You are on page 1of 9

Volume 1.No.

3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

PERBEDAAN REAKSI PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH


WHOOLE BLOOD (WB) DAN PACKED RED CELL (PRC) PADA
PASIEN SECTIO CAESARE
Rahmatul Fuadda1* Neila Sulung2 Lisa Vina Juwita3
Keperawatan STIKes Fort De Kock
Email: rahmatulfuadda@gmail.com
Submitted: 09-12-2016, Reviewer: 10-12-2016, Accepted: 10-12-2016

ABSTRAK
Transfusion reaction is the reaction of the recipient's body to blood donors, blood transfusion
reactions can be mild to severe, and could be either fast, medium and slow. Hospital Dr.
Achmad Darwis District Lima Puluh Kota every month UTDRS blood for transfusion are 45 to
55 bags. Survey of 30 patients who received a blood transfusion, there are 10 people have
reactions such as fever of 4 people, as many as 4 people dizzy, urtikariat (itching) as much as
one person and as many as three people shivering. The aim of research to find out the difference
Reaction Giving Whoole Blood Transfusion Blood (WB) and Packed Red Cell (PRC) in
Patients Sectio Caesare (SC). Type pre-experimental study, the design of Static Group
Comparison. The population was patients post SC who receive blood transfusion, with sampling
purposive sampling of 20 people. The data collection was done by direct observation, then
processed and analyzed using independent t-test. Results that the average transfusion reactions in
patients receiving blood transfusions WB is 1.30 and the patients who receive blood transfusion
PRC is 0.40. The results of the bivariate no difference Whoole blood transfusion reaction
Blood (WB) and Packed Red Cell (PRC) in Patients with Post Sectio Caesarea (SC) (p =
0.009). It was concluded that there is a difference of transfusion reactions in blood transfusions
WB and blood transfusions PRC. Expected to medicine and nurse to be more selective in giving
blood transfusions to patients and intensive control of blood transfusion process , so that a
transfusion reaction can be immediately known. .

Keywords: transfusion reactions, Whoole Blood (WB), Packed Red Cell (PRC)
ABSTRAC
Reaksi Transfusi adalah reaksi tubuh resipien terhadap darah donor, reaksi transfusi darah dapat
ringan sampai berat, dan dapat berupa reaksi cepat, sedang, dan lambat. RSUD Dr. Achmad
Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota setiap bulannya UTDRS mengeluarkan darah untuk
transfusi berjumlah 45 sampai 55 kantong. Survey terhadap 30 orang pasien yang mendapatkan
transfusi darah, terdapat 10 orang mengalami reaksi berupa demam sebanyak 4 orang, pusing
sebanyak 4 orang, menggigil sebanyak 3 orang dan urtikariat (gatal-gatal) sebanyak 1 orang.
Tujuan penelitian untuk mengetahui Perbedaan Reaksi Pemberian Transfusi Darah Whoole
Blood (WB) dan Packed Red Cell (PRC) pada Pasien Sectio Caesare (SC). Jenis penelitian pra
eksperimen, dengan rancangan Statis Group Comparison. Populasi adalah pasien post SC yang
mendapatkan transfusi darah, dengan pengambilan sampel secara purposive sampling sebanyak
20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, kemudian diolah dan
dianalisa menggunakan t-test independent. Didapatkan hasil rata- rata reaksi transfusi pada
pasien yang mendapatkan transfusi darah WB adalah 1,30 dan pasien yang mendapatkan
transfusi darah PRC adalah 0,40. Terdapat perbedaan reaksi pemberian transfusi darah Whoole
Blood (WB) dan Packed Red Cell (PRC) pada Pasien Post Sectio Caesarea (SC) (p =
0,009). Disimpulkan bahwa ada perbedaan reaksi transfusi pada transfusi darah WB dan
transfusi darah PRC. Diharapkan dokter dan perawat agar lebih selektif dalam memberikan
darah transfusi pada pasien dan intensif dalam mengontrol proses transfusi darah, sehingga
adanya reaksi transfusi dapat segera diketahui.

