You are on page 1of 77
VISANOQNI IG NVONVEYANAd IVdVMSVIN NEM ptsintey ai Tap, Talis NVONNGNITdAad ne Weta Faure’ PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN MASKAPAI PENERBANGAN DI INDONESIA Drs. Ali Amran, SH, MH Dr. Yulfasni. SH. MH Dr. Wetria Fauzi, SH. MH ‘Andalusia. SH.MH a lala 7 HR PERLINDUNGAN HUKUM ISUMEN MASKAPAI KON INERBANGAN DI INDONESIA Penulis + Drs.Ali Amran.SH.MH DrYulfasniSH.MH DrWetria Fauzi SH.MH Andalusia SH.MH Desain Sampul :Syamsul Hidayat ‘Tata Letak - Syamsul Hidayat - Safriyani - Dyans Fahrezionaldo -Ikhsanul Anwar ISBN + 978-602-6953-47-6 Ukuran Buku =: 185x230mm Hak Cipta Pada Penulis rik tion: ance it No. 1, Padang 251 rie oo ak ciptadiindungt Undang-Undang. ' Dilarang menguti stay memperbanyaksebahagian atau seluruh ree gk tanpa zi errs dari penerbit PRAKARTA Pujf dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat, karunia dan hhidayah-Nya, dapat “menyelesaikan penulisan Buku Ajar ini, dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Maskapai Penerbangan Di Indonesia *. Buku Ajar ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu Perlindungan konsumen dan_pengangkutan udara di indonesia,. Dapat membantu mahasiswa dalam memahami hukum perlindungan konsumen ‘ni. Secara umum dapat bermanfaat secara luar bagi pembaca, Kritik dan saran yang membangun bagi kelengkapan buku ajar ini. Akhimmya penyusun mengucapkan_terimakasth yang tak terhingga kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan buku Ajar Hulu Perlindungan Konsumen dalam hal pengangkutan udara int Penulis DAFTAR IST PIaKaFt& seem Daftar Ist = v A. Arti Penting Transportasi Udara dan kaitannya dengan Halchak Konsumen Maskapai Penerbangattewssmworn. 2 B. Karakteristik KinerjaTransportasi Udara. 6 . Pertanyaan dan Tugas.... 9 BAB Il. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen 10 ‘A. Hukum Perlindungan Konsumen 10 B, Tyjuan Perlindungan Konsumen senewnnnnn 2B . Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha... 14 D, Asas-asas Perlindungan konsumen .. 16 E, Sejarah perlindungan konsumen .. 18 B Pertanyaan dan Tugas 23 BAB Il, Tinjauan Tentang Pengangkutan dan Angkutan Udara 24 ‘A. Pengertian Hukum Pengangkutan m B, Syarat Sah Perjanjian Pengangkutan 28 Kedudukan Hulaum penumpang Angkutan Umum 29 D. Ketentuan tentang Anghutan Udara 34 E, Subjek dan Objek Pengangkutan Udara 4 F. Syarat Pendirian Maskapal Penerbangan a G. Bandar Udara m7 “ H, Pelayanan jasa Bandara ae 9 1. Otoritas dan Tanggung Jawab Pengelola Bandara 33 J. Pertanyaan Dan Tugas.. 58 BABIV, Pengawasan Pemerintah Terhadap Masakapai Penerbangan di Indonesia..wnn ier S8 A, Permasalahan Tethadap Angkutan Udara di Indonesia 59 B, Peranan Pemerintah dalam Melindungi Konsumen Masakapai Penerbangan . Pengawasan D. Tugas pokok Direktorat Angkutan Udara E. Fungsi Direktorat Anglaitan Udara = 7, F._Pertanyaan Dan Tugas... ‘A, Prinsip dan Tanggung Jawab Dalam hukum Penganghutan swennnvneonnmnntnnennnnnnnn 7” B, Tanggung Jawab masakapai Penerbanga 87 . Pertanyaan dan Tugas _ 112 BAB VI. Penyelesaian Sengketa Konsumen Maskapai Penerbangan Di Indonesia .. 13 BAB VIL. Konsep Perlindungan Konsumen Maskapai penerbangan .. » 118 BAB VIII, Asuransi Udara.. 127 ‘A, Pengertian Perjanjian Asuransi Dalam Pengangkutran Udara Eee es 130 B, Sumber serta dasar hukum Asuransi Udara .. 133 C. Subjek Hukum dan Asuransi Udara 134 D. Macam-macam Asuransi udara 135 E, Pengecualian Terhadap Kerugian . 139 F. Peraturan dan Pembayaran Ganti Rugi - 140 G. Pertanyaan Dan TUg8Swenenseennnnennnn sone VAL DAFTAR KEPUSTAKAAN BABI PENDAHULUAN ‘TUJUAN PEMBELAJARAN 3. Mahasiswa mampu menjelaskan Arti penting transportasi udara 2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai kaitan transportasi udara dengan halchak konsumen maskapai penerbangan 3. Mahasiswa mampu menjelaskan Kharakteristik kine! transportasi udara ene 4. mengenaiAsas-Asas perlindungan Konsumen perlindungan Konsumen PETUNJUK PEMBELAJARAN 2, Sebelum mempelajari isi Bab pembelajaran 2, Pelajart isi Bab ini dengan cermat 3. Diskusikan dengan teman-teman saudara feman saudara permasalahan yan; belum dimengert dan apabila masih menemul kes dg eraguan diskusikan dengan dosen pengajar. 4, Evaluasi kemampuan saudara dengan mengerjakan soal-soal Jatinan dan tugas yang telah disediakan, en S03 808 Dan sejarah i, baca terlebih dahuly tujuan Gambar 1 Sumber : Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan) 2 A. Arti Penting Transportasi Udara dan Kaitannya dengan Halchak Konsumen Maskapai Penerbangan ‘Transportasi pada kenyataannya merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan pokok yang akan menjamin jalannya kehidupan manusia, Melalui sarana transportasi manusia bisa memenuhi kebutuhan pokoknya yang tidak terdapat di sekitar daerah tempat tinggalnya mmelainkan hanya terletak jauh dari tempat tinggalnya dan tidak bisa di tempuh dengan berjaian kaki. Sehingga secara tidak langsung transportasi merupakan sarana pengintegrasian penduduk antar wilayah di suatu negara. Sarana transportasi mencakup transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara balk pribadi maupun lumum sesuai dengan hak Kepemilikannya. Di Indonesia sendiri ketiga cakupan transportasi boleh dikatakan sangat mendukung karena Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan yang antar pulaunya dibatasi oleh lautan. Pada prakteknya di lapangan dapat kita amati bahwa transportasi bisa juga mencerminkan kondisi sosial suatu masyarakat. Pola pergerakan manusia juga merupakan salah satu cerminan kondisi sosial suatu masyarakat. Dalam waktu- ‘waktu tertentu penduduk Indonesia melakukan pergerakan secara bersamaan dengan menggunakan sarana transportasi publik. Salah satu contoh dari kasus tersebut adalah fenomena mudik Lebaran. Fenomena menarik di masyarakat ini bisa kita rasakan setiap tahun menjelang Lebaran. Sebagian masyarakat desa yang bekerja di kota- kota besar akan menjalankan ritual tahunan berupa mudik ke tempat asalnya, Kerinduan tethadap daerah tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan, einginan bersilaturahmi. serta berkumpul bersama saudara, serta keinginan untuk menunjukkan keberhasilannya setelah hhidup di kota kepada tetangga sekitar tempat tinggalnya di desa ‘menjadi faktor pendorong dan alasan bagi warga masyarakat untuk pulangkampungkelahirannya, Aktivitas kembali ketanah kalahirannya terutama pada saat hari besar merupakan perhelatan akbar tahunan yang diselenggarakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya ‘masyarakatsaja yangharus bekerja keras demi mewujudkan keinginan mereka, tetapi pemerintah juga harus tkut mendukung dalam kegiatan itu dengan menyediakan sarana transportasi publik yang nyaman dan ‘memadai kapasitasnya. Salah satu alat transportasi adalah angkutan dara 1 apetrtapyoy werds.coms201001/tpetingor-canparanan pemerntah-- lnmrporast nde ass OO/SC18 Jum 64 3 Sejalan dengan perkembangan teknologi industri transportasi sag sai nascent eos uod jsBury Yep undpjsou ‘efusasye seveqian eSues eiepn yseyodsued, ‘yseuiodsuen mens ueSuep yjeyaa Sued epous yerun{ uep pout weBu -eduute| yseqioduesy epout ‘ueySurpueqip redoo yiqal Hey ynIndas eBBujY ueVeds0a4 mes Hep Ujgal esIq weBuEGiOUEd ysuoNyoAy jefeqas uey|stuyepip epow wedeySusjay 10 BABI ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN ‘TUJUAN PEMBELAJARAN 41. Mahasiswa _mampu menjelaskan Hakikat Perlindungan Konsumen 2. Mahasiswa _mampu menjelaskan mengenai Tujuan Perlindungan Konsurmen 3. Mahasiswa_mampu menjelaskan Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha . . Mahasiswa _mampu_ menjelaskan mengenai Asas-Asas * Derlindungan“Konsumen Dan" searahpesindungan Konsumen PETUNJUK PEMBELAJARAN 1 Sebelum mempelajart isi Bab int, baca terlebih dahulu tujuan pembelajaran. 2, Pelajari isi Bab ini dengan cermat. 3. Diskusikan dengan teman-teman saudara permasalahan yang belum dimengerti dan apabila masth menemui kesulitan dan keraguan diskusikan dengan dosen pengajar. 4, Evaluasi kemampuan saudara dengan mengerjakan soal-soal letihan dan tugas yang telah disediakan. ‘A. Hakikat Perlindungan Konsumen ‘Terkait dengan perlindungan hukum, Soedikno Mertokusumo menyatakan: alam fungsinya sebagal perlindungan kepentingan manusia hhulum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapal. Adapun tujuan pokok hukum adalah fenciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan ‘epentingan manusia akan terlindungi, Dalam mencapal tujuannya itu hhukum bertugasmembagihak da kewajiban antar perorangandidalam. masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecaahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hulum.* “77 Badno aevoeremo,megeal an as pengantr, ey, Yop Nn 71 n Secara teoritis, bentuk perlindungan hukum dibagi menjadi dua bentuk yaitu®: 1. Perlindungan yang bersifat preventif 2, Perlindungan yang bersifat refresif Perlindungan hukum yang refresif berfungsi untuk ‘menyelesaikan sengketa, Didalam pengaturan perundang-undangan telah ditentukan bentuk-bentuk perlindungan yang diberikan kepada ‘masyarakat atas Kesewenang-wenangan dari pihak lain, baik itu enguasa, pengusaha, maupun orang-orangyangmempunyaiekonomi lebih baik dari pihak korban, Pada prinsipnya, perlindungan hukum terhadap pibak yang lemah selalu dikaitkan dengan perlindungan terhadap hak-hak pihak yang lemah. Subyek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa.Istilah “orang” sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurlijke person atau termasuk juga badan hhukum (recht person). Menurut Az. Nasution, orang yang dimaksudkan ‘adalah orang alami bukanlah badan hukum. Sebab yang memakal, menggunakan dan/atau memanfaatkan barang dan/atau jasa untuk ‘kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhlukhidup lain ‘tidak untuk diperdagangkan hanyalah orang alami atau manusia* Pengertian konsumen dapat diartikan “Setiap orang, pada suatu ‘waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apa pun pasti menjadi konsumen untuk suatu produkbarang atau jasa tertentu"s* ‘Az. Nasution dalam bukunya menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yaitu:!” 4 Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang ddan/atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu, .b. Konsamen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barangdan/ataujasauntukdigunakandengantujuanmembuat bbarang dan/atau jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan, komersial 13 Pils Madan ti. 264 14 Bin 265, 35 Abdul Halim Barktullah,Fukum Perlindungan Konsumen Kajion Teritis dan Perkembangan Pemitiran, (Bandung : Nusa Media, 2008), ha.10, 16 Colne Te Sv Kise um Peindingan Kens. are: Sar ric 209, tm $ 17 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Penganar, Dadi Med, ‘ilar, 200283 2 © Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (non komersial). Pasal 1 angka 2 Undang - undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, memberikan defenisi konsumen sebagai berikut :“Konsumen adalah Setiap orang pemakal barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan’. Pihak yang dilindungi oleh Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) adalah konsumen akhir karena onsumen akhir merupakan pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk.Istilah lain yang erat kaitannya dalam perlindungan konsumen adalah benda, Benda adalah setiap benda yang berwujud, bend bergerak atau tidak bergerak, benda yang dapat dihabiskan atau tidak dapat dihabiskan, benda yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Dalam hukum perlindungan konsumen kadang-kadang digunakan istilah produk, yang meliputi barang dan jasa. Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK), Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Istilah lain yang yang tidak kalah pentingnya dalam perlindungan konsumen adalah pelalu usaha. Yang dimaksud dengan pelaku uusaha adalah setiap orang-perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hokum maupun bukan badan hokum yang didirikan atau berkedudukan atau melakulan kegiatan dalam wilayah hukum Negara republic Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama ‘melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bedang ekonomi. Selanjutnya yang patut diperhatikan dalam perlindungan onsumen adalah pengertian perlindungan itu sendiri. