You are on page 1of 98

Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 1

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PENGETAHUAN,


SIKAP DAN KETERAMPILAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK DI SD
TAMAN SUKARIA I KOTA TANGERANG

Ema Hikmah
Poltekes Kemenkes Banten
Korespondensi:
ema_hikmah@poltekkesbanten.ac.id

ABSTRACT

Hand washing is very effective in preventing transmission of disease, so encouraging hand


washing early is very important so that children are prevented from contracting the disease.
Many tools and methods that can be used to improve children's clean and healthy living
behavior through health education, one of them are by playing puzzle therapy. This study aims
to determine the effect of puzzle playing therapy on knowledge, attitudes and handwashing
skills in grade 1 students at SDN Taman Sukaria 1 Tangerang City. Place of research in SDN
Taman Sukaria 1 Kota Tangerang from June to November 2018. This study used a quasi-
experimental research design. The number of respondents in this study was 59 students with
details of 29 control groups and 30 intervention groups. Quasi-experimental design in research
using the type of one-group design with pre and post-test. The bivariate analysis used was an
independent t-test. Results of the study There were significant differences in puzzle play therapy
that could improve the awareness, attitude and handwashing skills of students in Class 1 in
SDN Taman Sukaria 1 Kota Tangerang in the intervention group (p-value = 0,000 α = 0.05).
Significant results in this study indicate that this is meaningful if the puzzle play therapy is
carried out so students can increase their knowledge, attitudes, and skills in hand washing.
Suggested to teachers and parents to create a pleasant atmosphere when learning one of them
by using puzzle play therapy.
Keywords: Puzzle Therapy, Hand washing

ABSTRAK

Cuci tangan sangat efektif dalam mencegah penularan penyakit, sehingga pengenalan cuci
tangan sejak dini sangat penting agar anak tercegah dari terjangkitnya penyakit. Banyak alat dan
cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat anak melalui
pendidikan kesehatan, salah satunya yaitu dengan terapi bermain puzzle Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap pengetahuan, sikap dan
keterampilan cuci tangan pada siswa kelas 1 di SDN Taman Sukaria 1 Kota Tangerang. Tempat
penelitian di SDN taman Sukaria 1 Kota Tangerang periode Juni sampai Nopember 2018.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi-eksperimen. Jumlah responden dalam
penelitian ini adalah 59 siswa dengan rincian 29 orang kelompok control dan 30 orang
kelompok intervensi. Desain kuasi-eksperimen dalam penelitian menggunakan tipe onegroup
design dengan pre dan post test. Analisi bivariat yang digunakan adalah t-test independent.
Hasil penelitian Ada perbedaan signifikan terapi bermain puzzle dapat meningkatkan
pengetahauan, sikap dan keterampilan mencuci tangan pada siswa SD Kls 1 di SDN Taman
Sukaria 1 Kota Tangerang pada kelompok intervens (p value=0,000 α=0,05). Hasil yang
signifikan pada penelitian ini menunjukan bahwa hal ini bermakna apabila terapi bermain
puzzle dilakukan maka siswa dapat meningkat pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam
mencuci tangan. Disasankan pada guru dan orangtua agar menciptakan suasana yang
menyenangkan pada saat belajar salah satunya dengan menggunakan terapi bermain puzzzle

Kata Kunci: Kata kunci : terapi puzzle, cuci tangan

PENDAHULUAN
Indonesia telah melaksanakan berbagai Penyakit pada anak dalam beberapa
strategi dalam upaya meningkatkan dekade tahun ini semakin berbahaya seperti
kesehatan. Strategi tersebut lebih mulai muncul kembali penyakit diphteri,
menekankan pada upaya promotif dan ISPA, hepatitis A, scabies dan meningkatnya
preventif tanpa mengabaikan kuratif dan kejadian diare, yang kemungkinan timbul
rehabilitatif. (Depkes RI, 2009) akibat perilaku hygiene perorangan yang
Salah satu upaya promotif dan preventif tidak baik serta tidak membiasakan cuci
yang telah dicanangkan pemerintah tangan dengan sabun. Data organisasi
Indonesia adalah dengan melakukan Perilaku kesejahteraan anak dunia (UNICEF) pada
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu 2013 menyebutkan, setiap tahun lebih dari
perilaku hidup bersih dan sehat adalah 1,7 juta kematian anak di bawah umur 5
dengan cuci tangan, dimana cuci tangan ini tahun disebabkan diare dan infeksi saluran
merupakan perilaku hidup sehat yang sangat pernapasan. Data ini diperkuat temuan WHO
efektif untuk mencegah penyebaran yang memaparkan bahwa 760 ribu kasus
penyakit. (Riskesdas, 2013). Sebab, salah kematian anak dipicu diare. Tak hanya itu,
satu pemicu timbulnya penyakit yakni dari setiap hari sedikitnya 3 ribu anak di seluruh
tangan. Untuk itu, mencuci tangan dunia meninggal karena terjangkit infeksi
menggunakan sabun merupakan cara terbaik saluran pernapasan.
untuk mencegah mikroorganisme penyebab Upaya mensosialisasikan perilaku sehat,
penyakit masuk kedalam mulut, hidung dan sanitasi dan mencuci tangan dengan sabun di
anggota tubuh lainnya dengan mudah. Nigeria dimulai oleh sebuah program yang
Anak adalah usia yang rentan tertular diprakarsai oleh UNICEF dengan
penyakit. Anak sering kali tidak menggunakan anak sekolah sebagai agen
menghiraukan akan pentingnya cuci tangan, perubahan. Dalam membentuk perilaku
sehingga perlu peran serta orang dewasa sanitasi mandiri dan pengetahuan akan hidup
ataupun orangtua untuk membiasakan anak yang bersih dan sehat anak-anak sekolah
berperilaku hidup bersih dan sehat. dirangsang untuk membentuk kelompok-
79
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019

kelompok sekolah seperti klub sehat dan hak


dan sehat anak melalui pendidikan
untuk anak, yang melibatkan orangtua dan
kesehatan. Salah satunya yaitu dengan terapi
mengajak partisipasi komunitas di desa
bermain puzzle sebagai strategi inovasi
untuk ikut serta dalam proyek-proyek
pengajaran bagi perawat yang memiliki
sanitasi. Salah satu sekolah memprakarsai
peran sebagai educator dalam memberikan
klub lingkungan sehat dimana para murid
informasi kesehatan kepada anak-anak
mempromosikan perilaku mencuci tangan
dengan usia sekolah.
dengan sabun untuk komunitas dan
memperkenalkan teknik-teknik untuk
METODE
menjaga kebersihan serta berusaha agar
Penelitian ini menggunakan desain
pengetahuan untuk hidup bersih dan sehat ini
penelitian kuasi-eksperimen, dengan
diterapkan dirumah. Dua tahun sesudah
menggunakan tipe nonequivalent control
intervensi ini, perilaku mencuci tangan
group design dengan pre dan post test.
dengan sabun meningkat hingga 95 persen.
Intervensi yang diberikan adalah
Guru melaporkan bahwa para murid datang
memberikan terapi bermain puzzle pada
ke sekolah dalam keadaan bersih, dan kasus
kelompok perlakuan sedangkan pada
cacingan serta penyakit kulit lainnya
kelompok kontrol tidak. Sampel dalam
berkurang. Tidak hanya itu, angka kehadiran
penelitian ini berjumlah 59 siswa yang
murid pun naik dengan teratur per tahunnya.
terdiri dari 30 siswa di kelompok intervensi
(Kemenkes RI, 2014)
dan 29 siswa di kelompok kontrol. Kriteria
Di Indonesia telah banyak penelitian
pemilihan dimasukkan dalam penelitian
yang menyatakan terdapat berbagai penyakit
sampai jumlah subyek penelitian terpenuhi.
dapat di cegah dengan mencuci tangan pakai
Analisis data dalam penelitian ini
sabun. Salah satunya adalah diare, ISPA,
diolah dengan program statistik. Analisis
kecacingan. (Kemenkes RI, 2014)
bivariat untuk sampel berpasangan
Berdasarkan pemaparan diatas, cuci
digunakan uji t-test dependen dan untuk
tangan sangat efektif dalam mencegah
data yang tidak berpasangan dilakuakan uji
penularan penyakit, sehingga pengenalan
t-tes independen
cuci tangan sejak dini sangat penting agar
anak tercegah dari terjangkitnya penyakit.
HASIL
Banyak alat dan cara yang dapat digunakan
Hasil penelitian pengaruh terapi bermain
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
puzzle terhadap pengetahuan, sikap dan
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 80

keterampilan mencuci tangan siswa Kls 1 di sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
SDN Taman Sukaria 1 Kota Tangerang. terjadi peningkatan yaitu 89,84.
Jumlah responden penelitian sebanyak 59 Tabel 2
responden yaitu 29 responden pada Perbandingan Nilai pengetahuan, sikap,
kelompok kontrol dan 30 responden pada keterampilan pada kelompok control
sebelum dan sesudah diberikan terapi
kelompok intervensi. Analisa Bivariat akan bermain puzzle pada kelompok intervensi
menguraikan ada tidaknya peningkatan dan kelompok control
pengetahuan, sikap dan keterampilan Variabel Pre Post
Mean SD Min- Mean SD Min-
Max Max
mencuci tangan sesudah dilakukan terapi Pengetahuan 57,59 15,27 30- 62,26 20,77 10-
90 100
bermain menggunakan puzzle, serta apakah
Sikap 25,21 3,33 17- 25,45 2,97 17-
ada perbedaan yang bermakna antara 30 30

sebelum dan sesudah dilakukan terapi Keterampilan 60,86 16,04 30- 62,76 20,07 30-
100 100
bermain terapi puzzle pada siswa kls 1 di
Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai rerata
SDN taman Sukaia 1 Kota Tangerang pada
pengetahuan sebelum adalah 57,59, dan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
Tabel 1
Perbandingan Nilai pengetahuan, sikap, pada kelompok intervensi 62,26. Nilai sikap
keterampilan pada kelompol intervensi
sebelum adalah 25,30 sedangkan nilai sikap
sebelum dan sesudah diberikan terapi
bermain puzzle sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
Variabel Pre-terapi bermain Puzzle Post-terapi bermain puzzlepada kelompok intervensi adalah 25,45.
Mean SD MinMax Mean SD MinMaxNilai rerata keterampilan sebelum adalah
Pengetahuan 62,26 21,56 20-100 84,19 11,77 60-100
60,86,
Sikap 25,32 2,97 16-30 27,00 2,69 20-30
sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
Keterampilan 60,32 15,91 30-95 89,84 12,21 60-100
pada kelompok intervensi adalah 62,76.

Tabel 1. menunjukkan bahwa nilai rerata


Tabel 3
pengetahuan sebelum dilakukan terapi Perbandingan rerata nilai pengetahuan pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
bermain puzzle yaitu 62,26, sesudah
sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain
dilakukan terapi bermin puzzle reratanya puzzle pada kelompok intervensi
Variabel Klp Mean P
meningkat menjadi 84,19. Nilai sikap SD df value
Pengetahuan Intrvensi
sebelum 62,26 3,87 29
sebelum adalah 25,32 sedangkan nilai sesudah 84,19 2,11
Perbedaan 21,93 19,90 0,000
sikap sesudah dilakukan terapi bermain
puzzle adalah 27,00. Nilai rerata Kontrol
sesudah 63,79
57,59
20,77
15,27 28
sebelum
Perbedaan 6,21 2,039 0,045
keterampilan sebelum adalah 60,32, Ket: *bermakna/signifikan pada α <0,05
81
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019

Tabel 3 menunjukkan rata-rata nilai


dengan standar deviasi 2,79 dan sesudah
pengetahuan pada siswa kls 1 SD Taman
dilakukan terapi puzzle adalah 27,00
Sukaria sebelum dilakukan terapi bermain
dengan standar deviasi 2,69. Analisa lebih
puzzle pada kelompok intervensi adalah
lanjut adanya perbedaan bermakna antara
62,26 dengan standar deviasi 3,87 dan
sikap angka pada kelompok intervensi
sesudah dilakukan terapi puzzle adalah
sebelum dan sesudah dilakukan terapi
84,19 dengan standar deviasi 2,11. Analisa
bermain puzzle dengan kata lain ada
lebih lanjut adanya perbedaan bermakna
perbedaan signifikan bahwa terapi
antara nilai pengetahuan angka pada
bermain puzzle dapat meningkatkan sikap
kelompok intervensi sebelum dan sesudah
tentang mencuci tangan yang baik pada
dilakukan terapi bermain puzzle dengan
siswa SD kls 1 di SDN Taman Sukaria 1
kata lain ada perbedaan signifikan bahwa
Kota Tangerang pada kelompok intervensi
terapi bermain puzzle dapat meningkatkan
sebesar 1,67 (p value=0,001 α=0,05).
pengetahuan tentang mencuci tangan yang
baik pada siswa SD kls 1 di SDN Taman Tabel 5
Sukaria 1 Kota Tangerang pada kelompok Perbandingan rerata nilai keterampilan
pada kelompok intervensi dan kelompok
intervensi sebesar 21,93 (p value=0,000 kontrol sebelum dan sesudah dilakukan
α=0,05). terapi bermain puzzle pada kelompok
intervensi
Tabel 4 Variabel Klp Mean P
Perbandingan rerata nilai sikap pada SD df value
Keterampilan Intrvensi
sebelum 60,32 15,91 29 0,0000
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah 89,84 12,21
sebelum dan sesudah dilakukan terapi Perbedaan 29,94 17,43
bermain puzzle pada kelompok intervensi Kontrol
sebelum 60,86 16,04 28 0,448
Variabel Klp Mean P sesudah 62,76 20,07
SD df value Perbedaan 1,89 14,54
Sikap Intrvensi
sebelum 25,32 2,79 29
Ket: *bermakna/signifikan pada α <0,05
sesudah 27,00 2,69
Perbedaan 1,67 2,53 0,001

Kontrol Tabel 5. menunjukkan rata-rata nilai


sebelum 25,21 3,33 28
sesudah 25,45 2,97 keterampilan pada siswa kls 1 SD Taman
Perbedaan 0,24 2,18 0,556
Ket: *bermakna/signifikan pada α <0,05 Sukaria sebelum dilakukan terapi bermain
Tabel 4. menunjukkan rata-rata sikap puzzle pada kelompok intervensi adalah
pada siswa kls 1 SD Taman Sukaria 60,32 dengan standar deviasi 15,91 dan
sebelum dilakukan terapi bermain puzzle sesudah dilakukan terapi puzzle adalah
pada kelompok intervensi adalah 25,32 89,84 dengan standar deviasi 12,21.
Analisa lebih lanjut adanya perbedaan
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 82

bermakna antara nilai keterampilan pada


kelompok intervensi sebelum dan sesudah Tabel 7
Perbandingan Rerata Nilai Sikap Antara
dilakukan terapi bermain puzzle dengan Kelompok Intervensi dan Kelompok kontrol
kata lain ada perbedaan signifikan bahwa sesudah dilakukan intervensi

terapi bermain puzzle dapat meningkatkan Variabel Mean SD SE P


df value
Sikap
keterampilan mencuci tangan yang baik Intervensi 1,67 2,69 0,484 29 0,038
Kontrol 0,24 2,97 0,552 28
pada siswa SD Kls 1 di SDN Taman

Sukaria 1 Kota Tangerang pada kelompok


Tabel 7 Hasil analisis didapatkan bahwa
intervensi sebesar 29,94 (p value=0,000
ada perbedaan yang signifikan selisih
α=0,05).
rerata antara kelompok intervensi dan
Tabel 6 kelompok kontrol (p value=0.000,
Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan
α=0,05), pada kedua kelompok terdapat
Antara Kelompok Intervensi dan
kelompok control Kelompok Intervensil adanya perbedaan yang signifikan, pada
sesudah dilakukan intervensi
kelompok intervensi didapatkan adanya
Variabel Mean SD SE perbedaan yang signifikan meningkatkan
P
df value
Pengetahuan sikap sebelum dan sesudah dilakukan
Intervensi 21,93 11,76 2,11 29 0,000
Kontrol 6,21 20,77 3,86 28 terapi bermain puzzle sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat adanya
Tabel 6. Hasil analisis menunjukkan perbedaan tetapi tidak significant
bahwa ada perbedaan yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi
selisih rerata antara kelompok intervensi bermain puzzle berpengaruh terhadap
dan kelompok kontrol (p value=0.000, peningkatan sikap.
α=0,05), pada kedua kelompok terdapat Tabel 8
Perbandingan Rerata Nilai Keterampilan
adanya perbedaan yang signifikan, pada
Pada siswa SD Antara Kelompok
kelompok intervensi didapatkan adanya Intervensi dan Kelompok kontrol sesudah
dilakukan intervensi di SD Taman Sukaria
perbedaan yang signifikan meningkatkan
1 Kota Tangerang Tahun 2018
pengetahuan sebelum dan sesudah Variabel Mean SD SE
df
P
value
keterampilan
dilakukan terapi bermain puzzle Intervensi 29,52 12,21 2,19 29 0,000
Kontrol 6,20 20,07 3,72 28
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
Ket: *bermakna/signifikan pada α = 0,05
adanya perbedaan tetapi tidak significant
sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi
Tabel 8 hasil analisis menunjukkan
bermain puzzle berpengaruh terhadap
bahwa ada perbedaan yang signifikan
peningkatan pengetahuan.
83
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019

selisih rerata antara kelompok intervensi


pengethuan sebelum 57,59. Sedangkan pada
dan kelompok kontrol (p value=0.000,
kelompok intervensi, terdapat 22 orang
α=0,05), pada kedua kelompok terdapat
anak berpengetahuan baik dan 7 orang
adanya perbedaan yang signifikan, pada
berpengetahuan kurang mengenai mencuci
kelompok intervensi didapatkan adanya
tangan dengan enam langkah dengan nilai
perbedaan yang signifikan meningkatkan
rerata pengethuan 62,26. Kedua kelompok
keterampilan sebelum dan sesudah
memiliki lebih banyak yang berpengetahuan
dilakukan terapi bermain puzzle
baik dibandingkan yang berpengetahuan
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
kurang.
adanya perbedaan tetapi tidak significant
Pada komponen sikap, sebelum
sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi
dilakukan terapi bermain pada kelompok
bermain puzzle berpengaruh terhadap
intervensi menunjukkan pada kelompok
peningkatan keterampilan.
control yang mempunyai sikap positif
berjumlah 22 orang dan yang mempunyai
PEMBAHASAN
sikap negative berjumlah 7 orang dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rerata sikap 25,21 . Sedangkan pada
kelompok intervensi berjumlah 30 anak dan
kelompok intervensi terdapat 24 anak
kelompok kontrol berjumlah 29 anak. Pada
bersikap positif dan 5 orang anak bersikap
saat pengukuran pengetahuan, sikap dan
negative dengan rerata sikap 25,32. Kedua
keterampilan pada kedua kelompok
kelompok memiliki sikap yang positif
sebelum di lakukan terapi bermain puzzle
terhadap mencuci tangan lebih banyak
hasil pretest menunjukkan α >0,005(p
dibandingkan yang bersikap negative.
value=0.000, α=0,05), hal ini berarti kedua
Komponen keterampilan sebelum
kelompok memiliki kemampuan
dilakukan terapi puzzle pada kelompok
pengetahuan, sikap dan keterampiln yang
intervensi menunjukkan pada kelompok
sama sebelum dilakukan terapi bermain
control terdapat 7 orang mempunyai praktek
puzzle.
mencuci tangan yang baik dan terdapat 22
Pengetahuan pada kelompok control
orang mempunyai praktek mencuci tangan
sebelum dilakukan terapi bermain puzzle
yang buruk dengan nilai rerata keterampilan
menunjukkan, 18 orang anak
60,86. Sedangkan di kelompok intervensi
berpengetahuan baik dan 11 orang anak
terdapat 10 orang mempunyai praktek
berpengetahuan kurang dengan nilai rerata
mencuci tangan yang baik, dan terdapat 19
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 84

orang anak mempunyai praktek mencuci Hasil penelitian menunjukkan bahwa


tangan yang buruk dengan rerata nialai nilai rerata pengetahuan sebelum dilakukan
keterampilan 60,32. Kedua kelompok terapi bermain puzzle yaitu 62,26, sesudah
memiliki keterampilan mencuci tangan dilakukan terapi bermin puzzle reratanya
yang buruk lebih banyak dibandingkan meningkat menjadi 84,19. Analisa lebih
dengan ketrampilan mencuci tangan yang lanjut adanya perbedaan bermakna antara
baik. nilai pengetahuan angka pada kelompok
Pada komponen pengetahuan dan intervensi sebelum dan sesudah dilakukan
sikap, baik kelompok control maupun terapi bermain puzzle dengan kata lain ada
kelompok intervensi memiliki sebagian perbedaan signifikan bahwa terapi bermain
besar berpengetahuan baik dan bersikap puzzle dapat meningkatkan pengetahuan
posistif, hal ini dikarenakan di SD Taman tentang mencuci tangan yang baik pada
Sukaria 1 dan 2 Kota Tangerang secara siswa SD kls 1 di SDN Taman Sukaria 1
berkala mendapat kunjungan dari Kota Tangerang pada kelompok intervensi
Puskesmas Neglasari. Salah satu kegiatan sebesar 21,93 (p value=0,000 α=0,05).
kunjungan tersebut adalah memberikan Perbedaan rerata anatar kelompok
penyuluhan tentang mencuci tangan. Pihak control dan kelompok intervensi
sekolah menyatakan bahwa sejak 2 tahun menunjukkan rerata peningkatan
yang lalu fasilitas mencuci tangan sudah pengetahuan pada kelompok intervensi
tersedia yaitu dengan dibangun wastafel adalah 21,93 dengan standar deviasi 11,76
untuk mencuci tangan, wastafel tersebut sedangkan pada kelompok kontrol adalah
berjumlah 6 yaitu 3 dilantai bawah dan 3 peningkatan sedikit sebesar 6,21 dengan
lagi di lantai atas. Keadaan ini standar deviasi 20,77. Hasil analisis lebih
memungkinkan para siswa untuk lanjut didapatkan bahwa ada perbedaan
melakukan kegiatan cuci tangan dengan yang signifikan selisih rerata antara
menggunakan air mengalir. Sedangkan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
untuk keterampilan mencuci tangan yang (p value=0.000, α=0,05), pada kedua
benar dengan enam langkah sebagian siswa kelompok terdapat adanya perbedaan yang
mengungkapkan bahwa lupa dan tidak ingat signifikan, pada kelompok intervensi
langkah-langkahnya karena menurut para didapatkan adanya perbedaan yang
siswa yang penting telah melakukan cuci signifikan meningkatkan pengetahuan
tangan. sebelum dan sesudah dilakukan terapi
bermain puzzle sedangkan pada kelompok
85
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019

kontrol terdapat adanya perbedaan tetapi


berbagai stimulasi, bukan hanya visual
tidak significant sehingga dapat
tetapi ketrampilan motoric halus dan daya
disimpulkan bahwa terapi bermain puzzle
ingat pada anak juga dirangsang, sesuai
berpengaruh terhadap peningkatan
dengan pengertian pengetahuan menurut
pengetahuan.
Notoatmojo tahun 2012 bahwa pengetahuan
Terapi permainan puzzle di berikan
merupakan hasil tahu, dan ini terjadi
pada kelompok intervensi, yaitu dengan
sesudah orang melakukan pengindraan
memberikan permaianan berupa puzzle
terhadap objek tertentu. Panca indera
dengan gambar enam langkah mencuci
manusia yaitu indera penglihatan,
tangan. Siswa dibagi dalam kelompok
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
sebanyak 5 kelompok. Peneliti dan asisten
Sebagian besar pengetahuan manusia
peneliti mendampingi siswa pada saat
diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu
bermain puzzle. Setiap siswa diberikan 1
proses melihat dan mendengar.
puzzle dan waktu yang diberikan untuk
Kegiatan yang dilakukan pada saat
bermain puzzle selama 30 menit. Pada saat
bermain puzzle adalah dengan membongkar
kegiatan bermain puzzle siswa sangat
dan menyusun kembali kepingan puzzle
senang dan gembira menyususn puzzle-
menjadi bentuk utuh. Posisi awal puzzle
puzzle tersebut. Ada sebagian siswa dengan
yang dalam keadaan acak-acakan bahkan
mudahnya menyusun puzzle mencuci
keluar dari tempatnya anak akan merasa
tangan dan ada sebagian yang lain agak
tertantang untuk karena hal ini yang
lebih lambat. Hal ini dikarenakan siswa
mendorong kelincahan koordinasi tangan
yang lebih cepat menyusn puzzle karena
dan pikiran terwujud secara nyata.
telah terbiasa melakukan permainan
(Depdiknas, 2003).
tersebut, pada saat TK atau di rumah di
Pada saat anak berkonsentrasi untuk
sdiakan oleh orangtuanya. Siswa yang
menyusun kembali kepingan-kepingan
terlambat tetap bersemangat menyelesaikan
gambar yang sesuai urutan maka aanak
permaian puzzle karena di motivasi oleh
akan mendapat tantangan dan timullah rasa
teman yang lain yang sudah berhasil
keinginan untuk menyelseaikannya. Pada
menyususn puzzle tersebut.
saat anak menyusun puzzle cuci tangan
Pengetahuan anak dapat meningkat
maka dengan otomatis anak akan mengingat
setelah diberikan terapi bermain dengan
langkah demi langkah cara mencuci tangan
media puzzle dikarenakan anak mendapat
enam langkah dengan baik dan benar.
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 86

Melakukan permainan dengan media kelompok kontrol adalah peningkatan


pembelajaran edukatif anak tidak merasa sedikit sebesar 0,24 dengan standar deviasi
bahwa sedang belajar, sehingga susanan 2,97. Hasil analisis lebih lanjut didapatkan
belajar dengan media puzzle sangat bahwa ada perbedaan yang signifikan
menyenangkan bagi anak. Kegiatan yang selisih rerata antara kelompok intervensi
menyenangkan juga dapat meningkatkan dan kelompok kontrol (p value=0.000,
aktifitas sel otak secara aktif, dapat α=0,05), pada kedua kelompok terdapat
merangsang daya pikir anak, termasuk adanya perbedaan yang signifikan, pada
diantaranya kemampuan konsentrasi dan kelompok intervensi didapatkan adanya
memecahkan masalah. perbedaan yang signifikan meningkatkan
Penelitian ini sejalan dengan sikap sebelum dan sesudah dilakukan terapi
Penelitian yang dilakukan oleh Nurvita bermain puzzle sedangkan pada kelompok
(2014) yang berjudul Permainan Puzzle kontrol terdapat adanya perbedaan tetapi
Berpengaruh Terhadap Kemampuan tidak significant sehingga dapat
Kognitif Pada Anak Usia Dini Kelompok B disimpulkan bahwa terapi bermain puzzle
Di TK Pertiwi Karanglor, Manyaran, berpengaruh terhadap peningkatan sikap.
Wonogiri 2013/2014. mengatakan bahwa Bermain puzzle adalah permainan
secara tidak sadar anak melatih koordinasi yang merupakan kegiatan membongkar dan
mata dan tangan dalam memasang kepingan menyusun kembali kepingan-kepingan satu
puzzle menjadi bentuk utuh serta melatih gambar menjadi bentuk gambar yang utuh.
kemampuan kognitif dalam memecahkan Dengan mengajarkan anak bermain puzzle
masalah dalam permainan tersebut. Anak maka dapat melatih kreativitas, keteraturan
berkembang lebih optimal sesudah dan tingkat konsentrasi pada anak.
dilakukan eksperimen dengan permainan (Soebachman, 2012). Keuntungan
puzzle. Hal ini mendukung hipotesis yang pembelajaran menggunakan media puzzle
menyatakan permainan puzzle berpengaruh adalah media puzzle menstimuls anak untuk
terhadap perkembangan kognitif anak ikut aktif dalam pembelajaran. Anak yang
kelompok B TK Pertiwi Karanglor, kurang termotivasi dalam belajar akan
Manyaran, Wonogiri 2013/2014. termotivasi berperan aktif belajar mencuci
Hasil penelitian pada komponen sikap tangan dengan media puzzle. Bermain tidak
menunjukkan rerata peningkatan sikap hanya membuat anak menyukai permainan
pada kelompok intervensi adalah 1,67 tetapi juga dituntut agar membuat anak
dengan standar deviasi 2,69 sedangkan pada untuk teliti dan tekun ketika mengerjakan
87
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019

permainan tersebut. Kegiatan yang


disimpulkan bahwa terapi bermain puzzle
menyenangkan juga dapat meningkatkan
berpengaruh terhadap peningkatan
aktifitas sel otak secara aktif.
keterampilan.
Menurut Umama tahun 2016 bermain
Pada saat bermain puzzle otak anak
puzzle melatih anak memusatkan pikiran
akan dilatih untuk berpikir kreatif dengan
karena ia harus berkonsentrasi ketika
memasang kepingan gambar, ketika tangan
merangkai kepingan-kepingan puzzle.
memasangan kepingan gambar,
Mainan puzzle memberikan berbagai
keterampilan motoric anak akan semakin
stimulus, seperti: Koordinasi motoric halus,
terasa, hal ini sejalan dengan pendapat beaty
Sensori peraba, Kecerdasan logika
2013 bahwa bermain puzzle juga
matematika, Kecerdasan visual spasial,
mengajarkan anak untuk melatih
Konsentrasi,Pembangunan karakter baik
keterampilan anak, melatih ketangkasan
kesabaran, kegigihan dan ketelatenan.
jari, koordinasi mata dan tangan, mengasah
Pada Komponen keterampilan
otak dan konsep kognitif. (Beaty, 2013)
menunjukkan rerata peningkatan
Semakin terampil anak memasang
keterampilan pada kelompok intervensi
potongan gambar, keterampilan anak akan
adalah 29,52 dengan standar deviasi 12,21
semakin baik. Berulang kali anak mencoba
sedangkan pada kelompok kontrol adalah
memasang dan menggbungkan potongan
peningkatan sedikit sebesar 6,20 dengan
gambar, anak dapat membuat kesimpulan
standar deviasi 20,07. Hasil analisis lebih
suatau maslah. Puzzle dapat meningkatkan
lanjut didapatkan bahwa ada perbedaan
daya ingat anak karena di dalam
yang signifikan selisih rerata antara
puzzleterdapat urutan langkah-langkah
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
mencuci tangan.
(p value=0.000, α=0,05), pada kedua
Permaianan edukatif sangat disenangi
kelompok terdapat adanya perbedaan yang
oleh anak, karena belajar lewat permaianan
signifikan, pada kelompok intervensi
membuat anak tidak menyadari bahwa
didapatkan adanya perbedaan yang
kegiatan tersebut adalah sedang belajar.
signifikan meningkatkan keterampilan
Beberapa penelitian membuktikan bahwa
sebelum dan sesudah dilakukan terapi
rangsangan belajar lewat permaianan dapat
bermain puzzle sedangkan pada kelompok
meningkatkan kognitif, sikap dan perilaku
kontrol terdapat adanya perbedaan tetapi
anak sesuai dengan penelitian yang
tidak significant sehingga dapat
dilakukan oleh Prayogi (2017) yang
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 88

berjudul yang berjudul Pengaruh Media peningkatan pengetahuan, sikap dan


Video dan Permainan Ular Tangga dalam keterampilan mencuci tangan.
Peningkatan Perilaku Anak mengenai Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian DAFTAR RUJUKAN
Ekawati. Menggunakan rancangan Azizah, Nurul. (2015). Pengaruh Terapi
penelitian dan metode yang sama dengan Bermain SCL (Snake, Cards and
Ladders) terhadap Keterampilan
peneliti yakni Non-equivalent control group Mencuci Tangan Siswa Kelas I dan II
design, dengan jumlah sampel sebanyak 27 di SDN Pakusasri II Kabupaten
Jember. Jakarta: Jurnal Pustaka
responden, dimana didalam peneltiannya Kesehatan Volume 3 No. 3
menjelaskan bahwa terdapat perbedaan Beaty, Janice J. (2013). Observasi
Perkembangan Anak Usia Dini.
perilaku anak sebelum dan sesudah Kencana Prenademedia Group, Jakarta.
diberikan perlakuan pendidikan kesehatan Depdiknas. (2003). Undang-Undang
RI Nomor 20 Tahun 2003,
dengan media bermain ular tangga dan lebih tentang Sistem
berpengaruh dalam peningkatan Pendidikan Nasional.
Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan
pengetahuan dan sikap anak mengenai Nasional. Jakarta: Depkes RI
CTPS dibandingkan media video, karena Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: Remaja
ular tangga lebih banyak memberikan Rosdakarya
rangsangan terhadap anak dan sesuai Gunarsa, D. S. (2006). Psikologi Praktis:
Dari Anak Sampai Usia Lanjut.
dengan keinginan anak yakni bermain. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Helmi. (2009). 12 Permainan untuk
Meningkatkan Intelegensia Anak.
SIMPULAN Jakarta: Visimedia
Terapi bermain puzzle dapat meningkatkan https://books.google.co.id/books?id=py
VUBAAAQBAJ&pg=PA36&dq=kons
pengetahuan, sikap dan keterampilan anak ep+bermain+puzzle&hl=en&sa=X&ve
di SD Taman Sukari 1 Kota Tangerang. d=0ahUKEwjplJOCt77YAhVFp48KH
T5NBPgQ6AEIWDAH#v=onepage&q
Pada kelompok intervensi didapatkan &f=false diakses pada 4 Desember
adanya perbedaan yang signifikan 2017
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode
meningkatkan pengetahuan, sikap dan Penelitian Keperawatan dan Teknik
keterampilan sebelum dan sesudah Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika
dilakukan terapi bermain puzzle sedangkan Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar
pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
bermain puzzle berpengaruh terhadap Dasar/Riskesdas. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
89
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019

