You are on page 1of 10

J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No.

2, 84-93
Perhimpunan Entomologi Indonesia

KEANEKARAGAMAN SPESIES PARASITOID TELUR


Helicoverpa armigera (Hübner) PADA SISTEM TANAM
MONOKULTUR DAN POLIKULTUR KAPAS
NURINDAH DAN SUJAK

Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

(diterima Januari 2006, disetujui Juli 2006)

ABSTRACT

Diversity of Egg Parasitoids of Helicoverpa armigera (Hübner) on Cotton


Monoculture and Polyculture. Polyculture system is one of techniques in pest
management. In Indonesia, cotton is always intercropped with second food crops
such as maize, soybean, mungbean or peanut. This research was aimed to evaluate
the effect of culture system, i.e. cotton monoculture vs. cotton intercropped with
soybean on the increase of species diversity of H. armigera egg parasitoids and the
parasitoid contribution to mortality of H. armigera. The research was arranged in a
split plot design with two main factors: three cotton varieties with three levels of
trichome density (Tamcot SP 37, Kanesia 8 and LRA 5166) and the subplots were
two cultivation systems (cotton monoculture and polyculture), with three replicates.
Observations were made by collecting H. armigera eggs on population of first
generation (45 days after planting) and second generation (75 DAP). The results
showed that on cotton polyculture the egg parasitoid complex which consisted of
Trichogramma spp. and Trichogrammatoidea spp. was higher than that in cotton
monoculture and so was the egg parasitism level. The increase of egg parasitism
was 24% in the first generation and 15% in the second generation. Parasitoid
species found belonged to the genera Trichogramma and Trichogrammatoidea. In the
parasitoid complex, Trichogrammatoidea armigera was dominant on the first generation
and Trichogramma chilotraeae on the second. The domination succession could be as
a result of the higher host-searching capacity of T. chilotraeae than that of T.
armigera.
KEY WORDS: species diversity, egg parasitoid, Helicoverpa armigera, Trichogramma
armigera, Trichogrammatoidea chilotraeae.

PENDAHULUAN Ditinjau dari segi usahatani, sistem


tumpangsari kapas dengan tanaman
Sebagai tanaman perkebunan,
palawija ini memberikan keuntungan
kapas pada umumnya ditanam secara
ekonomi dan mengurangi risiko
tumpangsari dengan tanaman palawija.
kegagalan panen. Ditinjau dari segi
Tanaman palawija yang ditumpang-
pengendalian hama, sistem tumpang-
sarikan dengan kapas antara lain
sari kapas dengan tanaman palawija
adalah jagung (daerah pengembangan
dapat membantu dalam pengendalian
Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah),
populasi hama, karena sistem ini
kacang tanah (daerah pengembangan
dapat meningkatkan populasi musuh
Nusa Tenggara Barat), dan kedelai
alami (Anderson & Yeargan 1998,
(daerah pengembangan Jawa Timur).
Slosser et al. 2000). Populasi musuh

