan
Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, politik dan
tahun 2013 menyatakan periode prevalensi nasional sebagainya). Salah satu pendekatan yang dapat
diare adalah 3,5% mengalami penurunan untuk digunakan adalah dengan menggunakan pendidikan
semua kelompok umur. Bila dilihat per kelompok kesehatan sebagai upaya pemecahan masalah
umur insiden diare tertinggi tercatat pada anak kesehatan masyarakat melalui faktor perilaku.
umur <1 tahun yaitu 5,5%. Sedangkan pada umur 1- Dalam perubahan perilaku ditentukan oleh tiga
4 tahun angka insiden diare tercatat sebanyak 5,1%. faktor yaitu faktor predisposisi yakni pengetahuan
Sejalan dengan hasil survei morbiditas diare pada dan sikap, faktor pemungkin yakni adanya sarana
tahun 2010 angka morbiditas menurut kelompok dan prasarana serta faktor penguat yakni aturan-
umur terbesar adalah 6-11 bulan yaitu sebesar aturan dari tokoh masyarakat. Peningkatan
21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya
14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai
12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan
umur 54-59 bulan yaitu 2,06%5. pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi akan cepat.
Tenggara menunjukan bahwa pada tahun 2012 Peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar
prevalensi penyakit diare di Sulawesi Tenggara terkait pencegahan kejadian diare harus diimbangi
sebesar 41.822 per 1.000.000 penduduk, pada dengan perubahan perilakunya. Untuk mendukung
tahun 2013 sebesar 21.399 per 1.000.000 proses ini dibutuhkan stimulus yang dapat
penduduk, dan pada tahun 2014 sebesar 17.530 per menumbuhkan sikap bagi anak sekolah dasar untuk
1.000.000 penduduk6. Data Dinas Kesehatan Kota mencegah diare dengan tindakan-tindakan yang
Kendari menunjukan bahwa prevalensi penyakit dapat mendorong mereka berperilaku sehat dalam
diare di Kota Kendari pada tahun 2012 yaitu 1.974 kehidupan sehari-hari. Upaya dalam mewujudkan
per 100.000 penduduk, pada tahun 2013 yaitu 1.664 perilaku sehat dilingkungan sekolah dapat dilakukan
per 100.000 penduduk, pada tahun 2014 yaitu dengan penyuluhan kesehatan tentang dengan cara
1.607 per 100.000 penduduk, dan pada tahun 2015 menarik dan atraktif tanpa mengurangi isi dari
2
informasi yang akan disampaikan. Terkait hal METODE
tersebut, diperlukan metode yang bisa Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra-
mengakrabkan anak sekolah dasar dengan materi Eksperimental dengan rancangan penelitian yang
yang akan dipelajari sehingga anak sekolah dasar digunakan adalah One-Group Pre Test–Post Test
menjadi senang belajar dan akan berimbas pada Design dengan kelompok perlakuan berperan
hasil belajarnya. Metode yang dapat digunakan sebagai kontrol atas dirinya sendiri. Pengamatan
dalam penyuluhan kesehatan salah satunya adalah dilakukan sebelum (pra-uji) dan setelah (pasca-uji)
permainan edukatif. perlakuan. Penelitian ini bertujuan untuk
Permainan merupakan kegiatan yang mengetahui efektivitas permainan Papeda (Pasukan
menyenangkan dan juga dapat digunakan sebagai Pencegah Diare) sebagai metode promosi kesehatan
media pembelajaran bagi peserta didik. Bermain terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela tindakan tentang kejadian diare. Kelompok subyek
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. merupakan kelompok anak sekolah dasar yaitu
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, siswa/siswi kelas V SD Negeri 14 Poasia.
intelektual, emosional, dan sosial10. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 - 20
Permainan edukatif Papeda (Pasukan Pencegah Februari di SD Negeri 14 Poasia Kecamatan Poasia
Diare) adalah permainan yang menginformasikan Kota Kendari Tahun 2016.
tentang penyakit diare berupa pengertian, Populasi yang akan digunakan dalam penelitian
penyebab, tanda dan gejala serta pencegahannya. ini adalah siswa/siswi SD kelas V di Kecamatan
Permainan ini termasuk dalam permainan edukatif Poasia Kota Kendari Tahun 2016. Teknik
yang terdiri dari papan permainan dan kartu pengambilan sampel yang digunakan dalam
pertanyaan dan jawaban yang melibatkan 5 orang penelitian ini adalah total sampling. Sampel dari
anak yang akan bertindak sebagai Papeda (Pasukan penelitian ini yaitu siswa kelas V yang bersekolah di
Pencegah Diare) dan 5 orang anak yang akan Negeri 14 Poasia Kota Kendari Tahun 2016
bertindak sebagai Pare (Prajurit Penyebab Diare). berjumlah 24 orang.
Permainan ini dibuat semenarik mungkin bagi anak- Analisis dilakukan secara deskriptif pada
anak sekolah dasar untuk menarik minat mereka masing-masing variabel dengan analisis pada
dalam berperilaku sehat agar terhindar dari penyakit distribusi frekuensi. Pada analisis bivariate, untuk
diare. Dalam perancangan permainan edukatif ini, melihat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan,
cara mengedukasi adalah dengan menggunakan sikap dan tindakan responden sebelum dan sesudah
cara bermain interaktif, dimana anak sekolah dasar intervensi menggunakan uji Mc Nemar,
dituntut mengambil peran aktif dalam proses
pembelajaran dan tidak hanya duduk diam HASIL
menerima pembelajaran secara pasif. Contoh Umur Responden
Umur Jumlah (n) Persentase (%)
tindakan interaktif yaitu seperti menjawab
9 tahun 3 12,5
pertanyaan dan mempraktekkan sehingga anak 10 tahun 16 66,7
sekolah dasar dapat bermain sambil belajar. 11 tahun 5 20,8
Peran interaktif dapat meningkatkan minat Total 24 100
pembelajaran anak sekolah dasar dan Sumber: Data Primer, 2016
mempermudah pencernaan informasi dimana tidak Tabel 1 menunjukan hasil bahwa responden
hanya menerima pesan edukatif melainkan juga paling banyak terdapat pada umur 10 tahun dengan
melakukan sesuatu untuk lebih memahami materi persentase 66,7%, umur 11 tahun sebanyak 20,8%
yang diberikan. Permainan edukatif Papeda dan paling sedikit berada pada umur 9 tahun
(Pasukan Pencegah Diare) adalah metode yang dengan persentase 12,5%.