Kemenkes RI. (2014). Infodatin: Perilaku


Mencuci Tangan Pakai Sabun di http://ejournal.unesa.ac.id Diakses
Indonesia. Jakarta: Pusdatin Kemenkes online pada 4 Desember 2017.
RI Sobur, Alex. (2016). Psikologi Umum.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Bandung: CV. Pustaka Setia
Pedoman Pembinaan Hidup Bersih Soebachman, Agustina. 2012.
dan Sehat. Jakarta: Kemenkes RI Permainan
Lestari, Titik. (2015). Kumpulan Teori Asyik Bikin Anak Pintar. Yogyakarta.
Untuk Kajian Pustaka Penelitian In Azna Books.
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Montolalu, dkk. (2009). Bermain dan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Permainan Anak. Jakarta: Universitas Bandung: Penerbit Alfabeta
Terbuka Sujarweni, V Wiratna. (2015). Statistik
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi untuk Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Gava Media.
Rineka Cipta Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT. Indeks
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Sumantri, Arif. (2013). Metode Penelitian
Jakarta: PT. Rineka Cipta Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada
Nurvita. (2014). Permainan Puzzle Media GroupSunaryo. (2013).
Berpengaruh Terhadap Perkembangan Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta:
Kognitif Pada Anak Usia Dini Di TK EGC.
Pertiwi Karanglor, Manyaran Supartini. (2004). Konsep
Wonogiri. Dasar Keperawatan Anak.
Poerwadarmita, W.J.S. (2011). Kamus Jakarta: EGC
Umum Bahasa Indonesia Edisi III. Umama. (2016). Pojok Bermain Anak.
Jakarta: Balai Pustaka Yogyakarta: CV. Diandra Primamitra
Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005) Media
Findamental Nursing: Concept, https://books.google.co.id/books?id=fS
Process and Practice. Sixth edition. St. fTDQAAQBAJ&pg=PA144&lpg=PA1
Louis: Mosby Year Book. 44&dq=konsep+bermain+puzzle&sour
Prayogi. (2017). Pengaruh Media Video dan ce=bl&ots=mbUdZEHfle&sig=L1KdR
Permainan Ular Tangga dalam qLgZdMckSEKhvttcFBrq2A&hl=en&
Peningkatan Perilaku Anak mengenai sa=X&ved=0ahUKEwjkz6eNs77YAh
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di XENY8KHaUBBiIQ6AEIaDAH#v=on
TK Dian Ekawati. Medan: Universitas epage&q=konsep%20bermain%20puzz
Sumatera Utara le&f=false diakses pada 4 Desember
Proverawati dan Rahmawati. (2012). 2018
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Wawan, A dan Dewi M. (2011). Teori dan
(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika. Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Proverawati, A & Rahmawati, E. (2011). Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Medika
Yogyakarta: Nuha Medika Widhiarso, Wahyu. (2011). SKALO
Reza, Muhammad. (2013). Meningkatkan Program Analisis Skala Guttman.
Kemampuan Kognitif Melalui Media Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Puzzle pada Kelompok B di TK Siswa Wong, et al. (2001). Buku Ajar
Budi 1 Surabaya. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
World Health Organization. (2009).
Guidelines On Hand Hygiene In Health
Care. Switzerland: WHO.
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 90

http://who.int/patientsafety/en/ diakses
pada 5 Desember 2018
Yulianti, Rani. (2008). Permainan yang
Meningkatkan Kecerdasan Anak.
Jakarta: Laskar Askara
Rini AT, et al. 2009. Karakteristik
Leukemia Limfoblastik Akut pada
Anak di Rumah Sakit Kanker
Dharmais 2000-2008.
http://indonesianjournalofcancer.or.id/e
journal/index.php/ijoc/article/view/122.
Diakses Oktober 2016
Saadadiyah N, Sartika D. 2015. Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dengan
Character Strength Orang Tua Dari
Anak Penderita Kanker Di Rumah
Cinta

Bandung.
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.p
hp/psikologi/article/view/1184.
Diakses Oktober 2016
PENGARUH BERMAIN PUZZLE GAMBAR CUCI TANGAN TERHADAP
KEMAMPUAN CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK
DHARMA WANITA TALOK DLANGGU
KABUPATEN MOJOKERTO

The Effect Of Playing Handwashing Picture Puzzles On The Ability Of


Preschoolers To Wash Their Hands

Lulus Yulianti 1), Tri Ratnaningsih2) , Siti Indatul Laili3)


1)
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2)
Dosen Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
3)
Dosen Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

ABSTRAK
Anak usia empat sampai enam tahun telah mengalami tumbuh kembang baik
dari segi fisik motorik, emosi, kognitif, dan psikososial. Mereka akan melakukan
aktivitas yang menurut mereka menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh permainan puzzle terhadap kemampuan cuci tangan anak
prasekolah di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah eksperimental tipe analitik pra eksperimental
dengan pendekatan one group pretest - post test design. Variabel penelitian ini adalah
bermain puzzle sebagai variabel bebas dan kemampuan cuci tangan anak prasekolah
sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak prasekolah
di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu Kabupaten Mojokerto yang berjumlah 51 anak.
Sampel sebanyak 51 responden diambil dengan teknik total sampling. Data
dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi (check list) dan analisis data
menggunakan tabel silang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Februari - 19
Agustus. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
mencuci tangan yang baik, dari 0% menjadi 88,7%. Terjadi perubahan tingkat
kemampuan cuci tangan setelah diberikan permainan puzzle bergambar cuci tangan
kepada anak prasekolah. Pasalnya, gambar puzzle memperlihatkan urutan langkah-
langkah mencuci tangan agar anak dapat dengan mudah memahami dan dapat melatih
konsentrasi untuk meningkatkan daya ingat pada anak.

Kata Kunci : Bermain Puzzle, Kemampuan Cuci Tangan, Anak Prasekolah


Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 1
ABSTRACT
Children aged four to six years have experienced growth and development in
terms of physical motor, emotional, cognitive, and psychosocial. They would do
activities that they thinks fun. This research aimed to determine the effect of playing
puzzles on the ability to wash hands in preschool children at Tk Dharma Wanita
Talok Dlanggu, Mojokerto Regency. The research design used was an experimental
pre-experimental analytic type with one group pretest - post test design approach. The
variables of this study were playing the puzzle as an independent variable and the
ability to wash hands of preschool children as the dependent variable. The population
in this study were all preschool children at Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu,
Mojokerto Regency, totaling 51 children. A sample of 51 respondents was taken by
total sampling technique. Data were collected using observation sheets (check list)
and data analysis using cross tables. This research was conducted on February 25 -
August 19. The results of data analysis showed that there was an increase in good
hand washing ability, from 0% to 88.7%. There was a change in the level of ability to
wash hands after being given a handwashing picture puzzle game to preschoolers.
Because the puzzle image showed the sequence of steps to wash hands so that
children can easily understand and can train concentration to improve memory in
children.

Keywords: Playing puzzles, Hand washing ability, Preschool children

PENDAHULUAN
Anak usia empat sampai enam tahun tangan. Salah satu indikator dari
dapat dikatakan usia perkembangan. perilaku hidup bersih dan sehat
Anak mengalami tumbuh kembang (PHBS) adalah cuci tangan pakai
dari segi fisik motorik, emosi, sabun (M. Thobroni, 2011). Karena
kognitif, maupun psikososial. itu perlu diinformasikan kegiatan cuci
Mereka akan melakukan aktivitas tangan dapat berdampak besar pada
yang ia anggap menyenangkan kesehatan masyarakat di seluruh
dengan aktivitas anak. yang Indonesia (Notoatmodjo, 2010).
meningkat bisa terjadi kondisi anak Dalam perkembangan motorik halus
yang kotor sehingga harus dijaga ada hal yang harus diperhatikan, yaitu
kebersihannya dengan cara rajin cuci (gerakan reflex, waktu, dan
ketangkasan). Salah satu kegiatan
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 2
yang dapat merangsang kemampuan tanggal 25 Februari 2020 didapatkan
motorik halus anak ialah permainan
menyusun puzzle karena dapat
meningkatkan kemampuan berpikir
anak, anak akan tertarik bermain
sambil belajar, serta anak mampu
mengingat gambar (Beaty,
2014)dalam (Mulyani, 2018)).

Data WHO tahun 2017


menyatakan hampir 1,7 miliar kasus
diare terjadi pada anak dengan
kematian sekitar 525.000 tiap
tahunnya diakibatkan kurangnya
perilaku mencuci tangan. (Kesehatan
P. , 2017). Pada kabupaten bantul
Povinsi DI Yogyakarta angka
kesakitan diare padatahun 2017
sebesar 5,91 per 1000 penduduk
meningkat bila dibandingkan dengan
tahun 2016 sebesar 5,19 per 1000
penduduk. Salah satu penyebab
kematian yang terjadi di daerah
kabupaten bantul adalah penyakit
diare serta cacingan, yakni 52
kejadian selama tahun 2017 akibat
kurangnya kesadaran menjaga
kebersihan tiap individu terutama
kebiasaan mencuci tangan. Kasus
tertinggi kejadian diare terdapat di
wilayah Puskesmas Sewon I sebesar
688 kasus. (Dinas Kesehatan, 2018).
Berdasarkan studi yang telah
dilakukan di TK Dharma Wanita
Talok Dlanggu Kabupaten
Mojokerto pada

Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan


Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 3
53 anak kelas TK A dan TK B , 15
anak tidak melakukan cuci tangan
pakai sabun hanya pakai air mengalir
saja dan 38 anak mencuci tangan
pakai sabun. Program yang sudah
diterapkan yaitu saat sebelum dan
sesudah makan harus mencuci
tangan, tetapi program tersebut belum
dilaksanakan sesuai dengan program
kesehatan 6 langkah cuci tangan.

Mencuci tangan dengan air


dan sabun dapat mencegah berbagai
penyakit seperti Cacingan, TB,
infeksi tangan, mulut, ISPA, diare,
hingga penyakit mematikan karena
kuman masih menempel pada tangan
akan Mengakibatkan gangguan
kesehatan yang paling rentan terjadi
pada anak (Kemenkes RI, 2015).
Proses pembelajaran pada anak dapat
menggunakan permainan yang
menyenangkan agar anak dapat
mengeksplor kreativitasnya, dimana
guru menyediakan permainan puzzle
cara mencuci tangan
(Magfuroh,2018). Tahapan
mencuci
tangan menggunakan
media puzzle yang pertama adalah
anak-anak dijelaskan terlebih dahulu
mengenai tujuan dan prosedur,
kemudian memperkenalkan media
kepada anak, yaitu puzzle yang
bergambar cuci tangan yang benar.
Anak-anak dibagikan puzzle dan
meminta anak untuk memasang
kepingan-kepingan puzzle. Setelah

Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan


Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 4
puzzle terpasang, meminta anak untuk test design yaitu rancangan penelitian
mempraktikkan yang ada pada gambar tidak menggunakan kelompok
puzzle tersebut. pembanding (kontrol) akan tetapi
Anak-anak kemudian diberikan dilakukan observasi pertama (pretest)
pengetahuan tentang manfaat cuci yang memungkinkan menguji yang
tangan dan waktu yang tepat untuk terjadi setelah adanya eksperimen
cuci tangan. Seluruh anak diajak (perlakuan). Dengan demikian hasil
melakukan simulasi cuci tangan pakai perlakuan dapat diketahui lebih
sabun yang benar (Dewi, 2019). Dalam akurat, karena dapat membandingkan
bermain puzzle nantinya akan dengan keadaan sebelum
berpengaruh pada kemampuan motorik diperlakukan (Notoatmodjo, 2012).
halus anak yaitu gerakan pada mata, Pada penelitian ini akan melihat
tangan, dan jari-jemarinya. Pada adanya Pengaruh pada Bermain
puzzle terdapat urutan gambar Puzzle Gambar Cuci Tangan
langkah-langkah mencuci tangan. Terhadap Kemampuan Cuci Tangan
Dengan ini dapat meningkatkan daya Pada Anak Prasekolah di Tk Dharma
ingat anak untuk melakukan 6 langkah Wanita Talok Dlanggu Kabupaten
cuci tangan yang baik dan benar. Mojokerto. Desain ini dapat
Sehingga anak akan tertarik untuk digambarkan sebagai berikut :
menerapkan apa yang dilihat kemudian Pretest Perlakuan Post Test
anak akan mengingat dan menerapkan
dalam kehidupansehari-harinya. 01 X 02
Sehingga nantinya angka kesehatan Sumber: Sugiyono, 2016
bisa teratasi (Wayan, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua anak prasekolah di Tk Dharma
METODE PENELITIAN Wanita Talok Dlanggu Kabupaten
Desain penelitian merupakan Mojokerto yang berjumlah 51 anak. .
rencana penelitian yang ditetapkan Sampling pada penelitian ini
dengan tujuan agar penelitian dapat menggunakan teknik total sampling
dilakukan dengan efektif dan efisien dimana pemilihan sampel
(Nursalam, 2013). Dalam penelitian menggunakan seluruh anggota
ini menggunakan rancangan populasi sebagai objek penelitian
penelitian Analitik eksperimental (Hidayat,2014). Sampel yang
jenis pra eksperimental dengan digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan one group pretest – post anak prasekolah di Tk Dharma Wanita

Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan


Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 4
Dlanggu Kabupaten Mojokerto

Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan


Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 5
sejumlah 51 responden. Dalam No Jenis Kelamin F %
penelitian ini variabel independent Anak
adalah Bermain Puzzle dan variabel 1 Laki-laki 24 47,1
dependentnya adalah Kemampuan 2 Perempuan 27 52,9
Cuci Tangan Anak Prasekolah. Pada Jumlah 51 100,0
penelitian ini instrument yang Sumber: Data primer tahun 2020
digunakan adalah lembar observasi cek Berdasarkan tabel menunjukkan
list untuk mengetahui kemampuan cuci bahwa sebagian besar responden
tangan pada anak prasekolah. adalah anak berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 27 anak
HASIL PENELITIAN (52,9%).
Data Umum Responden 3. Sarana Cuci Tangan
1. Umur Anak Tabel 3 Distribusii Frekuensi
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana
Responden Berdasarkan Umur Cuci Tangan Yang Ada Dirumah
Anak di TK Dharma Wanita Responden Pada Bulan Agustus
Kecamatan Dlanggu Kabupaten 2020
Mojokerto pada bulan Agustus 2020 No Sarana Cuci F %
No Umur Anak F % Tangan
1 4 Tahun 5 9,8 1 Ada 51 100,0
2 5 Tahun 21 41,2 2 Tidak Ada 0 0
3 6 Tahun 25 49,0
Jumlah 51 100
Jumlah 51 100 Sumber: Data primer tahun 2020
Sumber: Data primer tahun 2020
Berdasarkan tabel menunjukan bahwa Berdasarkan tabel menunjukkan
sebagian besar responden adalah anak bahwa semua responden mempunyai
berumur 6 Tahun sebanyak 25 anak sarana cuci tangan sebanyak 51
(49,0%). (100,0%).

2. Jenis Kelamin Anak Data Khusus Responden


Tabel 2 Distribusi Frekuensi 1. Pre Test Dan Post Tes
Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Anak di TK Dharma Tabel 4 Distribus Frekuensi
Wanita Kecamatan Dlanggu Responden Berdasarkan Data Pre
Kabupaten Mojokerto pada bulan Test Anak di TK Dharma Wanita
Agustus 2020
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 5
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Hasil penelitian pada tabel 4.4
Mojokerto pada bulan Agustus 2020 menunjukkan bahwa data pre test anak
N Kem Pre Post saat melakukan cuci tangan yang
o amp dilakukan oleh responden yang
uan nilainya kurang sebanyak 35 anak
F % F % (68,6%) dan 16 anak sebanyak
1 Baik 0 0 47 92,2 (31,4%) dengan nilainya cukup.
2 Cuk 16 31,4 4 7,8 Menurut (Departemen Kesehatan
up RI, 2018) mengungkapkan bahwa cara
3 Kura 35 68,6 0 0 CTPS „‟Cuci Tangan Pakai Sabun‟‟
ng yang benar adalah memerlukan sabun
Juml 51 100 51 100 dan sedikit air mengalir. Air mengalir
ah dari kran bukan keharusan, yang
penting air mengalir dari sebuah
Sumber: Data primer tahun 2020 wadah bisa berupa botol, kaleng,
ember tinggi, gentong, gayung, tangan
Berdasarkan tabel menunjukkan yang basah disabuni, digosok-gosok
bahwa anak yang belum dilakukan bagian telapak maupun punggung
pembelajaran puzzle gambar cuci tangan, terutama dibawah kuku
tangan sebagian besar memiliki minimal 20 detik. Bilas dengan air
kemampuan yang kurang yaitu mengalir dan keringkan dengan kain
sebanyak 35 anak (68,6%). bersih atau kibas-kibaskan di udara.
Dan setelah dilakukan pembelajaran Bibit penyakit akan mudah masuk
dengan puzzle gambar cuci tangan kedalam tubuh melalui tangan yang
sebagian besar kemampuannya akan mengakibatkan timbulnya
meningkat menjadi baik yaitu penyakit seperti diare, cacingan, TB,
sebanyak 47 anak (92,2%). infeksi tangan dan mulut, dan ISPA.
Menurut (Departemen Kesehatan RI,
PEMBAHASAN
2018) Bagi sebagian anak prasekolah
4.2.1 Kemampuan Cuci Tangan
cuci tangan bukanlah kebiasaan sejak
anak prasekolah di Tk Dharma
kecil. Dengan demikian berarti
Wanita Talok Dlanggu kabupaten
mengajarkan anak-anak sejak dini
Mojokerto sebelum diberikan
sehingga pola hidup bersih dan sehat
bermain puzzle gambar cuci
akan tertanam kuat di diri pribadi anak
tangan
-anak. Dengan adanya kebiasaan untuk
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 6
melakukan cuci tangan sebelum dan kognitif. Semakin terampil anak
sesudah melakukan aktivitas sejak memasang potongan gambar,
kecil diharapkan akan terbawa sampai keterampilan anak akan semakin baik.
dewasa Untuk membiasakan perilaku Berulang kali anak mencoba
cuci tangan pakai sabun sebagai salah memasang dan menggabungkan
satu upaya mewujudkan PHBS di potongan gambar, anak dapat membuat
tatanan sekolah juga diperlukan kesimpulan suatau masalah (Beaty J. ,
pengolahan Management PHBS yang 2013).
melalui tahap pengkajian,
perencanaan,penggerakan pelaksanaan Perilaku terampil membutuhkan
sampai dengan pemantauan dan kemampuan (ability) ditambah
penilaian hal ini bisa dilakukan oleh kesempatan dan motivasi untuk belajar
guru disekolah dengan orang tua dan berlatih. Oleh karenanya
siswa. Adapun faktor yang diperlukan pelatihan yang
mempengaruhi anak belum bisa cuci berkelanjutan serta pengalaman yang
tangan diakibatkan karena faktor umur cukup untuk mewujudkan aspek-aspek
dan jenis kelamin. Dalam penelitian keterampilan tersebut secara utuh,
anak yang belum bisa cuci tangan anak efisien dan efektif. Karena akan sangat
yang berumur 5 tahun berdasarkan mendukung pada keberhasilan cuci
tabel 4.1 dengan jenis kelamin laki- tangan. Anak perempuan lebih
laki yang berjumlah 24 anak. Jadi terampil dibandingkan dengan anak
responden yang benar dalam cuci laki-laki karena anak perempuan lebih
tangan sebagian besar dibagian cepat mengembangkan motorik
membasahi kedua telapak tangan halusnya, seperti memegang pensil dan
sampai pergelangan tangan dan menulis. Atas dasar inilah, anak-anak
membilas kedua telapak tangan dengan perempuan mungkin akan lebih dulu
air bersih mengalir. Anak akan dilatih tertarik pada seni (melukis, mewarnai,
untuk berpikir kreatif dengan dan keterampilan seni lainnya)
memasang kepingan gambar, ketika dibandingkan anak laki-laki. Anak
tangan memasangan kepingan gambar, laki-laki lebih cenderung berkembang
keterampilan motorik anak akan lebih cepat pada motorik kasarnya
semakin terasa, bermain puzzle juga yang meliputi berlari, melompat, dan
mengajarkan anak untuk melatih keseimbangan. Sehingga anak laki-laki
keterampilan anak, melatih kurang terampil maka frekuensi gagal
ketangkasan jari, koordinasi mata dan dalam melakukan pembelajaran cuci
tangan, mengasah otak dan konsep tangan lebih banyak.
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 7
4.2.2 Kemampuan Cuci Tangan tangan secara bertahap akan
anak prasekolah sesudah diberikan memberikan rangsangan secara
bermain puzzle gambar cuci tangan bertahap dan berulang dengan puzzle
di Tk Dharma Wanita Talok bergambar langkah cara cuci tangan
Dlanggu Kabupaten Mojokerto membuat mereka merasa senang, aktif,
meningkatkan daya tarik terhadap
Hasil penelitian pada tabel 4.4 materi yang diajarkan dan menjadi
menunjukkan bahwa data post test jembatan dalam mengingat gambar
anak saat melakukan cuci tangan yang puzzle tersebut. Penelitian ini di
dilakukan oleh responden dengan Baik perkuat oleh peneliti sebelumnya yang
sebanyak 47 anak (92,2 %) dan Cukup dilakukan oleh Zakarya di RA Raisul
4 anak sebanyak (7,8 %). Metode Anwar Kedung Rejoso Kecamatan
bermain puzzle adalah suatu Kotaanyar Kabupaten Probolinggo
komponen dari suatu strategi dimana tahun 2016, dan susanto yang berjudul
konselor menyediakan permainan “pengaruh pelatihan cuci tangan
puzzle cara mencuci tangan, sehingga bersih dengan metode bermain puzzle
berpengaruh pada perkembangan terhadap kemampuan melakukan cuci
motorik halus anak, karena dapat tangan pada anak di kabupaten
mengkoordinasi gerak mata dan tangan jember” Hasil penelitian menunjukkan
anak, dengan tanpa mereka sadari terdapat adanya pengaruh pelatihan
motorik halus mereka terus terlatih. cuci tangan bersih dengan metode
Dilihat dari masa perkembangannya bermain puzzle terhadap kemampuan
anak prasekolah lebih tertarik dengan melakukan cuci tangan anak. Dan dari
menggunakan metode pembelajaran hasil uji crosstab yang ada di Tk
bermain. Dengan begitu peneliti Dharma Wanita Talok Dlanggu
memberikan pembelajaran dengan kabupaten mojokerto pada hasil pre
menggunakan puzzle cuci tangan test sebagian besar memiliki
secara tidak langsung pengetahuan kemampuan yang kurang yaitu
anak tentang melakukan cuci tangan sebanyak 35 anak (68,6%), dan pre
itu dapat terlatih dengan baik post sebagian besar kemampuannya
(Maghfuroh, 2018).Menurut (Hikmah, meningkat menjadi baik yaitu
2019) pengaruh bermain puzzle sebanyak 47 anak (92,2%). Sebagian
gambar cuci tangan terhadap besar kategori baik pada anak yang
kemampuan praktik cuci tangan berumur 6 tahun. Masih terdapat 4
didapatkan hasil bahwa memberikan anak berjenis kelamin laki-laki yang
terapi bermain puzzle gambar cuci berusia 5 tahun kemampuan cuci
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 8
tangannya cukup sebagian besar Talok Kecamatan Dlanggu
kesalahannya pada saat melakukan Kabupaten Mojokerto
gerakan menggosok punggung tangan
kanan dan kiri serta gerakan tangan Berdasarkan tabel 4.4 pre test
saling mengunci, anak seringkali lupa dan post test menunjukkan terdapat
atau kelewatan. Berdasarkan hasil peningkatan kemampuan cuci tangan
yang diketahui bahwasannya pelatihan yang baik yaitu dari 0% menjadi
cuci tangan menggunakan metode 92,2%. Hal ini menunjukkan bahwa
bermain puzzle mampu mengubah puzzle meningkatkan kemampuan cuci
kemampuan serta kebiasaan anak tangan.
mencuci tangan dengan baik karena Metode pembelajaran dini haruslah
saat intervensi dilakukan secara menyenangkan, melibatkan unsur
berulang-ulang sehingga anak akan bermain, bergerak,belajar dan
mengingat (Zakarya, 2016). mengingat, beberapa metode yang
Sesudah di berikan perlakuan sering digunakan untuk pembelajaran
menggunakan metode bermain puzzle anak prasekolah antara lain metode
pada anak prasekolah di Tk Dharma bermain,bernyanyi, bercerita,
Wanita Talok Dlanggu kabupaten demonstrasi dan lain-lain
mojokerto anak mampu (Notoatmodjo, 2010). Dalam susunan
mempraktekkan cara mencuci tangan puzzle dapat mempengaruhi dan
sesuai dengan pemahaman masing - mengendalikan pusat syaraf. Sehingga
masing individu. Pada saat di lakukan anak akan lebih mudah mengerti.
penilaian menggunakan lembar Belajar yang baik bagi anak adalah
observasi anak bisa melakukan cara melalui permainan yang dapat
mencuci tangan dengan baik 6 menstimulus dan membantu
langkah, di simpulkan bahwa sesudah mengembangkan kecerdasan. Tidak
di berikan perlakuan menggunakan hanya pada aspek seni, bahasa, dan
Metode Bermain Puzzle, terdapat fisik, tetapi juga perkembangan
pengaruh terhadap cara mencuci emosional dan kognitif anak. Durasi
tangan anak menjadi lebih baik dan di dalam menyusun susunan-susunan
lakukan secara benar. puzzle tersebut adalah 12 menit selama
6 kali pengulangan, dengan metode
4.2.3 Pengaruh bermain puzzle bermain puzzle potensi belahan otak
gambar cuci tangan terhadap kanan dapat dioptimalkan sehingga
kemampuan cuci tangan anak pesan yang diberikan akan lebih lama
prasekolah Di TK Dharma Wanita mengendap dimemori anak (ingatan

Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan


Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 9
jangka panjang). Dengan demikian sarana cuci tangan dan belajar cuci
anak akan selalu ingat pesan yang tangan. Dapat dilihat bahwa hasil
diterimanya (Andayani, 2016). penelitian ini didukung penelitian
Bermain puzzle merupakan kegiatan sebelumnya yang dilakukan oleh
menyusun potongan – potongan (Wayan, 2018) bahwa hasil hipotesis
gambar menjadi satu kesatuan gambar menunjukkan adanya pengaruh
yang utuh. Puzzle dapat dimainkan bermain puzzle gambar cuci tangan
anak segala usia, mulai dua sampai terhadap kemampuan cuci tangan anak
enam maupun delapan tahun. Yang prasekolah sebelum dan sesudah.
membedakan hanyalah tingkat Bermain merupakan salah satu teknik
kerumitannya. Dengan bermain puzzle yang dapat dijadikan sebagai metode
akan melatih ketangkasan jari dan pembelajaran bagi anak contohnya
koordinasi mata dan tangan serta cara mencuci tangan pakai sabun yang
konsep kognitif mencocokkan bentuk baik dan benar, hal ini dapat
(Mulyani, 2018). dibuktikan dengan adanya perubahan
Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan cuci tangan sesudah
kemampuan cuci tangan sebelum diberikannya permainan puzzle dengan
diberikannya bermain puzzle gambar sebelum diberikannya permainan
cuci tangan anak yang belum puzzle gambar cuci tangan pada anak
dilakukan pembelajaran puzzle gambar diharapkan akan meningkatkan derajat
cuci tangan sebagian besar memiliki kesehatan anak. Akan menjadi
kemampuan yang kurang yaitu kebiasaan sampai dewasa dan dapat
sebanyak 35 anak (68,6%). Perilaku mempengaruhi lingkungan sekitar.
mencuci tangan tanpa menggunakan Berdasarkan hasil penelitian,
sabun dan tidak melakukan teknik kemampuan cuci tangan sebelum dan
dengan benar masih banyak ditemukan sesudah diberikannya perlakuan
pada anak sehingga dibutuhkan didapatkan hasil yang menunjukkan
peningkatan pengetahuan dan dari 6 kompetensi responden yang
kesadaran mereka akan pentingnya semula hanya menguasai 2 kompetensi
melakukan cuci tangan dengan baik meningkat sebanyak 4 langkah
dan benar dengan menggunakan sabun kompetensi yaitu dari angka 40
sehingga dapat diterapkan dalam menjadi 80 terhadap kemampuan cuci
kehidupan sehari – hari. Ada beberapa tangan melalui metode bermain puzzle
faktor yang mempengaruhi pada anak prasekolah. Melalui
kemampuan cuci tangan diantaranya kegiatan bermain puzzle jika dilakukan
secara bersama-saama antar guru dan
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 10
anak maka akan menciptakan suasana puzzle tersebut menunjukkan urutan
yang menyenangkan, sehingga pesan langkah cuci tangan sehingga anak
yang ingin disampaikan mudah mudah memahami dan dapat melatih
diterima oleh anak. Jadi metode konsentrasi untuk meningkatkan daya
bermain bisa digunakan dalam ingat pada anak. Setelah dilakukan
mengembangkan perilaku hidup bersih perlakuan bermain puzzle cuci tangan
dan sehat pada anak prasekolah anak sudah bisa melakukan cuci
Bermain puzzle gambar cuci tangan tangan dengan baik dan benar.
bisa meningkatkan kemampuan cuci
tangan anak, karena pada gambar 5.2 Saran
puzzle tersebut menunjukkan urutan 5.2.1 Bagi anak
langkah cuci tangan sehingga anak Bagi anak diharapkan dapat
mudah memahami dan dapat melatih melakukan cuci tangan dengan baik
konsentrasi untuk meningkatkan daya dan benar tidak hanya mengusap
ingat pada anak. Ditambah lagi dengan telapak tangan tetapi juga melakukan
anak yang terampil akan lebih cepat gerakan menggosok punggung tangan,
dalam melakukan cuci tangan. sela-sela jari, gerakan mengunci,
menggosok ibu jari, membersihkan
KESIMPULAN DAN SARAN
ujung-ujung kuku. Untuk anak yang
5.1 Kesimpulan
kemampuan cuci tangannya sudah
Anak di TK Dharma Wanita Talok baik, diharapkan untuk tetap
Kecamatan Dlanggu Kabupaten mengingat dan menerapkan disetiap
Mojokerto sebagian besar memiliki harinya. Hal ini perlu dijadikan
kemampuan kurang dalam mencuci kebiasaan pada anak agar anak
tangan dengan cara yang benar terhindar dari penyakit seperti diare,
sebanyak 35 responden untuk yang cacingan, flu, ISPA, dan lain
sebelum dilakukan perlakuan. sebagainya, selain itu juga disarankan
Kemudian setelah diberikan perlakuan agar tetap menggunakan alat
bermain puzzle gambar cuci tangan perlindung diri disaat terjadinya
sebagian besar kemampuannya pandemi Covid-19 saat ini.
menjadi baik sebanyak 47 responden.
5.2.2 Bagi Sekolah
Terdapat pengaruh bermain puzzle
Diharapkan sekolah memberikan
gambar cuci tangan terhadap
pengajaran serta mendemonstrasikan
kemampuan cuci tangan pada anak di
teknik cuci tangan yang baik dan benar
Tk Dharma Wanita Talok Kabupaten
dengan permainan puzzle gambar cuci
Mojokerto. Karena pada gambar
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 11
tangan. Memberikan penyuluhan atau F.P, A. (2010). Menjaga Kebersihan
menganjurkan anak untuk selalu cuci Kuku dan Kulit. Bogor: Quadra.
tangan pada waktu tertentu serta Faruq, M. M. (2009). 60 Permainan
memotivasi anak untuk membiasakan Kecerdasan Kinestetik. Jakarta:
diri untuk cuci tangan menggunakan PT. Grasindo.
sabun dilingkungan sekolah dan
rumah. Kemenkes ,RI. (2018). Profil
kesehatan indonesia 2017. Jakarta.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Kemenkes RI. (2015). Profil kesehatan
Dalam penelitian ini peneliti hanya
indonesia 2014.
mengobservasi teknik cuci tangan
dalam waktu yang singkat yaitu pre Khairu, S. (2014). Kumpulan
test, intervensi dan post test. Untuk Permainan Cerdas Balita.
peneliti selanjutnya juga diharapkan Cinangka Jawa Barat: Lembar
bisa menggunakan media yang Langit Indonesia.
berbeda dan lebih menarik serta bisa Kholid, A. ( 2015). Promosi
meneliti kemampuan cuci tangan anak Kesehatan dengan Pendekatan
saat dirumah dan pada saat melakukan Teori Perilaku, Media, dan
penelitian diharapkan anak didampingi Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
orang tua agar orang tua bisa ikut
kurniasih dkk, d. (2009). stimulasi
mengajari dan membiasakan anak
otak untuk kecerdasan. Jakarta:
untuk cuci tangan yang baik dan benar PT Terbitan Sarana Bobo.
di rumah.
M. F., & Khorida, L. M. (2013).
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan Karakter Anak Usia
Aminudin. (2010). Menjaga Dini konsep dan aplikasinya
Kebersihan Tangan dan Kaki. Bogor: dalam PAUD. Jogjakarta:
Yhudistira. Perpustakaan Nasional; Katalog
Dalam Terbitan (KDT).
Anandita. (2010). Menjaga
Kebersihan Kuku dan Kulit. M. Thobroni & Aliyah A, M. (2011).
Ciawi-Bogor: Katalog Dalam Kiat Asik Mengasuh Balita.
Terbitan (KDT). Jogjakarta: Katahari.

