Professional Documents
Culture Documents
Sintesis Tetrapeptida Linear (DPAP) Menggunakan Metode Sintesis Peptida Fasa Padat (SPPS)
Dan Aktivitas Insektisidanya Terhadap Ulat Krop Kubis
Synthesis of A Linear Tetrapeptide (DPAP) Using Solid Phase Peptide Synthesis (SPPS) Methode
and Insecticidal Activity Toward Cabbage Cluster Caterpillar
Eka Fitri Yanti1,2, Rani Maharani3*
1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bondowoso, Jl. Diponegoro No.247 Bondowoso
2
Program studi Studi Farmasi Stikes Harapan Bangsa Jember, Jl. Slamet Riyadi No.64 Patrang-Jember
3
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang
KM.21, Jatinangor
*
Corresponding Author: r.maharani@unpad.ac.id
Ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana) merupakan salah satu hama yang dapat
menurunkan produksi kubis di Indonesia. Salah satu upaya pengendalian hama ulat
krop kubis adalah penggunaan bayrusil. Namun hal ini memiliki dampak negatif yaitu
dapat menimbulkan pencemaran udara, gangguan kesehatan dan residu pada produk
pangan. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak tersebut adalah penggunaan
insektisida yang ramah lingkungan seperti insektisida golongan peptida. Tripsin-
modulating oostatic factor (TMOF) dan analog merupakan salah satu peptida yang
memiliki aktivitas insektisida. Tujuan dari penelitian ini adalah menyintesis linear
tetrapeptida (DPAP) yang merupakan analog dari TMOF serta menguji aktivitas
insektisida terhadap ulat krop kubis. DPAP telah berhasil disintesis menggunakan
metode sintesis peptida fasa padat pada resin 2-klorotritilklorida. Dalam sintesis DPAP
digunakan strategi gugus pelindung Fmoc dan kombinasi DIC/Okxima sebagai reagen
kopling. Pelepasan peptida dari resin menggunakan TFA:air:EDT (90:5:5), dimana
peptida di murnikan menggunakan metode kromatografi kolom terbalik dan
dikarakterisasi dengan spektroscopi TOF ES-MS.
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 6
Eka Fitri Yanti dkk. Indo. J. Chem. Res., 8(1), 6-4, 2020
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 7
Eka Fitri Yanti dkk. Indo. J. Chem. Res., 8(1), 6-4, 2020
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 8
Eka Fitri Yanti dkk. Indo. J. Chem. Res., 8(1), 6-4, 2020
Gambar 2. Reaksi pengikatan asam amino prolin sebagai ujung terminal C ke resin 2-klorotritil
klorida (Chan dan White, 2000; Maharani dan Yanti, 2016)
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 9
Eka Fitri Yanti dkk. Indo. J. Chem. Res., 8(1), 6-4, 2020
Gambar 3. Reaksi pelepasan gugus Fmoc dari asam amino sehingga membentuk gugus amino bebas
(Chan dan White, 2000).
Reaksi pengikatan asam amino pada resin (254 nm). Hal ini dikarenakan gugus pelindung Fmoc
dilakukan selama 4 jam. Hal ini bertujuan untuk memiliki dua cincin benzena dengan elektron π yang
memaksimalkan pengikatan asam amino pada resin. terdelokalisasi diantara kedua cincin benzena tersebut.
Tahap selanjutnya adalah menambahkan metanol, Delokalisasi elektron π menyebabkan gugus
yang bertujuan untuk menutup gugus aktif resin yang pelindung Fmoc berpendar di bawah sinar UV (254
belum berikatan dengan asam amino dengan gugus nm).
metoksi. Pengikatan gugus metoksi ini bertujuan agar
asam amino selanjutnya tidak terikat pada gugus aktif Penyusunan Peptida Linear
resin yang masih tersisa, melainkan perpanjangan Penyusunan rantai peptida menggunakan
rantai peptida pada asam amino prolin yang telah kombinasi reagen kopling DIC/oksima. Penggunaan
terikat pada resin. reagen kopling DIC/oksima dipilih karena memiliki
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 10
Eka Fitri Yanti dkk. Indo. J. Chem. Res., 8(1), 6-4, 2020
pada uji KLT kesempurnaan reaksi ditandai dengan Senyawa tetrapeptida dilepaskan dari resin
munculnya noda pada panjang gelombang 254 nm menggunakan 10 mL campuran TFA : air : EDT
yang berasal dari gugus pelindung Fmoc dari asam (90:5:5) dalam diklorometana selama 45 menit.
