Penetapan Kadar Rhodamin B Dan Natrium B

You might also like

You are on page 1of 6

J. Akad. Kim.

2(4): 209-214, November 2013


ISSN 2302-6030

PENETAPAN KADAR RHODAMIN B DAN NATRIUM BENZOAT PADA SAUS


TOMAT YANG BEREDAR DI WILAYAH PASAR INPRES KOTA PALU

Determining The Level of Rhodamine B And Benzoic Acid in Tomato Sauce


Distributed In Inpres Market
*Wardanita, Minarni R. Jura dan I Made Tangkas
Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 16 October2013, Revised 15 November 2013, Accepted 18 November 2013

Abstract
This research was conducted to determine the level of a dye, Rhodamin B, and a preservative,
Benzoic Acid, on tomato sauce distributed in the area of Palu city. The food additive is used in order to
get more interesting color and the Benzoic Acid is used to keep the food fresh for a long period of time.
The research method used was a thin layer chromatography. It was aimed at knowing weather there was
a dye called Rhodamin B in the research sample or not. From the analysis result, it can be said that the
sample did not contain the dye Rhodamin B. in addition, another research method used was alkali acid
titration which was used to examine the sample quantitatively and qualitatively. From the qualitative
examination, it was found that all tomato sauced sampled positively contained the preservative Benzoic
acid. The tomato sauce produced by Mojokerto-Indonesia contained 34.7mg/kg while the one produced
by Urabaya-Indonesia contained 40mg/kg. In conclusion, (1) all sample of tomato sauce examined did
not contain Rhodamin B,the red dye substance, which was forbidden to be used for food, cosmetics, and
medicine according to the Health Ministerial Regulation of Indonesian Republic No. 722/Menkes/Per/
IX/1988 concerning food composition; and (2) the content level of Benzoic Acid in tomato sauce spread
out in the traditional market, Inpres, Palu city has fulfilled the standard, i.e. + 1000 mg/kg. However,
it is expected that all people must still be careful when buying and using tomato sauce.
Keywords: Tomato sauce; Thin Layer Chromatography; Alkali Acid Titration; Rhodamin B;
Benzoic Acid.
Pendahuluan
Makanan yang sehat dan bergizi sangat olah. Kurangnya perhatian terhadap hal ini
diperlukan dalam mempersiapkan generasi telah sering mengakibatkan terjadinya dampak
penerus. Makanan yang kita makan hendaknya berupa penurunan kesehatan konsumennya,
bergizi seimbang. Makanan seimbang adalah mulai dari keracunan makanan sampai
makanan yang mengandung karbohidrat, munculnya penyakit kanker akibat penggunaan
protein, lemak, vitamin, air dan mineral dalam bahan tambahan makanan yang berbahaya.
jumlah yang seimbang, baik kualitas maupun Penambahan bahan tambahan/zat aditif
kuantitas. Selain seimbang, makanan yang ke dalam makanan merupakan hal yang di
dikonsumsi harus sehat agar kesehatan tubuh pandang perlu untuk meningkatkan mutu
tetap terjaga (Akase, 2012). suatu produk sehingga mampu bersaing
Makanan merupakan salah satu dari tiga di pasaran. Bahan tambahan tersebut di
unsur kebutuhan pokok manusia, selain antaranya: pewarna, penyedap rasa dan aroma,
kebutuhan sandang dan papan. Suatu makanan antioksidan, pengawet, pemanis, dan pengental
dikatakan sehat apabila mengandung satu (Winarno, 1992).
macam atau lebih zat yang diperlukan oleh Bahan tambahan makanan dalam
tubuh. Bahan-bahan tambahan seringkali penggunaannya masih perlu mendapatkan
kita masukkan ke dalam makanan agar orang perhatian baik jenisnya maupun ukurannya.
tertarik untuk memakan makanan yang kita Bahan tambahan yang digunakan adalah bahan
* Korespondensi: tambahan khusus makanan dan ukurannya
Wardanita sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan pemerintah dalam hal ini adalah peraturan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako menteri kesehatan RI (Fajarwati & Kusumawati,
email:w4rd4n1t4@yahoo.co.id
© 2013 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako 2012).