kreatif dan menarik dapat memberi respon positif Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
bagi anak-anak sekolah dasar sehingga pendidikan
Laki-laki 13 54,2
kesehatan sejak dini terkait pencegahan kejadian Perempuan 11 45,8
diare dapat diterapkan guna menurunkan angka Total 24 100
kesakitan dan kematian akibat diare. Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan uraian diatas tersebut, peneliti Tabel 2 menunjukan hasil bahwa jenis
tertarik untuk mengangkat sebuah judul “Efektifitas kelamin responden paling banyak yaitu laki-laki
Metode Permainan Edukatif Papeda Terhadap dengan presentase 54,2%, dan paling sedikit yaitu
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan perempuan dengan presentase 45,8%.
Untuk Pencegahan Kejadian Diare Pada Murid Kelas
V SDN 14 Poasia di Kecamatan Poasia Kota Kendari
Tahun 2016”.
3
Pengetahuan tentang Penyakit Diare Analisis Bivariat
Hasil Hasil Pre test dan Post test Pengetahuan
Pengeta Total Responden
tentang Diare melalui permainan
huan Pre Test Post Test
Papeda
(n) (%) (n) Pengetahua
Cukup 14 58,3 20 83,3 34 70,8 N -ahuan (%) Total P
n (Post Test)
(Pre Cukup
Penget Kur
Kurang 10 41,7 4 16,7 14 29,2 Test) (n) (%) (n) ang value
(%) n (%)
Total 24 100 24 100 48 100 Cukup 14 58
Sumber: Data Primer, Kurang 6 25 4
2016 16,7 10 41,7
Tabel 3 diketahui 0.031
bahwa dari 24 responden, Total 20 83,3 4
siswa yang 16,7 24 100
berpengetahuan cukup Sumber: Data Primer,
pada saat pre test adalah Februari 2016
sebanyak 14 responden Tabel 6
(58,3%) dan pada saat menunjukkan bahwa
post test bertambah dari 24 responden
menjadi 20 responden yang memiliki
(83,3%). Sedangkan siswa pengetahuan cukup
yang berpengetahuan sebelum maupun
kurang pada saat pre test sesudah diberikan
adalah sebanyak 10 penyuluhan sebanyak
responden (41,7%) dan
14 responden dan
pada saat post test
tidak ada responden
berkurang menjadi 4
yang memiliki
responden (16,7%). pengetahuan cukup
sebelum penyuluhan
Sikap tentang Penyakit dan memiliki
Diare pengetahuan kurang
Hasil sesudah diberikan
Sikap Pre Test
Post Test penyuluhan.
Total
Selanjutnya,
responden yang
memiliki pengetahuan
kurang sebelum
diberikan penyuluhan
dan setelah
4
menjadi 2 responden
(5,3%). Sumber: Data Primer,
Tindakan tentang Analisis Februari 2016
Penyakit Diare dengan uji Mc Tabel 7
H Nemar diperoleh p menunjukkan
a bahwa dari 24
value (0,031) < α
s responden yang
i (0,05), maka H0
l
memiliki sikap
ditolak dan H1
cukup sebelum
diterima. Ini dapat maupun sesudah
disimpulkan bahwa diberikan
Ada pengaruh penyuluhan
penyuluhan sebanyak 15
metode permainan responden dan
edukatif terhadap tidak ada
Negatif 9 37,5 pengetahuan
3 12,5 murid
12 25 sesudah diberikan
responden yang penyuluhan sebanyak 4
Total 24 100 SD
24 100 tentang
48 100 responden. sikap
memiliki
pencegahan cukup sebelum
penyakit diare penyuluhan dan
sebelum dan memiliki
sesudah pengetahuan
penyuluhan di SDN kurang sesudah
14 Poasia Tahun diberikan
2016. penyuluhan.
Selanjutnya,
Hasil Pre test dan responden yang
Post test Sikap memiliki sikap
Responden tentang kurang sebelum
Pencegahan Diare diberikan
melalui Permainan penyuluhan dan
Papeda setelah diberikan
Tindakan Sikap (Post Test) penyuluhan
Pre Test Post
Total Sikap Positif Negatif memiliki sikap
Test Total
(Pre cukup sebanyak 6
(n) (%) (n) (%) n (%) value
responden,
Test) (n) (%) (n) (%) n (%)
Baik 13 54,2 20 83,3 33 68,7 sedangkan
Positif 15 62,5 0 0 15 62,5
Buruk 11 45,8 4 16,7 15 31,3 responden yang
Negatif 6 25 3 12,5 9 37,5 0.031
Total 24 100 24 100 48 100 memiliki sikap
Total
kurang 21sebelum
87,5 3 12,5 24 100
Sumber: Data Primer, (16,7%).
Januari 2016 maupun sesudah
Tabel 5 diatas diberikan
menunjukan penyuluhan
bahwa dari 24 sebanyak 3
responden, siswa yang responden.
memiliki tindakan baik
pada saat pre test
adalah sebanyak 13
responden (54,2%) dan
pada saat post test
bertambah menjadi 20
responden (83,3%).