Kata Kunci : Reaksi Transfusi, Whoole Blood (WB), Packed Red Cell (PRC)
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

PENDAHULUAN dapat menjadi penyelamat nyawa, tapi


dapat pula berbahaya dengan berbagai
Dalam rangka mewujudkan derajat komplikasi yang dapat terjadi, sehingga
kesehatan masyarakat yang setinggi- transfusi darah hendaklah dilakukan
tingginya, perlu diselenggarakan berbagai dengan indikasi yang jelas dan tepat
upaya kesehatan yang dilaksanakan sehingga diperoleh manfaat yang jauh
melalui kegiatan pencegahan penyakit, lebih besar dari pada resiko yang mungkin
pencegahan kesehatan, pengobatan terjadi (FK-UI 2006, p.685). Untuk
penyakit dan pemulihan kesehatan melayani masalah transfusi darah ini, di
(Menkes RI 2011, p.1). Salah satu bentuk Indonesia dibentuk Unit Transfusi Darah
upaya kesehatan tersebut adalah melalui (UTD). UTD adalah fasilitas pelayanan
transfusi darah. Upaya kesehatan Transfusi kesehatan yang menyelenggarakan donor
Darah adalah upaya kesehatan yang darah, penyediaan darah, dan
bertujuan agar penggunaan darah berguna pendistribusian darah (Astuti & Laksono
bagi keperluan pengobatan dan pemulihan 2013, p.4). Beberapa macam komponen
kesehatan. Kegiatan tranfusi itu mencakup darah transfusi, yaitu Whole blood (darah
antara lain pengerahan donor, lengkap), Packed Red Cell (PBC), Plasma
penyumbangan darah, pengambilan, Beku Segar (Fresh Frozen Plasma),
pengamanan, pengolahan, penyimpanan, Trombosit, Kriopresipitat. Whole blood
dan penyampaian darah kepada pasien biasanya disediakan hanya untuk
(Astuti & Laksono 2013, p.1). transfusi pada perdarahan masif. Whole
Menurut data World Health blood biasa diberikan untuk perdarahan
Organization (WHO), darah nasional suatu akut, shock hipovolemik serta bedah
negara pertahunnya harus berjumlah 2 mayor dengan perdarahan lebih dari 1500
persen dari total penduduk. WHO ml. PRC mengandung hemoglobin yang
melaporkan bahwa 80% dari populasi di sama dengan whole blood, bedanya adalah
negara-negara maju menggunakan donor pada jumlah plasma, dimana PRC lebih
darah yang aman. Sebaliknya, hanya sedikit mengandung plasma. PRC biasa
20% dari populasi di negara-negara diberikan pada pasien dengan perdarahan
berkembang, yang menggunakan donor lambat, pasien anemia tau pada kelainan
darah yang aman (Samsiarah 2011, p.106). jantung (Astuti dan Laksono 2013, p.9).
Penyediaan darah oleh Palang Merah Transfusi darah dapat
Indonesia (PMI) baru tercapai 0,7 % dari menghasilkan reaksi transfusi. Reaksi
jumlah penduduk (1,7 juta kantung) dan Transfusi adalah reaksi tubuh resipien
persediaan darah baru mencukupi terhadap darah donor, reaksi transfusi
kebutuhan 2 hari. Target WHO yakni 2 darah dapat ringan sampai berat, dan dapat
% jumlah penduduk atau 4 juta kantung berupa reaksi cepat, sedang, dan lambat.
per tahun dan persediaan darah Standar angka kejadian reaksi transfusi
mencukupi kebutuhan 4 hari (Astuti & adalah <0,01% (Muhiddin 2013, p.2).
Laksono 2013, p.iii). Di Indonesia Sebuah penelitian melaporkan bahwa
butuh 4 juta kantong darah. Tapi, yang reaksi transfusi yang tidak diharapkan
sudah terkumpul untuk saat ini baru 3,5 ditemukan pada 6,6 % resipien, dimana
juta. Darah di PMI sudah terkumpul sebagian besar (55 %) berupa demam.
2.250.000 kantung darah lengkap. Yang Gejala lain adalah menggigil tanpa demam
nantinya akan dibagi menjadi 3. Sel darah sebanyak 14 %, alergi 20 %, hepatitis
merah, trombosit, plasma. Sehingga secara serum positif 6 %, reaksi hemolitik 4 %
keseluruhan terkumpul 3,5 juta kantong dan overload sirkulasi 1 % (Sudoyo dkk
darah (Prawira 2013, p.1). 2006, p.682).
Transfusi darah pada hakekatnya Adanya reaksi transfusi ini telah
adalah pemberian darah atau komponen juga dibuktikan pada penelitian Samsiarah
darah dari satu individu (donor) ke (2011) di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
individu lainnya (resipien), dimana Yogyakarta, disimpulkan bahwa reaksi
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