84
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur

alami yang tinggi dapat menjaga kembangan faktor mortalitas biotik


populasi hama untuk selalu berada ini, sehingga merupakan faktor yang
pada populasi di bawah ambang penting dalam mengatur populasi H.
kendali, karena terjadi mortalitas yang armigera untuk selalu pada populasi di
tinggi. Diantara musuh alami yang bawah ambang kendali. Mortalitas
berperan dalam pengendalian serangga biotik telur dan larva H. armigera oleh
hama, parasitoid merupakan kelom- predator dan parasitoidnya pada
pok musuh alami yang potensial. pertanaman kapas tumpangsari dengan
Helicoverpa armigera dikenal kedelai masing-masing mencapai 54%
sebagai penggerek buah kapas (cotton dan 32%; sedangkan mortalitas telur
bollworm). Serangga ini merupakan oleh parasitoid mencapai 18% (selang
obyek yang pada umumnya menjadi 9 – 33%). (Nurindah et al. 2006).
sasaran dalam usaha pengendalian Parasitoid yang dominan
hama pada kapas, terutama pengen- memarasit telur H. armigera adalah
dalian dengan penyemprotan insekti- parasitoid dari genus Trichogramma
sida. Pengendalian hama terpadu dan Trichogrammatoidea (Hymenop-
(PHT) kapas yang telah dikembangkan tera: Trichogrammatidae). Sedikitnya
dengan penekanan pada pengembang- ada 9 spesies Trichogramma dan 3
an teknik-teknik pengendalian non spesies Trichogrammatoidea yang telah
kimiawi telah dapat mengatasi masalah dilaporkan memarasit telur H. armigera
hama ini. Penerapan PHT dengan dan 7 spesies diantaranya berasosiasi
benar telah dapat merubah status dengan tanaman kapas (Tabel 1).
serangga ini dari serangga hama utama Beragamnya spesies Trichogrammatid
menjadi serangga hama potensial yang memarasit telur H. armigera pada
(Nurindah 2003). kapas menunjukkan bahwa tanaman
Perubahan status H. armigera kapas merupakan salah satu habitat
dari serangga hama utama menjadi inang yang disukai oleh parasitid telur
serangga hama potensial karena ini. Keanekaragaman spesies pada
adanya peran faktor mortalitas biotik. suatu ekosistem yang tinggi meng-
Pada sistem pengendalian konven- indikasikan bahwa ekosistem tersebut
sional, insektisida kimia sintetik yang ’sehat’, karena arthropoda yang ter-
digunakan secara intensif menyebab- dapat dalam ekosistem tersebut dapat
kan faktor mortalitas biotik yang berkembang dan berinteraksi dengan
terdiri atas parasitoid dan predator, baik sehingga terdapat keseimbangan
tidak dapat berkembang populasinya antara populasi herbivora, yang sering
sehingga tidak dapat berperan dengan disebut hama, dengan musuh
baik. Pada sistem PHT, agroeko- alaminya. Kondisi seperti ini menye-
sistem yang ada mendukung per- babkan herbivora yang terdapat pada
ekosistem tersebut tidak menimbulkan

85
J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 84-93

kerusakan yang nyata pada tanaman keanekaragaman spesies parasitoid


budidaya. pada suatu ekosistem diperlukan
Sistem tanam tumpangsari sebagai petunjuk untuk menilai
kapas dengan palawija dilaporkan ’kesehatan’ suatu agroekosistem. Oleh
dapat meningkatkan populasi musuh karena itu, penelitian ini dilakukan
alami, diantaranya adalah populasi dengan tujuan untuk mengetahui
parasitoid telur Trichogrammatid keanekaragaman spesies parasitoid
(Lusyana 2005). Walaupun demikian, telur H. armigera, yaitu serangga hama
keanekaragaman spesies Trichogram- yang selalu ada pada pertanaman
matid yang berasosiasi dengan kapas, pada pola tumpangsari kapas
tanaman kapas yang ditanam secara dengan kedelai versus pada kapas
tumpangsari dengan palawija belum monokultur.
pernah dilaporkan. Informasi tentang

Tabel 1. Parasitoid telur H. armigera pada berbagai tanaman


No. Spesies Tanaman inang Referensi

1. Trichogramma achaea Nagaraja sorgum, jagung, Reddy & Manjunath


kedelai (1999)
2. Trichogramma australicum Girault kapas Scholz (1991).

3. Trichogramma brasiliensis Ashmead tomat, kacang Khrisnamoorthy & Mani


polong (1998)

4. Trichogramma carverae kapas Scholz (1991).

5. Trichogramma chilonis Ishii jagung, kedelai, Reddy & Manjunath


bawang (1999); Herlinda (1998);
Alba (1989); Shepard &
Barrion (1998).
6. Trchogramma chilotraeae Nagaraja jagung, kapas Alba (1989); Nurindah &
Bindra (1988).
7. Trichogramma dendrolimi Matsumura kapas Scholz (1991).

8. Trichogramma pretiosum Riley tomat & kacang Khrisnamoorthy & Mani


polong (1998)
9. Trichogramma principium kapas Adnan-Babi et al. (2002).

10. Trichogrammatoidea armigera Nagaraja kapas Nurindah & Bindra


(1988).
11. Trichogrammatoidea bactrae bactrae Nagaraja padi, kapas Alba (1989); Scholz
(1991).
12. Trichogrammatoidea guamensis Nagaraja jagung Nurindah & Bindra
(1988).