Sedangkan siswa yang
memiliki tindakan
buruk pada saat pre
test adalah sebanyak
11 responden (45,8%)
dan pada saat post
test berkurang
menjadi 4 responden
5
Analisis dengan uji Mc Nemar diperoleh p untuk responden. Menurut Sujarwo dan Eliasa
value (0,031) < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 (2010), kegiatan permainan yang bersifat
diterima. Ini dapat disimpulkan bahwa Ada menyenangkan akan lebih menarik perhatian siswa
pengaruh penyuluhan metode permainan edukatif untuk mengikuti pembelajaran.
terhadap sikap murid SD tentang pencegahan Berkaitan dengan hal tersebut, intervensi
penyakit diare sebelum dan sesudah penyuluhan di dengan metode permainan papeda merupakan hal
SDN 14 Poasia Tahun 2016. yang masih baru. Pada penelitian sebelumnya oleh
Komang (2014) digunakan metode puzzle geometri
Hasil Pre test dan Post test Tindakan Responden untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak
tentang Diare melalui Permainan Papeda dalam mengenal bentuk. Hasil dari penelitian
Tindak Tindakan (Post Test)
tersebut bahwa, terjadi peningkatan
perkembangan
an Total kognitif dalam mengenal
( aik value
P bentuk setelah penerapan
metode bermain Puzzle
r Buruk Geometri pada siklus I
e
Test) (n) (%) (n) tindakan murid SD tentang
(%) n (%)
pencegahan penyakit diare
Baik 11 45,8 2
sebelum dan sesudah
Buruk 9 37,5 2
penyuluhan di SDN 14 Poasia
Total 20 83,3 4 Tahun 2016.
Sumber: Data Primer,
Februari 2016 DISKUSI
Tabel 8 Pengetahuan Sebelum dan
menunjukkan bahwa dari Sesudah Pemberian
24 responden yang Intervensi Melalui
memiliki tindakan baik Permainan Papeda Pada
sebelum maupun sesudah Responden Tentang Diare
diberikan penyuluhan Permainan edukatif
sebanyak 11 responden Papeda dapat melibatkan
dan 2 responden yang dua indera manusia yakni
memiliki tindakan baik telinga ketika tim Pare
sebelum penyuluhan dan memberikan pertanyaan
memiliki tindakan buruk melalui kartu sedangkan tim
sesudah diberikan Papeda menjawab
penyuluhan. Selanjutnya, pertanyaan tersebut dengan
responden yang memiliki bantuan gambar-gambar
tindakan buruk sebelum yang terdapat pada papan
diberikan penyuluhan dan permainan Papeda.
setelah diberikan Hasil pre test dan post
penyuluhan memiliki test menunjukan bahwa
tindakan baik sebanyak 9 terdapat peningkatan
responden, sedangkan pengetahuan respoden
responden yang memiliki sebelum dan sesudah
tindakan buruk sebelum diberikan penyuluhan
maupun sesudah dengan metode permainan
diberikan penyuluhan edukatif Papeda tentang
sebanyak 2 responden. penyakit diare. Peningkatan
Analisis dengan uji pengetahuan responden
Mc Nemar diperoleh p dikarenakan adanya
value (0,065) > α (0,05), kemauan dalam dirinya
maka H0 diterima dan H1 untuk mengetahui informasi
ditolak. Ini dapat penyakit diare, selain itu
disimpulkan bahwa tidak metode pembelajaran yang
ada pengaruh penyuluhan digunakan memberikan
metode permainan motivasi dan pengaruh
edukatif terhadap psikologis
5
sebesar 71,50% membantu tim eksperimen lebih
yang berada Papeda dalam dari kelompok
pada kategori mengingat kontrol (X1= 84,78>
sedang ternyata informasi terkait X2= 79,78). Ini
mengalami penyakit diare. berarti model
peningkatan Selain itu, tim Pare pembelajaran
pada siklus II melalui kartu permainan edukatif
menjadi 91,00% pertanyaan dan berpengaruh
yang termasuk jawaban akan terhadap hasil
kategori sangat mendapatkan belajar operasi
tinggi. Jadi, informasi dengan hitung bilangan
terdapat indera penglihatan bulat pada siswa
peningkatan (mata) melalui kelas V SD Gugus
perkembangan proses membaca Srikandi Denpasar
kognitif dalam sehingga segala tahun ajaran
mengenal informasi yang 2013/201412.
bentuk pada disampaikan dapat
anak setelah didengar oleh tim Sikap Sebelum dan
diterapkan Papeda maupun Sesudah
tim Pare. Pemberian
metode Pada Intervensi Melalui
penelitian Permainan Papeda
bermain sebelumnya oleh Pada Responden
Indrasari (2014), Tentang Diare
Puzzle hasil penelitian
menunjukkan
Geometri bahwa terdapat
sebesar perbedaan yang
19,50%.11 signifikan hasil
Pengguna belajar operasi
an metode hitung bilangan
permainan bulat siswa yang
edukatif papeda dibelajarkan
merupakan menggunakan
metode model
penyuluhan pembelajaran
yang sesuai permainan edukatif
dengan usia dengan siswa yang
responden, dibelajarkan
mudah diingat menggunakan
dan memiliki pembelajaran
daya tarik serta konvensional (thitung
memudahkan = 5,28 > ttabel =
penyampaian 2,000). Hal tersebut
informasi dapat dilihat dari
kesehatan perbedaan hasil
megenai diare. belajar antara
Alat yang kelompok
digunakan eksperimen dengan
dalam kelompok kontrol
permainan pada hasil tes di
edukatif papeda akhir
salah satunya pembelajaran.
adalah Papan Rata-rata nilai pada
permainan yang kedua kelompok,
dilengkapi diketahui rata-rata
dengan gambar nilai kelompok
yang dapat
6
Sikap merupakan reaksi atau respons yang Sehingga responden lebih tertarik mengetahui
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu informasi penyakit diare dengan menunjukkan sikap
stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor kompetisi dalam bermain.
