You are on page 1of 9

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2): 58 - 66

ISSN: 0852-3581
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Kajian kualitas susu sapi perah PFH (studi kasus pada anggota Kope-
rasi Agro Niaga di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang)
1
Kartika Budi Utami, 2Lilik Eka Radiati, 2Puguh Surjowardojo
1
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang dan mahasiswa program
pascasarjana Universitas Brawijaya Malang
2
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

puguh.surjowardojo@gmail.com

ABSTRACT: The aim of this research was to describe milk quality of Friesian cros-
sbred dairy cow and to know the influential variables of milk quality at Agro Niaga Co-
operative in Jabung Malang. The research materials were 94 Friesian crossbred dairy
cow’s milk in 3 milk collecting centers which were located in three locations i.e. Sido-
mulyo (n=29), Slamparejo (n=30) and Kemiri (n=35). The research method was survey
to 94 dairy farmers. Milk qualities consisted of density and fat which were measured by
milk analyzer lactoscanner, also milk grade which was determined by reduction time.
The results showed that 74% of sample had milk density 1.024 g/ml; 100% of sample
had more than 3% of fat and 84% of sample was categorized as 1st grade because their
reduction time was more than 5 hours. Milk density increased by adding concentrate
(R2=0.022), while milk fat decreased by adding concentrate (R2=0.110). The higher the
subclinical mastitis rate the higher the milk fat (R2=0.110). Milk sample which was in
1st grade came from farmers who cleaned their stall floor 3 times per day.

Keywords: Sanitation, milk quality, dairy cow

PENDAHULUAN 200/kg. Peternak harus memperhatikan


Kualitas susu menjadi dasar ketentuan ini agar kualitas susu yang
pembayaran harga susu. Ketentuan dihasilkan memiliki standar yang tinggi,
pembayaran susu terus mengalami per- berdaya saing serta aman dikonsumsi.
kembangan dimana sejak Agustus 2004, Kualitas fisik dan kimia susu
harga susu ditentukan berdasarkan pada sapi segar dipengaruhi oleh faktor
lemak, solid non fat (SNF), total solid bangsa sapi perah, pakan, sistem
(TS), total plate count (TPC) dan kan- pemberian pakan, frekuensi pemerahan,
dungan antibiotik. Susu yang memiliki metode pemerahan, perubahan musim
TS kurang dari 11% akan ditolak kope- dan periode laktasi (Lingathurai, et al.,
rasi, sedangkan susu yang memiliki TS 2009). Kontaminasi bakteri dimulai
antara 11-11,2% akan mendapatkan pe- setelah susu keluar dari ambing
nalti dan susu yang memiliki TS lebih (Gustiani, 2009) dan jumlah bakteri
dari 11,3% akan mendapatkan bonus. akan semakin meningkat pada jalur susu
TPC di bawah 106 cfu/ml akan menda- yang lebih panjang (Millogo, et al.,
patkan bonus, TPC di atas 15x106 2010).
cfu/ml akan dijatuhkan penalti dan susu Kabupaten Malang merupakan
yang positif mengandung antibiotik salah satu wilayah pengembangan sapi
akan dikenakan penalti sebesar Rp perah di Jawa Timur. Sejak tahun 2011,

