Professional Documents
Culture Documents
Tata Laksana Sar Minor Untuk Mengurangi Rekurensi Dan Keparahan
Tata Laksana Sar Minor Untuk Mengurangi Rekurensi Dan Keparahan
ISSN 1693-9697
Alamat Korespondensi: Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Jl. Salemba
Raya no. 4, Jakarta 10430. Telp. 2303257
Tata Laksana Sar Minor
pg, MCHC 33 g/dl, trombosit 323000/ul, minor. Dilakukan pemberian DHE, tetrasiklin
leukosit 7500/ul, anti HSV-1 IgG 0,2 (-), anti kumur dan multivitamin. Direncanakan
HSV-1 IgM 0,2 (-), anti HSV-2 IgG 1,1 (+), anti pemeriksaan DPL, pembersihan karang gigi,
HSV-2 IgM 0,2 (-), hasil negatif bila <0,9 dan pencabutan, penambalan dan pembuatan gigi
positif bila > 0,9. Stress psikologik diduga tiruan. Hasil pemeriksaan DPL adalah LED 40
berperan dalam memburuknya kondisi pasien mm, Hb 10,8 g/dL, Ht 32,1 %, eritrosit 4,24
sehingga dilakukan pengisian kuesioner juta/ul, MCV 75,7 fl, MCH 25,4 pg, MCHC
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) 33,6 g/dL, leukosit 4650/ul dan trombosit
secara tersamar karena pasien menolak mengisi 257000/ul.
HRS-A, dengan hasil adanya kecemasan ringan. Pada kunjungan 1 minggu kemudian
Dilakukan konseling untuk membantu pasien terlihat ulkus-ulkus sudah menyembuh (gambar
mengatasi masalah pribadinya. Selain itu 2f, 2g, 2h, 2i). Dilakukan pemberian
diberikan imunomodulator dan multivitamin. multivitamin serta merujuk pasien ke poli
Pada kunjungan 1 bulan kemudian terlihat Kebidanan, akan tetapi pada saat itu hanya
adanya 3 buah ulkus dangkal putih dengan halo dilakukan pemeriksaan status ginekologis dan
eritem berdiameter 2-3 mm pada lateral lidah tidak dilakukan pemeriksaan hormonal. Pada
serta ulkus yang sudah menyembuh berupa kunjungan 4 bulan kemudian pasien
daerah kemerahan pada mukosa bukal dan labial mengeluhkan sariawan yang muncul tanpa henti
(gambar 1o, 1p, 1q, 1r, 1s). Dianjurkan untuk selama 1 bulan terakhir. Pada pemeriksaan
meneruskan konsumsi imunomodulator dan klinis ditemukan beberapa ulkus dangkal putih
multivitamin. Pasien 2 seorang wanita berusia dengan halo eritem berdiameter 1-2 mm pada
43 tahun, suku jawa, berat badan 41 Kg, tinggi mukosa labial dan bukal (gambar 2j, 2k, 2l,
badan 160 cm dan bekerja sebagai pedagang 2m). Pasien mengakui adanya kelelahan dan
keliling. Pasien konsul dari poli Kulit dan stress psikologik, sehingga dilakukan pengisian
Kelamin RSCM dengan diagnosa kerja kuesioner HRS-A dengan hasil adanya
stomatitis aftosa berulang. Pada pemeriksaan kecemasan ringan. Dilakukan pemberian multiv
klinis ekstra oral tidak ditemukan kelainan. itamin, imunomodulator, serta direncanakan
Pemeriksaan intra oral ditemukan oral hygiene pembersihan karang gigi, pencabutan,
buruk, 6 sisa akar, 3 gigi dengan karies dentin, penambalan dan pembuatan gigi tiruan. Pasien
beberapa ulkus dangkal putih dengan halo tidak datang kembali untuk kontrol, tetapi
eritem berdiameter 2-5 mm pada mukosa bukal, berdasarkan anamnesa melalui telepon 2 bulan
labial, dan lateral lidah (gambar 2a, 2b, 2c, 2d, kemudian diketahui bahwa sariawan muncul 1
2e). Diagnosa yang ditegakkan adalah SAR kali dalam 2 bulan.
1a 1b 1c 1d
1e 1f 1g 1h
Gambar 1
1i 1j 1k 1l
1m 1n 1o 1p
1q 1r 1s
yang menandakan pasien menderita anemia
Pembahasan normositik normokromik. Hal ini dapat terjadi
akibat adanya malnutrisi.
