Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Sari Nugraheni
091710101101
UNIVERSITAS JEMBER
2010
BAB 1. PENDAHULUAN
memiliki pandangan positif terhadap barang dan jasa yang dapat mematuhisyariat
Islam sambil memberikan nilai yang sama dengan produk konvensional. Dengan
nilai konsumsi barang dan jasa melebihi 2.7 Trilyun USD per tahun, konsumen
muslim merupakan pasar yang potensial bagi setiap pemasar.Oleh karena
itu, pemahaman atas kebutuhan dan perilaku unik konsumen muslim menjadi
pentingbagisetiap pemasar, khususnya yang beroperasi di negara dengan pendu-
uk mayoritas muslim. Sertifikasi halal akan suatu produk pangan sangatlah
penting, khususnya di Indonesia, karena Indonesia sebagai salah satu dari 10
negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia , yaitu sekitar 86% dari total
keseluruhan penduduk, diikuti Pakistan dan India. Sehingga sertifikasi halal akan
suatu produk pangan sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya perlindungan
konsumen, yang dikhususkan pada konsumen muslim.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan gambaran tentang produk makanan halal
a. Asal segala sesuatu yang diciptakan Allah adalah Mubah (diijinkan) kecuali
beberapa yang secara khusus diharamkan)
i. Menjauhkan diri dari yang subhat (tidak jelas) karena takut terlibat yang
haram
Atas dasar itu, maka semua makanan sehat, murni dan bersih semua
diijinkan untuk manusia, kecuali yang dilarang itu dan keturunannya:- Bangkai
atau binatang mati, darah mengalir/membeku, babi dan semua produk terkait,
ternak disembelih tanpa menyebut nama Allah/ menyebut nama selain Allah,
ternak terbunuh dengan cara yang mencegah darah mengalir keluar tubuhnya,
makanan (beracun) termasuk alkohol dan obat terlarang, binatang buas
berkuku:singa, anjing, anjing hutan/srigala, macan, burung bercakar: elang,
garuda, hantu,dll, binatang darat tanpa telinga: kodok, ular.( Murti.2010)
3. Daging babi.
Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma`idah ayat ketiga di atas. Yang
diinginkan dengan daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya
termasuk lemaknya.
4. Khamar.
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
Bم/ك6ل1ع1 ل/وه/ب4ن1تBاج1 ف4ان1طBي6 الش4ل1م1 عBن4س_ مBج4 ر/ام1لBز1أBال1 و/اب1صBن1أBال1 و/ر4سBي1مBال1 و/رBم1خBا ال1م6ن4وا إ/ن1ام1 ء1ين4ذ6ا ال1ي•ه1اأ1ي
1ون/ح4لBف/ت
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Ma`idah: 90)
Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu ‘Umar -radhiallahu ‘anhuma- secara
marfu’:
_ام1ر1 ح€رBم1ل• خ/ك1 و،_ام1ر1 ح€ر4كBس/ل• م/ك
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan
hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba, ganja, dan semacamnya.
5. Semua hewan buas yang bertaring.
Sahabat Abu Tsa’labah Al-Khusyany -radhiallahu ‘anhu- berkata:
4اع1 الس=ب1ن4 م€اب1 نBي4ل= ذ/ كBن1ى ع1ه1 رسول ال صلى ال عليه وسلم ن6ن1أ
“Sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang dari
(mengkonsumsi) semua hewan buas yang bertaring”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)
Dan dalam riwayat Muslim darinya dengan lafazh, “Semua hewan buas yang
bertaring maka memakannya adalah haram”.
Yang diinginkan di sini adalah semua hewan buas yang bertaring dan
menggunakan taringnya untuk menghadapi dan memangsa manusia dan hewan
lainnya. Lihat Al-Ifshoh (1/457) dan I’lamul Muwaqqi’in (2/117).
Jumhur ulama berpendapat haramnya berlandaskan hadits di atas dan hadits-
hadits lain yang semakna dengannya.
[Asy-Syarhul Kabir (11/66), Mughniyul Muhtaj (4/300), dan Syarh Tanwiril
Abshor ma'a Hasyiyati Ibnu 'Abidin (5/193)]
9. Kuda.
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat perang
Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr -radhiallahu
‘anhuma-:
/اه1نBل1ك1أ1 رسول ال صلى ال عليه وسلم ف4دBه1ى ع1ل1ا عsس1ر1ا ف1نBر1ح1ن
“Kami menyembelih kuda di zaman Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-
lalu kamipun memakannya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi
wasallam-.
Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, Al-Hanabilah,
salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan pendapat
Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah. Dan ini yang
dikuatkan oleh Imam Ath-Thohawy sebagaimana dalam Fathul Bary (9/650) dan
Imam Ibnu Rusyd dalam Al-Bidayah (1/3440).
[Mughniyul Muhtaj (4/291-291), Al-Muqni' beserta hasyiyahnya (3/528), Al-
Bada`i' (5/18), dan Asy-Syarhus Shoghir (2/185)]
10. Baghol.
Dia adalah hewan hasil peranakan antara kuda dan keledai. Jabir -radhiallahu
‘anhuma- berkata:
4ال1غ4بB ال1مBو/ح/ل1 و،4ة6ي4سBن4إB ال4ر/م/حB ال1مBو/ح/ – ل€ر1بBي1 خ1مBو1ي ي4نBع1 رسول ال صلى ال عليه وسلم – ي1م6ر1ح
“Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- mengharamkan -yakni saat perang
Khaibar- daging keledai jinak dan daging baghol. (HR. Ahmad dan At-
Tirmidzy)
Dan ini (haram) adalah hukum untuk semua hewan hasil peranakan antara hewan
yang halal dimakan dengan yang haram dimakan.
[Al-Majmu' (9/27), Ays-Syarhul Kabir (11/75), dan Majmu' Al-Fatawa
(35/208)].
11. Anjing.
Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang
bertaring yang telah berlalu pengharamannya. Dan telah tsabit dari Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wasallam- bahwa beliau bersabda:
/ه1ن1م1 ث1م6ر1ا حsئBي1 ش1م6ر1ا ح1ذ4 ال إ6ن4إ
“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan
mengharamkan harganya “.
Maksudnya diharamkan menjualnya, menyewanya, dan seterusnya dari bentuk
tukar-menukar harga.
Dan telah tsabit dalam hadits Abu Mas’ud Al-Anshory riwayat Al-Bukhary dan
Muslim dan juga dari hadits Jabir riwayat Muslim akan haramnya
memperjualbelikan anjing.
12. Kucing baik yang jinak maupun yang liar.
Jumhur ulama menyatakan haramnya memakan kucing karena dia termasuk
hewan yang bertaring dan memangsa dengan taringnya. Pendapat ini yang
dikuatkan oleh Syaikh Al-Fauzan. Dan juga telah warid dalam hadits Jabir
riwayat Imam Muslim akan larangan meperjualbelikan kucing, sehingga hal ini
menunjukkan haramnya.
[Al-Majmu' (9/8) dan Hasyiyah Ibni 'Abidin (5/194)]
13. Monyet.
Ini merupakan madzhab Syafi’iyah dan merupakan pendapat dari ‘Atho`,
‘Ikrimah, Mujahid, Makhul, dan Al-Hasan. Imam Ibnu Hazm menyatakan, “Dan
monyet adalah haram, karena Allah -Ta’ala- telah merubah sekelompok manusia
yang bermaksiat (Yahudi) menjadi babi dan monyet sebagai hukuman atas
mereka. Dan setiap orang yang masih mempunyai panca indra yang bersih
tentunya bisa memastikan bahwa Allah -Ta’ala- tidaklah merubah bentuk (suatu
kaum) sebagai hukuman (kepada mereka) menjadi bentuk yang baik dari hewan,
maka jelaslah bahwa monyet tidak termasuk ke dalam hewan-hewan yang baik
sehingga secara otomatis dia tergolong hewan yang khobits (jelek)”. Lihat Al-
Muhalla: (7/429)
14. Gajah.
Madzhab jumhur ulama menyatakan bahwa dia termasuk ke dalam kategori
hewan buas yang bertaring. Dan inilah yang dikuatkan oleh Imam Ibnu ‘Abdil
Barr, Al-Qurthuby, Ibnu Qudamah, dan Imam An-Nawawy
-rahimahumullah-.15. Musang (arab: tsa’lab)
Halal, karena walaupun bertaring hanya saja dia tidak mempertakuti dan
memangsa manusia atau hewan lainnya dengan taringnya dan dia juga termasuk
dari hewan yang baik (arab: thoyyib). Ini merupakan madzhab Malikiyah, Asy-
Syafi’iyah, dan salah satu dari dua riwayat dari Imam Ahmad.
[Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni' (3/528), dan Asy-Syarhul Kabir (11/67)]
17. Kelinci.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dan Imam Muslim
dari Anas bin Malik -radhiallahu ‘anhu-:
/ه1ل4ب1ق1 ف،€ب1نBر1 أBن4و_ مBض1 ع/ه1 ل1ي4دBه/ صلى ال عليه وسلم أ/ه6ن1أ
“Sesungguhnya beliau (Nabi) -Shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah diberikan
hadiah berupa potongan daging kelinci, maka beliaupun menerimanya”.
Imam Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughny, “Kami tidak mengetahuii ada
seorangpun yang mengatakan haramnya (kelinci) kecuali sesuatu yang
diriwayatkan dari ‘Amr ibnul ‘Ash”.
18. Belalang.
Telah berlalu dalam hadits Ibnu ‘Umar bahwa bangkai belalang termasuk yang
diperkecualikan dari bangkai yang diharamkan. Hal ini juga ditunjukkan oleh
perkataan Anas bin Malik -radhiallahu ‘anhu-:
1اد1ر1جB ال/ل/كBأ1 ن€ات1و1ز1 غ1عBب1 رسول ال صلى ال عليه وسلم س1ع1ا م11نBو1ز1غ
“Kami berperang bersama Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- sebanyak
7 peperangan sedang kami hanya memakan belalang”. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
22. Yarbu’.
Halal. Ini merupakan madzhab Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah, dan
merupakan pendapat ‘Urwah, ‘Atho` Al-Khurosany, Abu Tsaur, dan Ibnul
Mundzir, karena asal dari segala sesuatu adalah halal, dan tidak ada satupun dalil
yang menyatakan haramnya yarbu’ ini. Inilah yang dikuatkan oleh Imam Ibnu
Qudamah dalam Al-Mughny (11/71).
[Hasyiyatul Muqni' (3/528) dan Mughniyul Muhtaj (4/299)]
24. Kura-kura (arab: salhafat), anjing laut, dan kepiting (arab: sarthon).
Telah berlalu penjelasannya pada pendahuluan yang ketiga bahwa ketiga hewan
ini adalah halal dimakan.
Q = Mutu Pangan
a = Halal
b = Aman
Dengan demikian, dari rumus mutu pangan di atas menyatakan bahwa mutu
pangan sangat ditentukan oleh halal dan aman. Disamping jaminan pangan baik,
pemberian jaminan halal akan meningkatkan
daya saing produk pangan lokal Indonesia terhadap produk-produk impor yang
tidak mengantungi sertifikat halal. Hukum halal pangan bagi umat islam
sebetulnya tidak hanya merupakan doktrin agama saja tetapi terbukti secara
ilmiah adalah baik, sehat dan dapat di terima akal (Scientifically sound)
(Twaigery dan Spillman 1989) dalam Santoso (2006). Jadi pangan baik dan halal,
bermanfaat dan baik untuk semua umat manusia.Sebagai contoh dapat dilihat
pada PT. Sasa Inti.Motivasi utama P.T Sasa melakukan sertifikasi halal adalah
untuk memenuhi kepuasan konsumen melalui pelayanan dan produk berkualitas
tinggi serta aman dan halal untuk dikonsumsi. PT. Sasa Inti adalah produsen
MSG ( merk ”Sasa”) yang halal dan berkualitas. Kebijakan halal PT. Sasa Inti
antara lain:
Ba ha n Na ba ti
Tida k
Pengola ha n ? NON TK
Ya
Tida k Tida k
Kultiva si + Ba ha n NON TK
Mikrobia l Ta mba han ?
Ya
Ya TK
Ya
HARAM
2.4. Strategi Pencapaian Indonesia Sebagai Pusat Halal Dunia
Pada era globalisasi ini Sistem Jaminan Halal telah mendapat respon yang
positif dari kalangan industri besar. Kalangan industri pangan dunia telah
mendukung implementasi SJH ini, terutama saat International Trainning on Halal
Assurance Sistem Juli 2008 di Jakarta yang diikuti lebih dari 100 peserta dari
dalam dan luar negeri. Wilfred A Van Wing, MSc, Quality Assurance Manajer
DSM Food Specialisties BV Netherlands, menyatakan kebanggaannya
mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM MUI dan mengaku
mengimplementasikan SJH dengan diintregrasikan dengan sistem mutu bertaraf
internasional lainnya, seperti ISO dan HACCP. Demikian juga dengan Edison
Geromel dari The Coca Cola Company Georgia USA, telah berusaha
mengintegrasikan semua sistem quality yang diakui secara internasional, seperti
ISO dengan berbagai versinya dan termasuk juga Halal Assurance Sistem. SJH
tidak dipandang dan diimplementasikan sebagai satu sistem mutu yang tersendiri,
yang terpisah dari sistem mutu lainnya. SJH ke level internasional Dukungan
untuk terus mengembangkan dan mengenalkan lebih luas SJH juga terlihat dari
beberapa pihak. Mahmoud Tatari, general manager Halal Control of European
Union Ruesselsheim Germany, berharap SJH yang dikembangkan LPPOM MUI
dibawa ke komisi Eropa sehingga dapat menjadi komponen mutu makanan yang
diakui setara dengan ISO. Demikian juga dibawa ke Organisasi Konferensi Islam
(OKI) sehingga dapat diadopsi negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim,
yang akhirnya lebih diterima dunia internasional. Dengan sistem yang telah
dikembangkan, Indonesia didorong untuk menjadi leader sekaligus pusat halal
dunia yang mencakup pengembangan sistem audit, sertifikasi, dan jaminan halal.