58
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):58 – 66

Dinas Peternakan Kabupaten Malang perah PFH yang diproduksi oleh


menetapkan Kecamatan Jabung sebagai peternak anggota KAN Jabung dan
kawasan sentra sapi perah di Malang mengetahui variabel-variabel yang
bagian timur dan tenggara, sehingga mempengaruhi kualitas susu di peternak
upaya pengembangan usaha sapi perah anggota KAN Jabung.
rakyat di wilayah ini perlu terus
ditingkatkan. Koperasi Agro Niaga MATERI DAN METODE
(KAN) merupakan salah satu koperasi
persusuan yang ada di Kecamatan Lokasi dan waktu penelitian
Jabung. Sampai dengan Juli 2013, Lokasi penelitian ditentukan
tercatat jumlah anggota KAN Jabung secara purposive sampling di tiga pos
sebanyak 1.600 peternak dan penampungan susu dari 14 pos
kemampuan produksi susu per bulan penampungan susu yang berlokasi di
mencapai 1.108.504 liter atau 29.560 wilayah bagian utara, tengah dan
kg/hari. Kemampuan produksi tersebut selatan. Wilayah bagian utara diwakili
menjadikan KAN Jabung dikategorikan oleh pos penampungan susu Sidomulyo
sebagai koperasi berukuran besar karena dan wilayah bagian tengah diwakili oleh
mempunyai kemampuan produksi susu pos penampungan susu Slamparejo.
20.000-40.000 kg/hari (Yusdja, 2005). Wilayah bagian selatan diwakili oleh
Koperasi Agro Niaga merupakan pos penampungan Kemiri. Penelitian ini
suplier susu bagi PT. Nestle Indonesia dilaksanakan selama dua bulan pada 28
dan PT. Indolakto. Persyaratan kualitas Desember 2013 sampai dengan 22
susu di KAN Jabung meliputi berat Februari 2014.
jenis, lemak dan waktu reduksi.
Pengujian kualitas susu dilakukan Materi penelitian
kepada masing-masing peternak a. Susu sapi segar
sehingga peternak memperoleh harga Sampel susu yang digunakan
susu sesuai dengan kualitas produk berasal dari produksi susu per
yang dihasilkan. kandang peternak, berjumlah 94
Permasalahan kualitas susu di sampel.
KAN Jabung diantaranya masih b. Peternak sapi perah
rendahnya harga susu yang diterima Jumlah sampel peternak adalah 94
oleh peternak yaitu di bawah Rp 4.000 orang, dan dipilih secara sengaja
(KAN, 2014), padahal harga susu yaitu anggota yang memiliki cata-
tertinggi adalah Rp 5.200 dengan tan setoran susu grade 1 dan grade
kriteria kandungan lemak 5%, berat 3, selama satu bulan terakhir.
jenis 1,025 g/ml, waktu reduksi > 5 jam
dan jumlah produksi susu di atas 100 Metode penelitian
liter. Selain itu, kandungan jumlah Penelitian ini termasuk
bakteri dalam susu berkisar antara penelitian survei. Kualitas susu terdiri
0,5X106-0,6X106 cfu/ml, sedangkan atas berat jenis, lemak dan grade susu.
KAN Jabung menargetkan kandungan Berat jenis dan lemak susu diuji dengan
jumlah bakteri dalam susu lebih rendah menggunakan milk analyzer
yaitu 0,4X106-0,45X106 cfu/ml. Namun lactoscanner MCC. Grade susu
sampai dengan penelitian ini dilakukan, ditentukan berdasarkan waktu reduksi
target tersebut belum bisa tercapai. (jam) dengan uji reduktase dan
Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan jumlah bakteri dalam
mendeskripsikan kualitas susu sapi susu. Grade 1 ditentukan jika waktu

59
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):58 – 66

reduksi lebih dari 5 jam dengan n=


perkiraan 500.000 sel/ml. Grade 2 .
ditentukan jika waktu reduksi >2-5 jam
n=
dengan perkiraan 500.000-4.000.000 ( . , )
sel/ml. Sedangkan Grade 3 ditentukan
jika waktu reduksi <2 jam,dengan n=
perkiraan 4.000.000-20.000.000 sel/ml.
Tingkat mastitis subklinis ditentukan n=
dengan uji California Mastitis Test
(CMT). n = 94,1 ~ 94
Data tentang faktor-faktor yang Keterangan
berpengaruh terhadap kualitas susu sapi n : Ukuran sampel
perah dikumpulkan menggunakan N : Ukuran populasi
kuesioner. Validasi kuesioner dilakukan d : Galat pendugaan (10%)
secara riil time, yakni sesuai dengan
kondisi di peternak serta telah Hasil perhitungan berdasarkan ru-
dikonsultasikan dengan para ahli. Data mus Slovin diperoleh jumlah sam-
sekunder berupa data profil Koperasi pel sebanyak 94 peternak.
Agro Niaga (KAN) tahun 2014 dan
literatur yang terkait dengan penelitian Analisa data
ini. Analisa statistik regresi linier
berganda metode stepwise dilakukan
Pengambilan sampel dengan menggunakan bantuan program
a. Susu sapi SPSS versi 17.
Sample susu sapi sebanyak 10 ml
untuk uji kualitas susu (berat jenis HASIL DAN PEMBAHASAN
dan lemak susu), 10 ml susu untuk
uji reduktase dan 2 ml untuk uji Kualitas susu sapi perah PFH
CMT. Waktu tempuh dari pos pe- Persyaratan kualitas susu untuk
nampungan susu ke laboratorium menentukan harga susu di Koperasi
pengujian ± 1 jam. Agro Niaga yaitu berat jenis, kandungan
b. Peternak lemak dan grade susu. Tabel 1 menya-
Populasi peternak adalah 1.600 jikan hasil rataan kualitas susu sapi pe-
orang. Jumlah responden ditentu- rah PFH yang diproduksi oleh peternak
kan berdasarkan rumus Slovin se- anggota KAN Jabung.
bagai berikut.