transfusi darah lebih sering terjadi pada tidak juga bertambah setelah dilakukan
operasi emergensi dibandingkan operasi transfusi darah, sehingga mereka harus
elektif. Reaksi transfusi lebih sering mencari tambahan darah ataupun pendonor
ditimbulkan oleh transfusi WB lain, ataupun karena transfusi yang harus
dibandingkan PRC. Jenis reaksi transfusi dihentikan karena adanya reaksi setelah
yang terjadi adalah takikardia (0,09 %), transfusi tersebut.
demam (46,5%), mual (0,08 %), ruam Survey yang dilakukan pada
(15,15%), hypercalemia (0,08 %) dan bulan November 2015, diketahui bahwa
pruritus (13,13%). diantara 30 orang pasien yang
Beberapa faktor melibatkan mendapatkan transfusi darah, terdapat 10
terjadinya reaksi transfusi selama atau orang mengalami reaksi. Reaksi yang
setelah transfusi darah. Dalam hal ini jenis terjadi berupa demam sebanyak 4 orang,
penelitian operasi (darurat atau operasi pusing sebanyak 4 orang, urtikariat
elektif), jenis darah ditransfusikan (WB, (gatal- gatal) sebanyak 1 orang dan
PRC atau FFP) dan jumlah Unit darah menggigil sebanyak 3 orang. Terjadinya
yang diberikan (pasca transfusi Hb rate) komplikasi transfusi berupa reaksi
yang terbukti merupakan faktor yang hemolitik (segera) tersebut disebabkan
terlibat pada kejadian reaksi transfusi karena pasien harus mendapatkan transfusi
(Samsiara 2011, p.110). Bila telah darah dalam jumlah banyak setelah Sectio
diketahui bahwa seseorang pasien Caesarea (SC). Akibat dari reaksi tersebut
mengalami reaksi transfusi, penting untuk maka dokter memerintahkan untuk
memastikan bahwa transfusi itu sudah menghentikan transfusi atau memberikan
dihentikan, dokter yang bersangkutan transfusi dengan mengganti jenis darah
sudah diberitahu, sampel-sampel yang yang lain (Laporan Bulanan UTDRS Dr.
diperlukan telah diambil untuk diperiksa di Achmad Darwis, 2015).
laboratorium (Depkes RI 2003, p.43). Berdasarkan uraian di atas, maka
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. peneliti tertarik untuk mengetahui tentang
Achmad Darwis Kabupaten Lima Puluh perbedaan reaksi pemberian transfusi
Kota sudah memiliki Unit Transfusi Darah, darah Whoole Blood (WB) dan Packed
dimana setiap bulannya UTDRS Red Cell (PRC) pada Pasien Post Sectio
mengeluarkan darah untuk transfusi Caesarea (SC) di RSUD Dr. Achmad
berjumlah 45 sampai 55 kantong. Peneliti Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota tahun
mengamati bahwa sering terjadi komplain 2016
dari keluarga pasien karena HB pasien
METODE PENELITIAN pengambilan sampel secara purposive
Jenis penelitian ini adalah sampling berjumlah 20 orang.
penelitian pra eksperimen, dengan Pengumpulan data dilakukan dengan cara
rancangan perbandingan kelompok statis observasi langsung terhadap reaksi
(Statis Group Comparison). Penelitian transfusi darah yang terjadi pada
dilaksanakan pada bulan Maret – April pasien. Analisa data yang digunakan
2016 di RSUD Dr. Achmad Darwis adalah analisa univariat dan bivariat
Kabupaten Lima Puluh Kota. Populasi menggunakan uji statistik t-test
adalah pasien post operasi yang independent.
mendapatkan transfusi darah, dengan
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

