You are on page 1of 9
Prosiding Seminar PERSADA XIII 2007 GAMBARAN SATURASI KUCING LOKAL (Felis domestica) PADA ANESTESI PER-INJEKSI DAN ANESTESI PER-INHALASI SELAMA OPERASI KASTRASI Widia Rini, Deni Noviana", Gunanti Soedjono ‘agian Bedah Fakultas Kedokteran Hewan IPB "Alamat korespondensi: deni@iob acid ABSTRAK Peneitian ini bertuivan untuk methat pengaruh anestesi per.njeksi dan perihalasi selama kastrasi pada kucing lokal (Fels domestica) terhadsp nial saturasi oksigen dan parameter nisi fsidogis lainnya. Peneliian ii menggunakan dua elas ekor kucng lokal (Felis domestica) yang dibagi ke dalam dus kelompok perakuan. Kelompok pertama mendapat pertakuan anestesl pernjeksi dengan Kombinasi xylazin dan Ketami. Sedangkan kelompok kedua mendapat perakuan nestesi per-inhalasi dengan kombinasi Kelamin dan acepromazin Kemudian deri oksigen sebagai pelarut dar ieofuran ‘menggunakan masker. Pengamatan diawal ssat kucing mulai teranestesi dengan interval pengamatan setiap 15 rent selama 45 merit. Parameter yang siukur adalah kadar oksigen yang tert pada hemoglobin (saturasi) dan beberapa rilal fsiologis lain yaitu frekuensi jantung, rekuensi respiras! dan temperaturtubuh dalam Kondisi normal dan perbandingan hasiinya antara anestes! perinjeksi dan per-intalasl. Hasil yang oidapat dengan pengujan statstk menggambarkan baw ‘lal saturas oksigen selama snestesi per-injksi dar. anestosi pernhalasi tidak berbeda nyata dengan tingkat kepercsyaa) ‘95% (20,05) sedangkan hasil yang didapat dengan ui Koreas! Untuk parameter fsiologis yang paling berpengaruh adalah frekuensi resprasi (<1), Niai saturasi oksigen dengan mengpunakan anestes! pecinhalasi memberkan gambaren Yeng ‘relat stabil dar awal operasi hingga operasi berakhi dbardingkan dengan anestesi pernjeks!, dengan penggunaan anestesipet-inhalasi Keadanfsiologisselama kastrasi dapat dipertahankan sehingga tak mencapaitahap yang Krts an ‘Kata kunct: anestesi, saturas,oksigon, kastrasi,kucing PENDAHULUAN ‘Schutz (2001) mengatakan saturas! oksigen Kucing lokal (Felis domestica) merupakan ‘adalah indikator untuk mengetahui persentase sigh satu hewan yang sangat digemari oleh hemoglobin (Hb) yang tersaturasi dengan O> saat manusia Karena memilki kemampuan untuk pemerksaan. Ssturasi oksigon normal adalah beradaptasi dengan baik dan mempunyai daye 97%-99%, sedangkan saturasi 95% secara kiinis bereproduksi yang sangat tinggi (Anwar 2000). bisa dterima pada pasien dengan konsentrasi Hb Banyaknya kucing lokal 0.05) walaupun anestetikum yang diguriakan untuk Kedua pertakuan ini berbeda. P1 yang menggunakan anestesi perinjeksi _kombinasi Ketamin dan sylazin tanpa asupan oksigen dari luar, silat saturasi oksigen menjadi menurun akibat_kompensasi jantung untuk mendapatkan Prosiding Seminar PERSADA XIII 2007 ‘oksigen bagi tubuh tetapi penurunan nila saturasi coksigen tidak terfolu signifkan dan akhimnya menjadi meningkat pada menit ke 30 dan menit ke 45. Sedangkan P2 menggunakan anestesi per- inhalasi dengan asupan oksigen sebagai pelarut