Tabel 1. Kualitas susu sapi perah PFH milik peternak anggota KAN Jabung
No Persyaratan kualitas susu Jumlah sampel Rata-rata
1 Berat jenis minimal 1,024 gr/ml 70 1,024 gr/ml
2 Kandungan lemak > 3% 94 4,84%
3 Waktu reduksi (>5 jam) 79 >5 jam
Keterangan: n = 94 sampel susu dari produksi per kandang peternak

Tabel 1 menunjukkan bahwa se- tapkan oleh koperasi. Rata-rata berat


bagian besar susu telah memenuhi per- jenis susu 1,024 g/ml, rata-rata kandun-
syaratan berdasarkan standar yang dite- gan lemak 4,84% dan hasil uji reduktase

60
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):58 – 66

menunjukkan waktu reduksi lebih dari 3 rata-rata kandungan lemak sebesar


jam, dengan perkiraan bakteri 500.000 4,84%. Kandungan lemak dalam susu
sel/ml. ini tergolong tinggi karena rata-rata
Badan Standar Nasional rasio rumput dan konsentrat yang
Indonesia (2011) menetapkan bahwa diberikan adalah 87:13%. Pakan yang
susu sapi perah yang memenuhi banyak mengandung hijauan akan
persyaratan mutu memiliki berat jenis menyebabkan kadar lemak susu tinggi.
1,027 g/ml. Pengukuran berat jenis di Rata-rata jumlah rumput yang diberikan
pos penampungan susu KAN Jabung oleh peternak sebanyak 49 kg/ekor/hari,
dilakukan lebih awal sehingga sedangkan jumlah konsentrat yang
menunjukkan hasil berat jenis yang diberikan sebanyak 7 kg/ekor/hari.
lebih kecil. Peternak anggota KAN Sebagian besar sampel susu
Jabung biasanya menyetorkan susu di termasuk pada kategori grade 1 karena
pos penampungan segera setelah memiliki lama waktu reduksi > 5 jam
pemerahan selesai. Perkiraan jarak dan perkiraan bakteri dalam susu yaitu
waktu antara pemerahan dan 500.000 sel/ml. Rekapitulasi kualitas
pengukuran berat jenis adalah 13-17 susu berdasarkan uji reduktase dari pos
menit. penampungan Sidomulyo, Slamparejo
Susu yang diproduksi oleh dan Kemiri disajikan pada Tabel 2.
peternak anggota KAN Jabung memiliki

Tabel 2. Rekapitulasi hasil uji reduktase sampel susu di ketiga pos penampungan susu
Kualitas susu
No Wilayah Total sampel
Grade 1 Grade 2 Grade 3
1 Sidomulyo 25 4 0 29
2 Slamparejo 25 3 2 30
3 Kemiri 29 3 3 35
Total 79 10 5 94

Tabel 2 menunjukkan bahwa se-


bagian besar sampel susu (79 sampel) di Variabel-variabel yang mempenga-
ketiga pos penampungan termasuk pada ruhi kualitas susu
kategori grade 1. Sampel susu yang be-
rada pada grade 3 ditemukan paling ba- a. Berat jenis susu
nyak (3 sampel) di Kemiri. karena me- Hasil analisa statistik tentang
rupakan salah satu desa di Kecamatan pengaruh konsentrat terhadap berat jenis
Jabung yang memiliki keterbatasan air susu disajikan pada Tabel 3.
dibandingkan desa lainnya.