209
Volume 2, No. 4, 2013: 203-214 Jurnal Akademika Kimia

Keamanan pangan dalam UU RI No.7 pelaksanannya. Zat warna dapat digolongkan


tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi menjadi empat jenis, (1) berdasarkan asalnya
dan upaya yang diperlukan untuk mencegah dibagi menjadi dua yaitu zat warna alam dan zat
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, warna sintetis, (2) berdasarkan penyususnnya
kimia, dan benda lain yang dapat menggangu, dibagi menjadi dua yaitu zat warna pigemn
merugikan dan membahayakan kesehatan dan lakes, (3) Berdasarkan kelarutannya dibagi
manusia. Keamanan pangan merupakan salah menjadi dua yaitu zat warna larut dalam pelarut
satu faktor penting disamping mutu fisik, gizi, lemak/minyak dan zat warna larut dalam air,
dan cita rasa (Ariyani & Anwar, 2006). dan (4) berdasarkan sifat keasamannya dibagi
Buah tomat termasuk komoditi holtikultura menjadi dua yaitu zat warna bersifat asam dan
yang mudah rusak, baik yang disebabkan oleh zat warna bersifat basa (Widana & Yuningrat,
kerusakan mekanis dan fisiologi lanjut, maupun 2007).
kerusakan yang disebabkan oleh mikrobiologi Penggunaan Rhodamin B dapat
(pembusukkan). Tomat sebagai komoditi menyebabkan pusing, mual dan diare.
holtikultura berperan sebagai sumber vitamin Penggunaan dalam waktu yang lama dapat
dan mineral. Selain vitamin dan mineral, tomat merangsang terjadinya kanker hati karena zat
juga mengandung pigmen pemberi warna warna tersebut dapat terakumulasi dalam hati
merah yang terdeteksi didominasi oleh likopen (Herman, 2010).
(Nurhaeni, dkk. 2010). Bahan pengawet berfungsi untuk
Salah satu jenis produk makanan yang menghambat pertumbuhan mikroba agar
biasanya menggunakan bahan tambahan makanan dan minuman bisa bertahan
makanan berupa zat pewarna dan zat pengawet lama. Penambahan bahan pengawet dapat
adalah saus. Saus tomat merupakan produk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
berbentuk pasta dengan aroma khas tomat. dengan cara merusak dinding sel, merusak sistem
Banyaknya saus-saus yang mengandung zat- genetika sel, serta menghambat enzim. Natrium
zat berbahaya beredar di masyarakat karena Benzoat (NaC7H5O2) sering digunakan untuk
semakin banyaknya home industry yang mengawetkan berbagai makanan dan minuman
bermunculan yang tidak memakai aturan yang (Rosida, dkk. 2008). Jika penggunaannya
benar untuk membuat saus (Kumara, 1986). melebihi dosis yang diperbolehkan maka akan
Rhodamin B terbuat dari dietyllaminophenol menimbulkan dampak buruk yaitu dapat
dan phatalic anchidrid dimana kedua bahan menyebabkan keram perut, rasa kebas dimulut
baku ini sangat toksik bagi manusia. Zat dan dalam jangka panjang akan menimbulkan
pewarna sintesis Rhodamin B adalah salah satu kematian (Rosaria & Rahayu, 2008).
zat pewarna yang dilarang untuk makanan Berdasarkan kenyataan tersebut, maka
dan dinyatakan sebagai bahan berbahaya sangat perlu dilakukan penelitian tentang
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Penetapan Kadar Rhodamin-B dan Natrium
No. 239/Menkes/Per/V/1985 dan direvisi Benzoat pada Saus Tomat. Pemilihan saus
melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. tomat sebagai obyek penelitian dikarenakan
722/Menkes/Per/IX/1988 tentang zat warna bahwa saus tomat merupakan konsumsi umum
yang dinyatakan berbahaya dan dilarang di bagi masyarakat.
Indonesia. Penggunaan zat pewarna terkadang
disalahgunakan, hal ini terjadi karena produsen Metode
hanya mengejar keuntungan, sehingga
kepentingan konsumen terabaikan (Hidayati Alat dan Bahan
& Triwahyuni, 2008).
Rhodamin B dalam bidang industri umum Alat yang digunakan antara lain: Gelas
digunakan untuk keperluan pabrik tekstil dan kimia (Pyrex), Penangas air, Batang pengaduk,
kertas. Selain itu juga di temukan pada industri stopwatch, Mistar, Pensil, Pipa kapiler, Bak
kosmetik dan produsen makanan, karena kromatografi, Desikator, Neraca analitik
rhodamin B dapat memberikan warna yang (Adventures), Labu ukur (Pyrex), Corong pisah
cerah, praktis digunakan dan harganya relatif (Pyrex), vacum rotary evaporator (Pyrex), Labu
murah. Oleh karena rhodamin B ini bersifat erlenmeyer (Duran), Pipet tetes, Lampu UV
toksik, Balai Penelitian Obat dan Makanan (P-selecta), Buret, Statif dan Klem.
(BPOM) melarang penggunaan Rhodamin B Sedangkan bahan yang digunakan antara
untuk kosmetik dan makanan (Arief, 2007). lain: Sampel (Saos tomat), Benang wol, NH3,
Analisa suatu zat warna perlu mengetahui Kertas Whatman, Zat warna pembanding
penggolongannya agar memudahkan dalam (Rhodamin B), Butanol (Merck KGaA), Etanol
210
Wardanita Penetapan Kadar Rhodamin B Dan Natrium Benzoat .................