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang- Penelitian sebelumnya oleh Saputri, dkk
tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, (2012) pendidikan kesehatan dengan alat permainan
dan sebagainya).13 edukatif ular tangga merubah sikap dalam pemilihan
Hasil pre test dan post test menunjukan jajanan sehat pada siswa kelas IV di SDN Sawotratap
bahwa terdapat peningkatan sikap respoden III Gedangan Sidoarjo15. Dalam penelitian Zamzami
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan (2014) digunakan metode ular tangga untuk
metode permainan edukatif Papeda tentang meningkatkan sikap siswa SD tentang pencegahan
penyakit diare. Karena seseorang dalam penyakit PES. Hasil dari penelitian tersebut bahwa,
menentukan sikap yang utuh selain ditentukan oleh ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode
pengetahuan, juga dipengaruhi oleh pikiran, ular tangga terhadap sikap siswa SD tentang
keyakinan dan emosi yang memegang peranan pencegahan penyakit PES (p-value=0,000)16.
penting. Individu yang bersangkutan harus mampu
menyerap, mengolah dan memahami informasi Tindakan Sebelum dan Sesudah Pemberian
yang diterima sebagai stimulus. Pengetahuan yang Intervensi Melalui Permainan Papeda Pada
dimiliki oleh responden mampu memunculkan Responden Tentang Diare
pemahaman dan keyakinan terhadap diri sendiri Penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan
akan kebutuhan dan keharusan melakukan upaya yang dilakukan secara sistematik dan peran secara
pencegahan penyakit diare. Selain itu, perubahan sistematik dengan melibatkan peran serta aktif
sikap responden setelah dilakukan intervensi individu maupun kelompok guna memecahkan
dikarenakan metode permainan Papeda yang suatu masalah masyarakat dengan cara merubah
digunakan ini mudah dimengerti dan menyenangkan perilaku manusia itu sendiri17.
sehingga memudahkan proses penerimaan Hasil pre test dan post test menunjukan
informasi tentang pencegahan penyakit diare. bahwa tidak terdapat peningkatan tindakan
Alat permainan edukatif Papeda dirancang respoden sebelum dan sesudah diberikan
dengan menggunakan media visual yang menarik penyuluhan dengan metode permainan edukatif
sehingga minat responden ketika bermain lebih Papeda tentang penyakit diare. Menurut
interaktif sesame pemain, lebih mandiri dalam Notoatmodjo (2010) terwujudnya tindakan
menggunakan alat permainan tanpa bimbingan seseorang dibutuhkan faktor lain misalnya adanya
orang lain sehingga respon yang dimunculkan oleh fasilitas atau sarana dan prasarana18. Dari proses
responden sangat sesuai dengan harapan peneliti. tanya jawab yang dilakukan, beberapa responden
Sebagian besar responden menunjukkan sikap menyatakan keterbatasan sumber air bersih yang
kooperatif pada saat penelitian berlangsung dengan ada dilingkungan SD Negeri 14 Poasia membuat
antusias yang tinggi untuk memainkan alat tindakan cuci tangan dengan menggunakan sabun
permainan edukatif Papeda. Hasilnya merangsang diair mengalir sebelum makan, sesudah bermain
daya saing dari responden dikarenakan permainan dan buang air besar sulit untuk membiasakan dalam
ini bersifat kompetisi antara tim Papeda dan tim kehidupan sehari-hari. Selain itu, kurang aktifnya
Pare. Ketika penelitian berlangsung terdapat petugas kesehatan di daerah penelitian untuk
beberapa responden yang ingin berganti peran mengadakan kegiatan penyuluhan kesehatan
antar tim. Hal ini dikarenakan responden memiliki disekolah-sekolah. Untuk mengubah perilaku
rasa keingintahuan yang besar ketika menjadi tim masyarakat diperlukan pemberian intervensi yang
Papeda atau tim Pare. Permainan edukatif Papeda rutin agar tindakan-tindakan anak sekolah dasar
dapat dijadikan metode yang mampu yang tidak menerapkan pola hidup sehat sejak dini
membangkitkan semangat anak usia sekolah untuk dapat diminimalisir sejak awal.
berperilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai penelitian sebelumnya yang dilakukan
Menurut Purwanto (1998) salah satu faktor oleh Lennon dan Coombs (2007), tidak ada hasil
ekstern yang mempengaruhi sikap seseorang adalah perubahan perilaku yang terjadi19. Namun, sebuah
media komunikasi yang digunakan dalam permainan edukatif dapat meningkatkan
menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap pengetahuan dan kemampuan diri tentang demam
dibentuk5. Permainan edukatif Papeda adalah berdarah tanpa bantuan dari guru serta permainan
permainan yang tidak memisahkan kepribadian anak edukatif yang fleksibel dapat disesuaikan dengan
sekolah dasar dari kegiatan pembentukan sikap atau masalah kesehatan masyarakat atau sekolah
kepribadiannya karena permainan ini mampu lainnya.
menstimulus anak sekolah dasar untuk bermain Desain papan permainan Papeda dan
dengan belajar terkait informasi penyakit diare. penggunaan kartu interaktif dimaksudkan untuk
6
meningkatkan kemampuan perilaku melalui membuat petugas kesehatan berada dalam
pengetahuan diare yang mendukung pembelajaran sarana penyedia layanan kesehatan misalnya
antar pemain lain. Hal ini dapat diperoleh melalui Puskesmas dan Rumah Sakit tetapi dapat
pengetahuan tentang jawaban yang benar untuk melakukan tindakan langsung melalui institusi
pertanyaan permainan dan melalui respon diulang. pendidikan dasar sebagai program pendidikan
Sebagai tambahan, memenangkan pertandingan sejak dini kepada murid sekolah dasar dengan
adalah bentuk penguatan sikap terhadap pentingnya lebih mengembangkan metode permainan
penerapan pencegahan penyakit diare. Tentunya, edukatif sebagai salah satu bentuk inovasi
peningkatan pengetahuan dan sikap harus metode penyuluhan.
mendapatkan dukungan perilaku lingkungan yang 2. Bagi pihak sekolah, sebaiknya mengadakan
berkaitan dengan diare. kerjasama dengan sarana penyedia layanan
Menurut Lawrence Green (1980), faktor kesehatan terdekat misalnya Puskesmas atau
pemungkin (enabling factors) adala fasilitas, sarana, Rumah Sakit guna melakukan kegiatan
atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi penyuluhan kesehatan khusunya sasaran
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat 20. program anak sekolah dasar agar terciptanya
Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin penerapan pola hidup sehat sejak dini
terjadinya perilaku maka dari segi kesehatan 3. Bagi siswa diharapkan siswa sekolah dasar dapat
masyarakat agar mempunyai perilaku sehat harus menerapkan pola hidup sehat yang baik dan
terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau benar terkhusus pada pencegahan penyakit
fasilitas pelayanan kesehatan. Selanjutnya, proses diare di rumah maupun di sekolah.
perubahan perilaku jga dipengaruhi oleh faktor 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk
penguat (reinforcing factors) yakni peraturan, mengkaji variabel lain yang belum diteliti terkait
undang-undang atau surat keputusan dari pejabat perubahan perilaku kesehatan dalam masyarakat
pemerintahan. Dalam penelitian ini yang mengambil atau variabel yang dapat mempengaruhi
permasalahan kesehatan di sekolah dapat pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang
diwujudkan dari peranan Kepala Sekolah dapat terhadap intervensi kesehatan yang dilakukan
melakukan advokasi kepada lurah, camat atau Dinas pada masyarakat.