Dewi, N. W. (2019). Pendidikan M. Thobroni, A. A. (2011). Kiat asik


Kesehatan Dengan Media mengasuh balita. Jogyakarta: Katahari.
Puzzle. community of publishing
in nursing.

Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan


Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 12
Maghfuroh. (2018). Metode bermain TRI Ratnaningsih, dkk. (2019).
puzzel berpengaruh pada BukuAjar (Teori dan konsep)
perkembangan motorik halus Tumbuh Kembang Dan Stimulasi
anak usia pra sekolah. Jurnal Bayi, Toddler, Pra Sekolah, usia
Endurance. Sekolah dan Remaja. Sidoarjo:
Indomedia Pustaka.
Maghfuroh, L. (2018). Metode
Bermain Puzzle Berpengaruh RI, K. (2014). Profil kesehatan
Pada Perkembangan Motorik indonesia . Jakarta .
Halus Anak Usia Prasekolah.
Saputro, H. (2017). Penerapan Terapi
Jurnal Endurance.
Bermain Anak Sakit; Proses
M.Fadlillah. (2017). Bermain & manfaat dan pelaksanaannya.
Permainan Anak Usia Dini. Jakarta: Ponorogo: Forum Ilmiah
Kencana . Kesehatan (FORIKES).
Mulyani, N. (2018). Perkembangan Seotjinngsing & Ranuh, U. N. (2014).
Dasar Anak Usia Dini. tumbuh kembang anak edisi 2.
Yogyakarta: Gava Media. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nursalam. (2016). Metodologi Soetjiningsih. (2010).
Penelitian Ilmu Keperawatan: Tumbuh Kembang
Pendekatan Praktis. Ed.4. Anak. Jakarta: ECG.
Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Nadiyah Khairiyah Aziz*, H. K. Kuantitatif , Kualitatif, Dan
(2019). Metode Emo Demo Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Metode Bermain Puzzle
Susanto, A. (2012). Perkembangan
Terhadap Cara Mencuci Tangan
Anak Usia Dini: Pengantar
Pada Anak Prasekolah.
Dalam Berbagai Aspeknya .
Community of Publishing in
Jakarta: Kencana.
Nursing (Coping), ISSN: 2303-
1298, 36. Syamsiatin, E. (2018). Bermain dan
Permainan AUD. Tangerang
Narendra, d. (2012). Tumbuh Kembang
Selatan: Universitas Terbuka.
Anak dan Remaja. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Wayan. (2018). Pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media puzzel
Rahman, A. (2013). Panji Bisa Hidup
terhadap perilaku cuci tangan
Sehat. Bandung: Ad-Print Mitra
pakai sabun anak sekolah.
Pustaka.
Community of publishing.
Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 13
Wayan, N. (2018). pengaruh
pendidikan kesehatan dengan
media puzzle terhadap perilaku
cuci tangan pakai sabun anak
prasekolah. Community of
Publishing in Nursing (Coping), .
Wirawan, d. (2013). Kata Dokter.
Jakarta: PandaMedia.
al, N. W. (2019). Ni WayaPengaruh
Pendidikan Kesehatan Dengan
Media Puzzle Terhadap Perilaku
Cuci Tangan Pakai Sabun Anak
Prasekolah. Ni Wayan Yati
Agustian Dewi et al. 2019.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Media Puzzle Terhadap
PerCommunity of Publishing in
Nursing (Coping). 7(1).16-17.
Wong, D. L. (2011). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Volume I.
Jakarta: EGC.

Pengaruh Bermain Puzzel Gambar Cuci Tangan Terhadap Kemampuan


Cuci Tangan Pada Anak Prasekolah Di Tk Dharma Wanita Talok Dlanggu
Kabupaten Mojokerto
Page 14
Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Volume 2 Nomor 2, Mei 2020
e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757

PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE EFEKTIF


MENINGKATKAN PERILAKU HAND HIGYENE PADA ANAK USIA
SEKOLAH
Sinthia Rosanti Maelissa*, Romario Yakop Ukru
Program Studi Keperawatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku, Jln Ot Pattimaipauw,
RT.003/RW.003, Talake, Kel Wainitu, Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku, Indonesia, 97115
*maelissasinthia@gmail.com (+6281235999400)

ABSTRAK
Perilaku mencuci tangan pada Anak Usia Sekolah saat ini masih sangat rendah, sehingga
berisiko terjadinya diare karena kuman yang dibawa menyebabkan pathogen baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sehingga dibutuhkan metode promosi yang tepat untuk
meningkatkan pengetahuan tentang perilaku mencuci tangan yang tepat, salah satunya melalui
metode permainan puzzle. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan
rancangan one-group pre-post test design yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan media puzzle terhadap perilaku hand higyene pada anak
usia sekolah di SD Kristen Waru Waipia. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1
dan 2 di SD Kristen Waru Waipia dengan sampel berjumlah 31 responden yang akan
diobservasi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle.
Instrument dalam pengumpulan data berupa lembar observasi. Proses intervensi menggunakan
protocol intervensi pendidikan kesehatan dengan media puzzle. Uji statistic yang digunakan
yakni Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan
dengan media puzzle hampir semua responden berjumlah 27 responden dari total 31
responden (95%) tidak mampu mendemonstrasikan teknik 6 langkah Hand Higyene dengan
baik dan benar, sedangkan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzzle
responden yang mampu mendemonstrasikan teknik 6 langkah Hand Higyene yang baik dan
benar berjumlah 30 responden (96.77%). Analisis pengaruh didapatkan p=0,000 yang berarti
ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap kemampuan Hand Higyene
pada anak usia sekolah di SD Kristen Waru Waipia.

Kata kunci: anak usia sekolah; hand higyene; pendidikan kesehatan; media puzzle

HEALTH EDUCATION WITH EFFECTIVE PUZZLE MEDIA ENHANCES


HAND HIGYENE BEHAVIOR IN CHILDREN AGE SCHOOL

ABSTRACT
Hand washing behavior in School Age Children is still very low, so the risk of diarrhea is
because the germs that are brought on cause pathogens both directly and indirectly. So we need
the right promotional methods to increase knowledge about proper hand washing behavior, one
of them is through the puzzle game method. This study used a pre-experimental design with a
one-group pre-post test design aimed to identify the effect of health education using puzzle
media on hand hygiene behavior in school-age children in Waru Waipia Christian Elementary
School. The population of this study was all students of grade 1 and 2 at Waru Wiapia Christian
Elementary School with a sample of 31 respondents who were observed before and after being
given health education with puzzle media. Instrument in data collection in the form of
observation sheet. The intervention process uses a health education intervention protocol with
puzzle media. The statistical test used is Wilcoxon. The results showed that before getting health
education with puzzle media, almost all respondents numbered 27 respondents from a total of

209
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 209 – 214, Mei 2020
Global Health Science Group

31 respondents (95%) unable to demonstrate the 6-step Hand Higyene technique properly and
correctly, whereas after getting health education with puzzle media respondents were able to
demonstrate the technique The 6 steps of good and correct Hand Higyene are 30 respondents
(96.77%). Analysis of influence obtained P = 0,000 which means there is an effect of health
education with puzzle media on the ability of Hand Higyene in school-age children in Waru
Waipia Christian Elementary School.

Keywords: health education; hand higyene; school age childre; puzzle games

PENDAHULUAN media pendidikan usia anak-anak harus


Anak usia sekolah dikelompokan dalam dirancang dengan baik agar lebih
usia rentan karena perilaku anak yang menarik sebab anak-anak biasanya
dapat mempengaruhi kesehatan menyukai alat permainan dengan
khususnya selama berada di sekolah bentuk yang sederhana dan tidak rumit
saat tidak bersama dengan orang tua yang disertai dengan warna dan bentuk
seperti jajanan yang tidak sehat dan yang menarik yang salah satunya
kebiasaan tidak mencuci tangan saat adalah media puzzle (Darmadi, 2017).
makan. Perilaku mencuci tangan yang
tidak tepat dapat menjadi agen Puzzle merupakan salah satu media
pembawa kuman yang dapat permainan anak yang menarik dan
menyebabkan pathogen berpindah menyenangkan serta dapat
melalui kontak baik langsung maupun meningkatkan kemampuan kogntif
tidak langsung sehingga terjadinya anak. Dengan menggunakan media
Diare, (Kemenkes RI. 2018). puzzle kemampuan kognitif anak akan
tercapai misalnya mengklasifikasikan
WHO (2017) mencatat bahwa mencuci benda berdasarkan warna atau bentuk
tangan dengan benar dapat mengurangi atau ukuran, mengklasifikasikan benda
angka kejadian diare, (Noviarni, 2016). ke dalam kelompok yang sama atau
Menurut data Riskesdas tahun 2018, kelompok yang sejenis atau kelompok
perilaku mencuci tangan dengan benar yang berpasangan dengan dua variasi
di Indonesia hanya sebesar 47 % dan dan kemampuan berpikir untuk
Maluku secara khusus hanya sekitar memecahkan permasalahan yang
36%, artinya masih ada sebagian besar sederhana.
masyarakat yang memiliki perilaku cuci
tangan belum benar. Hikmawati (2016), membuktikan dalam
penelitiannya bahwa ada pengaruh
Perilaku mencuci tangan yang kurang penyuluhan dengan media promosi
pada anak usia sekolah disebabkan oleh puzzle gizi yang di berikan siswa
pengetahuan yang masih rendah. meningkatkan pengetahuan, sikap dan
Berbagai upaya untuk tindakan siswa tentang gizi seimbang
mensosialisasikan pentingnya mencuci (p=0.001<α 0.05). Kasus diare secara
tangan telah dilakukan selama ini, umum di Provinsi Maluku pada tahun
namun hanya dengan metode ceramah 2018 memperlihatkan bahwa jumlah
sehingga bagi anak usia sekolah dirasa kasus diare yang ditangani di Provinsi
kurang menarik. Pada Anak, diperlukan Maluku tahun 2018 sebanyak 2.385
metode yang menarik dan tidak 11.5% kasus dari 34.612 kasus yang
membosankan, salah satunya dengan ditargetkan. Di kota Ambon, penyakit
metode bermain, (Notoadmodjo, 2015). diare maupun cacingan masih
Permainan yang dijadikan sebagai merupakan penyakit masyarakat yang

210
sulit untuk dieliminasi. Untuk jumlah adalah hand hygiene sebagai variable
angka kesakitan di Ambon pada tahun dependen dan permainan puzzle sebagai
2015 yaitu 3.110 orang dengan kasus variable independen.
akibat infeksi cacing, dan 2.287 orang
dengan kasus diare. Pada kasus Instrument dalam penelitian ini
tersebut, lebih banyak terjadi di menggunakan lembar observasi yang
kalangan anak-anak, terutama anak usia menggambarkan tingkat aktivitas
sekolah (Profil Kesehatan Kota Ambon, permainan edukatif dan pengetahuan
2015). siswa/siswi dalam cara mempraktekkan
cara Hand Higiene dengan baik dan
Hasil observasi peneliti, perilaku hand benar. Observasi dilakukan dengan
hygiene pada siswa SD Kristen Waru melakukan pengamatan dan pencatatan
masih sangat kurang, ditandai dengan mengenai permainan edukatif dan cara
perilaku siswa yang tidak mencuci mempraktekan Hand Hygiene dengan
tangan saat mengkosumsi jajanan. baik dan benar. Pada lembar observasi
Siswa tidak memahami tentang teknik terdapat 6 item pertanyaan, yang diisi
mencuci tangan dengan baik dan benar oleh peneliti dengan jawaban Ya
sehingga sangat berisiko terjadinya dengan bobot skor 1 dan tidak dengan
penyakit. Hasil wawancara yang skor 1-6. Jadi total skor yang diperoleh
dilakukan dengan Kepala Sekolah, terendah 1 dan tertinggi 6. Sedangkan
didapatkan sebanyak 3 sampai 4 siswa pelaksanaan teknik hand hygiene
yang harus absen karena mengalami diobservasi sebelum dan sesudah
diare. Namun tidak tahu apa penyebab intervensi dilakukan. Setiap variabel
sehingga siswanya mengalami diare. dianalisis dengan menggunakan uji
Sejauh ini Puskesmas dalam program statistik paired–test, namun didapatkan
UKGS yang dilakukan setiap bulannya data tidak berdistribusi normal sehingga
memberi dampak bagi pengetahuan dilanjutkan dengan uji wilcoxon signed
siswa karena hanya dengan metode rank test dengan tingkat kemaknaan
ceramah tanpa melakukan simulasi 0,05
ataupun menggunakan metode yang
lebih menarik bagi siswa. Berdasarkan HASIL
fenomena tersebut, maka perlu untuk Tabel 1 , usia responden terbanyak
melakukan penelitian tentang berada pada usia 7 tahun, berjenis
efektifitas metode puzzle untuk kelamin laki-laki. Tabel 2, hasil uji
meningkatkan perilaku hand hygiene normalitas Shapiro wilk, didapatkan
siswa di SD Kristen Waru Waipia. nilai signifikansi untuk tingkat
keterampilan 6 Langkah Hand higyene
METODE pre test 0.000 dan tingkat keterampilan
Desain Penelitian ini adalah Quasi 6 Langkah Hand higyene Post test
Eksperimen dengan pendekatan One adalah 0.000. Dimana nilai signifikansi
group pre-post test design. Sampel p < α (0.05) sehingga dapat
dalam penelitian ini adalah siswa SD disimpulkan bahwa data tidak
Kristen Waru Waipia kelas 1 dan 2 terdistribusi normal, maka uji statistic
yang berjumah 31 orang yang dipilih yang akan digunakan dalam penelitian
dengan menggunakan teknik total ini adalah uji nonparametric test
sampling. Variable dalam penelitian ini Wilcoxon.
Tabel 1.
Karakteristik Responden (n=31)
Karakteristik f %
Usia
6 8 25.8
7 13 41.9
8 10 32.3
Karakteristik
Laki-laki 23 74.2
Perempuan 8 25.8

Table 2.
Uji Normalitas Data
Variable Shapiro Wilk n Keterangan
Keterampilan Hand Higyene Pretest 0.000 31 Tidak normal
Keterampilan Hand Higyene Posttest 0.000 Tidak normal

Tabel 3.
Hasil uji wilcoxon Sebelum dan Sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
menggunakan media puzzle terhadap perilaku hand higyene
n Mean Sd Z P-value
Keterampilan Hand Higyene Pretest 31 3,06 0,442
-5156 0,000
Keterampilan Hand Higyene Postest 31 5,97 0,180

Tabel 3, setelah dilakukan analisis Hasil analisa menggunakan uji


menunjukkan bahwa nilai rata-rata wilcoxon didaptkan nilai p= 0,000
keterampilan sebelum diberikan (p< 0,005) yang berarti bahwa ada
pendidikan kesehatan melalui media pengaruh pendidikan kesehatan
permainan edukatif puzzle adalah menggunakan media puzzle terhadap
sebesar 3.06, sedangkan setelah perilaku hand higyene pada anak usia
diberikan pendidikan kesehatan sekolah di SD Kristen Waru Waipia.
melalui media permainan puzzle
meningkat menjadi 5.97. Rata-rata PEMBAHASAN
keterampilan 6 langkah hand higyene Hasil uji Wilcoxon Test didapatkan
pre-test dan post-test mengalami nilai p = 0,000 (p < 0.005) yang artinya
peningkatan sebesar 2,91 poin. Hal ini Ha diterima dan H0 ditolak dengan
dapat disimpulkan bahwa terdapat demikian ada Pengaruh Pendidikan
peningkatan skor keterampilan hand Kesehatan Menggunakan Media Puzzle
higyene responden. Standar deviasi Terhadap Perilaku Hand Higyene Pada
saat pre-test 0,442 dan setelah post- Anak Usia Sekolah Di SD Kristen
test menjadi 0,180 Hal tersebut Waru Waipia.
menunjukan ada perbedaan yang
signifikan antara keterampilan hand Penelitian ini media yang digunakan
higyene sebelum dan sesudah peneliti untuk memberikan pendidikan
diberikan pendidikan kesehatan kesehatan adalah alat permainan
menggunakan media puzzle. edukasi (APE) puzzle. Intervensi puzzle
yang diberikan merupakan gambaran
ketrampilan tentang tekni 6 langkah kesehatan menggunakan media puzzle
Hand Higyene yang baik dan benar terhadap perilaku hand higyene pada
dengan tampilan gambar yang menarik. anak usia sekolah di SD Kristen Waru
Waipia.
Metode bermain puzzle adalah media
permainan anak yang menarik dan DAFTAR PUSTAKA
menyenangkan akan merubah dan Aisah, Nur & Reza, Muhammad.
meningkatkan kemampuan untuk (2014).Meningkatkan
berperilaku sehat pada anak. Alat Kemampuan Mencuci Tangan
permainan untuk pendidikan usia anak- Melalui Metode Demonstrasi
anak harus dirancang dengan baik agar pada Kelompok B di
lebih menarik daripada permainan yang TK Unggulan Tepadu
tidak didesain sebab anak-anak Al-Kautsar Mojokerto.
biasanya menyukai alat permainan E-JurnalUNESA,
dengan bentuk yang sederhana dan (Online), 3 (3):1-8,
tidak rumit yang disertai dengan warna diaksespadatanggal2 Januari
dan bentuk yang menarik yang salah 2018
satunya adalah media puzzle (Aisah dan
Reza, 2014). Barokah, A. Haryani, S. Syamsul.
(2012). Pengaruh Terapi Bermain
Diah & Ery (2015) mengungkapkan Puzzle Terhadap Perilaku
bahwa ada pengaruh pemberian Kooperatif Anak Usia prasekolah
stimulus bermain Puzzle Terhadap Selama Hospitalisasi Di RSUD
Perkembangan Motorik Halus Anak Tugurejo Semarang.
Usia 4-6 Tahun Di Taman Kanak-
Kanak. Hal ini juga sejalan dengan Darmadi. (2017). Pengembangan
Kartika (2016) yang mengungkapkan Model dan Metode Pembelajaran
bahwa permainan puzzle juga dapat dalam Dinamika Belajar Siswa.
memberikan pengaruh terhadap Yogyakarta: Deepublish-Grup
peningkatan motorik halus pada anak Penerbitan CV. Budi Utama
prasekolah. Hal ini dapat diasumsikan
Diah,. & Ery. (2013). Pengaruh
bahwa bahwa permainan yang
Pendidi-kan Kesehatan terhdap
diberikan mampu dipahami dengan
Perilaku Cuci Tangan Pakai
baik oleh responden sehingga terjadi
Sabun pada Anak Usia Sekolah
peningkatan nilai dan rata-rata
Di SD 2 Jambi-dan Banguntapan
pengetahuan responden pada post-test.
Bantul.
Dengan memilih media yang menarik,
menjadikan media permainan puzzle Hikmawaty Zainab, dkk. (2016)
yang dimainkan tidak membosankan, Pengaruh penyuluhan dengan
sehingga anak mampu memberikan media promosi Puzzle Gizi
perhatian yang baik. terhadap perilaku gizi seimbng
pada siswa kelas 5 di SD Negeri
SIMPULAN 06 Posiakota Kendari.
Setelah diberikan intervensi
permainan puzzlei, siswa mampu Kartika, dkk. (2016). Jurnal Kesehatan
mendemonstrasikan teknik 6 langkah Masyarakat (e-Journal) Volume
hand higyene dengan baik dan benar, 4, nomor 5, Oktober 2016
sehingga ada pengaruh pendidikan (ISNN:
2356-2246). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku
Cuci Tangan Pakai
Sabun pada
Siswa Sekolah Dasar Negeri Noviarni, S. (2015). Cuci tangan pakai
Sambiroto 01 Kota Semarang. sabun tekan tingkat kematian.
Diakses tanggal 24 Juni 2018 http://www.koran sindo.com/ di-
Kementerian kesehatan RI. ( 2018). akses 10 november 2015.
Hasil utama Riset kesehatan Nurjanah, I. (2012). Pengaruh
Dasar 2018. Pendidikan Kesehatan dengan
Kurniawan, Agung. (2017). Metode Bermain Puzzle Terhadap
International Conference On Motivasi Pencegahan Penyakit
Special Education In Southeast Cacingan Pada Anak Usia
Asia Region 7th Series 2017. Sekolah. Universitas
Pengaruh Metode Demonstrasi Muhammdiyah Jember.
Terhadap Kemampuan Mencuci Notoatmodjo dalam Windasari, 2014,
Tangan Anak Tunagrahita dalam Apilaya, 2016,
Ringan
11 Kelas VII SMPLB. Diakses Proverawati dan Rachmawati. (2012).
tanggal 3 Januari2018 PHBS-Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika
Kuswoyo. (2013).
Pengaruh Pendidikan Rahmawati dan Noviani. (2017).
Kesehatan Dengan Metode Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Bermain Puzzle Terhadap Sikap Terhadap Tingkat Pengetahuan
Anak Usia Sekolah (6-12) Tahun Hand Hygiene pada Anak Sekolah
Tentang Penyakit ISPA di Dasar di SD Muhammadiyah
Kecamatan Ledokombo Senggotan. Diakses tanggal 23
kabupaten Jember. Universitas Juni 2018
MuhammdiyahJember.
Kusumaningtyas (2016) perkembangan
kemampuan kognitif terjadi pada
masa anak usia sekolah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Ningsih dan Isnaeni.(2015). Naskah
Publikasi STIKes Aisyah
Yogyakarta.

Pengaaruh Pendidikan Kesehatan


Mencuci Tangan pada Anak di
SD Muhammadiyah Wirobrajan
III. Diakses tanggal 24 Juni 2018
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP


PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN
ANAK PRASEKOLAH

Ni Wayan Yati Agustian Dewi, Francisca Shanti Kusumaningsih, Ni Luh Putu Yunianti
Suntari
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Email: agustiandewi97@yahoo.com

ABSTRAK
Anak-anak prasekolah mudah menderita penyakit terkait kebersihan. Penyakit ini bisa dicegah dengan
membentuk kebiasaan mencuci tangan dengan sabun. Anak-anak perlu diberikan pendidikan kesehatan cuci
tangan dengan media puzzle dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perilaku
mencuci tangan anak dengan sabun antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan setelah
pendidikan kesehatan melalui media puzzle. Penelitian ini adalah eksperimen Quasy yang dilakukan di dua
tempat, PAUD Widya Kusuma sebagai kelompok perlakuan dan PAUD Bina Mekar sebagai kelompok kontrol.
Sampel dari penelitian ini adalah 24 dari setiap kelompok. Teknik pengambilan sampel adalah Probability
Sampling dengan Cluster / Area Sampling. Penelitian ini dilakukan lebih dari enam kali intervensi pada 11 April
hingga 2 Mei 2015. Pada kedua kelompok dilakukan pre-test dan post test dengan pedoman lembar observasi.
Hasil pretest adalah 24 dari masing-masing kelompok berada dalam kategori kurang perilaku mencuci tangan
dengan sabun. Setelah intervensi, hasil post test adalah 24 anak-anak dari kelompok kontrol berada dalam
kategori kurang tetapi tidak untuk kelompok perlakuan, 24 anak-anak berada dalam kategori perilaku mencuci
tangan yang cukup baik dengan sabun. Nilai hasil Uji Mann-Whitney adalah p = 0,000, p <0,05 berarti bahwa
ada perbedaan perilaku mencuci tangan dengan sabun antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah
intervensi.

Kata kunci: mencuci tangan dengan sabun, pendidikan kesehatan dengan media puzzle anak prasekolah

ABSTRACT
Preschool children are easy to suffer disease related hygiene. This disease can be prevented by forming the
habit of handwashing with soap. Children need to be given handwashing health education with puzzle media in
this study. This study aims to analyze the differences of handwashing children behaviour with soap between the
control group and the treatment group given after health education through puzzle media. This study was a
Quasy experimental which be performed in two places, PAUD Widya Kusuma as a treatment group and PAUD
Bina Mekar as a control group. Samples from this study were 24 of each group. Sampling technique was
Probability Sampling with Cluster/Area Sampling. This study was conducted over six times intervention on April
11 to May 2, 2015. In both groups performed pre-test and post test with guidelines observation sheet. The
pretest result was 24 of each group are in less category of handwashing behaviour with soap. After intervention,
the post test result was 24 children from control group were in less category but not for treatment group, 24
children were in rather good category of handwashing behaviour with soap. Mann-Whitney Test results value
was p = 0.000, p < 0.05 means that there was difference in the handwashing behaviour with soap between
control and treatment groups after intervention.