86
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur

masing pada generasi I dan geserasi II.


BAHAN DAN METODE Pengumpulan telur dilakukan pada
Penelitian dilakukan di tanaman kapas pada satuan contoh (1
Kebun Percobaan Balai Penelitian m2). Setiap petak dikumpulkan 6
Tanaman Tembakau dan Serat satuan contoh. Telur dikumpulkan
(Balittas) Asembagus, Jawa Timur, dengan melekatkannya pada kertas
pada musim tanam 2005. Penelitian berukuran 2 cm x 3 cm dan diberi
disusun dalam rancangan petak terbagi label yang jelas. Semua telur yang
dengan dua faktor yang mem- dikumpulkan diamati tingkat para-
pengaruhi kondisi ekologi pertanaman sitisasinya dan spesies parasitoid yang
yang diulang tiga kali. Sebagai memarasit. Identifikasi parasitoid di-
perlakuan utama digunakan tiga varie- lakukan dengan kunci determinasi
tas kapas dengan tingkat ketahanan yang dikembangkan oleh Alba (1989)
yang berbeda terhadap Amrasca dan Nagarkatti dan Nagaraja (1977).
biguttulla, yaitu: 1) Varietas dengan Analis data dilakukan untuk
ketahanan tinggi (LRA 5166); 2) mengetahui pengaruh varietas dan
Varietas dengan ketahanan sedang sistem tanam serta interaksi yang ada
(Kanesia 7); dan 3) Varietas dengan dengan ANOVA dilajutkan dengan uji
ketahanan rendah (Tamcot SP 37). Beda Nyata Terkecil pada taraf nyata
Pemilihan tiga varietas yang 5%.
berbeda ketahanannya terhadap A.
biguttulla adalah karena ketiga varietas HASIL DAN PEMBAHASAN
ini mempunyai kepadatan trichom Karakter morfologi varietas
pada daun yang berbeda. Kepadatan kapas berpengaruh tehadap kepadatan
trichom yang berbeda ini berpengaruh telur H. armigera pada generasi pertama
terhadap preferensi peletakan telur H. yang diamati pada 45 hst, tetapi tidak
armigera, sehingga faktor ini dapat berpengaruh pada 75 hst (Gambar 1
menyebabkan tiga tingkat populasi A). Ngengat H. armigera lebih banyak
inang yang berbeda. Sebagai anak meletakkan telur pada tanaman kapas
petak adalah sistem tanam, yaitu: 1) varietas LRA 5166 yang karakter
Kapas monokultur; dan 2) Kapas morfologinya mempunyai trichom
tumpangsari dengan kedelai. lebih banyak (476 trichom/cm2)
Pengamatan keanekaragaman dibandingkan pada varietas Tamcot SP
parasitoid telur dilakukan dengan 37 (73 trichom/cm2) atau Kanesia 8
pengumpulan telur H. armigera pada 45 (241 trichom/cm2). Hal ini me-
hari setelah tanam (hst) dan 75 hst, nunjukkan bahwa preferensi peletakan
yaitu pada waktu populasi telur H. telur H. armigera dipengaruhi oleh
armigera pada kapas tinggi, masing- morfologi tanaman, terutama trichom