Pendidikan Kota untuk mengeluarkan surat
keputusan atau instruksi kepada sasaran atau DAFTAR PUSTAKA
masayarakat untuk berperilaku sehat dalam sebuah 1. Destri, Magdarina. 2010. Morbiditas dan
program kesehatan sekolah. Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia Tahun
2000-2007.
SIMPULAN 2. World Health Organization. (2013). Diarrhoeal disease.
1. Ada pengaruh pengetahuan siswa/siswi tentang [online]. Dari: http://www.who.int. [3 Oktober 2015].
diare sebelum dan sesudah diberikan intervensi 3. Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak:
melalui permainan Papeda di SD Negeri 14 Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Poasia. Dimana terjadi peningkatan pengetahuan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika
setelah dilakukan intervensi Papeda. 4. Kementerian Kesehatan Republik
2. Ada pengaruh sikap siswa/siswi tentang diare Indonesia.(2011). Situasi diare di Indonesia.
sebelum dan sesudah diberikan intervensi Akses di
melalui permainan Papeda di SD Negeri 14 http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%2
Poasia. Dimana terjadi peningkatan sikap 0Diare_Final%281%29.pdf
setelah dilakukan intervensi Papeda. 5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
3. Tidak ada pengaruh tindakan siswa/siswi tentang (2010). Kumpulan modul kursus hygiene sanitasi
diare sebelum dan sesudah diberikan intervensi makanan & minuman. Direktorat Jenderal
melalui permainan Papeda di SD Negeri 14 Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Poasia. Dimana tidak terjadi peningkatan Lingkungan. Kementerian Kesehatan. Jakarta
tindakan setelah dilakukan intervensi Papeda. 6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
2014. Data Kesehatan Sulawesi Tenggara.
SARAN Kendari.
1. Bagi instansi kesehatan, sebaiknya petugas 7. Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2015. Data
kesehatan bersama kader-kader kesehatan lebih Kesehatan Kota Kendari. Kendari.
berperan aktif dalam melakukan penyuluhan 8. Puskemas Poasia. 2015. Data Diare Puskesmas
kesehatan dan memberikan informasi-informasi Poasia. Kendari.
kesehatan terkait pencegahan penyakit-penyakit 9. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan
menular salah satunya adalah penyakit diare. Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Jadi program kesehatan selanjutnya tidak hanya
7
10. Nelson, Waldo E. Nelson Textbook of Pediatrics.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.2012.
11. Srianis, Komang, Ni Ketut Suarni, Putu Rahayu
Ujianti. 2015. Penerapan Metode Bermain Puzzle
Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Anak Dalam Mengenal Bentuk. Singaraja
: Universitas Pendidikan Ganesha. e-Journal PG-
PAUD. Volume 2 No 1 Tahun 2014 : 3.
12. Indrasari, Ni Wayan, I Wayan. Sujana, I Wayan
Wiarta. 2014. Pembelajaran Permainan Edukatif
Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Operasi
Hitung Bilangan Bulat Siswa Kelas V Sd Gugus
Srikandi Denpasar. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.
13. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
14. Saputri, Lila Oktania., dkk. 2012. Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Dalam
Pemilihan Jajanan Sehat Menggunakan Alat
Permainan Edukatif Ular Tangga. Artikel
Penelitian. Fakultas Keperawatan. Universitas
Airlangga. Surabaya. available from
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=LM
-
6Vry_M8SQuASty6uACg#q=jurnal+permainan+e
dukatif+gizi+dengan+metode+penelitian+pre+ek
sperimental&start=10.
15. Heri Purwanto. 1998. Pengantar Perilaku
Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
16. Zamzami, Muhammad, dkk. 2014. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan dengan Metode Ular
Tangga tentang Pencegahan Penyakit Pes
terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa
SD Negeri 1 Selo Boyolali. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
17. Sulistyoningsih, H. 2010. Gizi Untuk Kesehatan
Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
18. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
19. Lennon, Jeffrey L. and David W. Coombs. 2007.
The utility of a board game for dengue
haemorrhagic fever health education. Health
Education Vol. 107 No. 3, 2007 pp. 290-306
20. Green, L.W., & Kreuter, M.W. (2000). Health
promotion planning an educational and
environmental approach. (2nd ed.). Mountain
View: Mayfield Publishing Company.
8
WArTA PengAbdIAn, Volume 14, Issue 2 (2020), pp.134-
doi: 10.19184/wrtp.v14i2.16530
140
© University of Jember,
2030 Published online
June 2020
Abstrak
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda 2018) menemukan bahwa kesadaran perilaku cuci
tangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih rendah. Temuan tersebut
mengakibatkan peningkatan kasus Diare. Anak sekolah dasar adalah salah satu mitra
yang sangat potensial untuk mendukung perubahan perilaku yang sehat yakni kebiasaan
cuci tangan yang benar. Oleh karena itu penting untuk melakukan pengabdian untuk
meningkatkan pengetahuan anak sekolah terkait perilaku cuci tangan sebagai upaya
pencegahan penyakit Diare. Metode pelaksanaan pengabdian ini yaitu dengan
pelatihan disertai pre dan pos tes untuk melihat perubahan pengetahuan dan praktek
cuci tangan yang benar. Hasil dari pengabdian ini menunjukkan ada peningkatan
pengetahuan sebanyak 90 persen siswa dan kemampuan untuk melakukan cuci tangan
yang benar sebanyak 83 persen siswa. Seluruh siswa juga sepakat untuk menyampaikan
pesan kesehatan yang mereka dapat selama pelatihan kepada orang tua dan saudara.
