You are on page 1of 6

PGM 2010, 33(2): 148-153 Pengaruh pengolahan kedelai menjadi tempe dan pemasakan DM Utari; dkk

PENGARUH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE DAN PEMASAKAN


TEMPE TERHADAP KADAR ISOFLAVON
(EFFECTS OF SOYBEAN PROCESSING BECOMING TEMPEH AND THE
COOKING OF TEMPEH ON ISOFLAVONES LEVEL)
1 2 2 3 4
Diah M. Utari , Rimbawan , Hadi Riyadi , Muhilal , Purwantyastuti

ABSTRACT
Background: Research over the past two decades has provided significant clinical trial and
epidemiological evidence for health benefits of the consumption of soybean-based foods. A
health claim indicating that high soybean consumption is associated with a lower risk of
coronary heart disease (CHD). Compositions of nutrient and non-nutrient in soybean have
been examination and give the contribution on lower risk of CHD especially on improve of
lipid profile. Isoflavones is a non-nutrient that abundant in soybean. Tempeh is fermented
soybean that popular as Indonesian traditional food and content of isoflavones is greater than
soybean. Objective: to study effect of soybean processing becoming tempeh and the cooking
of tempeh on isoflavones level. Methods: The samples of this study is raw tempeh and
steamed tempeh. The analysis of isoflavones has used high performance liquid
chromatography (HPLC). Results: During soybean processing becoming tempeh, twice
boiling of soybean produce result isoflavones 47.4 percent greater than once boiling.
Steaming tempeh result minimized isoflavones reduction (13.3%). Although there is no dietary
recommendation for individual isoflavones, may be great benefit in increased consumption of
tempeh. [Penel Gizi Makan 2010, 33(2): 148-153]

Keywords: tempeh, processing, isoflavones

PENDAHULUAN
1,2
ndonesia sampai saat ini dihadapkan menopause. Faktor risiko PJK meliputi

I pada masalah gizi ganda; di satu sisi


masalah gizi kurang masih terjadi, tetapi
di sisi lain masalah gizi lebih dan penyakit
faktor risiko lipid (tinggi kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida, dan rendah
kolesterol HDL) serta faktor risiko non-lipid
degeneratif, seperti penyakit jantung (hipertensi, obesitas, diabetes mellitus,
koroner (PJK), diabetes mellitus, stroke, merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi,
3
aterosklerosis, dan hipertensi, mulai stres, dan obat).
meningkat. Perubahan gaya hidup yang Data epidemiologi menunjukkan
cenderung mengonsumsi makanan tinggi bahwa masyarakat di Asia yang
lemak dan garam adalah salah satu mengonsumsi kedelai lebih tinggi
penyebab masalah tersebut. dibandingkan dengan di negara barat
Prevalensi PJK di Indonesia ternyata mempunyai prevalensi PJK yang
4
meningkat dalam sepuluh tahun terakhir, lebih rendah. Konsumsi kedelai di Jepang
dari 16 persen pada tahun 1991 menjadi diperkirakan sekitar 55 g/hari, sementara di
26,4 persen pada tahun 2001. Hingga saat Amerika Serikat hanya < 5 g/hari. Pada
ini penyakit tersebut masih menjadi tahun 1998 kematian karena PJK per
penyebab kematian terbesar di Indonesia. 100.000 penduduk usia 35 hingga 74 tahun
Individu yang berisiko terhadap PJK tidak sebesar 401 pada laki-laki di Amerika
hanya pada laki-laki, juga pada perempuan Serikat, 201 pada laki-laki Jepang, 197
yang sudah memasuki masa menopause pada perempuan Amerika Serikat dan 99
4
karena terjadinya penurunan produksi pada perempuan Jepang. Adapun di
estrogen sehingga PJK pun menjadi Indonesia konsumsi kedelai diperkirakan
5
penyebab kematian utama perempuan mencapai 25 g/hr.

