You are on page 1of 13

KERUGIAN PARIWISATA DAN USAHA DI BIDANGTERKAIT: SOSIALISASI

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PENGARAHAN STRATEGI BERTAHAN


TOURISM AND BUSINESS LOSSES IN RELATED FIELDS: GOVERNMENT POLICY
SOCIALIZATION AND DIRECTION OF A SURVIVAL STRATEGY
Abstract
The COVID-19 pandemic not only has an impact on human physical health but also has a major
impact on the slowing down of Indonesia's economy. As a result, businesses in tourism-related fields,
namely accommodation, food and beverage, and shopping, experienced a drastic decline in income.
The purpose of this study is to determine the economic losses of the tourism sector and business in
related fields so that steps can be taken to save businesses in the tourism sector. This study uses the
Seasonal Autoregressive Integrated Moving Average (SARIMA) analysis technique to calculate
losses. Disseminating policies and directing survival strategies for affected businesses are also
community service methods to complement the research objectives. The results of this study indicate
that the average percentage loss in the tourism sector from January to August 2020 is 68% to 69% or
around 9,508 million USD to 10,328 million USD. The accommodation business losses are estimated
at 2978 million USD to 3235 million USD; food and beverage business losses are estimated at 1750
million USD to 1900 million USD; and loss of shopping business amounting to 1530 million USD to
1662 million USD. The socialization of government policies such as fiscal stimulus, CHSE
(Cleanliness Health Safety Environment Sustainability) certification and market reactivation need to
be known by business actors. Appropriate strategic direction is also needed such as product
innovation, improving health protocols, digitization, and certification.

Keywords: survival strategies, policy socialization, tourism, COVID-19.

Abstrak
Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik manusia,namun juga
berdampak besar terhadap melambatnyaperekonomian Indonesia. Akibatnya, usaha di bidang terkait
pariwisata yaitu akomodasi, makanan dan minuman, serta perbelanjaan mengalami penurunan
pendapatan yang drastis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kerugian sektor pariwisata dan
usaha di bidang terkait sehingga dapat diambil suatu langkah untuk menyelamatkan usaha dibidang
pariwisata. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Seasonal Autoregressive Integrated Moving
Average (SARIMA) untuk menghitung kerugian. Sosialisasi kebijakan dan pengarahan strategi
bertahan untuk usaha yang terdampak juga melengkapi tujuan penelitian. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa rata-rata presentase kerugian sektor pariwisata dari Januari hingga Agustus 2020
sebesar 68% hingga 69% atau sekitar 9.508 juta USD hingga 10.328 juta USD. Kerugian usaha
akomodasi diperkirakan mencapai 2978 juta USD hingga 3235 USD; kerugian usaha makanan dan
minuman diperkirakan mencapai 1750 juta USD hingga 1900 juta USD; dankerugian usaha
perbelanjaan sebesar 1530 juta USD hingga 1662juta USD. Sosialisasi kebijakan pemerintah seperti
stimulus fiskal, sertifikasi CHSE(Cleanliness Health Safety Environment Sustainability) dan reaktivasi
pasar perlu diketahui oleh pelaku usaha. Pengarahan strategi yang tepat juga dilakukan seperti inovasi
produk, peningkatan protokol kesehatan, digitalisasi, dan sertifikasi.

Kata kunci: strategi bertahan, sosialisasi kebijakan, pariwisata, COVID-19.

PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 dinyatakan menjadi keadaan darurat global pada 30 Januari 2020. Pada
tanggal 20 Oktober 2020, COVID-19 menyebabkan lebih dari 40 juta kasus dan 1.12 juta
kematian secara global. Pandemi tersebut tidak hanya berdampak pada krisis kesehatan,
namun juga pada keadaan sosial masyarakat dan perekonomian. Perkembangan kasus
COVID-19 di Indonesia relatif cepat dibandingkan dengan negara anggota ASEAN
lainnya.Peningkatan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia semakin melemahkan kondisi
perekonomian.
Beberapa negara di ASEAN seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand telah melakukan
upaya pengendalian untuk pandemi COVID-19. Upaya pengendalian pandemic oleh
pemerintah Indonesia dengan memberlakukan kebijakan lockdown dan pembatasan
perjalanan, justru berkontribusi dalam peningkatan dampak negatif terhadap perekonomian.
Dampak ekonomi termasuk penutupan sementara hotel, restoran, pusat hiburan, pusat wisata,
pusat perbelanjaan, dan tempat menarik lainnya. Pada Juni 2020, terjadi penutupan 1.800
hotel di Indonesia. Agen online Traveloka memberhentikan 10% dari total staf, jaringan hotel
Airbnb memotong staf sebesar 25%, dan Airy Room di Indonesia tutup secara permanen.
Pengangguran meningkat sebanyak 3,7juta orang per Juli 2020 akibat pandemi.Pertumbuhan
ekonomi mengalami kontraksi menjadi -5,32% pada Triwulan II 2020 [ CITATION Bad204 \l
1033 ]. Depresiasi nilai tukar hingga inflasi negatif pada Juli 2020 juga terjadi.Perekonomian
di negara lain juga mengalami efek ekonomi yang serupa dalam sektor pariwisata(Gössling,
Scott, & Hall, 2020; Polyzos, Samitas, & Spyridou, 2020; Nicola, 2020; Williams, 2020).
Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin turun mengakibatkan penurunan pendapatan
yang mengarah pada penurunan daya beli masyarakat.
Sebelum pandemi, telah diprediksi bahwa sektor pariwisata akan tumbuh setiap tahunnya
sebesar 4%. Namun, penyebaran COVID-19 memicu perubahan dalam prediksinya dengan
penurunan hingga 57% selama tahun 2020[CITATION Uni205 \l 1033 ]. Asia Pasifik menempati
kawasan dengan penurunan kunjungan wisatawan paling tinggi yaitu sekitar 35% atau sekitar
-33 juta kunjunganpada triwulan 1 tahun 2020.Badan Pusat Statistik menyebutkan adanya
pandemi ini akan menurunkan devisa dari wisatawan mancanegara, khususnya dari Tiongkok
yang menyumbang sekitar 12% dari total kunjungan pada 2019. Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif memprediksikan bahwa pada 2020 Indonesia akan kehilangan sekitar Rp 40
Triliun devisa dari wisatawan asal Tiongkok.
Sektor pariwisata diprediksi akan mengalami penyusutan hingga 25% pada tahun ini seiring
dengan pembatasan perjalanan yang dilakukan oleh banyak negara akibat COVID-19
(WTTC, 2020). Industri penerbangan global mengalami kerugian hingga US$ 133 Miliar.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (2020) juga menyebutkan bahwa terjadi
penurunan tingkat okupansi di 6.000 hotel di Indonesia. Ini menjadi gambaran bahwa sektor
pariwisata dan usaha di bidang terkait mengalami penurunan tingkat pendapatan dan
penjualan.
Selama dekade terakhir, pemerintah Indonesia telah mendorong industri pariwisata karena
memiliki peran penting dalam meningkatkan aktivitas bisnis, pendapatan mata uang asing,
dan penciptaan lapangan kerja. Namun demikian, industri pariwisata cenderung sangat peka
terhadap bencana alam (Haksama et al., 2018), konflik sosial, perang, krisis ekonomi, aksi
terorisme, dan terhadap pandemi. Muryani et al. (2020) mengidentifikasi bahwa Tsunami
(2004), krisis finansial global (2008), dan serangan teroris pada tahun 2002 dan 2005 telah
meredam aktivitas pariwisata di Indonesia.Bom pada tahun 2002 menyebabkan penurunan
PDB riil, lapangan kerja, harga ekspor, dan indeks harga konsumen di Bali.Kedatangan
wisatawan turun 50% setelah serangan bom tahun 2002. Purwomarwanto dan Ramachandran
(2015) menemukan penurunan kedatangan pariwisata tahun 2008, dengan pemulihan hanya
setahun setelahnya.
Oleh karena itu, penting bagi pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi usaha di bidang
pariwisata yang paling terpengaruh, untuk menangani bantuan yang diperlukan sehingga
dapat dipulihkan secara cepat. Kegagalan untuk mengidentifikasi kegiatan yang rentan dapat
berimplikasi pada kehilangan pekerjaan lebih lanjut, pendapatan yang lebih rendah, dan
pemulihan yang lambat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian sektor pariwisata dan usaha di
bidang terkait.Perhitungan kerugian menggunakan model Seasonal Autoregressive Integrated
Moving Average (SARIMA) untuk sektor pariwisata dibidang akomodasi, transportasi,
makanan dan minuman, paket wisata, dan perbelanjaan. Studi ini meramalkan kedatangan
yang diharapkan dalam situasi tidak ada pandemi, dan membandingkan dengan kedatangan
yang sebenarnya. Kerugian ekonomi pada masing-masing usaha diperkirakan sesuai dengan
prediksi distribusi pengeluaran yang dihitung dari tahun-tahun sebelumnya. Kerugian di
berbagai usaha di bidang pariwisata untuk Januari hingga Agustus 2020 digunakan sebagai
dukungan untuk rekomendasi kebijakandan pengarahan strategi. Kerugian sektor pariwisata
fokus pada dampak dari perlambatan di kedatangan internasional.