Keywords : handwashing with soap, health education with puzzle media preschool children

PENDAHULUAN pembangunan kesehatan di Indonesia


Anak merupakan individu yang (Yunias, 2006). Sehat dalam keperawatan
berada dalam rentang perubahan anak adalah keadaan kesejahteraan yang
perkembangan yang dimulai dari bayi optimal antara fisik, mental, dan sosial
hingga remaja (Departemen Kesehatan RI, yang dicapai sepanjang kehidupan anak
2008). Derajat kesehatan anak dalam rangka mencapai tingkat
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, pertumbuhan dan perkembangan yang
karena anak sebagai generasi penerus optimal sesuai usianya (Supartini, 2004).
dalam meneruskan pembangunan bangsa. Jumlah anak meningkat setiap
Kesehatan anak merupakan salah satu tahunnya dilihat dari populasi anak di
indikator pencapaian dari upaya dunia saat ini berjumlah 1,9 miliar anak

Volume 7, Nomor 1, April 13


2019
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

dari 27% populasi penduduk dunia berhubungan dengan hygiene (Potter &
(Hansroling, 2014). Laju pertumbuhan Perry, 2006).
penduduk di Indonesia mencapai 1,49% Hasil Riset Kesehatan Dasar
atau 4,5 juta jiwa per tahun yang (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
berimplikasi pada peningkatan jumlah bahwa ISPA dan diare masih ditemukan
anak usia prasekolah di Indonesia dengan presentase tinggi pada anak usia
(Departemen Kesehatan RI, 2010). Data lima hingga enam tahun yaitu 43% dan
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 16%. Bali adalah provinsi yang menduduki
menunjukkan bahwa jumlah penduduk peringkat keenam kejadian diare di
Indonesia tahun 2010 adalah 234.181.400 Indonesia (Kemenkes RI, 2011).
jiwa, dimana 8.269.856 jiwa adalah anak Berdasarkan data Dinas Kesehatan
usia prasekolah. Di Bali, anak usia Provinsi Bali tahun 2012 diperoleh kasus
prasekolah tahun 2010 berjumlah 113.051 penyakit yang paling tinggi adalah diare
jiwa (BPS, 2010). dan menyerang anak usia prasekolah yaitu
Anak usia lima sampai enam tahun 7.975 anak. Gianyar berada di peringkat
digolongkan sebagai anak usia prasekolah. pertama kejadian ISPA dengan jumlah
Pada masa ini dikatakan sebagai masa 83.207 jiwa dan angka kejadian diare di
emas (golden age) perkembangan. Seorang Gianyar juga besar yaitu 10.758 jiwa
individu pada masa ini akan mengalami (Dinkes, 2013).
tumbuh kembang yang sangat pesat baik Penyakit pada dasarnya ditimbulkan
dari segi fisik motorik, emosi, kognitif, oleh empat faktor, yaitu lingkungan (30%),
maupun psikososial, juga perkembangan perilaku (40%), genetic (20%), akses pada
anak berlangsung secara holistik atau tempat pelayanan kesehatan (10%)
menyeluruh (Martuti, 2008). (Bararah, 2011). Berdasarkan data tersebut
Anak usia lima sampai enam tahun perilaku adalah penyebab terbesar
memiliki rentang usia yang sangat timbulnya suatu penyakit, sehingga
berharga dibandingkan usia-usia penting untuk meningkatkan perilaku
selanjutnya karena perkembangan kesehatan anak. Salah satu program
kecerdasan yang sangat pesat. Usia penting yang berkaitan dengan
prasekolah ini merupakan fase kehidupan menurunkan kasus penyakit menular
yang unik, dan berada pada masa proses adalah dengan cuci tangan pakai sabun.
perubahan berupa pertumbuhan, Anak usia lima hingga enam tahun sudah
perkembangan, pematangan dan mulai dapat diajarkan untuk menggunakan
penyempurnaan, baik pada aspek jasmani aturan-aturan untuk memahami penyebab,
maupun rohaninya yang berlangsung seperti sebelum makan agar anak tidak
seumur hidup, bertahap, dan sakit perut, anak dapat diajarkan perilaku
berkesinambungan (Mulyasa, 2012). cuci tangan pakai sabun (Potter & Perry,
Masa prasekolah adalah masa yang 2006).
paling penting dalam proses pembentukan Cuci tangan pakai sabun terbukti
dan pengembangan kepribadian baik dalam merupakan hal yang paling mudah untuk
aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika- mencegah penyakit dan merupakan strategi
moral, sehingga menjadi orang yang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
bertanggung jawab untuk diri sendiri (STBM) yang tertuang dalam surat
maupun sosial masyarakat (Zain, 2010). keputusan Menteri kesehatan RI No.
Anak mulai mengkoordinasikan otot-otot 852/SK/Menkes/IX/2008. Perilaku cuci
untuk berlari, berguling, maupun tangan pakai sabun (CTPS) khususnya
melompat. Pada fase ini rasa ingin tahu setelah kontak dengan feses ketika ke
dan minat anak bereksplorasi terhadap jamban dan membantu anak ke jamban,
lingkungan semakin meningkat sehingga dapat menurunkan insiden diare hingga 42-
anak rentan menderita penyakit yang
47% dan menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30% (Lyer, 2005).
Volume 7, Nomor 1, April 14
2019
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

Pengetahuan merupakan salah satu Penelitian yang dilakukan oleh Paino


faktor yang mempengaruhi perilaku cuci (2014) di Kelompok B PAUD Al-Falah
tangan anak (Potter & Perry, 2006). Ibmangga Kecamatan Tabongo Kabupaten
Pengetahuan yang dimiliki akan Gorontalo dengan judul “Meningkatkan
mempengaruhi sikap dan tindakan perilaku Perilaku Kooperatif melalui Teknik
cuci tangan anak. Anak akan mampu Bermain Puzzle pada anak kelompok B
mengadopsi tindakan cuci tangan yang PAUD Al-Falah Kecamatan Tabongo
benar sehingga diaplikasikan dalam Kabupaten Gorontalo”. Penelitian ini
kehidupan sehari-hari dan terjadi menggunakan metode penelitian tindakan
perubahan perilaku kesehatan pada anak. kelas (PTK) dengan jumlah sample 20
Hal ini disebabkan karena adanya interaksi orang. Berdasarkan penelitian tersebut
antara rangsangan dengan individu yang didapatkan hasil bahwa bermain puzzle
saling mempengaruhi satu sama lainnya terbukti dapat meningkatkan perilaku
(Walgito dalam Sunaryo, 2004). kooperatif pada anak kelompok B PAUD
Pengetahuan mengenai cuci tangan Al-Falah Kecamatan Tabongo Kabupaten
disampaikan melalui pendidikan Gorontalo.
kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan Afida
Zain (2010) berjudul “Pengaruh (2014) di Kelompok Bermain Buah Hati
Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan Kita Jember pada tahun 2013 berjudul
terhadap Perilaku Mencuci Tangan pada “Hubungan antara Permainan Puzzle
Anak Usia Sekolah di SD Negeri Sinoman dengan Kemampuan Kognitif Anak Usia
Pati”. Populasi dalam penelitian ini adalah Dini di Kelompok Bermain Buah Hati Kita
siswa kelas IV-VI sebanyak 57 orang Jember Tahun 2013”. Penelitian ini
berdasarkan teknik total sampling. menggunakan metode deskriptif
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif, dengan jumlah objek penelitian
Eksperimen Semu dengan desain Non 30 anak. Berdasarkan penelitian tersebut
Equivalent Control Group Design yang didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
mendapatkan hasil yang signifikan bahwa yang signifikan antara permainan puzzle
ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan kemampuan kognitif anak usia dini
mencuci tangan terhadap perilaku mencuci di Kelompok Bermain Buah Hati Kita
tangan pada anak usia sekolah. Jember. Penelitian lain yang dilakukan
Untuk mempermudah penyampaian oleh Fitriyani, Ta’suah, dan Adiarti (2014)
informasi tersebut, diperlukan media berjudul “Penggunaan Media Puzzle Tiga
sebagai alat bantu penyampaiannya Dimensi Untuk Meningkatkan Kecerdasan
(Fitriani, 2011). Peran media dalam Visual Spasial Anak Usia 5-6 Tahun (Studi
pembelajaran khususnya dalam pendidikan Deskriptif Kuantitatif di TK PGRI 25
anak usia prasekolah semakin penting Karangrejo Semarang)” mendapatkan hasil
mengingat pemikiran anak didasari oleh bahwa penggunaan media puzzle tiga
apa yang mereka lihat, dengar, ataupun dimensi memberikan peningkatan terhadap
alami (Wong, 2009). Salah satu media kecerdasan visual spasial anak usia 5-6
pembelajaran yang bisa dipakai adalah tahun.
puzzle. Puzzle merupakan media yang Penelitian yang dilakukan oleh
berbentuk potongan-potongan gambar Juhaeti (2012) berjudul “Meningkatkan
yang digunakan untuk menyalurkan pesan Kemampuan Mengingat dan Membaca
pembelajaran, sehingga dapat menstimulus Anak Usia Dini Melalui Bermain Puzzle”
perhatian, minat, pikiran dan perasaan mendapatkan hasil bahwa penggunaan
anak selama proses pembelajaran puzzle mampu meningkatkan daya ingat
(Santyasa, 2007). dan membaca anak usia dini. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan penggunaan media puzzle

Volume 7, Nomor 1, April 15


2019
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

dalam memberikan pendidikan kesehatan sesudah dberikan pendidikan kesehatan


cuci tangan akan memberikan stimulus dengan media puzzle pada kelompok
kepada anak sehingga anak tertarik untuk kontrol dan perlakuan serta menganalisis
menerapkan apa yang dilihat kemudian perbedaan perilaku cuci tangan pakai
anak akan mengingat dan mengadopsi sabun antara kelompok kontrol dan
dalam kehidupan sehari-harinya. perlakuan setelah diberikan pendidikan
Berdasarkan studi pendahuluan yang kesehatan dengan media puzzle.
dilakukan pada tanggal 10 Desember 2014,
PAUD Bina Mekar merupakan salah satu METODE PENELITIAN
PAUD yang ada di Kabupaten Gianyar Penelitian ini merupakan penelitian
dimana setiap tahunnya merupakan PAUD Quasy Eksperimental. Terdapat kelompok
dengan jumlah siswa terbanyak di Gianyar. kontrol dan perlakuan yang kemudian
Berdasarkan hasil wawancara dengan diberi pretest dan posttest pada masing-
Kepala PAUD Bina Mekar, dikatakan masing kelompok mengenai perilaku cuci
bahwa setiap sebelum makan anak diajak tangan pakai sabun anak. Populasi dalam
untuk mencuci tangan namun anak hanya penelitian ini adalah Seluruh anak usia 5-6
mencuci tangan sekilas. Pihak PAUD tahun di PAUD Bina Mekar & PAUD
sudah menyediakan sarana sabun, namun Widya Kusuma yang berjumlah 76 anak.
anak-anak tidak memanfaatkan sarana Sampel dalam penelitian ini adalah 48
tersebut. Hasil observasi yang dilakukan anak yaitu 24 anak kelas B1 PAUD Bina
pada hari itu juga, dari 24 anak di kelas B1 Mekar dan 24 anak di kelas B PAUD
terlihat semua anak tidak mencuci tangan Widya Kusuma. Pengambilan sampel ini
pakai sabun saat jam makan, dan belum dilakukan dengan Probability Sampling
ada upaya khusus dari pihak PAUD dalam dengan teknik Cluster/Area Sampling.
mempengaruhi cuci tangan pakai sabun Pengumpulan data dilakukan
pada anak-anak. dengan cara mengisi lembar observasi
Studi pendahuluan juga dilakukan di perilaku cuci tangan pakai sabun anak
PAUD Widya Kusuma dimana terdapat 24 yang telah dilakukan uji Content Validity.
anak yang berumur lima sampai enam Pelaksanaan pendidikan kesehatan
tahun. Berdasarkan hasil dari observasi 24 menggunakan panduan pendidikan
orang anak di PAUD tersebut, ditemukan kesehatan dengan media puzzle.
bahwa seluruh anak hanya mencuci tangan Pengumpulan data dalam penelitian ini
sekedar dan dengan teknik yang kurang dilaksanakan pada tanggal 11 April sampai
bahkan jarang memakai sabun. Pihak dengan 2 Mei 2015 dengan frekwensi
PAUD telah menyediakan sabun cair intervensi enam kali dalam tiga minggu.
sebagai sarana cuci tangan namun karena Sampel yang terpilih dibagi menjadi dua,
kurangnya informasi tentang pentingnya yaitu PAUD Bina Mekar sebagai
pemakaian sabun dan langkah cuci tangan kelompok kontrol dan PAUD Widya
yang benar, anak-anak tidak Kusuma sebagai kelompok perlakuan.
memanfaatkan sarana yang ada dan tidak Sebelumnya orang tua responden
mampu menerapkan langkah mencuci dijelaskan tentang prosedur dan tujuan
tangan yang benar. penelitian, kemudian menandatangani
Berdasarkan uraian di atas, maka pernyataan persetujuan sebagai responden.
penulis tertarik untuk melakukan penelitian Pengambilan data dilakukan sebelum dan
mengenai “Pengaruh Pendidikan setelah diberikan pendidikan kesehatan
Kesehatan dengan Media Puzzle terhadap dengan media puzzle dengan
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Anak mengobservasi perilaku cuci tangan pakai
Usia Prasekolah (5-6 tahun)”. Penelitian sabun anak yang diisi pada lembar
ini bertujuan untuk mengetahui perilaku observasi. Pada kelompok perlakuan
cuci tangan pakai sabun anak sebelum dan diberikan pendidikan kesehatan dengan

Volume 7, Nomor 1, April 16


2019
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

media puzzle sebanyak 6 kali dalam tiga kesehatan diperoleh dengan mengisi
minggu. Prosedur pelaksanaan yaitu anak- lembar observasi perilaku cuci tangan
anak dijelaskan terlebih dahulu mengenai pakai sabun anak prasekolah. Hasil
tujuan dan prosedur, kemudian pengukuran tingkat perilaku cuci tangan
memperkenalkan media kepada anak, yaitu pakai sabun anak pada kelompok kontrol
puzzle yang bergambar cuci tangan yang (PAUD Bina Mekar) sebelum diberikan
benar. Anak-anak dibagikan puzzle dan pendidikan kesehatan dengan media
meminta anak untuk memasang kepingan- puzzle, seluruh anak berada pada kategori
kepingan puzzle. Setelah puzzle terpasang, perilaku cuci tangan kurang baik, yaitu
meminta anak untuk mempraktikkan yang dengan jumlah 24 anak (100%). Begitu
ada pada gambar puzzle tersebut. Anak- pula pada kelompok perlakuan (PAUD
anak kemudian diberikan pengetahuan Widya Kusuma) dari 24 anak, seluruh anak
tentang manfaat cuci tangan dan waktu (100%) berada pada kategori perilaku cuci
yang tepat untuk cuci tangan. Seluruh anak tangan yang kurang baik.
diajak melakukan simulasi cuci tangan Terjadi perbedaan perilaku cuci
pakai sabun yang benar. Setelah data tangan pakai sabun anak antara kelompok
terkumpulkan, maka data di deskripsikan kontrol dan perlakuan setelah diberikan
dan diberikan skor sesuai kategori perilaku pendidikan kesehatan dengan media
cuci tangan menggunakan tiga kategori, puzzle. Perbedaan itu terlihat dimana,
yaitu; kategori kurang baik (skor 1-3), setelah diberikan pendidikan kesehatan
kategori cukup baik (skor 4-7), dan dengan media puzzle pada kelompok
kategori baik (8-12). Selanjutnya data perlakuan, seluruh anak yang berjumlah 24
tersebut ditabulasikan, data dimasukkan anak di kelompok tersebut berada pada
dalam tabel frekuensi dan kategori perilaku cuci tangan yang cukup
diinterpretasikan. Untuk menganalisis baik. Sedangkan pada kelompok kontrol
perbedaan perilaku cuci tangan pakai anak-anak tidak mendapatkan pendidikan
sabun anak antara kelompok kontrol dan kesehatan dengan media puzzle dan
kelompok perlakuan setelah diberikan mendapatkan hasil bahwa seluruh anak (24
pendidikan kesehatan dengan media puzzle anak) masih tetap berada pada kategori
maka digunakan uji statistic Mann- perilaku cuci tangan yang kurang baik.
Whitney Test dengan tingkat signifikansi p Uji statistik perbedaan perilaku
≤ 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. cuci tangan pakai sabun pada kelompok
kontrol dan perlakuan setelah diberikan
HASIL PENELITIAN pendidikan kesehatan dengan media puzzle
Penelitian terhadap perilaku cuci tangan digunakan Mann Whitney Test. Hasil uji
pakai sabun anak usia prasekolah (5-6 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
tahun) sebelum diberikan pendidikan

Tabel 1.
Perbedaan perilaku cuci tangan pakai sabun pada kelompok kontrol dan perlakuan setelah
Perilaku cuci tangan Mann-Whitney U Z Asymp. Sig. (2-tailed)
pakai sabun ,000 -6,856 ,000
diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle (n= 24)

Mann Whitney test mendapatkan perlakuan setelah diberikan pendidikan


nilai p = 0,000 menunjukan nilai p lebih kesehatan dengan media puzzle. Perbedaan
kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan yang terjadi adalah meningkatnya perilaku
bahwa ada perbedaan perilaku cuci tangan cuci tangan pakai sabun anak pada
pakai sabun antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan media puzzle. Sedangkan pada kelompok kontrol
Volume 7, Nomor 1, April 17
2019
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

tidak mengalami perubahan perilaku dan masih tetap berada pada kategori perilaku
cuci tangan kurang baik.
PEMBAHASAN
Sebelum diberikan pendidikan media puzzle, semua responden yaitu 24
kesehatan dengan media puzzle seluruh anak mengalami peningkatan perilaku cuci
anak prasekolah yang berusia lima sampai tangan pakai sabun prasekolah. Sedangkan
dengan enam tahun di PAUD Widya pada kelompok kontrol tidak terjadi
Kusuma berada pada kategori perilaku peningkatan perilaku cuci tangan pakai
kurang baik untuk melakukan cuci tangan sabun, dimana 24 responden tetap berada
pakai sabun. Begitu pula di PAUD Bina dalam kategori kurang baik.
Mekar seluruh anak berada pada kategori Pada uji Mann-Whitney U
perilaku kurang baik dalam melakukan didapatkan Asymp. Sig. (2-tailed) dari
cuci tangan pakai sabun. Seluruh anak perilaku cuci tangan pakai sabun anak
yang berada pada kategori perilaku cuci prasekolah yaitu p=0,000 yang
tangan yang kurang baik kemungkinan menunjukkan p lebih kecil dari 0,05 yang
karena kurangnya pengetahuan yang berarti bahwa terdapat perbedaan perilaku
dimiliki anak mengenai cuci tangan yang cuci tangan pakai sabun antara kelompok
benar. Pihak PAUD seperti guru-guru telah kontrol dan perlakuan setelah diberikan
mengingatkan anak untuk mencuci tangan pendidikan kesehatan dengan media
dengan menggunakan sabun, dan juga puzzle. Menurut Fitriani tahun 2011, pada
telah menyediakan sarana sabun untuk anak usia prasekolah perilaku kesehatan
mendukung cuci tangan pakai sabun anak. dapat dibentuk melalui cara menumbuhkan
Namun upaya yang dilakukan oleh pihak pengertian, kebiasaan, dan penggunaan
PAUD tersebut masih sangat kurang, model sehingga dapat dibentuk perilaku
dimana dapat terlihat bahwa tidak adanya kesehatan sesuai dengan harapan.
upaya khusus seperti pemberian Pembentukan perilaku melalui pembiasaan
pendidikan kesehatan kepada anak-anak. dan pengembangan kemampuan dasar
Pendidikan kesehatan mengenai mencuci merupakan fokus pengembangan pada
tangan yang benar akan menstimulus anak anak usia tersebut. Pendidikan kesehatan
untuk mau dan mampu melakukan merupakan salah satu cara menumbuhkan
perubahan perilaku cuci tangan pakai pengertian kepada anak untuk mengubah
sabun yang benar. Oleh karena pendidikan perilaku. Pentingnya pendidikan kesehatan
kesehatan yang kurang menyebabkan tersebut dibuktikan dalam penelitian yang
anak-anak tidak mendapatkan pengetahuan dilakukan oleh Susilaningsih (2013) yang
yang lengkap mengenai pentingnya cuci berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
tangan dengan menggunakan sabun Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa
sehingga tidak adanya antusias anak untuk Sekolah Dasar”. Penelitian tersebut
mencuci tangan dengan menggunakan dilakukan di SD 1 Gonilan dengan 36
sabun. responden yang mendapatkan hasil bahwa
Setelah diberikan perlakuan berupa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
pendidikan kesehatan dengan media puzzle perilaku cuci tangan anak melalui
selama enam kali dalam tiga minggu pendidikan kesehatan.
kemudian dilakukan pengisian lembar Dalam mengajarkan anak usia
observasi dan memperoleh hasil terjadinya prasekolah untuk mencuci tangan
peningkatan perilaku pada kelompok diperlukan media yang tepat sehingga
perlakuan tersebut (PAUD Widya dapat mengubah perilaku (Fitriani, 2011).
Kusuma). Pada kelompok perlakuan yang Salah satu media yang bisa digunakan
diberikan pendidikan kesehatan dengan adalah media puzzle untuk meningkatkan
minat anak sehingga pesan tersampaikan.
Hal ini didukung juga oleh penelitian yang

Volume 7, Nomor 1, April 18


2019
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

dilakukan oleh oleh Zakarya (2013) DAFTAR PUSTAKA


dengan judul “Pengaruh Pelatihan Cuci Afida. (2014). Hubungan antara
Tangan Bersih Dengan Metode Bermain permainan puzzle dengan
Puzzle Terhadap Kemampuan Melakukan kemampuan kognitif anak usia dini
Cuci Tangan Anak Tunagrahita Di SDLB di Kelompok Bermain Buah Hati
TPA Kab. Jember”. Penelitian tersebut Kita Jember Tahun 2013. Skripsi
mendapatkan hasil bahwa terdapat tidak diterbitkan. Jember Program
pengaruh pelatihan cuci tangan bersih Studi Pendidikan Luar Sekolah
dengan metode puzzle terhadap Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
kemampuan cuci tangan bersih anak. Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perbedaan kategori perilaku anak Universitas Jember
antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan kemungkinan disebabkan karena Badan Pusat Statistik. (2010). Penduduk
beda perlakuan antara kedua kelompok. Indonesia: Hasil Sensus Penduduk
Pemberian pendidikan kesehatan dengan 2010. Jakarta
media puzzle pada kelompok perlakuan
mampu meningkatkan pengetahuan anak Departemen Kesehatan Republik
tentang cuci tangan yang benar pada Indonesia. (2008). Pedoman
PAUD tersebut. Pengetahuan cuci tangan pelaksanaan stimulasi, deteksi dan
pakai sabun yang dimiliki anak kemudian intervensi dini tumbuh kembang
akan menstimulus anak untuk menjadi anak di tingkat pelayanan kesehatan
sadar akan pentingnya cuci tangan pakai dasar. Jakarta: Depkes RI
sabun. Kesadaran anak akan pentingnya
cuci tangan pakai sabun membuat anak Departemen Kesehatan Republik
untuk tertarik dan mempertimbangkan Indonesia. (2010). Data Sasaran
stimulusnya tersebut. Setelah anak program kementrian kesehatan
mempertimbangkan stimulus tersebut anak tahun 2010. (online).
akan mulai mencobanya dan menerapkan (http://www.depkes.go.id/downloads
dalam kehidupannya sehari-hari. Selain itu, /data_sasaran_2010.pdf, diakses 10
kegiatan yang aktif dalam bermain puzzle Oktober 2014)
ini juga dapat meningkatkan aktifitas sel
otak anak sehingga anak mampu Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2013).
mengingat apa yang dia kerjakan pada Profil kesehatan provinsi Bali tahun
puzzle tersebut. Sedangkan pada kelompok 2010-2012. Bali: Dinas Kesehatan
kontrol yang tidak mendapatkan Provinsi Bali
pendidikan kesehatan dengan media puzzle
berada pada kategori perilaku kurang baik Fitriani, S. (2011). Promosi kesehatan.
karena kurangnya pengetahuan yang Yogyakarta: Graha Ilmu
dimiliki anak. Oleh karena itu, penting
Fitriani, Ta’suah dan Adiarti. (2014).
untuk anak diberikan pendidikan kesehatan
Penggunaan media puzzle tiga
dengan media puzzle sehingga perilaku
dimensi untuk meningkatkan
cuci tangan pakai sabun anak menjadi
kecerdasan visual spasial anak usia
lebih baik.
5-6 tahun (studi deskriptif kuantitatif
di TK PGRI 25 Karangrejo
SIMPULAN
Semarang). Indonesian Journal of
Ada perbedaan perilaku cuci tangan
Early Childhood Education Studies,
pakai sabun antara kelompok kontrol dan
ISSN 2252-6374
perlakuan setelah diberikan pendidikan
kesehatan dengan media puzzle. Hansroling. (2014). World peak number of
children is now. (online).

Volume 7, Nomor 1, April 19


2019
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

(www.gapminder.org/news/world- Departemen Kesehatan, Republik


peak-number-of-children-is-now/, Indonesia
diakses 6 Januari 2015)
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk
Juhaeti. (2012). Meningkatkan keperawatan. Jakarta: EGC
kemampuan mengingat dan
membaca anak usia dini melalui Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar
bermain puzzle. Jurnal Universitas keperawatan anak. Jakarta: EGC
Pendidikan Indonesia
Susilaningsih, E.Z. (2013). Pengaruh
Kementerian Kesehatan Republik pendidikan kesehatan terhadap
Indonesia. (2011). Buletin jendela perilaku mencuci tangan siswa
data dan informasi kesehatan: sekolah dasar. Prosiding Konferensi
situasi diare di Indonesia. Nasional PPNI Jawa Tengah Tahun
Kementerian Kesehatan Republik 2013
Indonesia
Wong. (2009). Buku ajar keperawatan
Lyer, P. (2005). The handwashing pediatrik vol. 1. Jakarta: EGC
handbook. Washington DC: PS Press
Service Yunias, M. (2006). Hubungan pola asuh
orang tua dengan kepercayaan diri
Martuti, S. (2008). Psikologi anak di TK Tarbiyatul Atfal
perkembangan. Bandung: Penanggulan Pegandon Kendal.
Rosdakarya Skripsi. Semarang Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan
Mulyasa. (2012). Manajemen pendidikan Universitas Muhammadiyah
anak usia dini (PAUD). Bandung: Semarang
PT. Remaja Rosdakarya
Zain, R. M. (2010). Pengaruh pendidikan
Paino. (2014). Meningkatkan perilaku kesehatan mencuci tangan pada
kooperatif melalui teknik bermain anak usia sekolah di SDN Sinoman
puzzle pada anak kelompok B PAUD Pati. Skripsi dipublikasikan.
Al-Falah Kecamatan Tabongo Semarang Fakultas Ilmu
Kabupaten Gorontalo. Skripsi Tidak Keperawatan dan Kesehatan
Diterbitkan. Jurusan Bimbingan dan Universitas Muhammadiyah
Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Semarang
Universitas Negeri Gorontalo
Zakarya. (2013). Pengaruh pelatihan cuci
Potter dan Perry. (2006). Fundamental tangan bersih dengan metode
keperawatan konsep, proses dan bermain puzzle terhadap
praktik edisi 4. vol 2. Jakarta: EGC kemampuan melakukan cuci tangan
anak tunagrahita Di SDLB TPA
Riset Kesehatan Dasar. (2007). Laporan Kab. Jember. Skripsi Tidak
nasional 2007. Badan Penelitian dan Diterbitkan. Jember Universitas
Pengembangan Kesehatan Jember

Volume 7, Nomor 1, April 20


2019
Jurnal Kesehatan Pertiwi
Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada
Volume 2 Nomor 01 Tahun 2020

Pendidikan Kesehatan dengan Media Video Mempengaruhi Pengetahuan dan Sikap


Anak dalam Pencegahan Penyakit Diare

Siti Novy Romlah1, Ratumas Ratih Puspita2, Dewi Ratnasari3


1
Program Studi D-III Kebidanan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
2,3
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
Email: sitinovyromlah@wdh.ac.id1, ratumasratihpuspita@wdh.ac.id2,
dewiratnasar69@gmail.com3

ABSTRAK Pendahuluan: Menurut data WHO (2013), angka kejadian diare masuk daftarpenyebab
kematian terbesar Dunia yaitu 1,5 juta atau 2,7% dari kematian diseluruh dunia disebabkan
oleh diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media video terhadap pengetahuan dan sikap anak dalam pencegahan penyakit diare.
Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
penelitian Pre experiment Desaign dengan rancangan One Present-Postest Group Design.
Dimana penelitian ini hayanya menggunakan 1 kelompok saja tanpa kelompok pembanding.
Responden adalah siswa/i kelas IV dan V MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin Bogor yang
berjumlah 31 orang yang diambil menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan dan sikap pretest dan postest. Hasil
penelitian: didapatkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan 20
responden pengetahuan kurang (64,5%) dan responden memiliki pengetahuan cukup 11
responden (35,5%). Sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan dari 31 responden
memiliki sikap kurang yaitu 29 responden (93,5%) sifat baik 2 responden (6,5%). Hasil
analisa statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon diperoleh P-value = 0,000 <α = 0,05
maka Ha diterima artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video
terhadap pengetahuan dan sikap anak dalam pencegahan penyakit diare di MI Nurul Hidayah
tamansari Rumpin Bogor. Saran dari penelitian ini diharapkan institusi dapat memberikan
pengetahuan dan sikap yang menjadikan bahan pembelajaran dalam melalukan pendidikan
kesehatan.

Kata Kunci Pendidikan Kesehatan, Diare, Pengetahuan dan Sikap.

ABSTRACT According to WHO (2013), the number of diarrhea one of the listed disease of causing death
the biggest in the world, that was 1,5 millions or 2,7% of death caused by diarrhea. The
purpose of the research was to find out the influence of health video with video media to
children knowledge and attitude in preventing diarrhea. This method of the research was
quantitative research by using pre-experiment research design with One Pre-test-Post-test
design in which the research used only one group without the comparing group. Respondent
of the research was the fourth and the fifth grade of Students of Nurul Hidayah MI Tamansari
Rumpin, Bogor which numbered 31 people taken by using total sampling. Instrument used in
this research was knowledge questionnaires and pre-test and post-test attitude. Of the result
of research was found that the knowledge level before being given health education 20
respondents had less knowledge (64,5%) and respondent who had enough knowledge 11
respondents (35,5%). Attitude before being given health education, from 31 respondents,
those who have less attitude was 29 respondents (93,5%), good attitude 2 respondents (6,5%).
The result of statistical test by using Wilcoxon test was found p-value = 0,000 &lt;α = 0,05,
thus Ha was accepted meaning there is influence of health education with media video to the
children’s knowledge and attitude in preventing diarrhea in Nurul Hidayah MI, Taman sari
Rumpin, Bogor. Suggestion from this research that institution can give knowledge and
attitude that become the materials of teaching- learning in doing health education.

Keywords Health education, diarrhea, knowledge and attitude.

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 118


Pendahuluan Menurut Profil Dinas Kesehatan
Menurut World Health Organization Kabupaten Bogor tahun (2018), laporan dari
(WHO) 2013, diare adalah keluarnya 3 atau Puskesmas tahun 2017 jumlah kasus diare yang
lebih fases yang longgar atau cair perhari, atau ditemukan di Kabupaten Bogor sebanyak
lebih sering daripada yang normal untuk 130.448 orang, jumlah kasus diare yang
individu. Ini biasanya merupakan gejala infeksi diperkirakan ditemukan di Kabupaten Bogor
gastrointestial, yang dapat disebabkan oleh sejumlah 171.222 kasus, dengan demikian
berbagai organisme bakteri, virus, dan parasit. cakupan penemuannya adalah 91,51%, hampir
Infeksi menyebar melalui makanan atau air mencapai target Standar Pelayanan Minumal
minum yang terkontaminasi, atau dari orang (SPM) sebesar 100% dan salurannya telah
keorang sebagai akibat dari kebersihan yang mendapatkan penanganan.
buruk. Kejadian diare masuk daftar penyebab Masalah diare timbul karena kurang
kematian terbesar Dunia yaitu 1,5 juta atau 2,7% kebersihan terhadap makanan yang dimakan.
dari kematian diseluruh dunia disebabkan oleh Anak usia sekolah pada umumnya belum paham
diare. betul akan kebersihan bagi tubuhnya, apalagi
Menurut Profil Kesehatan Indonesia anak sekolah bila jam istirahat tiba mereka
(2018), target cakupan pelayanan kesehatan bermain dan makan sehingga lupa mencuci
penderita diare Semua Umur (SU) yang datang tangan (Dian, 2015). Anak sekolah seringkali
kesarana kesehatan adalahal 10% dari perkiraan membeli jajanan yang kurang sehat. Penelitian
jumlah penderita diare SU (Insidens Diare SU yang dilakukan Ayuningtyas dalam Dian,
dikali jumlah penduduk disatu wilayah kerja (2015), menyatakan bahwa jajanan anak sekolah
dalam waktu satu tahun). Pada tahun 2017 mengandung bakteri E-coli (67,7) dan dalam
jumlah penderita diare SU yang dilayani penelitian tersebut frekuensi jajan mempunyai
disarana kesehatan sebanyak 4.274.790 hubungan yang bermakna dengan kejadian diare
penderita, dan terjadi peningkatan pada tahun akut. Akibat yang ditimbulkan diare adalah
2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau kekurangan cairan tubuh dan garam-garam yang
62,93% dari perkiraan diare disarana kesehatan. sangat berguna bagi kelangsungan hidup
Insiden diare semua umur secara nasional adalah manusia, akibat kekurangan cairan terus
270/1.000 penduduk. Cakupan pelayanan diare menerus akan berakibat dehidrasi. Selain itu
balita secara Nasional pada tahun 2018 dengan juga diare juga dapat mengakibatkan malnutrisi
cakupan tertinggi yaitu provinsi Nusa Tenggara karena nafsu makan berkurang. Malnutrisi akan
Barat (75,88%), DKI Jakarta (68,54%) dan menyebabkan resiko terjadinya diare lebih berat
Kalimantan Utara (55,00%), sedangkan cakupan dan lama, dan pada akhirnya akan menyebabkan
provinsi terendah yaitu Maluku (9,77%), kegagalan pertumbuhan dan kematian (Diana,
Sumatra Utara (16,70%) dan Kepulauan Riau 2015).
(18,68%), dan Jawa Barat sendiri ada diurutan Anak usia sekolah dasar mempunyai masa
ke 9 yaitu (46,35%). berfikir kritis yaitu masa pengumpulan ilmu
Menurut Profil Dinas Kesehatan pengetahuan (Arsyad, 2018). Dan pada masa
Kabupaten Bogor tahun (2018), laporan dari tinggi sekolah dasar yaitu 9-12 tahun memiliki
Puskesmas tahun 2017 jumlah kasus diare yang sifat realistik, rasa ingin mengetahui, mulai
ditemukan di Kabupaten Bogor sebanyak mandiri dan sudah mulai mengetahui cara
130.448 orang, jumlah kasus diare yang penanganan penyakit sendiri. (If Himmah,2018).
diperkirakan ditemukan di Kabupaten Bogor Anak usia sekolah adalah anak pada usia 7-12
sejumlah 171.222 kasus, dengan demikian tahun. Pada usia ini anak diharapkan
cakupan penemuannya adalah 91,51%, hampir memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
mencapai target Standar Pelayanan Minumal dianggap penting untuk kebersihan penyesuaian
(SPM) sebesar 100% dan salurannya telah diri anak ketika dewasa kelak (Harismawanto J
mendapatkan penanganan. dengan cakupan 2019).
tertinggi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat Anak usia sekolah merupakan investasi
(75,88%), DKI Jakarta (68,54%) dan generasi penerus bangsa, sehingga anak usia
Kalimantan Utara (55,00%), sedangkan cakupan sekolah harus dipersiapkan supaya tumbuh
provinsi terendah yaitu Maluku (9,77%), kembangnya berjalan optimal. Masalah
Sumatra Utara (16,70%) dan Kepulauan Riau kesehatan anak sekolah kurang diperhatikan
(18,68%), dan Jawa Barat sendiri ada diurutan baik oleh orang tua, sekolah, atau praktisi
ke 9 yaitu (46,35%). kesehatan lainnya, karena saat ini masih
berfokus pada kesehatan balita. Anak usia

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 119


sekolah dalam masa

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 120


pertumbuhan dan perkembangan sering kali Karena pengetahuan diare juga sangat
mengalami beberapa masalah kesehatan seperti
penyakit menular, penyakit infeksi kronis, dan
masalah gizi (Diana, 2015). Anak usia sekolah
rawan mengalami penyakit karena imunitas
tubuh belum berkembang secara sempurna.
Sekolah merupakan tempat yang paling penting
sebagai sumber penularan penyakit infeksi
secara langsung pada anak sekolah (Diana,
2015).
Munculnya sebagian penyakit yang paling
sering menyerang anak usia sekolah, ternyata
umumnya berkaitan dengan prilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) disekolah merupakan
kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui
pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Saat ini banyak anak-anak yang sakit akibat dari
kurangnya menjaga kebersihan, sehingga hal ini
harus segera dapat diatasi dan diberikan
penanggulangan secara cepat. Selama ini
pemerintah Indonesia telah memberikan
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan untuk
mendukung upaya peningkatan perilaku sehat
ditetapkan Visi Nasional Promosi kesehatan
sesuai Keputusan RI. No.
1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu “Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010).
(Tulang dan Haryamin, 2016).
Kurangnya kesadaran cuci tangan pada
anak usia sekolah dasar menjadi penyebab
masalah kesehatan, yaitu salah satunya penyakit
diare. Kesehatan akan pentingnya cuci tangan
pada anak-anak menggunakan sabun dengan
baik dan benar terbukti secara ilmiah efektif
untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit
(Harisismanto J, 2019).
Menurut Rohana, (2016), upaya
penurunan angka kejadian diare dilakukan
dengan memanfaatkan sumber daya khususnya
unsur manusia meliputi upaya penemuan dan
pengobatan secara dini, salah satunya dengan
pendidikan kesehatan. Salah satu penyebab anak
diare adalah karena kurangnya pengetahuan
anak dan ibu terhadap pencegahan diare. Oleh
karena itu pendidikan kesehatan di sekolah dasar
harus diprioritaskan, karena jenjang pendidikan
dasar merupakan pondasi yang banyak
menentukan perkembangan karier seseorang
dimasa mendatang. Dalam konteks membangun
pondasi kebiasaan hidup aktif dan positif, maka
pendidikan kesehatan perlu diselenggarakan
dengan sebaik-baiknya dijenjang pendidikan
dasar (Lutan Rusli dkk, 2018).
Menurut Gurning (2019), masih banyak
yang belum mengetahui bagai mana diare itu,
bagaimana pengobatan dan pencegahannya.

