You are on page 1of 81
Pengembangan Model Pembelajaran Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Tahun 2008 Pengembangan Model Pembelajaran Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Tahun 2008 KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 28 menjelaskan bahwa ‘Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia din! pada jalur pendidikan formal, yang sangat strategis dalam pengembangan sumberdaya manusia Indonesia ke depan, Melalui pendidikan diTK peserta didik dapat mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisi/motorik, dan seni, serta disiapkan untuk dapat ‘memasuki satuan pendidikan berikutnya di sekolah dasar. ‘Untuk menyetenggarakan kegiatan pembaelajaran di TK, diperlukan seperangkat rencana dan pengaturan ‘mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan dalam pembelajaran yang disebut kurikulum, Kurikulum TK 2004 dilengkapi dengan perangkat Pedoman Pengembangan Silabus, Pedoman Pengembangan Pembelajaran, dan Pedoman Penilaian, Dalam rangka meningkatkan mutu layanan Pendidikan di Taman Kanak-kanak dan membantu para guru dalam melaksanakan proses Pembelajaran yang Akt, Kreatit, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) serta daapt mengembangkan berbagal potensi guru di lapangan, maka Direktorat Pembinaan TK dan SD, Direktorat Jenderal Manajemnen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemien Pendidikan Nasional mengembangkan Model Pembelajaran di TK. Model pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang dikembangkan terdiri dari model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman, model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, model pembelajaran berdasarkan area, dan model pembelajaran berdasarkan sentra. Model pembelajaran ini dinarapakan dapat menjadi inspirasi dan referensi bagi semua pihak yang memberikan layanan pendidikan di TK. Jakarta, Nopember 2008 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Sescens Daftar Is... Bab! PENDAHULUAN .. a As Latar Belakang sa..sinnennens 1 B. Tujuan.... ditotksd Jo.id ditetksd ce BAB Il ANAK DAN KURIKULUM ..... 3 AL Pevhonbgan Anak dan beanie chad Pembelajaran di TK 3 1, Perkembangan ANAK «nor 3 2. Implkasi dan Prinsip Pembelajaran i TK. 12 8. Kurikulum TK sk 14 1. Pengertian 14 2. Struktur Kurikulurn a 14 3. Bidang Pengembangan di TK... 15 4. Kompetensi Dasar ees Ste) 5. Pengembangan Silabus. 7 Bab ill MODEL PEMBELAJARAN..... ~ 19 ‘A. Model Pembelajaran Kelompok dengan kegiatan reroll 21 1. Pengelotaan kelas.. sceeemabnsrcesterel ane 2. Langkah-langkah Kegiatar 21 3. Penilaian .... 23 4. Contoh Pelaksanaan Kegiatan Model Pembelajaran Kelompok dengan Kegiatan Pengaman ..c2. 24 B, Model Pembelajaran Berdasarkan Sudut-sudut Kegan 30 4. Pengelotaan Kelas... rerecnnnn 30 2. Langkah-langkah Kegiatan... 31 3. Penilaian .. 31 4. Contoh Pelaksanaan Kegiatan Model Pombotsjran Berdasaran Sudut-sudut Kegiatan .. 32 C. Model Pembelajaran Area... 38 1. Pengelotaan kelas.. 40 2. Langkah-langkah Kegiatan . 4 3. Penilaian .. 42 4. Contoh Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Area 43 D. Model Pembelajaran Berdasarkan Sentra..... 82 1. Pengelotaan kelas. pone 4 ie 2. Langkah-langkah pembelajaran 54 3. Penilaian . 58 4. Contoh Pel 59 BabIV PENUTUP.. 