TINJAUAN PUSTAKA
Guna meratakan kurva kasus COVID-19 maka dilakukan berbagai strategi seperti lock down,
jarak sosial, stay-at-home, pembatasan perjalanan dan mobilitas. Hal ini mengakibatkan
penutupan sementara dan penurunan permintaan untuk bisnis perhotelan [ CITATION Bar20 \l
1033 ]. Tidak hanya perhotelan, seluruh restoran juga membatasi operasinya dengan
memberlakukan hanya sistem take a way (dibawa pulang). Pembatasan operasi baik oleh
perhotelan dan restoran menyebabkan penurunan pendapatan usaha ini(Gursoy & Chi,
2020).Negara-negara seperti Italia, Spanyol, Prancis, China dan Amerika Serikat menerima
dampak yang besar sebagai destinasi tujuan wisata terbesar di dunia(Farzanegan et al., 2020).
COVID-19 mengakibatkan dampak yang lebih ekstrim dari dampak epidemi influenza pada
1981. Bisnis kecil memiliki kerapuhan finansial sehingga sangat rentan terhadap pandemi
COVID-19 ini. Survey pada bisnis kecil di Amerika Serikat menunjukkan bahwa bisnis kecil
mengurangi pekerjanya sekitar 40% sejak Januari 2020. Dampak lebih besar mengakibatkan
54% perusahaan tutup dan terjadi penurunan lapangan pekerjaan sebesar 47%. Sebagian
besar dampak ini dirasakan oleh bisnis dibidang pariwisata dan turunannya(Bartik, et al.,
2020)
Tidak hanya industri kecil, dampak COVID-19 juga dirasakan oleh industri besar, perusahaan
terkenal di Amerika Serikat seperti Sears, JCPenney, Neiman Marcus, Hertz, dan J. Crew
sedang berada pada tekanan finansial. Sebesar 80% kamar hotel kosong dan maskapai
penerbangan melakukan PHK sebesar 80% dari pekerja yang ada. Sektor pariwisata dan
sektor terkait dipastikan tidak akan mendapat untung di tahun 2020 ini [ CITATION Don20 \l
1033 ].
Survey di India menunjukkan bahwa sektor transportasi, pariwisata, dan perhotelan sudah
tidak mampu lagi untuk menarik permintaan konsumen sehingga tidak ada produksi dalam
ketiga sektor ini. Di China sektor perhotelan mengalami penurunan hunian hotel sebesar 89%
pada akhir Januari 2020. Di Jerman tingkat hunian hotel turun lebih dari 36%. Tingkat hunian
hotel di Italia hanya sebesar 6%, dan London sebesar 47% (Nicola, 2020).
Amerika tampaknya mengalami kerugian yang begitu parah dimana satu juta restoran sebagai
sektor swasta terbesar kedua di Amerika Serikat dan mempekerjakan 15,6 juta orang
kehilangan delapan juta pekerjaan dan jasa makanan akibat pandemi. Tingkat hunian hotel
turun 11,6% untuk pekan yang berakhir pada 7 Maret 2020 dan mengalami kerugian sebesar
US$ 13 miliar per Februari 2020.Diprediksikan bahwa hotel akan mengalami kerugian
sebesar US$ 3,5 miliar per minggu(Sönmez, et al., 2020; AHLA, 2020).
Berbagai negara telah menghadapi dan memperbaiki dampak dari COVID-19 ini dengan
berbagai kebijakan. Eropa telah menyiapkan 1,7 Triliun Euro untuk paket penyelamatan
COVID-19. European Central Bank (ECB) telah membuat program pembelian aset guna
menstabilkan dan memperkuat mata uang Euro.Pemerintah juga melakukan pelonggaran
anggaran untuk mendorong pengeluaran publik dan sebagai dukungan untuk bisnis yang
terkena dampak pandemi ini.Jerman juga telah menyiapkan pinjaman untuk perusahaan dan
kompensasi untuk karyawan yang terdampak pandemi COVID-19. Di Inggris, pemerintah
telah menyiapkan bantuan untuk masyarakat yang terdampak dengan menunda pembayaran
pajak, pinjaman perusahaan dan UKM, serta pendanaan bisnis. Selain itu pemerintah Inggris
juga menjanjikan akan mengurangi biaya perusahaan dengan membayar 80% dari gaji staf.
Bank of England juga menurunkan suku bunga menjadi 0,1%.(Blanchard, et al., 2020;
Goniewicz, et al., 2020; Nicola, 2020; Motta & Peitz, 2020; Bénassy-Quéré, et al., 2020)
METODE PENGABDIAN MASYARAKAT
Sejalan dengan Joo, et al. (2019)untuk menghitung kerugian sektor pariwisata, maka
digunakan teknik estimasi Seasonal Autoregressive Integrated Moving Average (SARIMA).
SARIMA dinamis dapat diestimasi secara langsung karena dapat menghasilkan forecasting
lebih dari satu periode. SARIMA statis hanya dapat menghasilkan forecasting satu periode.
Forecasting SARIMA dinamis dan statis akan menghasilkan prediksidari jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara jika diasumsikan tidak ada pandemi COVID-19. Selisih antara nilai
aktual dan prediksi dari SARIMA akan menghasilkan kerugian pendapatan pariwisata.
Persentase dari usaha di bidang terkait yaitu transportasi, akomodasi, makan dan
minum,perbelanjaan, paket wisata, dan lainnya akan dikalikan dengan kerugian pendapatan
pariwisatasehingga akan diketahui kerugian untuk masing-masing sektor ini.
Estimasi SARIMA diawali dengan mengidentifikasi apakah terdapat pola musiman pada
data. Setelah diketahui bahwa terdapat pola musiman, maka dilakukan uji unit root pada data.
Uji unit root dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF). Jika data
sudah stasioner, maka dilakukan indentifikasi model musiman dan non musiman
menggunakan ACF (Auto Correlation Function) dan PACF (Partial Auto Correlation
Function). Langkah selanjutnya adalah menguji signifikansi dari parameter model-model
yang telah diidentifikasi. Model yang terpilih adalah model yang memiliki nilai AIC (Akaike
Information Criterion) dan BIC (Schwarz Bayesian Information Criterion) yang rendah.
Model terpilih bukan berarti model terbaik, sehingga perlu dilakukan uji diagnostik berupa
uji normalitas menggunakan Jarque-Berra dan White Noise menggunakan Q-Statistic.
Guna mendapatkan nilai kerugian untuk sektor pariwisata, maka digunakan data sekunder
berupa time seriesperiode Januari-2009 hingga Agustus-2020. Data ini mencakup jumlah
kunjungan wisatawan,pengeluaranwisatawan, dan persentase pengeluaran wisatawan untuk
tiap bidang usaha. Data tentang pengeluaran merupakan average expenditure per foreign
tourist berdasarkan data tahun 2019 (Statistik Pengeluaran Wisatawan, BPS).
Jika kerugian sektor pariwisata dan usaha dibidang terkait telah diketahui, maka pendekatan
pengabdian masyarakat yaitu sosialisasi dan pengarahan dapat dilakukan. Kebijakan yang
diambil pemerintah untuk usahaakomodasi, makanan dan minuman,perbelanjaan (kerugian
terbesar) harus diketahui oleh pelaku usaha. Upaya yang dilakukan untuk membantu ketiga
sektor ini dapat bertahan adalah melalui sosialisasi dan pengarahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerugian Sektor Pariwisata dan Bidang Terkait
Berdasarkan hasil estimasi Tabel 1, dapat diketahui bahwa sektor pariwisata mengalami
kerugian yang besar akibat pandemi ini. Rata-rata persentase kerugian sektor pariwisata dari
Januari hingga Agustus 2020 sebesar 67,92% hingga 69,07%. Kerugian terparah terjadi pada
bulan Juli dimana kunjungan wisatawan mancanegara hanya mencapai 9,29%- 10,24% dari
kunjungan wisatawan yang seharusnya jika tidak ada pandemi. Pandemi menurunkan
kunjungan wisatawan mancanegara secara signifikan, searah dengan hasil diKuo et al.(2008).
1,800,000
Total Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Aktual Proyeksi Dinamis Proyeksi Statis


