You are on page 1of 18

UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 68

LANGKAH PENCEGAHAN KONFLIK BERSENJATA


Mahfud
Faculty of Law University of Syiah Kuala
Email: mahfud.abdullah@yahoo.co.id

ABSTRACT

Completion of the armed conflict in both the legal and political framework set in
customary international law and the Hague Convention I of 1899 and 1907 on the peaceful
resolution of disputes, as well as the Charter of the United Nations. Mechanisms for resolving
armed conflicts as well as measures to prevent the emergence of armed conflict refers to the
two methods of dispute resolution, the peaceful resolution of disputes and the settlement of
disputes by force or violence. Patterns in the context of conflict resolution approach more
focused on the efforts of early stage to prevent the emergence of armed-conflict. Such efforts
can be done with diplomacy and political mediation efforts by involving the various parties
that are considered to be actors of peace. While humanitarian law in the context of normative
law enforcement efforts imprinted on the situation of the ongoing war, one of its forms
through foreign intervention in the ongoing armed conflict itself. In the present context of the
humanitarian intervention of humanitarian law known as the Responsibility to Protect (R to
P). In addition through the UN mechanism for the continuous efforts of the international
community to prevent the emergence of armed conflict also involving a number of other
actors who can be considered a partner for peace. One of them involving specific groups that
can be considered a party to break the chain of armed conflict itself. One of them is through
the mechanism of the Kimberley Process.

Key words: arm conflict, resolution, United Nations

ABSTRAK
Penyelesaian konflik bersenjata dalam kerangka hukum dan politik yang diatur dalam
hukum kebiasaan internasional dan Konvensi Den Haag I tahun 1899 dan 1907 tentang
penyelesaian konflik secara damai, serta Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mekanisme
untuk menyelesaikan konflik bersenjata serta langkah-langkah untuk mencegah munculnya
konflik bersenjata mengacu pada dua metode penyelesaian sengketa, penyelesaian damai
sengketa dan penyelesaian sengketa dengan kekerasan atau kekerasan. Pola dalam konteks
pendekatan resolusi konflik lebih fokus pada upaya tahap awal untuk mencegah munculnya
konflik bersenjata. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan upaya diplomasi dan mediasi
politik dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap sebagai pelaku perdamaian.
Sementara hukum humaniter dalam konteks upaya penegakan hukum normatif tercetak pada
situasi perang yang sedang berlangsung, salah satu bentuknya melalui intervensi asing dalam
konflik bersenjata yang sedang berlangsung itu sendiri. Dalam konteks sekarang intervensi
kemanusiaan dari hukum humaniter dikenal sebagai Responsibility to Protect (R to P). Selain
itu melalui mekanisme PBB untuk upaya berkelanjutan dari komunitas internasional untuk
mencegah munculnya konflik bersenjata juga melibatkan sejumlah aktor lain yang dapat
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 69

dianggap sebagai mitra perdamaian. Salah satunya melibatkan kelompok-kelompok tertentu


yang bisa dianggap sebagai pihak untuk memutus rantai konflik bersenjata itu sendiri. Salah
satunya adalah melalui mekanisme Proses Kimberley.

Kata kunci: konflik senjata, resolusi, PBB

Pendahuluan yang mengenal kehidupan bernegara.2) Oleh


karenanya, pelaksanaan perang itu sendiri
Sebagai bagian dari sirklus sosial
disesuaikan dengan serangkaian formalitas
perang telah dianggap sebagai ritual
atau peraturan sebagai bagian dari sistem
survival dari kelompok sosial. Rentatan
hukum tertentu, atau perang ditujukan demi
sejarah bertahan hidup kelompok sosial
alasan-alasan yang dapat
yang dipenuhi pergulatan kekerasan
dipertanggungjawabkan menurut kaidah
berupa perang, telah menjadikan manusia
agama atau adat istiadat masyarakat tertentu.3)
menjadi korban utama dari kebijakan
Faham-faham tentang perang ini
yang dibuatnya sendiri. Perang demi
sendiri dapat dilihat dari dua kutub
perang dengan evolusi senjata yang
pandangan ekstrem, yaitu golongan
dipakai para pihak yang terlibat dalam
“militiarists” (cinta perang) dan kedua,
suatu peperanggan semakin
golongan pacifists (cinta damai), yang
memperkukuh pentingnya
menurut Austin Fagathey keduanya tak
memperdulikan nilai kemanusiaan yang
dapat bertemu. Austin mengatakan bahwa :
muncul akibat perang. Perang pula yang
“...militarists look on war as inavitable,
kemudian memulai dan menutup
as a natural expression of man‟s
petempuran, termasuk mencegah anggressive instincts, as a necessary
munculnya konflik bersenjata baru. 1)
element in a nation‟s growth and as the
Sejarah mencatat bahwa sulit normal means by which it play its role
in history. Pasifists think that violence
menemukan suatu negara yang tidak pernah and bloodshed, whatever tendencies
terlibat dalam perang karena perang itu man may have to ward indulging his
merupakan tingkah laku sosial yang muncul fighting insticts, are so wrong in
themselves that to use them even for
pada hampir semua bangsa dalam mencapai
tujuan-tujuan geopolitiknya, dan lebih jauh
lagi bahwa perang sesungguhnya suatu
bentuk tingkah laku yang hanya dapat
2)
E. Koswara, Agresi Manusia, PT Eresco,
ditemukan di dalam lingkungan manusia Bandung, 1988, hlm 151.
3)
Majid Khadduri, War and Peace in The Law of
1)
Edisi Koleksi Angkasa, Pistol, Rifles, and Machine Islam (Perang dan Damai dalam Hukum Islam),
Gun, April 2006, hlm 3-4. Tarawang Press, Jakarta, 2002, hlm 47.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 70

