You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Hlm.

747-755, Desember 2016

PEMANFAATAN METABOLIT JAMUR LAUT Nodulisporium sp. KT29 UNTUK


MENINGKATKAN KINERJA PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME DI LAUT

UTILIZATION OF MARINE FUNGAL Nodulisporium sp. KT29 METABOLITES TO


IMPROVE THE PRODUCTION PERFORMANCE OF MARINE CULTURE
OF WHITE SHRIMP

Fazril Saputra1, Dinamella Wahjuningrum2*, Kustiariyah Tarman3, dan Irzal Effendi2


1
Mahasiswa Pascasarjana IPB
2
Departemen Budidaya Perairan, FPIK, IPB
*E-mail: dinamella@yahoo.com
3
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK, IPB

ABSTRACT
This study aimed to determine the best dose of administration of marine fungal Nodulisporium sp.
KT29 metabolites to improve the production performance of marine culture of white shrimp. The
experimental animals used were white shrimp Litopenaeus vannamei post larvae 12, which were
reared in the sea using floating net cages with a stocking density of 700 post larvae/net. Experimental
design used was a completely randomized design consisting of 3 treatments with 3 replications;
control without the administration of Nodulisporium sp. KT29 metabolites, dietary of feed containing
Nodulisporium sp. KT29 metabolites at doses of 20 mL/kg of feed and 40 mL/kg of feed. The results
showed that survival rate, absolute length growth, weight gain, daily growth rate and feed conversion
ratio in treatment groups were better than the control (P<0.05). The administration of marine fungal
Nodulisporium sp. KT29 metabolites at a dose of 20 mL/kg of feed could improve the production
performance of white shrimp cultivated in the sea with survival rate, daily growth rate and feed
conversion ratio: 66.61 ± 6.94%, 20.18 ± 0.39 %/day and 3.20 ± 0.22, respectively.

Keywords : Nodulisporium sp., Litopenaeus vannamei, marine culture, production performance

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menetukan dosis terbaik dari pemberian metabolit jamur laut
Nodulisporium sp. KT29 untuk meningkatkan kinerja produksi budidaya udang vaname di laut.
Hewan uji yang digunakan adalah udang vaname Litopenaeus vannamei post larva 12, yang dipelihara
di laut menggunakan keramba jaring apung dengan padat tebar 700 ekor/hapa. Desain eksperimen
yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 ulangan;
kontrol tanpa pemberian metabolit Nodulisporium sp. KT29, pemberian pakan yang mengandung
metabolit Nodulisporium sp. KT29 dengan dosis 20 mL/kg pakan dan 40 mL/kg pakan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, pertambahan berat,
laju petumbuhan harian dan rasio konversi pakan pada perlakuan lebih baik daripada kontrol (P<0,05).
Pemberian metabolit jamur laut Nodulisporium sp. KT29 pada dosis 20 mL/kg pakan dapat
meningkatkan kinerja produksi udang vaname yang dibudidayakan di laut dengan kelangsungan
hidup, laju pertumbuhan harian dan rasio konversi pakan: 66,61 ± 6,94%, 20,18 ± 0,39%/hari dan 3,20
± 0,22.

Kata kunci : Nodulisporium sp. KT29, Litopenaeus vannamei, budidaya laut, kinerja produksi

I. PENDAHULUAN kan salah satu komoditas unggulan dalam


sektor perikanan budidaya di Indonesia.
Udang vaname Litopenaeus vannamei Udang vaname biasanya dibudidayakan di
merupakan udang hasil introduksi yang ber- tambak air payau dan di laut dengan meng-
asal dari Hawai, Amerika. Udang ini merupa- gunakan keramba jaring apung (KJA).

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 747
Pemanfaatan Metabolit Jamur Laut Nodulisporium sp. Kt29 . . .

