You are on page 1of 10

MTPH Journal, Volume 4, No.

2, September 2020

GAMBARAN DAN PENGENDALIAN IKLIM KERJA DENGAN KELUHAN


KESEHATAN PADA PEKERJA

Merry Sunaryo, Muslikha Nourma Rhomadhoni

Program Studi D-VI Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Email: merry@unusa.ac.id

ABSTRACT

In a working climate with hot temperatures, it begins with the emergence of energy that comes
from the heat that enters the environment or workplace and then becomes hot pressure, it becomes
an additional workload for workers. Such conditions affect the health and energy/stamina of workers
when associated with the heavy workload done. Conditions Working climate with hot temperatures
can aggravate the physical and mental health conditions of workers. The impact that often occurs on
workers due to hot work climates, namely dehydration and other health complaints such as heat rash.
used as the basis for taking control measures to prevent occupational diseases in the industry.
Measurement of the working climate carried out in the work section in the candle making industry. it
is known to have results that most of them have ISBB values> 30oC. Based on the observations that
have been made on the workload of workers, namely workload with a moderate level with work time
75% to 100% with 25% rest time. Based on the 10 point average results from the two work sections
in the industry, most of the ISBB values measured are greater than the NAV value that has been
determined, with a NAV value of 28oC. In health complaints that are often felt by workers, namely,
dehydration is felt by many workers because workers rarely have sufficient fluid or water intake.
Likewise, with heat rash complaints, this complaint is felt by workers who rarely maintain personal
hygiene. Therefore, it is necessary to control the working climate both in the environment and in the
workers. The controls are such as training (education/training), controlling heat stress through the
application of hygiene.

Keywords: Work Climate, Ceramic Industry, TLV

ABSTRAK

Pada Iklim kerja dengan suhu panas berawal dari timbulnya energi yang bersumber dari panas
yang masuk ke lingkungan atau tempat kerja kemudian jadi tekanan yang panas, hal tersebut menjadi
beban kerja tambahan untuk pekerja. Kondisi seperti itu memengaruhi kesehatan dan energi/ stamina
pekerja jika dihubungkan dengan beban kerja berat yang dikerjakan. Kondisi Iklim kerja dengan suhu
panas dapat memperberat kondisi kesehatan fisik dan mental pekerja. Dampak yang sering terjadi
pada pekerja akibat iklim kerja panas yaitu dehidrasi dan keluhan kesehatan lain seperti heat rash.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan pengendalian iklim kerja dengan
keluhan kesehatan pada pekerja, hasil tersebut nantinya akan dibandingkan dengan nilai ambang batas
sehingga dapat dijadikan dasar dalam melakukan tindakan pengendalian dalam upaya pencegahan
penyakit akibat kerja pada industri. Pengukuran Iklim kerja yang dilakukan pada bagian kerja di
indutri pembuatan lilin, diketahui memiliki hasil yaitu sebagian besar memiliki nilai ISBB > 30oC.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan beban kerja pada pekerja yaitu beban kerja dengan

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 171


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

tingkatan sedang dengan waktu kerja 75% hingga 100% dengan 25% waktu beristirahat. Berdasarkan
hasil rata-rata 10 titik dari ke dua bagian kerja di industri tersebut, sebagian besar nilai ISBB hasil
pengukuran lebih besar dari nilai NAB yang telah ditetapkan, dengan nilai NAB 28oC. Pada keluhan
kesehatan yang sering di rasakan oleh pekerja yaitu dehidrasi banyak dirasakan oleh pekerja karena
pekerja yang jarang mencukupi asupan cairan atau air. Begitu pula pada keluhan heat rash, keluhan
ini dirasakan para pekerja yang jarang menjaga hieginitas diri. Oleh sebab itu, perlunya pengendalian
iklim kerja baik dalam lingkungannya maupun pekerjanya. Pengendalian tersebut seperti Training
(pendidikan/latihan), Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene.

