Professional Documents
Culture Documents
Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur
Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur
2, 84-93
Perhimpunan Entomologi Indonesia
ABSTRACT
84
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur
85
J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 84-93
86
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur
87
J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 84-93
12 A 12 B
10 10
Jumlah telur/m2
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
45 hst 75 hst 45 hst 75 hst
Gambar 1. Populasi telur H. armigera per m2 generasi I (45 hst) dan II (75 hst)
(rata-rata ± S.E.) pada tiga varietas kapas (A) dan pada tata tanam
monoklutur dan tumpangsari dengan kedelai (B).
88
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur
Nilai % parasitisasi pada kolom yang sama untuk setiap varietas kapas yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan perbedaan tingkat parasitisasi yang nyata (P ≤ 0,05) antara
monokultur dan Kapas+kedelai berdasarkan uji F.
pada habitat inangnya, parasitoid varietas kapas dan tata tanam terhadap
tersebut akan menemukan inang (host jumlah spesies parasitoid yang
location) sesuai dengan kapasitas daya ditemukan (Tabel 2 dan Tabel 3).
carinya (host searching capacity). Pada Pada tata tanam tumpangsari, yaitu
peletakan telur generasi II, tanaman pertanaman dengan keanekaragaman
kedelai sudah memasuki pemasakan vegetasi tinggi, jumlah spesies yang
buah, jumlah nektar yang tersedia pada ditemukan lebih banyak dibandingkan
pertanaman berkurang, sehingga keter- pada pola monokultur. Keaneka-
tarikan parasitoid untuk mendatangi ragaman vegetasi yang lebih tinggi
pertanaman tersebut menurun. Selain pada pola tumpangsari berpengaruh
itu, populasi inang yang tersedia juga terhadap penyediaan sumber pakan
lebih rendah (Gambar 1 A). (nektar dan polen) yang lebih banyak
Parasitoid telur yang bagi parasitoid. Kondisi ini menarik
ditemukan ada enam spesies yang parasitoid untuk datang pada per-
meliputi dua genus (Tabel 3). Penam- tanaman tersebut (host habitat location)
bahan keanekaragaman vegetasi ber- yang selanjutnya berakibat pada
pengaruh nyata terhadap keaneka- penemuan inang (host location) dan
ragaman spesies parasitoid yang terjadi parasitisasi. Tingginya keaneka-
ditemukan pada suatu pertanaman dan ragaman parasitoid ini juga
terdapat interaksi yang nyata antara menjelaskan terjadinya parasitisasi
89
J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 84-93
yang lebih tinggi pada pola tumpang- generasi II, baik pada berbagai varietas
sari dibandingkan dengan pada pola maupun pola tanam (Gambar 2 dan
monokultur (Gambar 2B). Gambar 3). Hal ini disebabkan oleh
Varietas LRA 5166 lebih populasi inang pada generasi I lebih
disukai oleh banyak spesies parasitoid tinggi dibandingkan pada generasi II.
dibandingkan dengan varietas yang Persentase parasitisasi oleh spesies-
lain. Hal ini disebabkan karena pada spesies parasitoid telur menggambar-
varietas LRA 5166 keberadaan inang kan keanekaragaman dan aktivitas
lebih banyak dibandingkan pada masing-masing spesies karena pada
varietas lain (Gambar 1). Keter- kondisi sebaran inang yang acak
sediaan inang yang lebih banyak Trichogramma spp. akan menghindari
memberikan peluang yang tinggi multiparasitisasi (Boulétreau et al.
kepada spesies-spesies parasitoid 1991).
untuk menemukan inangnya (host Pada populasi inang generasi I,
finding), termasuk spesies-spesies parasitisasi didominasi oleh T. armigera,
parasitoid yang tidak dominan pada baik pada berbagai varietas maupun
pertanaman kapas, misalnya pada pola monokultur atau tumpang-
Trichogrammatoidea bactrae bactrae, T. sari, sedangkan pada populasi inang
bactrae fumata dan Trichogramma chilonis. generasi II, parasitisasi telur H.
Dengan demikian, faktor ke- armigera yang ditemukan didominasi
anekaragaman vegetasi dan kepadatan oleh T. chilotraeae. Hal ini diduga
inang berpengaruh dalam menarik karena daya cari (searching capasity) T.
parasitoid untuk mendatangi dan chilotraeae lebih tinggi, sehingga pada
menimbulkan mortalitas pada suatu kondisi populasi inang rendah
agroekosistem. (populasi generasi II), T. chilotraeae
Tingkat parasitisasi pada lebih mampu menemukan inangnya.
populasi telur generasi I pada umum- Dugaan ini diperjelas dengan tingkat
nya lebih tinggi dibandingkan pada parasitisasi pada sistem tanam
90
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur
20 sp A sp B sp C sp D sp E sp F 20
16 16
12 12
% parasitisasi
8 8
4 4
0 0
T amcot SP Kanesia 8 LRA 5166 Tamcot SP Kanesia 8 LRA 5166
37 37
A B
Gambar 2. Persentase parasitisasi telur H. armigera generasi I (A) dan II (B) oleh
beberapa spesies parasitoid Trichogrammatid pada tiga varietas kapas
(Spesies parasitoid: A. T. armigera; B: T. guamnensis; C: T. bactrae bactrae;
D: T. chilotraeae; E: T. bactrae fumata; F: T. chilonis)
15 sp A sp B sp C sp D sp E sp F 15
12 12
% parasitisasi
9 9
6 6
3 3
0 0
Monokultur Tumpangsari Monokultur T umpangsari
A B
Gambar 3. Persentase parasitisasi telur H. armigera generasi I (A) dan II (B) oleh
beberapa spesies parasitoid Trichogrammatid pada kapas monokultur
dan tumpangsari dengan kedelai (Spesies parasitoid: A. T. armigera; B:
T. guamnensis; C: T. bactrae bactrae; D: T. chilotraeae; E: T. bactrae fumata; F:
T. chilonis)
91
J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 84-93
92
Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur
93