Hal ini tidak berlebihan karena LPPOM MUI khususnya dan Indonesia
umumnya memiliki kredibilitas yang diakui dunia internasional, dengan
kapasitas pakar sains dan teknologi, serta para ulama yang mumpuni. Apalagi
didukung jumlah Muslim terbesar di dunia, menjadi ajang bisnis dan target pasar
produk halal potensial dunia bagi para produsen halal. Pada 2009 diperkirakan
pertumbuhan pasar halal dunia mencapai nilai transaksi dua triliun dolar AS.
Tentu Indonesia yang berpenduduk Muslim tak kurang dari 190 juta jiwa (12
persen Muslim dunia) merupakan salah satu pasar pertumbuhan produk halal ini.
Melimpahnya potensi sumber daya alam dan besarnya pangsa pasar produk halal,
Indonesia juga berpeluang menjadi produsen produk halal terbesar di dunia.
Karena itu, berbagai pihak mengusulkan agar aturan mengenai jaminan produk
halal dicantumkan kewajiban bagi setiap pengusaha untuk mencantumkan label
pada produk yang dihasilkan. Hal ini akan menjadi keunggulan Indonesia
dibanding negara lain. Memang persaingan untuk menjadi pusat halal dunia
cukup ketat, misalnya dengan Malaysia, Brunei, dan Singapura selalu ada.
Namun, masyarakat internasional akan melihat kapasitas, kapabilitas, dan
kompetensi negara-negara tersebut. Kiranya Indonesia cukup memiliki syarat
dasar untuk hal ini.
2.5. Potensi Branding Halal Untuk Mensukseskan Program Aku Cinta 100%
Indonesia
• Sebuah operasi bisnis yang melakukan sendiri pada platform etika Islam
dan sebagai hasilnya citra melalui merek, dalam kegiatan apapun, internal
dan eksternal, selalu dengan maksud menguntungkan masyarakat, dan
kedua pihak yang terlibat
• Sebuah merek akan menghasilkan basis pelanggan setia yang akan terus
berkembang
Untuk itu perlu dilakukan kampanye cinta produk Indonesia, yang bertujuan
untuk:
3.1 Kesimpulan
4. Jaminan pangan halal dan baik adalah mutlak diperlukan untuk meningkatkan
daya saing produk pangan lokal Indonesia baik di dalam maupun di luar
negeri. Adanya jaminan halal produk lokal Indonesia dapat menjadi barier
bagi produk-produk asing yang tidak mengantungi sertifikat halal. Produk
pangan yang baik dapat menjadi kompetitor produk-produk luar. Untuk
mewujudkan pangan baik tentunya harus menjadi usaha dan perjuangan
bersama antara seluruh pemegang kebijakan dalam pangan, produsen, peneliti,
pemerintah dan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.unpas.ac.id/file:///D:/aims/pangan%20halal/pangan%20dalam
%20pandangan%20islam.htm.( Diakses 27 Desember 2010 )
Girindra, Aisjah. 2006. Menjamin Kehalalan dengan Label Halal Vol.1 No 9. hal.12-
13. Bogor:Persfektif Food Review Indonesia
Hariyadi, P. 2006. Mutu dan Ingridien Pangan Vol.1 No 5. Bogor :Editorial Food
Review Indonesia.
http://immppg.blogspot.com/2010/12/indonesia-sebagai-pusat-halal-dunia.html
Republika on line. 2007. Dicari! Obat-obatan dan Kosmetika Halal. Jumat 27 April