HASIL DAN PEMBAHASAN nyawa, reaksi ini terjadi pada saat


proses transfusi berlangsung,
Hasil penelitian yang dilakukan manifestasinya antara lain kemerahan
RSUD Dr. Achmad Darwis pada wajah yang segera timbul, rasa
Kabupaten Lima Puluh Kota dalam hangat di vena yang menerima darah,
melihat perbedaan antara reaksi demam dan menggigil, nyeri dada dan
trafusi pada yang mendapatkan WB pinggang, nyeri abdomen disertai mual
dan PRC dan muntah, penurunan tekanan
darah disertai peningkatan kecepatan
denyut jantung, sesak napas
Reaksi Transfusi pada Pasien yang (Handayani & Hariwibowo 2008
Mendapatkan Darah WB p.67). Bila telah diketahui bahwa
seseorang pasien mengalami reaksi
Hasil penelitian diketahui
transfusi, penting untuk memastikan
rata-rata reaksi transfusi pada pasien
bahwa Transfusi itu sudah dihentikan,
yang mendapatkan transfusi darah
Dokter yang bersangkutan sudah
WB adalah 1,30, dengan standar
diberitahu, Sampel-sampel yang
deviasi 0,823. Reaksi terendah adalah
diperlukan telah diambil untuk
0 dan reaksi tertinggi 2. Dari hasil
diperiksa di laboratorium, yaitu antara
estimasi disimpulkan bahwa 95%
lain, Sampel darah yang beku dan
diyakini rata-rata reaksi transfusi
tidak beku dari pasien sesegera
pada pasien yang mendapatkan
mungkin setelah transfuse, Sisa sel
transfusi darah WB adalah 0,71 -
darah merah dan plasma dari darah
1,89.
donor yang ditransfusikan, Spesimen
Whole blood biasanya pertama urin pasien sesudah tranfusi
disediakan hanya untuk transfusi pada
dilakukan (Depkes RI 2003, p.43.
perdarahan masif. Whole blood biasa
Penelitian yang dilakukan
diberikan untuk perdarahan akut, shock
oleh Nency & Sumanti (2011)
hipovolemik serta bedah mayor dengan
tentang Latar Belakang Penyakit pada
perdarahan lebih dari 1500 ml. Whole
Penggunaan Transfusi Komponen
blood akan meningkatkan kapasitas
Darah pada Anak di RSUP dr. Kariadi
pengangkutan oksigen dan peningkatan
Semarang, diketahui bahwa transfusi
volume darah. Transfusi satu unit
darah WB diberikan pada pasien
whole blood akan meningkatkan
dengan penyakit dasar sepsis, tindakan
hemoglobin 1 g/dl (Astuti dan Laksono
perioperatif, keganasan non leukemia,
2013, p.9). Menurut Sudoyo, dkk
dan penyakit jantung.
(2006, p.685) indikasi pemberian darah
Menurut asumsi peneliti, reaksi
lengkap (whoole blood) adalah dengan
transfusi darah yang diteliti oleh
tujuan untuk meningkatkan jumlah sel
peneliti hanya pada kolf I, sedangkan
darah merah dan volum plasma dalam
reaksi untuk kolf kedua, ketiga dan
waktu yang bersamaan, misalnya pada
selanjutnya belum dilakukan
perdarahan aktif dengan kehilangan
penelitian. Reaksi tersebut
darah lebih dari 25 – 30% volume
merupakan bentuk reaksi karena
darah total. Tetapi pemberian darah
antibodi leukosit, antibodi trombosit
lengkap pada keadaan tersebut tidak
atau senyawa pirogen. Hal ini dapat
menjadi pilihan utama, karena
dilihat dari reaksi yang banyak
pemulihan segera volume darah pasien
dialami pasien adalah berupa rasa
jauh lebih penting daripada
hangat di vena yang menerima darah
penggantian sel darah merah,
dan gatal-gatal pada kulit. Gatal-gatal
sedangkan menyiapkan darah untuk
tersebut dapat terjadi karena
transfusi memerlukan waktu.
kemungkinan darah yang
Biasanya pada reaksi transfusi
ditransfusikan tersebut berasal dari
terjadi reaksi segera yang mengancam
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