defense is to use an evil means for good oleh hukum internasional dalam mana
end...” 4) kekuatan yang diperlukan untuk
Manusia sebagai mahluk mengalahkan musuh boleh digunakan dan
bermasyarakat yang hidup dalam suatu prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan
masyarakat besar dan negara akan terhadap individu-individu pada saat
menghadapi berbagai tantangan dan salah berlangsungnya konflik-konflik bersen-
satu cara untuk mempertahankan diri dari jata.7) Karena pada umumnya dalam suatu
tantangan tersebut adalah melalui berperang. konflik atau sengketa yang demikian nilai-
Hal ini sebagaimana digambarkan oleh nilai kemanusiaan sering terabaikan. 8)
Aristoteles yang menyatakan bahwa : Tujuan pokok dari kaidah-kaidah
hukum ini untuk alasan-alasan
“…war in itself is a physical evil, it
becomes a moral evil only when there prikemanusiaan guna mengurangi atau
is injustice on the part of one using the membatasi penderitaan individu-individu,
force...” 5) serta untuk membatasi kawasan di dalam
Karena itu seterusnya Austin Fagathey mana kebiasaan konflik bersenjata
mengembangkan lebih lanjut teori perang diizinkan. Karena alasan inilah, ketentuan-
yang benar dan adil atas dasar tiga syarat : ketentuan itu kadang-kadang disebut
1. Pimpinan yang sah, artinya militer dapat sebagai “Hukum Perang Humaniter” atau
digerakkan untuk berperang bila kaidah-kaidah hukum “Perang Yang
diperintah oleh pejabat yang berwenang. Berperikemanusiaan”. Nama-nama yang
2. Ada alasan atau dasar yang kuat pada saat ini diakui untuk kaidah-kaidah
sehingga merupakan langkah terakhir tersebut adalah “Hukum Humaniter
dan terpaksa, setelah segala bentuk dan Internasional”.
upaya gagal. Naluri berperang ini kemudian
3. Cita-cita yang benar atau luhur, sehingga membawa keinsyafan bahwa cara berperang
meratakan tindakan yang adil dan tidak yang tidak mengenal batas itu merugikan
bertentangan dengan hati nurani. 6) umat manusia sehingga kemudian mulailah
Oleh karena itu di butuhkan suatu orang-orang mengadakan pembatasan-
aturan hukum, yaitu “Hukum Perang” pembatasan, menetapkan ketentuan-
yang terdiri dari sekumpulan pembatasan 7)
T. May Rudy, Hukum Internasional 2, Refika
Aditama, Bandung, 2001, hlm 78.
8)
Lachs, Manfred, Responsibility For The
4)
H.A. Masyur Effendi, Hukum Humaniter Development of Humanitarian Law, and
Internasional dan Pokok-Pokok HANKAMRATA, Cristopher Swinarski (Ed), Studies and Essay on
Usaha Nasional, Surabaya, 1994, hlm 20. International Humanitarian Law and Red
5)
ibid. Cross Principles, Martinus Nijhoff Publishers,
6)
ibid. Laiden, 1984, hlm 397.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 71

ketentuan yang mengatur perang antara prinsip bahwa dalam perang pun ada batasan-
bangsa-bangsa. Pelanggaran-pelanggaran batasannya. Batasan tentang bagaimana
tersebut, dapat berupa pelanggaran dalam seharusnya perang itu dilakukan, dan batasan
bentuk international crimes atau seharusnya bagaimana para kombatan itu
international torts (international berperilaku. Seperangkat aturan yang
delinquencies).9) Di dalam bentuknya yang dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip tersebut
modern sebagai suatu asas dasar dari hukum dan disahkan oleh negara-negara di dunia
perang, maka asas prikemanusiaan ini untuk dikenal sebagai Hukum Humaniter
pertama kali dirumuskan dengan tegas oleh Internasional (HHI) di mana konvensi
J.J. Rouseau yang menyatakan dalam Jenewa merupakan landasan hukum
11)
“Contract social” : utamanya.
“war then is a relation, not between Istilah hukum humaniter atau lengkapnya
man and man but between State and disebut international humanitarian law
State and individuals are enemies only
applicable in armed conflict berawal dari
accidentally, not as men, nor even
citizen as but as soldiers, not as istilah hukum perang (laws of war), yang
members of their country but as its kemudian berkembang menjadi hukum sengketa
defenders...
bersenjata (laws of armed conflict), yang
the object of war being the destruction
akhirnya pada saat ini biasa dikenal dengan
of the hostile State, the other side has
right to kill its defenders, while there istilah hukum humaniter. Mengenai perubahan
are bearing arms ; but as soon as they penggunaan istilah hukum ini menjadi
lay them down and surrender, they
Hukum Sengketa Bersenjata (Laws of Armed
cause to be enemies or instruments of
the enemy, and become once more Conflict) Edward Kossoy menyatakan :
merely men, whose life no one has any “The term of armed conflict tends to
right to take”.10) replace at least in all relevan legal
formulation, the older notion of war.
Oleh karena itu ICRC (International On purely legal consideration the
replacement for war by „armed
Committee of The Red Cross) yang didirikan
conflict‟ seems more justified and
kurang dari 150 tahun yang lalu berupaya logical”.12)
untuk mewujudkan suatu pembatasan dari
Istilah hukum sengketa bersenjata (law
suatu perperangan itu sendiri, dengan suatu
of armed conflict) sebagai pengganti hukum
perang (law of war) banyak dipakai dalam
9)
Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana
Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2000,
11)
hlm 11. Buletin ICRC, ICRC Dalam Kilasan, Maret 2001,
10)
Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-Konvensi hlm 2.
12)
Palang Merah 1949, PT Alumni, Bandung, 2002. Arlina Permana Sari dkk, Pengantar Hukum
hlm 11. Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999, hlm 7.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 72

Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 dan kedua pemilihan alat dan cara berperang, serta
Protokol Tambahannya. Dalam memberikan perlindungan kepada orang-
perkembangan selanjutnya, yaitu pada orang dan hak milik yang terkena dampak
permulaan abad ke-20, diusahakan untuk atau kemungkinan besar akan terkena
14)
mengatur cara berperang, yang konsepsi- dampak dari konflik.
konsepsinya banyak dipengaruhi oleh asas Merupakan suatu ketentuan bahwa para
kemanusiaan (humanity principle). pihak yang terlibat dalam suatu konflik
Dengan adanya perkembangan baru bersenjata mempunyai hak untuk
ini, maka istilah hukum sengketa bersenjata mengunakan senjata tidak tak terbatas untuk
mengalami perubahan lagi, yaitu diganti de- tujuan dan maksud dari peperangan.
ngan istilah Hukum Humaniter Pembatasan ini didasarkan pada dua
Internasional, yang berlaku dalam Sengketa ketentuan. Pertama, ketentuan tentang
Bersenjata (International Humanitarian prinsip-prinsip umum mengenai persenjataan
Law Applicable in Armed Conflict) atau yang sudah dikembangkan. Kedua,
biasa disebut Hukum Humaniter masyarakat internasional yang sudah
Internasional (International Humanitarian menerima sejumlah larangan khusus atau
Law). Walaupun istilah yang digunakan setiap pembatasan di mana telah disepakati
berbeda-beda, yaitu Hukum Perang, Hukum suatu bentuk tertentu dari persenjataan atau
Sengketa bersenjata dan Hukum Humaniter, metode peperangan.15)
namun istilah-istilah tersebut memiliki arti Sebagaimana ketentuan Pasal 35
yang sama.13) Protokol tambahan I tahun 1977 mengakui
Hukum Humaniter Internasional bahwa maksud dari melukai musuh dengan
membentuk sebagian besar hukum publik tidak tak terbatas ini, dan kemudian
internasional dan terdiri dari peraturan- menetapkan larangan bagi para personil
peraturan yang pada masa konflik bersenjata, militer mengunakan materi dan peluru atau
berusaha melindunggi orang-orang yang metode perang yang secara nyata
tidak atau tidak dapat lagi terlibat dalam menyebabkan luka yang berlebihan atau
permusuhan, dan untuk membatasi alat dan penderitaan yang tidak perlu. Ini
cara berperang yang digunakan. Untuk sebagaimana diatur dalam perjanjian atau
alasan-alasan kemanusiaan peraturan- ketentuan lain yang merupakan
peraturan tersebut membatasi hak pihak- 14)
Buletin ICRC, Hukum Humaniter Internasional
pihak yang terlibat dalam konflik dalam hal (Menjawab Pertanyaan-pertanyaan Anda),
Febuari 2004, hlm 4.
15)
Evans, Malcom D, International Law, Published in
The United State by Oxford University Press Inc,
13)
ibid, hlm 8. New York, 2003, hlm 802.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 73