1 Departemen Gizi Kesmas FKM UI


2 Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB
3 Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI
4 Departemen Farmakologi FK UI

148
PGM 2010, 33(2): 148-153 Pengaruh pengolahan kedelai menjadi tempe dan pemasakan DM Utari; dkk

Kedelai merupakan komponen Proses fermentasi kedelai menjadi


penting dalam diet penduduk di wilayah tempe menyebabkan peningkatan isoflavon
Asia dan diketahui merupakan faktor total sehingga diperkirakan fungsi tempe
lingkungan yang menonjol dalam sebagai makanan fungsional, khususnya
2,6
pencegahan PJK. Hasil penelitian di efek hipokolesterolemia dan antioksidan,
berbagai populasi di banyak negara jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
11
menunjukkan bahwa kedelai menurunkan kedelai. Namun, isoflavon bersifat rentan
kolesterol plasma, triasilgliserol dan terhadap proses pengolahan dan suhu
7
glukosa darah, serta berperan sebagai selama pemasakan. Dengan pengolahan
8
antioksidan yang potensial. Efek yang tepat, baik pengolahan kedelai
hipokolesterolemia dan antioksidan menjadi tempe, maupun pengolahan tempe
tersebut setidaknya merupakan bagian dari menjadi makanan, diharapkan diperoleh
komponen dalam kedelai yang disebut kadar isoflavon tempe yang maksimal
2
isoflavon atau fitoestrogen. sehingga dapat meningkatkan potensinya
Telah diketahui selama 60 tahun bagi kesehatan, khususnya sebagai
terakhir bahwa mengganti konsumsi pencegah PJK.
makanan hewani dengan kedelai dapat
menurunkan hiperlipoproteinemia dan METODE
aterosklerosis. Dalam 10-12 tahun terakhir
Bahan
penelitian tentang hal tersebut semakin
Bahan yang digunakan adalah
meningkat dan mendalam, dan
tempe mentah dan tempe kukus (dikukus
membuktikan bahwa konsumsi kedelai
10 menit). Tempe mentah berasal dari dua
tidak saja memperbaiki beberapa aspek
produsen tempe yang berbeda proses
kesehatan, tetapi juga memperbaiki
9 pengolahannya dan dianalisis kadar
kesehatan jantung.
isoflavonnya untuk dibandingkan. Tempe
Dalam tanaman, isoflavon terdiri dari
yang mengandung isoflavon lebih tinggi
empat bentuk isomer, yaitu: aglycone
selanjutnya dikukus dan dilihat kembali
(unconjugates) dan glukosida (conjugates)
isoflavonnya untuk mengetahui perubahan
yang terdiri atas -glukosida (genistein,
kadar isoflavon.
daidzin, glycitein), aceytyl- -glucoside dan
10,11
malonyl- -glucosida.
Cara Kerja
Kedelai adalah sumber terbesar
Kandungan isoflavon tempe
isoflavon. Untuk memperbaiki kesehatan,
dianalisis di Laboratorium Bioprospeksi
konsumsi matriks protein kedelai atau
Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
kedelai bentuk utuh lebih menguntungkan
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Alat yang
dibandingkan dengan konsentrat isoflavon
12 digunakan untuk analisis adalah HPLC.
saja. Meskipun peran komponen kedelai
Prinsip prosedur analisis adalah: bahan
secara individu terhadap lemak tidak 0
diekstrak pada suhu 65 C selama 2 jam
sepenuhnya dimengerti, tetapi diperkirakan
dengan alkohol/metanol 80 persen dan
kedelai melalui protein dan isoflavonnya
dilakukan penyabunan pada temperatur
dapat mempengaruhi metabolisme hepatik
12 ruang dengan NaOH2N selama 10 menit,
dari kolesterol atau lipoprotein atau
7 kemudian reaksi penyabunan dihentikan
pengaturan reseptor LDL. Selain itu juga
dengan penambahan asam asetat glasial.
melalui aktivitas estrogenik dan antioksidan
Lalu hasil ekstrak disaring, diencerkan dan
karena, secara struktur, isoflavon mirip
13 dipusingkan. Selanjutnya bahan dianalisis
GHQJDQ -estradiol.
dengan HPLC pada kolom C18 dengan
Tempe merupakan produk olahan
fase gerak metanol air dan asam asetat,
kedelai melalui proses fermentasi dengan
lalu bahan dibaca pada panjang
penambahan Rhizopus oligosporus; 11
gelombang 260 nm.
dikenal sebagai makanan yang sangat
popular di Indonesia. Tempe dikonsumsi
HASIL
oleh lebih dari separuh penduduk di
Indonesia dan menjadi lauk yang sering Isoflavon
dikonsumsi, khususnya pada masyarakat Isoflavon merupakan komponen
kelas menengah ke bawah. Selain itu non-gizi pada tanaman dengan struktur
6,10
tempe juga mudah diproduksi, harga relatif kimia yang sangat mirip estrogen.
terjangkau, tersedia di pasar, dan mudah
dimasak.

