You are on page 1of 12

FRACTURES DISLOCATIONS AND SOFTTISSUE INJURIES

OLEH
Dr. HARI TJAHJONO FICS SPOT FWPOA
(Ahli Bedah Orthopaedi dan Traumatologi)
RSD SIDOARJO

DEFINISI : A fracture, whether of a bone, an epi-physeal plate or a


cartilaginous joint Surface, is simply a Structural break in its continuity.

Pada trauma yang menyebabkan fraktur bisa disertai terjadinya kerusakan penyerta
yang lain pada Brain, Spinal cord, thoracic or abdominal, viscera, a major artery or
peripheral nerve dan jaringan lunak yang lain.

Phisical Factor in the Production of Fractures


Compression and shearing forces
Tension forces
Pulled apart or torn apart
Bending, twisting and straight pull

Arah gaya : Direct injury dan Indirect injury

Garis patah bias berbentuk :


Transverse Oblique Greenstick
Spiral Avulsi Compression
Buckle Comminutive Segmental
Butterfly Fissure Bending

A fracture is described according to its site, extent, configuration, the relationship of


the fracture fragments to each other, the relationship of the fracture to the external
environment
And finally, the presence or absence of complications
1. Site
A fracture may be diaphyseal, metaphyseal, epiphyseal or intra – articular; if
associated with a dislocation of the adjacent joint it is a fracture dislocation
2. Extent
A Fracture may be complete, or it may be incomplete, Incomplete fractures
include crack, or hairline fractures, buckle fractures and greenstick fractures
3. Configuration
A fracture may be transverse, oblique or spiral. When there is more than one
fragments, it is a comminuted fracture
4. Relationship of the Fracture Fragment to Each Other
A Fracture may be un-displaced, or it may be displaced, Shifted sideways,
angulated, rotated, distracted, overriding, impacted
5. Relationship of the Fracture to the External Environment
Open fracture : Tulang yang patah ada hubungan dengan dunia luar
Closed fracture : Kulit utuh, tulang yang patah tidak ada hubungan dengan
dunia luar
6. Complications
Bisa terjadi komplikasi lokal atau sistemik, early atau late

The Diagnosis of Fractures and Associated Injury

History :
Jatuh, akibat trauma, nyeri pada daerah tertentu, terasa Crepitasi, keadaan
kesadaran setelah jatuh, kemampuan komunikasi pasien, penyebab trauma, waktu
terjadinya trauma, dan tempat terjadinya trauma.

Diagnose fisik

Status generalis :

Keadaan Umum Penderita : Kesadaran (GCS), Tensi, Nadi, Pernafasan

Kepala :
Nyeri, memar, luka reflek pupil mata perdarahan mulut, hidung, telinga serta
deformitas yang lain.
Bisa terjadi fraktur cranial, maxilla, mandibula, nasal, Odem cerebri, contossio
cerebri, commosio cerebri, sub aracnoid, bleeding, subdural bleeding, fraktur basis
cranii, gangguan jalan nafas dari hidung maupun mulut.

Leher :
Nyeri, bengkak, luka, gangguan neurologis tetraparese, tetraplegi, akibat lesi saraf
setingkat cervical. Disini bisa terjadi fraktur cervical, dislokasi cervical atau hanya
contosio musculorum.
Thoracal :
Nyeri, sesak, luka, bengkak, disini bisa terjadi fraktur costae, fraktur vertebra
thoracal, pneumothorax, hemato thorax, contosio pulmonum, emphysema, para plegi
atau para parese inferior akibat lesi saraf selevel vertebra thoracal.

Abdomen
Terdapat nyeri, perubahan bising usus, lingkar abdomen jadi besar, terdapat jejas
pada kulit abdomen, disini bisa terjadi internal bleeding akibat dari rupture hepar,
lien, ginjal dan perforasi usus juga bisa terjadi fraktur dislokasi vertebra lumbal dan
para parese atau plegi inferior.

Pelvis :
Bisa terjadi fraktur tulang pelvis, fraktur dislokasi sendi panggul, rupture buli-buli,
urethra.

Status Lokalis : Pada daerah fraktur

Inspeksi :
Terdapat deformitas, pembengkakan, angulasi, rotasi, pemendekan, ecchymosis,
pergerakan semu, mungkin terdapat luka dari daerah yang patah.

Palpasi :
Terdapat nyeri, crepitasi, gerakan semu dari daerah yang patah.

Radiologi :
Harus meliputi seluruh panjang tulang, melampaui kedua sendi proximal dan distal,
arah foto antero posterior dan lateral. Atau dari arah lain, mungkin perlu foto
extermitas sebelahnya untuk perbandingan.

Diagnosa :
Suspect fraktur bila terdapat deformitas, nyeri, fungsiolaesa, Diagnose pasti bila
terdapat crepitasi, false movement, foto.