Kata kunci: Iklim Kerja, Keluhan Kesehatan, NAB

PENDAHULUAN
Tempat kerja merupakan tempat dimana maupun perusahaan dari terjadinya penyakit
terdapat pekerja yang bekerja atau lingkungan akibat kerja (PAK) hingga kecelakaan kerja
yang biasa dimasuki oleh pekerja untuk urusan (KK), Pernyataan tersebut telah di atur dalam
pekerjaan. Hal tersebut dapat diketahui bahwa Undang-Undang Republik Indonesia No. 13
pada tempat atau lingkungan kerja tentunya Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Peraturan
memiliki potensi bahaya yang dapat tersebut diperlukannya agar menciptakan tempat
membahayakan/ memengaruhi pada kesehatan kerja yang terjamin keamanannya, sehat serta
dan keselamatan pekerja. Kesehatan dan nyaman pada pekerja dalam melaksanakan
Keselamatan kerja juga merupakan hal yang tugasnya lalu dapat mencegah timbul terjadinya
wajib diterapkan pada saat bekerja1. Saat ini penyakit akibat kerja hingga kecelakaan kerja3.
banyak tempat kerja menggunakan mesin Iklim kerja sendiri merupakan gabungan
produksi yang cukup canggih yang dapat yang berasal dari suhu udara, kelembapan, panas
menghasilkan produksi atau produk yang radiasi dan kecepatan dari aliran udara1. Iklim
maksimal. Perkembangan kemajuan pada kerja bersuhu panas berasal dari munculnya
teknologi di bidang industri dapat menyebabkan energi panas yang kemudian dialirkan langsung
dampak terhadap lingkungan kerja terutama maupun dengan perantara hingga energi itu
dampak negatif. Hal tersebut dikarenakan masuk ke tempat kerja. Kemudian energi
meningkatnya jumlah hingga jenis bahaya yang tersebut menjadi tekanan atau suhu panas yang
ditimbulkan di tempat kerja yang dapat memberikan beban tambahan bagi pekerja2.
berakibat penyakit akibat kerja hingga Kondisi tersebut dapat memperburuk kesehatan
kecelakaan kerja2. pekerja jika bekerja pada beban kerja dengan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) kategori berat. Pada kondisi tersebut pekerja
bermakna perlindungan bagi para pekerja yang akan membutuhkan energi yang besar jika
merupakan aset berharga bagi organisasi dibandingkan pada pekerja yang bekerja di

172 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020

tempat kerja dengan suhu nyaman sekitar 24°C gabungan dari beban kerja secara fisik hingga
- 26°C1. faktor dari lingkungan seperti suhu lingkungan
Lingkungan kerja bersuhu panas banyak dan faktor pakaian yang dikenakan. Efek pada
permasalahan yang terjadi jika dibandingkan heat stress akan berdampak pada terjadinya
pada lingkungan kerja bersuhu dingin, keluhan kesehatan4, seperti dehidrasi. Dehidrasi
dikarenakan manusia lebih mudah melindungi dapat terjadi karena penguapan yang berlebihan
diri dari pengaruh suhu dingin dibanding panas. yang dapat mengurangi volume darah, kemudian
ACGIH sudah menetapkan tolak ukur dalam pada tahap awal pada aliran darah akan menurun
mengevaluasi iklim kerja yaitu dengan hingga otak akan kekurangan asupan oksigen.
menggunakan WBGT (Wet Bulb Globe Kemudian ada yang dinamakan Heat Rash,
Temperature). WBGT tersebut, pada kondisi tersebut yang biasa terjadi yaitu prickly
Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2011 yang heat yang terlihat sebagai bercak merah. Hal
dapat disebut dengan ISBB (Indeks Suhu Basah tersebut dapat terjadi akibat adanya
dan Bola). Jika pekerja terpapar oleh kondisi penyumbatan pada kelenjar keringat. Keluhan
iklim kerja dengan suhu panas yang melebihi kesehatan tersebut memiliki gejala seperti lecet
Nilai Ambang Batas (NAB) yang diizinkan yang terjadi berkelanjutan pada tubuh dan rasa
maka dapat menyebabkan timbulnya penyakit panas yang ditambah rasa gatal yang menyengat.
akibat kerja atau kecelakaan kerja. Kemudian ada pula yang dinamakan Heat
Bekerja pada suhu panas dapat Exhaustion dapat disebabkan oleh kekurangan
menimbulkan masalah kesehatan baik fisik cairan tubuh atau elektrolit. Gejala yang
pekerja maupun psikologis pekerja. Kondisi biasanya terjadi pada kelelahan akibat panas
respon secara fisiologis yang terjadi seperti pada yaitu sakit kepala, lemas, pusing, mual, muntah,
peningkatan denyut nadi dan suhu tubuh. diare, hingga kehilangan koordinasi5.
Pekerja yang terpapar oleh suhu panas secara Penelitian yang dilakukan di Australia
kontinyu dapat menimbulkankan terjadinya heat dengan sasaran buruh yang bekerja pada
rash, heat cramp, heat syncope, heat exhaustion, tambang bawah tanah yang terdapat pada
heat stroke, malaria, dehidrasi hingga kondisi lingkungan dengan suhu sekitar 36,2C,
hipertermia 1. menunjukkan bahwa terdapat 60% buruh yang
Ada beberapa kondisi yang disebabkan memulai bekerja akan dalam kondisi dehidrasi.
iklim kerja panas salah satu kondisi tersebut Penelitian di tempat lain dilakukan pada pekerja
yaitu heat stress (tekanan panas). Heat stress yang bekerja diluar ruangan memperlihatkan
merupakan total dari beban panas yang di terima bahwa 79% dari pekerja menderita dehidrasi6.
oleh tubuh yang di dalamnya merupakan Penelitian yang dilakukan di Indonesia pada