149
PGM 2010, 33(2): 148-153 Pengaruh pengolahan kedelai menjadi tempe dan pemasakan DM Utari; dkk

Gambar 1
1
Perbandingan Struktur Kimia Estrogen dan Isoflavon

Kedelai adalah sumber terbesar


isoflavon, sedangkan tempe merupakan Perebusan Kedelai
produk olahan kedelai melalui proses Dari dua tempat pembuatan tempe
fermentasi dengan penambahan Rhizopus yang dikunjungi, keduanya melakukan
oligosporus. Selama proses pembuatan tahap pembuatan tempe yang berbeda.
tempe terjadi dua kali fermentasi, yaitu saat Produsen pertama merebus kedelai
perendaman dan saat peragian. sebanyak satu kali, yaitu di awal proses
Fermentasi akan mengubah sebagian pembuatan (sebelum pengupasan),
besar glukosida dalam kedelai menjadi sedangkan produsen kedua merebus
aglikon (aglycone) yang lebih mudah kedelai sebanyak dua kali, yaitu di awal
diserap oleh tubuh. Tinggi rendahnya (sebelum pengupasan) dan pertengahan
kisaran hasil isoflavon disebabkan karena proses (setelah mengupasan). Untuk lebih
berbagai faktor seperti: varietas kedelai, jelasnya, perbedaan metode produksi
tahap kematangan kedelai, iklim dan suhu tempe dan kadar isoflavon dapat dilihat
tempat tumbuh kedelai, kondisi tanah, cara pada Tabel 1 berikut.
bertanam, cara pengolahan tempe dan
11
prosedur pemeriksaan isoflavon.

Tabel 1
22
Variasi Produksi Tempe dan Kadar Isoflavon

Tahap Metode Produksi Tempe


I II
1 Pencucian Perebusan
2 Perebusan Perendaman
3 Perendaman Pengupasan
4 Pencucian Pencucian
5 Pengupasan Perebusan
6 Pengeringan Pendinginan
7 Peragian Pembersihan
8 Pembungkusan Peragian
9 Fermentasi Pembungkusan
10 Fermentasi
Isoflavon 19,4 mg 28,6 mg

150
PGM 2010, 33(2): 148-153 Pengaruh pengolahan kedelai menjadi tempe dan pemasakan DM Utari; dkk

Hasil analisis isoflavon menunjukkan dibandingkan dengan tempe mentah. Tabel


bahwa proses pembuatan tempe dengan 2 menunjukkan beberapa metode
dua kali perebusan kedelai menghasilkan pemasakan tempe, yaitu pengukusan
peningkatan isoflavon sebesar 9,2 mg atau (selama 10 menit), perebusan dan
47,4 persen lebih besar dibandingkan penggorengan. Terlihat bahwa isoflavon
dengan sekali perebusan. tempe kukus mengalami penurunan
terkecil (13,3%) dibandingkan dengan
Pemasakan Tempe metode pemasakan lain yang dilakukan
Metode pemasakan akan oleh peneliti terdahulu, yaitu dengan
menurunkan kadar isoflavon tempe menggoreng dan merebus.

