Professional Documents
Culture Documents
Langkah Pencegahan Konflik Bersenjata: Faculty of Law University of Syiah Kuala Email
Langkah Pencegahan Konflik Bersenjata: Faculty of Law University of Syiah Kuala Email
ABSTRACT
Completion of the armed conflict in both the legal and political framework set in
customary international law and the Hague Convention I of 1899 and 1907 on the peaceful
resolution of disputes, as well as the Charter of the United Nations. Mechanisms for resolving
armed conflicts as well as measures to prevent the emergence of armed conflict refers to the
two methods of dispute resolution, the peaceful resolution of disputes and the settlement of
disputes by force or violence. Patterns in the context of conflict resolution approach more
focused on the efforts of early stage to prevent the emergence of armed-conflict. Such efforts
can be done with diplomacy and political mediation efforts by involving the various parties
that are considered to be actors of peace. While humanitarian law in the context of normative
law enforcement efforts imprinted on the situation of the ongoing war, one of its forms
through foreign intervention in the ongoing armed conflict itself. In the present context of the
humanitarian intervention of humanitarian law known as the Responsibility to Protect (R to
P). In addition through the UN mechanism for the continuous efforts of the international
community to prevent the emergence of armed conflict also involving a number of other
actors who can be considered a partner for peace. One of them involving specific groups that
can be considered a party to break the chain of armed conflict itself. One of them is through
the mechanism of the Kimberley Process.
ABSTRAK
Penyelesaian konflik bersenjata dalam kerangka hukum dan politik yang diatur dalam
hukum kebiasaan internasional dan Konvensi Den Haag I tahun 1899 dan 1907 tentang
penyelesaian konflik secara damai, serta Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mekanisme
untuk menyelesaikan konflik bersenjata serta langkah-langkah untuk mencegah munculnya
konflik bersenjata mengacu pada dua metode penyelesaian sengketa, penyelesaian damai
sengketa dan penyelesaian sengketa dengan kekerasan atau kekerasan. Pola dalam konteks
pendekatan resolusi konflik lebih fokus pada upaya tahap awal untuk mencegah munculnya
konflik bersenjata. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan upaya diplomasi dan mediasi
politik dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap sebagai pelaku perdamaian.
Sementara hukum humaniter dalam konteks upaya penegakan hukum normatif tercetak pada
situasi perang yang sedang berlangsung, salah satu bentuknya melalui intervensi asing dalam
konflik bersenjata yang sedang berlangsung itu sendiri. Dalam konteks sekarang intervensi
kemanusiaan dari hukum humaniter dikenal sebagai Responsibility to Protect (R to P). Selain
itu melalui mekanisme PBB untuk upaya berkelanjutan dari komunitas internasional untuk
mencegah munculnya konflik bersenjata juga melibatkan sejumlah aktor lain yang dapat
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 69
defense is to use an evil means for good oleh hukum internasional dalam mana
end...” 4) kekuatan yang diperlukan untuk
Manusia sebagai mahluk mengalahkan musuh boleh digunakan dan
bermasyarakat yang hidup dalam suatu prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan
masyarakat besar dan negara akan terhadap individu-individu pada saat
menghadapi berbagai tantangan dan salah berlangsungnya konflik-konflik bersen-
satu cara untuk mempertahankan diri dari jata.7) Karena pada umumnya dalam suatu
tantangan tersebut adalah melalui berperang. konflik atau sengketa yang demikian nilai-
Hal ini sebagaimana digambarkan oleh nilai kemanusiaan sering terabaikan. 8)
Aristoteles yang menyatakan bahwa : Tujuan pokok dari kaidah-kaidah
hukum ini untuk alasan-alasan
“…war in itself is a physical evil, it
becomes a moral evil only when there prikemanusiaan guna mengurangi atau
is injustice on the part of one using the membatasi penderitaan individu-individu,
force...” 5) serta untuk membatasi kawasan di dalam
Karena itu seterusnya Austin Fagathey mana kebiasaan konflik bersenjata
mengembangkan lebih lanjut teori perang diizinkan. Karena alasan inilah, ketentuan-
yang benar dan adil atas dasar tiga syarat : ketentuan itu kadang-kadang disebut
1. Pimpinan yang sah, artinya militer dapat sebagai “Hukum Perang Humaniter” atau
digerakkan untuk berperang bila kaidah-kaidah hukum “Perang Yang
diperintah oleh pejabat yang berwenang. Berperikemanusiaan”. Nama-nama yang
2. Ada alasan atau dasar yang kuat pada saat ini diakui untuk kaidah-kaidah
sehingga merupakan langkah terakhir tersebut adalah “Hukum Humaniter
dan terpaksa, setelah segala bentuk dan Internasional”.