dari isofuran sehingga gambaran nilai saturasi ‘oksigen cenderung meningkat dan stabil dar awal ‘operasi hingga operasi berakhic. ‘Tabel 6. Perbancingan Rata-rata Nai Saturasi Oksigen pada Anestesi Per-njeksi (P1) dan Anestesi Per-inhalasi (P2) ‘Waktu Pengamatan (ment) Param tomy n eter ‘Kelompok Pertakuat z = m7 Perinjeksi (P1) 1459 80864 91ST OETA ‘Nita Saturasi Oksigen (%) Persinhalasi(2) 8169 97230 9823 OTS Gambar 6. Perbandingan Rata-rata Nial Saturasi Oksigen pada Anestes! Per-injksi(P1) dan Anestesi Per-inhalasi (P2), PARAMETER FISIOLOGIS Perbandingan Rata-rata Frekuens! Jantung tethadap Rata-rata Nilai Saturasi Oksigen pada ‘Anestesi Per-injeksi (P1) dan Anestesi Per- inhalasi (2). ‘Anestesi per.injeksi (P1) dan anestesi per- lhalasi (P2) selama kastrasi dithat dari frekuensi jantung dengan uji korelasi tidak berpengaruh ‘terhadap gambaran nilai saturasi oksigen (1) walaupun ada sedikit perubahan namun hal {ersebut masih dalam skala yang normal. Pada abel 7 dapat dihat tejadi perubahan pada frekuensi jantung. perubahan ini _terjadi \iakibatkan oleh kerja jantung dalam pemompaan darah. Curah jantung juga akan turun bila volume darah kurang. Untuk meningkatkan suplai darah maka jantung —berkompensasi dengan ‘meningkatkan frekuensi jantung. Pengangkutan ‘ksigen oleh darah dipengaruhi oleh aliran darah Yang dipompakan oleh jantung, jumiah oksigen dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen ferarut dan jumlah hemoglobin yang ikut datam alran darah. Hasil statistik dengan menggunakan uji orelasi_menunjukkan bahwa frekuensi jantung Pada P1 tidak berpengaruh terhadap gambaran ‘lai saturasi oksigen (1) walaupun pada Gambar 7 dapat terlihat kelompok yang ‘menggunakan anestesi__perinjeksi (P1) ‘mengalami penurunan frekuensi jantung dari normal mulai dari awal pemeriksaan sampai dengan menit ke 45, hal ini terjadi karena hewan tidak diberi asupan oksigen sehingga asupan ‘oksigen menjadi rendah karenanya oksigen yang sampai ke otot jantung juga rendah, hal ini menyebabkan penyediaan energi untuk kontraksi juga menurun sehingga frekuensi jantung menjadi ‘menurun pula. Penurunan ini juga disebabkan ‘oleh kombinasi anestetixum yang digunakan, diana efek xylazin menyebabkan terdepresny: relaksasi otot sehingga menghambat transmis intraneural pada impuls pusat dari sistim syaraf Pusat, akibat hambatan tersebut dapat mendepres ‘myocardial dan hipotensi sehingga denyut jantung menjadi_melemah (Booth 1995). Selain itu bradikardia (frekuensi denyut jantung yang lambat) akibat dari refleks sirkulasi yang ‘merangsang nervus vagus, akibatnya terjadi efek enghambatan rangsangan parasimpatis oleh asetikolin pada fungsi jantung (Guyton dan Hall 1997). Penurunan frekuensi jantung ‘berpengarun pada nilai saturasi oksigen, dimana pada menit ke 15 nilai saturasi oksigen turun ‘menjadi 69%. Menurut Caroll dan Patricia (1997) ‘apabila terjadi gangguan saturasi oksigen maka ‘akan terjadi_penurunan ilai saturasi oksigen ‘menjadi 80-90%, 85% merupakan titk Kritis ‘saturasi