Tabel 2
Persentase Perubahan Isoflavon Setelah Pemasakan (100 g bahan basah)

Jenis Pemasakan % Penurunan Isoflavon Setelah Pemasakan


(22)
Tempeh Kukus 13,30
(18)
Tempe Rebus 18,20
(18)
Tempe Goreng 39,15

BAHASAN lama daya-tahan simpan tempenya.


Umumnya, produsen tempe hanya
Pada dasarnya setiap produsen
melakukan satu kali perebusan kedelai
mempunyai cara pengolahan yang berbeda
dengan alasan ekonomi, yaitu untuk
meskipun mempunyai prinsip dasar yang
14 penghematan bahan bakar.
sama, yaitu persiapan dan fermentasi.
Proses fermentasi menyebabkan
Modifikasi yang dilakukan adalah lama
peningkatan isoflavon total, sehingga kadar
perendaman, frekuensi perebusan, lama
isoflavon tempe jauh lebih tinggi
perebusan, penambahan cuka, 11
dibandingkan dengan kedelai.
penggilingan, pemakaian kembali kulit ari
Pemanasan kedelai sebelum diolah
kedelai, jenis inokulum, lama fermentasi,
menjadi tempe memberi efek penetrasi ke
tipe pengemasan.
daging biji kedelai sehingga enzim D-
Perebusan pertama bertujuan agar
glukosidase tumbuh subur dan membantu
kedelai dapat menyerap air sebanyak
perubahan isoflavon terikat (glukosida)
mungkin, sehingga membuatnya lebih 16
menjadi isoflavon tidak terikat (aglikon).
lunak dan memudahkan proses fermentasi
Oleh sebab itu isoflavon yang dominan
di tahap awal. Tanpa perebusan di tahap
pada tempe adalah aglikon, sedangkan
awal, waktu perendaman yang dibutuhkan
15 produk olahan kedelai yang tidak
lebih lama, dan akan muncul bau asam.
difermentasi lebih dominan glukosida.
Proses perebusan yang kedua diperlukan
Sebagian besar absorbsi isoflavon adalah
untuk memastikan bahwa kedelai dalam
dalam bentuk aglikon, dengan tingkat
keadaan benar-benar matang dan untuk
absorbsi sebesar 20 hingga 55 persen.
membunuh bakteri bersifat kontaminan
Dibandingkan dengan bentuk isoflavon
yang hidup dan berkembang biak selama
glukosida, bentuk aglikon mempunyai
perendaman, yang mengakibatkan
manfaat kesehatan yang jauh lebih besar.
timbulnya bakteri dan lendir sehingga akan
Isoflavon relatif rentan terhadap
menghalangi proses fermentasi tahap 17
panas tinggi. Kandungan isoflavon akan
akhir. Proses perebusan kedua tersebut
semakin turun dengan peningkatan proses
banyak dilewatkan oleh produsen tempe.
pemasakan karena terjadi kerusakan atau
Selain membuat lunak, perebusan 21
pemindahan isoflavon dari bahan dasar.
juga memudahkan proses pengupasan
Oleh sebab itu dibutuhkan pemasakan
kulit ari kedelai sehingga asam laktat bisa
tempe yang tepat agar meminimalkan
masuk lebih mudah ke dalam biji kedelai
15 kehilangan isoflavon sehingga diperoleh
dan miselium tumbuh selama fermentasi.
manfaat kesehatan yang optimal. Hasil
Kedelai dengan dua kali perebusan akan
penelitian menunjukkan bahwa proses
lebih bersih, rasa tidak asam dan lebih

151
PGM 2010, 33(2): 148-153 Pengaruh pengolahan kedelai menjadi tempe dan pemasakan DM Utari; dkk

pengukusan menurunkan isoflavon terkecil 2. Bagi konsumen sebaiknya mengolah


(13,3%) dibandingkan dengan tempe dengan cara mengukus dan
penggorengan (39,15%) dan perebusan menghindari proses penggorengan.
18
(18,2%).