Budidaya udang pada sistem karamba sebagai fermentor pakan dapat mening-
jaring apung (KJA) memiliki beberapa ke- katkan kinerja pertumbuhan dan produksi sel
untungan bila dibandingkan dengan budidaya darah merah ikan lele Clarias sp. Pemanfaa-
udang di tambak, yaitu: relatif tidak terjadi tan metabolit jamur laut Nodulisporium sp.
penumpukan limbah organik dari sisa pakan, KT29 khususnya untuk budidaya udang
rasio konversi pakan lebih baik karena tersedia- vaname hingga kini belum dikaji secara il-
nya pakan alami yang cukup dalam memenuhi miah. Oleh karena itu, penelitian ini dilaku-
kebutuhan nutrien udang, serta tidak memerlu- kan dengan tujuan untuk menentukan dosis
kan energi untuk pergantian air dan aerasi terbaik dari pemberian metabolit jamur laut
(Zarain-Herzberg et al., 2010). Namun, budi- Nodulisporium sp. KT29 untuk mening-
daya udang vaname di laut menggunakan katkan kinerja produksi udang vaname yang
KJA memiliki beberapa kendala seperti sifat dibudidayakan di laut.
air laut yang dinamis dan sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti gelombang, II. METODE PENELITIAN
arus, kecerahan, dan pasang surut (Azis,
2006). Budidaya di KJA merupakan kegiatan 2.1. Waktu dan Tempat
budidaya di lingkungan terbuka seperti di Penelitian ini dilaksanakan selama
laut, dimana rawan terganggu oleh perubahan dua bulan dari bulan Mei-Juni 2015. Peneli-
kondisi lingkungan dan organisme predator tian ini dilakukan di KJA Balai Sea Farming,
yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
akibat stres fisiologis pada organisme yang (PKSPL), Lembaga Penelitian dan Pengab-
dibudidayakan (Beveridge, 1984; Swann et dian Kepada Masyarakat (LPPM), Institut
al., 1994). Terjadinya stres pada udang akan Pertanian Bogor (IPB), Pulau Semak Daun,
mengakibatkan peningkatan untuk pengguna- Kepulauan Seribu.
an energi untuk sistem pertahanan tubuh
yang selanjutnya akan menyebabkan penu- 2.2. Materi Uji
runan kinerja produksi udang, seperti penu- Isolat jamur laut yang digunakan pada
runan pertumbuhan dan pemanfaatan pakan penelitian ini adalah Nodulisporium sp.
(Peterson and Walke, 2001). KT29 yang diperoleh dari koleksi jamur laut
Salah satu alternatif yang dapat dila- yang terdapat di Laboratorium Mikrobiologi
kukan untuk meningkatkan kinerja produksi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil
adalah melalui penggunaan bahan alami. Perairan (THP), FPIK, IPB. Jamur ini di-
Penggunaan bahan alami memiliki keuntu- isolasi dari alga merah Eucheuma edule yang
ngan yaitu aman dan ramah lingkungan. Sa- berasal dari Takalar, Sulawesi Selatan
lah satu bahan alami yang dapat digunakan (Tarman, 2011).
adalah jamur laut yang umumnya mengan- Udang yang digunakan pada peneli-
dung senyawa β-glukan yang merupakan tian ini adalah udang vaname (L. vannamei)
suatu substansi yang dapat mengubah struk- stadia PL-12 yang berasal dari hatchery di
tur permukaan usus menjadi lebih luas, se- Anyer, Jawa Barat. Udang vaname dibudi-
hingga penyerapan nutrisi pada udang menja- dayakan di laut dengan sistem pendederan.
di lebih baik (Hai et al., 2009). Nodulis- Sistem pendederan berfungsi untuk meng-
porium sp. KT29 merupakan jamur laut yang adaptasikan benih udang vaname dengan
diisolasi dari alga merah (Tarman et al., kondisi di laut untuk kemudian dilanjutkan
2011a). Jamur laut ini juga memiliki senyawa dengan upaya pembesaran.
antibakterial yang dapat menghambat bakteri
patogen pada ikan seperti Vibrio anguilla- 2.3. Prosedur Penelitian
rum, Aeromonas salmonicida, dan Yersinia Penyiapan metabolit pada jamur laut
ruckeri (Tarman et al., 2011b). Menurut Nodulisporium sp. KT29 dan pembuatan
Achmadi (2015), pemanfaatan jamur laut

748 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Saputra et al.