penghormatan terhadap kebiasaan dari penyelesaian sengketa antar negara secara


hukum perang itu sendiri, seperti Deklarasi damai. 17)
St Petersburg tahun 1869, Deklarasi Deng Sebagai bagian dari upaya politik,
Haag I tahun 1899 tentang larangan persoalan tentang penyelesaian sengketa
pengunaan gas pencekik dan Deklarasi Deng baik upaya untuk menghindarkan
Haag II tentang peluru dum-dum serta munculnya konflik bersenjata. Komunitas
Konvensi Deng Haag IV tahun 1899 beserta internasional berusaha untuk mencegah
Annex tentang pengaturan mengenai hukum baik munculnya konflik maupun meredam
dan kebiasaan perang di darat.16) aksi konflik yang sedang berlangsung
untuk tidak melenceng dari prinsip norma
Analisis dan Pembahasan
hukum perang. Dalam kontek politik dan
PBB sebagai wadah organisasi dunia hukum mekanisme penyelesaian konflik
mengatur secara seksama pola maupun upaya meredam muncuknya
penyelesaian sengketa internasional konflik bersenjata mengacu pada dua
termasuk penyelesaian konflik bersenjata macam cara penyelesaian sengketa,
maupun mencegah munculnya konflik yakni penyelesaian sengketa secara
bersenjata. Dengan tujuan agar sengketa damai dan penyelesaian sengketa dengan
tersebut dapat diselesaikan sedini paksaan atau kekerasan. Berikut masing-
mungkin dan dengan cara yang jujur dan masing cara penyelesaian sengketa itu ;
adil. Upaya penyelesaian konflik 1. Penyelesaian Sengketa Secara Damai
bersenjata baik dalam kerangka hukum Penyelesaian sengketa secara damai
dan politik diatur dalam hukum kebiasaan dapat dilakukan melalui beberapa
internasional maupun Konvensi Den Haag cara, yakni Mediasi, penyelesaian
I tahun 1899 dan 1907 tentang sengketa di bawah perlindungan
penyelesaian sengketa secara damai, serta Perserikatan Bangsa-bangsa, arbitrasi
Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa. dan peradilan. masing-masing cara
Piagam ini menetapkan pembentukan penyelesaian sengketa itu adalah
organisasi internasional yang sebagai berikut :
dimaksudkan untuk mempermudah a. Mediasi
Mediasi adalah penyelesaian
sengketa melalui usaha penye-

16) 17)
Aust, Anthony, Handbook of International Law, Mahfud dan Rosmawati, Hukum Internasional,
Published in The United State by Cambrige Unsyiah Perss, Darusallam, Banda Aceh, 2015,
University Press, New York, 2005, hlm 255. hlm 123
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 74

suaian pendapat antara pihak- penyelesaian secara damai keadaan


pihak yang bersengketa secara yang mengganggu kesejahteraan
bersahabat. Mediasi dapat umum atau persahabatan antar negara.
dilakukan oleh pihak-pihak yang Wewenang Majelis Umum dapat
bersengketa dengan mengadakan dilakukan kecuali bila Dewan
negosiasi, dengan jasa baik atau Keamanan Perserikatan Bangsa-
mediasi, dengan konsiliasi dan bangsa sedang menangani sengketa
dengan panitia penyelidikan. itu. 18)
b. Negosiasi Ketentuan tentang pola penyelesaian
Negosiasi adalah perundingan konflik bersenjata tersebut diatas juga
antar pihak-pihak yang digunakan dalam metode pendekatan
bersengketa. Negosiasi itu resolusi konflik. Hal tersebut beralasan
merupakan sarana untuk karena konflik bersenjata akan melahirkan
menetapkan penyesuaian persoalan-persoalan kemanusiaan. Oleh
kebijakan atau sikap tentang karenanya upaya-upaya untuk meredam
masalah yang disengketakan. agar tidak munculnya konflik bersenjata
2. Penyelesaian Sengketa di Bawah baik itu konflik bersenjata antar negara
Pengawasan Perserikatan Bangsa- maupun negara dengan kelompok entitas
bangsa internasional seperti pemberontak. Dalam
Peranan Perserikatan Bangsa-bangsa metode identifikasi resolusi konflik
dalam penyelesaian sengketa secara pertikaian bersenjata penyebab terjadinya
damai dapat dilakukan melalui konflik bersenjata sangat dipengaruhi oleh
penyelesaian secara politik atau tiga kondisi diantaranya :
penyelesaian secara hukum. Perye- 1. Kondisi di mana konflik mungkin terjadi,
lesaian secara politik dilakukan oleh yang meyangkut penyebab pasti konflik.
Majelis Umum dan Dewan Keamanan 2. Bagaimana potensi konflik itu muncul,
Perserikatan Bangsa-bangsa sedang serta
pernyelesaian secara hukum dilakukan 3. Bagaimana cara untuk mengontrol situasi
oleh Mahkamah Internasional. supaya konflik tidak berkembang.19)
Peranan Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-bangsa dalam menyelesaikan 18)
I bid
19)
sengketa secara damai dilakukan http://indira-a--
fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-59901-
dengan memberikan rekomendasikan Resolusi%20Konflik%20Global-
Pencegahan%20dan%20Penyelesaian%20Kekeras
tindakan-tindakan yang perlu untuk an%20Konflik.html
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 75

