Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Transfusion reaction is the reaction of the recipient's body to blood donors, blood transfusion
reactions can be mild to severe, and could be either fast, medium and slow. Hospital Dr.
Achmad Darwis District Lima Puluh Kota every month UTDRS blood for transfusion are 45 to
55 bags. Survey of 30 patients who received a blood transfusion, there are 10 people have
reactions such as fever of 4 people, as many as 4 people dizzy, urtikariat (itching) as much as
one person and as many as three people shivering. The aim of research to find out the difference
Reaction Giving Whoole Blood Transfusion Blood (WB) and Packed Red Cell (PRC) in
Patients Sectio Caesare (SC). Type pre-experimental study, the design of Static Group
Comparison. The population was patients post SC who receive blood transfusion, with sampling
purposive sampling of 20 people. The data collection was done by direct observation, then
processed and analyzed using independent t-test. Results that the average transfusion reactions in
patients receiving blood transfusions WB is 1.30 and the patients who receive blood transfusion
PRC is 0.40. The results of the bivariate no difference Whoole blood transfusion reaction
Blood (WB) and Packed Red Cell (PRC) in Patients with Post Sectio Caesarea (SC) (p =
0.009). It was concluded that there is a difference of transfusion reactions in blood transfusions
WB and blood transfusions PRC. Expected to medicine and nurse to be more selective in giving
blood transfusions to patients and intensive control of blood transfusion process , so that a
transfusion reaction can be immediately known. .
Keywords: transfusion reactions, Whoole Blood (WB), Packed Red Cell (PRC)
ABSTRAC
Reaksi Transfusi adalah reaksi tubuh resipien terhadap darah donor, reaksi transfusi darah dapat
ringan sampai berat, dan dapat berupa reaksi cepat, sedang, dan lambat. RSUD Dr. Achmad
Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota setiap bulannya UTDRS mengeluarkan darah untuk
transfusi berjumlah 45 sampai 55 kantong. Survey terhadap 30 orang pasien yang mendapatkan
transfusi darah, terdapat 10 orang mengalami reaksi berupa demam sebanyak 4 orang, pusing
sebanyak 4 orang, menggigil sebanyak 3 orang dan urtikariat (gatal-gatal) sebanyak 1 orang.
Tujuan penelitian untuk mengetahui Perbedaan Reaksi Pemberian Transfusi Darah Whoole
Blood (WB) dan Packed Red Cell (PRC) pada Pasien Sectio Caesare (SC). Jenis penelitian pra
eksperimen, dengan rancangan Statis Group Comparison. Populasi adalah pasien post SC yang
mendapatkan transfusi darah, dengan pengambilan sampel secara purposive sampling sebanyak
20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, kemudian diolah dan
dianalisa menggunakan t-test independent. Didapatkan hasil rata- rata reaksi transfusi pada
pasien yang mendapatkan transfusi darah WB adalah 1,30 dan pasien yang mendapatkan
transfusi darah PRC adalah 0,40. Terdapat perbedaan reaksi pemberian transfusi darah Whoole
Blood (WB) dan Packed Red Cell (PRC) pada Pasien Post Sectio Caesarea (SC) (p =
0,009). Disimpulkan bahwa ada perbedaan reaksi transfusi pada transfusi darah WB dan
transfusi darah PRC. Diharapkan dokter dan perawat agar lebih selektif dalam memberikan
darah transfusi pada pasien dan intensif dalam mengontrol proses transfusi darah, sehingga
adanya reaksi transfusi dapat segera diketahui.
Kata Kunci : Reaksi Transfusi, Whoole Blood (WB), Packed Red Cell (PRC)
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care
transfusi darah lebih sering terjadi pada tidak juga bertambah setelah dilakukan
operasi emergensi dibandingkan operasi transfusi darah, sehingga mereka harus
elektif. Reaksi transfusi lebih sering mencari tambahan darah ataupun pendonor
ditimbulkan oleh transfusi WB lain, ataupun karena transfusi yang harus
dibandingkan PRC. Jenis reaksi transfusi dihentikan karena adanya reaksi setelah
yang terjadi adalah takikardia (0,09 %), transfusi tersebut.