pakan perlakuan dilakukan sebelum peme- terol sebanyak 121 ppm, saponin sebanyak
liharaan udang vaname di KJA. Pemberian 23 ppm dan polifenol sebanyak 31 ppm
pakan perlakuan dilakukan selama 21 hari
masa pemeliharaan di KJA. 2.3.2. Pembuatan Pakan Perlakuan
Pakan uji yang digunakan pada pene-
2.3.1. Penyiapan Metabolit Jamur Laut litian ini ada dua, yaitu pakan kontrol dan
Nodulisporium sp. KT29 pakan perlakuan. Pakan kontrol merupakan
Penyiapan metabolit pada jamur laut pakan komersil dengan kandungan protein
Nodulisporium sp. KT29 mengacu pada 35,97% yang biasa digunakan pada budidaya
metode penelitian Tarman et al. (2011b). udang. Pembuatan pakan kontrol dilakukan
Peremajaan jamur laut Nodulisporium sp. dengan cara menghaluskan dan menambah-
KT29 dilakukan pada media Potato Dextrose kan vitamin C sebanyak 0,1% serta carboxyl
Agar (PDA) selama tujuh hari. Hasil pe- methyl cellulose (CMC) sebagai perekat
remajaan pada media PDA ini kemudian sebanyak 30 gram/kg pakan, kemudian pakan
dipotong kecil dengan bentuk kubus untuk dicetak kembali. Sementara itu, pakan per-
dikultur di labu Erlenmeyer 250 mL yang lakuan merupakan pakan komersil yang
telah diisi dengan media Potato Dextrose dicetak kembali dan mendapat tambahan
Broth (PDB) sebanyak 100 mL. Selanjutnya vitamin C sebanyak 0,1 %, carboxyl methyl
media ini didiamkan selama satu hari. Pada cellulose (CMC) sebagai perekat sebanyak
hari berikutnya, media ini dikocok meng- 30 gram/kg pakan serta ditambahkan meta-
gunakan shaker selama tujuh hari. Setelah bolit jamur laut Nodulisporium sp. KT29.
itu, sebanyak 12,5 mL hasil kultur Noduli- Pakan yang sudah dicetak kembali dikering-
sporium sp. KT29 sebelumnya diambil dan kan dengan oven pada suhu 35°C selama 24
dipindahkan pada labu Erlenmeyer 500 mL jam. Pembuatan pakan dilakukan sekaligus
yang telah diisi dengan media PDB sebanyak sebelum penelitian di mulai, kemudian pakan
250 mL, dan selanjutnya dikultur selama 14 disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat
hari. Hasil kultur ini dipanen dan bagian sebelum diberikan pada udang yang dipeli-
yang dipergunakan penelitian ini adalah hara di KJA.
metabolit dari jamur laut Nodulisporium sp. Dosis metabolit jamur laut Noduli-
KT29. Metabolit merupakan hasil dari sporium sp. KT29 yang digunakan pada
metabolisme yang mengandung bahan aktif. pakan perlakuan yaitu dosis 20 mL/kg pakan
Bahan aktif metabolit terkandung pada media (P1) dan 40 mL/kg pakan (P2). Dosis ini
pemeliharaan. Metabolit pada media peme- merupakan dosis terbaik dari hasil uji in vitro
liharaan tersebut kemudian dievaporasi untuk yang sebelumnya telah dilakukan. Pakan
memisahkan air yang ada di dalamnya perlakuan yang telah dicetak kemudian
dengan persentase sebanyak 80%. Hasil eva- dihaluskan menjadi crumble (remah) untuk
porasi ini yang kemudian ditambahkan pada menyesuaikan ukuran pakan dengan stadia
pakan perlakuan. Metabolit pada jamur laut (PL-12) dan bukaan mulut udang vaname.
Nodulisporium sp. KT29 dianalisis kan-
dungan bahan aktifnya, yaitu analisis kadar 2.3.3. Pemeliharaan Udang di KJA
β-glukan dengan menggunakan metode spek- Desain eksperimen yang digunakan
trofotometer dengan panjang gelombang 400 pada penelitian ini adalah rancangan acak
nm (Kusmiati et al., 2007) dan analisis lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan
fitokimia menggunakan metode high perfor- masing-masing dengan 3 ulangan yaitu kon-
mance liquid chromatography (HPLC) de- trol (K) tanpa penambahan metabolit jamur
ngan hasil yaitu: kadar β-glukan sebanyak laut Nodulisporium sp. KT29, pemberian
0,54% dan kandungan fitokimia yaitu fitos- pakan perlakuan dengan penambahan meta-
bolit jamur laut Nodulisporium sp. KT29

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 749
Pemanfaatan Metabolit Jamur Laut Nodulisporium sp. Kt29 . . .