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 120


mempengaruhi angka kejadian diare pada Penelitin ini berlangsung dari bulan januari 2020
anak. Maka dibutuhkan cara agar dapat sampai bulan juli 2020.
meningkatkan pengetahuan anak-anak Populasi adalah wilayah generalisasi yang
mengenai diare. Menurut Meean Siwach terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai
dalam penelitian Gurning (2019), kualitas dan karakteristik tertentu yang
melaporkan bahwa pendidikan kesehatan ditetapkan oleh penliti untuk dipelajari dan
pada anak sekolah dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai kesehatan secara
signifikan. Ada beberapa program
pendidikan kesehatan baik berupa
penyuluhan, diskusi, dan simulasi. Ada
beberapa metode penyuluhan yaitu
menggunakan media cetak seperti leaflet,
flip chart, dan poster. Bisa juga
menggunakan media elektronik seperti
vidio, dan slide.
Pendidikan kesehatan memerlukan
media dalam menyampaikan materi yang
akan diberikan, salah satunya
menggunakan media video. Media video
merupakan salah satu jenis media audio
visual karena media ini mengandalkan
indra penglihatan dan indra pendengaran.
Media yang menarik akan memberikan
keyakinan, sehingga perubahan kognitif,
efektif dan psikomotor dapat dipercepat
(Harismanto J, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan di MI Nurul Hidayah ditemukan
bahwa 31 murid kelas 4 dan kelas 5 yang
diwawancarai yaitu 13 dari 15 anak
mengatakan tidak mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan pada jam istirahat.
Sisanya 2 orang mengatakan cuci tangan
jika ingat. Sehingga dapat disimpulkan
anak-anak di MI Nurul Hidayah rentan
untuk terkena penyakit diare 87% dari
100%. Sehingga berdasarkan identifikasi
kajian diatas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Media Video Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Anak Dalam Pencegahan Penyakit
Diare di MI Nurul Hidayah Tamansari
Rumpin Bogor.

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, dengan menggunakan desain
penelitian Pre Experiment Desaign dengan
rancangan One Pretest-Postest Group
Design. Dimana pada penelitian ini hanya
menggunakan 1 kelompok saja tanpa
kelompok pembanding (Sugiono, 2016).
Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul
Hidayah Tamansari Rumpin Bogor.
Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 121
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, Analisa Univariat
2017). Populasi dalam penelitian ini adalah anak
sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 yang belum Diagram Pai 1. Distribusi frekuensi usia responden
pernah dilakukan pendidikan kesehatan yang di MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin Bogor.
berjumlah 31 anak.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan Usia
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel penelitian ini
6,50%
adalah seluruh responden yaitu anak kelas 4 dan 9,70%
Tahun
kelas 5 MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin 16,10%
Tahun
Bogor dengan teknik Tahun
pengambilan sampel menggunakan 41,90%
25,80% Tahun
total sampling, menurut Arikuto dalam 14 Tahun
Maemunah (2019). Jika sampel kurang dari
100 maka seluruh anggota populasi
dijadikan sampel (sampel jenuh / total
sampling).
Teknik Pengumpulan Data: Mengajukan Diagram diatas responden berjumalah 31
surat izin ke ketua STIKes Widya Dharma responden, menunjukan hampir setengahnya
Husada Tangerang. Setelah surat izin (26- 49%) responden di MI Nurul Hidayah
dikeluarkan dari Ketua STIKes Widya Dharma Tamansari Rumpin Bogor berusia 12 tahun
Husada di dapatkan maka peneliti mengajukan (41.94%) dengan usia minimumnya yaitu 9
izin penelitian ke Kepala Sekolah dan wali kelas tahun dan paling maxsimumnya 14 tahun.
MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin Bogor.
Selanjutnya, setelah izin didapatkan dari Kepala Diagram Pai 2. Distribusi frekuensi jenis kelamin
responden di MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin
Sekolah MI Nurul Hidayah Tamansari Rumpin
Bogor
Bogor peneliti melakukan pengambilan data.
Analisa Data: Analisa univariat bertujuan Jenis Kelamin
dengan menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan 54,50% 35,50% Laki-laki
analisa distribusi frekuensi responden Perempuan
berdasarkan variabel penelitian yang diteliti,
data ditampilkan dalam bentuk distribusi dari
berbagai variabel yang diteliti dan selanjutnya
dilakukan interprestasi secara deskriptif. Analisa
bivariat untuk mengetahui ada tidaknya Diagram diatas menunjukan frekuensi
pengaruh antara variabel independen dengan jenis kelamin dari keseluruhan responden dalam
variabel dependen, variabel dependen yaitu penelitian ini. Responden lebih dari setengahnya
pengetahuan dan sikap anak dalam pencegahan (51-74%) dilihat dari diagram diatas adalah
penyakit diare sebagai variabel independen perempuan sebesar 20 orang (54,50%)
pendidikan kesehatan dengan media video. sedangkan laki – laki sebanyak 11 orang
Analisa data yang digunakan dalam penelitian (35.48%).
ini adalah uji statistik non parametrik yaitu Uji
Wilcoxon. Tabel 1. Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan
Pendidikan kesehatan dengan video
pendidikan Ti n
Hasil Penelitian kesehatan dengan ng
Hasil penelitian ini mengenai pengaruh media video ka
terhadap t
pe
pengetahuan ng
sikap dalam et
ah
ua

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 121


Frekuensi (N) %
pencegahan Baik 0
penyakit diare di
35,5
MI Nurul
Cuku %
Hidayah 64,5
p
Tamansari Kura %
Rumpin Bogor. ng
Penelitian ini di
lakukan pada
bulan Januari -
Juli 2020
dengan
jumlah responden sebanyak 31 responden. Hasil

penelitian ini Total 31


berupa hasil
penelitian 100%
univariat dan
analisis bivariat.

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 122


Berdasarkan tabel 1 distribusi frekuensi Tabel 4. Pengetahuan dan sikap anak dalam
tingkat pengetahuan sebelum dilakukan pencegahan penyakit diare setelah selang 2,4 dan 6
pendidikan kesehatan melalui video dari 31 hari
responden Se N P-
didapatkan lebih be Value
dari setengah lu
responden m
memiliki –
pengetahuan
se
kurang yaitu
su
sebanyak 20
da
responden (64,5%)
dan hampir h
setengan responden
memiliki
pengetahuan cukup
yaitu sebanyak 11
responden (35,5%).
Pengetahuan 31 0,000
sebelum-
Tabel
sesudah 2. Data sikap
hari
ke-2sebelum pendidikan
kesehatan dengan
Sikap 0,000
video.
sebelum –
Sikap Frekuensi (N) %
sesudah hari
ke-2 Baik 2 6,5%

Kurang 29 93,5%
Pengetahuan
Total 31 1,000 100%
sesudah hari
B 2 dan ke 4
e Sikap 1,000
r sesudah hari
d 2 dan ke 4
a Pengetahuan 1,000
s
sesudah hari
a
4 dan ke 6
r
Sikap 1,000
k
sesudah hari
a
n 4 dan ke 6

t
a
b
e
l

d
i
s
t
r
i
b

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 122


u t
s a
i n

f d
r e
e n
k g
u a
e n
n
s v
i i
d
s e
i o
k
a d
p a
r
s i
e
b 3
e 1
l
u r
m e
s
d p
i o
n
b d
e e
r n
i
k d
a i
n d
a
p p
e a
n t
d k
i a
d n
i
k h
a a
n m
p
k i
e r
s
e s
h e
a l

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 123


u e
r s
u p
h o
n
r d
e e
s n
p
o (
n 9
d 3
e ,
n 5
%
m )
e
m d
i a
l n
i
k h
i a
m
s p
i i
k r
a
p t
i
k d
u a
r k
a
n a
g d
a
y
a r
i e
t s
u p
o
s n
e d
b e
a n
n
y m
a e
k m
i
2 l
9 i
k
r i

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 124


s 3
i .
f
a D
t a
t
a
b
a p
i e
k n
g
y e
a t
i a
t h
u u
a
n
s
e
d
b a
a n
n
y s
a i
k k
a
2 p

r p
e a
d
s
a
p
o h
n a
d r
e i
n
k
a e
t
a 2
u ,
4
(
6 d
a
,
n
5
% 6
)
. s
e
T s
a u
b d
e a
l h

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 125


perubahan Pengaruh tingkat
d atau sama pengetahuan dan
i selama 6 hari sikap anak dalam
b setelah pencegahan
e penyakit diare
dilakukan
r sebelum dan
pendidikan sesuda
i
k
kesehatan. pendidikan
a Tabel 5. kesehatan
n dengan video
pengetahuan baik dan sikap yang baik yaitu
p s Variabel Mean
e e –
n b Valu
d a
i n
d
y
i
k
a
a k
n
3
k 1
e
s (
e 1
h 0
a 0
t %
a
)
n
de .
ngan Analisa Bivariat
medi Analisa Sebelum Sesudah
a bivariat hari ke 6
video menjelaskan Pengetahuan 1,35
. mengenai pengaruh 3,00
Tingkat Hari ke 2 Hari ke 4 Hari ke 6 pendidikan 0,000
pengetahuan
esehatan dengan Sikap 1,06
Frekuensi
F Fr Berdasarka
(N) re
media video 2,00
ek n tabel 5.6 terhadap 0,000
k ue menunjukan hasil
u ns analisa statistik pengetahuan dan Berdasark
e i yang dilakukan sikap anak dalam an tabel 5 di atas
ns (N sebelum dan pencegahan menunjukan
i ) penyakit diare di hasil analisa
( MI Nurul Hidayah statistik dengan
N
Tamansari Rumpin menggunakan
)
Bogor. Uji Wilcoxon
yang artinya Ha diterima artinya terdapat diperoleh P-
pengaruh, setelah
Baik dilakukan31 pendidikan31kesehatan 31 Value = 0,000 <
pada hari ke 2, ke 4 dan ke 6 didapatkan P-Value α = 0,05, maka
1,000 yang Total 31
artinya tidak ada 31 31 Ha diterima
artinya terdapat
Berdasarkan tabel 3 4 dan 6 dari 31 pengaruh
distribusi frekuensi tingkat responden pendidikan
pengetahuan maupun sikap didapatkan seluruh kesehatan
sesudah dilakukan responden dengan media
pendidikan kesehatan memiliki video
dengan video pada hari ke 2.
Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 126
terhadap pengetahuan dan sikap anak dalam sekitarnya, sehingga terhindar dari penyakit dan
pencegahan penyakit diare di MI Nurul Hidayah dapat meningkatkan kesejahteraan drajat
Tamansari Rumpin Bogor. kesehatan siswa.

Pembahasan Daftar Pustaka


1. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Hasil analisa statistik yang dilakukan Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
sebelum dan sesudah pada hari ke 2 didapatkan Cipta.
P-Value 0,000 yang artinya Ha diterima artinya 2. Andi, P. 2012. Media Promosi Kesehatan.
terdapat pengaruh, setelah dilakukan pendidikan Jakarta: TM.
kesehatan pada hari ke 2, ke 4 dan ke 6 3. Awaliah. 2018. Pengaruh Penggunaan Kartu
didapatkan P-Value 1,000 yang artinya tidak ada UNO Sebagai Media Permainan Tentang Buah
perubahan atau sama selama 6 hari setelah dan Sayur Pada Anak Sekolah Dasar di SDN
dilakukan pendidikan kesehatan. Brosot dan SDN Prembulan Galur
Fokus utama pemberian pendidikan Kulonprogo. Progam Study S-1 Keperawatan
kesehatan adalah perubahan prilaku. Senada Yogyakarta. Poltekes Kemenkes
Yogyakarta. 1 Februari 2020.
dengan penjelasan Harsismanto, (2019)
4. Azhar, A. 2011. Promosi Kesehatan. Jakarta:
menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan adalah Trimedia Pustaka.
perubahan perilaku, dengan tujuan spesifik yaitu 5. Azwar, S. 2012. Sikap Manusia, Teori dan
perubahan pengetahuan dan sikap untuk Pengukuran. Jakarta: Pustaka Pelajar.
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan. 6. Buku Profil Dinas kesehatan Kabupaten Bogor
Adapun salah satu determinan pembentukan 2018.
sikap seseorang menurut Sunaryo (2013), yaitu 7. DL. Azizah.2019. Pengaruh Pendidikan
komunikasi sosial berupa informasi yang Kesehatan Metode Ceramah Dan Film Pendek
diterima oleh individu tersebut. Informasi yang Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Diare
diberikan kepada responden berupa pemberian Berdasarkan Teori Health Promotion Model
(HPM).
edukasi kesehatan dengan menggunakan media
8. Edyati, L. 2014. Pengaruh Pendidikan
pendidikan yang tepat akan meningkatkan Kesehatan Dengan Media Video terhadap
pengetahuan serta pemahaman siswa tentang Pengetahuan Dan Sikap Personal Hygiene
pencegahan diare, yang pada akhirnya akan Siswa SD Negri 1 Kepek Pengasih Kulon
meningkatkan sikap siswa usia sekolah dalam Ponorogo.Program Studi Ilmu Keperawatan
pencegahan diare dengan rutin cuci tangan pakai Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah
sabun (Harsismanto, 2019). Yogyakarta. 20 Juni 2020.
Hasil penelitian ini sejalan dengan 9. Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Graha
penelitian Harsismanto (2019), dengan judul Ilmu: Yogyakarta.
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media 10. Gurning,T. 2019. Pengaruh Pendidikan
Video dan Poster terhadap Pengetahuan dan Kesehatan Tentang Diare Terhadap
Pengetahuan Perilaku Pencegahan Diare Pada
Sikap Anak Kelas IV SDN 65 Seluma Dalam
Anak Usia Sekolah Dasar di Sekolah Dasar 69
Pencegahan Penyakit Diare” dengan hasil Manado. 24 Juni 2020.
penelitian didapatkan perbedaan yang signifikan 11. Harisismano, J. 2019. Pengaruh Pendidikan
P- Value = 0,000 > 0,05, maka berarti ada Kesehatan media Video dan Poster Terhadap
pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan Pengetahuan dan Sikap Anak Dalam
dengan media video dan poster terhadap Pencegahan Penyakit Diare.
pengetahuan dan sikap anak kelas IV SDN 65 12. Hariati, Putri. 2016. Pengaruh Pendidikan
Seluma dalam pencegahan penyakit diare. Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa Tentang Bahaya Penyaahgunaan Narkoba
pendidikan kesehatan sangat berpengaruh Pada Siswa/i DI SMA PGRI 56 Ciputat Kota
terhadap pembentukan pengetahuan dan sikap Tangerang Selatan. Skripsi. Program Study S-1
Keperawatan. Tangerang. STIKes Widya
responden kearah yang lebih baik. Media yang Dharma Husada.
digunakan juga sangat menarik dan juga dapat 13. Kemenkes RI. 2016. Promosi Kesehatan. Model
membentuk pengalaman yang nyata dalam Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Jakarta:
sarana pembelajaran. Peneliti berpendapat PPSDM Kemenkes RI. Dinkes pada
dengan seiring meningkatnya pengetahuan dan https://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp_
sikap responden maka akan semakin meningkat contect/uploads/2017//Promkes_Komprehensif.
pula perilaku responden dalam pencegahan pdf tanggal 30 Januari 2020.
penyakit diare disekolah, dan lingkungan

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 123


14. Kholid, A. 2012. Promosi Kesehatan Dengan Diare di TK Minasaupa. http://journal.uin-
Pendekatan Teori Prilaku, dan Aplikasunya. alauddin.ac.id/index.php/sls/articel/download/1
Depok. PT. RAJAGAFINDO PERSADA. 9117/1854. 1 Februari 2020.
15. Linasari. 2017. Pengaruh Penggunaan Media 28. Rosyidah, Alif N. 2016. Hubungan Perilaku
Poster dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare Pada
SMA di Bandarlampung tentang Karies Gigi. Siswa Di Sekolah Dasar negri Ciputat 02.
Jurnal Keperawatan. 1 Februari 2020. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas
16. Mubarak. 2012. Promosi Kesehatan Sebuah Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Pengamatan Proses Belajar Mengajar dalam Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
pendidikan. Yogyakarta. Grahaa Ilmu. 29. Solihin.2018. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
17. Mursalina, Ria. 2018. Pengaruh Pendidikan Terhadap Sikap Santri Dalam Pencegahan
Kesehatan Menggunakan Media Video Gastritis. Program Studi S-1 Keperawatan
Terhadap Pengetahuan Cuci Tangan Pakai STIKes ICME Jombang. STIKes Insan
Sabun di SDN 022 Tanggarong Seberang. Cendikia Media. 1 Februari 2020.
Skripsi. Program Study S-1 Keperawatan. 30. Susaldi, dkk. Keperawatan Medikal Bedah:
Kalimantan Timur. Fakultas Ilmu Kesehatan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit
Universitas Muhamadiyah Kalimantan Timur. Erlangga; 2016.
18. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan 31. Swarjana, I Ketut, 2013. Metodologi Penelitian
Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kesehatan. Yogyakarta. CV ANDI OFFESET.
19. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan 32. Taringan, E.R. (2016). Efektifitas Promosi
Ilmu Prilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kesehatan Dengan Media Doster Dan Video
20. Notoatmodjo, S. 2011. Promosi Kesehatan dan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Ilmu Prilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tentang HIV/AIDS di SMA Negri Barastagi
21. Notoatmodjo, S, 2012. Metodologi Peneleitian Tahun 2016. Skripsi. Medan.
Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta. 33. Wawan. Dewi. dalam Maemunah. 2019.
22. Nursalam. 2010. Pendidikan Dalam Pengaruh pendidikan Kesehatan Terhadap
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Pengetahuan Dan Sikap Orang Tuan Tentang
23. Swarjana, I Ketut. 2013. Metodologi Penelitian Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Anak
Kesehatan. Yogyakarta: CV Andi Offset. Ujia Dibawah 5 Tahun Di RS dr. Sitanala
24. Pratiwi, D.A. 2015. Pengaruh Penyuluhan Tangerang. Skripsi. Program Study S-1
Metode Permainan Edukatif dan Metode Keperawatan. Tangerang. STIKes Widya
Ceramah Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Dharma Husada.
Tindakan tentang Pencegahan 34. Wawan, Dewi, dan Maemunah. 2019. Teori
25. Penyakit Diare Pada Murid SD di Kecamatan dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Poasia Kota Kediri Tahun 2015. https://e- Prilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
journal.unair.ac.id/PMNJ/article/download/117 2010.
66/6751. 1 Februari 2020. 35. Wong, D.L. 2009. Buku Ajar keperawatan
26. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Pusat Data pediatrik Wong, Volume 2, Alih Bahasa Agus
dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Sunarta, dkk. Jakarta: EGC.
Indonesia 36. Yunita , Lulu. 2016. Efektivitas Pendidikan
https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/st Kesehatan dengan Metode Ceramah Terhadap
ructure-publikasi-data-pusat-data-dan- Tingkat pengetahuan Ibu Dalam Penanganan
informasi.html. 30 januari 2020. Diare Balita di Sekitar UTP TPA Cipaung
27. Rohana. 2016. Pengaruh Pendidikan dengan Depok. Jakarta UIN Syarif Hidayatullah
media Video Terhadap Pencegahan Penyakit Jakarta.

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol. 2 Nomor 1 2020 124


73

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO


TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG
PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA

Rohana1, Arbianingsih1
Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

Abstrak
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak diberbagai negara yang sedang berkembang, setiap tahun
diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia. Salah satu upaya untuk
menekan angka kejadian diare pada anak-anak dengan memberikan
pengetahuan/pendidikan kesehatan untuk selalu menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Jenis penelitian ini adalah pra-eksperiment design dengan rancangan pre-test
dan post-test. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling
dengan jumlah responden 80 orang. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan
dianalisis menggunakan uji statistik wilcoxon dengan tingkat kemaknaan ρ< α =
0,05.
Hasil analisis dengan uji statistik wilcoxon didapatkan ada pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang pencegahan
penyakit diare pada anak usia pra sekolah yaitu dengan nilai koefisien z sebesar
-8,374 dan nilai p value < 0,001.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan terhadap
pengetahuan anak usia pra sekolah antara sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit diare. Hal ini di sebabkan
karena siswa telah mendapatkan pelajaran dalam bentuk pendidikan kesehatan
sehingga terjadi suatu proses belajar dimana sesuatu yang tidak tahu berubah
menjadi tahu.
Keywords:
Pendidikan Kesehatan, Media Video, Pengetahuan Pencegahan Diare

I. PENDAHULUAN
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya
nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, di sertai perubahan tinja
menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Apabila pada diare pengeluaran
cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh, maka akan terjadi
dehidrasi (Yusuf, 2011).

Sulesana Volume 10 Nomor 1 Tahun 2016


74

Menurut data WHO (World Health Organization) sebagaimana dikatakan,


diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Diare masih
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas anak-anak di berbagai negara
yang sedang berkembang, setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare
di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Kombinasi paparan
lingkungan yang potogenik, diet yang tidak memadai, malnutrisi menunjang
timbulnya kesakitan dan kematian karena diare (Depkes, 2010).
Periode prevalensi diare pada Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil dari Riskesdas
2007 (9,0%). Penurunan periode prevalensi yang tinggi ini dimungkinkan karena
waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007 dan 2013. Pada Riskesdas
2013 sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat. Lima provinsi dengan
insiden dan periode prevalensi diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%),
Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7%
dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%).
Menurut Nur (2014), upaya penurunan angka kejadian diare dilakukan dengan
memanfaatkan sumber daya khususnya unsur manusia meliputi upaya penemuan dan
pengobatan secara dini, salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Salah satu faktor
penyebab anak diare adalah karena kurangnya pengetahuan anak dan ibu terhadap
pencegahan diare. Pada umumnya masyarakat menganggap remeh penyakit ini,
sehingga sering kali penanganan penderita terlambat dan berakibat fatal, hal ini di
akibatkan oleh karena penerapan prinsip-prinsip rehidrasi seawal mungkin belum
dilaksanakan oleh masyarakat dalam penanganan awal diare tersebut berdampak buruk
lagi. Tingkat pengetahuan yang buruk berdampak pada ketidakmampuan ibu dalam
mencegah maupun merawat anak dengan diare. Pengetahuan ibu memberikan
kontribusi paling kuat dibandingkan faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam
mempengaruhi kejadian diare akut pada balita. Sedangkan tingkat pengetahuan yang
bagus terhadap anak dampak membantu terhadap pencegahan diare tentang bagaimana
mengkonsumsi jajanan yang sehat, cara mencuci tangan yang benar, dan bagaimana
membuang sampah pada tempatnya.
Menurut Ernawati (2012), masih banyak yang belum mengetahui bagaimana
diare itu, bagaimana pengobatan dan pencegahannya. Karena pengetahuan diare juga
sangat mempengaruhi angka kejadian diare pada anak. Maka di butuhkan cara agar
dapat meningkatkan pengetahuan anak-anak mengenai diare. Meena siwach
melaporkan bahwa pendidikan kesehatan pada anak sekolah dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai kesehatan secara signifikan. Ada beberapa program pendidikan
kesehatan baik berupa penyuluhan, diskusi, dan simulasi. Ada beberapa metode
penyuluhan yaitu menggunakan media cetak seperti leaflet, flip chart, dan poster. Bisa
juga menggunakan media elektronik seperti video, dan slide.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak
TK mengenai diare melalui program pendidikan kesehatan melalui pemutaran video.
Pendidikan kesehatan dalam metode ini sangat cocok pada usia anak-anak yang
mudah bosan jika diberi ceramah dalam. Diharapkan dengan menggunakan metode

Sulesana Volume 10 Nomor 1 Tahun 2016


75

pemutaran video ini, materi mengenai pencegahan diare yang ingin disampaikan dari
pendidikan kesehatan ini akan lebih mudah diterima oleh anak-anak.

II. METODE PENELITIAN


Bentuk penelitian yang digunakan adalah pra-eksperiment design : one group
pre-test dan post-test. Penelitian ini dilaksanakan di TK Minasa Upa. Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh anak usia pra sekolah yang berjumlah 80 orang dengan
menggunakan metode Total Sampling.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner. Dimana peneliti memperlihatkan tanyangan video tentang pencegahan diare
yang terdiri dari mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan dengan
sabun setelah BAB/BAK, membuang sampah pada tempatnya, dan Mencuci peralatan
makan yang jatuh sebelum digunakan kembali. Setelah itu anak-anak diminta untuk
menentukan apakah tayangan yang di perlihatkan merupakan perilaku sehat atau tidak.
Jika menyatakan perilaku sehat maka anak diminta untuk mengceklis gambar ketawa
dan jika bukan perilaku sehat maka anak diminta untuk mengceklis gambar menangis.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala guttman, yaitu diberi skor 1 jika
benar dan 0 jika salah.
Pendidikan kesehatan ini dilakukan selama tiga hari. Dimana hari pertama
yaitu dilakukan pre test dan pada hari kedua dan ketiga dilakukan pendidikan
kesehatan sekaligus evaluasi (post test).
Prosedur pengolahan data yang dilakukan melalui tahap editing, cording dan
entry data dan data dianalisis melalui prosedur analisis univariat dan bivariat dengan
uji Wilcoxon Test dengan tingkat kemaknaan ρ< α = 0,05 dalam uji statistik
digunakan perangkat lunak dengan spss 16 for windows.
Etika dalam penelitian ini Menghormati harkat dan martabat manusia,
Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian, Menghormati privasi dan
kerahasiaan subjek penelitian, dan Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan.
III. HASIL & PEMBAHASAN
A. ANALISIS PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Karakteristik responden data kuantitatif siswa TK Minasa Upa berdasarkan
usia pada Maret 2015 (n=80)

Jumlah Persentase
(f) (%)
4 30 37,5
5 42 52,5
6 8 10
Total 80 100
Sumber : Data Primer, 2015

Sulesana Volume 10 Nomor 1 Tahun 2016


76

Tabel 4.2 Karakteristik responden data kuantitatif siswa TK Minasa Upa berdasarkan
jenis kelamin pada Maret 2015 (n=80)
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(f) (%)
Perempuan 51 63,7
Laki-laki 29 36,3
Total 80 100
Sumber : Data Primer, 2015

2. Analisi Univariat
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pre Test & Post Test Pengetahuan Pencegahan Diare
Siswa TK Minasa Upa pada Maret 2015 (n=80)
Kategori Pre test Post test
Baik - 78,7%
Cukup 17,5% 21,3%
Kurang 82,5% -

3. Uji Normalitas
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data
P value Distribusi
data
Sebelum 0,000 Tidak
normal
Sesudah 0,000 Tidak
normal
Sumber : data Primer

4. Uji Bivariat
Tabel. 4.5 Perbedaan Pengetahuan Pencegahan Diare Sebelum Dan Sesudah
Pemberian Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Video
Pengetahuan Median
Nilai
(Minimum- p
Maksimum)
Pre test 2,00 (1-3)
Post test 4,00 (3-4) 0,000

B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapat hasil pre-test tingkat pengetahuan siswa tentang
pencegahan diare adalah 17,5% siswa sudah memiliki pengetahuan yang cukup
tentang pencegahan diare dan masih terdapat 82,5% siswa yang memiliki pengetahuan
yang kurang tentang pencegahan diare.