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 173


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

pekerja di bagian boiler pada PT. Albasia penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran
Sejahtera Mandiri Semarang. Diketahui bahwa dan pengendalian iklim kerja dan keluhan
terdapat pengaruh yang cukup tinggi antara kesehatan pada pekerja.
iklim kerja bersuhu panas terhadap kejadian
dehidrasi dengan hasil dari nilai p-value sebesar METODE PENELITIAN
0,023 atau p ≤ 0,05. Berdasarkan hal tersebut Lokasi penelitian ini dilakukan pada
dapat diketahui bahwa iklim kerja panas dapat industri lilin yang terletak di Kota Surabaya,
mempengaruhi kondisi pekerja seperti dehidrasi. Jawa Timur. Jenis penelitian yang digunakan
Sebelum adanya lampu, alat penerangan adalah penelitian deskriptif dengan
pada malam hari yaitu lilin. Lilin merupakan menggunakan rancangan cross sectional study.
barang yang sangat di butuhkan dari dulu hingga Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini
sekarang. Industri lilin merupakan industri yang adalah pekerja yang bekerja di bagian produksi
bergerak dalam pembuatan lilin, baik lilin biasa, dan pengepakan dan finishing. Sampel dalam
lilin hias hingga lilin beraroma. Industri penelitian ini adalah seluruh pekerja yang
pembuatan lilin ini berada di kota Surabaya. bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
Membuat lilin memerlukan beberapa proses yaitu pekerja yang bekerja dibagian produksi
yang salah satunya adalah pemasakan bahan berjumlah 21 orang dan pada bagian finishing
dasar lilin. dan pengepakan berjumlah 17 orang dengan
Pemasakan dalam proses membuat lilin total seluruhnya yaitu 38 orang. Sumber dari
sangat dibutuhkkan dalam memasak atau data yang akan digunakan pada penelitian ini
melumerkan bahan baku lilin yang salah satunya yaitu: data primer yakni data dari hasil
yaitu parafin. Pada proses pemasakan ini pula, wawancara pada Pekerja dan data sekunder dari
para pekerja selalu berhadapan dalam iklim data pengukuran lingkungan. Hasil dari data
kerja yang tidak nyaman yang dalam hal ini tersebut akan disajikan dalam bentuk Tabel dan
identik dengan iklim kerja panas karena adanya juga narasi.
pemasakan tersebut yang menggunakan api.
Iklim kerja dengan suhu ruang yang panas dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
mempengaruhi kondisi fisik dan mental pekerja. Hasil Penelitian
Dampak yang sering terjadi pada pekerja akibat Pengukuran Iklim Kerja
klim kerja panas yaitu salah satunya dehidrasi, Iklim kerja merupakan kombinasi dari
tetapi masih banyak dampak lain dari iklim kerja suhu kerja, kecepatan udara, gerakan udara,
panas yang diterima oleh pekerja seperti reat kelembaban udara dan suhu radiasi di suatu
rash. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka lingkungan kerja. Pada tempat kerja yang