75 Daftar Pustaka svsenerensena 76 Lampiran : Glosarium 1 heaps 7 Bab 1 PENDAHULUAN "Anak-anak yang sekarang berada di TK, belasan tahun kemudian akan menjadi manusia masa dlepan” A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-ndang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat (14) dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak ia lahir sampai dengan usia enam tahun yang ditakukan ‘melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan Jasmani dan rohani anak, agar memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebin lanjut ‘Selanjutnya pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui Jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. Taman Kanak-kanak adalah pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal Keberadaan Pendidikan Taman Kanak-kanak sangat penting, karena anak merupakan penenty kehidupan pada masa mendatang, John Dewey, salah satu tokoh pendicikan menyatakan bahwa pendidikan itu penting karena beberapa alasan sebagai berikut; (1) pendidikan merupakan kebutuhan hidup, (2) pendidikan sebagai pertumbuhan, (3) pendidikan sebagai fungsi sosial. Pembentukan karakter bangsa dan kualitas sumberdaya manusia ditentukan oleh bagaimana 'Pemberian perlakuan yang tepat kepada anak-anak sedini mungkin. Selan ity, usia dari kelahiran hringga enam tahun merupakan usia kitis bagi perkembangan anak. Stimulasi yang diberikan pada usia ini akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan anak serta sikap dan perilaku sepanjang rentang kehidupannya, Menurut para ali psikoiogi, usia dini (0-8 tahun) sangat menentukan bagi anak dalam mengembangkan potensinya. Usia ini sering disebut “usia mas" (the golden age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulangi lagi, yang sangat menentukan untuk pengembangan kualtas manusia selanjutnya, Keith Osbom, Burton L. White, dan Benyamin S. Bloom (1993) berdasarkan hasil peneliannya mengemukakan bahwa perkembangan intelekiual anak teradi ‘sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50 % variabilitas kecerdasan ‘orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun, Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 % sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua, OF 224s 7 we wea m8 wT Pm TAN Gamber: Perkembangan Kecerdasan Anak Menurut Keith Osbom, Burton L. ‘White, dan Benyamin S. Bloom Usia 4-6 tahun atau usia anak TK/RA (pada jalur pendidikan formal sesuai dengan Undang- ‘undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini), merupakan ‘masa peka bagi anak, karena masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan mengintemalisasikan ke- dalam pribadinya. Masa ini merupaken masa awal pengembangkan kemampuan fis, Kognitf bahasa, sosial emosional, konsep dir, disiplin, Kemandiian, seni, moral dan nilai-ital agama, Qleh karena itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal. Pengembangan pembelajaran merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, terlebih di TK/RA dengan dinamikanya yang sangat tinggi. Pengembangan pembelajaran ini dituangkan dalam bentuk Penyusunan Program Semester, Program Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) dan Satuan Kegiatan Harian (SKH), yang didalarinya termasuk pengembangan model pembelajaran, sesuai dengan karakteristik tumbuh kembang anak. ‘Buku ini menguraikan tentang pengembangan model pembelajaran di TK dan beberapa contoh elaksanaan model pembelgjaran untuk dijadikan acuan dalam metaksanakan pembelajaran di TK, namun masing-masing guru dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. B. TUJUAN Buku ini disusun sebagai acuan bagi guru TK/RA agar dapat mengimplementasikan dan mengembangkan modelmodel pembelajaran sesual dengan karakteristk perkembangan dan kebutuhan peserta