Sulesana Volume 10 Nomor 1 Tahun 2016


77

Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode video, terdapat


perubahan tingkat pengetahuan siswa. Persentasi siswa yang memiliki tingkat
pengetahuan baik sebesar 78,7% dan persentasi siswa yang memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup sebesar 21,3%. Hal ini disebabkan karena siswa TK Minasa
Upa telah mendapatkan pelajaran dalam bentuk pendidikan kesehatan sehingga terjadi
suatu proses belajar dimana sesuatu yang tidak tahu berubah menjadi tahu dan dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti.
Dari pernyataan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas dari proses belajar ialah
memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada sekarang jadi ada, yang
dahulu belum mengerti sekarang dimengerti. Pengetahuan tersebut akhirnya
diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Pengetahuan tidak hanya didapatkan
di ruang lingkup sekolah namun juga dapat diperoleh melalui pengalaman, dari
kebiasaan sehari-hari. Pengetahuan yang dimiliki seseorang tidak lepas dari
banyaknya informasi yang diterima baik melalui penglihatan, pendengaran maupun
menyaksikan secara langsung.
Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Mujadilah, (58) : 11, yang
berbunyi :

        


        
     
   
               
            
           
 

Terjemahnya :
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Q.S. Al-Mujadilah,
(58) : 11

Dalam Tafsir Al-Mishbah, jelaslah perbedaan antara orang yang mempunyai


pengetahuan dengan yang tidak, orang yang diberi pengetahuan akan ditinggikan
derajatnya oleh Allah SWT. dalam hal kesehatan atau penyakit, semakin tinggi
pengetahuan penderita akan membuat penderita tahu apa yang harus dilakukan dan
tidak boleh dilakukan. Pengetahuan yang baik tersebut dapat pula mengalahkan
penderita dalam menyikapi penyakitnya dalam membangun persepsi yang baik tentang
penyakitnya (M. Quraysh Shihab, 2002).
Hasil uji bivariat menggunakan Test Wilcoxon, dengan nilai koefisien z sebesar
-8,374 dan nilai p value < 0,001 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Ini
menunjukkan penyampaian informasi tentang pencegahan penyakit diare melalui
pendidikan kesehatan telah dapat merubah tingkat pengetahuan murid-murid TK
Sulesana Volume 10 Nomor 1 Tahun 2016
78

Minasa Upa. Hal ini sesuai dengan teori menurut WHO yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2003) bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan
adalah dengan pemberian informasi yang dapat dilakukan dengan penyuluhan. Sesuai
dengan teori (George Pckett & John J. Hanlon, 2005) keberhasilan penyuluhan tidak
lepas dari 3 faktor yang mempengaruhi penyuluhan itu sendiri, yang pertama
kapabilitas seorang penyuluh, kedua yaitu dari murid-murid itu sendiri dan ketiga
adalah proses dalam pendidikan kesehatan itu sendiri adalah proses membantu
seseorang dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif , untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi
kesehatan pribadinya dan orang lain.
Pada dasarnya pendidikan kesehatan merupakan suatu proses
pendidikan/belajar-mengajar dimana ada sasaran sebagai siswa dan pemberian
informasi sebagai guru. Untuk meningkatkan pengetahuan anak pra sekolah di
anjurkan kepada pihak sekolah berkumpul seperti ketika sedang bermain di luar
ruangan diberikan pendidikan kesehatan, dengan demikian pengetahuan anak-anak pra
sekolah tidak hanya lewat proses belajar mengajar di dalam kelas tapi bisa juga di luar
kelas serta dari pengalaman, dan dengan menyediakan fasilitas serta media pendidikan
kesehatan berupa poster agar anak-anak murid dapat mencegah penyakit.
Pemberian pengetahuan yang di sampaikan melalui pendidikan kesehatan akan
membawa dampak terjadinya peningkatan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi
tahu, sehingga dengan dilakukannya pendidikan kesehatan secara tatap muka atau face
to face maka pendidikan kesehatan akan mudah diterima oleh anak.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dimana, terdapat adanya pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan anak pra sekolah terhadap pencegahan
penyakit diare di TK Minasa Upa, dimana tingkat pengetahuan anak pra sekolah
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit diare sebagian
besar masih kurang. Sedangkan tingkat pengetahuan anak pra sekolah setelah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit diare mengalami
peningkatan dibanding sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Dan Terjemahannya. 2006. Departemen Agama RI. PT. Karya
Depkes. 2010. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)Dapat Menurunkan Insiden
Diare, http://www.depkes.go.id. Di akses 08 januari 2015
Ernawati. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Tentang Diare Pada Anak Jalanan Di Semarang. Jurnal.
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati, 2002

Sulesana Volume 10 Nomor 1 Tahun 2016


79

Nur, A, S. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan


Perilaku Orang Tua Dalam Perawatan Anak Diare Di Ruang Perawatan Ar-
Rahim Di Rsud Haji Makassar Prov. Sul-Sel Tahun 2014. 4 Skripsi tidak
diterbitkan. Samata: program studi keperawatan fakultas ilmu kesehatan
Yusuf, Sulaiman. 2011. Profil Diare Pada Ruang Rawat Inap Anak. Jurnal Sari
Pediatri Vol 4. No.13

Sulesana Volume 10 Nomor 1 Tahun 2016


Jurnal Keperawatan Volume 7 No 2, Hal 1 - 5, September 2015
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
ISSN : Cetak 2085-1049

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN


METODE PEMUTARAN VIDEO TENTANG PHBS CUCI
TANGAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

Qurrotul Aeni¹, Feira Beniarti1, Bambang Edy warsito2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Email: qurrotul80@gmail.com
2
Fakultas Kedokteran , Universitas Diponegoro Semarang
Email: bambangedi@undip.ac.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Perilaku hidup bersih dan sehat disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat
dilakukan melalui pendidikan kesehatan itu sendiri. Salah satu cara pendidikan kesehatan dengan cara
ceramah dengan alat – alat bantu pengajaran, misal makalah singkat, slide, sound system, pemutaran
video dan dapat menguasai sasaran. Metode: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan dengan metode pemutaran video tentang perilaku hidup bersih dan sehat cuci
tangan terhadap pengetahuan dan sikap siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre
eksperimental dengan rancangan one group pre-test-post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VI SD, menggunakan teknik sampling jenuh. Analisa data menggunakan uji beda
Wilcoxonyang sebelumnya dilakukan uji normalitas kolmogorov-Smirnov. Hasil: Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode pemutaran video terhadap
pengetahuan dan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat cuci tangan. Diskusi: Hasil
penelitian direkomendasikan pada pengelola SD dapat membuat kebijakan yang lebih bersifat upaya
promotif dan preventif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kata kunci: Perilaku, Hidup bersih sehat, Pemutaran video tentang perilaku hidup bersih dan sehat
cuci tangan

ABSTRACT
Introduction: Behavior Clean and healthy school is an absolute necessity and can be done through
health education itself. One way of health education by way of lectures with teaching aids, such as
brief papers, slides, sound system, video playback and can master the target. Methods: The purpose of
this study was to investigate the effect of health education with video playback methods on clean and
healthy living behaviors of handwashing of students' knowledge and attitudes. This research used pre
experimental pre-test-post-test. The population in this study is the students of grade VI SD, using
saturated sampling technique. Data analysis using different test Wilcoxonyang previously tested the
normality kolmogorov-Smirnov. Results: The results showed that there was an effect of health
education with video playback methods to students' knowledge and attitude about clean and healthy
life behavior of hand washing. Discussion: The results of the study recommended in elementary
school managers can create policies that are more promotive and preventive efforts on matters relating
to clean and healthy life behavior.

Keywords: Behavior, Clean Healthy Living, Video Playback methods on clean and healthy living
behaviors of handwashing

PENDAHULUAN kesehatan masyarakatnya (Depkes, 2005).


Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat Kualitas sumber daya manusia yang mampu
melakukan segala aktifitas hidup sehari-hari. berdaya saing akan tercipta jika pengawasan
Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai kesehatan dimulai dari anak usia sekolah baik
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku ini tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah
merupakan sekumpulan perilaku yang menengah pertama dan sekolah menengah atas.
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil Pada usia sekolah dasar (SD) anak perlu
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau mendapat pengawasan kesehatan,karena pada
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang

1
Jurnal Keperawatan Volume 7 No 2, Hal 1 - 5, September 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

tahap ini merupakan proses tumbuh kembang METODE


yang teratur (Zaviera, 2008).
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre
eksperimental. Rancangan yang digunakan
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau
adalah one group pre-test-post-test. Populasi
World Health Organization (WHO) setiap tahun
dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas
100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare,
VI SD Bugangin kendal dengan jumalah
sementara data Departemen Kesehatan
populasi 30 siswa. Teknik sampling dalam
menunjukkan diantara 1000 penduduk terdapat
penelitian ini menggunakan metode sampling
300 orang yang terjangkit penyakit diare
jenuh.
sepanjang tahun (Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2011). Pelaksanaan program Perilaku
HASIL
Hidup Bersih dan Sehat dikelompokkan
1. Hasil Analisa Univariat
menjadi 5 tatanan yaitu PHBS di Sekolah, Tabel 1
PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Institusi Hasil kuesioner pengetahuan sesudah
Kesehatan, PHBS di Tempat-tempat umum pemutaran video tentang cuci tangan
dan PHBS di Tempat Kerja (n=30)
(Notoatmodjo,2007). Benar Salah
No. Pernyataan
f (%) f (%)
Promosi kesehatan di lingkungan sekolah 1. Apakah cuci tangan adalah 30 0 (0)
sangat efektif karena anak sekolah proses pembuangan kotoran (100)
dan debu yang menempel di
merupakan sasaran yang mudah dijangkau tangan?
sebab terorganisasi dengan baik serta 2. Apakah cuci tangan adalah 27 3 (10)
merupakan kelompok umur yang peka dan tindakan membersihkan (90)
mudah menerima perubahan. Anak sekolah jemari-jemari dengan
juga berada dalam tahap pertumbuhan dan menggunkan air mengalir?
3. Apakah sabun biasa sama 14 16
perkembangan sehingga mudah untuk dengan menggunakan sabun (46,6) (53,3)
dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan antiseptik seperti alkohol?
kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie,2005). 4. Apakah cuci tangan berfungsi 30 0 (0)
Sedangkan menggunakan pemutaran video untuk menghilangkan / (100)
adalah teknologi untuk menangkap, mengurangi kuman / bakteri
yang menempel ditangan?
merekam, memproses, mentransmisikan 5. Apakah cuci tangan harus 29 1
dan menata ulang gambar bergerak. Seperti menggunakan air yang bersih? (96,6) (3,3)
yang dikemukakan oleh Notoatmodjo 6. Apakah cuci tangan harus 26 4
(2010 : 27), yang menyatakan bahwa menggunakan sabun? (86,6) (13,3)
pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini 7. Apakah sabun biasa bisa 23 7
membersihkan kuman atau (76,6) (23,3)
terjadi setelah orang melakukan
bakteri pada tangan?
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu 8. Apakah cuci tangan dilakukan 26 4
dan pengetahuan juga merupakan domain setelah buang air besar? (86,6) (13,3)
yang sangat penting untuk mempengaruhi 9. Apakah cuci tangan dilakukan 28 2
perilaku seseorang, sehingga semakin setelah bersin, buang ingus, (93,3) (6,6)
serta pulang berpergian?
tinggi atau semakin banyak 28 2
10. Apakah cara cuci tangan
pengetahuan yang didapat seseorang maka dengan cara menyingsingkan (93,3) (6,6)
semakin baik perilaku yang ditunjukkan lengan baju dan melepaskan
oleh orang tersebut, maka sikap yang perihasan yang menempel di
ditunjukkan adalah sikap yang positif. jemari dan tangan?
11 Apakahdampak tidak cuci 25 5
Begitu juga dengan pengetahuan seorang (83,3) (16,6)
. tangan akan terkena diare?
anak semakin baik pengetahuannya maka 12 Apakah cuci tangan dilakukan 29 1
. sebelum makan? (96,6) (3,3)
semakin baik pula perilaku yang
dimilikinya khususnya yang berkaitan
dengan PHBS (Notoatmodjo, 2010).

2
13 Apakah dampak tidak cuci 27 10 Tabel 3
. tangan memakai sabun akan (90) (10) Distribusi frekuensi pengaruh pendidikan
dapat terserang penyakit kesehatan dengan metode Pemutaran Video
seperti batuk, seak nafas, pilek terhadap Pengetahuan tentang PHBS Cuci
dll?
Tangan (n=30).
14 Apakah setelah cuci tangan 29 1
. bisa mengurangi dampak (90) (3,3) Katagori Baik Kurang P
penyakit diare? value
Sebelum
15 Apakah cuci tangan itu 100 0 (0) 10 20
pendidikan
. penting bagi kesehatan? (100)
16 Apakah setelah cuci tangan 100 0 (0) kesehatan
. harus cuci tangan? (100) Sesudah 16 14 0,046
17 Apakah perlu setelah buang 28 2 diberikan
. air kecil melakukan cuci (93,3)
(6,6) pendidikan
tangan?
18 Apakah setelah memegang 27 3 (10)
kesehatan
. hewan perlu kita cuci tangan? (90) Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa
19 Apakah menggunakan tisu 18 12 perbandingan pengetahuan sebelum dan setelah
. basah sama dengan cuci (60) (40) pendidikan kesehatan terdapat 20 responden yang
tangan? memiliki pengetahuan kurang dan setelah
Berdasar tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa dilakukan pemutaran video terdapat 16
tingkat pengetahuan tertinggi pada kuesioner responden dengan pengetahuan baik.
setelah pemutaran video yaitu 30 (100%) pada Berdasarkan hasil uji Wilcoxon didapatkan p
nomor 1, pada nomor 4 jumlah 30 (100%) dan value 0,046 (p < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha
nilai terendah sebelum pemutaran video yaitu diterima, dengan demikian disimpulkan bahwa
14 (46,6%) pada nomor 3, pada nomor 19 ada pengaruh antara sebelum dan setelah
jumlah 18 (60%) diberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan
sebelum dan setelah diberikan pendidikan
Tabel 2 kesehatan terdapat ada perbedaan dikarenakan
Distribusi Frekuensi Responden pendidikan kesehatan yang diperoleh responden
Berdasarkan Sikap antara hasil sebelum dan dibandingkan setelah pendidikan kesehatan
sesudah, Pemutaran Video Kendal (n=30) pengetahuanya bertambah baik.
Katagori Sebelum Sesudah
f % f % b. Sikap cuci tangan sebelum dan sesudah
Kurang 20 66,7 15 50,0 pendidikan kesehatan
Baik 10 33,3 15 50,0 Tabel 4
Distribusi frekuensi pengaruh pendidikan
Total 30 100 30 100
kesehatan dengan metode Pemutaran Video
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sikap
terhadap Sikap tentang PHBS Cuci Tangan
responden sebelum diberikan pendidikan (n=30)
kesehatan dalam kategori sikap kurang Katagori Baik Kurang P
sejumlah 20 responden (66,7%).Sikap value
responden setelah diberikan pendidikan Sebelum pendidikan 10 20 0,025
kesehatan tentang pemutaran video diperoleh kesehatan
hasil sikap responen dalam sikap yang sama Setelah diberikan 15 15
sebanyak 50 responden (50,0%). pendidikan
kesehatan
2. Hasil Analisa Bivariat hasil uji Wilcoxon didapatkan p value 0,025 (p
a. Pengetahuan cuci tangan sebelum dan sesudah < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima,
pendidikan kesehatan dengan demikian disimpulkan bahwa ada
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan
perbandingan sikap sebelum dan setelah
pendidikan kesehatan terdapat 20 responden
yang memiliki sikap kurang dan setelah
dilakukan pemutaran video terdapat 15
responden dengan sikap baik. Berdasarkan
pendidikan kesehatan. Sikap sebelum dan dijaga. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat dikemukan WHO dalam Notoatmodjo (2007),
ada pengaruh dikarenakan pendidikan salah satu strategi untuk perubahan perilaku
kesehatan yang diperoleh responden adalah pemberian informasi guna meningkatkan
dibandingkan setelah pendidikan kesehatan pengetahuan sehingga timbul kesadaran yang
sikapnya bertambah baik karena semakin pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai
mendapatkan informasi kesehatan yang dengan pengetahuanya tersebut. Pengetahuan
diperoleh. terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu ojek tertentu.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sikap adalah suatu respon tertutup seseorang
pengetahuan dan sikap sebelum diberikan terhadap stimulus tertentu yang melibatkan
pendidikan kesehatan didapatkan tingkat faktor pendapat dan emosi orang yang
pengetahuan dan sikap dalam tingkat kurang. bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak
Hal ini disebabkan sebagian besar siswa SD setuju,baik tidak baik) Notoadmodjo (2010).
kurang memperhatikan cuci tangan yang sudah Hasil ini didukung oleh Green (1991) yang
ada sejak dulu dan kurang memperhatikan dikutip dari Notoatmodjo (2003), bahwa
kesehatan tubuhnya. Alasan diadakan perilaku dipengaruhi oleh sikap, sikap
pendidikan kesehatan untuk mengembangkan merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
perilaku cuci tangan di kalangan anak SD bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan
bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan motif tertentu, sikap belum merupakan tindakan
sehingga pengetahuan siswa bertambah serta atau aktivitas tetapi merupakan predisposisi
mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan terjadinya suatu wujud praktik.
sikap yang baik. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor setelah pemberian pendidkan kesehtan dengan
sosial ekonomi, kultur/budaya, pendidikan, metode pemutaran video terjadi perubahan yang
pengalaman. singnifikan sesuai dengan prosedur, sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode
Pengetahuan bisa didapatkan dengan pemutaran video seluruh responden
melakukan pengamatan, observasi, dan pengetahuan yang kurang 20 (66,7%) dan sikap
pengalaman pribadi. Pengetahuan dipengaruhi kurang 20 (66,7%) terjadi perubahan setelah
oleh banyaknya sumber informasi yang dilakukan pendidkan kesehatan dengan metode
diperoleh, semakin banyak informasi yang pemutaran video yang sebagian besar
didapatkan tentang hidup bersih dan sehat maka responden yang pengetahuan baik sebesar 16
pengetahuan hidup bersih dan sehat akan (53,3%) dan sikap yang baik sebesar 15 (50%)
semakin baik (Notoatmodjo, 2003). Hal ini ini semua menunjukan adanya pengaruh
didukung oleh teori yang mengatakan bahwa terhadap pengetahuan dan sikap, peningkatan
sikap dipengaruhi oleh faktor individu/intern cuci tangan dapat terjadi karena adanya proses
dan faktor ekstern (Dayakisni, 2006).Sehingga dalam belajar pada diri seorang siswa, dan
dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan memiliki perilaku yang positif untuk kehidupan
faktor yang sangat berhubungan dan sehari – harinya.
berpengaruh dalam mendukung perilaku cuci
tangan dikehidupan keseharianya. Sejalan dengan Nurseto (2011) bahwa tingkat
media yang digunakan dalam pembelajaran
Hasil penelitian setelah dilakukan pendidikan dapat membentuk pengalaman yang nyata pada
kesehatan dengan metode pemutaran video sasaran pembelajaran.Beberapa faktor yang
sebagian besar didapatkan pengetahuan baik mempengaruhi diantaranya media, media baca
dan sikap juga baik. Tujuan pendidikan cetak (misal poster) tingkat konkritnya lebih
kesehatan dengan metode pemutaran video rendah dari audio visual (missal video atau
ialah mengubah perilaku cuci tangan televisi) media audio-visual tingkat konkritnya
dikalangan anak SD supaya mereka berperilaku lebih rendah dari praktikum terpimpin (praktek
baik, memanfaatkan sarana cuci tangan dengan langsung) dan lain sebagainya.
semaksimal mungkin agar kesehatn dapat
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti dapat Hidayat, AA. (2007). Metodologi Penelitian
mengambil pernyataan bahwa semakin tinggi Keperawatan & Teknik Analisis
pendidikan yang dimiliki seseorang akan Data.Jakarta : Salemba Medika.
meningkatkan pengetahuan orang tersebut
sehingga sikapnya akan baik, serta Kurniawan, N. (2007). Karakteristik
menumbuhkan peran yang baik. & Kebutuhan Pendidikan
Anak Usia Sekolah
SIMPULAN DAN SARAN Dasar. From
Simpulan http://nhowitzer.multiply.com/journal/ite
Pengetahuan dan sikap responden setelah m/3 diakses tanggal 1 April 2010.
mengikuti pendidikan kesehatan dengan
pemutaran video memiliki pengetahuan dan Laela, Fauzatul. 2010. Korelasi Antara
sikap yang baik tentang cuci tangan. pendidikan Pemanfaatan Video Sebagai Media
kesehatan sangat berpengaruh terhadap Pembelajaran, Motivasi Belajar Dengan
pengetahuan dan sikap para siswa khususnya di Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
SD Bugangin Kendal. Sains Kelas V Di SDN Pakunden 2 Kota
Blitar. http://library.um.ac.id .diakses
Saran tanggal 28 Februari 2014.
pengelola SD Bugangin dapat membuat
kebijakan yang lebih bersifat upaya promotif Maulana, H. D. J. (2009). Promosi Kesehatan.
dan preventif terhadap hal-hal yang berkaitan Jakarta : EGC
dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Mubarok, W.I, Chayatin. N, Rozikin, K.,
Supradi. (2007). Promosi
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Ashadi Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
Mahasatya. Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Atikah Proverawati, Eni Rahmawati. (2012).
Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Notoatmodjo, S . (2007). Kesehatan
Cetakan 1. Yogyakarta: Nuha Medika. Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Dayakisni, T & Hudaniah. (2006). Psikologi
Sosial. Malang : UMM Press. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan &
Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka
Depkes RI. (2003). Promosi Kesehatan dalam Cipta.
Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. From http://www.promosi Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan
kesehatan.com diakses tanggal 20 Metodologi Penelitian Ilmu
Oktober 2013. Keperawatan:Pedoman Skripsi, Tesis,
dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Dinkes Propinsi Jateng. (2003). Jakarta : Salemba Medika.
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.From Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan.
http://www.dinkesjatengprov.go.id Yogyakarta : Mitra Cendikia Pres.
diakses tanggal 1 April 2010.
Riyanto, A. 2010. Pengolahan Analisis Data
Dokter Sahabat Kita. (2010). Perilaku Hidup Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika.
Bersih dan Sehat. From
http://www.drmiftah.blogspot.com/2010 Saryono. (2010). Metodologi Penelitian
01 01 archive.html diakses tanggal 9 Kesehatan Penuntun Praktis bagi
November 2013 Pemula. Jogjakarta : Media Cendekia.

Sugiyono.(2010). Statistik Untuk


Penelitian.Bandung : CV. Alfab
EFEKTIFITAS METODE PERMAINAN EDUKATIF PAPEDA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN,
SIKAP DAN TINDAKAN UNTUK PENCEGAHAN KEJADIAN DIARE PADA MURID KELAS V SDN 14
POASIA DI KECAMATAN POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2016
Muhammad Ichwan1 Nani Yuniar2 Putu Eka Meiyana Erawan3
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 123
ditaanugrah29@gmail.com1 naniyuniar@yahoo.co.id2 putu_eka87@yahoo.com3

ABSTRAK
Berdasarkan data World Health Organization, diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit
penyebab kematian di dunia (World Health Organization, 2013). Kejadian Luar Biasa diare sering terjadi, dengan
Case Fatality Rate 2,98% pada tahun 2010 di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 kematian (Kemenkes,
2011). Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan bahwa pada tahun 2014 sebesar 17.530 per
1.000.000 penduduk (Dinkes Prov. Sultra, 2014). Tahun 2010 hingga tahun 2014 Puskesmas Poasia masuk dalam
tiga besar puskesmas dengan kasus diare tertinggi di Kota Kendari (Dinkes Kota Kendari, 2015). Anak sekolah
dasar adalah kelompok umur yang rentan terkena kejadian diare. Namun, dapat menjadi sasaran yang baik dalam
memberikan pendidikan kesehatan terkait pencegahan kejadian diare. Untuk itu dibutuhkan stimulus yang dapat
menumbuhkan perilaku sehat dengan cara menarik dan atraktif tanpa mengurangi isi dari informasi yang akan
disampaikan. Metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan kesehatan salah satunya adalah permainan
edukatif. Permainan edukatif Papeda (Pasukan Pencegah Diare) adalah permainan yang menginformasikan
tentang penyakit diare berupa pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pencegahannya. Permainan ini terdiri
dari papan permainan dan kartu pertanyaan dan jawaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui
efektifitas metode permainan edukatif Papeda (Pasukan Pencegah Diare) terhadap peningkatan pengetahuan,
sikap dan tindakan murid SD kelas V untuk pencegahan kejadian diare sebelum dan sesudah penyuluhan
kesehatan di SDN 14 Poasia di Kecamatan Poasia Kota Kendari tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah Pra-
Eksperimental dengan rancangan One-Group Pre Test–Post Test Design dengan populasi seluruh murid kelas V
SDN 14 Poasia yang berjumlah 24 orang yang ditentukan berdasarkan Total Sampling. Analisis yang digunakan
yakni analisis bivariat dengan uji Mc Nemar. Hasil penelitian terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap
sebelum dan sesudah penyuluhan melalui permainan edukatif Papeda (ρ value= 0.031 untuk pengetahuan dan ρ
value= 0.031 untuk sikap) namun tidak ada peningkatan tindakan sebelum dan sesudah permainan edukatif
Papeda (ρ value= 0.125 untuk tindakan).

Kata Kunci : Permainan Edukatif, Penyakit Diare, Pengetahuan, Sikap, Tindakan

ABSTRACT
Based on data from the World Health Organization, diarrhea ranks fifth in the 10 leading causes of death
in the world (World Health Organization, 2013). Extraordinary Events of diarrhea often occur, with Case Fatality
Rate of 2.98% in 2010 in 33 districts with the number of 4204 deaths (MoH, 2011). Data of the health department
Southeast Sulawesi show that in 2014 amounted to 17 530 per one million population (The Health Department
Sultra, 2014). In 2010 to 2014 Public Health Center Poasia entered the top three with the highest cases of diarrhea
in Kendari (The Health Department Kendari, 2015). Primary school children is the age group that is susceptible to
the incidence of diarrhea. However, it can be a good target in providing health education for the prevention of
diarrhea. For that needed stimulus to foster healthy behaviors with interesting and attractive manner without
reducing the content of information to be submitted. The method can be used in health education one of which is
the educational games. Education games Papeda (Pasukan Pencegah Diare) is a game that tells the form of
diarrheal disease definition, causes, signs and symptoms and prevention. The game consists of board games and
cards of questions and answers. This study goals to determine the effectiveness of the methods of education
games know Papeda (Diarrhea Prevention Forces) to increase knowledge, attitude and measure of elementary
school students in class V for the prevention of diarrhea before and after health education at SDN 14 Poasia in
District Poasia Kendari City in 2016. This type of research this is a Pre-experimental design with One-Group Pre-
Post Test Design Test with the entire population of class V students of SDN 14 Poasia amounting to 24 people who
are determined based on the Total Sampling. The analysis used the bivariate analysis with Mc Nemar test. The
research result there is an increased knowledge and attitudes before and after counseling through educational
games Papeda (ρ value = 0.031 for knowledge and ρ value = 0.031 for attitude) but no increase in measure
before and after the educational games Papeda (ρ value = 0.125 for the action).

Keywords: Eduation Game, Diarrhea, Knowledge, Attitude, Measure

1
PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis bulan Januari hingga Juni mencapai 2.273 kasus.
lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan Tahun 2010 hingga tahun 2014 Puskesmas Poasia
dan kematian. Penyakit diare masih menjadi masuk dalam tiga besar puskesmas dengan kasus
masalah global dengan derajat kesakitan dan diare tertinggi di Kota Kendari7.
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan Pada tahun 2012 hingga 2014 penyakit diare
kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan masuk dalam 10 besar penyakit di Puskesmas
lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun Poasia. Hal ini dibuktikan bahwa pada tahun 2012
meninggal setiap tahunnya di dunia dimana sekitar prevalensi penyakit diare sebesar 573 per 10.000
20% meninggal karena infeksi diare1. Berdasarkan penduduk, pada tahun 2013 sebesar 291 per 10.000
data World Health Organization, diare menempati penduduk, pada tahun 2014 sebesar 290 per 10.000
urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab penduduk, dan hingga September 2015 kasus diare
kematian di dunia2. Penyakit diare hingga kini masih di Puskesmas Poasia mencapai 375 kasus8.
merupakan penyebab kedua morbiditas dan Anak sekolah dasar adalah kelompok umur
mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di yang rentan terkena kejadian diare. Namun, dapat
seluruh dunia terutama di negara-negara menjadi sasaran yang baik dalam memberikan
berkembang, jumlahnya mendekati satu dalam lima pendidikan kesehatan terkait pencegahan kejadian
orang, ini menyebabkan kematian pada anak-anak diare. Karena anak usia sekolah merupakan
melebihi AIDS dan malaria3. komunitas yang paling besar diantara kelompok
Penyakit diare masih merupakan masalah umur yang lain dan paling peka untuk menerima
kesehatan masyarakat di negara berkembang perubahan atau pembaruan, sebab kelompok anak
seperti di Indonesia, karena morbiditas dan sekolah sedang berada pada taraf pertumbuhan dan
mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas perkembangan. Sehingga mudah dibimbing,
yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat yang baik, termasuk kebiasaan dan perilaku hidup
kecenderungan insiden naik dari 301/ 1000 sehat mengingat mereka merupakan investasi bagi
penduduk menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian pembangunan bangsa9.
Luar Biasa diare juga masih sering terjadi, dengan Kesehatan merupakan hasil interaksi dari
Case Fatality Rate yang masih tinggi pada tahun berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku,
2010 diare terjadi di 33 kecamatan dengan jumlah pelayanan kesehatan dan keturunan. Masalah
penderita 4204 kematian 73 orang dan Case Fatality kesehatan masyarakat termasuk penyakit
Rate 2,98%4. ditentukan oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku dan
Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, politik dan
tahun 2013 menyatakan periode prevalensi nasional sebagainya). Salah satu pendekatan yang dapat
diare adalah 3,5% mengalami penurunan untuk digunakan adalah dengan menggunakan pendidikan
semua kelompok umur. Bila dilihat per kelompok kesehatan sebagai upaya pemecahan masalah
umur insiden diare tertinggi tercatat pada anak kesehatan masyarakat melalui faktor perilaku.
umur <1 tahun yaitu 5,5%. Sedangkan pada umur 1- Dalam perubahan perilaku ditentukan oleh tiga
4 tahun angka insiden diare tercatat sebanyak 5,1%. faktor yaitu faktor predisposisi yakni pengetahuan
Sejalan dengan hasil survei morbiditas diare pada dan sikap, faktor pemungkin yakni adanya sarana
tahun 2010 angka morbiditas menurut kelompok dan prasarana serta faktor penguat yakni aturan-
umur terbesar adalah 6-11 bulan yaitu sebesar aturan dari tokoh masyarakat. Peningkatan
21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya
14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai
12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan
umur 54-59 bulan yaitu 2,06%5. pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi akan cepat.
Tenggara menunjukan bahwa pada tahun 2012 Peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar
prevalensi penyakit diare di Sulawesi Tenggara terkait pencegahan kejadian diare harus diimbangi
sebesar 41.822 per 1.000.000 penduduk, pada dengan perubahan perilakunya. Untuk mendukung
tahun 2013 sebesar 21.399 per 1.000.000 proses ini dibutuhkan stimulus yang dapat
penduduk, dan pada tahun 2014 sebesar 17.530 per menumbuhkan sikap bagi anak sekolah dasar untuk
1.000.000 penduduk6. Data Dinas Kesehatan Kota mencegah diare dengan tindakan-tindakan yang
Kendari menunjukan bahwa prevalensi penyakit dapat mendorong mereka berperilaku sehat dalam
diare di Kota Kendari pada tahun 2012 yaitu 1.974 kehidupan sehari-hari. Upaya dalam mewujudkan
per 100.000 penduduk, pada tahun 2013 yaitu 1.664 perilaku sehat dilingkungan sekolah dapat dilakukan
per 100.000 penduduk, pada tahun 2014 yaitu dengan penyuluhan kesehatan tentang dengan cara
1.607 per 100.000 penduduk, dan pada tahun 2015 menarik dan atraktif tanpa mengurangi isi dari
2
informasi yang akan disampaikan. Terkait hal METODE
tersebut, diperlukan metode yang bisa Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra-
mengakrabkan anak sekolah dasar dengan materi Eksperimental dengan rancangan penelitian yang
yang akan dipelajari sehingga anak sekolah dasar digunakan adalah One-Group Pre Test–Post Test
menjadi senang belajar dan akan berimbas pada Design dengan kelompok perlakuan berperan
hasil belajarnya. Metode yang dapat digunakan sebagai kontrol atas dirinya sendiri. Pengamatan
dalam penyuluhan kesehatan salah satunya adalah dilakukan sebelum (pra-uji) dan setelah (pasca-uji)
permainan edukatif. perlakuan. Penelitian ini bertujuan untuk
Permainan merupakan kegiatan yang mengetahui efektivitas permainan Papeda (Pasukan
menyenangkan dan juga dapat digunakan sebagai Pencegah Diare) sebagai metode promosi kesehatan
media pembelajaran bagi peserta didik. Bermain terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela tindakan tentang kejadian diare. Kelompok subyek
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. merupakan kelompok anak sekolah dasar yaitu
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, siswa/siswi kelas V SD Negeri 14 Poasia.
intelektual, emosional, dan sosial10. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 - 20
Permainan edukatif Papeda (Pasukan Pencegah Februari di SD Negeri 14 Poasia Kecamatan Poasia
Diare) adalah permainan yang menginformasikan Kota Kendari Tahun 2016.
tentang penyakit diare berupa pengertian, Populasi yang akan digunakan dalam penelitian
penyebab, tanda dan gejala serta pencegahannya. ini adalah siswa/siswi SD kelas V di Kecamatan
Permainan ini termasuk dalam permainan edukatif Poasia Kota Kendari Tahun 2016. Teknik
yang terdiri dari papan permainan dan kartu pengambilan sampel yang digunakan dalam
pertanyaan dan jawaban yang melibatkan 5 orang penelitian ini adalah total sampling. Sampel dari
anak yang akan bertindak sebagai Papeda (Pasukan penelitian ini yaitu siswa kelas V yang bersekolah di
Pencegah Diare) dan 5 orang anak yang akan Negeri 14 Poasia Kota Kendari Tahun 2016
bertindak sebagai Pare (Prajurit Penyebab Diare). berjumlah 24 orang.
Permainan ini dibuat semenarik mungkin bagi anak- Analisis dilakukan secara deskriptif pada
anak sekolah dasar untuk menarik minat mereka masing-masing variabel dengan analisis pada
dalam berperilaku sehat agar terhindar dari penyakit distribusi frekuensi. Pada analisis bivariate, untuk
diare. Dalam perancangan permainan edukatif ini, melihat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan,
cara mengedukasi adalah dengan menggunakan sikap dan tindakan responden sebelum dan sesudah
cara bermain interaktif, dimana anak sekolah dasar intervensi menggunakan uji Mc Nemar,
dituntut mengambil peran aktif dalam proses
pembelajaran dan tidak hanya duduk diam HASIL
menerima pembelajaran secara pasif. Contoh Umur Responden
Umur Jumlah (n) Persentase (%)
tindakan interaktif yaitu seperti menjawab
9 tahun 3 12,5
pertanyaan dan mempraktekkan sehingga anak 10 tahun 16 66,7
sekolah dasar dapat bermain sambil belajar. 11 tahun 5 20,8
Peran interaktif dapat meningkatkan minat Total 24 100
pembelajaran anak sekolah dasar dan Sumber: Data Primer, 2016
mempermudah pencernaan informasi dimana tidak Tabel 1 menunjukan hasil bahwa responden
hanya menerima pesan edukatif melainkan juga paling banyak terdapat pada umur 10 tahun dengan
melakukan sesuatu untuk lebih memahami materi persentase 66,7%, umur 11 tahun sebanyak 20,8%
yang diberikan. Permainan edukatif Papeda dan paling sedikit berada pada umur 9 tahun
(Pasukan Pencegah Diare) adalah metode yang dengan persentase 12,5%.
kreatif dan menarik dapat memberi respon positif Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
bagi anak-anak sekolah dasar sehingga pendidikan
Laki-laki 13 54,2
kesehatan sejak dini terkait pencegahan kejadian Perempuan 11 45,8
diare dapat diterapkan guna menurunkan angka Total 24 100
kesakitan dan kematian akibat diare. Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan uraian diatas tersebut, peneliti Tabel 2 menunjukan hasil bahwa jenis
tertarik untuk mengangkat sebuah judul “Efektifitas kelamin responden paling banyak yaitu laki-laki
Metode Permainan Edukatif Papeda Terhadap dengan presentase 54,2%, dan paling sedikit yaitu
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan perempuan dengan presentase 45,8%.
Untuk Pencegahan Kejadian Diare Pada Murid Kelas
V SDN 14 Poasia di Kecamatan Poasia Kota Kendari
Tahun 2016”.