Tabel 3. Hasil analisa regresi tentang pengaruh konsentrat terhadap berat jenis susu di
wilayah kajian
Variabel bebas Koefisien regresi Nilai t hitung Nilai signifikansi
Konstanta (a) 1,025 4259,246 0,000
Konsentrat (X2) 7,366E-5 2,204 0,029
Nilai F = 4,857 0,029a
R2 = 0,022

61
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):58 – 66

Tabel 3 menunjukkan bahwa protein, laktosa dan mineral. Pemberian


konsentrat merupakan variabel yang konsentrat oleh peternak masih sangat
paling berpengaruh terhadap berat jenis rendah dengan rata-rata pemberian
susu (R2=0,022). Semakin banyak kon- sebanyak 7 kg/ekor/hari sehingga
sentrat yang diberikan maka berat jenis menyebabkan rata-rata kandungan
susu semakin meningkat (P<0,05). Be- protein susu juga rendah (2,7%). Rata-
rat jenis dipengaruhi oleh kandungan rata jumlah pemberian rumput oleh
yang terlarut didalam susu dimana se- peternak KAN Jabung adalah 49
makin banyak senyawa yang terdapat kg/ekor/hari dimana jumlah ini sudah
dalam susu maka berat jenis susu akan melebihi 10% dari bobot badan sapi.
meningkat. Konsentrat merupakan ba- Rata-rata berat badan sapi yang
han pakan yang memiliki kandungan dipelihara oleh peternak adalah 471 kg.
nutrisi yang lengkap, sehingga akan
mempengaruhi besarnya kandungan ba- b. Lemak susu
han padat bukan lemak didalam susu. Rekapitulasi hasil uji statistik
Bahan padat bukan lemak terdiri dari disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh rumput, konsentrat dan tingkat mastitis subklinis terhadap kandungan
lemak susu yang diproduksi oleh anggota KAN Jabung
Koefisien Nilai
Variabel bebas Nilai signifikansi
regresi t hitung
Konstanta (a) 4,866 44,646 0,000
Tingkat mastitis subklinis (X3) 0,110 3,682 0,000
Konsentrat (X2) -,046 -3,657 0,000
Nilai F = 13,319 0,000b
R2 = 0,110

Tabel 4 menunjukkan bahwa kapitulasi rataan lemak susu yang terin-


tingkat mastitis subklinis dan konsentrat feksi mastitis subklinis disajikan pada
adalah variabel-variabel yang paling Tabel 5.
berpengaruh terhadap lemak susu. Re-

Tabel 5. Data tingkat mastitis subklinis dan kandungan lemak susu di wilayah kajian
Nilai rata-rata lemak susu
No Tingkat mastitis subklinis n
(%)
1 Negatif 4,6 51
2 Tingkat 1 4,7 24
3 Tingkat 2 4,9 9
Sumber : Data primer diolah, 2014

Tabel 5 menunjukkan bahwa kan bahwa terjadi peningkatan kadar


semakin tinggi tingkat mastitis subklinis lemak susu yang tinggi pada kwartir
akan menaikkan kadar lemak susu yang terinfeksi mastitis dibandingkan
(P<0,05). Memisi, et al. (2011) mela- dengan kwartir yang sehat. Peningkatan
porkan bahwa semakin tinggi jumlah sel kadar lemak kemungkinan terjadi seba-
somatis maka kandungan lemak juga gai akibat dari menurunnnya sintesis
meningkat (P<0,001). Bruckmaier, Ont- laktosa sehingga menurunkan volume
souka and Blum (2004) juga menemu- susu. Bruckmaier, Ontsouka and Blum

62
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):58 – 66

(2004) juga menjelaskan bahwa pening- rutan adalah 21,95%, 18,69%, 15,44%
katan lemak bergantung pada tingkat dan 11,38%.
mastitis subklinis. Prevalensi mastitis Penambahan konsentrat akan
subklinis di wilayah kajian adalah berpengaruh (P<0,05) menurunkan
42,5%. Angka tersebut menunjukkan kadar lemak susu (lihat Tabel 4).
bahwa kasus mastitis subklinis di wi- Konsentrat yang digunakan oleh
layah kajian masih cukup tinggi. Winar- peternak merupakan konsentrat
so (2008) melaporkan bahwa prevalensi produksi KAN Jabung. Kandungan
mastitis subklinis di Malang seperti di nutrisi konsentrat yang diproduksi oleh
KUD Karangploso, KUD Dau, KUD KAN Jabung ditunjukkan pada Tabel 6.
Ngantang dan KUD Pujon secara beru-