amino kedua. Hasil identifikasi uji kloranil dan KLT Lepasnya peptida dari resin ditandai dengan
yang saling mendukung menunjukkan reaksi kopling berubahnya warna resin menjadi merah terang. Filtrat
sudah sempurna. Langkah selanjutnya adalah yang diperoleh disaring dan dipekatkan, sehingga
deproteksi Fmoc menggunakan piperidin 20% dalam didapatkan krud sebanyak 205 mg. Selanjutnya,
DMF. sampling sedikit krud dari peptida untuk dilakukan uji
Gambar 4. Skema sintesis DPAP (a) 25% piperidin dalam DMF, 30 menit (b) (1) Fmoc-Pro, DIC/oksima,
DMF (2) 25% piperidin dalam DMF, 30 menit (c) (1) Fmoc-Ala, DIC/oksima, DMF (2) 25% piperidin
dalam DMF, 30 menit (d) Fmoc-Asp, DIC/oksima, DMF (2) 25% piperidin dalam DMF, 30 menit (e)
TFA:air:EDT (90:5:5)
Penambahan dua asam amino selanjutnya KLT yang bertujuan kemurnian peptida yang
dilakukan dengan tahapan reaksi yang sama dengan dihasilkan.
sebelumnya (kopling dan deproteksi Fmoc). Skema Hasil uji KLT menunjukkan banyaknya noda
sintesis senyawa tetrapeptida DPAP secara lengkap sehingga menunjukkan senyawa peptida belum murni,
ditunjukkan pada Gambar 4. sehingga dilakukan pemurnian menggunakan
kromatografi fasa terbalik dengan ODS (oktadesil)
Pelepasan Peptida Dari Gugus Samping dan Resin
yang bersifat non polar. Penggunakan kromatografi
Sebelum pelepasan peptida dari resin, dilakukan fasa terbalik karena peptida yang memiliki banyak
sampling resin-Pro-Ala-Pro-Asp-NH ditambahkan gugus polar berpotensi membentuk ikatan hidrogen
beberapa tetes TFA : air : EDT (90:5:5) dalam dengan gugus silanol pada silika gel dan terbentuk
diklorometana. Kemudian larutan dianalisis ekor yang lebar, sehingga peptida akan sulit terpisah
menggunakan TOF ES-MS yang memberikan puncak dari pengotornya.
ion molekul senyawa DPAP [M+H]+ pada 399,0171. Oleh sebab itu digunakan ODS yang merupakan
Adanya puncak senyawa DPAP menunjukkan sintesis gugus non polar (C18). Pada struktur ODS masih
berhasil sehingga peptida siap untuk dilepaskan dari memiliki gugus SiO yang berpotensi berikatan
resin. hidrogen dengan peptida. Namun dalam hal ini
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 11
Eka Fitri Yanti dkk. Indo. J. Chem. Res., 8(1), 6-4, 2020
ditambahkan TFA pada eluen yang bertujuan untuk senyawa tetrapeptida PADY. Kedua senyawa
memprotonasi gugus silan sehingga menekan adanya tetrapeptida ini hanya memiliki satu asam amino yang
ikatan hidrogen (Chan dan White, 2000). berbeda yaitu tirosin pada PADY digantikan dengan
prolin pada DPAP. Pada sintesis PADY menunjukkan
adanya puncak ion molekul [M+H]+ pada 465,1917
dan [M+Na]+ 487,1471 (Sumiarsa dkk., 2019).
Dengan demikian, hasil karakterisasi spektroskopi
massa telah dapat memastikan bahwa senyawa target
(DPAP) telah berhasil disintesis menggunakan
metode SPPS dengan rendemen 10,85%.
Senyawa peptida H-Pro-Ala-Pro-Asp-NH murni
kemudian dilakukan uji hayati terhadap ulat krop
kubis (C. pavonana). Konsentrasi senyawa peptida
Gambar 5. Hasil uji KLT dengan ODS dari DPAP yang digunakan adalah 1000 ppm dengan dosis 200
µL yang dioleskan pada daun kubis berukuran 4x4
Peptida hasil pemurnian selanjutnya diuji KLT cm. Observasi dilakukan selama 48 jam hingga larva
menunjukkan adanya satu noda yang berarti peptida mencapai instar ke 4. Persentasi mortalitas
telah murni (Gambar 5). Senyawa peptida murni yang penghambatan pertumbuhan ulat krop kubis oleh
didapatkan berupa serbuk putih dengan berat 86,4 mg. senyawa peptida sebesar 13,33% (Tabel 1). Hasil ini
Peptida murni tersebut selanjutnya di analisis menunjukkan bahwa senyawa peptida H-Pro-Ala-Pro-
menggunakan TOF ES-MS, larutan dianalisis Asp-NH tidak efektif dalam mengontrol dan
menggunakan TOF ES-MS yang memberikan puncak menghambat pertumbuhan ulat krop kubis (C.
ion molekul [M+H]+ pada 399,0171 (Gambar 6). Data pavonana).
tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 12
Eka Fitri Yanti dkk. Indo. J. Chem. Res., 8(1), 6-4, 2020
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 13
Eka Fitri Yanti dkk. Indo. J. Chem. Res., 8(1), 6-4, 2020
Uhan, T. S., 2007. Efikasi Ekstrak Kasar Baculovirus Walker, J. M., and Rapley, R., 2008. Molecular
Crocildolomia Pavonana terhadap Ulat Krop Biomethods Handbook, 2nd Edition. Humana
Kubis di Rumah Kaca, Hort, 17 (3), 253-260. Press. Totowa.
DOI: 10.30598//ijcr.2020.8-eka 14