sebanyak 20 mL/kg pakan (P1) dan 40


mL/kg pakan (P2). ......... (4)
Pemberian pakan dengan feeding rate
50-35% dilakukan untuk memaksimalkan (Bai et al., 2010).
pemberian pakan sesuai dengan nafsu makan
udang uji dikarenakan lokasi penelitian dimana: LPH= laju pertumbuhan harian
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang (%/hari), Bt= bobot rata-rata udang pada
berubah-ubah, seperti angin yang kencang, akhir penelitian (g), Bo= bobot rata-rata
ombak yang tinggi dan arus yang kuat yang udang pada awal penelitian (g), t= periode
juga mempengaruhi nafsu makan udang. pemeliharaan (hari).
Pakan juga diberikan dengan feeding
frequency sebanyak tiga kali sehari yaitu
pagi, siang, dan sore hari. Selama pemeliha- .......................... (5)
raan udang berlangsung dilakukan pengu-
kuran parameter kualitas air yang dipertahan- (Nejad et al., 2006).
kan pada kisaran optimum untuk kehidupan
udang vaname yaitu: suhu pada 28,1-29,3°C, dimana: RKP= rasio konversi pakan, F=jum-
pH pada 8,5, oksigen terlarut pada 7,8-11,3 lah pakan (gram), Bt= biomassa udang pada
ppm, dan salinitas pada 33-35 ppt. saat akhir perlakuan (gram), Bm= biomassa
udang yang mati saat perlakuan (gram), Bo =
2.4. Parameter Penelitian biomassa udang pada saat awal perlakuan
Parameter penelitian yang diamati (gram).
pada penelitian ini meliputi kelangsungan
hidup (KH), pertumbuhan panjang mutlak 2.5. Analisis data
(PPM), pertambahan bobot (PB), laju per- Data yang didapat ditabulasi dengan
tumbuhan harian (LPH) dan rasio konversi program MS. Office Excel 2010 dan untuk
pakan (RKP) dengan persamaan: uji ANOVA dianalisis menggunakan pro-
gram SPSS 16.0 dengan selang kepercayaan
95%. Perlakuan yang berbeda nyata akan
............................... (1) diuji lanjut dengan uji Duncan untuk menge-
tahui perlakuan terbaik. Parameter kinerja
dimana: KH= kelangsungan hidup (%), Nt= produksi (kelangsungan hidup (KH), pertum-
jumlah udang pada akhir perlakuan (ekor), buhan panjang mutlak (PPM), pertambahan
No= jumlah udang pada awal perlakuan berat (PB),laju pertumbuhan harian (LPH)
(ekor). dan rasio konversi pakan (LPH)) disajikan
dalam bentuk grafik.
PPM (cm) = Pt – Po ............................... (2)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dimana: PPM= Pertumbuhan panjang mutlak
(cm), Pt= Panjang rata-rata pada akhir 3.1. Hasil
perlakuan (cm), Po= Panjang rata-rata pada Data kelangsungan hidup (KH) pada
awal perlakuan (cm). Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian metabolit Nodulisporium sp.
PB (gram) = Bt – Bo .............................. (3) KT29 menghasilkan nilai KH yang lebih baik
(P<0,05) dibanding kontrol (55,88±1,41%)
dimana: PB= Pertambahan bobot (g), Bt= dengan nilai KH pada perlakuan P1 dan P2
Berat udang pada akhir penelitian (g) Bo= masing-masing yaitu 66,61±6,94% dan 63,61
bobot udang pada awal penelitian (g). ±1,90%. Pemberian metabolit Nodulisporium

750 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Saputra et al.