Disisi lain upaya untuk mencegah Sementara non-interstate war mengarah pada
konflik bersenjata bersenjata dapat ditempuh konflik-konflik yang meliputi konflik etnis
melalui dua mekanisme pencegahan konflik karena adanya stratifikasi sosial, polarisasi
diantaranya : masyarakat, inappropriate systemic, regional
1. Light prevention, merupakan upaya untuk diasporas, dan sebagainya.
mencegah situasi kekerasan mengarah Berdasarkan uraian diatas pola
pada konflik bersenjata sehingga ia tidak pendekatan pada kontek resolusi konflik
berusaha untuk menyelidik lebih dalam lebih terarah pada upaya dari awal pada tahap
pada sumber dan akar konflik. Contohnya mencegah munculnya koflik bersenjata.
adalah usaha-usaha mediasi dan intervensi Upaya tersebut bisa dilakukan dengan upaya
diplomatik mediasi dan diplomasi politik dengan
2. Deep prevention merupakan upaya untuk melibatkan berbagai pihak yang dianggap
menemukan akar konflik dengan bisa menjadi aktor-aktor perdamaian. Contoh
menekankan hubungan dan kepentingan konkrit tersebut dapat dilihat dalam upaya
atas konflik tersebut dalam tatanan diplomasi untuk meredam potensi konflik
kapasitas domestik, regional, dan bersenjata yang muncul antara Cina dan
internasional untk mengelola konflik, sejumlah negara Asia Tenggara menyangkut
yang melibatkan seluruh elemen konflik dengan klaim tumpang tindih atas sejumlah
dan bertujuan untuk mengurangi kepulauan yang ada di laut Cina Selatan.
kemungkinan timbulnya konflik.20) Upaya tersebut dilakukan dengan
Untuk mencegah konflik atau perang melibat organisasi kawasan ASEAN sebagai
sebelumnya harus diidentifikasi terlebih payung perdamaian guna meredam dan
dahulu tipe konflik dan lokasi potensi-potensi mencegah potensi konflik bersenjata akibat
konflik. Dan pencegahan bersifat relatif, aksi klaim anatara Ciana dan hampir seluruh
bergantung pada aktornya baik konflik negara ASEAN atas sejumlah wilayah
interstate wars maupun non-interstate war. kepulauan Spatly dan Paracel. Negara-negara
Interstate war menitikberatkan pada perang ASEAN menyepakati Code of Condact
yang dilakukan antara negara-negara dengan (CoC) atau kode berprilaku dengan Cina
kapasitas power yang besar. Misalnya adalah yang dipandang semakin agresif merebut dan
LBB dan Perjanjian Versailles bertindak mengklaim sebagai bagian intergeral Cina
sebagai alat preventif perang yang terjadi dengan membangun sejumlah pulau buatan
pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

20)
Ibid
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 76

yang ada di wilayah yang dipersengketakan “The collapse of the League of Nations
tersebut.21) led almost automatically to
consideration of the nature of its
replacement, and similar failure by the
Konflik Bersenjata dan Upaya United Nations might be expected to
Pencegahan Konflik Bersenjata dalam produce the same reaction. A tense of
Konteks Hukum Internasional Hukum history provides the basis for the
Humaniter
understanding that international
Atas dasar pengalaman sejarah dan organization has become a necessary
part of the system for dealing with
tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa-
international problems and that to
bangsa di dunia dalam usaha menciptakan organize or not to organize is no
stabilitas dan suasana hidup bertetangga baik longer an open question for statesman
or a useful one for students of
di kawasannya, telah sepakat untuk mencari
international relation.” 22)
tema-tema pokok perdamaian, yaitu
Setelah berakhirnya perang dunia
menciptakan dunia sebagai kawasan damai,
yang menghancurkan, PBB berdiri pada
bebas dan netral dari pertentangan negara-
tahun 1945 untuk menstabilkan hubungan
negara besar. Negara-negara tersebut
internasional dan memberikan dasar yang
menyetujui pembentukan suatu mekanisme
lebih kuat bagi perdamaian. Setelah saat
untuk menyelesaikan perselisihan antara
itu, Organisasi dunia tersebut telah menjadi
negara anggota secara damai. Pembentukan
saksi maupun pendorong dalam peralihan
LBB dan PBB merupakan salah satu
yang hebat dalam hubungan global. Dari
tujuannya untuk mencapai tujuan tersebut.
reruntuhan Perang Dunia II, melalui tahun-
Jika Perserikatan Bangsa-Bangsa dibentuk
tahun yang diselubungi persaingan antara
pada waktu berlangsungnya Perang Dunia II,
blok-blok negara besar, ancaman perang
Liga Bangsa-Bangsa diciptakan justru setelah
nuklir, biologi, kimia dan konflik regional
berakhirnya Perang Dunia I, hal ini dapat
yang kelihatannya tak ada akhirnya, PBB
dilihat dalam pernyataan berikut :
telah berkembang menjadi satu organisasi
“... whereas the Covenant of the dimana upaya bersama untuk mencapai
League was formulated after hostilities
stabilitas, dengan perdamaian sebagai
were ended, the main features of the
United Nations were devised while war dasarnya, telah menjadi kepedulian yang
was still in progress.” utama. Pembahasan mengenai prinsip-
prinsip peningkatan perdamaiann terutama

21) 22)
Edisi Koleksi Angkasa, Kekuatan Laut di Asia Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi
Fasifik, ketika Perang Dingin Tak Berakhir Internasional, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
Dengan Perdamaian, Agustus 2013, hlm 20. 1990, hlm 7-8.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 77