Tabel 6. Kandungan nutrisi konsentrat yang diproduksi oleh KAN Jabung


No Kandungan Jumlah
1 Air 14% (maksimal)
2 Protein kasar 19-20%
3 Lemak kasar 3-7%
4 Kalsium 0,7-1,0%
5 Phosphor 0,9-1,1%
6 TDN 60-65%
Sumber: Unit sapronak KAN Jabung, 2013

Bahan pakan penyusun konsen- tinggi Jawa Timur seperti di Kabupaten


trat terdiri dari wheat pollard, bungkil Malang dan Kabupaten Pasuruan adalah
kelapa, Dried Distiller Grain with So- 9-14 liter/ekor/hari (Wijono, dkk.,
luble (DDGS), katul halus, bungkil sa- 1993).
wit, Soy Bean Mill (SBM), molases, Pemberian konsentrat dengan
mineral dan vitamin. Tabel 6 jumlah yang optimal diperlukan agar
menunjukkan bahwa konsentrat sapi produksi, kandungan lemak dan protein
laktasi yang digunakan oleh peternak dalam susu menjadi tinggi. Rata-rata
merupakan konsentrat sumber protein imbangan rumput dan konsentrat yang
karena memiliki kandungan protein diberikan oleh peternak anggota KAN
lebih dari 18% dan TDN sebesar 60%. Jabung adalah 87:13%, artinya bahwa
Penambahan konsentrat mengakibatkan 87% dari seluruh kebutuhan protein
penurunan lemak susu, namun dipenuhi dari pemberian rumput gajah
minimnya pemberian konsentrat oleh dan 13% lagi dipenuhi dari konsentrat.
peternak (7 kg/ekor/hari) masih dapat Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
ditambahkan. Hal ini ditunjukkan dari lebih banyak digunakan sebagai sumber
kandungan protein dalam susu sebanyak pakan utama oleh peternak, sedangkan
2,7% atau lebih rendah dibandingkan jenis rumput lainnya diberikan kepada
dengan persyaratan mutu kandungan sapi perah untuk memenuhi kekurangan
protein susu minimal 2,8% yang rumput gajah pada musim kemarau.
ditetapkan oleh SNI (2011). Rata-rata
produksi susu per kandang peternak di c. Grade susu
wilayah kajian adalah 10,7 liter/ekor. Waktu reduksi menjadi dasar
Jumlah produksi susu tersebut tergolong dalam menentukan grade susu. Variabel
rendah karena rata-rata produksi susu yang mempengaruhi grade susu seperti
dari sapi perah turunan (PFH) di dataran yang tersaji pada Tabel 7 antara lain

63
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):58 – 66

waktu kirim, frekuensi sanitasi kandang, sanitasi tangan pemerah.


frekuensi sanitasi sapi dan frekuensi

Tabel 7. Rekapitulasi variabel-variabel yang mempengaruhi grade susu


Nilai rata-rata
Grade
susu Waktu kirim Frekuensi sanitasi Frekuensi sanitasi Frekuensi sanitasi
(menit) kandang (kali) sapi (kali) tangan (kali)
1 13 3 1 3
2 17 2 1 3
3 13 2 1 3