174 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020

memiliki iklim kerja yang tidak nyaman, tidak atau kejiwaan, baik karena penyakit akut,
sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat penyakit kronis meskipun selama sebulan
menurunkan kapasitas kerja yang berakibat terakhir tidak mempunyai keluhan. Keluhan
menurunnya efisiensi dan produktifitas kerja kesehatan dapat terjadi pada pekerja yang
pekerja. Suhu udara yang dianggap nyaman bagi berkerja di lingkungan yang tidak nyaman
orang Indonesia sekitar 240C–260C. seperti lingkungan bersuhu panas. Ada beberapa
Berikut ini adalah hasil pengukuran iklim keluhan yang dapat terjadi pada pekerja yang
kerja pada dua bagian pada indutstri pembuatan bekerja di lingkungan diantaranya yaitu
lilin. dehidrasi dan heat rash. Berikut ini adalah data
para pekerja yang bekerja dibagian produksi
Tabel 1. Distribusi Hasil Pengukuran Iklim
berjumlah 21 orang pada bagian finishing dan
Kerja
pengepakan berjumlah 17 orang dengan total
ISBB (oC)
seluruhnya yaitu 38 orang yang memiliki
Nama Bag. Bag.
No.
lokasi Produksi Finisihing/ keluhan tersebut.
Pengepakan
1 Titik 1 31,7 27,3 Tabel. 2 Distribusi keluhan kesehatan pekerja
2 Titik 2 32,4 29,9
3 Titik 3 32,1 30,1 Keluhan Bag. Produksi Bag.
4 Titik 4 31,7 27,7 Finisihing/
5 Titik 5 30,6 27,0 Pengepakan
6 Titik 6 31,9 28,9 Tidak Ya Tidak Ya
7 Titik 7 33,1 29,1 Dehidrasi 6 15 7 10
8 Titik 8 30,4 27,5 Heat Rash 9 12 6 9
9 Titik 9 32,3 30,0
10 Titik 10 33,9 31,1
Berdasarkan Hasil pada Tabel 2, mengenai
Berdasarkan data pada Tabel 5.1, keluhan kesehatan yang diperoleh pada pekerja
diketahui bahwa hasil pengukuran iklim kerja pada bagian produksi dari total pekerja yaitu 21
pada 2 bagian kerja yang dilakukan di 10 titik orang diketahui 15 orang sering mengalami
mendapatkan hasil sebagian besar memiliki nilai dehidrasi dan 12 orang sering mengalami heat
o
ISBB > 30 C. Hasil ini nantinya akan di analisis rash. Pada pekerja bagian finishing dan
berdasarkan beban kerja dari pekerja sehingga pengepakan dari total pekerja yaitu 17 orang
akan mendapatkan hasil kesesuaian iklim kerja diketahui 10 orang sering mengalami dehidrasi
pada pekerja. dan 9 orang sering mengalami heat rash.
Gambaran Keluhan Kesehatan Gambaran Beban Kerja
Keluhan kesehatan adalah keadaaan Pada Industri lilin merupakan industri
seseorang yang mengalami gangguan kesehatan yang bergerak dalam pembuatan lilin, baik lilin