oksigen. Hal ini diduga karena adaptasi ari jantung untuk bekea Keres memberikan ‘supan oksigen yang cukup begi darah. Nemun pada menit-menit berikutnya kadar oksigen’ Kembali meningkat dan berada i atas_ilal rnormalnya, hal ini berarti darah telah menerima ‘cukup oksigen HHasil statistik dengan menggunakan uj korelasi menunjukkan bafwa frekuensi jantung ada PP tidak berpengaruh tertadap gambaran ital saturasi oksigen (1) walaupun pada kelompok perlakuan dengan anestesi perinhalasi (2). terjadi peningkatan frekuensi jantung (Cakikardi) pada menit ke 0, hal ini Kemungkinan disebabkan oleh emosi (marah) pada saat dilakukan pemeriksaan awal (Ganong 1995). Peningkatan juga terjadi pada menit ke 15, hal ii iduga karena proses adaptasi dari pemasukan coksigen sebagai pelarut dari isofluran yang berfebinan sehingga jantung akan berusaha bekerja lebih keras untuk memompa darah agar ‘oksigen yanty masuk dapat berkatan dengan darah secara maksimal dan juga efek dari anestesi per-inhalasi ((sofluran) yang dapat ‘Tabel 7. Perbandingan Rataata Frekuensi (Pt) dan Anestesi Perinhalasi (P2). Waktu (merit) Jantung ——oksigen(s) (ment) AID Oksigen CH) a 162223.0 Tass 0, 164225.0 T69 15 12is16.8 956-4 is 207330.8 973.0 30, 194499 ‘91837 30) T75831.1 96223 6 1143513, waa 5. 743257 0 9651.5 © wo 2 x ° ° ‘6 sae 0. ‘Gambar 7, Perbandingon Rata rata Frekuensi Jantung Terhadap Rate-ata Nilai Saturasi Oksigen pada Anectes| Perinat en, Prosiding Seminar PERSADA XII} Jantung techadap Reta-ata Niai Saturasi Oksigen pada Anestes! Nilal Saturaei Waktu FTUMUEMS Was Saturasl simpatis akan mengkontriksikan vena day (Ganong 1995), Peningkatan ini juga arena aktvtas di dalam syaraf jantung dan curah jantung _menjadk juga disebabkan oleh adanya imple dibentuk dalam baroreseptor yang frekuensi jantung) dan penurunan dalam jantung (Ganong 1995). = 6 6 Darin ‘Gambar 8. Perbandingan Ratarata Frekuensi Jantung terhadap Rata-ata Niai salurasi Oxsigen pada Anestesi Pot inhalasi 2), 189 rent f i iif} ieliilt] iis ' atid eit veal Por perbandingan Ratavate Frekuensi Respirasi Rata-rata Nilai Saturasi Oksigen pada nestesi Per-injeksi (P1) dan Anestesi Per- “inhalasi (P2). Pada tabel 8 terjadi penurunan frekuensi respirasi untuk kelompok perlakuan menggunakan anestesi perinjeksi (P1) penurunan terjadi pada merit ke 15 dan 30 kemudian meningkat fagi pada ment ke 45, Sedangkan kelompok pertakuan dengan anestesi perinhafasi (P2) penurunan ‘rokuensi respirasi juga terjadi pada menit ke 15 den 30 kemudian meningkat lagi pada menit ke “6 Hasil staistke menggunakan uj korelasi menunjukkan bahwa anestesi per.njeksi setama fastrasi dlihat dai trekvens! respirasi tidak terpengaruh tethadap gambaran rilet saturasi cksigen (1) walaupun pada gambar 9 tmenunjukkan —botwa —frekuensi—respirasi mengalami penurunan pada menit ke 15 dan ‘menit ke 20. Pada menit ke 45 frekuensi respirasi meningkat walaupun tetap berada di bawah frekuensi respirasi normal. Menurut Hall dan Clarke (dolam Sianturi 2000) efek kerja »yfazin ‘dloh_menckan