3
Pengetahuan tentang Penyakit Diare Analisis Bivariat
Hasil Hasil Pre test dan Post test Pengetahuan
Pengeta Total Responden
tentang Diare melalui permainan
huan Pre Test Post Test
Papeda
(n) (%) (n) Pengetahua
Cukup 14 58,3 20 83,3 34 70,8 N -ahuan (%) Total P
n (Post Test)
(Pre Cukup
Penget Kur
Kurang 10 41,7 4 16,7 14 29,2 Test) (n) (%) (n) ang value
(%) n (%)
Total 24 100 24 100 48 100 Cukup 14 58
Sumber: Data Primer, Kurang 6 25 4
2016 16,7 10 41,7
Tabel 3 diketahui 0.031
bahwa dari 24 responden, Total 20 83,3 4
siswa yang 16,7 24 100
berpengetahuan cukup Sumber: Data Primer,
pada saat pre test adalah Februari 2016
sebanyak 14 responden Tabel 6
(58,3%) dan pada saat menunjukkan bahwa
post test bertambah dari 24 responden
menjadi 20 responden yang memiliki
(83,3%). Sedangkan siswa pengetahuan cukup
yang berpengetahuan sebelum maupun
kurang pada saat pre test sesudah diberikan
adalah sebanyak 10 penyuluhan sebanyak
responden (41,7%) dan
14 responden dan
pada saat post test
tidak ada responden
berkurang menjadi 4
yang memiliki
responden (16,7%). pengetahuan cukup
sebelum penyuluhan
Sikap tentang Penyakit dan memiliki
Diare pengetahuan kurang
Hasil sesudah diberikan
Sikap Pre Test
Post Test penyuluhan.
Total
Selanjutnya,
responden yang
memiliki pengetahuan
kurang sebelum
diberikan penyuluhan
dan setelah

diberikan penyuluhan memiliki pengetahuan


cukup
(n) (%) sebanyak 6 responden,
(%) n
sedangkan responden yang
Positif 15 62,5
87,5 36 75
memiliki pengetahuan
kurang sebelum maupun
30 responden (78,9%) dan
pada saat post test
Sumber: Data Primer, bertambah menjadi 36
Januari 2016 responden (94,7%).
Tabel 4 diatas Sedangkan murid yang
menunjukan bahwa bersikap negatif pada saat
murid yang bersikap pre test adalah sebanyak 8
positif pada saat pre test responden (21,1%) dan pada
adalah sebanyak saat post test berkurang

4
menjadi 2 responden
(5,3%). Sumber: Data Primer,
Tindakan tentang Analisis Februari 2016
Penyakit Diare dengan uji Mc Tabel 7
H Nemar diperoleh p menunjukkan
a bahwa dari 24
value (0,031) < α
s responden yang
i (0,05), maka H0
l
memiliki sikap
ditolak dan H1
cukup sebelum
diterima. Ini dapat maupun sesudah
disimpulkan bahwa diberikan
Ada pengaruh penyuluhan
penyuluhan sebanyak 15
metode permainan responden dan
edukatif terhadap tidak ada
Negatif 9 37,5 pengetahuan
3 12,5 murid
12 25 sesudah diberikan
responden yang penyuluhan sebanyak 4
Total 24 100 SD
24 100 tentang
48 100 responden. sikap
memiliki
pencegahan cukup sebelum
penyakit diare penyuluhan dan
sebelum dan memiliki
sesudah pengetahuan
penyuluhan di SDN kurang sesudah
14 Poasia Tahun diberikan
2016. penyuluhan.
Selanjutnya,
Hasil Pre test dan responden yang
Post test Sikap memiliki sikap
Responden tentang kurang sebelum
Pencegahan Diare diberikan
melalui Permainan penyuluhan dan
Papeda setelah diberikan
Tindakan Sikap (Post Test) penyuluhan
Pre Test Post
Total Sikap Positif Negatif memiliki sikap
Test Total
(Pre cukup sebanyak 6
(n) (%) (n) (%) n (%) value
responden,
Test) (n) (%) (n) (%) n (%)
Baik 13 54,2 20 83,3 33 68,7 sedangkan
Positif 15 62,5 0 0 15 62,5
Buruk 11 45,8 4 16,7 15 31,3 responden yang
Negatif 6 25 3 12,5 9 37,5 0.031
Total 24 100 24 100 48 100 memiliki sikap
Total
kurang 21sebelum
87,5 3 12,5 24 100
Sumber: Data Primer, (16,7%).
Januari 2016 maupun sesudah
Tabel 5 diatas diberikan
menunjukan penyuluhan
bahwa dari 24 sebanyak 3
responden, siswa yang responden.
memiliki tindakan baik
pada saat pre test
adalah sebanyak 13
responden (54,2%) dan
pada saat post test
bertambah menjadi 20
responden (83,3%).
Sedangkan siswa yang
memiliki tindakan
buruk pada saat pre
test adalah sebanyak
11 responden (45,8%)
dan pada saat post
test berkurang
menjadi 4 responden
5
Analisis dengan uji Mc Nemar diperoleh p untuk responden. Menurut Sujarwo dan Eliasa
value (0,031) < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 (2010), kegiatan permainan yang bersifat
diterima. Ini dapat disimpulkan bahwa Ada menyenangkan akan lebih menarik perhatian siswa
pengaruh penyuluhan metode permainan edukatif untuk mengikuti pembelajaran.
terhadap sikap murid SD tentang pencegahan Berkaitan dengan hal tersebut, intervensi
penyakit diare sebelum dan sesudah penyuluhan di dengan metode permainan papeda merupakan hal
SDN 14 Poasia Tahun 2016. yang masih baru. Pada penelitian sebelumnya oleh
Komang (2014) digunakan metode puzzle geometri
Hasil Pre test dan Post test Tindakan Responden untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak
tentang Diare melalui Permainan Papeda dalam mengenal bentuk. Hasil dari penelitian
Tindak Tindakan (Post Test)
tersebut bahwa, terjadi peningkatan
perkembangan
an Total kognitif dalam mengenal
( aik value
P bentuk setelah penerapan
metode bermain Puzzle
r Buruk Geometri pada siklus I
e
Test) (n) (%) (n) tindakan murid SD tentang
(%) n (%)
pencegahan penyakit diare
Baik 11 45,8 2
sebelum dan sesudah
Buruk 9 37,5 2
penyuluhan di SDN 14 Poasia
Total 20 83,3 4 Tahun 2016.
Sumber: Data Primer,
Februari 2016 DISKUSI
Tabel 8 Pengetahuan Sebelum dan
menunjukkan bahwa dari Sesudah Pemberian
24 responden yang Intervensi Melalui
memiliki tindakan baik Permainan Papeda Pada
sebelum maupun sesudah Responden Tentang Diare
diberikan penyuluhan Permainan edukatif
sebanyak 11 responden Papeda dapat melibatkan
dan 2 responden yang dua indera manusia yakni
memiliki tindakan baik telinga ketika tim Pare
sebelum penyuluhan dan memberikan pertanyaan
memiliki tindakan buruk melalui kartu sedangkan tim
sesudah diberikan Papeda menjawab
penyuluhan. Selanjutnya, pertanyaan tersebut dengan
responden yang memiliki bantuan gambar-gambar
tindakan buruk sebelum yang terdapat pada papan
diberikan penyuluhan dan permainan Papeda.
setelah diberikan Hasil pre test dan post
penyuluhan memiliki test menunjukan bahwa
tindakan baik sebanyak 9 terdapat peningkatan
responden, sedangkan pengetahuan respoden
responden yang memiliki sebelum dan sesudah
tindakan buruk sebelum diberikan penyuluhan
maupun sesudah dengan metode permainan
diberikan penyuluhan edukatif Papeda tentang
sebanyak 2 responden. penyakit diare. Peningkatan
Analisis dengan uji pengetahuan responden
Mc Nemar diperoleh p dikarenakan adanya
value (0,065) > α (0,05), kemauan dalam dirinya
maka H0 diterima dan H1 untuk mengetahui informasi
ditolak. Ini dapat penyakit diare, selain itu
disimpulkan bahwa tidak metode pembelajaran yang
ada pengaruh penyuluhan digunakan memberikan
metode permainan motivasi dan pengaruh
edukatif terhadap psikologis
5
sebesar 71,50% membantu tim eksperimen lebih
yang berada Papeda dalam dari kelompok
pada kategori mengingat kontrol (X1= 84,78>
sedang ternyata informasi terkait X2= 79,78). Ini
mengalami penyakit diare. berarti model
peningkatan Selain itu, tim Pare pembelajaran
pada siklus II melalui kartu permainan edukatif
menjadi 91,00% pertanyaan dan berpengaruh
yang termasuk jawaban akan terhadap hasil
kategori sangat mendapatkan belajar operasi
tinggi. Jadi, informasi dengan hitung bilangan
terdapat indera penglihatan bulat pada siswa
peningkatan (mata) melalui kelas V SD Gugus
perkembangan proses membaca Srikandi Denpasar
kognitif dalam sehingga segala tahun ajaran
mengenal informasi yang 2013/201412.
bentuk pada disampaikan dapat
anak setelah didengar oleh tim Sikap Sebelum dan
diterapkan Papeda maupun Sesudah
tim Pare. Pemberian
metode Pada Intervensi Melalui
penelitian Permainan Papeda
bermain sebelumnya oleh Pada Responden
Indrasari (2014), Tentang Diare
Puzzle hasil penelitian
menunjukkan
Geometri bahwa terdapat
sebesar perbedaan yang
19,50%.11 signifikan hasil
Pengguna belajar operasi
an metode hitung bilangan
permainan bulat siswa yang
edukatif papeda dibelajarkan
merupakan menggunakan
metode model
penyuluhan pembelajaran
yang sesuai permainan edukatif
dengan usia dengan siswa yang
responden, dibelajarkan
mudah diingat menggunakan
dan memiliki pembelajaran
daya tarik serta konvensional (thitung
memudahkan = 5,28 > ttabel =
penyampaian 2,000). Hal tersebut
informasi dapat dilihat dari
kesehatan perbedaan hasil
megenai diare. belajar antara
Alat yang kelompok
digunakan eksperimen dengan
dalam kelompok kontrol
permainan pada hasil tes di
edukatif papeda akhir
salah satunya pembelajaran.
adalah Papan Rata-rata nilai pada
permainan yang kedua kelompok,
dilengkapi diketahui rata-rata
dengan gambar nilai kelompok
yang dapat
6
Sikap merupakan reaksi atau respons yang Sehingga responden lebih tertarik mengetahui
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu informasi penyakit diare dengan menunjukkan sikap
stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor kompetisi dalam bermain.
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang- Penelitian sebelumnya oleh Saputri, dkk
tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, (2012) pendidikan kesehatan dengan alat permainan
dan sebagainya).13 edukatif ular tangga merubah sikap dalam pemilihan
Hasil pre test dan post test menunjukan jajanan sehat pada siswa kelas IV di SDN Sawotratap
bahwa terdapat peningkatan sikap respoden III Gedangan Sidoarjo15. Dalam penelitian Zamzami
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan (2014) digunakan metode ular tangga untuk
metode permainan edukatif Papeda tentang meningkatkan sikap siswa SD tentang pencegahan
penyakit diare. Karena seseorang dalam penyakit PES. Hasil dari penelitian tersebut bahwa,
menentukan sikap yang utuh selain ditentukan oleh ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode
pengetahuan, juga dipengaruhi oleh pikiran, ular tangga terhadap sikap siswa SD tentang
keyakinan dan emosi yang memegang peranan pencegahan penyakit PES (p-value=0,000)16.
penting. Individu yang bersangkutan harus mampu
menyerap, mengolah dan memahami informasi Tindakan Sebelum dan Sesudah Pemberian
yang diterima sebagai stimulus. Pengetahuan yang Intervensi Melalui Permainan Papeda Pada
dimiliki oleh responden mampu memunculkan Responden Tentang Diare
pemahaman dan keyakinan terhadap diri sendiri Penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan
akan kebutuhan dan keharusan melakukan upaya yang dilakukan secara sistematik dan peran secara
pencegahan penyakit diare. Selain itu, perubahan sistematik dengan melibatkan peran serta aktif
sikap responden setelah dilakukan intervensi individu maupun kelompok guna memecahkan
dikarenakan metode permainan Papeda yang suatu masalah masyarakat dengan cara merubah
digunakan ini mudah dimengerti dan menyenangkan perilaku manusia itu sendiri17.
sehingga memudahkan proses penerimaan Hasil pre test dan post test menunjukan
informasi tentang pencegahan penyakit diare. bahwa tidak terdapat peningkatan tindakan
Alat permainan edukatif Papeda dirancang respoden sebelum dan sesudah diberikan
dengan menggunakan media visual yang menarik penyuluhan dengan metode permainan edukatif
sehingga minat responden ketika bermain lebih Papeda tentang penyakit diare. Menurut
interaktif sesame pemain, lebih mandiri dalam Notoatmodjo (2010) terwujudnya tindakan
menggunakan alat permainan tanpa bimbingan seseorang dibutuhkan faktor lain misalnya adanya
orang lain sehingga respon yang dimunculkan oleh fasilitas atau sarana dan prasarana18. Dari proses
responden sangat sesuai dengan harapan peneliti. tanya jawab yang dilakukan, beberapa responden
Sebagian besar responden menunjukkan sikap menyatakan keterbatasan sumber air bersih yang
kooperatif pada saat penelitian berlangsung dengan ada dilingkungan SD Negeri 14 Poasia membuat
antusias yang tinggi untuk memainkan alat tindakan cuci tangan dengan menggunakan sabun
permainan edukatif Papeda. Hasilnya merangsang diair mengalir sebelum makan, sesudah bermain
daya saing dari responden dikarenakan permainan dan buang air besar sulit untuk membiasakan dalam
ini bersifat kompetisi antara tim Papeda dan tim kehidupan sehari-hari. Selain itu, kurang aktifnya
Pare. Ketika penelitian berlangsung terdapat petugas kesehatan di daerah penelitian untuk
beberapa responden yang ingin berganti peran mengadakan kegiatan penyuluhan kesehatan
antar tim. Hal ini dikarenakan responden memiliki disekolah-sekolah. Untuk mengubah perilaku
rasa keingintahuan yang besar ketika menjadi tim masyarakat diperlukan pemberian intervensi yang
Papeda atau tim Pare. Permainan edukatif Papeda rutin agar tindakan-tindakan anak sekolah dasar
dapat dijadikan metode yang mampu yang tidak menerapkan pola hidup sehat sejak dini
membangkitkan semangat anak usia sekolah untuk dapat diminimalisir sejak awal.
berperilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai penelitian sebelumnya yang dilakukan
Menurut Purwanto (1998) salah satu faktor oleh Lennon dan Coombs (2007), tidak ada hasil
ekstern yang mempengaruhi sikap seseorang adalah perubahan perilaku yang terjadi19. Namun, sebuah
media komunikasi yang digunakan dalam permainan edukatif dapat meningkatkan
menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap pengetahuan dan kemampuan diri tentang demam
dibentuk5. Permainan edukatif Papeda adalah berdarah tanpa bantuan dari guru serta permainan
permainan yang tidak memisahkan kepribadian anak edukatif yang fleksibel dapat disesuaikan dengan
sekolah dasar dari kegiatan pembentukan sikap atau masalah kesehatan masyarakat atau sekolah
kepribadiannya karena permainan ini mampu lainnya.
menstimulus anak sekolah dasar untuk bermain Desain papan permainan Papeda dan
dengan belajar terkait informasi penyakit diare. penggunaan kartu interaktif dimaksudkan untuk

6
meningkatkan kemampuan perilaku melalui membuat petugas kesehatan berada dalam
pengetahuan diare yang mendukung pembelajaran sarana penyedia layanan kesehatan misalnya
antar pemain lain. Hal ini dapat diperoleh melalui Puskesmas dan Rumah Sakit tetapi dapat
pengetahuan tentang jawaban yang benar untuk melakukan tindakan langsung melalui institusi
pertanyaan permainan dan melalui respon diulang. pendidikan dasar sebagai program pendidikan
Sebagai tambahan, memenangkan pertandingan sejak dini kepada murid sekolah dasar dengan
adalah bentuk penguatan sikap terhadap pentingnya lebih mengembangkan metode permainan
penerapan pencegahan penyakit diare. Tentunya, edukatif sebagai salah satu bentuk inovasi
peningkatan pengetahuan dan sikap harus metode penyuluhan.
mendapatkan dukungan perilaku lingkungan yang 2. Bagi pihak sekolah, sebaiknya mengadakan
berkaitan dengan diare. kerjasama dengan sarana penyedia layanan
Menurut Lawrence Green (1980), faktor kesehatan terdekat misalnya Puskesmas atau
pemungkin (enabling factors) adala fasilitas, sarana, Rumah Sakit guna melakukan kegiatan
atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi penyuluhan kesehatan khusunya sasaran
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat 20. program anak sekolah dasar agar terciptanya
Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin penerapan pola hidup sehat sejak dini
terjadinya perilaku maka dari segi kesehatan 3. Bagi siswa diharapkan siswa sekolah dasar dapat
masyarakat agar mempunyai perilaku sehat harus menerapkan pola hidup sehat yang baik dan
terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau benar terkhusus pada pencegahan penyakit
fasilitas pelayanan kesehatan. Selanjutnya, proses diare di rumah maupun di sekolah.
perubahan perilaku jga dipengaruhi oleh faktor 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk
penguat (reinforcing factors) yakni peraturan, mengkaji variabel lain yang belum diteliti terkait
undang-undang atau surat keputusan dari pejabat perubahan perilaku kesehatan dalam masyarakat
pemerintahan. Dalam penelitian ini yang mengambil atau variabel yang dapat mempengaruhi
permasalahan kesehatan di sekolah dapat pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang
diwujudkan dari peranan Kepala Sekolah dapat terhadap intervensi kesehatan yang dilakukan
melakukan advokasi kepada lurah, camat atau Dinas pada masyarakat.
Pendidikan Kota untuk mengeluarkan surat
keputusan atau instruksi kepada sasaran atau DAFTAR PUSTAKA
masayarakat untuk berperilaku sehat dalam sebuah 1. Destri, Magdarina. 2010. Morbiditas dan
program kesehatan sekolah. Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia Tahun
2000-2007.
SIMPULAN 2. World Health Organization. (2013). Diarrhoeal disease.
1. Ada pengaruh pengetahuan siswa/siswi tentang [online]. Dari: http://www.who.int. [3 Oktober 2015].
diare sebelum dan sesudah diberikan intervensi 3. Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak:
melalui permainan Papeda di SD Negeri 14 Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Poasia. Dimana terjadi peningkatan pengetahuan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika
setelah dilakukan intervensi Papeda. 4. Kementerian Kesehatan Republik
2. Ada pengaruh sikap siswa/siswi tentang diare Indonesia.(2011). Situasi diare di Indonesia.
sebelum dan sesudah diberikan intervensi Akses di
melalui permainan Papeda di SD Negeri 14 http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%2
Poasia. Dimana terjadi peningkatan sikap 0Diare_Final%281%29.pdf
setelah dilakukan intervensi Papeda. 5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
3. Tidak ada pengaruh tindakan siswa/siswi tentang (2010). Kumpulan modul kursus hygiene sanitasi
diare sebelum dan sesudah diberikan intervensi makanan & minuman. Direktorat Jenderal
melalui permainan Papeda di SD Negeri 14 Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Poasia. Dimana tidak terjadi peningkatan Lingkungan. Kementerian Kesehatan. Jakarta
tindakan setelah dilakukan intervensi Papeda. 6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
2014. Data Kesehatan Sulawesi Tenggara.
SARAN Kendari.
1. Bagi instansi kesehatan, sebaiknya petugas 7. Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2015. Data
kesehatan bersama kader-kader kesehatan lebih Kesehatan Kota Kendari. Kendari.
berperan aktif dalam melakukan penyuluhan 8. Puskemas Poasia. 2015. Data Diare Puskesmas
kesehatan dan memberikan informasi-informasi Poasia. Kendari.
kesehatan terkait pencegahan penyakit-penyakit 9. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan
menular salah satunya adalah penyakit diare. Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Jadi program kesehatan selanjutnya tidak hanya

7
10. Nelson, Waldo E. Nelson Textbook of Pediatrics.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.2012.
11. Srianis, Komang, Ni Ketut Suarni, Putu Rahayu
Ujianti. 2015. Penerapan Metode Bermain Puzzle
Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Anak Dalam Mengenal Bentuk. Singaraja
: Universitas Pendidikan Ganesha. e-Journal PG-
PAUD. Volume 2 No 1 Tahun 2014 : 3.
12. Indrasari, Ni Wayan, I Wayan. Sujana, I Wayan
Wiarta. 2014. Pembelajaran Permainan Edukatif
Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Operasi
Hitung Bilangan Bulat Siswa Kelas V Sd Gugus
Srikandi Denpasar. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.
13. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
14. Saputri, Lila Oktania., dkk. 2012. Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Dalam
Pemilihan Jajanan Sehat Menggunakan Alat
Permainan Edukatif Ular Tangga. Artikel
Penelitian. Fakultas Keperawatan. Universitas
Airlangga. Surabaya. available from
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=LM
-
6Vry_M8SQuASty6uACg#q=jurnal+permainan+e
dukatif+gizi+dengan+metode+penelitian+pre+ek
sperimental&start=10.
15. Heri Purwanto. 1998. Pengantar Perilaku
Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
16. Zamzami, Muhammad, dkk. 2014. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan dengan Metode Ular
Tangga tentang Pencegahan Penyakit Pes
terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa
SD Negeri 1 Selo Boyolali. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
17. Sulistyoningsih, H. 2010. Gizi Untuk Kesehatan
Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
18. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
19. Lennon, Jeffrey L. and David W. Coombs. 2007.
The utility of a board game for dengue
haemorrhagic fever health education. Health
Education Vol. 107 No. 3, 2007 pp. 290-306
20. Green, L.W., & Kreuter, M.W. (2000). Health
promotion planning an educational and
environmental approach. (2nd ed.). Mountain
View: Mayfield Publishing Company.

8
WArTA PengAbdIAn, Volume 14, Issue 2 (2020), pp.134-
doi: 10.19184/wrtp.v14i2.16530
140
© University of Jember,
2030 Published online
June 2020

PeniNGKATAn PenGETAHUAn DAN PrAKTEK Cuci TANgAN


SeBAGAI UPAYA PencEGAHAn PeNYAKIT DIARe PADA ANAK
SekoLAh DASAR MARSudirini KEFAMENANU
Imelda F.E. Manurung
Faculty of Public Health, Universitas Nusa Cendana
imeldA.MANurung@sTAF.undANA.AC.id

Abstrak
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda 2018) menemukan bahwa kesadaran perilaku cuci
tangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih rendah. Temuan tersebut
mengakibatkan peningkatan kasus Diare. Anak sekolah dasar adalah salah satu mitra
yang sangat potensial untuk mendukung perubahan perilaku yang sehat yakni kebiasaan
cuci tangan yang benar. Oleh karena itu penting untuk melakukan pengabdian untuk
meningkatkan pengetahuan anak sekolah terkait perilaku cuci tangan sebagai upaya
pencegahan penyakit Diare. Metode pelaksanaan pengabdian ini yaitu dengan
pelatihan disertai pre dan pos tes untuk melihat perubahan pengetahuan dan praktek
cuci tangan yang benar. Hasil dari pengabdian ini menunjukkan ada peningkatan
pengetahuan sebanyak 90 persen siswa dan kemampuan untuk melakukan cuci tangan
yang benar sebanyak 83 persen siswa. Seluruh siswa juga sepakat untuk menyampaikan
pesan kesehatan yang mereka dapat selama pelatihan kepada orang tua dan saudara.
Kesimpulan dari pengabdian ini yaitu anak SD sangat potensial untuk dijadikan mitra
sebagai penggerak perubahan perilaku bagi dirinya sendiri dan keluarga.
Kata Kunci: Pengetahuan, Cuci tangan, Diare

Abstract
The results of the Basic Health Research (Riskesda 2018) found that awareness of
hand washing behavior in East Nusa Tenggara Province remains low. These findings
lead to an increase in diarrhea cases. Elementary school children are one of the
potential partners to support healthy behavioral changes, namely proper hand washing
habits. Therefore it is important to make a community service to increase schoolchildren's
knowledge related to hand washing behavior as an effort to prevent diarrhea. The method
of implementing this service is training accompanied by pre and post tests to see changes
in knowledge and practice of correct hand washing. The results of this service show an
increase in knowledge of 90 percent of students and the ability to do proper hand
washing as much as 83 percent of students. All students also agreed to deliver health
messages that they got during the training to parents and relatives. The conclusion of this
community service is that elementary school children have the potential to become partners
as drivers of behavior change for themselves and their families.
Keywords: Knowledge, Hand washing, Diarrhea

I. PENDAHULUAN
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) tahun 2018 menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi penyakit menular, seperti diare dari 4,5 persen pada tahun
2013 menjadi 6,8 persen pada tahun 2018. Gambaran permasalahan kesehatan
tersebut sangat erat kaitannya dengan perilaku masyarakat yang kurang
mendukung kesehatan. Perilaku cuci tangan di Indonesia hanya mencapai 49,8
persen dan Provinsi Nusa Tenggara
135 | WARTA
PENGABDIAN

Timur menempati peringkat paling rendah perilaku mencucui tangan yaitu sebanyak
20,4 persen.1 Aspek perilaku merupakan dasar dalam upaya peningkatan status
kesehatan masyarakat yang merupakan pilar utama dalam visi pembangunan
kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan perilaku kesehatan
yang dilakukan oleh individu, keluarga dan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri agar tetap sehat.2
Salah satu indikator PHBS adalah perilaku cuci tangan. Perilaku cuci tangan
yang tepat dilakukan yaitu pada saat sebelum dan sesudah makan kemudian
setelah buang air besar.3 Perilaku cuci tangan juga harus dilakukan secara
benar dengan menggunakan sabun untuk memastikan bakteri pada tangan
akan mati. Penelitian membuktikan bahwa perilaku cuci tangan dapat mencegah
kejadian diare. Penyakit diare pada anak lebih banyak disebabkan karena
bakteri. Kondisi tangan yang terkontaminasi bakteri pada saat makan menjadi
pemicu terjadinya diare. Diare pada anak sekolah menyebabkan kerugian yaitu
anak tidak bisa mengikuti pelajaran, orang tua juga tidak bisa bekerja dan jika
terlambat penanganannya bisa menyebabkan kematian. Orang yang tidak cuci
tangan dengan sabun berisiko 6,6 kali lebih besar terkena diare dibandingkan
orang yang cuci tangan dengan sabun.4
Pencegahan terhadap penyakit diare bisa dilakukan oleh semua orang baik
anak maupun orang dewasa. Perilaku cuci tangan sebelum dan sesudah makan
serta setelah menggunakan toilet merupakan tindakan untuk mencegah
penyakit diare. Upaya penerapan PHBS memerlukan kemitraan dan peran serta
dengan semua pihak. Anak sekolah dasar adalah salah satu mitra yang sangat
potensial untuk mendukung perubahan perilaku yang sehat. Perilaku anak sekolah
sangat mudah dipengaruhi untuk memiliki perilaku yang benar. Penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku cuci
tangan.5 Oleh karena itu penting untuk melakukan pengabdian untuk
meningkatkan pengetahuan anak sekolah terkait perilaku cuci tangan sebagai
upaya pencegahan kejadian diare.

II. METODE PELAKSANAAN


Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada bulan Februari 2019 di Kefamenanu
Kabupaten Timor Tengah Utara yang (TTU) ditujukan pada 117 anak kelas 4
dan 5 SDK Marsudirini. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Timur 2018

1
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.
2
Kemenkes RI, 2018. Pedoman Pembinaan Krida Bina Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS).
3
Fatmawati YT, Indrawati L, Ariyanto A. ‘Analisis penggunaan air bersih, mencuci
tangan, membuang tinja dengan kejadian diare pada Balita’ (2017) 2:3 Jurnal Enduran
294.
4
Rifai R., Wahab A., Prabandari Y.S. ‘Kebiasaan cuci tangan ibu dan kejadian diare anak:
studi di Kutai Kartanegara’ (2016) 32:11 Berita kedokteran masyarakat 409.