Kecepatan waktu pengiriman lantai kandang yang kotor dan ambing


merupakan salah satu prosedur yang sapi yang terinfeksi mastitis dapat
diberlakukan oleh koperasi kepada para ditekan. Pemerahan susu harus
peternak anggotanya. Peternak anggota dilakukan di bawah kondisi bersih
KAN Jabung membutuhkan waktu rata- dengan menjaga kebersihan tempat
rata 13-17 menit mulai dari setelah pe- pemerahan dan lingkungan di sekitarnya
merahan sampai susu dimasukkan ke (FAO dan IDF, 2011). Semua peternak
dalam cooling unit di pos penampungan anggota KAN Jabung menggunakan
susu. satu bangunan kandang untuk
Frekuensi sanitasi kandang melakukan seluruh aktivitas
adalah frekuensi membersihkan kotoran pemeliharaan sapi perah termasuk
sapi yang ada di lantai kandang selama aktivitas pemerahan, sehingga untuk
satu hari. Hastuti (2000) menghasilkan susu yang bersih maka
mengungkapkan bahwa secara statistik kandang sebagai tempat pemerahan
sanitasi kandang berpengaruh sangat harus selalu dijaga kebersihannya.
nyata (P<0,01) terhadap terjadinya Frekuensi sanitasi sapi adalah
penyakit mastitis. Ambing sapi yang frekuensi memandikan seluruh badan
terinfeksi mastitis akan meningkatkan sapi sebelum memerah. Tujuan
jumlah bakteri dalam susu. Sutarti, dkk membersihkan sapi adalah
(2003) melaporkan bahwa kebersihan mempersiapkan sapi agar pemerahan
lantai kandang menjadi salah satu faktor dapat dilakukan di bawah kondisi bersih
penyebab kejadian mastitis pada peter- (FAO dan IDF, 2011), serta
nakan rakyat di Kabupaten Semarang. menghindari terjadinya kontaminasi
Semakin sering lantai kandang diber- berupa kotoran yang masih menempel
sihkan maka kejadian mastitis akan se- pada kulit sapi kedalam susu yang
makin kecil. diperah (Gustiani, 2009).
Peternak yang melakukan Tabel 7 menunjukkan bahwa
sanitasi lantai kandang dengan frekuensi sampel susu yang masuk pada grade 1,
3 kali/hari menghasilkan susu yang 2 dan 3 berasal dari peternak yang
lebih bersih sehingga susu berada pada memandikan sapi dengan rata-rata
grade 1 dengan perkiraan 500.000 frekuensi 1 kali selama sehari. Hal ini
sel/ml. Sampel susu pada grade 2 dan 3 dikarenakan peternak menghadapi
berasal dari peternak yang melakukan masalah keterbatasan air, padahal
sanitasi kandang dengan frekuensi 2 selama sehari dilakukan 2 kali
kali/hari. Semakin sering peternak pemerahan. Keterbatasan air bersih di
membersihkan lantai kandang, maka kandang dapat menyebabkan kualitas
kontaminasi bakteri yang berasal dari susu rendah.

64
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):58 – 66

Frekuensi sanitasi tangan adalah berat jenis susu dan menurunkan


frekuensi mencuci tangan sebelum lemak susu. Semakin tinggi tingkat
memerah, karena cara pemerahan oleh mastitis subklinis akan
peternak dilakukan secara manual meningkatkan lemak susu.
dengan frekuensi pemerahan 2 kali Frekuensi sanitasi lantai kandang
selama sehari. Aktivitas mencuci tangan sebanyak 3 kali/hari dapat
merupakan peraturan dasar kebersihan memperbaiki grade susu.
yang harus dipatuhi oleh seorang
pemerah (FAO dan IDF, 2011). Bonfoh, DAFTAR PUSTAKA
et al. (2006) menyatakan bahwa salah Badan Standardisasi Nasional. 2011.
satu cara meningkatkan produksi susu Standar nasional Indonesia susu
yang bersih yaitu melakukan kebiasaan segar. Bagian 1-Sapi SNI-
higiene seperti mencuci tangan. Susu 3141.1-2011.. Badan Standardi-
pada grade 1, 2 dan 3 berasal dari sasi Nasional. Jakarta.
peternak yang memiliki rata-rata www.bsn.go.id. Diunduh pada
frekuensi mencuci tangan sebelum tanggal 2 September 2013.
memerah sebanyak 3 kali/hari, sehingga Bonfoh, B, Roth, C, Traore, A. N, Fane,
peternak telah mematuhi aturan dasar A, Simbe, C. F, Alfaroukh, I. O,
kebersihan. Namun sanitasi tangan Nicolet, J, Farah, Z dan
pemerah sebaiknya tidak hanya Zinsstag, J. 2006. Effect of
menggunakan air bersih tetapi washing and disinfecting con-
menggunakan sabun. Islam, et al. tainers on the microbiological
(2009) membuktikan bahwa jumlah quality of fresh milk sold in Ba-
bakteri dalam susu yang diperah pada mako (Mali). Food control 17
kondisi ambing, puting, tangan peme- (2006):153-161.
rah, ember perah yang disanitasi meng- www.sciencedirect.com. Diun-
gunakan kalsium hipoklorit 200 ppm Cl duh pada tanggal 23 September
86% lebih rendah dibandingkan dengan 2013.
jumlah bakteri dalam susu yang disani- Bruckmaier, R. M, Ontsouka, C. E and
tasi dengan air biasa. Blum, J. W. 2004. Fractionized
milk composition in dairy cows
KESIMPULAN with subclinical mastitis. Vet.
Kesimpulan penelitian ini sebagai Med-Czech, 49, 2004 (8):283-
berikut; 290.
1. Kualitas susu telah memenuhi per- FAO and IDF. 2011. Guide to good
syaratan mutu susu segar yang dite- dairy farming practice (The re-
tapkan oleh koperasi. Dari 94 sam- vised edition). ISSN 1810-0708.
pel susu, sebanyak 74% memiliki Food and Agriculture Organiza-
berat jenis 1,024 g/ml; 100% memi- tion of the United Nations.
liki kandungan lemak lebih dari 3% Rome.
dan 84% termasuk pada grade 1, Gustiani, E. 2009. Pengendalian cema-
dengan waktu reduksi > 5 jam dan ran mikroba pada bahan pangan
perkiraan jumlah bakteri sebanyak asal ternak (daging dan susu)
500.000 sel/ml. mulai dari peternakan sampai
2. Kualitas susu meliputi berat jenis, dihidangkan. Jurnal Litbang Per-
kandungan lemak dan grade. tanian, 28 (3):96-100. Diunduh
Semakin banyak jumlah konsentrat pada tanggal 16 September
yang diberikan akan meningkatkan 2013.