Penanganan tergantung dari masing – masing hasil diagnose

Proses penyembuhan tulang patah :


Pada daerah yang patah mula-mula terjadi haematoma, kemudian terjadi Internal
atau external callus dari endosteum atau periosteum dan terbentuklah newbone
formation pada fase ini masih terlihat radiolucent clinical union, bila pada foto sudah
terlihat callus tapi garis patah masih kelihatan.
Consolidation (radiographic union), callus terlihat tebal dan kuat dan mulai terdapat
resorbsi tulang (Wolff’s Law) dan terjadi remodeling.
Proses penyembuhan tergantung :
1. Umur
2. Site and configuration of the fracture
3. Initial displacement, un-displace lebih cepat oleh karena periosteum utuh
4. Blood supply
5. Right immobilization of the fracture

Abnormal healing of fracture


Malunion, delayed union, nonunion (fibrous union, pseudo union)
Komplikasi :
Initial
Local Umum
Kulit Multiple injury
Vascular Haemorrhagic shock

Neurological
Muscular
Visceral (Thorax, Abdomen)

Early Complication
Local Umum
Sequale – Necrosis kulit Emboli lemak
Gangren Emboli paru
Volkman’s Ischemic Pneumonia
Venous thrombosis Tetanus
Visceral Delerium
Joint Infection
Bony complication - Osteomyelitis
- Avascular necrosis

Late
Local Umum
Sendi - Stiffnes Renal Calculi
- Degeneratif
Tulang - Malunin
- Delayed union
- Non – Union
- Gangguan pertumbuhan
- Cronic osteomyelitis
- Re-fracture
Myosistis Ossificans
Late Ruptur rendon
Tardy nerve palsy

FRACTUR PADA ANAK


Epiphysiolysis menurut Salter – Harris ada 5 type :
1. Garis patah persis garis pertumbuhan ( Epiphyseal plate )
2. Garis patah lewat garis pertumbuhan dan menyeberang ke Metaphyse dan ini
terbanyak
3. Garis patah lewat garis pertumbuhan dan menyeberang ke Epiphyse (intra
articuler)
4. Garis patah menyeberang dari Metaphyse ke Epiphyse (intra articuler)
5. Garis patah lewat garis pertumbuhan dan merusaknya karena gaya kompresi,
dan ini mempunyai prognose terburuk

Birth fracture :
Fractur Clavicula, bisa disertai lesi Plexus Brachialis
Humetrus, bisa disertai lesi nervus radius
Femur, bila terjadi di terapi dengan Bryant Traction
Greenstick fracture, Buckle fracture, Bending Fracture
Fracture Condylus lateralis Humeri
Supra Condyler fracture Humeri

FRAKTUR PADA ORANG DEWASA


Fraktur Cervical
– Nyeri leher akibat trauma, bisa terdapat tetraparese, tetraplegia
– Foto : terdapat fraktur / dislokasi vertebra cervical
– Bisa menyebabkan kematian oleh karena paralise otot pernafasan
– Penanganan : dengan reposisi dan stabilisasi dengan Minerva Gyp, atau operasi

Fraktur Vertebra Thoracal :


- Karena trauma terdapat nyeri tulang vertebra thoracal, bisa disertai gangguan
neurologis para parese / plegia inferior
- Pada foto : terdapat fraktur / dislokasi vertebra thoracal
- Penanganannya : dengan reposisi dan stabilisasi dengan body jaket, atau operasi

Fraktur vertebra Lumbal :


- Karena trauma terdapat nyeri tulang vertebra lumbal, bisa disertai para parese /
plegi inferior
- Pada foto : terdapat fraktur / dislokasi vertebra lumbalis
- Penanganannya : reposisi dan stabilisasi dengan body jaket atau Hemispica
Fraktur Clavicula :
- Karena trauma terdapat nyeri daerah clavicula
- Bisa disertai lesi Plexus Brachialis
- Pada foto terdapat fraktur tulang Clavicula
- Penanganannya : reposisi stabilisasi dengan ransel verban atau operasi

Dislokasi sendi bahu :


- Karena trauma terdapat nyeri daerah sendi bahu, bila diraba terdapat cekungan
didaerah bahu
- Bisa disertai lesi nervus axillaries, pada foto terdapat gambaran Dislokasi,
terbanyak kearah anterior
- Penanganannya : dengan reposisi dan di stabilisasi dengan Velpeau bandage

Fraktur Humerus :
- Karena trauma terdapat nyeri tulang lengan atas, terjadi deformitas, dan false
movement, kadang terdapat crepitasi dan lesi nervus radialis, klinis terdapat
droop hand, pergelangan tangan tidak bisa extensi
- Foto terdapat fraktur humerus
- Penanganan : dengan dipasang U slab atau operasi

Fraktur Supracondyler humeri :


ada 2 tipe
- Tipe Extensi, frakmen distal displacement ke posterior, penanganannya
direposisi dengan general anastesi, kemudian di imobilisasi posisi flexi siku 95 °,
juga di evaluasi pulsasi a. radialis.
Atau dioperasi dipasang internal fiksasi
- Tipe Flexi, frakmen distal displacement ke anterior, penanganannya dengan
general anastesi direposisi dan immobilisasi posisi extensi dari cubiti dengan back
slab, atau dioperasi dipasang internal fiksasi.