Kesimpulan dari pengabdian ini yaitu anak SD sangat potensial untuk dijadikan mitra
sebagai penggerak perubahan perilaku bagi dirinya sendiri dan keluarga.
Kata Kunci: Pengetahuan, Cuci tangan, Diare
Abstract
The results of the Basic Health Research (Riskesda 2018) found that awareness of
hand washing behavior in East Nusa Tenggara Province remains low. These findings
lead to an increase in diarrhea cases. Elementary school children are one of the
potential partners to support healthy behavioral changes, namely proper hand washing
habits. Therefore it is important to make a community service to increase schoolchildren's
knowledge related to hand washing behavior as an effort to prevent diarrhea. The method
of implementing this service is training accompanied by pre and post tests to see changes
in knowledge and practice of correct hand washing. The results of this service show an
increase in knowledge of 90 percent of students and the ability to do proper hand
washing as much as 83 percent of students. All students also agreed to deliver health
messages that they got during the training to parents and relatives. The conclusion of this
community service is that elementary school children have the potential to become partners
as drivers of behavior change for themselves and their families.
Keywords: Knowledge, Hand washing, Diarrhea
I. PENDAHULUAN
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) tahun 2018 menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi penyakit menular, seperti diare dari 4,5 persen pada tahun
2013 menjadi 6,8 persen pada tahun 2018. Gambaran permasalahan kesehatan
tersebut sangat erat kaitannya dengan perilaku masyarakat yang kurang
mendukung kesehatan. Perilaku cuci tangan di Indonesia hanya mencapai 49,8
persen dan Provinsi Nusa Tenggara
135 | WARTA
PENGABDIAN
Timur menempati peringkat paling rendah perilaku mencucui tangan yaitu sebanyak
20,4 persen.1 Aspek perilaku merupakan dasar dalam upaya peningkatan status
kesehatan masyarakat yang merupakan pilar utama dalam visi pembangunan
kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan perilaku kesehatan
yang dilakukan oleh individu, keluarga dan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri agar tetap sehat.2
Salah satu indikator PHBS adalah perilaku cuci tangan. Perilaku cuci tangan
yang tepat dilakukan yaitu pada saat sebelum dan sesudah makan kemudian
setelah buang air besar.3 Perilaku cuci tangan juga harus dilakukan secara
benar dengan menggunakan sabun untuk memastikan bakteri pada tangan
akan mati. Penelitian membuktikan bahwa perilaku cuci tangan dapat mencegah
kejadian diare. Penyakit diare pada anak lebih banyak disebabkan karena
bakteri. Kondisi tangan yang terkontaminasi bakteri pada saat makan menjadi
pemicu terjadinya diare. Diare pada anak sekolah menyebabkan kerugian yaitu
anak tidak bisa mengikuti pelajaran, orang tua juga tidak bisa bekerja dan jika
terlambat penanganannya bisa menyebabkan kematian. Orang yang tidak cuci
tangan dengan sabun berisiko 6,6 kali lebih besar terkena diare dibandingkan
orang yang cuci tangan dengan sabun.4
Pencegahan terhadap penyakit diare bisa dilakukan oleh semua orang baik
anak maupun orang dewasa. Perilaku cuci tangan sebelum dan sesudah makan
serta setelah menggunakan toilet merupakan tindakan untuk mencegah
penyakit diare. Upaya penerapan PHBS memerlukan kemitraan dan peran serta
dengan semua pihak. Anak sekolah dasar adalah salah satu mitra yang sangat
potensial untuk mendukung perubahan perilaku yang sehat. Perilaku anak sekolah
sangat mudah dipengaruhi untuk memiliki perilaku yang benar. Penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku cuci
tangan.5 Oleh karena itu penting untuk melakukan pengabdian untuk
meningkatkan pengetahuan anak sekolah terkait perilaku cuci tangan sebagai
upaya pencegahan kejadian diare.
1
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.
2
Kemenkes RI, 2018. Pedoman Pembinaan Krida Bina Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS).
3
Fatmawati YT, Indrawati L, Ariyanto A. ‘Analisis penggunaan air bersih, mencuci
tangan, membuang tinja dengan kejadian diare pada Balita’ (2017) 2:3 Jurnal Enduran
294.
4
Rifai R., Wahab A., Prabandari Y.S. ‘Kebiasaan cuci tangan ibu dan kejadian diare anak:
studi di Kutai Kartanegara’ (2016) 32:11 Berita kedokteran masyarakat 409.
5
Pauzan, Al faith H. ‘Hubungan pengetahuan denga perilaku cuci tangan siswa di Sekolah
Dasar Negeri Cicadas 2 Kota Bandung’ (2017) 5:1 Jurnal Keperawatan BSI 18
136 | PeningKATAN PengetAHuAn dAN PRAKTek Cuci TAngAn SebAGAI UpAYA PencegAHAn PenyAKIT DIARE PAdA
ANAk
terjadi peningkatan kasus diare bila dibandingkan pada tahun 2017. Oleh
karena itu lokasi pengabdian dilakukan di Kefamenanu Kabupaten TTU. Kegiatan
pelatihan di bagi 2 kelas yaitu anak kelas 4 sebanyak 51 orang dan kelas 5
sebanyak 66 orang. Tahap pelaksanaan kegiatan dengan pengurusan ijin,
identifikasi peserta, persiapan pelatihan, pelatihan (materi diare dan praktek cuci
tangan serta penyusunan rencana aksi), implementasi rencana aksi dan
evaluasi.
Pengurusan Ijin
Identifikasi Peserta
Persiapan Pelatihan
Pelatihan
tangan. Setelah itu hasil penilaian segera dikumpulkan untuk dilanjutkan pada sesi
perkenalan dan ice BREAking selama 20 menit lalu dilanjutkan materi pelatihan.