65
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):58 – 66

Hastuti, S. 2000. Hubungan antara ke- milk hygiene at farms processing


padatan dan sanitasi kandang units and local markets in Bur-
dengan terjadinya penyakit mas- kina Faso. Food Control 21
titis pada sapi perah. Animal (2010):1070-1074.
Production Vol. 2 No (1):9-12. www.elsevier.com/locate/foodco
Diunduh pada tanggal 26 De- nt.
sember 2012. Sutarti, E, Budiharta, S dan Sumiarto,
Islam, M. A, Islam, M. N, Khan, M. A. B. 2003. Prevalensi dan faktor-
S, Rashid, M. H dan Obaidullah, faktor penyebab mastitis pada
S. M. 2009. Effect of different sapi perah rakyat di Kabupaten
hygienic condition during milk- Semarang Propinsi Jawa Ten-
ing on bacterial count of cow’s gah. J. Sain Vet. Vol 21.
milk. Bang. J. Anim. Sci. 2009, No.1:43-49. Diunduh pada tang-
38(1&2) 10 114 ISSN 0003- gal 21 Maret 2014.
3588. Diunduh pada tanggal 17 Wijono, D. B, Ma’sum, K, Umiyasih, U
September 2013. dan Rasyid, A. 1993. Penampi-
KAN. 2014. Profil Koperasi Agro lan produksi dan kualitas susu
Niaga Jabung. Unpublished. sapi perah turunan eks-impor di
Lingathurai, S, Vellathurai, P, Vendan, daerah ketinggian tempat yang
S. E, and Anand, A. A. P. 2009. berbeda di Jawa Timur. Jurnal
A comparative study on the mi- Ilmiah Penelitian Ternak Grati
crobiological and chemical Vol.3 No. 2 Januari 1993:67-71.
composition of cow milk from ISSN 0853-1285. Diunduh pada
different locations in Madurai, tanggal 15 Mei 2013.
Tamil Nadu. Indian Journal of Winarso, D. 2008. Hubungan kualitas
Science and Technology. Vol.2 susu dengan keragaman genetik
No 2 (Feb. 2009):51-54. ISSN: dan prevalensi mastitis subklinis
0974- 6846. India. Diunduh pada di daerah jalur susu Malang
tanggal 5 Desember 2013. sampai Pasuruan. J. Sain. Vet
Memisi, N, Bogdanovic, V, Tomic, Z, Vol.26 No.2:58-65. Diunduh pa-
Kasalica, A, Zujovic, M, Stanis- da tanggal 1 Januari 2013.
ic, N and Delic, N. 2011. Varia- Yusdja, Y. 2005. Kebijakan ekonomi
bility and correlation between industri sapi perah di Indonesia.
basic quality parameters of raw Analisis Kebijakan Pertanian
cow milk. Biotechnology in an- Volume 3 Nomor 3, September
imal husbandry 27 (3), p 959- 2005:257-268. Pusat Analisis
967. Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Millogo, V, Sjaunja, K. S, Ouedraogo, Pertanian. Bogor. Diunduh pada
G. A dan Agenas, S. 2010. Raw tanggal 4 Desember 2012.

66

You might also like