pusal respirasi, Sedangkan ‘menurut Plumb (2005) ketamin akan menurunkan frekuensi resprasi tetapi penurunannya_ tidak {orialu signifkan, Penurunan frekuens!respiras ni akibat efek dari kombinasi xyazin dan Ketamin yang mendepres pons dan medulla oblongata sebagai pusat pemafasan (Siswandona dan Soekanso 1995). Peningkatan frekuensirespirasi {ead pada menit ke 48, hal ini iduga Karena efek anestesi yang digunakan mula! borkurang. Pada merit ke 15 penurunan frekuensi respirasi Prosiding Seminar PERSADA XIII_ 2007 berpengaruh pada. nilai saturasi oksigen darah yang menurun pula. Hal ini mungkin diakibatkar ‘oleh jantung yang bekerfa keras untuk memenui ebutuhan oksigen bagi darah arena pada fanestesi per.injeksi tubuh tidok mendapatkan ‘asupan oksigen. Namun pada menitmenit berikutnya penurunan ftekuens! respirasi tidak rmempengaruhi rilai saturasi oksigen, hat ini dapat terihat ado ilai saturasi oksigen yang ‘cenderung meningkat. Hasil statistk menggunakan ui korelasi menunjukkan bahwa pengaruh anestesi per inholasi selama kestrasi dithat dari frekuensi respirasi berpengaruh tethadap gambaran lai ‘saturasi oksigen (rt). Hat ini dapat dithat pada ‘gambar 10 yang menunjukkan bahwa penurunan terjadi pada menit ke 15 dan menit ke 30 yang iakibatkan oleh lek dari anestesi yang igunakan (cofluran) yang mendepres pusat respirasi (Plumb 2005) dan diikuti dengan Peningkatan nitai saturasi oksigen. Hal ini diduga arena oksigen sebagai pelarut dad isofturan yang ditambabkan dari \uar menyebabkan nila saturasi ‘oksigen menjadi meningkat dan c2nderung stabil ‘Namun frekuensi respirasi Kembali meningkat walaupun tidak berada pada nila yang normal, hal {ni dimungkinkan Karena mekanisme pengaturan fungsi Kembali. Konsentrasi anestetium di otak ‘dan plasma sudah turun Karena proses biotransformasi (Waterman dakare Wuryati 2000) sehingga pusat_ —_pengaturan —_respirasi (kemoreseptor peter dan pusst) mulai sensitt lagi terhadap peningkatan PCO2, penurunan POR dan penurunen pH yang texjadi selama enestesi, Tabel 8. Perbandingan Ratatata Frekvensi Resprasi terhadap Rata-rata Nilai Saturasi Oksigen pada Anestesi Perinjeksi (Pt) dan Anestas! Beciatast (P2) Poriajarst PT} — Portahalast (PZ Frokuensi_ Nila Saturasl—_Wakar Frekuensi — Saturasi Oksigen Waktu (rerit) Respirasi imenit) Oksigen(%) __(menit) __Respirasi (merit) fy 3 ‘seid ‘is59 o 39H8.0 31369 45 46248 8246.4 15 74 — 723 30, 32196 S137 30 sa84 ‘9882 5 a wsiZT ware 45 i748 98815 Gambar 9. Perbandingan Ratayata Frekuensi Respirasi terhadap Rata-ata Nilai Saturasi Oksigen cada Anestesi Pes. injoksi (1), 190 ‘Gambar 10. Perbandingan Ratarata Frekvensi Respiresi terhadap Rataata Niai Saturasi Oksigen pada Anestes! Py. ‘inhalasi 2). Perbandingan Rata-rata Temperagur Tubuh tethadap Rata-rata Nilai Saturasi Oksigen pada Anestesi Perinjeksi (P1) dan Anestesi Per- inhalasi (P2). Hasit statistk menggunakan ui korelasi ‘menunjukkan bahwa anestesi perinjeksi setama kastrasi diihat dari temperatur tubun tidak berpengaruh terhadap gambaran