sp. KT29 pada udang vaname yang dibudi-


dayakan di laut menggunakan KJA juga
berpengaruh positif terhadap pertambahan
panjang mutlak (PPM) yang berbeda nyata
(P<0,05) dengan kontrol (3,08±0,20 cm),
tetapi tidak terdapat perbedaan yang nyata
(P<0.05) antara perlakuan P1 dan P2
(4,13±0,20 cm; 3,9±0,1 cm) (Gambar 2). Hal
yang sama juga terjadi pada pertambahan
bobot (PB) udang vaname, nilai PB per-
lakuan P1 dan P2 (0,67±0,03 g; 0,66±0,05 g)
lebih baik (P<0,05) dibanding kontrol (0,35 Gambar 2. Pertambahan panjang mutlak
±0,01 g) (Gambar 3). Nilai PPM dan PB (PPM) udang vaname yang diberi
yang lebih baik pada perlakuan pemberian perlakuan pakan mengandung
metabolit Nodulisporium sp. KT29 selanjut- metabolit jamur laut Nodulis-
nya mempengaruhi parameter kinerja per- porium sp. KT29 selama 21 hari.
tumbuhan lainnya, yakni laju pertumbuhan
harian (LPH) dan rasio konversi pakan
(RKP). Laju pertumbuhan harian (LPH)
untuk perlakuan pemberian pada metabolit
Nodulisporium sp. KT29 (P1 dan P2) lebih
baik (P<0,05) dibanding kontrol (16,51±0,47
%/ hari) dengan nilai LPH pada perlakuan P1
dan P2 masing-masing, yaitu 20,18±0,39
%/hari dan 20,14±0,53 %/hari (Gambar 4).
Rasio konversi pakan (RKP) pada perlakuan
P1 dan P2 (3,20±0.22; 3,23±0,30) juga lebih
baik (P<0,05) dibanding kontrol (6,27±0,58)
(Gambar 5). Gambar 3. Pertambahan bobot (PB) udang
vaname yang diberi perlakuan
pakan mengandung metabolit
jamur laut Nodulisporium sp. KT
29 selama 21 hari.

Gambar 1. Kelangsungan hidup (KH) udang Gambar 4. Laju pertumbuhan harian (LPH)
vaname yang diberi perlakuan udang vaname yang diberi per-
pakan mengandung metabolit ja- lakuan pakan mengandung meta-
mur laut Nodulisporium sp. bolit jamur laut Nodulisporium
KT29 selama 21 hari. sp. KT29 selama 21 hari.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 751
Pemanfaatan Metabolit Jamur Laut Nodulisporium sp. Kt29 . . .

jamur laut Nodulisporium sp. KT29, diketa-


hui bahwa di dalam metabolit jamur laut
Nodulisporium sp. KT29 terkandung β-
glukan, fitosterol, saponin, dan polifenol.
Menurut Meena et al. (2012), β-glukan ber-
tindak sebagai imunostimulan, yang dapat
meningkatkan kekebalan tubuh udang vana-
me sebagai proteksi pada udang vaname
untuk menghadapi stres fisiologis akibat
perubahan kondisi lingkungan selama peme-
liharaan di laut. Selain itu, β-glukan juga
mampu meningkatkan sistem imun non-
spesifik melalui peningkatan aktivitas liso-
Gambar 5. Rasio konversi pakan (RKP) zim dan komplemen (Paulsen et al., 2001;
udang vaname yang diberi per- Falco et al., 2012; Pionnier et al., 2013;
lakuan pakan mengandung me- Pionnier et al., 2014; Kühlwein et al., 2014;
tabolit jamur laut Nodulisporium Dawood et al., 2015a).
sp. KT29 selama 21 hari. Toleransi terhadap stres juga dise-
babkan karena adanya konsumsi pakan,
3.2. Pembahasan energi, dan masuknya nutrien dalam jumlah
Pemberian metabolit jamur laut No- yang lebih tinggi akibat pemberian pakan
dulisporium sp. KT29 terbukti memberikan yang mengandung β-glukan. Hal ini menye-
pengaruh positif terhadap kelangsungan babkan peningkatan sintesis adrenal steroid
hidup (KH) udang vaname yang dibudidya- yang berperan untuk menghadapi stres.
kan di laut menggunakan KJA. Hal ini ditun- Selain itu, aktivitas antimikroba yang di-
jukkan melalui nilai KH pada perlakuan induksi oleh saponin juga dapat melindungi
pemberian metabolit jamur laut Noduli- suatu organisme terhadap infeksi patogen
sporium sp. KT29 yang lebih tinggi di- (Suciati et al., 2012).
banding kontrol. Proteksi terhadap udang vaname
Nodulisporium sp. KT29 merupakan diduga juga disebabkan akibat adanya kan-
jamur endofit yang hidup menempel pada dungan fitosterol pada metabolit jamur laut
suatu inang. Endofit merupakan mikroorga- Nodulisporium sp. KT29. Fitosterol diketahui
nisme (bakteri, jamur, dan actinomycetes) sebagai salah satu komponen yang dapat
yang hidup di dalam jaringan inang yang berperan sebgai imonomodulator yang ber-
berupa tanaman tanpa menyebabkan gejala tindak untuk memodulasi sistem imun
sakit (Vanessa and Christopher, 2004). (Greiner et al., 2001).
Keberadaan jamur endofit diketahui Pertumbuhan yang lebih baik pada
mampu meningkatkan resistensi inangnya perlakuan pemberian metabolit jamur laut
terhadap stres biotik dan abiotik melalui Nodulisporium sp. KT29 diduga disebabkan
produksi komponen bioaktif (Nejad and karena adanya kandungan β-glukan. Menurut
Johnson, 2000; Cavaglieri et al., 2004). Hai et al. (2009) pemberian β-glukan pada
Selain itu, jamur endofit juga diketahui mem- udang menyebabkan struktur permukaan
produksi komponen bioaktif yang mem- usus menjadi lebih luas, sehingga penyerapan
punyai aktivitas antimikroba dan antioksidan nutrien menjadi lebih baik. Adanya perbai-
(Gunatilaka, 2006; Jia et al., 2016). Kom- kan dari pencernaan dan penyerapan nutrien
ponen-komponen bioaktif tersebut umumnya akan menyebabkan efisiensi pakan dan pe-
juga terkandung dalam metabolit jamur nyerapan protein menjadi lebih baik yang
endofit. Berdasarkan hasil analisis kan- selanjutnya akan menghasilkan kinerja per-
dungan komponen bioaktif dalam metabolit