donor yang memiliki riwayat alergi. sel darah merah pada pasien yang
Untuk meminimalisir reaksi ini, maka menunjukkan gejala anemia, yang
penting bagi petugas untuk mendata hanya memerlukan massa sel darah
setiap pendonor guna mengantisipasi merah pembawa oksigen saja
timbulnya reaksi alergi (gatal-gatal) (Sudoyo, dkk 2006, p.686).
pada saat transfusi darah. Reaksi lain
PRC mengandung
yang dialami pasien adalah demam dan
hemoglobin yang sama dengan
menggigil. Bagi pasien yang
whole blood, bedanya adalah pada
mengalami reaksi demam dan
jumlah plasma, dimana PRC lebih
menggigil, kemerahan pada wajah
sedikit mengandung plasma. PRC
yang segera timbul, dan sesak nafas,
biasa diberikan pada pasien dengan
maka proses transfusi langsung
perdarahan lambat, pasien anemia
dihentikan. Namun bagi pasien yang
atau pada kelainan jantung (Astuti
mengalami reaksi rasa panas di vena,
dan Laksono 2013, p.9).
reaksi masih tetap dilanjutkan. Pada
Penelitian yang dilakukan
pasien yang mengalami rasa gatal
oleh Nency & Sumanti (2011) tentang
pada kulit, umumnya terjadi setelah
Latar Belakang Penyakit pada
transfusi selesai. Bagi pasien yang
Penggunaan Transfusi Komponen
mengalami 2 reaksi transfusi
Darah pada Anak di RSUP dr.
disebabkan reaksi yang mereka
Kariadi Semarang, diketahui bahwa
rasakan adalah berupa rasa panas di
transfusi darah PRC diberikan pada
vena, karena proses transfusi darah
pasien dengan penyakit dasar
yang lama akibat tetesan infus tidak
thalasemia, leukimia, sepsis,
lancar. Hal ini juga berdampak pada
tindakan perioperatif, keganasan non
timbulnya gatal-gatal pada kulit
leukemia, sindrom syok dengue,
setelah proses transfusi.
anemia aplastik, hemofilia, penyakit
jantung dan penyakit ginjal.
2. Reaksi Transfusi pada Pasien yang Menurut asumsi peneliti,
Mendapatkan Darah PRC terjadinya reaksi transfusi pada
Hasil penelitian diketahui rata- pasien yang mendapatkan transfusi
rata reaksi transfusi pada pasien yang darah PRC disebabkan adanya
mendapatkan transfusi darah PRC riwayat alergi dari pendonor yang
adalah 0,40, dengan standar deviasi tidak diketahui, sehingga
0,516. Reaksi terendah adalah 0 dan menimbulkan gatal-gatal pada pasien
reaksi tertinggi 1. Dari hasil estimasi yang menerima transfusi. Sementara
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata- reaksi hangat di vena, demam dapat
rata reaksi transfusi pada pasien yang dipengaruhi oleh transfusi eritrosit
mendapatkan transfusi darah PRC yang rusak akibat paparan
adalah 0,030 – 0,77. dekstrose 5 %, injeksi air ke
Sel darah merah pekat berisi dalam sirkulasi, transfusi darah
eritrosit, trombosit, lekosit dan sedikit yang lisis, transfusi darah dengan
plasma. Sel darah merah ini didapat pemanasan berlebihan, transfusi
dengan memisahkan sebagian besar darah beku, transfusi darah yang
plasma dari darah lengkap, sehingga terinfeksi, dan transfusi darah dengan
diperoleh sel darah merah dengan tekanan tinggi.
nilai hematokrit 60 – 70 %. Volume Reaksi-reaksi tersebut terjadi
diperkirakan 150-400 ml tergantung sebagai respon tubuh terhadap sel-sel
besarnya kantung darah yang dicapai, darah putih dalam darah yang
dengan massa sel darah merah 100- disumbangkan. Hal ini terjadi pada
200 ml. Sel darah merah pekat ini pasien yang pernah mendapat
berguna untuk meningkatkan jumlah transfusi sebelumnya dan wanita
pernah beberapa kali mengalami
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