Manfaat Isoflavon UCAPAN TERIMAKASIH


Hasil meta-analisis terbaru ± 133
Rasa terima kasih kami sampaikan
penelitian efek flavonoid terhadap faktor
kepada seluruh pihak yang turut membantu
risiko PJK ± mengonfirmasi efek berbagai
terlaksananya penelitian ini. Penghargaan
kelas dalam flavonoid, termasuk isoflavon.
kami sampaikan kepada Laboratorium
Hasil untuk produk kedelai secara
Bioprospeksi Pusat Penelitian Biologi LIPI
sistematik menguatkan berbagai meta-
selaku laboratorium analisis isoflavon dan
analisis sebelumnya bahwa terdapat efek
kepada Dr. Mien Karmini atas masukan
kedelai dan isoflavon terhadap faktor risiko
khususnya dalam proses pembuatan
PJK, yaitu menurunkan kolesterol LDL,
tempe.
tetapi tidak berefek terhadap kenaikan
kolesterol HDL. Produk kedelai
RUJUKAN
diperkirakan dapat menurunkan 3 persen
dari semua kasus kematian dan 6 persen 1. Antonella D, Hollenbeck CB, Bruce B.
19
dari kematian karena PJK. The efects of soy-derived
Konsentrasi isoflavon dalam tubuh phytoestrogens on serum lipids and
sangat bervariasi dan individual serta lipoproteins in moderately
dikontrol oleh banyak faktor sehingga sulit hypercholesterolemic postmenopausal
untuk menentukan dosis ideal konsumsi women. J Clin Endocrinol Metab 2002;
isoflavon. Beberapa penelitian 87(1): 118-21.
merekomendasikan konsumsi isoflavon 2. Cuevas AM, Irribarra VL, Castillo OA,
20
sebesar 30-100 mg per hari. Sementara Yanez MD, Germain AM. Isolated soy
itu berbagai hasil meta-analisis lain protein improves endothelial function in
menyatakan bahwa isoflavon akan postmenopausal hypercholesterolemic
berperan dalam menurunkan kadar lipid women. Eur J Clin Nutr 2003; 57(8):
darah jika diberikan minimal 35 mg/hari 889-94.
atau kira-kira 3 potong tempe ukuran
sedang. 3. Schlenker ED, Long S, Williams SR.
Essentials of Nutrition & Diet therapy.
KESIMPULAN Ninth Edition. St. Louis: Elsevier
Mosby, 2007.
Hasil analisis isoflavon pada 4. Erdman Jr JW, Badger TM, Lampe JW,
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: Setchell KDR, Messina M. Not all soy
1. Perebusan kedelai sebanyak dua kali products are created equal: caution
saat proses pembuatan tempe needed in interpretation of research
menghasilkan isoflavon 47,4 persen results. J Nutr 2004; 134(5): 1229S-
lebih tinggi dibandingkan dengan sekali 33S.
perebusan.
5. Djanuwardi B, Silitonga C. ³Pattern of
2. Pengukusan tempe menurunkan
isoflavon paling rendah (13,3%) tempe consumption.´ In: Agranoff J,
editor. The Complete Handbook of
dibandingkan dengan proses
Tempe: The Unique Fermented
pemasakan lainnya, seperti digoreng
Soyfood of Indonesia. Singapore: The
atau direbus.
American Soybean Association, 1999.
SARAN 6. Rimbach G, Boesch-Saadatmandi C,
Frank J, Fuchs D, Wenzel U, Daniel H,
1. Bagi lembaga terkait sebaiknya secara et al. Dietary isoflavones in the
rutin membina produsen tempe agar prevention of cardiovascular disease ±
melakukan proses pembuatan tempe a molecular perspective. Food Chem
yang baik, di antaranya dengan Toxicol 2008; 46(4): 1308-19.
perebusan kedelai sebanyak dua kali
7. Anderson JW, Johnstone BM, Cook-
untuk menghasilkan isoflavon yang
maksimal. Newell ME. Meta-analysis of the effects
of soy protein intake on serum lipids.
New Engl J Med 1995; 333: 276-82.