1,600,000
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8
m m m m m m m m m 20 20 20 0m 0m 0m 0m 0m 0m 0m 0m
019 019 019 019 019 019 019 019 019 02 02 02 02 02 02 02 02
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Sumber: Penulis
Gambar 1
Proyeksi Kerugian Sektor Pariwisata secara Dinamis dan Statis
Jika diakumulasikan, Indonesia mengalami kerugian kunjungan wisatawan mancanegara
sebesar 9.508,16 juta USD hingga 10.328,81 juta USD per Januari hingga Agustus 2020
(Tabel 1). Secara dinamis kerugian terparah terjadi pada bulan Juli dan secara statis kerugian
terbesar terjadi pada bulan Agustus. Kerugian besar ini tentunya juga sangat berdampak pada
usaha yang terkait dengan pariwisata[ CITATION Don201 \l 1033 ].
Tabel 1
Estimasi Kerugian Sektor Pariwisata Akibat Pandemi COVID-19

Persentase Kerugian Kerugian Pengeluaran Wisatawan (juta USD)


Periode Aktual
Dinamis Statis Dinamis Statis
Januari 1.272.083 3,39% 0,12% 54,40 1,92
Februari 863.960 32,44% 33,02% 506,17 519,58
Maret 470.970 68,59% 65,86% 1.254,99 1.108,45
April 160.042 88,69% 88,05% 1.531,51 1.438,71
Mei 163.646 89,25% 87,81% 1.657,18 1.438,34
Juni 158.256 89,98% 89,29% 1.734,66 1.610,64
Juli 157.939 90,71% 89,76% 1.880,69 1.690,75
Agustus 164.970 89,47% 89,41% 1.709,21 1.699,77
Total 3.411.866 69,07% 67,92% 10.328,81 9.508,16
Sumber: Penulis

Pengeluaran rata-rata wisatawan paling banyak digunakan untuk akomodasi sebesar 31,32%
(Gambar 1). Bidang usaha kedua yang paling banyak dibeli oleh wisatawan adalah makanan
dan minuman sebesar 18,39%.Bidang usahaperbelanjaan menjadi sektor ke tiga yang paling
banyak mendorong wisatawan mengeluarkan uangnya yaitu sebesar 16,10%.
Kerugian usaha di bidang akomodasi diperkirakan mencapai 2.977,95 juta USD hingga
3.234,98 juta USD (Tabel 2). Kerugian ini sejalan dengan penurunan Tingkat Penghunian
Kamar (TPK) hotel di Indonesia. TPK hotel di Indonesia pada 2018 berada dikisaran 60%
untuk hotel bintang 2-5. Pada 2019 TPK hotel berada pada kisaran 50%-60% untuk hotel
bintang 2-5. Pada Januari 2020 TPK hotel sebesar 49,17% dan pada Agustus 2020 TPK hotel
menjadi sebesar 32,93%[ CITATION Bad205 \l 1033 ].

Lainnya
11%

Paket Wisata Akomodasi


10% 31%

Akomodasi
Makanan dan Minuman
Belanja
Transportasi Transportasi
13% Paket Wisata
Lainnya

Belanja Makanan dan


16% Minuman
18%
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Gambar 2
Persentase Pengeluaran Wisatawan terhadap Usaha di Bidang Pariwisata
Tabel 2
Estimasi Kerugian Usaha di Bidang Pariwisata Akibat Pandemi COVID-19

Akomodasi Makanan dan Minuman Belanja


Periode
Dinamis Statis Dinamis Statis Dinamis Statis
Januari 17,04 0,599 10,00 0,352 8,76 0,308
Februari 158,53 162,73 93,09 95,55 81,49 83,65
Maret 393,07 347,17 230,79 203,84 202,05 178,46
April 479,67 450,60 281,64 264,58 246,57 231,63
Mei 519,03 450,49 304,75 264,51 266,81 231,57
Juni 543,29 504,45 319,00 296,19 279,28 259,31
Juli 589,03 529,54 345,86 310,93 302,79 272,21
Agustus 535,32 532,37 314,32 312,59 275,18 273,66
Total 3.234,98 2.977,95 1.899,45 1.748,54 1.662,93 1.530,79
Keterangan: dalam juta USD
Sumber: Penulis