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Perlindungan Konsumen adalah upaya yang menjamin adanya xepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Pengertian perlindungan konsumen dalam rumusan diatas dianggap cukup memadai, kalimat yang menyatakan segala upaya yang ‘menjamin adanya Kepastian hukum diharapkan sebagai benteng 13 untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan elaku usaha hanya untuk kepentingan perlindungan konsumen. 8, Tujuan Perlindungan Konsumen Tujuan perlindungan konsumen pada dasarnya_merupakan sasaran ake yang harus Aleapal Menurut Pasal 3 Undangundang indungan Konsumen (UUPK) perlindungan Konsumen it bertujuan untuk i oo : a) Meningkatkankan kesadaran, kemapuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dri b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari aspek negative pemakaian barang/jasa ©) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memili ‘menentukan, menuntut hak haknya sebagai konsumen 4) Menciptakan system —perlindungan _konsumenyang mengandung unsure kepastian hokum dan keterbukaan {nformast serta akses untuk mendapatkan informasi ¢) Menumbubkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dn bertanggung jawab dalam berusaha ) Meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang atau jasa, kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan konsumen, Pasal 3 Undang-undang perlindungan konsumen ini, ‘merupukan isi penbagunan nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 sebelumnya, Karena tujuan perlindungan konsumen yang ada itu merupaka sasaran alchir yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembagunan dibidang konsumen, Janus Sidabalok mengemukakan 4 (empat) alasan_pokok konsumen harus dilindungl, yaitu:!*Melindungi konsumen ‘sama artinya dengan melindungi seluruh bangsa sebagaimana diamanatkan ‘oleh tujuan pembangunan nasional menurut UD RI 1945;, a. Melindungi konsumen perluuntukmenghindarkankonsumen dari dampak negatif penggunaan teknologi; . Melindungi konsumen perlu untuk melahirkan manusia- manusia yang sehat rohani dan jasmani sebagai pelalcu- 18 Janus Sidabalok, Hukum Perlndungon Kontumen di Indonesia Cir ‘a 20g. Le bs came 4 pelaku pembangunan, yang berarti juga untuk menjaga kesinambungan pembangunan nasional; . Melindungi konsumen perlu untuk menjamin sumber dana pembangunan yang bersumber dari masyarakat konsumen. © Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha Menurut Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) uuang merupakan hak konsumen adalah: 4) hak atas Kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsimsi barang dan jasa ») hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi seta jaminan yang dijanjikan ‘hak atas informast yang benar, jelas dan jujur mengenal kkondisi dan jaminan barang dan jasa 4) hak untuk didengar pendapat atau keluhannya atas barang dan jasa yang digunakan ) hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya Penyelesalan sengketa perlindungan konsumen secara patut f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen 8) hak untuk diperlakukan atau dilayani secar benar dan jujur serta tidak dislaiminatif| hh) hak untuk memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau enggantian apabila barang atau jaca yang diterima tidk. sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya 4) hal-hak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan Iainnya Kewajiban konsumen adalah: 1) membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; 2) beritikad batk dalam melakukan transaksi pembetian barang dan/atau jas 3) membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; 15 44) mengikutiupaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen, Hak dan kewajiban pela usaha / pengusaha Hak dan kewajban pelaku usaha / pengusaa ditur dalam pasal 6 dan 7 UU No.8 / 1999. ce Hak pelaku usaha adalah: 1. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kkesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/ atau jasa yang diperdagangkar 2 hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; 3. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; 4. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh bbarang dan/atau jasa yang diperdagangkan; 5. halchak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya, Kewajiban pelalu usaha adalah: 1. beritikad batk dalam melakukan kegiatan usahanya; 2, memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi Penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; 3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan Jujur serta tidak diskriminati 4, menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/ atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku; ‘5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,dan/ atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan; 6. member! kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas keerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan bbarang dan/atau jasa yang diperdagangkan; 16 7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau_penggantian apabila barang dan /atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. D.Asas-Asas Perlindungan Konsumen ‘Asas perlindungan konsumen yang tertuang dalam Pasal 2 Undang- ‘Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen : ‘a. Asas Manfaat; mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan ini harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan », Asas Keadilan; partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan ‘secara_maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil Asas Keseimbangan; memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materi ataupun spiritual; 