(Merck KGaA), Aquadest, CH3COOH (Merck untuk memperoleh filtrat. Selanjutnya filtrat
KGaA), NaCl, Larutan NaCl jenuh, NaOH, yang diperoleh dipipet sebanyak 50 mL dan
Kertas saring, HCl, Dietil eter (Merck KGaA), dimasukkan kedalam corong pisah. Filtrat
FeCl3, Air suling, eter (Meck KGaA), Indikator dinetralkan dengan menambahan 5 mL HCl
PP, Etil asetat (Merck KGaA) dan Metanol 5%, kemudian diekstraksi dengan pelarut
(Merck KGaA). dietileter beberapa kali dengan volume 20
dan 30 mL. Lapisan dietil eter ditampung dan
Prosedur Kerja didestilasi vacum dengan rotary evaporator
Rhodamin B pada suhu 30-50 oC hingga ekstrak menjadi
Analisis Rhodamin B dilakukan dengan pekat. Ekstrak tersebut dikeringkan dengan
menimbang 25 g sampel, kemudian dimasukkan membiarkannya semalam didalam desikator.
kedalam gelas kimia dan menambahkan 10 % Sampel ekstrak kering tersebut dilarutkan
asam asetat, kemudian masukkan benang wool, dalam labu ukur 50 mL dengan aqudest sampai
dididihkan selama 30 menit sambil diaduk. tanda batas (Siaka, 2009).
Benang wool dipisahkan dari larutan dan dicuci Uji kualitatif Natrium Benzoat dilakukan
dengan air kemudian memasukkan dalam gelas dengan mengambil larutan hasil ekstraksi
beaker dan tambahkan 3 mL amoniak 10%. tersebut sebanyak 10 mL, kemudian
Filtrat diuapkan hingga warna pada benang ditambahkan larutan NH3 sampai larutan
wol luntur dan filtrat tinggal sedikit. Larutan tersebut menjadi basa. Menguapkan larutan
berwarna yang didapat dicuci lagi dengan air tersebut di atas penangas air. Residu yang
hingga bebas dari amoniak. Kertas Whatman diperoleh dilarutkan dalam air panas dan
diberi garis 1 cm dari ujung kertas tersebut disaring, lalu ditambahkan 3-4 tetes FeCl3 5%.
dengan menggunakan pensil. Menotolkan Endapan jingga kekuningan atau kecoklatan
larutan tersebut pada kertas Whatman (tepat menunjukkan adanya Natrium Benzoat (Siaka,
digarisnya) dengan menggunakan pipa kapiler, 2009).
serta totolkan juga zat warna pembanding Uji kuantitatif Natrium Benzoat dilakukan
(Rhodamin B). Memasukkan kertas tersebut dengan memipet larutan hasil ekstraksi
dalam bak kromatografi yang telah diisi eluen sebanyak 10 mL dengan pipet volum dan
(etil asetat: metanol: ammoniak) (15: 3: 3) memasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL,
sampai batas pelarut 1,5 cm dari titik awal. dan ditambahkan 2-3 tetes indikator PP pada
Bercak dilihat pada penampak noda sinar UV larutan tersebut. Selanjutnya dititrasi dengan
254 nm (Mulyanti, 2004). larutan NaOH 0,1N, titik akhir titrasi ditandai
dengan terjadinya perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi warna merah muda yang
Natrium Benzoat stabil selama 15 detik. Mencatat volume larutan
Sampel ditimbang dengan neraca analitik NaOH yang digunakan. Membuat juga larutan
sekitar 50 g, kemudian dimasukkan kedalam blanko dengan mengganti bahan aquadest.
labu ukur 250 mL dan ditambahkan 50 mL Pengulangan titrasi dilakukan masing-masing
larutan NaCl jenuh dan NaOH 10% hingga 3X (Siaka, 2009).
diperoleh larutan yang bersifat alkalis. Larutan
tersebut diencerkan dengan larutan NaCl Hasil dan Pembahasan
jenuh sampai tanda batas dan membiarkan Hasil analisis Kromatografi lapis tipis (KLT)
selama 2 jam sambil dikocok setiap 30 pada Tabel 1.
menit. Larutan disaring dengan kertas saring
Tabel 1. Hasil pemeriksaan kualitatif pada sampel dengan menggunakan kromatografi lapis tipis
(KLT)
Sampel Sinar UV Harga Rf
Bahan baku Merah Muda 0,44
Pembanding
Rhodamin B
Saus A
(Produksi - 0,38
Mojokerto-Indonesia)
Saus B
(Produksi - 0,37
Surabaya-Indonesia)