dilaksanakan oleh Majelis Umum berupaya untuk menyelesaikan sengketa-


berdasarkan Pasal 11 ayat 1 Piagam, yang sengketa antara negara dengan menggunakan
menegaskan bahwa : 23) jalan damai. Dalam Piagam juga ditegaskan
larangan penggunaan kekerasan terhadap
“The General Assembly may consider
the general principles of co-operation integritas wilayah atau kemerdekaan politik
in the maintenance of international suatu negara (Pasal 2 Ayat 4 Piagam PBB).26)
peace and security, including the Namun demikian dalam kenyataannya,
principles governing disarmament and
setelah berakhirnya perang dunia II, perang
the regulation of armaments, and may
make recommendations with regard to masih banyak terjadi di berbagai belahan
such principles to the Members or to dunia. Masih banyak negara-negara yang
the Security Council or to both”. 24)
menyelesaikan konflik diantara mereka
Dalam piagam Perserikatan Bangsa- dengan menggunakan kekuatan militer, baik
Bangsa dengan jelas disebutkan bahwa dalam skala besar maupun kecil.
tujuan dari organisasi ini adalah untuk Akhir dari perang dingin pun juga tidak
memelihara perdamian dan keamanan membawa suatu perdamaian, atau mendekati
internasional, hal ini sebagaimana tertuang suatu harapan untuk suatu pesan dunia baru
25)
dalam Pasal 1 dari Piagam PBB, serta yang belum terealisasikan. Sebagaimana
laporan Seketaris Jenderal PBB tahun 1995,
23)
Pengetahuan Dasar Mengenai Perserikatan sampai saat ini (akhir dari perang dingin),
Bangsa-Bangsa, Kantor Penerangan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Jakarta, 1998, hlm 33.
dimana terdapat suatu kepercayaan yang
24)
Bunyi Pasal 11 ayat (1) Piagam PBB. tersebar secara luas bahwa ketika tidak ada
25)
Adapun bunyi dari Pasal 1 Piagam PBB :
The Purposes of the United Nations are: lagi kekuatan-kekuatan besar yang saling
1. To maintain international peace and security,
and to that end: to take effective collective bersaing, maka konflik-konflik regional yang
measures for the prevention and removal of
threats to the peace, and for the suppression of terjadi di berbagai belahan dunia yang
acts of aggression or other breaches to the
peace, and to bring about by peaceful means,
berlainan ini dengan sendirinya akan
and in conformity with the principles of justice berhenti.27) Oleh karena itu banyak pihak
and international law, adjustment or settlement
of intenational disputes or situations which sependapat, bahwa walau tak setuju akan
might lead to a breach of the peace;
2. To develop friendly relations among nations
based on respect for the principle of equal 4. To be a centre for harmonizing the actions of
rights and self-determination of peoples, and to nations in the attainment of these common ends.
26)
take other appropriate measures to strengthen Adapun bunyi dari Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB :
universal peace; All Members shall refrain in their international
3. To achieve international co-operation in solving relations from the threat or use of force against the
international problems of an economic, social, territorial integrity or political independence of
cultural, or humanitarian character, and in any state, or in any other manner inconsistent with
promoting and encouraging respect for human the Purposes of the United Nations.
27)
rights and for fundamental freedoms for all Gray, Christine, International Law and The Use of
without distinction as to race, sex, language, or Force, OXFORD University Press, New York,
religion; and. 2000, hlm 1.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 78

adanya perang, dunia harus memiliki hukum agresi, Dewan Keamanan berwenang
perang. merekomendasikan atau memutuskan
Bagaimanapun perangkat hukum tersebut saranan yang diperlukan untuk
harus ada, karena memang hanya dengan mempertahankan atau mengembalikan
instrumen inilah hak-hak warga sipil dari perdamaian dan keamanan internasional.
negara yang sedang bertikai bisa dijaga dan Dewan keamanan juga dapat minta
dihormati. Orang-orang dan properti yang tak kepada pihak-pihak yang bersangkutan
kaitannya dengan perang harus dilindungi untuk memenuhi tindakan yang
dari perusakan yang tak perlu. Demikian ditetapkan.
bunyi salah satu baris legalisasi secara Dalam kontek normatif hukum
internasional terhadap intervensi yang humaniter upaya penegakan hukumnya
dapat dilakukan oleh PBB. PBB melalui terpatri pada situasi perang yang sedang
Dewan Keamanannya yang hanya berlangsung. Upaya perdamaian yang
menangani penyelesaian dua macam dianggap sebagai diplomasi yang punya
sengketa, yakni : misi politik justru sering digunakan ketika
a). Sengketa yang dapat membahayakan perang yang sedang berlangsung tersebut
perdamaian dan kemanan telah melenceng dari prinsip Ius in Bello
internasional dan dan Ius ad Bellum. Pelangaran dari prinsip-
b) Peristiwa ancaman perdamaian, prinsip hukum perang inilah yang
pelanggaran perdamaian atau kemudian memunculkan intervesi asing
perbuatan agresi. dalam konflik bersenjata yang sedang
Dalam menyelesaikan sengketa berlangsung itu sendiri. Intervensi
yang dapat membahayakan perdamaian kemanusiaan juga dapat diartikan sebagai
dan keamanan internasional, Dewan intervensi bersenjata yang dilakukan oleh
Keamanan dapat minta kepada pihak- suatu negara dengan pertimbangan
pihak yang bersengketa untuk kemanusiaan. Intervensi ini bukan bertujuan
menyelesaikan sengketa melalui untuk mengganti kedaulatan suatu negara
negosiasi, mediasi, konsiliasi, tetapi menyelamatkan para korban perlakuan
penyelidikan, arbitrasi atau peradilan. brutal atau kejam dan tidak manusiawi yang
Dewan Keamanan dapat setiap saat dialami di suatu negara.
merekomendasikan cara yang tepat untuk Kesimpulan
menyelesaikan sengketa itu. Dalam Dewasa ini masyarakat internasional
peristiwa ancaman perdamaian, akan lebih dapat menerima suatu intervensi
pelanggaran perdamaian atau perbuatan kemanusiaan yang dilakukan dengan
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 79

otorisasi dari Dewan Keamanan PBB. dari intervensi ini. Ada tiga alasan pokok
Penggunaan kekerasan untuk tujuan penolakan terhadap keberadaan intervensi
humaniter tidak sesuai dengan tujuan Piagam kemanusiaan, yaitu:
PBB kecuali setelah mendapat otorisasi dari 1. Piagam PBB dan korpus hukum
28) internasional modern secara khusus tidak
Dewan Keamanan PBB. Sebaliknya,
berisikan hak intervensi kemanusiaan.
intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh 2. Praktik negara-negara terutama sejak
tahun 1945 menunjukan bahwa sangat
suatu negara tanpa otorisasi Dewan
sedikit kasus-kasus intervensi
Keamanan PBB, akan diragukan legalitasnya kemanusiaan yang benar-benar dilandasi
pertimbangan kemanusiaan.
dan cenderung mendapat penolakan dan
3. Atas dasar keberhati-hatian yaitu terbuka
kecaman dari masyarakat internasional. kemungkinan terhadap penyalahgunaan
hak tersebut, sehingga menyebabkan suatu
Contohnya adalah intervensi militer yang
negara tidak tertarik untuk mengijinkan
dilakukan NATO di Kosovo pada Tahun intervensi kemanusiaan.30)
1999. Intervensi ini oleh sebagian besar
Atas dasar pertimbangan itulah yang
sarjana dipandang sebagai tindakan unilateral
menyebabkan pergeseran para digma dari
dari NATO tanpa ada otorisasi dari Dewan
intervensi kemanusiaan humanitarian
29)
Keamanan PBB.
intervention ke responsibility to protect (R to
Melihat keabsahannya yang melibatkan
P). Karena dengan adanya tindakan
penggunaan kekuatan bersenjata, bukan suatu
intervensi kemanusiaan, masyarakat
kejutan jika keberadaan intervensi
internasional berpendapat bahwa pelaksanaan
kemanusiaan menjadi hal yang konterversial
tindakan tersebut melemahkan kedaulatan
dan cenderung mendapat penolakan. Hal ini
negara, berpotensi merusak aturan yang ada
diperkuat dengan tidak jelasnya dasar hukum
di dalam piagam Perserikatan Bangsa-
28)
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian,
Bangsa (PBB), mengancam pemerintahan
Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, yang sah dalam negara yang diintervensi, dan
Edisi ke-2, Bandung: PT.Alumni, 2003, hlm 652.
29)
Lihat pernyataan yang dikemukanan oleh salah mengancam stabilitas internasional. Dengan
satu hakim dari ”The Flouse of Lords” yang
menangani kasus tersebut patut diperhatikan : “... demikian munculnya norma baru yaitu R to P
on the same day that we delivered our judgment
[on Pinochet Case], NATO forces began to bomb dengan cara yang lebih mendukung dan
the sovereign state of Serbia in an attempt to stop
the attrocities its government was committing
dapat di terima oleh banyak negara.
against its own citizens in Kosovo. Two events on Ketentuan PBB sebagai salah satu
the a single day showed how far we had come
from the classical doctrines of international law organisasi besar dunia yang memiliki
as we had learned them fifty years ago. No
longer is international law a matter which kekuasaan dan tanggung jawab yang dituntut
concerns sovereign States alone. It marches with
human rights law to protect individuals from untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu
State action”., Jawahir Thontowi dan Pranto
Iskadar, Hukum Internasional Kontemporer,
30)
Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm 1 Boer Mauna,Op.Cit, hlm.651
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 80