Kerugian dibidang makanan dan minuman diperkirakan mencapai 1.748,54 juta USD hingga
1.899,45 juta USD. Hal ini wajar, dikarenakan Indonesia mengantisipasi penyebaran COVID-
19 dengan lock down atauPembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB berakibat pada
turunnya mobilitas masyarakat secara keseluruhan. Kunjungan wisatawan yang tidak seperti
keadaan normalmenurunkan pendapatan berbagai usaha makanan dan minuman, terutama
restoran.Usaha restoran ditutup untuk waktu yang tidak ditentukan. Seiring dengan era new
normal, beberapa restoranmulai buka kembali dengan penerapan protokol kesehatan.
Kapasitas pengunjung restoran bisa saja dipangkas 50% untuk mematuhi protokol kesehatan
(Rahman, Thill, & Paul, 2020; Gursoy & Chi, 2020).
Penurunan wisatawan di masa pandemi telah menghentikan roda usaha dibidang perbelanjaan
terutama souvenir yang kebanyakan dimiliki oleh UMKM. Perkiraan kerugian yang dialami
oleh usaha di bidang perbelanjaan sebesar 1.530,79 juta USD hingga 1.662,93 juta
USD.UMKM yang berada di bidang ini sangat terpukul dengan adanya pandemi COVID19.
Sosialisasi Kebijakan Pemerintah dan Pengarahan Strategi di Masa Pandemi
Kebijakan pemerintah yang perlu diprioritaskan dalam pemulihan dan masa transisi harus
terkoordinasi guna mendukung sektor pariwisata yang tidak pasti sehingga pekerja, bisnis,
dan destinasi siap ketika pemulihan tiba. Diantaranya, perlu upaya untuk 1) memulihkan
kepercayaan wisatawan dan mendukung bisnis pariwisata untuk beradaptasi dan bertahan; 2)
mempertahankan pariwisata domestik dan mendukung pengaembalian pariwisata
internasional yang aman; 3) memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi keamamanan
dan kesehatan; 4) mulai membangun pariwisata yang lebih Tangguh dan berkelanjutan.
Kebijakan serupa ditunjukkan di berbagai negara di dunia [ CITATION OEC20 \l 1033 ].
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia adalah stimulus fiskal.
Pemerintah menyediakan anggaran dana sebesar Rp 686,20 Triliun untuk penanganan
COVID-19, dan sebesar Rp 123,46 Triliun diberikan kepada UMKM dengan rincian subsidi
bunga Rp 35,28 Triliun; penempatan dana untuk restrukturisasi Rp 78,78 Triliun; belanja
imbal jasa pinjaman untuk modal kerja Rp 1 Triliun; PPH finansial UMKM DPT Rp 2,4
Triliun; pembiayaan investasi kepada koperasi melalui LPDB KUMKM Rp 1 Triliun.
Beberapa negara mengelurkan berbagai kebijakan untuk menyelamatkan usaha dibidang
pariwisata. Pemerintah Estonia menganggarkan EUR 26 juta untuk bantuan bisnis dibidang
pariwisata yang berlaku hingga Desember 2020. Pemerintah Islandia telah menangguhkan
pajak akomodasi dari 1 April 2020 hingga Desember 2021 dan untuk pembayaran pajak 1
Januari hingga 31 Maret 2020 ditangguhkan hingga 5 Februari 2022. Pemerintah Peru
memberikan dana dukungan untuk UKM dan memberikan jaminan kredit untuk memenuhi
kebutuhan modal UKM. Pemerintah Amerika Serikat memberikan paket bantuan sebesar
USD 2.2 triliun termasuk hibah dan pinjaman unutk industry perjalanan dan pariwisata serta
bantuan bisnis yang lebih luas[ CITATION OEC20 \l 1033 ].
Untuk meningkatkan sektor pariwisata pada masa pemulihan akibat pandemi COVID-19
upaya difokuskan melalui peningkatan protokol layanan kebersihan, kesehatan, dan
keselamatan, program sertifikasi cleanliness, health, safety, environment sustainability
(CHSE), merancang aplikasi wisatawan bebas covid melalui aplikasi eHAC yang untuk
melakukan tracing apabila ada wisatawan yang terkena COVID-19.
Mematuhi protokol kesehatan merupakan suatu langkah untuk panduan operasi bisnis yang
aman di masa pandemi COVID-19. Beberapa organisasi dunia juga mencontohkan penerapan
protokol kesehatan. Cruise Lines International Association (CLIA) misalnya, menerapkan
dan meningkatkan protokol kesehatan sebagai bentuk awal dimulainya operasi penumpang.
World Travel and Tourism Council (WTTC) juga melakukan pemulihan terhadap 100 juha
pekerjaan dengan salah satu cara yaitu mulai membuka mobilitas dengan penyelarasan
protokol kesehatan. WTTC juga meluncurkan SafeTravels pada Mei 2020 guna
meningkatkan kepercayaan wisatawan terkait protokol kesehatan dan keselamatan. Selain
sertifikasi dan penerapan protokol kesehatan, kelengkapan informasi terutama untuk usaha
akomodasi. Informasi tersebut meliputi informasi tentang identitas wisatawan, kondisi
kesehatan, asal wisatawan, informasi mengenai bagaimana bantuan dapat diberikan,
informasi bagaimana wisatawan dapat dihubungi ketika dalam kesulitan, keaaan darurat atau