demam (46,5%), mual (0,08 %), ruam Survey yang dilakukan pada
(15,15%), hypercalemia (0,08 %) dan bulan November 2015, diketahui bahwa
pruritus (13,13%). diantara 30 orang pasien yang
Beberapa faktor melibatkan mendapatkan transfusi darah, terdapat 10
terjadinya reaksi transfusi selama atau orang mengalami reaksi. Reaksi yang
setelah transfusi darah. Dalam hal ini jenis terjadi berupa demam sebanyak 4 orang,
penelitian operasi (darurat atau operasi pusing sebanyak 4 orang, urtikariat
elektif), jenis darah ditransfusikan (WB, (gatal- gatal) sebanyak 1 orang dan
PRC atau FFP) dan jumlah Unit darah menggigil sebanyak 3 orang. Terjadinya
yang diberikan (pasca transfusi Hb rate) komplikasi transfusi berupa reaksi
yang terbukti merupakan faktor yang hemolitik (segera) tersebut disebabkan
terlibat pada kejadian reaksi transfusi karena pasien harus mendapatkan transfusi
(Samsiara 2011, p.110). Bila telah darah dalam jumlah banyak setelah Sectio
diketahui bahwa seseorang pasien Caesarea (SC). Akibat dari reaksi tersebut
mengalami reaksi transfusi, penting untuk maka dokter memerintahkan untuk
memastikan bahwa transfusi itu sudah menghentikan transfusi atau memberikan
dihentikan, dokter yang bersangkutan transfusi dengan mengganti jenis darah
sudah diberitahu, sampel-sampel yang yang lain (Laporan Bulanan UTDRS Dr.
diperlukan telah diambil untuk diperiksa di Achmad Darwis, 2015).
laboratorium (Depkes RI 2003, p.43). Berdasarkan uraian di atas, maka
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. peneliti tertarik untuk mengetahui tentang
Achmad Darwis Kabupaten Lima Puluh perbedaan reaksi pemberian transfusi
Kota sudah memiliki Unit Transfusi Darah, darah Whoole Blood (WB) dan Packed
dimana setiap bulannya UTDRS Red Cell (PRC) pada Pasien Post Sectio
mengeluarkan darah untuk transfusi Caesarea (SC) di RSUD Dr. Achmad
berjumlah 45 sampai 55 kantong. Peneliti Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota tahun
mengamati bahwa sering terjadi komplain 2016
dari keluarga pasien karena HB pasien
METODE PENELITIAN pengambilan sampel secara purposive
Jenis penelitian ini adalah sampling berjumlah 20 orang.
penelitian pra eksperimen, dengan Pengumpulan data dilakukan dengan cara
rancangan perbandingan kelompok statis observasi langsung terhadap reaksi
(Statis Group Comparison). Penelitian transfusi darah yang terjadi pada
dilaksanakan pada bulan Maret – April pasien. Analisa data yang digunakan
2016 di RSUD Dr. Achmad Darwis adalah analisa univariat dan bivariat
Kabupaten Lima Puluh Kota. Populasi menggunakan uji statistik t-test
adalah pasien post operasi yang independent.
mendapatkan transfusi darah, dengan
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care
donor yang memiliki riwayat alergi. sel darah merah pada pasien yang
Untuk meminimalisir reaksi ini, maka menunjukkan gejala anemia, yang
penting bagi petugas untuk mendata hanya memerlukan massa sel darah
setiap pendonor guna mengantisipasi merah pembawa oksigen saja
timbulnya reaksi alergi (gatal-gatal) (Sudoyo, dkk 2006, p.686).
pada saat transfusi darah. Reaksi lain
PRC mengandung
yang dialami pasien adalah demam dan
hemoglobin yang sama dengan
menggigil. Bagi pasien yang
whole blood, bedanya adalah pada
mengalami reaksi demam dan
jumlah plasma, dimana PRC lebih
menggigil, kemerahan pada wajah
sedikit mengandung plasma. PRC
yang segera timbul, dan sesak nafas,
biasa diberikan pada pasien dengan
maka proses transfusi langsung
perdarahan lambat, pasien anemia
dihentikan. Namun bagi pasien yang
atau pada kelainan jantung (Astuti
mengalami reaksi rasa panas di vena,
dan Laksono 2013, p.9).
reaksi masih tetap dilanjutkan. Pada
Penelitian yang dilakukan
pasien yang mengalami rasa gatal
oleh Nency & Sumanti (2011) tentang
pada kulit, umumnya terjadi setelah
Latar Belakang Penyakit pada
transfusi selesai. Bagi pasien yang
Penggunaan Transfusi Komponen
mengalami 2 reaksi transfusi
Darah pada Anak di RSUP dr.
disebabkan reaksi yang mereka
Kariadi Semarang, diketahui bahwa
rasakan adalah berupa rasa panas di
transfusi darah PRC diberikan pada
vena, karena proses transfusi darah
pasien dengan penyakit dasar
yang lama akibat tetesan infus tidak
thalasemia, leukimia, sepsis,
lancar. Hal ini juga berdampak pada
tindakan perioperatif, keganasan non
timbulnya gatal-gatal pada kulit
leukemia, sindrom syok dengue,
setelah proses transfusi.
anemia aplastik, hemofilia, penyakit
jantung dan penyakit ginjal.