752 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Saputra et al.

tumbuhan yang lebih baik (Dawood et al., KT29 dengan dosis 20 mL/kg pakan selama
2015b). 21 hari mampu meningkatkan kinerja pro-
Hal ini terjadi karena β-glukan yang duksi udang vaname PL-12 yang dipelihara
masuk ke dalam kelenjar pencernaan akan di laut.
terdegradasi oleh glukanase untuk produksi
energi yang menyebabkan penggunaan pro- UCAPAN TERIMAKASIH
tein yang lebih banyak untuk pemanfaatan
pakan dan pertumbuhan (López et al., 2003). Kami mengucapkan terimakasih ke-
Pemberian metabolit jamur laut Nodulis- pada Proyek Penelitian Unggulan Perguruan
porium sp. KT29 juga berpengaruh positif Tinggi, dalam rangka pelaksanaan kegiatan
terhadap rasio konversi pakan (RKP) udang Penelitian Strategis Unggulan, tahun ang-
vaname yang dibudidayakan di laut meng- garan 2015, No. Kontrak 083/SP2H/PL/Dit.
gunakan KJA. Litabmas/II/2015 yang telah mendanai pene-
Hal ini diduga karena kandungan litian ini.
fitokimia dari metabolit jamur laut Noduli-
sporium sp.KT29 yaitu fitosterol dan saponin DAFTAR PUSTAKA
yang membuat pakan menjadi lebih efisien.
Menurut Couto et al. (2014), pemberian Achmadi, F.F. Kinerja pertumbuhan dan
fitosterol dan saponin baik terpisah maupun gambaran darah ikan lele (Clarias
bersama-sama pada juvenil ikan gilthead sea sp.) yang diberi pakan yang
bream (Sparus aurata) dapat meningkatkan difermentasi kapang laut EN. 2015.
pemanfaatan pakan. Diduga pemberian fitos- Skripsi. Departemen Budidaya
terol dan saponin pada jumlah yang cukup Perairan. Institut pertanian Bogor.
dapat mempengaruhi usus atau pyloric caeca. 13hlm.
Pemberian suatu bahan aktif, terutama Azis, M.F. 2006. Gerak air di laut. Oseana,
yang berfungsi sebagai imunostimulan, harus 31(4):9-21.
diberikan pada dosis yang optimum, karena Bai, N.,W. Zhang, K. Mai, X. Wang, W. Xu,
pemberian imunostimulan pada dosis yang and H. Ma. 2010. Effects of
terlalu tinggi diduga tidak akan meningkat- discontinuous administration of β-
kan respon imun. glucan and glycyrrhizin on the growth
Dosis imunostimulan yang terlalu and immunity of white shrimp
tinggi akan menghambat respon imun dan Litopenaeus vannamei. Aquaculture,
menurunkan efikasinya (Sakai, 1999). Pada 306:218–224.
penelitian ini, pemberian metabolit jamur Beveridge, M.C.M. 1984. Cage and pen fish
laut Nodulisporium sp. KT 29 pada dosis 20 farming carrying capacity models and
mL/kg pakan menunjukkan hasil yang tidak environmental impact. FAO Fisheries
berbeda nyata pada kelangsungan hidup dan Technical Paper 255. FAO. Roma.
parameter pertumbuhan udang vaname 131p.
dibanding dosis 40 mL/kg pakan. Cavaglieri, L., A. Passone, and M.
Hal ini menunjukkan bahwa dosis 20 Etcheverry. 2004. Correlation bet-
mL/kg pakan merupakan dosis optimum dari ween screening procedures to select
metabolit jamur laut Nodulisporium sp. root endophytes for biological control
KT29 yang dapat diberikan pada udang of Fusarium verticillioides in Zea
vaname. mays L. Biol. Control, 31: 259-267.
Couto, A., T.M. Kortner, M. Penn, A.M.
IV. KESIMPULAN Bakke, A. Krogdahl, and A. Oliva-
Teles. 2014. Effects of dietary
Pemberian pakan yang mengandung
phytosterols and soy saponins on
metabolit jamur laut Nodulisporium sp.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 753
Pemanfaatan Metabolit Jamur Laut Nodulisporium sp. Kt29 . . .