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 175


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

biasa, lilin hias hingga lilin beraroma. Industri sumber panas tertentu biasanya seperti mesin-
pembuatan lilin ini berada di kota Surabaya mesin produksi. Pada dasarnya di dalam dunia
Membuat lilin memerlukan beberapa proses industri kita sering berjumpa dengan perbedaan
yang salah satunya adalah pemasakan bahan suhu yang besar antara satu tempat kerja dan
dasar lilin. lainnya. Hal ini menyebabkan munculnya
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah perbedaan suhu yang besar. Suhu panas
dilakukan, diketahui bahwa beban kerja pada mempunyai pengaruh pada kondisi kesehatan
industri pembuatan lilin yaitu beban kerja tubuh manusia. Satu hal yang sangat perlu di
sedang. Beban kerja sedang membutuhkan perhatikan untuk pekerja yang sedang bekerja di
kebutuhan kalori 750 – 2000 kalori dalam setiap tempat kerja atau lingkungan yang bersuhu
bekerja. Hal tersebut di sesuaikan dengan panas yaitu tentang adanya sumber panas7. Salah
pengaturan waktu kerja yaitu 75%-100% dengan satu jenis sumber panas yang perlu diketahui
25% waktu istirahat dari 8 jam kerja. oleh pekerja yaitu panas yang berasal dari mesin
Pembahasan terutama dalam kegiatan produksi. Oleh sebab
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari itu, semakin banyaknya mesin pada proses
suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan produksi maka akan sangat berpotensi
gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu menghasilkan suhu panas yang semakin besar.
lingkungan kerja. Iklim kerja yang tidak Pengukuran Iklim kerja yang dilakukan
nyaman, tidak sesuai dengan persyaratan pada industri pembuatan lilin dengan 10 titik
lingkungan kerja dapat menurunkan efisiensi pengukuran di dua bagian yaitu bagian produksi,
hingga produktifitas pada pekerja. Suhu udara bagian finishing dan pengepakan, diketahui
yang dianggap nyaman bagi orang Indonesia memiliki hasil yaitu sebagian besar memiliki
sekitar 240C–260C. nilai ISBB > 30oC. Berdasarkan pengamatan
Faktor fisik pada tempat kerja banyak yang telah dilakukan beban kerja pada industri
sekali memberikan pengaruh pada lingkungan pembuatan lilin yaitu beban kerja sedang. Beban
sekitarnya yang dapat berdampak terhadap kerja sedang membutuhkan kalori 750–2000
pekerja. Pengaruh yang dapat memengaruhi kalori dalam setiap bekerja. Hal tersebut di
tersebut yaitu iklim kerja yang didalamnya sesuaikan dengan pengaturan waktu kerja yaitu
mencakup suhu, kecepatan udara, hingga 75%-100% dengan 25% waktu istirahat dari 8
kelembaban2. jam kerja. Pengaturan beban kerja ini di
Proses dalam produksi sebagian besar disesuaikan pada tingkat kegiatan dan kalori
menghasilkan suhu udara yang panas atau yang dihasilkan. Beban kerja sedang memiliki
tinggi. Hal tersebut diperoleh dari sumber- jenis pekerjaan seperti berdiri, mengangkat

176 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020

hingga mendorong dengan kebutuhan kalori kerja di industri lilin dapat di simpulkan bahwa
750-2000 kalori1. hasil tersebut melebihi ambang batas yang telah
Hasil analisis pada bagian produksi, di tentukan.
diketahui 10 titik pengukuran memiliki hasil Bekerja di iklim kerja panas juga memiliki
pengukuran seluruhnya > 30oC dengan waktu beberapa dampak pada kesehatan atau keluhan
kerja 75%-100% dengan 25% waktu istirahat kesehatan. Pada industri ini lingkungan para
(waktu kerja 6-7 jam dengan waktu istirahat 1-2 pekerja lebih dominan iklim kerja panas,
jam). Jika dibandingkan dengan standar ISBB memiliki risiko kesehatan yaitu seperti dehidrasi
nilai tersebut berada di atas nilai ambang batas dan gangguan seperti heat rash. Hasil yang
karena nilai ambang batas untuk beban kerja diperoleh dalam penelitian ini, mengenai
sedang dengan waktu kerja 75%-100% adalah keluhan kesehatan diperoleh pada pekerja pada
28oC. Analisis iklim pada bagian industri dapat bagian produksi dari total pekerja yaitu 21 orang
di simpulkan yaitu hasil tersebut melebihi diketahui 15 orang sering mengalami dehidrasi
ambang batas yang telah di tentukan. dan 12 orang sering mengalami heat rash. Pada
Hasil analisis lingkungan kerja pekerja bagian finishing dan pengepakan dari
memperoleh hasil hampir sama pada bagian total pekerja yaitu 17 orang diketahui 10 orang
finishing dan pengepakan. Hasil analisis pada sering mengalami dehidrasi dan 9 orang sering
bagian finising dan pengepakan dengan 10 titik mengalami heat rash.
pengukuran memiliki hasil pengukuran yaitu 6 Keluhan tersebut sering di rasakan oleh
titik > 30 0C dan 4 titik berkisar di 29 0C. Tingkat pekerja yang banyak bekerja di iklim kerja
indeks suhu bola basah pada dua bagian kerja panas. Keluhan dehidrasi banyak dirasakan oleh
yang di ukur dalam masing-masing 10 titik, di pekerja karena pekerja yang jarang mencukupi
ketahui tidak satupun hasil memiliki nilai 28oC. asupan cairan atau air. Para pekerja jarang
Nilai ambang batas dalam iklim kerja yaitu minum, mereka akan minum kebanyakan pada
28oC. Hasil rata-rata ISBB dari dua bagian kerja saat istirahat, karena mereka ingin fokus bekerja.
pada industri lilin tersebut yaitu bagian produksi Begitu pula pada keluhan heat rash, keluhan ini
rata-rata ISBB 32oC, sedangkan bagian finishing dirasakan para pekerja yang jarang menjaga
dan pengepakan memiliki rata-rata ISBB hieginitas diri. Lingkungan panas sangat
30,4oC. Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan berpotensi menghasilkan keringan berlebih pada
hasil rata-rata 10 titik dari ke dua bagian kerja tubuh. Bagian pekerja yang jarang
tersebut memiliki nilai ISBB hasil pengukuran membersihkan diri akan menimbulkan
lebih besar dari nilai NAB yang telah di gangguan pada kulitnya seperti gatal, ruang-
tetapkan. Analisis iklim pada ke dua bagian ruang dan biang keringat.