2. Reaksi Transfusi pada Pasien yang Menurut asumsi peneliti,
Mendapatkan Darah PRC terjadinya reaksi transfusi pada
Hasil penelitian diketahui rata- pasien yang mendapatkan transfusi
rata reaksi transfusi pada pasien yang darah PRC disebabkan adanya
mendapatkan transfusi darah PRC riwayat alergi dari pendonor yang
adalah 0,40, dengan standar deviasi tidak diketahui, sehingga
0,516. Reaksi terendah adalah 0 dan menimbulkan gatal-gatal pada pasien
reaksi tertinggi 1. Dari hasil estimasi yang menerima transfusi. Sementara
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata- reaksi hangat di vena, demam dapat
rata reaksi transfusi pada pasien yang dipengaruhi oleh transfusi eritrosit
mendapatkan transfusi darah PRC yang rusak akibat paparan
adalah 0,030 – 0,77. dekstrose 5 %, injeksi air ke
Sel darah merah pekat berisi dalam sirkulasi, transfusi darah
eritrosit, trombosit, lekosit dan sedikit yang lisis, transfusi darah dengan
plasma. Sel darah merah ini didapat pemanasan berlebihan, transfusi
dengan memisahkan sebagian besar darah beku, transfusi darah yang
plasma dari darah lengkap, sehingga terinfeksi, dan transfusi darah dengan
diperoleh sel darah merah dengan tekanan tinggi.
nilai hematokrit 60 – 70 %. Volume Reaksi-reaksi tersebut terjadi
diperkirakan 150-400 ml tergantung sebagai respon tubuh terhadap sel-sel
besarnya kantung darah yang dicapai, darah putih dalam darah yang
dengan massa sel darah merah 100- disumbangkan. Hal ini terjadi pada
200 ml. Sel darah merah pekat ini pasien yang pernah mendapat
berguna untuk meningkatkan jumlah transfusi sebelumnya dan wanita
pernah beberapa kali mengalami
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care
KESIMPULAN
Rata-rata reaksi transfusi pada pasien Serologi Golongan Darah.
yang mendapatkan transfusi darah WB Jakarta. Depkes Ri
adalah 1,30. Rata-rata reaksi transfusi Handayani dan Hariwibowo. 2008. Buku
pada pasien yang mendapatkan transfusi Ajar Asuhan Keperawatan pada
darah PRC adalah 0,40 Ada perbedaan Pasien dengan Gangguan Sistem
reaksi pemberian transfusi darah Whoole Hematologi. Jakarta. Salemba
Blood (WB) dan Packed Red Cell (PRC) Medika
pada Pasien Post Sectio Caesarea (SC)
di RSUD Dr. Achmad Darwis
kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2016, Menkes RI. 2011. Peraturan Pemerintah
nilai p = 0,009 (p < 0,05). Diharapkan Republik Indonesia Nomor 7
pada dokter dan perawat agar lebih Tahun 2011 tentang Pelayanan
selektif dalam memberikan darah Darah. Jakarta. Kemenkes RI
transfusi pada pasien dan intensif dalam Muhiddin, Triyono dan Sukorini. 2013.
mengontrol proses transfusi darah, Indikator Kualitas Pelayanan
sehingga adanya reaksi transfusi dapat Darah Bank Darah RSUP Dr.
segera diketahui. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Fakultas Kesehatan-
DAFTAR REFERENSI Universitas Makassar
Astuti dan Laksono. 2013. Keamanan Nency, YM dan Sumanti, D. 2011.
Darah di Indonesia. Surabaya. Latar Belakang Penyakit pada
Health Advocacy Penggunaan Transfusi Komponen
Darah pada Anak di RSUP dr.
Depkes RI. 2003. Buku Pelayanan Kariadi Semarang . Sari Pediatri
Transfusi Darah: Mutu dan Vol. 13 No. 3 Oktober 2011
Keamanan dalam Penyediaan
Prawira, AE. 2013. Kesadaran
Darah. Jakarta. Depkes RI
Masyarakat untuk Donor
DepKes RI. 2003. Buku Pedoman Darah Masih Kurang.
Pelayanan Transfusi Darah : http://health.liputan6.com/read/511
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care
127/kesadaran-masyarakat-untuk-
donor-darah- masih-kurang
Samsiarah, H. 2011. A comparison
study on the blood transfusion
reaction between the elective and
the emergency operation’s patients.
Med Sci Volume 43, No. 2, June
2011: 105-111
Sudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
FK-UI
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care