saturasi oksigen (1) walaupun pada gambar 11 memperthatkan Penurunan temperatur tubun pada menit ke 30, hal ini diduga disebabkan oleh efek dari anestesi yang digunakan. Kombinasi ketamin da xylazin ‘mampu mendepres pusat pengatur temperatur tubuh di hypothalamus. Pada menit ke 15 pada saat temperatur tubuh sama pada ment ke 0 rilat saturasi oksigen menurun (89%), menurut Soma (1997) penurenan temperatur tubuh akan membuat saturasi oksigen terganggu dan membanayakan tubuh bila berlangsung teralu fama, karenanya perlu pengurangan senyawa anestesi agar hal fersebut tidak tejad. ‘Tabel 9, Perbandingan (P 1) dan Anestesi Perinhalasi(P2). Prosiding Seminar PERSADA XH? { 2007 Hasil statistit menggunakan uli korea menunjukkan bohwa anestesi per-inhalasi selame ‘kastrasi dilihat dari temperatur fubuh tak bemengaruh techadap gambaran saturasi oksigen (1) walaupun pada gambar 12 menunjukkan fbahwa penurunan temperatur tubuh terjadi dag rmenit ke 15 hingga menit ko 45, hal ini dduge tesjadi karena efek dari anestesi yang digunakan yaitu isofuran yang mendepres pusat tempera di hypothalamus (Plumb 2005). Menurut Some (1997) hipotermia dapat teyjadt akibat adanye eliminasi senyawa anestesi di panv-pan. Walaupun temperatur tubuh menurun dari meni ke 15 hingga menit ke 45 tetapi nilai satured oksigen dari anestesi per-inhalasi tidak mengalami penurunan yang dapat menimbuikan masalah, hl ini dimungkinkan adanya asupan oksigen yang membuat proses oksigenasi tedadi secem ‘sempuma sehingga rial saturasi oksigen berada pada keadaan yang normal (>91%). Penurunan ‘emperatur tubun dapat meningkatkan afintas ‘oksigen oleh darah sehingga nilai saturasi oksigen menjadi meningkat (Schutz 2001). Rataata Temperatur Tubuh teriadap Rataata Nia saturasi Oksigen pada Anestos! Peril Pacer PY Panna PA} Walia] —Ternperatur | Nis Saturast “Topeiar | Nia Sarat (ment) | _Tubunc) | Oksigents) | ement) | Tubun('e) | Oksigen() 3 as 3ia59 ° 3507 31289 7 39205 wae 6 308 a0 w WaTD 37 30 aT Baz 7 aaah Beara ® ato oe o o ° » > ‘Gambar 11. Perbandingan Rata-rata Temperatur Tubuh terhadap Rate-rata Niai Saturasi Oksigen pada Anestes! Pa injoksi P1). 191 oe sesesesed = Sere Prosiding Seminar PERSADA XIII 2007 Gamber 12. Perbandingan Rata-rata Temperatur Tubuh terhadap Rata rata Niai Saturasi Oxsigen pada Anestes! Per- innalasi (P2), KESIMPULAN Berdasarkan hasil_perhitungan statistik dengan menggunakan uj T-student menunjukkan behwa data yang diperoleh untuk anestesi per- injeksi dan anestesi perinhalasi selama kastrasi {idok berbeda nyata dengan tingkat kepercayaan 195% (P>0.05). Sedangkan hasil yang diperoleh ‘menggunakan uji korelasi menunjukkan bahwa frekvensi respirasi pada anestesi per-inhalasi mempengaruti keadaan ilai saturasi oksigen selama kastrasi (<1). Berdasarkan data yang diperoleh, gambaran nilalsaturasi oksigen dengan menggunakan anestesi per.inhalasi lebih stabil sdbandingkan dengan anestesi perinjeksi namun ‘ecara keselurufan baik anestesi per-inhalasi ‘maupun anestesi perinjeksi tidak