4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen; memberikan Jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan; fe. Asas Kepastian Hukum; baik pelaku usaha_maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keaditan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara enjamin kepastian hukum. Pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen, tujuan dari Perlindungan Konsumen adalah : 1, Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian + Konsumen untuk melindungi diri; 2. Mengangkat harkat dan martabat Konsumen dengan cara ‘menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang . ddan/atau jasa 3. Meningkatkan pemberdayaan Konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai Konsumen ; Men ciptakan sistem perlindungan Konsumen yang. “ Meneandung unsurkepastian‘huum dan Keterbukaat informasi serta akses untuk mendapatkan informasi 7 5. Menumbuhkan kesadaran pelalauusaha mengenai pentingnya Perlindungan Konsumen sehingga tumbuh sikap yang juju dan bertanggungjawab dalam berusaha; 6 Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang ‘menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, Kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan Konsumen. ‘+ Zen Umar Purba mengemukakan kerangka umum tentang sendi-sendi pokok pengaturan perlindungan konsumen yaitu sebagai berikut: 1. Kesederajatan antara konsumen dan pelaku usaha ; . Konsumen mempunyai hak; Pelaku usaha mempunyai kewajiban ; Pengaturan tentang perlindungan konsumen berkontribusi pada pembangunan nasional Perlindungan konsumen dalam iklim bisnis yang sehat ; Keterbukaan dalam promosi barang atau jasa ; Pemerintah peru berperan aktif Masyarakat juga perlu berperan serta Perlindungan konsumen memerlukan terobosan ukum dalam berbagai bidang ; 10. Konsep perlindungan konsumen memerlukan pembinaan sikap. Sebagai sebuah _perusahaan, sudah__sewajarnya apabila perusahaan memperoleh keuntungan dari hasil melaleukan kegiatan bisnisnya, Salah satu alasan bagi pelaku usaha membentuk suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tidak ada yang salah dengan konsep tersebut, yang inenjadi salah adalah apabila pelaku usaha berusaha untuk ‘memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara yang, curang sehingga dapat merugikan konsumen, Perlindungan konsumen ai Indonesia malai dikenal pada tahun 1999, dimana jika dilihat dari sejarah hukum Indonesia, masa 1998-1999 merupakan masa yang paling banyak menerbitkan Undang ~ Undang. Salah satu Undang © Undang yang diterbitkan adalah Undang - Undang no 8 tahun 1999 ‘mengenal Perlindungan Konsumen (UUPK). Dalam UUPK tersebut telah diatur mengenai hak dan kewajiban baik dari konsumen maupun hey yexan sen e1e2as ueyteduesip uauinsuoy ueSunpuypiod uesede8 na eyn2y “EL6T 1 WeINA eped (TyTA) eIsoUOpUT UaWINsUOy eBequiEy HeseAeR eAuysipioq weBuep repuenip Tur [eH “We-0Z6T apeyap eped Ipelion femur neq e\souopuy 1p uaumsuoy ueRUMpuILiod yelesey “(6261 unyea) soy Jownsuoy ayy, {PUPLIEYL (@Z6T UNYeR) I>y suteyY roUINSUOD ay zeIeNSMY “(Bz6T lunyea) 19y wonewoya] Jownsuoy ays zerpue “{azéT unter) a>y WonDeio1g soumsuoy ayy, seIpueULY “SZ6t un, ‘GOy auaUIoInbay Aajes pue uondyssseq apeiy) uondaioud sownsucy at, :emndeBulg (rz6t unyer) roy uawpuemy uoMDaeag sounsuoD 34L Hep DY WonDae1g Joumsuoy ays, epeuEy “TZ6T unYe eped uouISpuEUeIp Bueé ‘061 unyer Toy WonDen04g AawNsHOD ay 113BUI [goer UNYER) 2Y reawaurepung uorosiosg seunsuey au Suedo{ “eer unyer Me] (euesno7) uonsaarg iouinsuoy pur seanveld apes. stun ‘0Z6T ep 6961 unye eped uewopuewterp uejpnuiay Buek ‘Zo6t unifeD (dan) 29 won2si014 zoumsuey pue saonze1g apes, ULsOsUN =u AeYHOS BUOMY snyLeq eBeqas me ‘uaUINsHOY. ueSunpUNiod Suepun-Suepun weoewes ymuaquious ern exeBou edeioqag "unojny eeUt Ip eures Sued weyMpnpay yedundwaw eAuenpor, euarey ‘usunsuoy wep uasnpoid exeque Buequiliaq Sues ysIs0d Epy ‘REULIOMp suey vaUINsuOY yeY>¥ey yMseULID ‘eseBoU eBLeM sey ey eatjeq weABuEWETUOW (seN{our9p exeBaN “exeFOU Mens Weep pelin Buek jserjowop ueBuequianiod weBuap Sutes oumsuoy yey2qeq ueBuMpUTIag “EyLES eALIOMY y einarzeq wouinsuoy weBunpuyjiod ueyeso8 Yevefas rewteIp “Gury sounsuoy 1 ueBUap [eURHID 'iqe| 3uek neye “asoszuy Jownsuoy jo uonDaoIg ayy 10} aBessay epads y, Suewusy Z96T 2a1eyy St [eddues eped sy seuBuoy uedop Ip ‘Spauioy f wyol na} eynay Sy UapIso1g Oepid WeBUap fepUrEN TU) [eH “(e| szoumsuoa) wounsuoy umoyny MaFeK neq wojny SueqeD raEMS eAustye] ueBuep uaunsuoy ueSunpuiyed uoMY eta ueystYeIou Sued ‘ue-9961 opeyap eped speliay eBpay Suequioyey -eéuBunynpuow Suek zes11-19511 ueBuap ideyBuoyip en Sue “uouinsuoy ueBunpuyied uep woumsuoy BuEqUa M{Ng -noyNg LesyIntiad wexmjenp Jeoue8 teint we-pE6T apeyep eped wyEW -uaUNsuON exed #Beq shiny wesepesoy ueyynquinusu yequn Heyes nfiod ueeseID Je[nu wauinsuoy wexyprpued weifoud ueeperaqay (OLA) woIss}woD pedy fexapeq myeK ‘uaumsuoy ueBunpurpied Bueprq weep yera8.99 J wonexejeq) ,uounsuoy eH ISeIEDIAG, YE} 6 ozovat “spend up wsumauoyenpundnaTUteEPrsedRIEP/A 6 sywoy ymuoqier wep enpoy Suequoyed yeBeqas epuenp “pLer unyer eped 1Be, Buequizyiaq uwnsuoy WinME, -(ce6r_unqer sy 1p usumsuoy £6 werjsemauaus Suek apy pag tpaen eduepe euasey 22¥ Sonauiso pue Snug “pod aly, tpefuou uawapuEMrE Uy Nf ‘BEST tuner eped) avy s8nad pue pood ayy, wep roy uonpadsu ‘uoumnstoy weSunpurpad Sueyuaa Suepun-Buepuy eped ‘ueryiuiap rjsou ‘Tur tsesrues0 yao jdepeyip ued uevequiey >yesueq epy ‘(en8eo7 s,ioumnsuo jeuoneN au) [euOISEN LOUMsuOy, eBr7 yrquoquan gy [euotseu 2eH8un Ip ‘BERT UNS neg “eIUNP Ip | ‘eureriod 3ued ep 210K maN 1p UawUNsUoy eB AwAauoquay UeBUap epueNp alee ‘TeBT unyer eped ypeliar euteri0d SuequIO}—9 -(S¥) aexLIAS EyLLaUUY 1p pela SueA UowINsUOY WeResO8 eAuRUNUE UEBUOP repueap euenian ‘61-24 peqe eped uounsuoy ueSunpuried weyese8 ehuepe Hep [emeleq eIuNP IP woUNsUOY wMDNY uesUEqUIELIO woumsuoy wedunpuypied yexefos “a 31 aU eK «x 2qesn nyefed yoyo weyrqenp Hues Bueano ueyenquad - ueyengrod iteebou seep Sued un Be upped ey pt Bk up 11 uerprpued reyun pyynuiou Buek eyesn