didik, keadaan lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana pendidkan, serta kemampuan guru. Bab 2 ANAK DAN KURIKULUM A.PERKEMBANGAN ANAK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI TK 1. Perkembangan Anak Paling tidak, ada tiga perkembangan penting yang dialami oleh anak, yaitu perkembangan Psikologis, perkembangan kecerdasan, dan perkembangan otak. a. Perkembangan Psikologis Setiap anak memilki waktu dan irama perkembangannya senditi-sendir Unik dan berbeda antara satu dengan yang lain. Secara unum, anak usia TK dianggap oleh Erikson berada pada tahap ke tiga yang dikenat dengan tahap inisiatif dengan memiliki cri tertentu yang harus dikembangkan, antara lain: 1) Keterampilan sosial berkembang dengan pesat, untuk itu pembelajaran periu mengembangkan keterampilan sosial dengan bermain peran. Disini lembaga pendidixan ‘TK perlu menciptakan lingkungan yang mendukungnya, 2) Anak mengalami perkembangan Kagnis! sensorimotor ke arah pra-operasional (Piaget), Pada masa ini, anak harus diberi Kesempatan untuk menemukan tiga jenis kamampuan, yaitu sosial, logika/matematika dan fisik. Dalam kaitan ini, lembaga pendidikan TK bertugas memberikan pengalaman langsung kepada anak. 3) Anak suka bermain. Ada empat jenis permainan yang dialami anak, yaitu bermain ‘pembangunan (konstrukti), sensorimotor, bermain eran, dan bermain dengan aturan (Piaget). Pada usia TK, Sara Symylansky, menekankan pentingnya bermain peran, Oleh sebab itu di TK pertu dikemnbangkan kegiatan bermain peran. Charles Wolfgang (1977), menekankan pentingnya proses bermain berkelanjutan mulai dari yang sederhana menuju yang komplek. Vygotsky menyarankan bahwa anak usia TK perl diberi pengalaman bermain, b, Perkembangan kecerdasan anak Dulu, para abil psikologi begitu yakin bahwa setiap manusia memifki kecerdasan tunggal yaitu inteligensi. Bila hasil tes inteligensi menunjukkan bahwa grade (tingkatan) seseorang tinggi (superior/genius), maka ia pasti dapat menyelesaikan segala urusan. Begitu sebaliknya. Instrumen tes inteligensi dipandang bebas budaya, artinya berlaku bagi siapa saja dan di mana saja. Gardner (1991) membalik temuan di atas. Dia menyatakan bahwa pada setiap orang dibekali seperangkat kemampuan inteligensi yang dapat membedakan antara orang satu dengan orang lainnya. Keadaan ini dipengaruhi oleh faktor budaya dan beriaku untuk budaya tertentu. ‘Selama ini masalah belajar utama bertumpu pada kemampuan linguistik dan matematik ‘Oleh Karena itu, implikasi dari temuan Gardner tersebut, maka pemibelajaran di TK hendaknya ‘memfasiltasi perkemnbangan inteigensi ganda pada anak. 1) Hakekat Kecerdasan ‘Semnula para ahli psikologi dan pendidikan mengakui keberadaan kecerdasan atau inteligensi sebagai faktor tunggal. Sebagai faktor tunggal, inteligensi dipandang mampu membedakan tingkah laku dan kemampuan belajar antara manusia yang satu dengan yang lainnya, dalam segala hal. Bahwa seorang yang berinteligensi tinggi (biasanya dinyatakan dalam angka !Q atau intelligence Quotient di atas 120) dipandang bisa menyelesaikan segala persoatan. Begitu sebaliknya, anak yang dinyatakan berinteigens! rendah (biasanya dinyatakan dalam angka IQ atau intelligence Quotiont di bawah 90) akan mengalami kegagalan dalam semua bidang. Sebenamya sejak awal telah banyak ahii psikometri, seperti Guilford, yang mengemukakan bahwa terdapat sejumlah kemampuan dasar pada diti manusia, Namun demikian, sejauh ini sebagian orang tetap mengunggulkan konsep inteligensi tunggal. ‘Atas dasar pandangan