kehamilan. Oleh sebab itu, pada transfusi darah di Rumah Sakit


pasien yang mengalami reaksi Umum Dr. Sardjito Yogyakarta,
demam atau yang beresiko terhadap diketahui bahwa reaksi transfusi lebih
reaksi tranfusi lainnya biasanya sering ditimbulkan oleh transfusi WB
diberikan produk darah yang dibandingkan PRC (p = 0,001),
leukositnya telah dikurangi. Artinya, dimana reaksi transfusi lebih banyak
sel-sel darah putih telah hilang pada WB (84,9%) dibandingkan PRC
setelah melalui filter atau cara (25,1%) yaitu berupa reaksi
lainnya. Takikardia, demam, mual, ruam,
hiper calcemia dan pruritus dengan
Analisis Bivariat ringan sampai sedang parah.
Menurut asumsi peneliti,
Hasil penelitian diketahui
adanya perbedaan reaksi transfusi
bahwa rata-rata reaksi transfusi
pada pasien yang mendapatkan
pada pemberian transfusi darah WB
transfusi darah WB dengan pasien
adalah 130 dengan standar deviasi
yang mendapat transfusi darah PRC
0,823. Sedangkan pada pemberian
disebabkan karena pada transfusi
transfusi darah PRC diperoleh dara-
darah WB seluruh komponen darah
rata 0,40 dengan standar deviasi
diberikan pada pasien, karena plasma
0,516. Terlihat perbedaan rata-rata
mengandung bermacam-macam
(mean different) rata-rata reaksi
protein, zat kimia, faktor-faktor
transfusi darah WB dengan PRC
pembeku dan kaya dengan zat
adalah 0,90 dengan nilai t = 2,929.
metabolik. Hal ini menyebabkan
Dapat disimpulkan bahwa ada
terjadinya reaksi transfusi pada
perbedaan reaksi pemberian transfusi
pasien yang mendapatkan darah
darah Whoole Blood (WB) dan
WB yaitu berupa kemerahan apda
Packed Red Cell (PRC) pada Pasien
wajah yang segera timbul 1 orang,
Post Sectio Caesarea (SC) di RSUD
rasa hangat di vena yang menerima
Dr. Achmad Darwis Kabupaten Lima
darah 3 orang, demam dan menggigil
Puluh Kota tahun 2016, nilai p =
1 orang, nyeri abdomen diserta mual
0,009 (p < 0,05).
dan muntah 1 orang, penurunan
tekanan darah disertai peningkatan
Reaksi transfusi adalah suatu
kecepatan denyut jantung 1 orang
perusakan secara imunologis sel-sel
dan gatal-gatal pada kulit 5 orang.
darah merah inkompatibel yang
diperoleh melalui transfusi darah. Pada transfusi darah PRC,
Biasanya pada reaksi transfusi darah sudah disaring dan sebagian
terjadi reaksi segera yang mengancam besar plasma sudah dipisahkan dari
nyawa, reaksi ini terjadi pada saat darah lengkap, akhirnya diperoleh
proses transfusi berlangsung, sel darah merah dengan nilai
manifestasinya antara lain kemerahan hematokrit 60 – 70 %. Hal tersebut
pada wajah yang segera timbul, rasa menyebabkan PRC berfungsi untuk
hangat di vena yang menerima darah, mengurangi penularan penyakit dan
demam dan menggigil, nyeri dada mengurangi reaksi imunologis,
dan pinggang, nyeri abdomen disertai sehingga pasien sangat jarang
mual dan muntah, penurunan tekanan mengalami reaksi transfusi. Reaksi
darah disertai peningkatan kecepatan transfusi yang dialami pasien pada
denyut jantung, dan sesak napas pemberian darah PRC ini berupa
(Handayani & Hariwibowo 2008 kemerahan pada wajah ayng segera
p.67). timbul 1 orang, demam dan
Sejalan dengan penelitian Samsiarah menggigil 1 orang, dan gatal-gatal
(2011) tentang perbandingan reaksi pada kulit 1 orang.
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