atas pelangaran prinsip-prinsip hukum konflik bersenjata maupun eskalasi dari


perang dan HAM. Termasuk tanggung jawab kekejaman atas setiap pelangaran dari norma
baik untuk menfasilitasi proses perdamaian, hukum perang itu sendiri. langkah
mencegah semakin memburuknya eskalasi pencengahan maupun meminimalisasi
konflik bersenjata hingga mencegah dampak dari konflik bersenjata tersebut dapat
terjadinya konflik bersenjata. Ketentuan dilihat dalam Resolusi Majelis Umum PBB
tersebut sebagaimana diatur dalam pasal 41 No. A/60/I tanggal 24 Oktober 2005,
dan 42 dalam Piagam PBB yang menyatakan khususnya Paragraf 139 yang menyatakan :
:31) The international community, through
the United Nations, also has the
Pasal 41:
responsibility to use appropriate
The Security Council may decide what diplomatic, humanitarian and other
measures not involving the use of peaceful means, in accordance with
armed force are to be employed to give Chapters VI and VIII of the Charter, to
effect to its decisions, and it may call help to protect populations from
upon the Members of the United genocide, war crimes, ethnic cleansing
Nations to apply such measures. These and crimes against humanity. In this
may include complete or partial context, we are prepared to take
interruption of economic relations and collective action, in a timely and
of rail, sea, air, postal, telegraphic, decisive manner, through the Security
radio, and other means of Council, in accordance with the
communication, and the severance of Charter, including Chapter VII, on a
diplomatic relations. case-by-case basis and in cooperation
with relevant regional organizations as
Pasal 42: appropriate, should peaceful means be
inadequate andnational authorities are
“Should the Security Council consider manifestly failing to protect their
that measures provided for in Article populations from genocide, war crimes,
41 would be inadequate or have proved ethnic cleansing and crimes against
to be inadequate, it may take such humanity. We stress the need for the
action by air, sea, or land forces as General Assembly to continue
may be necessary to maintain or consideration of the responsibility to
restore international peace and protect populations from genocide, war
security. Such action may include crimes, ethnic cleansing and crimes
demonstrations, blockade, and other against humanity and its implications,
operations by air, sea, or land forces of bearing in mind the principles of the
Members of the United Nations. Charter and international law. We also
intend to commit ourselves, as
Kedua Pasal Piagam PBB tersebut necessary and appropriate, to helping
States build capacity to protect their
memberikan kesan bahwa peran dan fungsi
populations from genocide, war crimes,
yang dijalankan oleh PBB untuk mengambil ethnic cleansing and crimes against
humanity and to assisting those which
tindakan kolektif terhadap upaya pencegahan

31)
Lihat Pasal 41 dan 42 Piagam PBB.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 81

are under stress before crises and Principles The Responsibility To Protect
conflicts break out.132)
yaitu:
Resolusi PBB tersebut dalam konteks a. State sovereignty implies responsibility,
and the primary responsibility for the
hukum humaniter merupakan cikal bakal dari
protectionof its people lies with the state
lahirnya dokrin hukum internasional berupa itself (kedaulatan negara termasuk
tanggung jawab, dan tanggung jawab
R toP. R to P adalah suatu prinsip yang
utama untuk melindungi rakyatnya yang
berusaha menjamin agar komunitas berada pada negara itu sendiri).
b. Where a populations is suffering serious
internasional tidak akan gagal lagi untuk
harm, as a result of international war,
bertindak ketika pembunuhan massal dan insurgency, repression or state failure,
and the state in question is unwilling or
kejahatan kemanusiaan lainnya terjadi dalam
unable to halt or avert it, the principle of
suatu konflik bersenjata. Suatu sistem yang non-intervention yields to the
international responsibility to protect
sekarang telah diakui oleh komunitas
(Dimana populasi yang menderita bahaya
internasional barawal dari Resolusi Majelis serius, sebagai akibat dari perang
internasional, pemberontakan, penindasan
Umum PBB nomor A/RES/60/1 pada tanggal
atau negara gagal, dan negara yang
24 Oktober 2005 hasil Konferensi Tingkat dimaksud adalah mau atau tidak mampu
menghentikan atau mencegah itu, prinsip
Tinggi dunia (world summit outcome).
non-intervensi menjadi tanggung jawab
Dalam perkembanganya prinsip R to P untuk melindungi internasional).34)
juga masih terdapat perbedaan pendapat,
Dari perspektif hukum, konsep 'R to P'
apakah R to P itu merupakan ketentuan
sebagaimana diadopsi dalam Resolusi
hukum atau bukan. Hakikatnya sampai saat
Majelis Umum PBB No.A/60/I khususnya
ini 'R to P' bukanlah suatu rumusan hukum,
Paragraf 138 dan 139, bersifat rekomendatif,
tapi merupakan suatu 'concept', 'principle',
artinya tidak mempunyai kekuatan hukum
'evolvingtrend', 'strong political
mengikat meskipun tetap memiliki muatan
commitment', 'emerging norm', atau suatu
2 33) politik dan moral yang cukup penting dalam
'obligation with legal significance.
menciptakan norma internasional yang baru.
Faktanya bahwa saat ini 'R to P' telah
Hal ini bukan berarti bahwa dengan alasan R
disepakati dan diterima oleh mayoritas
to P sebagaimana diatur dalam Paragraf
negara-negara di dunia yang menjadi anggota
tersebut masyarakat internasional dapat
PBB melalui Resolusi Majelis Umum. Dasar
dengan mudahnya melakukan intervensi
yang sangat utama dapat pelaksanaan Basic
militer, karena harus lebih dulu dilakulan
32)
United nations, Resolution adopted by the General
Assembly..No.A /res/60/1.Oktober 2005.
upaya-upaya pencegahan, penghentian dan
33)
Conference on the United Nations of the Next
34)
Decade, Actualizing the Responsibility to Protect, ICISS, The Responsibility to Protect, Report of the
Stanley Foundation, Portugal, 20 – 25 June 2008, International Commission on Intervention and
hlm 2. State Souvereignty, December 2001 hlm XI.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 82