87
J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 84-93

yang merupakan medium peletakan dan persentase parasitisasi yang


telur. Semakin tinggi jumlah trichom rendah pada pertanaman kapas
per satuan luas, semakin banyak telur varietas Tamcot SP 36 memperkuat
yang diletakkan. teori density dependent factor tentang
Peletakan telur pada kapas hubungan ketergantungan antara
pada sistem tanam tumpangsari dan parasitoid dan inangnya, yaitu adanya
monokultur tidak berbeda nyata parasitisasi yang tinggi disebabkan
(Gambar 1 B). Walaupun demikian, oleh adanya populasi inang yang tinggi
penambahan vegetasi pada sistem dan sebaliknya. Persentase parasitisasi
tanam tumpangsari berpengaruh telur H. armigera generasi I pada
terhadap persentase parasitisasi telur umumnya lebih tinggi daripada pada
dan terdapat interaksi yang nyata generasi II (Tabel 2). Hal ini diduga
antara varietas LRA 5166 dengan tata karena pada generasi I tanaman kapas
tanam, yaitu pada tata tanam maupun kedelai sedang dalam masa
monokultur persentase parasitisasi pembungaan dan tersedia nektar yang
telur lebih rendah dibandingkan pada merupakan makanan utama imago
sistem tumpangsari (Tabel 2). parasitoid, sehingga menarik parasitoid
Parasitisasi telur H. armigera oleh untuk mendatangi pertanaman (host
parasitoid Trichogrammatid yang habitat location). Proses selanjutnya,
tinggi pada kapas varietas LRA 5166 yaitu setelah parasitoid telah berada

12 A 12 B
10 10
Jumlah telur/m2

8 8

6 6

4 4

2 2

0 0
45 hst 75 hst 45 hst 75 hst

T amcot SP 37 Kanesia 8 LRA 5166 Monokultur Tumpangsari

Gambar 1. Populasi telur H. armigera per m2 generasi I (45 hst) dan II (75 hst)
(rata-rata ± S.E.) pada tiga varietas kapas (A) dan pada tata tanam
monoklutur dan tumpangsari dengan kedelai (B).

88
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur

Tabel 2. Persentase parasitisasi (rata-rata ± S.E.) telur H. armigera generasi I dan II


oleh parasitoid Trichogrammatid pada tiga varietas kapas dengan sistem
tanam monokultur dan tumpangsari dengan kedelai
Varietas kapas dan sistem tanam Generasi I (45 hst) Generasi II (75 hst)

Kapas varietas Tamcot SP 37


Monokultur kapas 27,3 ± 2,5 a1 9,3 ± 2,7 a
Kapas + Kedelai 32,6 ± 2,1 b 23,1 ± 1,6 b

Kapas varietas Kanesia 8


Monokultur kapas 25,9 ± 5,5 a 8,0 ± 3,1 a
Kapas + Kedelai 22,3 ± 4,8 a 13,8 ± 0,7 b

Kapas varietas LRA 5166


Monokultur kapas 22,9 ± 3,4 a 8,6 ± 3,2 a
Kapas + Kedelai 45,2 ± 4,4 b 23,1 ± 1,6 b

Nilai % parasitisasi pada kolom yang sama untuk setiap varietas kapas yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan perbedaan tingkat parasitisasi yang nyata (P ≤ 0,05) antara
monokultur dan Kapas+kedelai berdasarkan uji F.

pada habitat inangnya, parasitoid varietas kapas dan tata tanam terhadap
tersebut akan menemukan inang (host jumlah spesies parasitoid yang
location) sesuai dengan kapasitas daya ditemukan (Tabel 2 dan Tabel 3).
carinya (host searching capacity). Pada Pada tata tanam tumpangsari, yaitu
peletakan telur generasi II, tanaman pertanaman dengan keanekaragaman
kedelai sudah memasuki pemasakan vegetasi tinggi, jumlah spesies yang
buah, jumlah nektar yang tersedia pada ditemukan lebih banyak dibandingkan
pertanaman berkurang, sehingga keter- pada pola monokultur. Keaneka-
tarikan parasitoid untuk mendatangi ragaman vegetasi yang lebih tinggi
pertanaman tersebut menurun. Selain pada pola tumpangsari berpengaruh
itu, populasi inang yang tersedia juga terhadap penyediaan sumber pakan
lebih rendah (Gambar 1 A). (nektar dan polen) yang lebih banyak
Parasitoid telur yang bagi parasitoid. Kondisi ini menarik
ditemukan ada enam spesies yang parasitoid untuk datang pada per-
meliputi dua genus (Tabel 3). Penam- tanaman tersebut (host habitat location)
bahan keanekaragaman vegetasi ber- yang selanjutnya berakibat pada
pengaruh nyata terhadap keaneka- penemuan inang (host location) dan
ragaman spesies parasitoid yang terjadi parasitisasi. Tingginya keaneka-
ditemukan pada suatu pertanaman dan ragaman parasitoid ini juga
terdapat interaksi yang nyata antara menjelaskan terjadinya parasitisasi