bahaya, dan bagaimana mereka dipulangkan. (OECD, 2020; UNWTO, 2020)
Pemerintah Indonesia juga melakukan reaktivasi pasar wisatawan domestik, dan fokus
pengembangan 5 Destinasi Super Prioritas, Pemerintah telah melakukan pembukaan kembali
destinasi pariwisata di beberapa tempat. Pembukaan Destinasi Pariwisata Bali mulai 31 Juli
2020. Atas masukan dari pelaku pariwisata Bali dibuka kembali dengan protokol kesehatan
yang ketat (Ketentuan Menteri Kesehatan Nomor 382/2020).
Beberapa negara juga telah mereaktivasi pasar pariwisata untuk memulihkan kepercayaan
wisatawan dan mendorong permintaan. Chili telah mereaktivasi pariwisata domestik dan
program pemesanan Taste Chile dengan anggaran khusus sebesar CLP 83 juta. Denmark
meluncurkan paket musim panas untuk penduduk domestik dengan angkutan umum gratis
selama 8 hari dan tiker setengah harga. Jepang juga mulai mereaktivasi pasar pariwisata
domestik dengan pemberian diskon dan voucher kepada konsumen untuk digunakan dalam
bisnis pariwisata, transportasi, makanan, dan acara [ CITATION OEC20 \l 1033 ].
Usaha bidang makanan dan minuman serta perbelanjaan yang kebanyakan masih berbentuk
UMKM dapat memanfaatkan stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintah. UMKM dapat
menerima dari pemerintah bantuan usaha dan subsidi bunga kredit. Ini dapat dimanfaatkan
oleh UMKM untuk peningkatan protokol kesehatan dalam proses produksi maupun
distribusi. Selain itu, UMKM dengan produk yang permintaannya rendah atau bahkan tidak
ada sama sekali, dapat memproduksi dan memodifikasi barang produksinya dengan barang
yang banyak diminta oleh masyarakat saat ini. Inovasi merupakan kunci dari bertahannya
UMKM.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan adaptasi model bisnis misalnya menawarkan
layanan makanan untuk dibawa pulang, kondisi pemasaran yang lebih fleksibel, penyesuaian
harga, mengubah jam operasi, menawarkan produk dan pengalaman secara digital,
menciptakan produk dan paket baru. Usaha dibidang akomodasi juga dapat memenuhi
kebutuhan pasar yang baru agar operasi usaha terus berjalan yaitu dengan menyediakan
akomodasi untuk pelajar dan ruang kerja alternatif untuk jarak jauh(Gursoy & Chi, 2020;
Liguori & Pittz, 2020; OECD, 2020).
Perubahan permintaan akibat pandemi menuntut UMKM untuk melakukan inovasi bauran
pemasaran usaha (marketing mix). Inovasi pemasaran meliputi inovasi produk, harga, tempat,
dan promosi. Tindakan marketing mix yang dilakukan oleh UMKM di Norrbotten untuk
bertahan saat krisis seperti memfasilitasi reservasi, kemudahan pembayaran (dengan e-wallet
misalnya) dan pemberian diskon, pengarahan ulang promosi untuk fokus jangka panjang
(sertifikasi keamanan dan kesehatan) [ CITATION Lar20 \l 1033 ].
Perusahaan lain di Eropa menerapkan upaya inovasi yang berhasil yang dapat direplikasi oleh
UMKM di Indonesia(Gössling, Scott, & Hall, 2020).Beberapa hotel di Denmark
menyewakan kamar untuk pelajar guna memenuhi kekurangan perumahan pelajar (asrama).
Di Slovakia, Badan Pariwisata dan Bisnis Perhotelan Bratislava menciptakan kampanye
promosi untuk memperpanjang lama tinggal wisatawan (gratis menginap di malam ke tiga,
OECD, 2020).
Pemerintah diberbagai negara juga telah mendukung inovasi untuk usaha di bidang
pariwisata. Pemerintah Finlandia menyediakan dana hibah untuk perusahaan yang membuat
produk baru atau solusi produksi yang inovatif (biasanya mencakup akomodasi baru atau
pengembangan bisnis). Pemerintah Islandia memberikan dana untuk pengembangan
teknologi guna mendorong investasi. Pemerintah Lituania berupaya melakukan pemulihan
sektor pariwisata dengan transformasi sektor pariwisata kearah promosi inovasi dan teknologi
digital melalui pengembangan layanan dan produk pariwisata, misalnya melalui pelatihan
pekerja perusahaan dan inovasi [ CITATION OEC20 \l 1033 ].
Usaha dibidang akomodasi, makanan dan minuman, serta perbelanjaan harus melakukan
sertifikasi protokol kesehatan untuk menjamin keamanan konsumen, ini dapat meningkatkan
permintaan konsumen karena mereka merasa aman dimasa pandemi. Sertifikasi ini
disediakan gratis oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Seiring dengan berjalnannya waktu, konsumen akan mau membayar lebih misalnya untuk
akomodasi hotel, dengan protokol kesehatan dan kebersihan yang sesuai standar[ CITATION
Noe20 \l 1033 ].
Gursoy & Chi (2020) membuktikan bahwa pelonggaran pembatasan perjalan tidak segera
memulihkan kemauan konsumen untuk kembali makan di restoran atau menginap di hotel.