konvensional tersebut tentang inteligensi dapat dikatakan bahwa anak-anak yang senang membuat rancang bangun, atau memiliki banyak kawan, atau luwes dalam melakukan gerakan tari, atau memainkan alat musik, ‘tetapi hasil tes intelegensi Konvensionalnya rendah, dia tidak termasuk anak yang ‘merniliki intelegensi tinggi atau belum dapat dikelompokkan sebagai anak yang ‘cerdas. Hal ini berbeda dari pandangan baru mengenai inteligensi sebagaimana sdikemukakan oleh Gardner (1991, 1999). Gardner semula mengeruukakan pengertian inteligensi sebagai suatu kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah ‘atau untuk menciptakan produk-produk yang bemilai dalam satu atau beberapa lingkungan budaya tertentu. Gardner menemukan teori inovalif tentang inteligensi manusia. Teori ini membantah pandangan lama bahwa inteligens! ity bersifat tunggal. Metalui studi aspek budaya, aspek neurofisioiogi, dan studi antropologi atas inteligensi, Gardner mengakui bahwa inteligens! manusia itu bersifat majemuk. 2) Inteligensi Ganda Gardner (1991) mempelajari perkembangan proses kognitf anak berdasarkan kerja Jean Piaget. Atas dasar kajjan itu, Gardner menemukan teori inovatif tentang intelegensi manusia, Melaiui studi aspek budaya, aspek neurofisiologl, dan studi antzopologi alas inteligensi, Gardner (1999) mengemukakan delapan Kategori intelegensi yall kecerdasan bahasa (VerbaVLinguistic), yaitu kemampuan untuk membaca, menuls, dan berkomunikasi, logis-matematis (kemam- puan untuk berpikir logis, sistematis, dan meng- hitung), visual-spasial (yaitu Kemampuan untuk berpikir melalui gambar), musik (menvisualisasikan musik, menyanyi, memilki Kepekaan untuk irama), kinestetik (kemampuan untuk menggunakan tubuh secara terampil), interpersonal (kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang lain, memiliki empati dan pengertian), intrapersonal (kemampuan untuk analisis dir dan refleksi), dan naturalistic (kemampuan mengenal flora dan fauna dan mencintai alam). Delapan kemampuan itu djelaskan sebagai berikut. a) Inteligensi Verbal/Linguistik TJ Inteigensi VertialLinguistic berhubungan dengan kemampuan anak dalam akuisisi yang komplek dalam hal rumusan dan proses kebahasaan. Pikiran secara simbolis dan penalaran secara abstrak atau kemmampuan untuk membuat pola- Pola verbal konseptual termasuk ke dalam kategor!inteligensi ini. Demikian juga membaca, menuls, perkembangan keterampilan membaca ddan berbahasa seperti permainan hunuf dan kata, ungkapan, kiasan, peribahasa, dan analogi muncul dari keterampilan berbahasa termasuk sebagai perwujudan inteligensi verballinguistik. b) Inteligensi Logika/Matematika Inteigensi logika/matematika berhubungan dengan kemampuan untuk berpikir secara logis, menatik kesimpulan baik secara induktif, maupun secara deduktit, atau secara kategorik. Kemampuan ini juga berkaitan dengan pengenalan pole-pola baik Pola geometrik maupun poia angka. Sebagaimana penguasaan kebehasaan, kemampuan ini termasuk kemampuan abstrak. Anak-Anak yang memiliki format kecerdasan logikalmatematika bila dikem- bangkan berpeluang menjadi peneliti yang ulung. Mereka akan mudah melakukan permainan tangan seperti catur, atau mereka berkesempatan memikirkan format kegiatan yang bersifat percobaan atau eksperimen untuk menguji gagasan-gagasan mereka. Juga, mereka mungkin tertanik dengan komputer atau dengan teke-teki yang menyertakan logika dan kemampuan member alasan. €) Inteligensi Spasial Inteligensi spasial berhubungan dengan kemampuan untuk mempersepsi kesan dari gambar-gambar