Informasi tentang diare diberikan selama 20 menit dan praktek cuci tangan selama
30 menit. Setelah pelatihan, anak-anak diminta untuk mempraktekan cara mencuci
tangan yang benar kemudian dilakukan evaluasi untuk melihat keberhasilan
kegiatan. Instrumen untuk menilai pengetahuan yaitu dengan kuesioner dan untuk
praktek cuci tangan yaitu dengan lembar observasi. Penilaian terhadap variabel
pengetahuan dan praktek dinilai berdasarkan kategori ‘kurang’ dan ‘baik’.
Kategori kurang bila nilai yang diperoleh lebih kecil 70 persen dan baik bila nilai
yang diperoleh 70 – 100 persen.
Hasil dari pelatihan menunjukkan bahwa paling tinggi peningkatan terjadi pada
kemampuan siswa untuk menyebutkan pencegahan diare secara benar yaitu
sebanyak 110 siswa. Nilai keseluruhan siswa sebelum pelatihan hanya mencapai
20-30 persen yang berada dalam kategori baik. Namun setelah diberikan pelatihan
diperoleh hasil hampir 90 persen siswa memiliki pengetahuan yang baik terkait
dengan penyebab,
138 | PeningKATAn PengetAHuAN dAn PRAKTek Cuci TAngAn SebAGAI UpAYA PencegAHAn PenyAKIT DIARE PAdA
ANAk
gejala, pencegahan diare dan cuci tangan yang benar. Hasil pelatihan juga
menunjukkan bahwa sebanyak 98 siswa (83,3%) mampu melakukan cuci tangan
yang benar dimana sebelum pelatihan hanya 21 (17,9%) siswa saja yang mampu
melakukannya dengan benar. Dari hasil pengabdian ini seluruh siswa juga
membuat kesepakatan untuk menyampaikan pesan kesehatan yang didapat
selama pelatihan kepada orang tua dan saudara. Informasi tentang Diare dan
praktek cuci tangan yang benar. Selain itu, murid kelas 4 dan 5 juga menjadi trainer
atau pelatih bagi teman-temannya dikelas yang lain untuk mampu mempraktekan
cuci tangan yang benar.
Praktek cuci tangan yang benar mempunyai banyak manfaat dalam
mencegah penyakit, seperti diare dan kecacingan. Diare merupakan penyakit
nomor tiga yang menyebabkan kematian. Pencegahan diare dapat dilakukan
dengan melakukan cuci tangan pada waktu dan cara yang benar. Kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun adalah bagian dari perilaku hidup sehat. Perilaku
cuci tangan dengan benar tidak saja dinilai dari cara mencucinya, tetapi juga
kebersihan air yang digunakan dan kain untuk mengeringkan tangan.6
Pada saat pelatihan siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang
diberikan fasilitator. Pertanyaan yang paling banyak diberikan yaitu mengapa orang
bisa terkena diare, serta langkah-langkah mencuci tangan. Setiap siswa
diberikan kesempatan bila ada yang dapat menjawab pertanyaan teman-temannya.
Siswa yang sudah dapat memberikan praktek cuci tangan dengan benar pada
saat pre test dilibatkan juga untuk menjadi model pada saat sesi demontrasi
praktek cuci tangan.
Hasil penelitian tentang cuci tangan pada masyarakat menunjukkan bahwa perilaku
cuci tangan yang benar sangat dipengaruhi oleh pengetahuan. 7 Pada awalnya
siswa mengetahui kalau sebelum makan harus cuci tangan. Namun setelah ditanya
apakah pada saat cuci tangan menggunakan sabun, hampir seluruh siswa
memberikan jawaban tidak. Demikian juga saat mempraktekkan cara mencuci
tangan, banyak siswa yang belum benar melakukannya. Pada bagian ini fasilitator
menjelaskan juga mengapa langkah – langkah cuci tangan harus dilakukan secara
benar. Manfaat kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan
toilet dapat mencegah berbagai penyakit khususnya diare. Penyakit diare masih
menjadi masalah prioritas dalam epidemiologi penyakit menular. Penularan
diare dapat terjadi melalui tangan yang sudah terkontaminasi oleh agen patogen
yang menginfeksi usus diantaranya oleh virus, bakteri dan parasit.8 Bakteri yang
biasa ditemukan adalah Salmonella, Escherichia coli, Shigella dan Campylobacter.
Parasit oleh Gardia lamblia, dan Entamoeba histolytica. Infeksi virus dari rotavirus
dan norovirus. Kematian pada kasus diare biasanya terjadi akibat dehidrasi
berat.910
6
Purwandari R., Ardiana A., Wantiyah. ‘Hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan insiden
diare pada anak usia sekolah di Kabupaten Jember’ (2013) 4:2 Jurnal Keperawatan 122.
7
Lestari A. ‘Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku cuci tangan pada masyarakat
Kelurahan Pegirian’ (2019) 7:1 Jurnal Promkes 1
8
WHO. DIARRheAL DiseASE. Geneva, 2016.
9
Lavena P, Adriyanti S. ‘Perilaku ibu balita tentang cuci tangan pakai sabun dan kejadian Diare
pada Balita’ (2017) 12(2) Jurnal Sehat Mandiri 1
139 | WARTA
PENGABDIAN
IV. PENUTUP
Pengabdian dalam bentuk pelatihan Perilaku cuci tangan pada anak Sekolah Dasar
dapat meningkatkan pengetahuan dan praktek cuci tangan yang benar untuk
mencegah Kejadian Diare. Hasil pre test menunjukkan bahwa lebih dari 80 %
memiliki pengetahuan dan praktek cuci tangan yang kurang. Namun setelah
dilakukan pelatihan, hasil post test menunjukkan bahwa lebih dari 80 %
pengetahuan dan praktek cuci tangan anak berubah menjadi lebih baik. Anak
sekolah dasar juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pada orang tua
dan keluarga untuk perubahan perilaku kesehatan. Kegiatan pengabdian yang
melibatkan anak sekolah dasar perlu secara berkelanjutan dilakukan sebagai
upaya untuk perubahan perilaku yang konsisten dalam mendukung kesehatan.