upaya gagal. Naluri berperang ini kemudian
3. Cita-cita yang benar atau luhur, sehingga membawa keinsyafan bahwa cara berperang
meratakan tindakan yang adil dan tidak yang tidak mengenal batas itu merugikan
bertentangan dengan hati nurani. 6) umat manusia sehingga kemudian mulailah
Oleh karena itu di butuhkan suatu orang-orang mengadakan pembatasan-
aturan hukum, yaitu “Hukum Perang” pembatasan, menetapkan ketentuan-
yang terdiri dari sekumpulan pembatasan 7)
T. May Rudy, Hukum Internasional 2, Refika
Aditama, Bandung, 2001, hlm 78.
8)
Lachs, Manfred, Responsibility For The
4)
H.A. Masyur Effendi, Hukum Humaniter Development of Humanitarian Law, and
Internasional dan Pokok-Pokok HANKAMRATA, Cristopher Swinarski (Ed), Studies and Essay on
Usaha Nasional, Surabaya, 1994, hlm 20. International Humanitarian Law and Red
5)
ibid. Cross Principles, Martinus Nijhoff Publishers,
6)
ibid. Laiden, 1984, hlm 397.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 71
ketentuan yang mengatur perang antara prinsip bahwa dalam perang pun ada batasan-
bangsa-bangsa. Pelanggaran-pelanggaran batasannya. Batasan tentang bagaimana
tersebut, dapat berupa pelanggaran dalam seharusnya perang itu dilakukan, dan batasan
bentuk international crimes atau seharusnya bagaimana para kombatan itu
international torts (international berperilaku. Seperangkat aturan yang
delinquencies).9) Di dalam bentuknya yang dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip tersebut
modern sebagai suatu asas dasar dari hukum dan disahkan oleh negara-negara di dunia
perang, maka asas prikemanusiaan ini untuk dikenal sebagai Hukum Humaniter
pertama kali dirumuskan dengan tegas oleh Internasional (HHI) di mana konvensi
J.J. Rouseau yang menyatakan dalam Jenewa merupakan landasan hukum
11)
“Contract social” : utamanya.
“war then is a relation, not between Istilah hukum humaniter atau lengkapnya
man and man but between State and disebut international humanitarian law
State and individuals are enemies only
applicable in armed conflict berawal dari
accidentally, not as men, nor even
citizen as but as soldiers, not as istilah hukum perang (laws of war), yang
members of their country but as its kemudian berkembang menjadi hukum sengketa
defenders...
bersenjata (laws of armed conflict), yang
the object of war being the destruction
akhirnya pada saat ini biasa dikenal dengan
of the hostile State, the other side has
right to kill its defenders, while there istilah hukum humaniter. Mengenai perubahan
are bearing arms ; but as soon as they penggunaan istilah hukum ini menjadi
lay them down and surrender, they
Hukum Sengketa Bersenjata (Laws of Armed
cause to be enemies or instruments of
the enemy, and become once more Conflict) Edward Kossoy menyatakan :
merely men, whose life no one has any “The term of armed conflict tends to
right to take”.10) replace at least in all relevan legal
formulation, the older notion of war.
Oleh karena itu ICRC (International On purely legal consideration the
replacement for war by „armed
Committee of The Red Cross) yang didirikan
conflict‟ seems more justified and
kurang dari 150 tahun yang lalu berupaya logical”.12)
untuk mewujudkan suatu pembatasan dari
Istilah hukum sengketa bersenjata (law
suatu perperangan itu sendiri, dengan suatu
of armed conflict) sebagai pengganti hukum
perang (law of war) banyak dipakai dalam
9)
Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana
Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2000,
11)
hlm 11. Buletin ICRC, ICRC Dalam Kilasan, Maret 2001,
10)
Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-Konvensi hlm 2.