atau pola-pola. Anak-anak yang memiliki potensi spasial tinggi mampu berpikir dalam bentuk kesan-kesan atau gambaran (images) dan pada umumnya ia mampu menemukan objek yang hilang dalam kaitan dengan kemampuan luar biasa mereka dalam bidang daya ingat visual. Mereka dapat mengenali hal- hal yang telah berubah dan diacak. Kebanyakan ‘anak-anak ini sebagai penggambar_pemula, gemar dengan bentuk, garis, dan wana. Di ssamping itu, anak-anak yang memilki kemiam- puan spasial tertark untuk memainkan teka-teki, ‘meri dan mengikut jalan berfiku-iku (mazes), ‘menemukan teka-teki gambar yang tersembuny/, dan mereka gemar membangun berbagai hal dengan balok. ) Inteligensi Musikal Inteligensi musikal berkenaan dengan kemampuan Untuk membuat dan_menginterpretasikan musik. ‘Anak-anak yang berkemampuan di bidang musik seringkali membutuhkan musik ketika mereka sedang mempelajari sesuatu dan mereka terus- menenus bersenandung, bemyanyi, dan mengetuk- ngetukkan alat apa saja yang dipegang dengan lrama yang rancak, seta suka sekali_ bersiul Mereka mempunyai_pendengaran yang tajam terhadap buny-bunyian, peka atas keserasian dan nuanse-nuansa yang sulit diplah-pilahkan di dalam musik dan di dalam buny-bunyian lainnya; mereka panda menyelaraskan dif serasi di dalam lingkungan mereka. Anak-anak ini dapat juga menampiikan permainan mirtik secara sempumna dan dengan mudah melihat perbedaan di dalam pola-pola suara atau aksen. Oleh Karena itu dalam sebutan lain, anak ini dkatakan memikt inteSigensi auditor. Anak-anak yang berintelgensi muskal cenderung peka terhiadap tiinada (pitch), wame-nada (timbre), dan irama (rhythm), mudah mengingat syair lagu, dan mampu memainkan sejumlah alat musik dan rhembuat efek suara. €) Inteligensi Bodily/Kinesthetic 8 Intelgensi bodiyikinesthetic berhubungan dengan gerakan fisik, balk yang menyangkut sistem otot halus maupun ‘tot besar. Anak-anak ini tukang memindahkan barang- barang di sekelilingnya dan sering mereka menggelia, mengayun-ayun, atau memanjat, metompat, dan meloncat. Kadang-kadang dia gunakan kursi-kursi yang biasa untuk duduk untuk keperluan yang lebih luas, misainya kursi-kursi ditata menjadi berurut-urutan seperti gerbong-gerbong Kereta api. Kadang sebuah kursi dipakai sebagai mobil-mobilan. f)_ Inteligensi interpersonal {nteligens! interpersonal merupakan kemampuan untuk mamahami dan berkornunikasi dengan orang lain, serta untuk menfasiltasi proses hubungan dan proses kelompok. Anak-anak yang berkemampuan inteligensi interpersonal tinggi akan sanggup membaca orang ‘ain, memiliki rasa empatk yang sangat kuat, dapat memutuskan perbedaan-perbedaan yang terjadi di antara orang per orang. Mereka dengan mudah menangkap getaran-getaran jiwa dari orang tain, dia peka apakah kawannya sedang senang, susah, atau marah. 9) Inteligensi Intrapersonal Inteligensi intrapersonal berhubungan dengan kemampuan untuk membatasi diri dari pengamatan orang lain, mempunyai suatu perasaan atau pengertian kuat pada diti sendin. la mempunyai kemiampuan kepemimpinan yang berhubungan dengan membuat keputusan yang tidak mungkin populer di antara orang lain di sekitarnya ‘Anak yang berinteligensi intrapersonal tinggi memiliki kapasitas. untuk memahami dir sendiri secara tepat, bbaik kekurangan maupun kelebihannya. Biasanya ia akan efeltif kalau bekerja sendii dan biasanya mampu menggunakan berbagai informasi tentang dirinya ‘secara tepat. Hal ini penting untuk disadari, karena pada hakekatrya konsep diri anak its terbentuk dari tiga kacamata utama, yaitu