penyelesaian masalahnya secara damai b. The responsibility to react: to respond to


situations of compelling human need with
intervensi militer harus menjadi pilihan
appropriate measures, which may include
terakhir dengan justifikasi dan legitimasi coercive measures like sanctions and
international prosecution, and in extreme
PBB dengan memperhatikan beberapa
cases military intervention(Tanggung
kriteria, yaitu: jawab untuk bereaksi: untuk menanggapi
situasi kebutuhan manusia menarik
1. Tindakan tersebut harus memiliki dasar
dengan langkah yang tepat, yang dapat
pembenaran yang adil (just cause) karena
mencakup langkah-langkah paksaan
telah terjadi kekejaman massal.
seperti sanksi dan penuntutan
2. Tujuan yang benar (right intension)
internasional, dan dalam kasus yang
berupa usaha untuk menghentikan
ekstrim intervensi militer).
penderitaan manusia.
c. The responsibility to rebuild: to provide,
3. Merupakan langkah terakhir (final resort)
particularly after a military intervention,
karena semua segala langkah damai baik
full assistance with recovery,
yang bersifat diplomasi maupun non
reconstruction and reconciliation,
militer ternyata gagal.
addressing the causes of the harm the
4. Didasarkan pada keabsahan kewenangan
intervention was designed to halt or
(legitimate authority) dengan mandat
avert(Tanggung jawab untuk membangun
Dewan Keamanan PBB.
kembali: untuk menyediakan, terutama
5. Menggunakan sarana yang proporsional
setelah intervensi militer, bantuan penuh
(propotional means), artinya tidak
dengan pemulihan, rekonstruksi dan
berlebihan baik dari sisi alat maupun
rekonsiliasi, mengatasi penyebab
tujuan sesuai dengan hukum humaniter.
kerusakan intervensi dirancang untuk
6. Intervensi militer itu dilakukan dengan
menghentikan atau mencegah).36)
jaminan sukses untuk menghentikan
kekejaman dan penderitaan massal
Harapannya adalah dengan
(reasonable prospect). 35)
menerapkan tiga jenis tanggung jawab R to P
Disisi lain dalam pelaksanaannya tersebut, komunitas internasional akan siap
merespon setiap tahapan dari eskalasi konflik
prinsip 'R to P' haruslah meliputi 3 (tiga)
bersenjata yang terjadi dalam suatu negara
jenis tanggung jawab yang meliputi yaitu:
baik itu konflik bersenjata internasional,
a. The responsibility to prevent: to address nasional maupun internasionalisasi dari
both the root causes and direct causes of
konflik bersenjata itu sendiri. Komitmen
internal conflict and other man-made
crises putting populations at Komunitas Internasional terhadap
risk(Tanggung jawab untuk mencegah:
Responsibility to Protect adalah Pada tahun
untuk mengatasi kedua akar penyebab dan
penyebab langsung dari konflik internal 2005, PBB menggelar Konferensi Tingkat
dan krisis buatan lainnya menempatkan
Tinggi (KTT) Dunia yang menghadirkan
populasi yang berisiko).
sejumlah pemimpin dari berbagai negara di
35)
Rahayu.Op.Cit. hlm 135 Rahayu.Eksistensi dunia. Salah satu capaian penting dari KTT
Prinsip 'Responsibility To Protect' Dalam Hukum
Internasional ( jilid 41 no. 1).Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro Semarang , 2012, hlm
36)
135-136. Ibid.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 83

Dunia tersebut adalah kesepakatan bulat di mengalir ke gerakan-gerakan pemberontak.


antara para pemimpin dunia bahwa semua Skema ini dibentuk untuk menjamin
negara memiliki tanggung jawab untuk konsumen bahwa dengan membeli intan
melindungi rakyatnya dari pemusnahan mereka tidak mendanai perang dan pelecehan
massal, kejahatan perang, kejahatan terhadap HAM
kemanusiaan dan pembersihan etnis.Mereka KPCS menerapkan persyaratan ketat
juga sepakat untuk siap mengambil tindakan bagi anggotanya agar mengawasi dan
kolektif ketika suatu negara gagal melindungi mencegah berlian bermasalah memasuki
rakyatnya dari empat jenis kejahatan pasar resmi. Untuk itu para anggota KPCS
tersebut. (termasuk Indonesia yang menjadi anggota
Selain melalui mekanisme PBB upaya sejak 1 Agustus 2005) diminta untuk
untuk terus menerus komunitas internasional melaksanakan kontrol internal dan semua
mencegah munculnya konflik bersenjata juga penjualan berlian yang belum diolah harus
dengan melibatkan sejumlah aktor-aktor lain disertai sertifikat mengenai asal usul
yang bisa dianggap sebagai mitra berlian.37) Hal tersebut sebagaimana
perdamaian. Salah satunya dengan dinyatakan dalam Section I Definitions
melibatkan kelompok-kelompok tertentu apa itu berlian konflik yang
yang dianggap sebagai bisa menjadi pihak menyatakan :
yang akan memutuskan mata rantai konflik Conflict Diamonds means rough
diamonds used by rebel movements or
bersenjata itu sendiri. Salah satunya melalui
their allies to finance conflict aimed at
mekanisme Kimberley Proses. undermining legitimate governments,
as described in relevant United
Kimberley Proses melalui Skema
Nations Security Council (UNSC)
Sertifikasi Proses Kimberley/Kimberley resolutions insofar as they remain in
effect, or in other similar UNSC
Process Certification Scheme (KPCS) yang
resolutions which may be adopted in
diperkenalkan oleh Resolusi Majelis Umum the future, and as understood and
recognised in United Nations General
Perserikatan Bangsa-Bangsa 55/56 tahun
Assembly (UNGA) Resolution 55/56,
2000, merupakan salah satu upaya untuk or in other similar UNGA resolutions
which may be adopted in future;38)
memutuskan mata rantai pembiayaan dari
konflik bersenjata itu sendiri. KPCS adalah
proses yang ditetapkan untuk menyertifikasi
37)
asal usul intan kasar dari sumber-sumber Sumber :
http://arishu.blogspot.co.id/2007/12/mengenal-
yang bebas dari konflik yang didanai oleh kimberly-proses.html
38)
Lihat Section I Definitions Kimberley Process
produksi intan. Proses ini dibentuk tahun Certification Scheme (KPCS) yang diperkenalkan
oleh Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
2003 untuk mencegah hasil penjualan intan Bangsa 55/56 tahun 2000.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 84