growth, feed utilisation efficiency and prawns (Penaeus latisulcatus).


intestinal integrity of gilthead sea Aquaculture, 289:310-316.
bream (Sparus aurata) juveniles. Jia, M., L. Chen, H. Xin, C. Zheng, K.
Animal Feed Science and Techno- Rahman, T. Han, and L. Qin. 2016. A
logy, 198:203-214. Friendly relationship between
Dawood, M.A.O., S. Koshio, M. Ishikawa, endophytic fungi and medicinal
and S. Yokoyama. 2015a. Interaction plants: a systematic review. Frontiers
effects of dietary supplementation of in Microbiology, 7: 906.
heat-killed Lactobacillus plantarum Kühlwein, H., D.L. Merrifield, M.D.
and β-glucan on growth performance, Rawling, A.D. Foey, and S.J. Davies.
digestibility and immune response of 2014. Effects of dietary β-(1, 3) (1,
juvenile red sea bream, Pagrus major. 6)-D-glucan supplementation on
Fish Shellfish Immunol., 45: 33–42. growth performance, intestinal mor-
Dawood, M.A.O., S. Koshio, M. Ishikawa, S. phology and haemato immunological
Yokoyama, M.F. El Basuini, M.S. profile of mirror carp (Cyprinus
Hossain, T.H. Nhu, A.S. Moss, S. carpio L.). J. Anim. Physiol. Anim.
Dossou, and H. Wei. 2015b. Dietary Nutr., 98: 279–289.
supplementation of β-glucan impro- Kusmiati, S.R. Tamat, S. Nuswantara, dan N.
vees growth performance, the innate Isnaini. 2007. Produksi dan penetapan
immune response and stres resistance kadar β-glukandari tiga galur
of red sea bream, Pagrus major. Saccharomyces cerevisiae dalam
Aquaculture Nutrition, 2015:10.1111/ media mengandung molase. J. Ilmu
anu.12376. Kefarmasian Indonesia, 5(1): 7-16.
Falco, A., P. Frost, J. Miest, N. Pionnier, I. López, N., G. Cuzon, G. Gaxiola, G.
Irnazarow, and D. Hoole. 2012. Taboada, M. Valenzuela, C. Pascual,
Reduced inflammatory response to A. Sánchez, and C. Rosas. 2003.
Aeromonas salmonicida infection in Physiological, nutritional, and im-
common carp (Cyprinus carpio L.) munelogical role of dietary β 1–3
fed with β-glucan supplements. Fish glucan and ascorbic acid 2-mono-
Shellfish Immunol., 32: 1051–1057. phosphate in Litopenaeus vannamei
Greiner, L.L., T.S. Stahly, and T.J. Stabel. juveniles. Aquaculture, 224:223–243.
2001. The effect of dietary soy Meena, D.K., P. Das, S. Kumar, S.C.
genistein on pig growth hand viral Mandal, A.K. Prusty, S.K. Singh,
replication during a viral challenge. J. M.S. Akhtar, B.K. Behera, K. Kumar,
Anim. Sci., 79(5): 1272. A.K. Pal, and Mukherjee. 2012. Beta-
Gunatilaka, A.A. 2006. Natural products glucan: an ideal immunostimulant in
from plant associated microorga- aquaculture (a review). Fish Physiol
nisms: distribution, structural diver- Biochem, 39(3):431-57.
sity, bioactivity, and implications of Nejad, P. and P.A. Johnson. 2000. Endo-
their occurrence. J. Nat. Prod., 69: phytic bacteria induce growth promo-
509–526. tion and wilt disease suppression in
Hai, N.V. and R. Fotedar. 2009. Comparison oilseed rape and tomato. Biol.
of the effects of the prebiotics (bio- Control., 18: 208-215.
mos® and β-1,3-D-glucan) and the Nejad, Z.S., M.H. Rezaei, G.A. Takami, D.L.
customised probiotics (Pseudomonas Lovett, G.A.R Mirva, and M.
synxantha and P. aeruginosa) on the Shakouri. 2006. The effect of Bacillus
culture of juvenile western king spp. bacteria used as probiotics on
digestive enzyme activity, survival