saya sebagaimana yang ‘saya lihat (self as seen by self), saya sebagaimana yang dithhat orang lain (self as seen by others), dan saya sebagaimana yang saya cite-citakan (ideal h) Inteligensi Natural Inteigensi natural merupakan kemampuan pokok yang banyak bersentuhan dengan nilai budaya. Seorang peneltl alam akan menunjukkan keahliannya dalam mengenali dan mengklasifikasi sejumiah spesies, balk flora maupun fauna, yang ada di sekeitingnya. c. Perkembangan Otak Sigmund Freud, mengatakan bahwa otak manusia itu segalanya. Otak merupekan refleksi jiwa dan cermin kepribadian. Otek menentukan nial, pikir, emosi, dan perilaku manusia, Apa yang kita pikirkan, rasakan, dan putuskan merupakan hasil kerja miliaran sel otak, jutaan rangkaian penghantar otak (neurotransmitter) dan “termiinal-terminal listik" yang menyusun tak (Nadesul, 2003). Normainya, otak manusia berisi 10 miliar sel ‘neuron. Setiap neuron saling berhubungan dengan 10 fibu neuron lain lewat jutaan penghantar lak dan terminal yang membentuk organ otak. ‘Yang terjadi dalam kerja otak adalah peristiwa kimiawi dan peristiva listrk di antara miliaran Bohan Oak Bataan Ok =e GT caesar Ditermukannya teori belahan otak kiri dan otak Be - tor kanan oleh Roger Wolcott Sperry, ahi neurobiolog iiieal Beat Califoria, telah membuka dimensi baru dalam cae clos"? | pengembangan intelegensi, kreativitas, dan Exp prt ‘ast "| potensi otak lainnya sejak dini. Kini orang mula ee tv memanfaatkan kehadiran otak kanan yang PROSES BELAJAR, ternyata membuat orang lebih luwes datam t z hidupnya. Otak ki berperan dalam Kemampuan reais Kecerdasan baca, tulis, hitung, dan fungsi kognitflainnya sebagai bentuk berpikir serial. Sedangkan otak ‘Somber: Foenre ren ok kanan sebagai bentuk berpikir paralel, holistik dan Pembelajaran (menyeluruh), kreatif, intuitif, dan imajinati. ‘Orang yang dominan otak kirinya (left brainer) melakukan pendekatan pemecahan masalah berdasarkan fakta, analisis, tahap demi tahap, perhitungan angka-angka, dan menyatakannya dengan menunjukkan fakta disertal urutan yang logis, sedangkan right brainer (orang yang dominan otak kanannya) berdasarkan spontanitas apa yang ada dalam pikiran, imajinatif, bentuk, suara dan gerakan, dan dikonsepkan dalam intuisinya, ‘Sperry membantah anggapan bahwa belahan otak kit lebih penting dari pada belahan otak Kanan. Bahkan dalam beberapa hal belahan otak Kanan lebih unggul, seperti kemampuan berpikir intuitif, tafsiran impresi audit, dan pemahaman hubungan Spasial, Selama ini banyak orang yang hanya mengunggulkan belahan otak kiri dan. mengabaikan otak kanan. Padahal banyak temuan mengungkapkan bahwa peran otak kanan sama pentingnya dengan otak kiri, Oleh karena itu, otak kiri dan otak kanan sebaiknya dikembangkan secara seimbang agar dapat meningkatkan kualitas hhidup seseorang d. Perkembangan Kreativitas Kreativitas merupakan dimensi kemampuan anak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kreativitas merupakan sebuah proses yang mampu melahirkan gagasan, pemikiran, konsep dan atau langkah-langkeh baru pada diri seseorang. Kebermaknaan kreativitas terietak pada hakikat dan perannya sebagai dimensi yang member citi keunggulan bagi pertumbuhan diri peserta didik yang sehat, produktif, dan inovatif. Guilford mengemukakan sifat-sifat yang menjadi cir kemampuan berpikir kreatif, yaitu: (1) kelancaran (fluency), suatu kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, (2) keluwesan (flexibility), yaitu kemampuan untuk mengemukakan beragam Pemecahan