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 177


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

Pengendalian Iklim Kerja Panas kerja). Pada suhu kerja panas, perlindungan pada
Pengendalian dampak dari iklim kerja seorang pekerja seperti berupa pakaian
panas yaitu dipusatkan disekitar penyebabnya. pendingin yang di gunakan, dapat juga pakaian
Cara pengendalian yang biasa digunakan adalah yang dapat memantulkan panas yang tinggi.
pengedalian secara umum dan pengendalian
secara khusus. Pengendalian secara umum, SIMPULAN DAN SARAN
biasanya terdiri dari Training (pendidikan/ Simpulan
latihan) sebagai contoh Pelatihan atau Tingkat indeks suhu bola basah pada dua
pendidikan bagi calon atau pekerja sebelum bagian kerja yang di ukur dalam masing-masing
ditempatkan di tempat kerja. Pengendalian 10 titik, di ketahui tidak satupun hasil memiliki
tekanan panas atau suhu panas dengan nilai 28oC. Nilai ambang batas dalam iklim kerja
penerapan hygiene. Cara tersebut dilakukan yaitu 28oC. Hasil rata-rata ISBB dari dua bagian
oleh seseorang seperti pekerja dalam kerja pada industri lilin tersebut yaitu bagian
mengurangi risiko timbulnya penyakit yang produksi rata-rata ISBB 32oC, sedangkan bagian
diakibatkan oleh suhu panas. Beberapa cara finishing dan pengepakan memiliki rata-rata
lainnya melalui penerapan hygiene sanitasi ISBB 30,4oC. Hal ini menunjukan bahwa
seperti Aklimatisasi, Self determination, berdasarkan hasil rata-rata 10 titik dari ke dua
pengandalian cairan, perilaku diet sehat, bagian kerja tersebut memiliki nilai ISBB hasil
melakukan gaya hidup sehat (rajin berolahraga) pengukuran lebih besar dari nilai NAB yang
hingga pada pakaian kerja. telah di tetapkan. Analisis iklim pada ke dua
Pengendalian secara khusus yang dapat bagian kerja di industri lilin dapat di simpulkan
dilakukan dalam mengendalikan iklim kerja bahwa hasil tersebut melebihi ambang batas
yang tidak sesuai dengan pengendalian secara yang telah di tentukan.
teknis seperti mengurangi beban kerja yang Keluhan tersebut sering di rasakan oleh
dikerjakan, menurunkan suhu udara di pekerja yang banyak bekerja di iklim kerja
lingkungan kerja, menurunkan kelembaban pada panas. Keluhan dehidrasi banyak dirasakan oleh
udara hingga menurunkan panas. Kemudian ada pekerja karena pekerja yang jarang mencukupi
pengendalian secara administratif yaitu dengan asupan cairan atau air. Begitu pula pada keluhan
melakukan perubahan pada proses kerja yang heat rash, keluhan ini dirasakan para pekerja
dilakukan agar dapat membatasi terjadinya yang jarang menjaga hieginitas diri. Diketahui
risiko paparan dari suhu panas. Selanjutnya keluhan kesehatan yang diperoleh pada pekerja
yaitu perlindungan perorangan dengan bagian produksi dari total pekerja yaitu 21 orang
dilaksanakan secara perorangan (setiap tenaga diketahui 15 orang sering mengalami dehidrasi