12)
Palang Merah 1949, PT Alumni, Bandung, 2002. Arlina Permana Sari dkk, Pengantar Hukum
hlm 11. Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999, hlm 7.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 72
Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 dan kedua pemilihan alat dan cara berperang, serta
Protokol Tambahannya. Dalam memberikan perlindungan kepada orang-
perkembangan selanjutnya, yaitu pada orang dan hak milik yang terkena dampak
permulaan abad ke-20, diusahakan untuk atau kemungkinan besar akan terkena
14)
mengatur cara berperang, yang konsepsi- dampak dari konflik.
konsepsinya banyak dipengaruhi oleh asas Merupakan suatu ketentuan bahwa para
kemanusiaan (humanity principle). pihak yang terlibat dalam suatu konflik
Dengan adanya perkembangan baru bersenjata mempunyai hak untuk
ini, maka istilah hukum sengketa bersenjata mengunakan senjata tidak tak terbatas untuk
mengalami perubahan lagi, yaitu diganti de- tujuan dan maksud dari peperangan.
ngan istilah Hukum Humaniter Pembatasan ini didasarkan pada dua
Internasional, yang berlaku dalam Sengketa ketentuan. Pertama, ketentuan tentang
Bersenjata (International Humanitarian prinsip-prinsip umum mengenai persenjataan
Law Applicable in Armed Conflict) atau yang sudah dikembangkan. Kedua,
biasa disebut Hukum Humaniter masyarakat internasional yang sudah
Internasional (International Humanitarian menerima sejumlah larangan khusus atau
Law). Walaupun istilah yang digunakan setiap pembatasan di mana telah disepakati
berbeda-beda, yaitu Hukum Perang, Hukum suatu bentuk tertentu dari persenjataan atau
Sengketa bersenjata dan Hukum Humaniter, metode peperangan.15)
namun istilah-istilah tersebut memiliki arti Sebagaimana ketentuan Pasal 35
yang sama.13) Protokol tambahan I tahun 1977 mengakui
Hukum Humaniter Internasional bahwa maksud dari melukai musuh dengan
membentuk sebagian besar hukum publik tidak tak terbatas ini, dan kemudian
internasional dan terdiri dari peraturan- menetapkan larangan bagi para personil
peraturan yang pada masa konflik bersenjata, militer mengunakan materi dan peluru atau
berusaha melindunggi orang-orang yang metode perang yang secara nyata
tidak atau tidak dapat lagi terlibat dalam menyebabkan luka yang berlebihan atau
permusuhan, dan untuk membatasi alat dan penderitaan yang tidak perlu. Ini
cara berperang yang digunakan. Untuk sebagaimana diatur dalam perjanjian atau
alasan-alasan kemanusiaan peraturan- ketentuan lain yang merupakan
peraturan tersebut membatasi hak pihak- 14)
Buletin ICRC, Hukum Humaniter Internasional
pihak yang terlibat dalam konflik dalam hal (Menjawab Pertanyaan-pertanyaan Anda),
Febuari 2004, hlm 4.
15)
Evans, Malcom D, International Law, Published in
The United State by Oxford University Press Inc,
13)
ibid, hlm 8. New York, 2003, hlm 802.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 73
16) 17)
Aust, Anthony, Handbook of International Law, Mahfud dan Rosmawati, Hukum Internasional,
Published in The United State by Cambrige Unsyiah Perss, Darusallam, Banda Aceh, 2015,
University Press, New York, 2005, hlm 255. hlm 123
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 74
Disisi lain upaya untuk mencegah Sementara non-interstate war mengarah pada
konflik bersenjata bersenjata dapat ditempuh konflik-konflik yang meliputi konflik etnis
melalui dua mekanisme pencegahan konflik karena adanya stratifikasi sosial, polarisasi
diantaranya : masyarakat, inappropriate systemic, regional
1. Light prevention, merupakan upaya untuk diasporas, dan sebagainya.
mencegah situasi kekerasan mengarah Berdasarkan uraian diatas pola
pada konflik bersenjata sehingga ia tidak pendekatan pada kontek resolusi konflik
berusaha untuk menyelidik lebih dalam lebih terarah pada upaya dari awal pada tahap
pada sumber dan akar konflik. Contohnya mencegah munculnya koflik bersenjata.