nye sited ueduednomy mqewBuou aun drqnoBued uend wey tunyoq reyeresseyd ur Yann weydexouaU yun YEULaWied 3eq Is qeSues ueye ‘yepuar yiseu eXuuEpIpuad yex8uN eve ‘eIsauopUT [sIpuoy UeBuaqruouNsucy ueSuNpurpied yey weep IexeLedsEML eBequiay yempadwoy : y1eq ueBuap Uejeliaq redep ju) uaWINsuOY, ueBunpuypied exedn see ueyroyeip aedep Buek fey edezaqoq wedepiay. “ueysenuiow sepA efuysey eBBuyyos eq ueRUap uejeLseq yepA Suek mgensos epe weynieyp redep yu) (eH ureuresi0q SueA uned ped aenaip undpysout odouoyg Bueptn = Suepun depeyiny sesoqas 19 aeereASew UeAeYsad “UouNsuoy wep eyesn ryefed exque jsipuoy depeyiay ueyeqrad ueyuequiow yeAueq EPH {Ul uueumesad ewyeq ueyesenp yedep yiseut uezeyes eATUIY 1H ANN eAuuoprquanp eos eAuuedueunfoy yedueq yisem ueyesespSuewoU tundpjsout ‘eyesn rojefad epedey arauniuaul ynaun Wey}anafp esesout ‘ued woumnsuoy eq tesep tpeluow redep Wr yang eew Jaueysqns ueiduejout Juek eyesn mejad iBeq isques eSSury, iBeq Bueseyp Buek ueyepun - weyepuA ‘eyesn read at 20 kepada masyarakat melalui berbagai Kegiatan advokasi konsumen, seperti pendidikan, penelitian, pengujian, pengaduan, dan publikasi media konsumen. YLKI berdiri ketika Kondisi politik bangsa Indonesia saat itu ‘masth dibayang-bayangi dengan kampanye penggunaan produkdalam negeri, namun seiring perkembangan waktu, gerakan perlindungan konsumen dilakukan melalui koridor hukum yang resmi, yaitu bagaimana memberikan bantuan kepada masyarakat atau konsumen, Waktu sejak dekade 1980-an, gerakan atau perjuangan untuk mewujudkan sebuah Undang-Undang tentang perlindungan konsumen dilakukan selama bertahun-tahun. Masa Orde Baru, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidakmemlikigreget besar untuk mewujudkannya karena terbukti pengesahan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen (RUUPK) selalu ditunda, Baru pada era reformasi, keinginan terwujudnya UU tentang Perlindungan Konsumen bisa terpenuhi. Pada masa pemerintahan Bj Habibie, epatnya tanggal 20 April 1999, RUUPK secararesmidisahkan sebagai UU tentang Perlindungan Konsumen, dan dengan edanya UU tentang Perlindungan Konsumen jaminan atas perlindungan hal hak konsumen di Indonesia diharapkan bisa terpenuhi dengan baik. Masalah perlindungan konsumen kemudian ditempatkan kedalam koridor suatu sistem hukum perlindungan konsumen, yangmerupakan bagian dari sistem hukum nasioné ‘Tanggal 20 April 1999 Pemerintah Indonesia telah mensahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini diharapkan dapat mendidik masyarakat Indonesia untuk lebih tmenyadari akan segala hakchak dan kewajiban-kewaiibannya yang dimilikiterhadappelakuusaha.Sebagaimanaterteradalamkonsiderans Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, yang menyatakan bbahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu ‘meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulin, kemampuan, dan emandirian konsumen untuk melindungi dirinya, serta menumbub- kkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggungiawab. Urusan perlindungan konsumen ternyata sangat beragam dan bbegitu pelik. Konsumen tidak hanya dihadapkan pada suatu keadaan untuk memilih yang terbaik bagi dirinya, melainkan juga pada keadaan tidak dapat memilih karena adanya praktek “monopolt” oleh satu atau lebih pelaku usaha atas kebutuhan utama/vital konsumen dalam a ‘menjalani Kehidupannya sehari-hari. Berbagai penguasaan atau ‘monopoli atas kepentingan-kepentingan yang meliputi hajat hidup orang banyak oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sedikit banyak turut memperburuk engejawantahan hak-hak konsumen dalam praktek. Konsumen seringkali dihadapkan pada persoalan ketidak- ‘mengertian dirinya ataupun Ketidak-jelasan akan pemanfaatan, enggunaan maupun pemakaian barangdan/atau asa yang disediakan oleh pelaku usaha, karena kurang atau terbatasnya informasi yang. disediakan. Selain itu, Konsumen juga seringkall dihadapkan pada bargaining position yang sangat tidak seimbang (posisi konsumen sangat lemah dibanding pelaku usaha). Hal tersebut tercermin dalam Perjanjian baku yang sudah disiapkan secara sepihak oleh pelaku uusaha dan konsumen harus menerima serta menandatanganinya tanpa bisa ditawar-tawar lagi atau “Take it or leave it’. Berdasarkan kondisitersebut, upaya pemberdayaan konsumen ‘menjadi sangat penting, namun pemberdayaan konsumen akan sulit terwujud jika kita mengharapkan kesadaran pelaku usaha terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan pelaku usaha dalam menjalankan uusahanya menggunakan prinsip ekonomi, yaitu mendapatkan ‘euntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Artinya, dengan pemikiran umum seperti itu sangat mingkin konsumen akan irugikan, bak secara langsung maupun tidak langsung. Adanya UU tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur perlindungan onsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku Usaha. UU tentang Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong ildim usaha yang sehat serta mendorong lahimya perusahaan yang tangguh dalam menghadapl persaingan yang ada dengan menyediakan barang/jasa_ yang berkualitas. Penjelasan umum UU tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa dalam pelaksanaannya akan tetap memberikan perhatian khusus kepada pelaku usaha kecil dan ménengab. Masyarakat boleh merasa lega dengan lahirnya UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, namun bagian terbesar dari ‘masyarakat kita belum tahu akan hak-haknya yang telah mendapat perlindungan dalam undang-undang tesebut, bahkan tidak sedikit pula para pelaleu usaha yang tidak mengetahui dan mengindahkan ‘UU Perlindungan Konsumen ini. Dalam pasal 62 Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut telah diatur jesepn jsevodsuen weyeetZax wejep uauinsuoy ueSunpuypiod sese-sese urdeiouad ueua epue yedepued uesiein -s ‘uounsuoy ueunputjiod sese-sese ueyseal “> ‘ownsuoy ueSunpuryieg nn, arunuaw eyesn mjejed ueqylemay, wep yey Bueruar ueyseal “¢ uouinsuoy ueBuNpUIHIeg LeNimy BuEUOA UEYSE juaumnsuoy ueBunp AN