211
Volume 2, No. 4, 2013: 203-214 Jurnal Akademika Kimia

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sampel kedalam benang wol dalam suasana
seluruh sampel yang diperiksa secara kualitatif asam dengan pemanasan yang dilanjutkan
menggunakan KLT yang dilihat dibawah sinar dengan pelunturan atau pelarutan warna oleh
UV memberikan hasil negatif. Ini menunjukkan suatu basa (Utami & Suhendi, 2009).
bahwa didalam sampel tidak mengandung
Rhodamin B, sehingga analisis kuantitatif tidak Asam asetat akan menarik zat pewarna dan
dilakukan. kemudian akan diserap oleh benang wol yang
Hasil analisis Natrium Benzoat pada dua telah dicampurkan. Benang wol yang memiliki
sampel saus tomat yang beredar di pasar Inpres serat akan menangkap zat pewarna yang telah
Kota Palu dapat dilihat melalui uji kualitatif terpisah dari makanan tersebut dengan bantuan
dan uji kuantitatif (Tabel 2). dari asam asetat. Kemudian dipanaskan hingga
Tabel 2. Hasil Analisis Uji Kualitatif Benzoat warna pada filtrat tertarik pada benang wol.
Sampel Pereaksi FeCl3 Sebelum dimasukkan kedalam lampu UV
Saus A + 254 nm, filtrat yang telah diuapkan ditotolkan
Saus B + pada plat lempeng KLT beserta bahan baku
Rhodamin B lalu lempeng tersebut dicelupkan
Hasil analisis pada Tabel 2, menunjukkan di dalam gelas kimia yang berisi eluen berupa
bahwa semua saus tomat yang digunakan etil asetat: amoniak: metanol (15: 3: 3). Etil
sebagai sampel baik saus A (saus produksi asetat, amoniak dan metanol berfungsi sebagai
Mojokerto-Indonesia) maupun saus B (saus fase gerak yaitu berfungsi menciptakan suasana
produksi Surabaya-Indonesia) memberikan organik sehingga sampel dapat terdistribusi dari
uji positif. Uji positif tersebut ditunjukkan fase air ke fase organik, sehingga bisa terpisah.
dengan terbentuknya endapan yang berwarna Dimana pelarut dan zat pewarna bersifat polar,
kecoklatan setelah direaksikan dengan sehingga terjadi interaksi antara zat tersebut.
pereaksi FeCl3 5%. Sesuai dengan reaksi (1): Setelah 5 menit berada dalam lampu UV,
3C6H5COOH + FeCl3oFe(C6H5COOH)3 + bercak pada lempeng baku tersebut sudah dapat
3HCl .............(1) terlihat yaitu berwarna merah kekuningan
Hasil analisis uji kuantitatif Natrium sedangkan pada dua lempeng sampel tidak
Benzoat dapat dilihat pada Tabel 3. terdapat bercak. Hal tersebut menandakan
Tabel 3. Hasil Analisis Uji Kuantitatif Natrium bahwa saus tersebut tidak mengandung zat
Benzoat pewarna Rhodamin B.
Sampel rata-rata (mg/kg) Uji kualitatif dan uji kuantitatif Natrium
Benzoat, terlebih dahulu sampel diekstraksi
Saus A 34,7 dengan pelarut dietil eter. Ekstraksi ini disebut
dengan ekstraksi cair-cair yakni ada dua cairan
Saus B 40 yang dicampur dalam proses eksraksi. Ini berarti
bahwa kedua cairan itu akan membentuk dua
lapisan ketika dicampur bersama. Parameter
Hasil analisis pada Tabel 3, dapat dilihat penting dalam ekstraksi cair-cair meliputi
bahwa semua sampel memiliki kandungan koefisien distribusi, selektivitas solven, dan
Natrium Benzoat yang tidak melebihi batas perbandingan solven. Ekstraksi menggunakan
maksimum (1000mg/kg) sehingga memenuhi solven konvensional seperti alkohol, eter
syarat kesehatan yaitu pada saus A (produksi dan keton tidak efisien karena memberikan
Mojokerto-Indonesia) adalah 34,7 mg/kg koefisien distribusi yang kecil (Kasmiyatun &
sedangkan pada saus B (produksi Surabaya- Jos, 2008).
Indonesia) adalah 40 mg/kg. Hasil analisis kualitatif Natrium Benzoat
pada saus dalam penelitian ini semuanya
Berdasarkan pemeriksaan Rhodamin B memberikan uji positif. Uji positif ditunjukkan
secara kualitatif pada saus tomat diperoleh dengan terbentuknya endapan yang berwarna
hasil bahwa dari dua macam sampel yang kecoklatan setelah direaksikan dengan FeCl3
diperiksa ternyata semuanya tidak mengandung 5%. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel
Rhodamin B sebagai zat pewarna merah. saus tomat mengandung pengawet Natrium
Sebelum analisis kualitatif KLT, zat warna yang Benzoat.
ada dalam sampel terlebih dahulu diekstraksi Uji kualitatif ini dilakukan adalah untuk
menggunakan metode serapan benang wol. mengetahui ada tidaknya Natrium benzoat pada
Prinsipnya adalah penarikkan zat warna dari saus tomat tersebut. Pereaksi yang digunakan
212
Wardanita Penetapan Kadar Rhodamin B Dan Natrium Benzoat .................