Oleh sebab itu, untuk yang berlebihan menjadi minimal,


meminimalisir reaksi transfusi pada dan meningkatnya daya guna
transfusi darah WB diperlukan pemakaian darah karena sisa
tindakan pencegahan sebelum plasma dapat dibuat lagi menjadi
transfusi dimulai, seperti konfirmasi komponen-komponen yang lain.
ulang ke ruangan atau dokter terkait Dapat disimpulkan bahwa
pemakaian darah WB, karena dengan transfusi darah PRC jauh lebih
memakai darah WB memungkinkan baik dan memiliki resiko yang kecil
terjadinya berbagai reaksi transfusi. dibandingkan dengan transfusi darah
Disamping hal tersebut, transfusi WB. Namun demikian, pemberian
darah PRC memiliki keuntungan darah WB ini banyak juga dilakukan
dibandingkan transfusi darah WB karena stok dara di UTD tidak selalu
bagi pasien post SC yang tidak ada, sehingga digunakan darah baru
mengalami perdarahan hebat, seperti yang didonorkan oleh keluarga.
kemungkinan overload sirkulasi Terkadang darah yang sudah di PRC
menjadi minimal, reaksi transfusi kan dikembalikan lagi ke UTD
akibat komponen plasma menjadi dengan akasan transfusi darah
kurang, reaksi transfusi akibat tersebut menimbulkan demam pada
antibodi donor menjadi minimal, pasien.
akibat samping volume antikoagulan

KESIMPULAN
Rata-rata reaksi transfusi pada pasien Serologi Golongan Darah.
yang mendapatkan transfusi darah WB Jakarta. Depkes Ri
adalah 1,30. Rata-rata reaksi transfusi Handayani dan Hariwibowo. 2008. Buku
pada pasien yang mendapatkan transfusi Ajar Asuhan Keperawatan pada
darah PRC adalah 0,40 Ada perbedaan Pasien dengan Gangguan Sistem
reaksi pemberian transfusi darah Whoole Hematologi. Jakarta. Salemba
Blood (WB) dan Packed Red Cell (PRC) Medika
pada Pasien Post Sectio Caesarea (SC)
di RSUD Dr. Achmad Darwis
kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2016, Menkes RI. 2011. Peraturan Pemerintah
nilai p = 0,009 (p < 0,05). Diharapkan Republik Indonesia Nomor 7
pada dokter dan perawat agar lebih Tahun 2011 tentang Pelayanan
selektif dalam memberikan darah Darah. Jakarta. Kemenkes RI
transfusi pada pasien dan intensif dalam Muhiddin, Triyono dan Sukorini. 2013.
mengontrol proses transfusi darah, Indikator Kualitas Pelayanan
sehingga adanya reaksi transfusi dapat Darah Bank Darah RSUP Dr.
segera diketahui. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Fakultas Kesehatan-
DAFTAR REFERENSI Universitas Makassar
Astuti dan Laksono. 2013. Keamanan Nency, YM dan Sumanti, D. 2011.
Darah di Indonesia. Surabaya. Latar Belakang Penyakit pada
Health Advocacy Penggunaan Transfusi Komponen
Darah pada Anak di RSUP dr.
Depkes RI. 2003. Buku Pelayanan Kariadi Semarang . Sari Pediatri
Transfusi Darah: Mutu dan Vol. 13 No. 3 Oktober 2011
Keamanan dalam Penyediaan
Prawira, AE. 2013. Kesadaran
Darah. Jakarta. Depkes RI
Masyarakat untuk Donor
DepKes RI. 2003. Buku Pedoman Darah Masih Kurang.
Pelayanan Transfusi Darah : http://health.liputan6.com/read/511
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

127/kesadaran-masyarakat-untuk-
donor-darah- masih-kurang
Samsiarah, H. 2011. A comparison
study on the blood transfusion
reaction between the elective and
the emergency operation’s patients.
Med Sci Volume 43, No. 2, June
2011: 105-111
Sudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
FK-UI
Volume 1.No.3 Tahun 2016 Jurnal Human Care

You might also like