178 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020

dan 12 orang sering mengalami heat rash. Pada memiliki bahaya atau berisiko tinggi dalam
pekerja bagian finishing dan pengepakan dari menyebabkan kecelakaan.
total pekerja yaitu 17 orang diketahui 10 orang Perlunya peningkatkan pada sumber daya
sering mengalami dehidrasi dan 9 orang sering manusia seperti staff K3 (HSE) / pengawas
mengalami heat rash. dalam penerapan K3 di perusahaan terutama
Saran pada penyehatan di lingkungan kerja. Pada
Perlunya pengendalian iklim kerja baik setiap tempat kerja perlu dilakukan controlling
dalam lingkungannya maupun pekerjanya. untuk mencegah adanya hasil pengukuran iklim
Pengendalian tersebut yaitu pengendalian secara kerja yang melebihi NAB. Hal lain yang juga
umum seperti Training (pendidikan/latihan), diperlukan yaitu adanya rotasi kerja atau shift
pengendalian tekanan panas melalui penerapan kerja, pemberian asupan gizi yang sesuai dengan
hygiene. Hingga Pengendalian secara khusus aktivitas pekerja hingga adanya ventilasi di
yaitu mengurangi beban kerja, menurunkan suhu dalam ruang kerja agar pertukaran udara
udara, menurunkan kelembaban udara, tersebut maksimal.
menurunkan panas radiasi, pengendalian secara
administratif, perlindungan perorangan. REFERENSI
Kemudian perlunya menjaga hieginitas atau 1. Suma’mur. Higene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (HIPERKES) (2nd ed.).
kebersihan diri sendiri agar kondisi fisik di
Jakarta: CVSagung Seto. 2014.
dalam ataupun di luar tubuh tetap dalam kondisi
2. Suma’mur. Higiene Perusahaan dan
sehat. Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta:
Rekomendasi dalam perbaikan masalah Sagung Seto. 2009.

iklim kerja yang kurang sesuai yaitu sangat 3. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Surakarta: Harapan Press. 2009.
memerlukan tindakan tegas dari pihak
4. Puspita, AD. Iklim Kerja dan Beban Kerja
manajemen untuk dapat menyesuaian kondisi Terhadap Tingkat Dehidrasi Pekerja Shift
fisik lingkungan kerja. Bagian K3 (HSE) tetap Pagi bagian Injection Moulding 1 PT.X.
(Research). 2015.
terus memberikan pengarahan kepada pekerja
5. Ridley, J. Kesehatan dan Keselamatan
tentang kenyamanan dalam bekerja dan Kerja. Jakarta: Erlangga. 2008.
ketentuan waktu yang sesuai untuk pekerja 6. Hughes., P dan Ferret., E. Introduction to
dalam melakukan suatu pekerjaan dengan Health and Safety at Work. Elsevier,
Slovenia. 2009.
disesuaikannya iklim kerja dan lamanya dalam
7. Soeripto, M. Higiene Industri. Jakarta: Balai
bekerja. Perlunya peningkatan dalam
FK Universitas Indonesia. 2008.
pengawasan pada pekerja saat melakukan
8. Dainur. Ilmu Kesehatan Masyarakat
pekerjaan terutama pada pekerjaan yang “Materi-Materi Pokok”. Jakarta: Penerbit

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 179


MTPH Journal, Volume 4, No. 2, September 2020
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

Widya Medika. 2012.


9. Government of Alberta (GOA). Workplace
Health and Safety. 2011.
http://work.alberta.ca/documents/WHS-
PUB-SH013.pdf
10. Kementrian Ketenagakerjaan. Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun
2018. 2018. https://jdih.kemnaker.go.id/
data_puu/Permen_5_2018.pdf
11. Nur Aedi. Bahan Belajar Mandiri Metode
Penelitian Pendidikan Pengolahan Dan
Analisis Data Hasil Penelitian. Pengolahan
Dan Analisis Data Hasil Penelitian, 2010.
1–30.
12. Reason. Managing the Risk of
Organizational Accidents. Ashgade:
Publishing Ltd. Aldershot Hants. 2007.
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 15 PER/MEN/VIII/2008
14. Trikasjono, T. Petunjuk Praktikum K3.
Yogyakarta: STTN-Batam. 2015.

180 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)

You might also like