adalah usaha-usaha mediasi dan intervensi Upaya tersebut bisa dilakukan dengan upaya
diplomatik mediasi dan diplomasi politik dengan
2. Deep prevention merupakan upaya untuk melibatkan berbagai pihak yang dianggap
menemukan akar konflik dengan bisa menjadi aktor-aktor perdamaian. Contoh
menekankan hubungan dan kepentingan konkrit tersebut dapat dilihat dalam upaya
atas konflik tersebut dalam tatanan diplomasi untuk meredam potensi konflik
kapasitas domestik, regional, dan bersenjata yang muncul antara Cina dan
internasional untk mengelola konflik, sejumlah negara Asia Tenggara menyangkut
yang melibatkan seluruh elemen konflik dengan klaim tumpang tindih atas sejumlah
dan bertujuan untuk mengurangi kepulauan yang ada di laut Cina Selatan.
kemungkinan timbulnya konflik.20) Upaya tersebut dilakukan dengan
Untuk mencegah konflik atau perang melibat organisasi kawasan ASEAN sebagai
sebelumnya harus diidentifikasi terlebih payung perdamaian guna meredam dan
dahulu tipe konflik dan lokasi potensi-potensi mencegah potensi konflik bersenjata akibat
konflik. Dan pencegahan bersifat relatif, aksi klaim anatara Ciana dan hampir seluruh
bergantung pada aktornya baik konflik negara ASEAN atas sejumlah wilayah
interstate wars maupun non-interstate war. kepulauan Spatly dan Paracel. Negara-negara
Interstate war menitikberatkan pada perang ASEAN menyepakati Code of Condact
yang dilakukan antara negara-negara dengan (CoC) atau kode berprilaku dengan Cina
kapasitas power yang besar. Misalnya adalah yang dipandang semakin agresif merebut dan
LBB dan Perjanjian Versailles bertindak mengklaim sebagai bagian intergeral Cina
sebagai alat preventif perang yang terjadi dengan membangun sejumlah pulau buatan
pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
20)
Ibid
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 76
yang ada di wilayah yang dipersengketakan “The collapse of the League of Nations
tersebut.21) led almost automatically to
consideration of the nature of its
replacement, and similar failure by the
Konflik Bersenjata dan Upaya United Nations might be expected to
Pencegahan Konflik Bersenjata dalam produce the same reaction. A tense of
Konteks Hukum Internasional Hukum history provides the basis for the
Humaniter
understanding that international
Atas dasar pengalaman sejarah dan organization has become a necessary
part of the system for dealing with
tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa-
international problems and that to
bangsa di dunia dalam usaha menciptakan organize or not to organize is no
stabilitas dan suasana hidup bertetangga baik longer an open question for statesman
or a useful one for students of
di kawasannya, telah sepakat untuk mencari
international relation.” 22)
tema-tema pokok perdamaian, yaitu
Setelah berakhirnya perang dunia
menciptakan dunia sebagai kawasan damai,
yang menghancurkan, PBB berdiri pada
bebas dan netral dari pertentangan negara-
tahun 1945 untuk menstabilkan hubungan
negara besar. Negara-negara tersebut
internasional dan memberikan dasar yang
menyetujui pembentukan suatu mekanisme
lebih kuat bagi perdamaian. Setelah saat
untuk menyelesaikan perselisihan antara
itu, Organisasi dunia tersebut telah menjadi
negara anggota secara damai. Pembentukan
saksi maupun pendorong dalam peralihan
LBB dan PBB merupakan salah satu
yang hebat dalam hubungan global. Dari
tujuannya untuk mencapai tujuan tersebut.
reruntuhan Perang Dunia II, melalui tahun-
Jika Perserikatan Bangsa-Bangsa dibentuk
tahun yang diselubungi persaingan antara
pada waktu berlangsungnya Perang Dunia II,
blok-blok negara besar, ancaman perang
Liga Bangsa-Bangsa diciptakan justru setelah
nuklir, biologi, kimia dan konflik regional
berakhirnya Perang Dunia I, hal ini dapat
yang kelihatannya tak ada akhirnya, PBB
dilihat dalam pernyataan berikut :
telah berkembang menjadi satu organisasi
“... whereas the Covenant of the dimana upaya bersama untuk mencapai
League was formulated after hostilities
stabilitas, dengan perdamaian sebagai
were ended, the main features of the
United Nations were devised while war dasarnya, telah menjadi kepedulian yang
was still in progress.” utama. Pembahasan mengenai prinsip-
prinsip peningkatan perdamaiann terutama
21) 22)
Edisi Koleksi Angkasa, Kekuatan Laut di Asia Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi
Fasifik, ketika Perang Dingin Tak Berakhir Internasional, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
Dengan Perdamaian, Agustus 2013, hlm 20. 1990, hlm 7-8.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 77
adanya perang, dunia harus memiliki hukum agresi, Dewan Keamanan berwenang
perang. merekomendasikan atau memutuskan
Bagaimanapun perangkat hukum tersebut saranan yang diperlukan untuk
harus ada, karena memang hanya dengan mempertahankan atau mengembalikan
instrumen inilah hak-hak warga sipil dari perdamaian dan keamanan internasional.