masalah, (3) keaslian (originality merupakan kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, (4) kerincian (elaboration) kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci, dan (5) perumusan Kembali atau redefinition (Urban, 1996). yaitu kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan sudut pandang yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang lain. Menurut Rothemberg, kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide/gagasan dan solusi yang baru dan berguna untuk memecahkan masalah dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Rotherberg, 1976). Kreativitas merupakan fungsi berbagai faktor dan ciri kemampuan mental intelektual. Cini dan faktor kemampuan individu dapat diamati melalui proses berpikir secara divergen, konvergen, menghayati, merasakan yang terungkap melalui bahasa, simbol, gambar atau perilaku motorik (Kintz dan Bruning, 1970). Model kognitif menerangkan bahwa kretivitas sebagai proses dan fungsi berbagai kemampuan kognitf, Khususnya kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah. Model ini mendasarkan teorinya pada asumsi bahwa kreativitas adalah proses dan hasil belajar individu terhadap lingkungan (Torrance dan White, 1969). ‘Ada dua syarat kriteria kreativilas menurut Brockmann (1993), yaitu kebaruan (novelty) dan kesesuaian (appropriatness). Sedang Good and Brophy (1990) mengemukakan dua kkriteréa kretivitas yaitu kebaruan (novelty) dan kebermaknaan (value). Kebaruan mengandung unsur adanya perbedaan dari segala hal yang telah ada, sedang kesesuaian mengacu pada kebermaknaan bagi kehidupan. Jadi kreativitas menekankan pada penciptaan sesuatu yang baru dan bermakna bagi kehidupan. Kebauran atau ketidakbiasaan hasil karya harus bersifat orisinal Kreativitas bukan warisan dari orang tua, melainkan suatu proses interaksi yang kompleks antara berbagai unsur dari dalam diri manusia; kondisi fisik, bakat, kemampuan kognitif, Pengalaman, minat, sikap, nilai, keterampilan dan lingkungannya (Rakhmad, 1996). ‘Guilford merumuskan kreattvitas sebagai kemampuan melihat dan memecahkan masalah ‘yang ditandai oleh sifat bakat (aptitude) berpikir kreatif yaitu: kepekaan (sensitivity) masalah, kelancaran, keaslian, perumusan kembali, Kerincian (elaborsi) dalam pemikiran dan ‘gagasan (Colangelo dan Davis, 1981). Munandar mengemukakan tiga bentuk rumusan kreativitas. Pertama kreativitas diartkan sebagai kermarmpuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data dan informs. Kedua, kreativitas, sebagai kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang ditekankan pada kuantitas, Ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Ketiga, kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, Kelenturan, keaslian dan kerincian gagasan atau pemikiran (Munandar, 1985). Dengan demnikian kreativitas merupakan kemiampuan berpikir seseorang untuk melahirkan ‘gagasan yang lancar, luwes, rinci, baru dan asii atau menghasilkan pemecahan masalah yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. ‘Menurut National Advisory Committees UK (1999), kreativitas memiliki empat karekteristk yaitu, pertama, berpikir dan bertindak imajinatif. Kedua, seluruh aktivitas imajinatif itu |, Melalui proses yang dapat melahirkan sesuatu ‘memiliki tujuan yang jelas. Ke ‘yang orisinal dan keempat, hasilnya harus dapat memberikan karekteristk tersebut harus merupakan suatu kesatuan yang utuh. tambah. Keempat ‘Menurut Robert J, Stemberg, seorang anak dikatakan memiliki kreativtas di kelas manakala mereka