89
J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 84-93

Tabel 3. Keanekaragaman spesies parasitoid telur H. armigera pada kapas


monokultur dan tumpangsari dengan kedelai.
No Spesies Monokultur Tumpangsari

1. Trichogrammatoidea armigera Nagaraja + +


2. Trichogrammatoidea bactrae bactrae Nagaraja + +
3. Trichogrammatoidea bactrae fumata Nagaraja + +
4. Trichogrammatoidea guamensis Nagaraja - +
5. Trichogramma chilonis Ishii - +
6. Trichogramma chilotraeae Nagaraja + +
+ = ditemukan; - = tidak ditemukan.

yang lebih tinggi pada pola tumpang- generasi II, baik pada berbagai varietas
sari dibandingkan dengan pada pola maupun pola tanam (Gambar 2 dan
monokultur (Gambar 2B). Gambar 3). Hal ini disebabkan oleh
Varietas LRA 5166 lebih populasi inang pada generasi I lebih
disukai oleh banyak spesies parasitoid tinggi dibandingkan pada generasi II.
dibandingkan dengan varietas yang Persentase parasitisasi oleh spesies-
lain. Hal ini disebabkan karena pada spesies parasitoid telur menggambar-
varietas LRA 5166 keberadaan inang kan keanekaragaman dan aktivitas
lebih banyak dibandingkan pada masing-masing spesies karena pada
varietas lain (Gambar 1). Keter- kondisi sebaran inang yang acak
sediaan inang yang lebih banyak Trichogramma spp. akan menghindari
memberikan peluang yang tinggi multiparasitisasi (Boulétreau et al.
kepada spesies-spesies parasitoid 1991).
untuk menemukan inangnya (host Pada populasi inang generasi I,
finding), termasuk spesies-spesies parasitisasi didominasi oleh T. armigera,
parasitoid yang tidak dominan pada baik pada berbagai varietas maupun
pertanaman kapas, misalnya pada pola monokultur atau tumpang-
Trichogrammatoidea bactrae bactrae, T. sari, sedangkan pada populasi inang
bactrae fumata dan Trichogramma chilonis. generasi II, parasitisasi telur H.
Dengan demikian, faktor ke- armigera yang ditemukan didominasi
anekaragaman vegetasi dan kepadatan oleh T. chilotraeae. Hal ini diduga
inang berpengaruh dalam menarik karena daya cari (searching capasity) T.
parasitoid untuk mendatangi dan chilotraeae lebih tinggi, sehingga pada
menimbulkan mortalitas pada suatu kondisi populasi inang rendah
agroekosistem. (populasi generasi II), T. chilotraeae
Tingkat parasitisasi pada lebih mampu menemukan inangnya.
populasi telur generasi I pada umum- Dugaan ini diperjelas dengan tingkat
nya lebih tinggi dibandingkan pada parasitisasi pada sistem tanam

90
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur

monokultur dan tumpangsari pada penemuan inang oleh Trichogramma


generasi I dimana populasi inang spp. (foraging) dipengaruhi oleh
tinggi. Pada sistem tanam tumpang- kompleksitas struktur tanaman. Inang
sari, dimana struktur pertanamannya yang terdapat pada sttruktur tanaman
lebih kompleks daripada monokultur, yang sederhana lebih mudah
parasitisasi oleh T. chilotraeae lebih ditemukan dibandingkan dengan inang
tinggi, sedangkan parasitisasi oleh T. pada struktur tanaman yang lebih
armigera hampir seimbang. Proses kompleks (Gingras et al. 2003).