negara yang sedang bertikai bisa dijaga dan Dewan keamanan juga dapat minta
dihormati. Orang-orang dan properti yang tak kepada pihak-pihak yang bersangkutan
kaitannya dengan perang harus dilindungi untuk memenuhi tindakan yang
dari perusakan yang tak perlu. Demikian ditetapkan.
bunyi salah satu baris legalisasi secara Dalam kontek normatif hukum
internasional terhadap intervensi yang humaniter upaya penegakan hukumnya
dapat dilakukan oleh PBB. PBB melalui terpatri pada situasi perang yang sedang
Dewan Keamanannya yang hanya berlangsung. Upaya perdamaian yang
menangani penyelesaian dua macam dianggap sebagai diplomasi yang punya
sengketa, yakni : misi politik justru sering digunakan ketika
a). Sengketa yang dapat membahayakan perang yang sedang berlangsung tersebut
perdamaian dan kemanan telah melenceng dari prinsip Ius in Bello
internasional dan dan Ius ad Bellum. Pelangaran dari prinsip-
b) Peristiwa ancaman perdamaian, prinsip hukum perang inilah yang
pelanggaran perdamaian atau kemudian memunculkan intervesi asing
perbuatan agresi. dalam konflik bersenjata yang sedang
Dalam menyelesaikan sengketa berlangsung itu sendiri. Intervensi
yang dapat membahayakan perdamaian kemanusiaan juga dapat diartikan sebagai
dan keamanan internasional, Dewan intervensi bersenjata yang dilakukan oleh
Keamanan dapat minta kepada pihak- suatu negara dengan pertimbangan
pihak yang bersengketa untuk kemanusiaan. Intervensi ini bukan bertujuan
menyelesaikan sengketa melalui untuk mengganti kedaulatan suatu negara
negosiasi, mediasi, konsiliasi, tetapi menyelamatkan para korban perlakuan
penyelidikan, arbitrasi atau peradilan. brutal atau kejam dan tidak manusiawi yang
Dewan Keamanan dapat setiap saat dialami di suatu negara.
merekomendasikan cara yang tepat untuk Kesimpulan
menyelesaikan sengketa itu. Dalam Dewasa ini masyarakat internasional
peristiwa ancaman perdamaian, akan lebih dapat menerima suatu intervensi
pelanggaran perdamaian atau perbuatan kemanusiaan yang dilakukan dengan
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 79
otorisasi dari Dewan Keamanan PBB. dari intervensi ini. Ada tiga alasan pokok
Penggunaan kekerasan untuk tujuan penolakan terhadap keberadaan intervensi
humaniter tidak sesuai dengan tujuan Piagam kemanusiaan, yaitu:
PBB kecuali setelah mendapat otorisasi dari 1. Piagam PBB dan korpus hukum
28) internasional modern secara khusus tidak
Dewan Keamanan PBB. Sebaliknya,
berisikan hak intervensi kemanusiaan.
intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh 2. Praktik negara-negara terutama sejak
tahun 1945 menunjukan bahwa sangat
suatu negara tanpa otorisasi Dewan
sedikit kasus-kasus intervensi
Keamanan PBB, akan diragukan legalitasnya kemanusiaan yang benar-benar dilandasi
pertimbangan kemanusiaan.
dan cenderung mendapat penolakan dan
3. Atas dasar keberhati-hatian yaitu terbuka
kecaman dari masyarakat internasional. kemungkinan terhadap penyalahgunaan
hak tersebut, sehingga menyebabkan suatu
Contohnya adalah intervensi militer yang
negara tidak tertarik untuk mengijinkan
dilakukan NATO di Kosovo pada Tahun intervensi kemanusiaan.30)
1999. Intervensi ini oleh sebagian besar
Atas dasar pertimbangan itulah yang
sarjana dipandang sebagai tindakan unilateral
menyebabkan pergeseran para digma dari
dari NATO tanpa ada otorisasi dari Dewan
intervensi kemanusiaan humanitarian
29)
Keamanan PBB.