mempertinatkan Penurunan rnilai saturasi oksigen yang berarti Manual Of Small Animal Practice. Ed ke 2 Phladlpia: WS Saunders Company. Him 1028- ‘Ganong WF. 1995. Buku Alar Fisiologi Kedokteran ‘Andiianto P, Penerjemah; Oswar J, Editor. Jakarta EGC. Tejemahan dari Review of Medical Physiology Guyton AC dan Hall JE, 1997. Buku Alar Fisiologi ‘Kedokteran. Sefiawan 1, Tengadi KA, Santoso, Peneremah; Setiawan I Edtor. Jakarta = EGC: ‘Terjemahan dar : Texbook Of medical Physiology. Handoko T. 1998. Anestetk Umum. Di dalam Ganiswara ‘SG, Editor, Farmakologi dan Terapi, Jakarta: Universitas indonesia. hen 109-123 Kine {'dan R Warren. 1995. Kirk's Current Veterinary ‘Therapy Xi Small Animal Practice. Michigan : W.8. Saunders Company ‘Lumb dan Jones. 1996. Lumb And Jones Veterinary ‘Anesthesia. Eds ke. USA : Wiliams and Wilkins ‘Luna SPL, CS Nuguiera, ML Caz, F Massone, GB. Castro. 2000. Romfidine or Xyiazine. Brazilian Journal of Veterynary Research and Animal Science, hntp:tww scielo.briscielo. pp sit (5 Me 2006] Nelson RW dan Couto CG. 1998. Small Animal Internal Medicine. Ohio : Mosby selama kastrasi DAFTAR PUSTAKA, Stantuti T. 2000. Pengaruh Pemakaian Anestetixum ‘Kloroform dan Kombinasi Kloroform dengan Xylazin Terhadap Frekuensi Nadi, Frekuens! Naas. dan b PEERDDGEGLNS TRG ORE ELE 7 ‘Adams HR. 2001, Pharmacology and ‘Therapeutics. Edis ke-. lowa lowa Press. ‘Aswat H, 2006. Gambaran Kins Pada Kucing Setelah Pemberian Alropin Sufat, Suatu Bahan Medkasi Preanestetik (Skrpsi]. Bogor : Fakultas Kedokteran ewan, Instut Pertanian Bogor. Booth NH. 1895, Drugs Acting On The Central Nervous Site. Onlam Booth NH dan Kat RB! ear Naetnary Phamacciogy snd Therapeutics. Eds ke-S. USA: The lowa State Bate HW. 2000 Surpery Of The Testes and Stun, i dalam Birchard SJ, Shoring RG. Saunders Manual “Of Small Animal Practice. Ed ke 2 Phiadetphia: WE Saunders Company, Him 1005- Bush, L Munson, L Philips, M Alen, L Kramer, R Junge. 2006. Giude to Medical Management of Felis. ‘tp two pubmedcentral nih govaticlerenderfegi arid=-385445 (5 Mei 2008] ‘Carol dan Patricia. 1997. Pulse Oximetry at Your Fingertips. R'N 60.2: 22.27, Finland RB. 2000. Surgery Of The Ovaries and Uterus. Di dalam Bichard SJ, Sherding RG. Saunders ‘Siswandono dan B Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal ‘Surabaya : Aitangga University Press. ‘Soma LR. 1977. Textbook Of Veterinary Anesthesia. TEdisi ke-3. Baltmore : The Willams & Wikine ‘Company Wales J. 2008. Castration. hiplien wikipedia.orgiviki ‘Castration 10 januari 2008) ‘Wuryant €. 2000. Pengaruh Komboinas Ketamine HCI ‘dengan Xylazine Tethadep Frekuensi Respires, Frekuensi Denyut jantung dan Temperatur Pada Kucing Betina Lokal (Skips) Bogor ‘Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor Zulfedii RH, 2005, Tekanan darah, Frekuensi Jantung. Pemafasan dan Suhu Tubuh ‘Domba Jantan dan Laktasi NonAnetesia dan Teranestesia Dengan Xylatin-Ketamin {Skrpsi], Bogor: Fakutas ‘Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

You might also like