20 sp A sp B sp C sp D sp E sp F 20

16 16

12 12
% parasitisasi

8 8

4 4

0 0
T amcot SP Kanesia 8 LRA 5166 Tamcot SP Kanesia 8 LRA 5166
37 37
A B
Gambar 2. Persentase parasitisasi telur H. armigera generasi I (A) dan II (B) oleh
beberapa spesies parasitoid Trichogrammatid pada tiga varietas kapas
(Spesies parasitoid: A. T. armigera; B: T. guamnensis; C: T. bactrae bactrae;
D: T. chilotraeae; E: T. bactrae fumata; F: T. chilonis)

15 sp A sp B sp C sp D sp E sp F 15

12 12
% parasitisasi

9 9

6 6

3 3

0 0
Monokultur Tumpangsari Monokultur T umpangsari
A B

Gambar 3. Persentase parasitisasi telur H. armigera generasi I (A) dan II (B) oleh
beberapa spesies parasitoid Trichogrammatid pada kapas monokultur
dan tumpangsari dengan kedelai (Spesies parasitoid: A. T. armigera; B:
T. guamnensis; C: T. bactrae bactrae; D: T. chilotraeae; E: T. bactrae fumata; F:
T. chilonis)

91
J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 84-93

Implikasi dari hasil penelitian KESIMPULAN


ini dapat dikembangkan dalam sistem
1. Sistem tanam tumpangsari
pengelolaan hama. Salah satu teknik
kapas+kedelai meningkatkan
pengelolaan hama yang sekarang
keanekaragaman parasitoid telur
dikembangkan adalah penambahan
Trichogramma spp. dan
keanekaragaman tanaman dalam suatu
Trichogrammatoidea spp. serta
pertanaman atau lanskap (Altieri dan
meningkatkan persentase para-
Altieri 2004). Sistem tanam tumpang-
sitisasi hingga 24% pada generasi I
sari (intercropping) merupakan salah satu
dan 15% pada generasi II.
cara penambahan keanekarragaman.
2. Spesies parasitoid yang berasosiasi
Dari penelitian ini terbukti bahwa
pada ekosistem kapas tumpangsari
sistem tanam tumpangsari meningkat-
dengan kedelai adalah: T. armigera,
kan parasitisasi telur H. armigera yang
T. guamnensis, T. bactrae bactrae,
disebabkan oleh adanya peningkatan
T. chilotraeae, T. bactrae fumata, dan
keanekaragaman parasitoid. Peningkat-
T. chilonis. Dominasi kompleks
an keanekaragaman parasitoid ini
parasitoid yang memarasit telur H.
selanjutnya berpengaruh terhadap
armigera pada generasi I adalah T.
peningkatan mortalitas inang yang
armigera dan pada generasi II
berstatus sebagai ‘hama’. Selain oleh
adalah T. chilotraeae.
kompleks Trichogrammatid, morta-
litas telur juga dapat terjadi oleh 3. Pada ekosistem polikultur
predatornya, misalnya kumbang kapas+kedelai, kompleks para-
kubah, kepik Mirid atau semut sitoid telur dapat memberikan
(Nurindah et al. 2006). Telah dilapor- kontribusi mortalitas H. armigera
kan bahwa penambahan keaneka- yang lebih tinggi daripada pada
ragaman tanaman di sekitar tanaman ekosistem kapas monokultur.
utama dengan sorghum, tanaman
penutup tanah atau tumpangsari DAFTAR PUSTAKA
dengan tananam kacang-kacangan Adnan-Babi, Al-Nabhan M, Pintureau B. 2002.
dapat meningkatkan populasi predator A study on the effect of Trichogramma
principium releases on cotton bollworms
(Parajulee dan Slosser 1999; Tillman et and the chrysopid predator Chrysoperla
al. 2002; Mote et al. 2001). Dengan carnea in Syrian cotton fields. Arab J of
Plant Protection 20(1): 59-61.
demikian, pada kapas yang ditanam Alba M. C. 1989. Trichogrammatids in The
tumpangsari dengan kedelai peluang Phillippines. Phillipp Entomol 7(3): 252 –
271.
mortalitas H. armigera lebih tinggi
Altieri N, Altieri M. A. 2004. Agroecological
dibandingkan dengan pada mono- bases of ecological engineering for pest
kultur. management. Dalam G. M. Gurr, S. D.
Wratten dan M. A. Altieri (Eds.),
Ecological Engineering for Pest Management.