intervention ke responsibility to protect (R to
Melihat keabsahannya yang melibatkan
P). Karena dengan adanya tindakan
penggunaan kekuatan bersenjata, bukan suatu
intervensi kemanusiaan, masyarakat
kejutan jika keberadaan intervensi
internasional berpendapat bahwa pelaksanaan
kemanusiaan menjadi hal yang konterversial
tindakan tersebut melemahkan kedaulatan
dan cenderung mendapat penolakan. Hal ini
negara, berpotensi merusak aturan yang ada
diperkuat dengan tidak jelasnya dasar hukum
di dalam piagam Perserikatan Bangsa-
28)
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian,
Bangsa (PBB), mengancam pemerintahan
Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, yang sah dalam negara yang diintervensi, dan
Edisi ke-2, Bandung: PT.Alumni, 2003, hlm 652.
29)
Lihat pernyataan yang dikemukanan oleh salah mengancam stabilitas internasional. Dengan
satu hakim dari ”The Flouse of Lords” yang
menangani kasus tersebut patut diperhatikan : “... demikian munculnya norma baru yaitu R to P
on the same day that we delivered our judgment
[on Pinochet Case], NATO forces began to bomb dengan cara yang lebih mendukung dan
the sovereign state of Serbia in an attempt to stop
the attrocities its government was committing
dapat di terima oleh banyak negara.
against its own citizens in Kosovo. Two events on Ketentuan PBB sebagai salah satu
the a single day showed how far we had come
from the classical doctrines of international law organisasi besar dunia yang memiliki
as we had learned them fifty years ago. No
longer is international law a matter which kekuasaan dan tanggung jawab yang dituntut
concerns sovereign States alone. It marches with
human rights law to protect individuals from untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu
State action”., Jawahir Thontowi dan Pranto
Iskadar, Hukum Internasional Kontemporer,
30)
Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm 1 Boer Mauna,Op.Cit, hlm.651
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 80
31)
Lihat Pasal 41 dan 42 Piagam PBB.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 81
are under stress before crises and Principles The Responsibility To Protect
conflicts break out.132)
yaitu:
Resolusi PBB tersebut dalam konteks a. State sovereignty implies responsibility,
and the primary responsibility for the
hukum humaniter merupakan cikal bakal dari
protectionof its people lies with the state
lahirnya dokrin hukum internasional berupa itself (kedaulatan negara termasuk
tanggung jawab, dan tanggung jawab
R toP. R to P adalah suatu prinsip yang
utama untuk melindungi rakyatnya yang
berusaha menjamin agar komunitas berada pada negara itu sendiri).
b. Where a populations is suffering serious
internasional tidak akan gagal lagi untuk
harm, as a result of international war,
bertindak ketika pembunuhan massal dan insurgency, repression or state failure,
and the state in question is unwilling or
kejahatan kemanusiaan lainnya terjadi dalam
unable to halt or avert it, the principle of
suatu konflik bersenjata. Suatu sistem yang non-intervention yields to the
international responsibility to protect
sekarang telah diakui oleh komunitas
(Dimana populasi yang menderita bahaya
internasional barawal dari Resolusi Majelis serius, sebagai akibat dari perang
internasional, pemberontakan, penindasan
Umum PBB nomor A/RES/60/1 pada tanggal
atau negara gagal, dan negara yang
24 Oktober 2005 hasil Konferensi Tingkat dimaksud adalah mau atau tidak mampu
menghentikan atau mencegah itu, prinsip
Tinggi dunia (world summit outcome).
non-intervensi menjadi tanggung jawab
Dalam perkembanganya prinsip R to P untuk melindungi internasional).34)
juga masih terdapat perbedaan pendapat,
Dari perspektif hukum, konsep 'R to P'
apakah R to P itu merupakan ketentuan
sebagaimana diadopsi dalam Resolusi
hukum atau bukan. Hakikatnya sampai saat
Majelis Umum PBB No.A/60/I khususnya
ini 'R to P' bukanlah suatu rumusan hukum,
Paragraf 138 dan 139, bersifat rekomendatif,
tapi merupakan suatu 'concept', 'principle',
artinya tidak mempunyai kekuatan hukum
'evolvingtrend', 'strong political
mengikat meskipun tetap memiliki muatan
commitment', 'emerging norm', atau suatu
2 33) politik dan moral yang cukup penting dalam
'obligation with legal significance.
menciptakan norma internasional yang baru.