Sekitar 18% konsumen akan makan di restoran atau menginap di hotel ketika destinasi
tersebut memiliki kasus COVID-19 yang relatif rendah. Selain itu mereka akan ke restoran
atau hotel dengan protokol kesehatan yang baik (ada tempat pembersih tangan, staf memakai
masker dan sarung tangan, menerapkan jarak sosial, membatasi jumlah konsumen yang
dilayani, pembersian area umum secara ketat, pelatihan protokol kesehatan dan keselamatan
unutk karyawan). Tuntutan konsumen untuk menjaga kesehatan dan keamannya ini
mendorong konsumen untuk membayar lebih baik di restoran maupun hotel. Survei
menunjukkan 40% konsumen sepakat untuk membayar lebih demi kesehatan dan
keamanannya.
Pola konsumsi masyarakat yang berubah dari tatap muka menjadi online harus dimanfaatkan
dengan baik oleh ketiga pelaku usaha ini[ CITATION Wat20 \l 1033 ]. Hotel dapat
mempromosikan produknya melalui platform digital dengan memberikan diskon dan
menjamin standar protokol kesehatan melalui platform digital seperti Traveloka, Tiket.com,
danOYO. Untuk usaha makanan dan minuman juga mulai memasukkan produknya ke
platform digital. Untuk makanan khas yang biasanya dijadikan oleh-oleh wisatawan juga
dapat dijual melalui platform digital, begitupun juga untuk usahadi bidang belanja.
PENUTUP
Penelitian ini bertujuan mengestimasi kerugian sektor pariwisata dan usaha di bidang terkait
di bulan Januari hingga Agustus 2020 sehingga dapat diambil suatu langkah untuk
menyelamatkan usaha di bidang pariwisata untuk tetap survive di masa pandemi. Upaya yang
dilakukan adalah dengan sosialisasi kebijakan pemerintah dan pengarahan strategi bertahan
untuk usaha di bidang pariwisata yang terkena dampat terbesar diantaranya akomodasi,
makanan dan minuman, serta perbelanjaan.
Temuan kami menunjukkan bahwa sektor pariwisata mengalami kerugian pendapatan sebesar
9.508,16 juta USD hingga 10.328,81 juta USD dengan penurunan kunjungan wisatawan rata-
rata sebesar 67%-69% per Januari hingga Agustus 2020. Usaha dibidang pariwisata juga
mengalami kerugian yang cukup besar yaitu kerugian usaha di bidang akomodasi
diperkirakan mencapai 2.977,95 juta USD hingga 3.234,98 juta USD; dibidang makanan dan
minuman diperkirakan mencapai 1.748,54 juta USD hingga 1.899,45 juta USD; dan di bidang
perbelanjaan diperkirakan sebesar 1.530,79 juta USD hingga 1.662,93 juta USD.
Besarnya kerugian sektor pariwisata dan usaha dibidang terkait mendorong pemerintah
mengeluarkan berbagai kebijakan. Kebijakan ini perlu diketahui dan disosialisasikan oleh
bidang usaha pariwisata untuk membantu bertahan di masa pandemi. Kebijakan stimulus
fiskal telah dikeluarkan oleh pemerintah dengan anggaran Rp 686,20 Triliun termasuk
didalamnya adalah bantuan untuk UMKM.Pemerintah Indonesia juga menciptakan sertifikasi
kesehatan dan keamanan seperti yang dicontohkan oleh beberapa organisasi dunia seperti
CLIA dan WTTC. Sertifikasi ini sangat berguna untuk panduan operasi bisnis dan pemulihan
kepercayaan wisatawan. Pemerintah Indonesia mulai mereaktivasi pasar wisatawan domestic,
dan patut memembantu pasar pariwisata untuk memulihkan kepercayaan wisatawan dan
mendorong permintaan dengan menawarkan diskon dan voucher.
Strategi yang dapat dilakukan untuk UMKM dibidang makanan dan minuman serta
perbelanjaan adalah dengan inovasi. Salah satu bentuk inovasi adalah marketing mix yang
dilakukan oleh UMKM di Norrbotten untuk bertahan saat krisis seperti memfasilitasi
reservasi, kemudahan pembayaran dan pemberian diskon, pengarahan ulang promosi untuk
fokus jangka panjang. Startegi lain yang dapat dilakukan adalah dengan adaptasi model bisnis
misalnya menawarkan layanan makanan untuk dibawa pulang, kondisi pemasaran yang lebih
fleksibel, penyesuaian harga, mengubah jam operasi, menawarkan produk dan pengalaman
secara digital, menciptakan produk dan paket baru.Strategi yang dapat dilakukan untuk usaha
akomodasi adalah dengan memenuhi kebutuhan pasar yang baru agar operasi usaha terus
berjalan yaitu dengan menyediakan akomodasi untuk pelajar dan ruang kerja alternatif.
Strategi yang perlu diterapkan untuk usaha dibidang akomodasi, makanan dan minuman,
serta perbelanjaan adalah penerapan protokol kesehatan. Hasil survey menunjukkan bahwa
pola konsumsi masyarakat akan berubah menjadi mengutamakan kesehatan sehingga mereka
akan rela membayar lebh demi keselamatan dan kesehatannya. Selain itu konsumsi juga akan
berubah dari offline menjadi online, sehingga digitalisasi penting untuk seluruh bidang usaha.