5
Pauzan, Al faith H. ‘Hubungan pengetahuan denga perilaku cuci tangan siswa di Sekolah
Dasar Negeri Cicadas 2 Kota Bandung’ (2017) 5:1 Jurnal Keperawatan BSI 18
136 | PeningKATAN PengetAHuAn dAN PRAKTek Cuci TAngAn SebAGAI UpAYA PencegAHAn PenyAKIT DIARE PAdA
ANAk

terjadi peningkatan kasus diare bila dibandingkan pada tahun 2017. Oleh
karena itu lokasi pengabdian dilakukan di Kefamenanu Kabupaten TTU. Kegiatan
pelatihan di bagi 2 kelas yaitu anak kelas 4 sebanyak 51 orang dan kelas 5
sebanyak 66 orang. Tahap pelaksanaan kegiatan dengan pengurusan ijin,
identifikasi peserta, persiapan pelatihan, pelatihan (materi diare dan praktek cuci
tangan serta penyusunan rencana aksi), implementasi rencana aksi dan
evaluasi.

Pengurusan Ijin

Identifikasi Peserta

Persiapan Pelatihan

Pelatihan

Monitoring dan Evaluasi

Gambar 1. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pengabdian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu diawali pengurusan ijin


pada pihak dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Timor Tengah Utara
kemudian pada pihak sekolah SD Marsudirini. Pengurusan ijin dilakukan selama
3 hari. Pihak sekolah Marsudirini menyambut baik kegiatan ini. Berdasarkan
pertimbangan kepala sekolah maka kegiatan pengabdian ini ditujukan pada anak
kelas 4 dan kelas 5 SD. Tahap berikutnya yaitu mempersiapkan material untuk
pelatihan. Materi terkait penyakit Diare, penyebab, gejala dan pencegahannya
serta langkah-langkah mencuci tangan yang benar. Beberapa poster dan alat
peraga juga dipersiapkan untuk mempermudah pemahaman anak-anak.
Pelaksanaan pelatihan dilakukan selama 2 jam. Pre test dan post test diberikan
sesaat sebelum dan sesudah pelatihan diberikan. Sebelum pre test dimulai,
fasilitator memastikan kalau seluruh siswa yang menjadi peserta sudah hadir
dan siap untuk mengikuti kegiatan. Pada saat pre test, seluruh peserta mengisi
kusieoner selama 10 menit lalu dilanjutkan penilaian praktek cuci
137 | WARTA
PENGABDIAN

tangan. Setelah itu hasil penilaian segera dikumpulkan untuk dilanjutkan pada sesi
perkenalan dan ice BREAking selama 20 menit lalu dilanjutkan materi pelatihan.
Informasi tentang diare diberikan selama 20 menit dan praktek cuci tangan selama
30 menit. Setelah pelatihan, anak-anak diminta untuk mempraktekan cara mencuci
tangan yang benar kemudian dilakukan evaluasi untuk melihat keberhasilan
kegiatan. Instrumen untuk menilai pengetahuan yaitu dengan kuesioner dan untuk
praktek cuci tangan yaitu dengan lembar observasi. Penilaian terhadap variabel
pengetahuan dan praktek dinilai berdasarkan kategori ‘kurang’ dan ‘baik’.
Kategori kurang bila nilai yang diperoleh lebih kecil 70 persen dan baik bila nilai
yang diperoleh 70 – 100 persen.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelatihan praktek cuci tangan bagi anak SDK Marsudirini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan anak tentang manfaat perilaku cuci tangan yang benar
dalam mencegah penyakit diare. Dari hasil pelatihan ini diperoleh peningkatan pada
pengetahuan dan kemampuan praktek cuci tangan yang benar untuk
mencegah penyakit diare. Informasi lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengetahuan dan keterampilan cuci tangan untuk pencegahan penyakit


Diare
Tingkat Penguasaan Peserta
Penilaian Variabel Pre test Pos test
Kurang % Baik Kurang % Bai %
k
Pengetahuan:
a. Penyebab Diare 98 83,8 19 16,2 12 10,3 105 89,7
b. Gejala Diare 82 70,0 35 30,0 9 7,7 108 92,3
c. Pencegahan Diare 86 73,5 31 26,5 7 6,0 110 94,0
d. Cuci tangan yang 89 76,1 28 23,9 15 12,8 102 87,2
benar
Praktek:
Langkah – 96 82,1 21 17,9 19 16,2 98 83,8
langkah cuci
tangan yang
benar

Hasil dari pelatihan menunjukkan bahwa paling tinggi peningkatan terjadi pada
kemampuan siswa untuk menyebutkan pencegahan diare secara benar yaitu
sebanyak 110 siswa. Nilai keseluruhan siswa sebelum pelatihan hanya mencapai
20-30 persen yang berada dalam kategori baik. Namun setelah diberikan pelatihan
diperoleh hasil hampir 90 persen siswa memiliki pengetahuan yang baik terkait
dengan penyebab,
138 | PeningKATAn PengetAHuAN dAn PRAKTek Cuci TAngAn SebAGAI UpAYA PencegAHAn PenyAKIT DIARE PAdA
ANAk

gejala, pencegahan diare dan cuci tangan yang benar. Hasil pelatihan juga
menunjukkan bahwa sebanyak 98 siswa (83,3%) mampu melakukan cuci tangan
yang benar dimana sebelum pelatihan hanya 21 (17,9%) siswa saja yang mampu
melakukannya dengan benar. Dari hasil pengabdian ini seluruh siswa juga
membuat kesepakatan untuk menyampaikan pesan kesehatan yang didapat
selama pelatihan kepada orang tua dan saudara. Informasi tentang Diare dan
praktek cuci tangan yang benar. Selain itu, murid kelas 4 dan 5 juga menjadi trainer
atau pelatih bagi teman-temannya dikelas yang lain untuk mampu mempraktekan
cuci tangan yang benar.
Praktek cuci tangan yang benar mempunyai banyak manfaat dalam
mencegah penyakit, seperti diare dan kecacingan. Diare merupakan penyakit
nomor tiga yang menyebabkan kematian. Pencegahan diare dapat dilakukan
dengan melakukan cuci tangan pada waktu dan cara yang benar. Kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun adalah bagian dari perilaku hidup sehat. Perilaku
cuci tangan dengan benar tidak saja dinilai dari cara mencucinya, tetapi juga
kebersihan air yang digunakan dan kain untuk mengeringkan tangan.6
Pada saat pelatihan siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang
diberikan fasilitator. Pertanyaan yang paling banyak diberikan yaitu mengapa orang
bisa terkena diare, serta langkah-langkah mencuci tangan. Setiap siswa
diberikan kesempatan bila ada yang dapat menjawab pertanyaan teman-temannya.
Siswa yang sudah dapat memberikan praktek cuci tangan dengan benar pada
saat pre test dilibatkan juga untuk menjadi model pada saat sesi demontrasi
praktek cuci tangan.
Hasil penelitian tentang cuci tangan pada masyarakat menunjukkan bahwa perilaku
cuci tangan yang benar sangat dipengaruhi oleh pengetahuan. 7 Pada awalnya
siswa mengetahui kalau sebelum makan harus cuci tangan. Namun setelah ditanya
apakah pada saat cuci tangan menggunakan sabun, hampir seluruh siswa
memberikan jawaban tidak. Demikian juga saat mempraktekkan cara mencuci
tangan, banyak siswa yang belum benar melakukannya. Pada bagian ini fasilitator
menjelaskan juga mengapa langkah – langkah cuci tangan harus dilakukan secara
benar. Manfaat kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan
toilet dapat mencegah berbagai penyakit khususnya diare. Penyakit diare masih
menjadi masalah prioritas dalam epidemiologi penyakit menular. Penularan
diare dapat terjadi melalui tangan yang sudah terkontaminasi oleh agen patogen
yang menginfeksi usus diantaranya oleh virus, bakteri dan parasit.8 Bakteri yang
biasa ditemukan adalah Salmonella, Escherichia coli, Shigella dan Campylobacter.
Parasit oleh Gardia lamblia, dan Entamoeba histolytica. Infeksi virus dari rotavirus
dan norovirus. Kematian pada kasus diare biasanya terjadi akibat dehidrasi
berat.910

6
Purwandari R., Ardiana A., Wantiyah. ‘Hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan insiden
diare pada anak usia sekolah di Kabupaten Jember’ (2013) 4:2 Jurnal Keperawatan 122.
7
Lestari A. ‘Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku cuci tangan pada masyarakat
Kelurahan Pegirian’ (2019) 7:1 Jurnal Promkes 1
8
WHO. DIARRheAL DiseASE. Geneva, 2016.
9
Lavena P, Adriyanti S. ‘Perilaku ibu balita tentang cuci tangan pakai sabun dan kejadian Diare
pada Balita’ (2017) 12(2) Jurnal Sehat Mandiri 1
139 | WARTA
PENGABDIAN

IV. PENUTUP
Pengabdian dalam bentuk pelatihan Perilaku cuci tangan pada anak Sekolah Dasar
dapat meningkatkan pengetahuan dan praktek cuci tangan yang benar untuk
mencegah Kejadian Diare. Hasil pre test menunjukkan bahwa lebih dari 80 %
memiliki pengetahuan dan praktek cuci tangan yang kurang. Namun setelah
dilakukan pelatihan, hasil post test menunjukkan bahwa lebih dari 80 %
pengetahuan dan praktek cuci tangan anak berubah menjadi lebih baik. Anak
sekolah dasar juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pada orang tua
dan keluarga untuk perubahan perilaku kesehatan. Kegiatan pengabdian yang
melibatkan anak sekolah dasar perlu secara berkelanjutan dilakukan sebagai
upaya untuk perubahan perilaku yang konsisten dalam mendukung kesehatan.

V. UCAPAN TERIMAKASIH
a. Dekan FKM Universitas Nusa Cendana yang telah memberikan ijin untuk
pelaksanaan pengabdian.
b. Kepala Sekolah dan Guru SD Marsudirini yang telah mendukung kelancaran
kegiatan pengabdian.
c. Siswa Kelas Empat dan Kelas Lima yang sudah semangat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan

VI. DAFTAR PUSTAKA


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20
18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
Kemenkes RI, 2018. Pedoman Pembinaan Krida Bina Perilaku Hidup bersih dan sehat
(PHBS).
Fatmawati YT, Indrawati L, Ariyanto A. ‘Analisis penggunaan air bersih, mencuci
tan- gan, membuang tinja dengan kejadian diare pada Balita’ (2017) 2:3 Jurnal
Enduran 294.
Rifai R., Wahab A., Prabandari Y.S. ‘Kebiasaan cuci tangan ibu dan kejadian diare
anak: studi di Kutai Kartanegara’ (2016) 32:11 Berita kedokteran
masyarakat 409.
Pauzan, Al faith H. ‘Hubungan pengetahuan denga perilaku cuci tangan siswa
di Sekolah Dasar Negeri Cicadas 2 Kota Bandung’ (2017) 5:1 Jurnal Keperawatan
BSI 18
Purwandari R., Ardiana A., Wantiyah. ‘Hubungan antara perilaku mencuci
tangan dengan insiden diare pada anak usia sekolah di Kabupaten Jember’
(2013) 4:2 Jurnal Keperawatan 122.

10
Paramitha WG, Soprima M, dan Haryanto B. ‘Perilaku ibu pengguna botol susu dengan
kejadian Diare pada Balit’ (2010) 14:1 Makara kesehatan 46.
140 | PeningkATAN PengetAHuAN dAn PRAKTek Cuci TAngAn SebAGAI UpAYA PencegAHAn PenyAKIT DIARE PAdA
ANAk

Lestari A. ‘Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku cuci tangan


pada masyarakat Kelurahan Pegirian’ (2019) 7:1 Jurnal Promkes 1.
WHO. DIArrHEAl DisEASE. Geneva, 2016.
Lavena P, Adriyanti S. ‘Perilaku ibu balita tentang cuci tangan pakai sabun dan kejadian
Diare pada Balita’ (2017) 12(2) Jurnal Sehat Mandiri 1
Paramitha WG, Soprima M, dan Haryanto B. ‘Perilaku ibu pengguna botol susu dengan
kejadian Diare pada Balit’ (2010) 14:1 Makara kesehatan 46.

VII. FOTO KEGIATAN


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 3 No. 1 (2019) 10

Volume. 3 Nomor. 1
Periode: Januari – Juni 2019; hal. 10-15
p-ISSN : 2580-1112; e-ISSN : 2655-6669
Copyrighr @2019 Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi
Penulis memiliki hak cipta atas artikel ini (JIKO)
journal homepage: https://ejournal.akperfatmawati.ac.id

Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare Pada Siswa


di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02
Alif Nurul Rosyidah 1
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Abstrak
Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang termasuk di Indonesia. Provinsi Banten menduduki peringkat ke enam
yang mempunyai prevalensi diare yang cukup tinggi. Pada kelompok umur 5 – 14 tahun
prevalensi diarenya sebesar 10,3%. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata
laksana yang cepat dan tepat, salah satunya mencuci tangan dengan air mengalir
menggunakan sabun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif correlation yang menggunakan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebesar 56 responden diambil
secara stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
observasi, analisa data menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan yang
memiliki perilaku cuci tangan yang baik sebesar 44.6% dan yang memiliki perilaku
kurang sebesar 55.4%. Anak SD yang menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar
80.4%, sedangkan anak yang tidak menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar
19.6%. Hasil uji statistik menunjukan (p = 0.015) artinya ada hubungan antara perilaku
cuci tangan terhadap kejadian diare. Peneliti menyarankan agar siswa diharapkan dapat
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan selalu disiplin melakukan praktik cuci
tangan agar terhindar dari risiko terjadinya diare.

Kata Kunci: Pengetahuan, Perilaku, Cuci Tangan, Kejadian Diare

Abstract
Diarrhea is a disease that is still a public health problem in developing countries,
including in Indonesia. Banten province was ranked the six that have a fairly high
prevalence of diarrhea. In the age group 5-14 years the prevalence of diarrhea was
10.3%. To decrease deaths due to diarrhea governance need fast and precise, one hand
washing with running water using soap. The purpose of this study was to determine the
relationship of the hand washing behavior of the students in the incidence of diarrhea in
students in SDN Ciputat 02. This study is a quantitative research design that uses a
correlation descriptive cross sectional study. The samples in this study were 56
respondents taken by stratified random sampling. Data collection using questionnaires
and observation, data analysis using Fisher's exact test. The results showed that having a
good hand-washing behavior was 44.6% and that have less behavior by 55.4%.
Elementary school children with diarrhea in the last three months amounted to
80.4%,

1
e-mail: alifnurulrosyidah@gmail.com

Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare………


while children who are not suffering from diarrhea in the last three months was 19.6%.
The test results showed statistically (p = 0.015) means that there is a relationship between
the behavior of handwashing on the incidence of diarrhea. Researchers suggest that
students are expected to apply a clean and healthy lifestyle behaviors by always
disciplined practice of washing hands to avoid the risk of diarrhea.

Keywords: Knowledge, Behavior, Wash Their Hands, The Incidence of Diarrhea

Pendahuluan Berdasarkan penelitian yang


Diare merupakan penyakit yang dilakukan Joni (2012) tentang hubungan
masih menjadi masalah kesehatan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku
masyarakat di negara berkembang kebersihan siswa SD dengan kejadian
termasuk di Indonesia. Hal ini diare pada siswa SD dengan sampel 72
disebabkan karena morbiditas dan siswa SD kelas 4-5 di SDN Pujokusuman
mortalitasnya yang masih tinggi. Pada 1 didapatkan hubungan antara tingkat
tahun 2000 sampai tahun 2010 survei pengetahuan sikap dan perilaku
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit kebersihan siswa SD dengan kejadian
Diare Departemen Kesehatan didapatkan diare pada siswa SD. Hasil dari
insiden diare meningkat. Pada tahun penelitian tersebut adalah semakin
2000 insiden diare yaitu 301/1000 kurang tingkat pengetahuan sikap dan
penduduk, tahun 2003 insiden diare naik perilaku siswa tentang kebersihan diri
menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 maka kejadian diare semakin tinggi.
insiden diare naik menjadi 423/1000 Hasil observasi siswa kelas V di
penduduk dan tahun 2010 insiden diare SDN Ciputat 02 menunjukkan bahwa
menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes mereka tidak mencuci tangan sebelum
RI, 2011). dan setelah makan serta kuku tangan
Berdasarkan pola penyebab yang terlihat panjang dan kotor. Selain
kematian semua umur, diare merupakan itu juga, saat jam istirahat anak sekolah
penyebab kematian peringkat ke-13 membeli jajanan tanpa memperhatikan
dengan proporsi kematian 3,5%. kebersihannya. Melalui wawancara
Sedangkan berdasarkan penyakit dengan siswa kelas V di SDN Ciputat 02,
menular, diare merupakan penyebab selama 3 bulan terakhir terdapat 4 siswa
kematian peringkat ke-3 setelah dari 10 siswa terkena diare. Setelah
Tuberculosis dan Pneumonia (Kemenkes ditelusuri anak yang yang pernah
RI, 2011) mengalami diare kurang memahami dan
Data dari laporan hasil riskesdas tidak melakukan CTPS dengan baik dan
Provinsi Banten tahun 2007, benar, walaupun sering diajarkan oleh
menunjukkan prevalensi diare di guru dan orang tua dirumah. Melihat
Provinsi Banten pada kelompok umur 5 kejadian diatas peneliti tertarik untuk
– 14 tahun yang pernah didiagnosis diare mengetahui hubungan perilaku cuci
oleh tenaga kesehaan dalam satu bulan tangan terhadap kejadian diare pada
terakhir sebesar 4,8%, sedangkan yang siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
menyatakan pernah, ditanya apakah Ciputat 02.
dalam satu bulan tersebut pernah
menderita buang air besar lebih dari tiga Metode
kali sehari dengan kotoran lembek/cair Jenis penelitian yang digunakan
sebesar 10,3%, serta yang menderita dalam penelitian ini adalah kuantitatif,
diare sudah minum oralit atau cairan gula dengan desain penelitinan deskriptif
garam sebesar 33,8%. correlation, yang menggunakan
pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 Informasi tentang Mencuci
dan 5 SD Ciputat 02 sebanyak 220 siswa, N %
Tangan
sedangkan populasi keseluruhan 629 Waktu memperoleh informasi
siswa. Peneliti hanya mengambil kelas 4 Tidak diajarkan
dan 5 karena sesuai dengan kriteria TK 11 19,6%
inklusi. Cara mengambil sampel dalam SD kelas 1 12 21,4%
penelitian ini adalah “stratified random SD kelas 2 4 7,1%
sampling”. SD kelas 3 6 10,7%
Rumus yang digunakan dalam SD kelas 4 8 14,3%
pengambilan sampel penilitian ini SD kelas 5 3 5,4%
menurut pendapat Arikunto (2006) yaitu Sumber Informasi Tidak 12 21,4%
25% dari populasi, maka sampel yang diajarkan
didapatkan adalah 56 siswa. Petugas kesehatan 11 19,6%
Pengambilan sampel dengan Media cetak 3 5,4%
memisahkan data kelas 4 dan 5. Media elektronik 0 0%
Tekniknya dengan memasukkan kertas Guru 0 0%
yang berisi nomer absen siswa dari tiap Keluarga 30 53,6%
kelasnya kedalam kotak, kemudian 12 21,4%
diambil sebanyak 23 siswa dari
kelas 4 dan 33 siswa dari kelas 5 Pengetahuan responden
Tabel-3. Distribusi Frekuensi
Hasil Penelitian Pengetahuan tentang Cuci Tangan
Karakteristik responden di SDN Ciputat 02 (n=56)
Tabel-1. Distribusi Frekuensi
Skor Jumlah Persentase
Responden Berdasarkan Karakteristik
di SDN Ciputat 2 (n=56) Baik 54 96,4%
Karakteristik Cukup 2 3,6%
N % Kurang 0 0%
Responden
Jenis Kelamin Total 56 100%
Laki – laki 24 42,9%
Perempuan 32 57,1% Perilaku responden
Umur Tabel-4. Distribusi Frekuensi Perilaku
9 4 7,1% Cuci Tangan di SDN Ciputat 02 (n=56)
10 20 35,7% Skor Jumlah Persentase
11 27 48,2% Baik 25 44,6%
12 5 8,9% Kurang 31 55,4%
Kelas Total 56 100%
23 41,1%
4
33 58,9% Kejadian diare
5
Tabel-5. Distribusi Frekuensi Kejadian
Informasi tentang mencuci Diare selama tiga bulan terakhir di SDN
tangan Ciputat 02 Tahun 2014 (n=56)
Tabel-2. Distribusi Frekuensi Responden Skor Jumlah Persentase
Berdasarkan Informasi Tentang Cuci Tidak 80,4%
Tangan di SDN Ciputat 02 (n=56) 45
Pernah 19,6%
11
Pernah 100%
Total 56
Analisis hubungan perilaku cuci tangan
terhadap kejadian diare
Tabel-6. Hasil Analisis Hubungan proporsi pengambilan setiap sampel
Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian berbeda, dimana sampel yang
Diare pada Siswa di SDN Ciputat 02 dikehendaki dikelompokkan menjadi dua
Kejadian Diare
setelah itu diambil secara acak.
Tidak Total
Perilaku Pernah value Gambaran Informasi Cuci Tangan
Pernah
Responden di SDN Ciputat 02
N % N % N %
Hasil penelitian mengenai waktu
Baik 1 1,8 24 42,9 25 44,6 responden diajarkan mencuci tangan
Kuran 10 17,9 21 37,5 31 55,4
g 0.015 menunjukkan bahwa sebanyak 21,4%
Total 11 19.6 45 80.4 56 100 pernah diajarkan mencuci tangan saat SD
kelas 5 dan TK. dan sebanyak 19,6%
tidak pernah diajarkan mencuci tangan.
Pembahasan Hal ini diperkuat oleh Wong (2004)
Gambaran Karakteristik Responden memori jangka pendek anak mulai
di SDN Ciputat 02 berkembang dengan baik, namun
Hasil penelitian ini menunjukkan memori jangka panjang anak telah
bahwa sebagian besar responden berjenis berkembang tapi sedikit. Dapat
kelamin perempuan, yaitu sebesar disimpulkan bahwa daya ingat tentang
57,1%, sedangkan responden laki-laki mencuci tangan pada anak yang
hanya sebesar 42,9%. Hal ini sebanding diajarkan pada SD kelas 5 sangat baik
dengan jumlah populasi yang menjadi dibuktikan dengan nilai pengetahuan
tempat penelitian, dimana jumlah mencuci tangan yang baik pada siswa
populasi sebanyak 119 orang untuk tersebut.
perempuan dan 110 orang untuk Hasil penelitian mengenai sumber
perempuan. Selain itu teknik informasi responden mencuci tangan
pengambilan sampel yang digunakan menunjukkan bahwa sebanyak 53,6%
adalah teknik stratified random diajarkan mencuci tangan oleh guru. dan
sampling, dimana sampel yang sebanyak 19,6% tidak pernah diajarkan
dikehendaki dapat diambil secara acak mencuci tangan
dan memiliki peluang yang sama untuk Gambaran Pengetahuan Cuci Tangan
dipilih tanpa pandang bulu. Responden di SDN Ciputat 02
Hasil statistik pada penelitian ini Pengetahuan merupakan hasil dari
menunjukkan bahwa rata-rata usia tahu, dan ini terjadi setelah orang
responden adalah 11 tahun sebesar melakukan penginderaan terhadap suatu
48,2%, menurut teori usia berbanding objek tertentu. Penginderaan terjadi
lurus dengan perilaku. Namun pada melalui panca indra manusia, yakni indra
penelitian ini usia tertua 12 tahun sebesar penglihatan, pendengaran, penciuman,
8,9% lebih sedikit, hal ini dikarenakan rasa, dan raba. Sebagian besar
pada usia tersebut berada di jenjang pengetahuan manusia diperoleh melalui
kelas yang sama, sehingga pengetahuan mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
dan pengalaman yang didapat mereka Hasil penelitian mengenai
sama. pengetahuan menunjukkan bahwa
Kelas merupakan jenjang atau sebagian besar responden sebesar 96,4%
tingkatan pada SD, jumlah siswa pada memiliki pengetahuan tentang mencuci
kelas 4 sebanyak 90 orang dan kelas 5 tangan yang baik, sebesar 3,6%
sebanyak 130 orang. Hasil penelitian ini diantaranya memiliki pengetahuan
menunjukkan bahwa responden dari cukup, sementara siswa yang memiliki
kelas 4 adalah 23 orang (41,1%) dan pengetahuan kurang tidak ada
responden dari kelas 5 sebanyak 33 Gambaran Perilaku Cuci Tangan
orang (58,9%). Hal ini terjadi karena Responden di SDN Ciputat 02
Hasil penelitian mengenai perilaku Kesimpulan
menunjukkan bahwa sebagian besar Kesimpulan yang dapat ditarik dari
(44,6%) memiliki perilaku cuci tangan penelitian ini gambaran karakteristik
yang kurang, dan (55,4%) memiliki siswa di SDN Ciputat 02 yang menjadi
perilaku cuci tangan yang baik. Hal ini responden dalam penelitian ini, yaitu:
sejalan dengan teori Lawrence Green persentase jenis kelamin laki-laki sebesar
dalam Notoatmodjo (2010) bahwa 42,9% dan perempuan sebesar 57,1%,
perilaku terbentuk karena tiga faktor sedangkan untuk umur berkisar antara 9-
yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, 12 tahun. Sebagian besar responden
sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai- (96,4%) memiliki pengetahuan yang baik
nilai, tradisi, dan sebagainya), faktor tentang mencuci tangan. Tingkat
pemungkin (sarana dan prasarana atau pengetahuan responden tersebut dapat
fasilitas yang memadai), faktor penguat. dijadikan dasar dalam pelaksanaan
Berdasarkan segi fasilitas, masih praktik hidup bersih dan sehat. Hal ini
kurangnya fasilitas yang memadai untuk terjadi karena pengetahuan merupakan
siswa mencuci tangan seperti; kurang bekal yang paling esensial dalam
mencukupinya sabun, tidak adanya keran pembentukan perilaku seseorang.
air ditempat strategis (tempat yang sering Sebagian besar responden (55,4%)
dikunjungi anak-anak) dan tidak adanya memiliki perilaku yang kurang tentang
poster tentang pentingnya mencuci mencuci tangan di sekolah. Hal ini
tangan. disebabkan minimnya fasilitas untuk
Gambaran Kejadian Diare Pada mencuci tangan, seperti: keran air
Responden di SDN Ciputat 02 ditempat strategis, sabun, dan poster
Hasil penelitian mengenai kejadian tentang mencuci tangan. Sebagian kecil
diare menunjukkan bahwa sebanyak responden (19,6%) pernah mengalami
19,6% pernah mengalami diare selama diare selama tiga bulan terakhir. Hal ini
tiga bulan terakhir dan 80,4% tidak disebabkan minimnya kebiasaan mencuci
pernah mengalami diare selama tiga tangan dengan air mengalir dan
bulan terakhir. Diambil tiga bulan menggunakan sabun.
terkahir karena daya ingat anak-anak Hasil uji statistik pada penelitian
masih cukup kuat untuk mengingat ini menunjukan ada hubungan antara
kejadian tersebut, hal ini diperkuat oleh variabel perilaku mencuci tangan dengan
Wong (2004) memori jangka panjang variabel kejadian diare (p = 0.015).
anak telah berkembang dengan baik Dapat disimpulkan bahwa perilaku
walaupun sedikit. mencuci tangan yang baik maka
Hubungan Perilaku Cuci Tangan kemungkinan terkena diare kecil,
Tehadap Kejadian Diare pada Siswa sedangkan perilaku mencuci tangan yang
di SDN Ciputat 02 kurang baik maka semakin besar
Analisa bivariat dalam penelitian kemungkinan untuk terkena diare.
ini menggunakan uji Fisher. Hasil uji
statistik menunjukan ada hubungan Daftar Pustaka
antara variabel perilaku cuci tangan Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
dengan variabel kejadian diare (p = Suatu Pendekatan Praktik.
0,015). Dimana perilaku yang baik maka Jakrta: Rineka Cipta
kemungkinan terkena diare kecil, Departemen Kesehatan RI. 2009.
sedangkan perilaku yang kurang baik Laporan Hasil Riset Kesehatan
maka semakin besar kemungkinan untuk Dasar (Riskesdas) Provinsi
terkena diare. Banten Tahun 2007. Jakarta :
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes
RI Joni, Rendy Pranda dan
Anggoro, Denny. 2012. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Sikap dan
Perilaku tentang Kebersihan Diri
Siswa SD dengan Kejadian diare
pada Sisa SDN Pujokusuman 1.
Yogyakarta : Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Buletin Jendela Data dan
Informasi : Situasi Diare di
Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Depkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Interaksi Suplemen : PHBS di
Sekolah. Jakarta : Pusat Promosi
Kesehatan Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dn
Sehat (PHBS). Jakarta : Kemenkes
RI
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2010, Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wong, Donna I. 2004. Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC
PERBEDAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DAN CERITA
BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE PADA ANAK KELAS 3 SD

1
Dyah Dwi Lestari, 2Dian Susmarini, 3Eni Rahmawati

ABSTRAK
Latar Belakang: Tingginya kejadian diare di Indonesia dapat disebabkan oleh
rendahnya pengetahuan anak tentang pencegahan diare. Media video dan cerita
bergambar dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan pencegahan diare
pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan video dan cerita bergambar terhadap
peningkatan pengetahuan pencegahan diare pada anak kelas 3 SD.
Metode: Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SDN 4 Karangpucung dan SDN 3
Karangklesem Purwokerto Selatan. Sampel diambil menenggunakan simple
random sampling dengan jumlah 52 responden. Responden dibagi menjadi
kelompok video dan cerita bergambar. Data dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon
dan Mann-Whitney.
Hasil: Hasil uji Wilcoxon diperoleh hasil p= 0,003 pada kelompok video dan p <
0,001 pada kelompok cerita bergambar. uji Mann-Whitney diperoleh hasil nilai p=
0,069.
Kesimpulan: Video dan cerita bergambar sama-sama efektif dalam meningkatkan
pengetahuan pencegahan diare pada anak kelas 3 SD.
Kata Kunci: Cerita Bergambar, Diare, Pengetahuan, Video

1
Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas
Jenderal Soedirman
2,3
Dosen Laboratorium Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Jenderal Soedirman

vi
THE DIFFERENCE EFFECT OF HEALTH EDUCATION USING VIDEO
AND DRAWING STORIES ON INCREASING KNOWLEDGE OF
PREVENTION OF DIARRHEA IN CHILDREN CLASS 3rd
1
Dyah Dwi Lestari, 2Dian Susmarini, 3Eni Rahmawati

ABSTRACT
Background: The high incidence of diarrhea in Indonesia can be caused by the
child's lack of knowledg about prevention of diarrhea. Video and pictorial stories
can be used to increase knowledge of prevention of diarrhea in children. This
study aims to determine the differences effect of health education using videos
and pictorial stories to increase knowledge of prevention of diarrhea in children
class 3rd.

Method: The design of this study used quasi experiment. The population of this
study was all 3rd grade students of SDN 4 Karangpucung and SDN 3
Karangklesem South Purwokerto. The sample was taken using simple random
sampling with 52 respondents. Respondents were divided into video groups and
pictorial stories group. Data were analyzed using Wilcoxon test and Mann-
Whitney Tests.
Results: The Wilcoxon test results obtained p = 0.003 in the video group and p <
0.001 in the pictorial stories group. Mann-Whitney test results obtained p = 0.069.
Conclusion: Videos and pictorial stories are equally effective in increasing
knowledge of prevention of diarrhea in children class 3rd.
Keywords: Pictorial Stories, Diarrhea, Knowledge, Videos
1
Student of the Department of Nursing, Faculty of Health Sciences, University of
Jenderal Soedirman
2.3
Child Nursing Laboratory Lecturer, Faculty of Health Sciences, University of
Jenderal Soedirman

vii

You might also like