pada uji kualitatif ini adalah FeCl3 yang dapat Ucapan Terima Kasih
membentuk endapan berwarna kecoklatan bila
bereaksi dengan benzoat (reaksi 1). Ucapan terima kasih disampaikan
Pemeriksaan kandungan Natrium Benzoat kepada laboran kimia FKIP UNTAD, dosen
pada penelitian ini menggunakan metode pembimbing serta teman-teman khususnya
titrasi. Titrasi adalah suatu proses dalam Elvian Togagu, Moh. Ilham dan Sri Yundi.
analisis volumetrik dimana suatu titran
diteteska melalui buret ke larutan lain yang
dapat bereaksi dengannya. Artinya, zat yang
ditambahkan tepat bereaksi dengan zat yang Referensi
ditambahi (Dani, 2009).
Prinsip titrasi ini adalah menentukan Akase, D. G. (2012). Hygiene sanitasi pada
jumlah asam jika ditambahkan basa dalam pedagang makanan jajanan dilingkungan
jumlah ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi Sekolah Dasar di Kecamatan Bongomeme
diakhiri apabila telah mencapai titik ekuivalen Kabupaten Gorontalo tahun 2012. Public
yaitu titik dimana penambahan sedikit titran Health Journal, 3(2), 1-8.
akan menyebabkan perubahan pH yang cukup
besar. Titik titrasi biasanya ditandai perubahan Ariyani, D., & Anwar, F. (2006). Mutu
warna indikator pH (Mariati, 2008). mikrobiologis minuman jajanan di Sekolah
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji kuantitatif Dasar wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi
yang telah dilakukan pada dua sampel saus Dan Pangan, 1(1), 44-50.
tomat, diperoleh bahwa semua sampel
mengandung zat pengawet Natrium benzoat. Dani, I. (2009). Alat optimasi pengukur kadar
Akan tetapi zat pengawet yang terkandung vitamin c dengan metode titrasi asam basa.
dalam saus tersebut tidak melebihi batas Jurnal Neutrino, 1(2), 163-178.
maksimum menurut Permenkes RI No.722/
Menkes/Per/IX/1988 yaitu 1000 mg/kg Fajarwati, I, F, & Kusumawati, N. (2012).
sehingga memenuhi syarat kesehatan, dimana Pembuatan membran komposit kitosan-
pada saus A (produksi Mojokerto-Indonesia) PVA dan pemanfaatannya pada pemisahan
diperoleh kadar natrium benzoatnya sebesar limbah rhodamin b. UNESA Journal of
34,7 mg/kg sedangkan pada saus B (produksi Chemistry, 1(2), 31-38.
Surabaya-Indonesia) kadar natrium benzoatnya
sebesar 40 mg/kg. Adapun reaksi yang terjadi Herman. (2010). Identifikasi pewarna
pada proses titrasi adalah: rhodamin b pada minuman ringan tanpa
NaC7H5O2 + NaOH
o Na C + 3H O merek yang dijual di pasar sentral kota
2 7 2
………….(2) Makassar. Jurnal Media Analisis Kesehatan,
1(1), 33-36.
Kesimpulan
Saus tomat yang diperiksa tidak Hidayati, A, M. & Triwahyuni, M, E. (2008).
mengandung Rhodamin B sebagai zat pewarna Identifikasi zat warna rhodamin b pada
merah yang dilarang penggunaannya pada lipstik berwarna merah. Jurnal, 1(1), 34-40.
makanan, kosmetik, dan obat sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/ Kasmiyatun, M, & Jos, B. (2008). Ekstraksi
Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan asam sitrat dan asam oksalat: Pengaruh
trioctylamine sebagai extracting power
makanan. dalam berbagai solven campuran terhadap
koefisien distribusi. Jurnal Reaktor. 12(2),
Saus yang beredar di wilayah kota Palu 107-116.
semuanya mengandung zat pengawet Natrium
Benzoat yang ditunjukkan oleh uji positif Kumara, D. (1986). Analisis mutu kimia dan
terhadap uji kualitatif, yaitu saus produksi mikrobiologik beberapa produk saus cabe
Mojokerto-Indonesia sebesar 34,7 mg/kg dan cabe giling. Skripsi, Fakultas Teknologi
sedangkan pada saus produksi Surabaya- Pertanian, IPB, Bogor.
Indonesia sebesar 40 mg/kg, sehingga saus
tomat yang beredar di pasar tradisional Inpres Mariati. (2008). Pembuatan larutan dan
di kota Palu tidak melampaui batas maksimum standarisasinya. Jurnal Dinamika, 4(2),
penggunaan yaitu 1000 mg/kg. 281-288.
213
Volume 2, No. 4, 2013: 203-214 Jurnal Akademika Kimia