V. UCAPAN TERIMAKASIH
a. Dekan FKM Universitas Nusa Cendana yang telah memberikan ijin untuk
pelaksanaan pengabdian.
b. Kepala Sekolah dan Guru SD Marsudirini yang telah mendukung kelancaran
kegiatan pengabdian.
c. Siswa Kelas Empat dan Kelas Lima yang sudah semangat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan
10
Paramitha WG, Soprima M, dan Haryanto B. ‘Perilaku ibu pengguna botol susu dengan
kejadian Diare pada Balit’ (2010) 14:1 Makara kesehatan 46.
140 | PeningkATAN PengetAHuAN dAn PRAKTek Cuci TAngAn SebAGAI UpAYA PencegAHAn PenyAKIT DIARE PAdA
ANAk
Volume. 3 Nomor. 1
Periode: Januari – Juni 2019; hal. 10-15
p-ISSN : 2580-1112; e-ISSN : 2655-6669
Copyrighr @2019 Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi
Penulis memiliki hak cipta atas artikel ini (JIKO)
journal homepage: https://ejournal.akperfatmawati.ac.id
Abstrak
Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang termasuk di Indonesia. Provinsi Banten menduduki peringkat ke enam
yang mempunyai prevalensi diare yang cukup tinggi. Pada kelompok umur 5 – 14 tahun
prevalensi diarenya sebesar 10,3%. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata
laksana yang cepat dan tepat, salah satunya mencuci tangan dengan air mengalir
menggunakan sabun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif correlation yang menggunakan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebesar 56 responden diambil
secara stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
observasi, analisa data menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan yang
memiliki perilaku cuci tangan yang baik sebesar 44.6% dan yang memiliki perilaku
kurang sebesar 55.4%. Anak SD yang menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar
80.4%, sedangkan anak yang tidak menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar
19.6%. Hasil uji statistik menunjukan (p = 0.015) artinya ada hubungan antara perilaku
cuci tangan terhadap kejadian diare. Peneliti menyarankan agar siswa diharapkan dapat
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan selalu disiplin melakukan praktik cuci
tangan agar terhindar dari risiko terjadinya diare.
Abstract
Diarrhea is a disease that is still a public health problem in developing countries,
including in Indonesia. Banten province was ranked the six that have a fairly high
prevalence of diarrhea. In the age group 5-14 years the prevalence of diarrhea was
10.3%. To decrease deaths due to diarrhea governance need fast and precise, one hand
washing with running water using soap. The purpose of this study was to determine the
relationship of the hand washing behavior of the students in the incidence of diarrhea in
students in SDN Ciputat 02. This study is a quantitative research design that uses a
correlation descriptive cross sectional study. The samples in this study were 56
respondents taken by stratified random sampling. Data collection using questionnaires
and observation, data analysis using Fisher's exact test. The results showed that having a
good hand-washing behavior was 44.6% and that have less behavior by 55.4%.
Elementary school children with diarrhea in the last three months amounted to
80.4%,
1
e-mail: alifnurulrosyidah@gmail.com
1
Dyah Dwi Lestari, 2Dian Susmarini, 3Eni Rahmawati
ABSTRAK
Latar Belakang: Tingginya kejadian diare di Indonesia dapat disebabkan oleh
rendahnya pengetahuan anak tentang pencegahan diare. Media video dan cerita
bergambar dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan pencegahan diare
pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan video dan cerita bergambar terhadap
peningkatan pengetahuan pencegahan diare pada anak kelas 3 SD.
Metode: Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SDN 4 Karangpucung dan SDN 3
Karangklesem Purwokerto Selatan. Sampel diambil menenggunakan simple
random sampling dengan jumlah 52 responden. Responden dibagi menjadi
kelompok video dan cerita bergambar. Data dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon
dan Mann-Whitney.
Hasil: Hasil uji Wilcoxon diperoleh hasil p= 0,003 pada kelompok video dan p <
0,001 pada kelompok cerita bergambar. uji Mann-Whitney diperoleh hasil nilai p=
0,069.
Kesimpulan: Video dan cerita bergambar sama-sama efektif dalam meningkatkan
pengetahuan pencegahan diare pada anak kelas 3 SD.
Kata Kunci: Cerita Bergambar, Diare, Pengetahuan, Video
1
Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas
Jenderal Soedirman
2,3
Dosen Laboratorium Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Jenderal Soedirman
vi
THE DIFFERENCE EFFECT OF HEALTH EDUCATION USING VIDEO
AND DRAWING STORIES ON INCREASING KNOWLEDGE OF
PREVENTION OF DIARRHEA IN CHILDREN CLASS 3rd
1
Dyah Dwi Lestari, 2Dian Susmarini, 3Eni Rahmawati
ABSTRACT
Background: The high incidence of diarrhea in Indonesia can be caused by the
child's lack of knowledg about prevention of diarrhea. Video and pictorial stories
can be used to increase knowledge of prevention of diarrhea in children. This
study aims to determine the differences effect of health education using videos
and pictorial stories to increase knowledge of prevention of diarrhea in children
class 3rd.
Method: The design of this study used quasi experiment. The population of this
study was all 3rd grade students of SDN 4 Karangpucung and SDN 3
Karangklesem South Purwokerto. The sample was taken using simple random
sampling with 52 respondents. Respondents were divided into video groups and
pictorial stories group. Data were analyzed using Wilcoxon test and Mann-
Whitney Tests.
Results: The Wilcoxon test results obtained p = 0.003 in the video group and p <
0.001 in the pictorial stories group. Mann-Whitney test results obtained p = 0.069.
Conclusion: Videos and pictorial stories are equally effective in increasing
knowledge of prevention of diarrhea in children class 3rd.
Keywords: Pictorial Stories, Diarrhea, Knowledge, Videos
1
Student of the Department of Nursing, Faculty of Health Sciences, University of
Jenderal Soedirman
2.3
Child Nursing Laboratory Lecturer, Faculty of Health Sciences, University of
Jenderal Soedirman
vii