weep ameIp Buek uaunsuoy yeH-KeH Ut 1 sein /weedueniod y “uejsyoday yeyid yajo sasoadip neve uequeyelip redep deray esuse88uejod iBeq euepid qemel Sun88ue uounsuoy ueSunpuried fin (1) aeAe 6s lesed “of (¢) eke S# lesed uexsesepiag ‘ny ueduap stuafas isuersu/eBequio] Nese [NTA lesnn tpefuou eXuey ueyng exureuagas uounsuoy ueSumpullied ejeseu emyed usumnsuoy ueSunuadey, ueypSrsoU Buek Loumstoy ueBunputliad Nf seBuejou yejay seaf-sejal Buek eyesn nyefad exed ‘ehuseuaqes yeAueq nyeyay sesed ejunp neve ueBueBepzad eyunp uretep ‘emyeq nyea epn emd-emnd neve nyer yep uexeas Sueuamieq Suek wrojny jeBouad yerede esuueeresuay wiejeq “yeldns ein{ oosdy yedueq Suyjed epuap nexe/uep exeluod unwer (enp) z ewe] Suijed uepid wreoweip redep juy eyesn myeqed eweuIP EgmT UNYED FON fin J jeany TT jesed uemquaray ueduap ueduequayieg sey angesias [eH "Yep UIGaqiey uEAEUIP Yepns exuuunjaqas ynqasia) Suereq ele] @ Teyeped ‘yeanus ueyeufay Streseq eXedns fergo exeo weBuap uejen{uad seo Sueiiay yojepe seadueyp Buyos Sued wemuoroy ‘ngesson Te emsnep, wewraurued Suidwesiq -esuueyqniouou sede amu "Wuouoye (sfod uezed jus yp anqasion efnsnepy ueumauesuou 3uek eyesn rjejad exed yesueg Use efuynoyerd eqep uMUTeN, “wITAN yep reveq shemoyne ueqyequianp new sexap aedep EPR Heap yepns Sued Buereq, ‘predas jseyynjeny wejep ynseur Sue nojeq BIrsnepy emyeq WEXEeAUIP G|gT UNYEL BON fn (E) aede BT TeseA ‘weep Ip euasey eAaeund epe yepn tnyiny exeDOE Ingasiay emsMEDA ueurmueaued ‘ee{ued unyea (eu) seutejas euepid eusyp esiqureas anqas.oi rofeq einsnepi wewaUeDuad EP ,uEyHEqU Mede fexTaIp aedep 4epn Ip yepns Suek Sueseg, Jewiley ueSuap uerjaquiad IP Supas eAuypyesd wejep edueserq yngasiay nyeq einsnery “Sueseq uetjequiad wou denas wejep uaumnsuoy [9q/p Buek Buereq yequay ueyeraAved yejouau yun eyes mod ey Suequa meq eInsnyex UEWMyUDUAd naIeA ‘eyesn nyejad Ya[O ujrojenp Burias Buck ure uesedBuejod yrauoq ie epe wrsew eyesn nypjad exed yoyo se83uel)p Sujzas Buek seveip uespngasip Tueé euepid uenquayey-uemuarey j1eq “ese[/Sueseq uejexeuiad oyjsau yeuaBusuE Jseon0juy enuow yepn Buek Uepy|sympoudwows AeA ueuEpYLiod ‘eyesn nyejad ‘ues Ip yejer Buek mayem nee ueuesad nedauawt ajopn Bue weuesad jyejow Buezeq ueysemeuou Buek eyesn ‘enjo. ueyroqeour ueBuap usumsuoy ueypeseduow / jnqefeBuoUr eB ueqen(uad ueyrojejour Bued eyesn nyejad: epeysoa (yetdna ean sez uit) “o00'900°00s “dx eKueg Buyed epuap euepid neve une (enp) 2 eure Sued exefued euepid weBuop wimoynina (z (@ mand T eke gy qesed Jn Bueseq rofeq eqnsnepy Ueyuinquesuow BueA eyesn naejod (-z sewao4e) neve ‘2e2e0 ‘yesni Bueseq ueySueBepiadisow resed ) estemnyepey je#8uey ueyumueouiout yepn Suek eqesn rojejad ‘CL abe g esed ) anqasiay Suereq Suequay weBueraiay nev [9qe| ‘urejep weyevekup Buek evewreBeqas mnur ‘s\soduoy ‘tesn{uewoy ‘ueemawnstoy ‘ueulwel ‘were ‘uemyn “yefum{ ‘Tesaq WeBUIP eyesn mojead Yolo wexOAENP BuEK UeLeRA reBuejad Buequay w BABII ‘TINJAUAN TENTANG PENGANGKUTAN DAN ANGKUTAN UDARA. ‘TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Pengangkutan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan Syarat sah Perjanjian engankutan 3. Mahasiswa mampu menjelaskan Kedudukan Hukum Penumpang Angkutan Umum 4, Mahasiswamampu menjelaskan Ketentuan Hukum Angkutan Udara ‘5. Mahasiswa mampu menjelaskan Subjek dan Objek Angkutan Udara 6. Mahasiswa mapu_menjelaskan SyaratSyarat mendirikan Maskapat Penerbangan 7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Bandar udara 8, Mahasiswa mampu menjelaskan Otoritas dan tanggung Jawab Pengelola Bandara PETUNJUK PEMBELAJARAN 1. Sebelum mempelajar isi Bab int, baca terlebih dahulu tujuan pembelajaran. 2, Pelajar ist ini dengan cermat. 3. Diskusikan dengan teman-teman saudara permasalahan yang belum dimengerti dan apabila masih menemui kesulitan dan kkeraguan diskusikan dengan dosen pengajar. 4, Bvaluast kemampuan saudara dengan mengerjakan soal-soal latihan dan tugas yang telah disediakan, A. Pengertian Hukum Pengangkutan Abdulkadir Muhammad mendefensikan Penganghutan adalah suatu proses kegiatan pemindahan penumpang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan berbagai jenis alat pengangkut mekanik yang diakui dan diatur undang-undang seruai dengan bidang anglatan dan kemajuan teknolog?™. Pengangkatan ‘memill ign axpek pokokyaltu penganglatan sebagai usaha (busines), 40” Redalind Matsa, Hutu Pengongaan Mags, Benn: Cia Adin Bai, Bann, 1998, Hal 25 engangiutan sebagat_perjanjian (agreement) dan _pengangkutan Sebagai proses penerapan (applaying process). Pengangkutan sebagai usaha (business) adalah kegiatan usaha di bidang jasa pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut melcanik. Istlah niaga dalam ‘pengangkutan adalah padanan diambil dart istilah dagang,yaitu kegiatan lusaha dengan cara membeli barang dan menjualnya lagi, menyewa Darang, atau menjual jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/ atau laba, Apabila penggunaan alat penganglat itu dsertai pembayaran sejumlah wang sebagai imbalan atau sewa, pengangkutan itu disebut dengan pengangkutan niaga. Dalam Pasal 521 KUH Dagang merumuskan “pengangkut adalah orang yang mengikatkan iri, baik dengan’ perjanjian encarteran menurut waktu atau menurut perjalanan, maupun dengan suatu perjanjian lain untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) seluruhnya atau sebagian lewat laut” Pengertian lain dari pengangkut adalah pengusaha yang menjalankan Perusahaan pengangkutan, memiliki alat pengangkut sendiri, atau enggunakan alat pengangkut milik orang lain dengan perjanjian ‘sewa, Alat pengangkut di rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masini. Alat pengangkut di darat disebut kendaraan bermotor yang. ijalankan oleh sopir: lat pengangkut di perairan disebut kapal yang dijalankan oleh nahkoda. Sedangkan alat penganghut di udara disebut esawat udara yang dijalankan oleh pilot. Masinis, sopir, nahkoda, dan pilot bukan pengangkut, melainkan karyawan perusahaan Pengangkutan berdasarkan perjanjian Kerja yang bertindake untule kepentingan dan atas nama penganglat.