Dislokasi Cubiti :
penanganannya dengan general anastesi, di reposisi dan di immobilisasi posisi flexi
sendi siku, selama 2 minggu.

Fraktur Montega :
Fraktur ulna bagian proximal dan disertai dislokasi Caput radii, fraktur ini tidak stabil
dan biasanya diperlukan operasi
Fraktur Antebrachi :
Tulang radius dan ulna keduanya fraktur.
Bila terjadi di bagian proximal, maka setelah reposisi, posisi Imobilisasi posisi
supinasi.
Bila fraktur di tengah, maka posisi imobilisasi posisi midposition.
Bila fraktur di bagian distal, maka posisi imobilisasi pronasi.
Itu semua karena ada pengaruh otot Pronator tetes pada Antebrachi. Pada orang
dewasa biasanya langsung di operasi.

Fraktur Galleazi :
Fraktur radius bagian distal disertai dislokasi radio ulna joint bagian distal, fraktur ini
tidak stabil biasanya perlu operasi.

Fraktur Colle’s :
Fraktur radius satu inchi dari sendi pergelangan tangan fragmen distal displacement
ke postero lateral, bisa disertai atau tidak fraktur procecus styloideus ulna. Terjadi “
Dinnerfork – Deformity” (garpu makan sore). Pergelangannya dengan anastesi di
reposisi, refrakturasi dan imobilisasi posisi flexi ulnair deviasi dari pergelangan
tangan dengan circular gyp selama 6 minggu.
Komplikasi : bisa terjadi Frozen shoulder (sendi bahu kaku)

Smith’s Fraktur :
Fraktur Radius distal satu inchi dari sendi pergelangan tangan, fragmen distal
displacement ke anterior, setelah reposisi maka imobilisasi posisi extensi wrist dan
supinasi elbow dengan long arm cast above elbow selama 6 minggu.

Bennet’s Fraktur :
Fraktur basis mecarpal satu, setelah reposisi di imobilisasi dengan thumb cast.

Boxer’s Fraktur :
Fraktur dari neck metacarpal ke lima biasanya karena main olah raga boxer.

Mallet’s Fraktur :
Ujung jari berbentuk seperti kepala burung (flexi distal interphalangeal joint), ini
karena terjadi avulsi dari tendon extensor atau rupture tendon extensor jari yang
bersangkutan.
Fraktur Metacarpal dan fraktur phalanx,
setelah reposisi maka imobilisasi. Posisi lumbrical yaitu extensi wrist, flexi
metacarpo phalangeal joint dan extensi proximal dan distal interphalangeal joint.

Fraktur Pelvis :
Bisa terjadi banyak perubahan dan membuat kematian. Harus cepat di reposisi dan
stabilisasi supaya tidak terjadi banyak perdarahan.

Fraktur Dislokasi sendi panggul


Dislokasi Hip joint terbanyak kearah posterior, posisi kaki memendek, adduksi dan
endorotasdi, bisa disertai lesi nervus Ischiadicus klinis terdapat droop foot. Setelah
di reposisi maka di imobilisasi dengan skin traction selama dua minggu. Dislokasi
merupakan kasus emergency maka harus cepat di reposisi sebab bisa terjadi
avascular necrosis dari articuler cartilage.

Fraktur Femur :
Bisa terjadi banyak perdarahan bahkan sampai dua liter
Bisa terjadi shock, dan emboli lemak
Penanganannya : dipasang skeletal traksi dengan beban + 1/7(sepertujuh) dari berat
badan atau lebih tepatnya diberi beban kemudian diukur true length kaki kiri sama
dengan kanan.
Traksi dipertahankan sampai terjadi styki, kurang lebih satu bulan.
Setelah itu dipasang hemispica selama 3 – 4 bulan
Untuk anak-anak cukup dipasang skin traksi saja, dan selanjutnya sama dengan
diatas.
Pada orang dewasa biasanya lebih baik langsung di operasi untuk dipasang internal
fiksasi.

Fraktur Patela :
Bila nondisplace cukup dipasang kocker gyp, bila displace perlu operasi dipasang
tension band wiring

Fraktur Cruris :
Setelah reposisi dengan general anastesi maka di imobilisasi dengan long leg cast,
disini sering terjadi compartement syndrome yang ditandai adanya nyeri yang amat
sangat bila jari kaki digerakkan. Bila hal tersebut terjadi maka gyp perlu dibuka dari
ujung ke ujung bahkan bila perlu dilakukan faciotomi, bila hasil reposisi jelek maka
perlu dioperasi.

Fraktur Ankle :
Reposisi dengan general anastesi kemudian pasang gyp sepatu. Bila hasil reposisi
jelek, maka perlu operasi.
Fraktur Metatarsal dan fraktur phalanx
Perlu direposisi dan imobilisasi dengan back slab, bila posisi jelek maka perlu
operasi.

You might also like