Faktanya bahwa saat ini 'R to P' telah
Hal ini bukan berarti bahwa dengan alasan R
disepakati dan diterima oleh mayoritas
to P sebagaimana diatur dalam Paragraf
negara-negara di dunia yang menjadi anggota
tersebut masyarakat internasional dapat
PBB melalui Resolusi Majelis Umum. Dasar
dengan mudahnya melakukan intervensi
yang sangat utama dapat pelaksanaan Basic
militer, karena harus lebih dulu dilakulan
32)
United nations, Resolution adopted by the General
Assembly..No.A /res/60/1.Oktober 2005.
upaya-upaya pencegahan, penghentian dan
33)
Conference on the United Nations of the Next
34)
Decade, Actualizing the Responsibility to Protect, ICISS, The Responsibility to Protect, Report of the
Stanley Foundation, Portugal, 20 – 25 June 2008, International Commission on Intervention and
hlm 2. State Souvereignty, December 2001 hlm XI.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 82
Sejauh ini mekanisme di dalam KPCS yang menyulut perang saudara di Liberia,
terbukti bisa mengakhiri mimpi buruk di Sierra Leone dan Republik Demokratik
kawasan konflik berlian dan kedepannya hal Kongo. Berdasarkan Proses Kimberley,
tersebut diharapkan dapat terus berlanjut berlian mentah disimpan di wadah anti-pecah
dengan baik. Contoh kasus tersebut dapat dan diharuskan memperoleh sertifikat bebas-
dilhat dalam konflik bersenjata yang terjadi konflik dan anti-pemalsuan dengan
Liberia. Liberia porak-poranda setelah 14 pemberian angka serial unik setiap kali
tahun perang saudara. Selama perang saudara berlian itu melintasi satu perbatasan
1989-2003, pihak-pihak yang bertikai internasional. Pada Desember, DK PBB
menggali sumber daya berlian dan hasil memperbarui sanksi terhadap Liberia dengan
penjualannya digunakan untuk mendanai melarang perdagangan berlian dan senjata
pembelian senjata. Situasi tersebut membuat serta ditujukan kepada perorangan di
PBB menjatuhkan sanksi pada Liberia Liberia.39)
melalui paragraf 6 Resolusi 1521 tahun 2003 DAFTAR PUSTAKA
tentang embargo atas berlian mentah Liberia. 1. Buku dan Jurnal
Resolusi tersebut dianggap efektif untuk Arlina Permana Sari dkk, Pengantar
memutus mata rantai konflik yang sedang Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999.
Aust, Anthony, Handbook of International
mendera Liberia saat itu. Law, Published in The United State
Hal tersebut daopat dilihat dari by Cambrige University Press, New
York, 2005.
keputusan Dewan Keamanan PBB mencabut
Boer Mauna, Hukum Internasional:
Resolusi 1521 pada 2003. Liberia dinilai Pengertian, Peranan dan Fungsi
Dalam Era Dinamika Global, Edisi
telah membuat kemajuan dalam
ke-2, Bandung: PT.Alumni, 2003.
mengeluarkan sertifikat asal berlian E. Koswara, Agresi Manusia, PT Eresco,
mentahnya. DK PBB, yang memiliki 15 Bandung, 1988.
Evans, Malcom D, International Law,
anggota, dengan suara bulat mensahkan Published in The United State by
rangancan resolusi AS yang membatalkan Oxford University Press Inc, New
York, 2003.
resolusi 2003 mengenai embargo atas berlian
H.A. Masyur Effendi, Hukum Humaniter
mentah Liberia. DK PBB menyatakan akan Internasional dan Pokok-Pokok
mengkaji tindakannya dalam 90 hari, HANKAMRATA, Usaha Nasional,
Surabaya, 1994.
berdasarkan penilaian yang akan diterimanya Lachs, Manfred, Responsibility For The
dari Proses Kimberley mengenai penampilan Development of Humanitarian Law,
and Cristopher Swinarski (Ed),
Liberia. Apa yang disebut "berlian darah" Studies and Essay on
dan batu mulia lain dieksport secara tidak sah
39)
http://www.antaranews.com/berita/60782/pbb-
untuk mendanai pembelian senjata, praktek cabut-embargo-berlian-liberia
UBELAJ, Volume 1 Number 1, Oktober 2016 | 85