™ Berangkat dari pengertian tersebut pengangkutan dapat dlilakukan sendiri oleh pibak pengangkut, atau dilakukan oleh orang lain atas perintah pengangkut. Dalam hal ini, pihak pengangkut sebagaimana pengertian di atas dalam keberlakuannya’ bukan hhanya, dilakukan oleh orang semata, namun badan usaha yang ‘memilikt wewenang mengadakan perjanjian pengangkutan, berhak menyelenggarakan pengangkutan orang dan/atau barang, dimana pihak pengangkut ini diwajibkan untuk memikul beban resiko tentang ‘keselamatan penumpang dan atau barang-barang yang diangkut serta bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang diderita dalam kkegiatan pengangkutan tersebut* Ain ita op i bl 0 2 Made Pes Ady Sie atu Pengo, Fas Hahn vei Maha, Denpasar, a. 26 Secara garis besar pengangkutan diklasfikasikan berdasarkan pada obyek yang diangkut, keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan dan alat angkut yang dipergunakan.* 7. Pengangkutan ditinjau dari obyek yang diangkut meliputi ‘+ Pengangkatan penumpang (passanger); + Penganghutan barang (goods); ‘+ Pengangkutan pos (mail) 8, Pengangkutan ditinjau dari segi Geografis, dapat dibagi menjadi. ‘+ Pengangkutan antar benua, contonya dari Asia ke Eropa. ‘+ Pengangkutan antar pulau, contohnya dari Pulau Bali ke Pulau Jaw. ‘+ Pengangkutan antar kota, contohnya dari Kota Bandung ke Kota jakarta, ‘+ Pengangkutan antar daerah, contohnya dari Jawa Timur ke Jawa Barat. 9. Pengangkutan ditinjau dari jenis alat angkut yang digunakannya sebagai berikut. + Pengangkutan jalan raya (road transportation) yaitu ‘pengangkutan dengan menggunakan bus, truk, taxi, microlet, icrobus dan becak, dl. + Pengangkutan rel (rai transportation) yaitu angkutan dengan mneuaniaban Keres op + Pengangkutan jalan raya dan pengangkutan rel kadang ~ kadang kedvanya di gabung yaitu disebut rail and road transportation (angkutan darat). + Pengangkutan melalui airdi pedalaman seperti pengangkutan sungatdanau dan sebogainya menggunakan speed oat, perahu dan sampan dayung, dl. + Pengangkutan laut dan satnudra (ocean transportation) ‘menggunakan kapal laut. + Pengangkutan udara (transportation by air atau air transportation) yaitu pengangkutan dengan menggunakan pesawat terbang yang melalui jalan udara.* 27 Menurut Purwosutjipto pengangkutan adalah perjanjian ‘timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan penganglutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan dir untuk membayar uang, angkutan?> Jadi pengangkutan niaga adalah penggunaan alat pengangkut oleh penumpang atau pengirim untuk mengangkut penumpang atau bbarang ketempat tujuan yang telah disepakati dengan pembayaran sejumlah yang sebagai baya atau sewa, Pembayaran sejumlah uang sebagai biaya-biaya _pengangkutan membuktikan bahwa Penganghaut menjalankan kegiatan usaha perusahaan di bidang jasa engangkutan?* ‘Mengenai klasifikasi pengangkutan ditinjau dar jenis alat yang ddigunakan erat kaitannya dengan moda pengangkutan. Tiap-tiap moda pengangkutan memiliki karakteristik lat pengangkutan yang berbeda. ‘Adapun moda pengangkutan secara garis besar diklasifikasikan oleh 3 Jenis, yakni. 1. Pengangkutan darat, dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu pengangkutan melafui jalan raya dan pengangkutan dengan kereta api. Pengangkutan yang dilakukan di jalan raya bisa ssaja menggunakan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor, Pengangkutan orang dengan menggunakan kendaraan bermotordijalan raya contohnya anglautan umum. Menurut UU No.22 Tahun 2009 Pasal 140 merumuskan bahwa “pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan angkutan ‘orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam ‘trayele” Angkutan umum dalam trayek mempunyai rute tetap dan teratur, menaikan dan menurunkan penumpang pada “tempat yang ditentukan sedangkan angkutan umum tidak dalam trayek mempunyal tujuan tertentu dan di kawasan tertentu, Sedangkan dalam jenis pengangkutan dengan kereta api merupakan pengangkatan darat dalam rel yang diselenggarakan dengan menggunakan sarana kereta api. 135 Perwonaipe, MLN. PegertonPolok Hahn Depo Indonesia Sd 3, ka: Djnban. eka, 1985, a3 26 Az. Neato, Pengontor Hum Prtndangon Konner, (Ika :Penetit Dye Wily.1959, ans 8 2, Pengangkutan laut, Pengangkutan yang dilakukan di perairan (sungai, danau, dan laut). Pengangkutan perairan menggunakan kapal untuk menganght penumpang dan/atau barang. 3. Pengangkutan udara, ‘Transportasi merupakan sarana untuk memperlancer roda perekonomian, membuka akses ke daerah pedalaman atau terpencil, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, menegakkkan kedaulatan negara, serta mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat. Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang di dalam negeri maupun luar negeri, serta berperan sebagai pendorong penggerak bagi pertumbuhan daerah dan pengembangan wilayahSalah satu transportasi yang penting adalah penyelenggaraan penerbangan sebagan angkutan udara.”” 8. Syarat-Syarat Sah Perjanjian Penganghutan Pengaturan mengenat hak dan kewafiban pihak pengangkut dan pihak Pengguna jasa atau penumpang dituangkan dalam suatu dokumen Perjanjian pengangkutan, maka untuk dapat melindungi hak dan kkewajiban para pihak perjanjian yang dibuat haruslah memenuhi syarat-syarat seperti yang tertuang dalam Pasal 1320 Kitab Undang- ‘Undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya disingkat KUH Perdata) yakni untuk sahnya suatu perjanjian diperiukan empat syarat: a. kesepakatan mereka yang mengikatkan dir b, kecakapan untuk membuat suatu perikatan; . suatu pokok persoalan tertentu; 4, suatu sebab yang tidak terlarang. Ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku bagi perjanjian asuransi. Syarat sah menurut Pasal 1320 KUHPer tersebut adalah mutlak berlaku bagi perjanjian jenis apapun termasuk perjanjian asuransi. Namun ada beberapa hal secara khusus syarat sah perjanjian asurasi seperti di bawah ini, [3 Penns on Penanpng Pert Ua Shes Konsnen Beran Unig Undag| eal Dike 017m 235 WB 29 4. Kesepakatan (consensus) Kesepakatan antara penanggung dan tertanggung dibuat secara bebas, artinya tidak berada di bawah pengaruh tekanan, atau paksaan pihak tertentu. Kedua belah pihak sepakat menentukan syarat-syarat perjanjian asuransi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 2. Kecakapan Untuk membuat perjanjian Kedua belah pihak yang mengadakan pertanggungan harus memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hhukum, Artinya kedua belah pihak itu sudah dewasa, tidak i bawah pengampuan, tidak dalam sakit ingatan, memiliki kewenangan terhadap objek yang diperjanjikan, yaitu memenuhi syarat adanya kepentingan terhadap objek yang angkutan, 1. Objek Tertentu Objek tertentu yang dimaksud dalam perjanjian pengangutan adalah menyangkut mengenai apa yang akan diangkut atau apa yang menjadi objek dari pengangkutan hharus jelas misal seperti orang atau bagasi. 2. Kausa yang halal Kausa yang halal maksudnya isi perjanjian asuransi yang dijadikan dasar dalam perjanjian asuransi tidak boleh bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, kesusilaan serta undang-undang yang berlaku. ¢. Kedudukan hukum penumpang angkutan umum. Penumpang adalah salah satu pihak dalam perjanjian pengangkutan yang menerima kontraprestasi dari pihak pengangkut dalam bentuk jasa angkutannya, Penumpang mempunyai dua kedudukan?® yaitu ‘sebagai subjek karena fa adalah pthak dalam perjanjian pengangkutan tersebut dan sebagai objek karena ia adalah muatan yang dianghut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, penumpang harus sudah dewasa atau mampu membuat perjanjian dalam Pasal 1320 angka 1 dan 2 KUHPerdata, Penumpang dalam hal ini dapat diartikan sebagai konsumen, karena penumpang tersebut adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan jasa angkutan untuk tujuan memenuhi kebutuhan dirinya sendiri bukan “untuk 38 Rein Matanen op. bl 30 tujuan komersil Merujuk pada uraian di atas bahwa penumpang dikatakan sebagai konsumen dimana dalam hal ini terdapat unsur-unsur dari konsumen yaitu: (a) setiap orang, subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakal jasa dan/atau barang,® (b) pemakai, sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 1 angka 2 UUPK, kata “pemakai" menekankan, konsumen adalah kkonsumen akhir (ultimate consumer) Istilah "pemakai” dalam hal ink tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukan jasa dan/atau barang yang dipakai tidak serta-merta hhasil dari transaksi ual bell, Artinya, sebagal konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang ‘untuk memproleh jasa dan/atau barang itu. Dengan kata lain, dasar hhubungan hukum antara Konsumen dan pelaku usaha tidak perlu hharus kontraktual (the privity of contract) (c) jasa dan/atau barang, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh kkonsumen, sementara itu UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, bak berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau ‘dimanfaatkan oleh konsumen,” (4) yang tersedia dalam masyarakat, jasa dan/atau barang yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran, merujuk pada Pasal 9 ayat (1) huruf e UUPK" () bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lainnya, transaksi konsumen ditunjukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definis! itu mencoba untuk memperluas pengertian kkepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditunjukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapt jasa dan/atau barang itu diperuntulkan bagi orang lain (di luar diri sendiri dan keluarganya), bahkan untuk. makhluk hidup lainnya.™ (9) jasa dan/atau barang itu tidak untuk diperdagangkan, pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yyakni hanya konsumen akhir:™ 3 Az Rest Hi Paton Keser Sia Pngonar Dial Mei, ar, 2, 30 Sanat Pertndangn Kenumen, Grind, ars, 200, bl, Bt tbat 52 ats ‘id, He 31 D. Ketentuan Tentang Angkutan Udara Pengangkutan ataupun transportasi memegang peran yang cukup Penting atas tujuan pengembangan ekonomi tersebut, Selain ity ferdapat juga tujuan-tujuan yang sifatnya non ekonomis, seperti ‘untuk menaikkan integritas bangsa serta memperiuat ketahanan nasional.Jadi terlthat bahwa tujuan ekonomis dan non ekonomis tidak selalu dapat sejalan menuju arah yang sama. Misalkan saja kebijakan transportasi ditujukan untuk peningkatan integritas bangsa, dapat berbeda dengan kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiens ekonomi Dalam pengangkutan dara, antara_pengangkut dan Pengguna _jasa penerbangan mengikatkan diri kedalam perjanjian pengangkutan yang berbentuk tiket pesawat. jadi, ketika penumpang. telah membeli tiket pesawat yang digunakan untuk menggunakan jasa penerbangan, maka sejak saat itu penumpang telah mengikatkan dirl terhadap ketentuan-ketentuan dan peraturan yang ada pada tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa Penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, ‘melalui proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjian angkutan udara antara penumpang jasa penerbangan dengan pengangkut, dan hak penumpang untuk ‘menggunakan pesawat udara atau diangkut dengan pesawat udara. Menurat UU No, 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, perjanjian Pengangkutan Udara adalah perjanjian antara penganglut dan pihak enumpang dan/atau pengirim kargo untuk mengangkaut penumpang. dan/atau kargo dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa yang lain.” Sedangkan Penerbangan sendiri Menurut Pasal 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Penerbangan adalah satu Kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah uudara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Kemudian Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang Jain atau beberapa bandar udara, yang dibedakan menjadi Angkutan 36 HLA. Abbas Salim, Mangiemen Transportas, ka, Reval Pr 1983, bl 57 Unde Undng Nomar Tahun 2009 tetagPeetgan, op Ci; pl 1 agha 29.

You might also like