Pada kasus 1, lesi SAR pertama kali
Terdapat kecurigaan adanya stress
muncul pada usia 31 tahun. Hal ini sesuai
psikologis karena adanya perbedaan antara data
dengan karakteristik SAR minor, yaitu
status pernikahan yang tertulis pada dokumen
pemunculan pertama kali pada dekade 2-33.
medis dengan keterangan yang diberikan pasien,
Sariawan muncul tanpa didahului demam atau
namun pasien selalu menyangkal adanya stress
malaise, serta tidak didahului oleh lenting. Hal
psikologis.
ini penting untuk membedakan apakah sariawan
Pemeriksaan klinis intra oral dilakukan
yang diderita merupakan lesi SAR atau lesi
untuk menegakkan diagnosa sesuai panduan
infeksi virus, karena lesi sariawan pada infeksi
yang diberikan oleh Natah SS, dkk3. Empat
virus diawali bentuk lenting dengan
kriteria mayor yang terpenuhi adalah beberapa
didahuluidemam atau malaise.
buah ulkus dangkal berbentuk lonjong atau
Ditemukan adanya 2 orang anggota
bulat berdiameter tidak lebih dari 1 cm dengan
keluarga sedarah (anggota keluarga dengan
tepi regular dikelilingi halo eritem tanpa
kakek dan nenek yang sama dengan pasien)
didahului lenting, dasar ulkus kuning-kelabu,
dengan keluhan sariawan hilang timbul. Hal ini
rekurensi lebih dari 3 kali dalam 3 tahun
menandakan keterlibatan faktor genetik. Hal ini
terakhir dan tidak pernah pada lokasi yang
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
sama, adanya rasa sakit yang dieksaserbasi oleh
faktor genetik menjadi faktor predisposisi pada
pergerakan pada daerah berulkus, serta semua
40% kasus SAR2,3.
ulkus sembuh spontan tanpa meninggalkan
Ditemukan adanya asupan gizi yang
jaringan parut. Selain itu terpenuhi 7 kriteria
kurang baik, yaitu pasien makan 2 kali sehari,
minor, yaitu : adanya 2 orang anggota keluarga
jarang makan sayur, dan sering mengganti
sedarah yang juga mengalami keluhan sariawan
makanan utama dengan gorengan. Berdasarkan
hilang timbul, awal muncul sebelum usia 40
hasil pemeriksaan di poli Penyakit Dalam, tidak
tahun, lokasi ulkus berpindah-pindah tetapi pada
ditemukan adanya gangguan pada sistem
mukosa yang tidak berkeratin, durasi setiap
pencernaan. Hasil pemeriksaan DPL
pemunculan sekitar 7 hari, pola rekurensi tidak
memperlihatkan penurunan kadar Hb dan Ht
2a 2b 2c 2d
2e 2f 2g 2h
2i 2j 2k 2l
2m
Gambar 2
Sariawan muncul sekitar 1 minggu oleh pergerakan pada daerah berulkus, serta
sebelum menstruasi, sehingga diperkirakan semua ulkus sembuh spontan
perubahan hormonal berperan sebagai faktor tanpa meninggalkan jaringan parut. Selain
predisposisi pada pasien ini. Pasien kemudian itu terpenuhi 6 kriteria minor, yaitu awal
dirujuk ke poli Kebidanan untuk pemeriksaan muncul sebelum usia 40 tahun, lokasi ulkus
hormonal, namun poli Kebidanan tidak berpindah-pindah tetapi pada mukosa yang
melakukan pemeriksaan hormonal sesuai tidak berkeratin, durasi setiap pemunculan
permintaan rujukan dan hanya melakukan sekitar 7 hari, pemunculan dipicu perubahan
pemeriksaan status ginekologis. Tidak diketah hormonal, adanya defisiensi hematinik, pasien
uinyastatus hormonal menyebabkan tidak tidak merokok.
dilakukan tindakan terhadap kondisi hormonal Eliminasi faktor-faktor predisposisi
pasien. yang dilakukan adalah mengurangi jumlah
Pada pemeriksaan intra oral sesuai koloni bakteri dalam rongga mulut untuk
panduan Natah SS, dkk 3 , 4 kriteria mayor mencegah infeksisekunder serta memperce
terpenuhi yaitu beberapa buah ulkus dangkal pat penyembuhan. Hal ini dilakukan dengan
berbentuk lonjong atau bulat berdiameter tidak meningkatkan kebersihan rongga mulut melalui
lebih dari 1 cm dengan tepi regular dikelilingi tindakan DHE, pemberian obat kumur povidon
halo eritem tanpa didahului lenting, dasar ulkus iodine 1% dan tetrasiklin, pembersihan karang
kuning-kelabu, rekurensi lebih dari 3 kali dalam gigi dan pencabutan gigi yang tidak dapat
3 tahun terakhir dan tidak pernah pada lokasi dirawat lagi, serta menghilangkan trauma lokal
yang sama, adanya rasa sakit yang dieksaserbasi dalam rongga mulut. Koreksi defisiensi
hematinik dilakukan dengan anjuran perubahan kemungkinan disebabkan adanya faktor genetik
pola makan agar asupan gizi tercukupi, serta yang berperan besar pada kasus 1. Hal ini sesuai
pemberian suplementasi multivitamin. Selain itu dengan literatur yang menyatakan bahwa pasien
melakukan rujukan ke poli Kebidanan untuk dengan faktor genetik akan mempunyai gejala
mengevaluasi dan mengatasi perubahan yang lebih parah3.
hormonal yang mempengaruhi pemunculan lesi
SAR., walaupun pada akhirnya hal tersebut
tidak dilakukan oleh poli Kebidanan. Kesimpulan
Rekurensi masih terjadi 1 kali dalam
sebulan dengan jumlah ulkus 1 buah setiap Menemukan dan melakukan eliminasi
pemunculan. Pasien merasa keparahannya atau perbaikan seluruh faktor predisposisi dapat
berkurang yaitu tidak terganggunya menurunkan frekuensi dan keparahan lesi SAR.
pengunyahan dan bicara pasien akibat adanya
ulkus tersebut.