754 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Saputra et al.

and growth in the Indian white shrimp North Central Region. Technical
Fenneropenaeus indicus. Aquacul- Bulletin Series #110. United States
ture, 252: 516-524. Department of Agriculture. US. 14p.
Paulsen, S.M., R.E. Engstad, and B. Tarman, K. 2011. Biological and chemical
Robertsen. 2001. Enhanced lysozyme investigations of Indonesian marine-
production in Atlantic salmon (S. derived fungi and their secondary
salar L.) macrophage treated with metabolites. Dissertation. Greifswald
yeast β-glucan and bacterial lipopo- University. Germany. 193p.
lysaccharide. Fish Shellfish Immunol., Tarman, K., U. Lindequist, G.J. Palm, and
11: 23–37. M. Unterseher. 2011a. Bioactive
Peterson, E.P. and M.B. Walke. 2001. Effect metabolites of fungi from Indonesian
of speed on Taiwanese paddle wheel marine habitats. Asian Mycological
aeration. Aquaculture Engineering, Congress 2011 and the 12th Interna-
26: 129-147. tional Marine and Freshwater Myco-
Pionnier, N., A. Falco, J. Miest, P. Frost, I. logy Symposium, Convention Center,
Irnazarow, A. Shrive, and D. Hoole. University of Incheon, Incheon. 07-11
2013. Dietary β-glucan stimulate Agustus 2011. 456p.
complement and C-reactive protein Tarman, K., U. Lindequist, K. Wende, A.
acute phase responses in common Porzel, N. Arnold,and L.A. Wessjo-
carp (Cyprinus carpio) during an hann. 2011b. Isolation of a new
Aeromonas salmonicida infection. product and cytotoxic and antimicro-
Fish Shellfish Immunol., 34: 819–831. bial activities of extracts from fungi
Pionnier, N., A. Falco, J.J. Miest, A.K. of Indonesian marine habitats. Marine
Shrive, dan D. Hoole. 2014. Feeding Drugs, 9:294-306.
common carp Cyprinus carpio with Vanessa, M.C. and M.M.F Christopher.
β-glucan supplemented diet stimu- 2004. Analysis of the endophytic
lates C-reactive protein and comple- actinobacterial population in the roots
ment immune acute phase responses of wheat (Triticum aestivum L) by
following PAMPs injection. Fish terminal restriction fragment length
Shellfish Immunol., 39: 285–295. polymorphism and sequencing of 16S
Sakai, M. 1999. Current research status of rRNA clones. Appl. Environ. Micro-
fish immunostimulants. Aquaculture, biol., 65(6):2741-2744.
172: 63-92. Zarain-Herzberg, M., F. Iliana, and H.
Suciati, A., Wardiyanto, dan Sumino. 2012. Alfredo. 2010. Advances in intensi-
Efektifitas ekstrak daun Rhizophora fying the cultivation of the shrimp
mucronata dalam menghambat per- Litopenaeus vannamei in floating
tumbuhan Aeromonas salmonicida cages. J. Aquaculture, 300:87–92.
dan Vibrio harveyi. J. Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan, 1(1):1-
8. Diterima : 3 Februari 2016
Swann, L.D., J.E. Morris, and D. Selock. Direview : 3 Maret 2016
1994. Cage culture of fish in the Disetujui : 22 Desember 2016

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 755
756

You might also like