Sejauh ini mekanisme di dalam KPCS yang menyulut perang saudara di Liberia,
terbukti bisa mengakhiri mimpi buruk di Sierra Leone dan Republik Demokratik
kawasan konflik berlian dan kedepannya hal Kongo. Berdasarkan Proses Kimberley,
tersebut diharapkan dapat terus berlanjut berlian mentah disimpan di wadah anti-pecah
dengan baik. Contoh kasus tersebut dapat dan diharuskan memperoleh sertifikat bebas-
dilhat dalam konflik bersenjata yang terjadi konflik dan anti-pemalsuan dengan
Liberia. Liberia porak-poranda setelah 14 pemberian angka serial unik setiap kali
tahun perang saudara. Selama perang saudara berlian itu melintasi satu perbatasan
1989-2003, pihak-pihak yang bertikai internasional. Pada Desember, DK PBB
menggali sumber daya berlian dan hasil memperbarui sanksi terhadap Liberia dengan
penjualannya digunakan untuk mendanai melarang perdagangan berlian dan senjata
pembelian senjata. Situasi tersebut membuat serta ditujukan kepada perorangan di
PBB menjatuhkan sanksi pada Liberia Liberia.39)
melalui paragraf 6 Resolusi 1521 tahun 2003 DAFTAR PUSTAKA
tentang embargo atas berlian mentah Liberia. 1. Buku dan Jurnal
Resolusi tersebut dianggap efektif untuk Arlina Permana Sari dkk, Pengantar
memutus mata rantai konflik yang sedang Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999.
Aust, Anthony, Handbook of International
mendera Liberia saat itu. Law, Published in The United State
Hal tersebut daopat dilihat dari by Cambrige University Press, New
York, 2005.
keputusan Dewan Keamanan PBB mencabut
Boer Mauna, Hukum Internasional:
Resolusi 1521 pada 2003. Liberia dinilai Pengertian, Peranan dan Fungsi
Dalam Era Dinamika Global, Edisi
telah membuat kemajuan dalam
ke-2, Bandung: PT.Alumni, 2003.
mengeluarkan sertifikat asal berlian E. Koswara, Agresi Manusia, PT Eresco,
mentahnya. DK PBB, yang memiliki 15 Bandung, 1988.
Evans, Malcom D, International Law,
anggota, dengan suara bulat mensahkan Published in The United State by
rangancan resolusi AS yang membatalkan Oxford University Press Inc, New
York, 2003.
resolusi 2003 mengenai embargo atas berlian
H.A. Masyur Effendi, Hukum Humaniter
mentah Liberia. DK PBB menyatakan akan Internasional dan Pokok-Pokok
mengkaji tindakannya dalam 90 hari, HANKAMRATA, Usaha Nasional,
Surabaya, 1994.
berdasarkan penilaian yang akan diterimanya Lachs, Manfred, Responsibility For The
dari Proses Kimberley mengenai penampilan Development of Humanitarian Law,
and Cristopher Swinarski (Ed),
Liberia. Apa yang disebut "berlian darah" Studies and Essay on
dan batu mulia lain dieksport secara tidak sah
39)
http://www.antaranews.com/berita/60782/pbb-
untuk mendanai pembelian senjata, praktek cabut-embargo-berlian-liberia
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 85

International Humanitarian Law United nations, Resolution adopted by


and Red Cross Principles, the General Assembly..No.A
Martinus Nijhoff Publishers, /res/60/1.Oktober 2005.
Laiden, 1984.
Majid Khadduri, War and Peace in The 3. Internet dan Sumber Lain
Law of Islam (Perang dan Damai Buletin ICRC, ICRC Dalam Kilasan,
dalam Hukum Islam), Tarawang Maret 2001.
Press, Jakarta, 2002.
Mahfud dan Rosmawati, Hukum ------------, Hukum Humaniter
Internasional, Unsyiah Perss, Internasional (Menjawab
Darusallam, Banda Aceh, 2015. Pertanyaan-pertanyaan Anda),
Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi- Febuari 2004.
Konvensi Palang Merah 1949, PT Edisi Koleksi Angkasa, Kekuatan Laut di
Alumni, Bandung, 2002. Asia Fasifik, ketika Perang
Rahayu.Eksistensi Prinsip 'Responsibility Dingin Tak Berakhir Dengan
To Protect' Dalam Hukum Perdamaian, Agustus 2013.
Internasional ( jilid 41 no.
1).Fakultas Hukum Universitas ------------, Pistol, Rifles, and Machine
Diponegoro Semarang , 2012. Gun, April 2006.
Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum
http://www.antaranews.com/berita/60782/
Pidana Internasional, Refika
pbb-cabut-embargo-berlian-
Aditama, Bandung, 2000.
liberia
Sumaryo Suryokusumo, Hukum
Organisasi Internasional, http://arishu.blogspot.co.id/2007/12/meng
Universitas Indonesia Press, Jakarta, enal-kimberly-proses.html
1990.
T. May Rudy, Hukum Internasional 2, http://indira-a--
Refika Aditama, Bandung, 2001. fisip10.web.unair.ac.id/artikel_de
tail-59901-
2. Konvensi dan Undang-undang Resolusi%20Konflik%20Global-
Conference on the United Nations of the Pencegahan%20dan%20Penyeles
Next Decade, Actualizing the aian%20Kekerasan%20Konflik.h
Responsibility to Protect, Stanley tml
Foundation, Portugal, 20 – 25 June Pengetahuan Dasar Mengenai
2008. Perserikatan Bangsa-Bangsa,
ICISS, The Responsibility to Protect, Kantor Penerangan Perserikatan
Report of the International Bangsa-Bangsa, Jakarta, 1998.
Commission on Intervention and
State Souvereignty, December 2001.
Kimberley Process Certification Scheme
(KPCS) yang diperkenalkan oleh
Resolusi Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa 55/56
tahun 2000.
Piagam PBB 1945

You might also like