Kondisi kasus 2 memburuk dengan Daftar Pustaka
adanya ulkus berjumlah 1-2 buah, hilang timbul 1. Porter S, Scully C. Aphthous Ulcers (recurrent).
tanpa henti selama satu bulan. Kemungkinan hal Clin Evid. 2004. 12.
ini terjadi karena kelelahan dan stress 2. Field EA, Allan RB. Review Article : Oral
psikologik. Sebab lain adalah sulitnya meminta Ulceration – Aetiopathogenesis, clinical
pasien untuk patuh pada rencana perawatan. Diagnosis and Management in the
Hingga kunjungan keempat, pasien masih Gastrointestinal clinic. Aliment Pharmacol
belum mau mencabut 5 Ther. 2003. 18 : 949-62
3. Natah SS, Konttinen YT, Enattah NS,
sisa akar yang berdasarkan anamnesa men
Ashammakhi N, Sharkey KA, Hayrinen-
yeba-bkan iritasi pada mukosa bukal pasien Immonen R. Recurrent Aphthous Ulcers Today :
selama ini. A Review of the Growing Knowledge. Int J
Dilakukan re-evaluasi terhadap faktor- Oral Maxillofac Surg. 2004; 33 : 221-34
faktor predisposisi yang sebelumnya memang 4. Mirowski GW, Nebesio CL. Aphthous
sudah terdeteksi. Pasien mengakui adanya Stomatitis. http://www.emedicine.com/derm/topi
persoalan pribadi dan kelelahan. Berdasarkan c486.htm
penilaian tingkat kecemasan menggunakan 5. Scully C. Aphthous Ulcers. http://www.emedici
HRS-A, pasien berada pada tingkat kecemasan ne.com/ent/topic700.htm
ringan. Dianjurkan untuk melakukan eliminasi 6. Natah SS. Recurrent Aphthous Ulcers :
Immuno-pathological aspects. Academic
faktor-faktor predisposisiseperti pada kunjungan
dissertation. Helsinski. 2001.
sebelumnya. 7. Greenberg MS, Glick M. Burket’s Oral
Berdasarkan anamnesa 2 bulan kemudian Medicine : Diagnosis and Treatment. 10th ed.
diketahui terjadi penurunan frekuensi menjadi 1 BC Decker Inc. Ontario. 2003. 63-65.
kali dalam 2 bulan. Perbaikan ini menunjukkan 8. Melamed F. Aphthous Stomatitis. http://www.
bahwa eliminasi atau perbaikan faktor-faktor med.ucla.edu/modules/wfsection/article.php?arti
predisposisi dapat menurunkan frekuensi dan cleid=207
keparahan SAR. 9. Sedghizadeh PP, Shuler CF, Allen CM, Beck
Pada kasus 1, gambaran klinis SAR FM, Kalmar JR. Celiac Disease and Recurrent
tampak lebih parah dengan frekuensi yang lebih Aphthous Stomatitis : A Report and Review of
the Literature. Oral surg Oral Med Oral Pathol
sering bila dibandingkan dengan kasus 2.
Oral Radiol Endod. 2002; 94 : 474-78.
Setelah dilakukan eliminasi faktor-faktor 10. Katz J, Chaushu G, Peretz B. Recurrent Oral
predisposisi, terlihat bahwa hasil pada kasus 1 Ulcerations Associated with Recurrent Herpes
tidaklah memuaskan, sedangkan hasil pada Labialis-Two Distinct Entities?. Community
kasus 2 tampak cukup memuaskan walaupun Dent Oral Epidemiol. 2001; 29 : 260-3
faktor predisposisi lokal rongga mulut masih
belum seluruhnya dieliminasi. Hal ini
11. McBride DR. Management of Aphthous with Recurrent Aphthous Stomatitis. Oral Surg
Ulcers. http://www.aafp.org/afp/20000701/149. Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2001.
html 91 : 45-9.
12. Aphthous Ulcer (Canker Sore). http://www.max 14. Soto-Araya M, Rojas-Alcayaga G, Esguep A.
illofacialcenter.com/BondBook/mucosa/aphthou Association between Psychological Disorders
s.html and the Presence of Oral Lichen Planus,
13. Ogura M, Yamamoto T, Morita M, Watanabe T. Burning Mouth Syndrome and Recurrent
A Case-kontrol Study on Food Intake Patients Aphthous Stomatitis. Med Oral. 2004. 9 : 1-7.