92
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur

pp: 32 – 54. Comstock Publishing ptera: Noctuidae). Biotrop Special


Associates, New York. Publication 36: 165 – 173.
Anderson AC, Yeargan KV. 1998. Influence of Nurindah. 2003. Status Helicoverpa armigera
soybean canopy closure on predator (Hübner) dan peran musuh alaminya
abundances and predation on Helicoverpa pada ekosistem kapas di Indonesia.
zea (Lepidoptera: Noctuidae) eggs. Perspektif 11 – 19.
Environ Entomol 27: 1488-1495. Nurindah, Parmono DH, Sujak. 2006. Faktor
Boulétreau M, Chassain C, Fouillet P. 1991. mortalitas biotik Helicoverpa armigera
Mutual interference and spatial (Hubner) pada kapas tumpangsari
distribution of infestations in two dengan kedelai. Prosiding Lokakarya
sympatric Trichogramma species: T. Revitalisasi Agribisnis Kapas
brassicae Bezdenko and T. cacoeciae Diintegrasikan dengan Palawija di Lahan
Marchal (Hymenoptera: Trichogram- Sawah Tadah Hujan, Lamongan 8
matidae). Biol Control 1 (2): 176-18. September 2005, p: 110 – 117. Pusat
Gingras D, Dutilleul P, Boivin G. 2003. Effect Penelitian dan Pengembangan Tanaman
of plant structure on host finding Perkebunan.
capacity of lepidopterous pests of Parajulee MN, Slosser JE. 1998. Evaluation of
crucifers by two Trichogramma potential relay strip crops for predator
parasitoids. Biol Control 27 (1): 25-31. enhancement in cotton. Proceedings.
Herlinda S. 1996. Kajian Trichogrammatoidea Beltwide Cotton Conferences, San
bactrae bactrae Nagaraja (Hymenoptera: Diego, California, USA, 5 – 9 January
Trichogrammatidae), parasitoid telur 1998, Volume 2: 1104 - 1107.
Etiella zinckenella Treitsckhe (Lepido- Reddy GVP, Manjunath M. 1999. Influence of
ptera: Pyrallidae). Tesis. Program Pasca host plants on parasitism of Helicoverpa
Sarjana, IPB, Bogor. 60p. armigera (Lepidoptera: Noctuidae) by
Krishnamoorthy A, Mani M. 1996. two egg parasitoids, Trichogramma chilonis
Biosuppression of Helicoverpa armigera and Trichogramma achaea (Hymenoptera:
(Hubn.) on tomato using two egg Trichogramma-tidae). International Pest
parasitoids, Trichogramma brasiliensis Control 41: 6, 223-225.
(Ashm.) and T. pretiosum (Riley). Entomol Scholz BCG. 1991. Evaluation and selection of
Res 20: 1, 37-41. native egg parasitoids for bollworm
Lusyana NR. 2005. Keragaman parasitid telur management in Australian cotton.
Helicoverpa armigera pada tanaman kapas Colloques-de-l'INRA, No. 56, 235-238.
(Gossypium hirsutum L.) mono-kultur dan Slosser JE, Parajulee MN, Bordovsky DG. 2000.
tumpangsari di Asembagus, Kabupaten Evaluation of food sprays and relay
Situbondo. [Skripsi]. Universitas Negeri strip crops for enhancing biological
Malang. control of bollworms and cotton aphids
Mote UN, Patil MB, Tambe AB. 2001. Role of in cotton. International J Pest Management
intercropping in population dynamics of 46: 267-275.
major pests of cotton ecosystem. Annal Tillman G, Schomberg H, Phatak S, Timper P,
Plant Protect Scien 9(1): 32 - 36. Olson D. 2002. Enhancing sustainability
Nagarkatti S, Nagaraja. 1977. Biosystematics of in cotton with reduced chemical inputs,
Trichogramma and Trichogrammatoidea cover crops, and conservation tillage.
species. Ann Rev Entomol 22: 157 – 176.
Proceedings of 25th Annual Southern
Nurindah, Bindra OS. 1988. Studies on Conservation Tillage Conference for
Trichogramma spp. (Hymenoptera:
Trichogrammatidae) in the control of Sustainable Agriculture, Auburn, AL,
Heliothis armigera (Hubner) (Lepido- USA, 24 –26 June, 2002: 366 - 368

93

You might also like