Mulyanti, D. (2004). Studi keamanan pangan Siaka I. M. (2009). Analisis bahan pengawet
pada saus tomat. Skripsi Jurusan Teknologi benzoat pada saus tomat yang beredar
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian diwilayah Kota Denpasar. Jurnal Kimia, 3(2),
Universitas Muhammadiyah Malang, 87-92.
Malang.
Utami, W., & Suhendi, A. (2009). Analisis
Nurhaeni, Mappiratu dan Israwaty,I. (2010). rhodamin b dalam jajanan pasar dengan
Pemanfaatan tomat afkiran untuk produksi metode kromatografi lapis tipis. Jurnal
likopen. Jurnal Media Litbang Sulteng, 3(1), Penelitian Sains dan Teknologi, 10(2), 148-
64-69. 155.

Rosaria, & Rahayu P.W. (2008). Studi keamanan Widana, G, A, B., & Yuningrat, W, N. (2007).
dan daya simpan cabe giling merah. Jurnal Analisis bahan pewarna berbahaya pada
Teknologi Dan Industri Pangan, 19(1), 8. sediaan kosmetika di Wilayah Kecamatan
Buleleng Kabupaten Buleleng. Jurnal
Rosida, Basuki, K. E., & Rusmiati, E. (2008). Penelitian Dan Pengembangan Sains &
Studi keawetan roti manis yang beredar Humaniora, 1(1), 26-36.
di Kecamatan Rungkut Surabaya. Jurnal
Teknologi Pangan Dan Hasil Pertanian, 3(2), Winarno F. G. (1992), Kimia pangan dan gizi.
97-106. Jakarta: PT. Gramedia.

214

You might also like