senantiasa menunjukkan: 1) merasa penasaran dan memilki rasa ingin tahu, mempertanyakan dan menantang ‘seta tidak terpaku dengan kaidah-kaidah yang ada, 2) memiliki kemampuan berpikir lateral dan mampu membuat hubungan-hubungan baru di luar hubungan yang lazim, 3) memimpiken tentang sesuatu, dapat membayangkan, melihat berbagal kemungkinan, bertanya ‘apa jika seandainya’ dan melihat sesuatu dengan pandangan yang berbeda, 4) mengeksplorasi berbagai pemikiran dan pian, memainkan idenya, mencoba altematif dengan melalui pendekatan yang segar, memelihara penilaian yang terbuka dan memodifikasi pemikirannya untuk memperoleh hasil yang kreatif, 5) merefieksikan secara kris atas setiap gagasan, tindakan dan hasil meninjau: ulang kkemejuan yang telah dicapai, mengundang dan memanfaatkan umpan balik, mengeriti ‘secara konstrukif dan dapat melakukan pengamatan secara cerdas, Kreativitas sebagai fungsi penyesuaian manusia terhadap lingkungan, menurut teori Piaget memilki fungsi asimilasi dan akomodasi secara komplementer dalam rangka 10 Pembentukan pengetahuan sebagai skema tindakan, untuk mencapal keseimbangan (Semiawan, 1990). Berdasarkan teori ini, maka yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan kreativitas anak, adalah pemberian pengalaman dan pengetahuan anak yang beranekaragam dalam proses pembelajaran ari pentahapan perkembangan kreativitas, ada tiga tahap kritis yang sangat penting bagi pendidikan yaitu: (1) tahap inisiatif, pada usia 4 sampai 6 tahun. Pada tahap ini anak ‘mengembangkan rasa ingin tahu, berinisiatif, berimaginasi. dan berfantasi melalui aktvitas bermain; (2) tahap kerajinan, usia 7 sampai 12 tahun, pada tahap ini terjadi creativity drop, yaits suatu gejata menurunnya kreativitas anak, Karena energi psikisnya diarahkan kepada tugas dan kegiatan belajar di sekolah yang berpola konvergen, (3) tahap identitas, usia 13-18 tahun, di mana anak menjalani pertode operasi formal dan pasca operasi formal dalam perkembangan intelektualnya. Gowan menyebutnya sebagai tahap golden age dalam perkembangan kreativitas anak, karena proses kreatif anak mendapat dukungan dari perkembangan kemampuan intelektual, yaitu: berpikir formal, onseptual, analits, krtis, dan evaluat; kemampuan hubungan sosial, kesadaran akan tatanan kehidupan sosial serta nilai-nilai moral dan religius mulai tebentuk. Oleh karena itu, proses berpikir kreatif pada masa ini dapat dibelajarkan ke arah pemecahan masalsh pengetahuan, seni dan masalah praktis sehari-hari Pames mengemukakan bahwa peristiwa “aha” sebagai salah satu essensi kreativitas yaitu suatu kondisi kesadaran menemukan hubungan yang relevan dan segar berbagal pikiran, fakta, atau gagasan ke dalam bentuk baru untuk memecahkan masalah dapat muncul melalui proses penumpukan pengalaman tertentu. Oleh karena itu peristiwa "aha" dalam proses kreatif dapat diperbaiki dan ditingkatkan ke arah yang lebih produkt, bermutu dan bermanfaat melalui Kegiatan belgjar yang terencana. Gagasan pembelgjaran kreatif untuk peserta didik, bersumber pada asumsi bahwa (1) semua peserta didik mempunyai potensi kreatif, (2) perilaku kreatif peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan, dan (3) kreativitas, baik proses, perilaku, maupun produk kreatif adalah hasil interaksi belajar peserta didik dengan lingkungannya (Treffinger, 1980), ‘Banyak faktor yang dapat menentukan seorang anak dapat mengembangkan kreativitasnya ‘secara optimal dalam proses pembelajaran. Agar kreativitas dapat tumbuh dan berkemibang

You might also like