DAFTAR PUSTAKA
American Hotel and Lodging Association. (2020). State of The Hotel Industry Analysis:
COVID-19 Six Months Later. New York: AHLA.
ASEAN Development Bank. (2020). COVID-19 Economic Impact Assessment. ASEAN
Development Bank
Bartik, A., Bertrand, M., Cullen, Z., Glaster, E., Luca, M., & Staton, C. (2020). How are
Small Businesses Adjusting to COVID-19? Early Evidence from A Survey. National
Bureau of Economic Research, 1-35. https://www.nber.org/papers/w26989.pdf
Bénassy-Quéré, A., Marimon, R., Pisani-Ferry, J., Reichlin, L., Schoenmaker, D., & Mauro,
B. (2020). COVID-19: Europe Needs A Catastrophe Relief Plan. Centre for Economic
Policy Research, 103-112.
Blanchard, O., Philippon, T., & Pisani-Ferry, J. (2020). A New Policy Toolkit is Needed As
Countries Exit COVID-19 Lockdowns. Policy Contribution, 1-14.
Donthu, N., & Gustafsson, A. (2020). Effects of COVID-19 on Business and Research.
Journal of Business Research, 117, 284-289.
https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.jbusres.2020.06.008
Donthu, N., & Gustafsson, A. (2020). Effects of COVID-19 on Business and Research.
Journal of Business Research, 117, 284-
289.https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.jbusres.2020.06.008
Farzanegan, M., Ghollpour, H., Felzi, M., Nunkoo, R., & Andargoli, A. (2020). International
Tourism and Outbreak of Coronavirus (COVID-19). Journal of Travel Research, 1-6.
https://dx.doi.org/10.1177/0047287520931593
Goniewicz, K., Khorram-Manesh, A., Hertelendy, A., Goniewicz, M., Naylor, K., & Burkle
Jr., F. (2020). Current Response and Management Decisions of the European Union to
the COVID-19 Outbreak: A Review. Sustainability, 12(9), 1-
12.https://doi.org/10.3390/su12093838
Gössling, S., Scott, D., & Hall, M. (2020). Pandemics, Tourism and Global Change: A Rapid
Assessment of COVID-19. Journal of Sustainable Tourism, 1-
20.https://doi.org/10.1080/09669582.2020.1758708
Gursoy, D., & Chi, C. (2020). Effects of COVID-19 Pandemic on Hospitality Industry:
Review of the Current Situations and A Research Agenda. Journal of Hospitality
Marketing & Management, 29(5), 527-
529.https://doi.org/10.1080/19368623.2020.1788231
Haksama, S., Prayoga, D., Lailiyah, S. U., & Sari, J. D. E. (2018). Capacity Building Peran
Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana Di Daerah Wisata Kabupaten
Banyuwangi Dalam Rangka Mendukung Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana)
Tahun 2017. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services), 2(2), 72-
77.http://dx.doi.org/10.20473/jlm.v2i2.2018.72-77
Joo, H., Maskery, B., Berro, A., Rotz, L., Lee, Y.-K., & Brown, C. (2019). Economic Impact
of the 2015 MERS Outbreak on the Republic of Korea's Tourism-Related Industries.
Health Security, 17(2), 100-108. https://dx.doi.org/10.1089/hs.2018.0115
Kuo, H.-I., Chen, C.-C., Tseng, W.-C., Ju, L.-F., & Huang, B.-W. (2008). Assesing Impacts
of SARS and Avian Flu on International Tourism Demand to Asia. Tourism
Management, 29(5), 917-928.https://doi.org/10.1016/j.tourman.2007.10.006
Larsson, S., & Gustavsson, S. (2020, June 12). Marketing Innovation for SMEs during
COVID-19 Pandemic: A Case Study of the Hospitality Industry in Norrbotten.
Liguori, E., & Pittz, T. (2020). Strategies for Small Business: Surviving and Thriving in the
Era of COVID-19. Journal of the International Council for Small Business, 1-5.
https://doi.org/10.1080/26437015.2020.1779538
Motta, M., & Peitz, M. (2020). EU State Aid Policies in the Time of COVID-19. Centre for
Economic Policy Research, 73-77.
Nicola, M. (2020). The Socio-Economic Implications of the Coronavirus Pandemic (COVID-
19): A Review. Elsevier Public Health Emergency Collection, 78, 1835-193.
https://dx.doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.04.018
Noel, M. (2020). COVID Economics Competitive Responses in a Devastated Industry:
Evidence from Hotels during COVID-19. SSRN, 1-
35.https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3660174
OECD. (2020). Rebuilding Tourism for the Future: COVID-19 Policy Responses and
Recovery.
Polyzos, S., Samitas, A., & Spyridou, A. (2020). Tourism Demand and The COVID-19
Pandemic An LSTM Approach. Tourism Recreation Research, 1-
13.https://doi.org/10.1080/02508281.2020.1777053
Rahman, M., Thill, J.-C., & Paul, K. (2020). COVID-19 Pandemic Severity, Lockdown
Regimes, and People's Mobility: Evidence from 88 Countries. SSRN, 1-
17.https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.366413
Sönmez, S., Apostolopoulos, Y., Lamke, M., & Hsieh, Y.-C. (2020). Understanding the
Effect of COVID-19 on the Health and Safety of Immigrant Hospitality Workers in the
United States. Tourism Management Perspectives, 35, 1-
7.https://doi.org/10.1016/j.tmp.2020.100717
UNWTO. (2020). International Tourist Arrivals Countries to Outpace The Economy.
Watanabe, T., & Omori, Y. (2020, Juni 15). Online Consumption During the COVID-19
Crisis: Evidence from Japan. JSPS Grant-in-Aid for Scientific Research, hal. 1-39.
Williams, C. (2020). Impacts of the Coronavirus Pandemic on Europe's Tourism Industry:
Addresing Tourism Enterprises and Workers in the Unbalanced Economy. International
Journal of Tourism Research, 1-10. https://doi.org/10.1002/jtr.2395
WTTC. (2020). World Travel & Tourism Council: Travel & Tourism - Global Economic
Impact & Trends 2020 - May 2020
LAMPIRAN

SNAPSHOT “KERUGIAN PARIWISATA DAN USAHA DI BIDANG TERKAIT:


SOSIALISASI KEBIJKAAN PEMERINTAH DAN PENGARAHAN STRATEGI
BERTAHAN”

STRATEGI BERTAHAN

You might also like