152
PGM 2010, 33(2): 148-153 Pengaruh pengolahan kedelai menjadi tempe dan pemasakan DM Utari; dkk

8. Lichtenstein AH. Soy protein, 16. Pawiroharsono S. ³Microbiological


isoflavones and cardiovascular disease aspects of tempe.´ In: Agranoff J,
risk. J Nutr 1998; 128(10): 1589-92. editor. The Complete Handbook of
9. Clarkson TB. Soy, soy phytoestrogens Tempe: The Unique Fermented Soy
and cardiovascular disease. J Nutr Food of Indonesia. Singapore: The
2002; 132: 566S-69S. American Soybean Association, 1999.
10. Setchell KDR, Adlercreuts H. 17. Tsukamoto C, Shimada S, Igata K,
³Mammalian lignans and Kudou S, Kokubun M, Okubo K, et al.
phytoestrogens: Recent studies on Factors affecting isoflavone content in
their formation, metabolism and soybean seed: changes in isoflavones,
biological role in health and disease.´ saponins, and composition of fatty
In: IR Rowland, editor. Role of the Gut acids at different temperatures during
Flora in Toxicity and Cancer. London: seed development. J Agric Food
Academic Press, 1998: pp. 315-45. Chem, 1995; 43: 1184-92.
11. Wang H, Murphy PA. Isoflavone 18. Suarsana IN. Aktivitas hipoglikemik
content in commercial soybean foods. dan antioksidatif ekstrak metanol
J Agric Food Chem 1994; 42: 1666-73. tempe pada tikus diabetes. Disertasi.
Bogor: Program Studi Sains Veteriner
12. Potter SM. Overview of proposed
Sekolah Pascasarjana IPB, 2009.
mechanisms for the
hypocholesterolemic effect of soy. J 19. Hopper L, Kroon PA, Rimm EB, Cohn
Nutr 1995; 125(3 suppl): 606S-11S. JS, Harvey I, Cornu KAL, et al.
Flavonoids, flavonoid-rich foods, and
13. Tham D, Gardner C, Haskell W.
cardiovascular risk: a Meta-analysis of
Potential health benefits of dietary
randomized controlled trials. Am J Clin
phytoestrogens: a review of the
Nutr 2008; 88(1): 38-50.
clinical, epidemiological, and
mechanistic evidence. J Clin 20. Messina M, Messina V. Soy protein
Endocrinol Metab 1998; 83: 2223-35. and isoflavone intakes for healthy
adults: rationale. Nutr Today 2003; 38:
14. Astuti M. ³Superoxide dismutase in
100-9.
tempe: an antioxidant enzyme, and its
implication on health and disease.´ In: 21. Dewell A, Hollenbeck PLW, Hollenbeck
Proceedings International Tempe CB. A critical evaluation of the role of
Symposium July 13-15 1997. soy protein and isoflavone
Reinventing the Hidden Miracle of supplementation in the control of
Tempe. Jakarta: Indonesian Tempe plasma cholesterol concentrations. J
Foundation, 1997. Clin Endocrinol Metab 2006; 91(3):
772-80.
15. Hermana, Karmini M. ³The
development of tempe technology.´ In: 22. Utari DM. Hasil analisis zat gizi dan
Agranoff J, editor. The Complete non-gizi tempe. Tidak dipublikasi.
Handbook of Tempe: The Unique Bogor: Departemen GM FEMA IPB,
Fermented Soyfood of Indonesia. 2009.
Singapore: The American Soybean
Association, 1999: p.80-92.

153

You might also like