You are on page 1of 9

PENERAPAN METODE LEARNING BY DOING

SEBAGAI IMPLEMENTASI FILSAFAT PRAGMATISME


DALAM MATA KULIAH LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

Siti Maslakhah
Universitas Negeri Yogyakarta
Email: Siti.maslakhah1904@gmail.com

Abstract
(Title: Application of the Learning by Doing Method as an Implementation of the
Pragmatism Philosophy in Comparative Historical Linguistic Subjects). The aim of the
article is to describe the implementation of learning by doing method in learning Historical
Comparative Linguistics course in Study Program of Indonesian Literature FBS UNY
especially on the subject of lexicostatistics and glottochronology.Comparative Historical
Linguistics (Linguistik Historis Komparatif/LHK) course is taught in Study Program of
Indonesian Literature, Indonesian Language and Literature Education Department, FBS
UNY, offered in odd semester and must be taken by the fifth semester students who choose
linguistic skill. One of the topics in this course is lexicostatistics and glottochronology.
From the results of the examination, it was found that students’ understanding and skills
of this subject were not entirely satisfactory,and therefore learning by doing method was
applied so that students had knowledge and skills to determine kinship and a separate
period of two languages.In the learning of lexicostatistics and glottochronology subject,
the students participating in the class are grouped into several groups. Each group is given
the task of calculating the kinship of two languages and then determined the separate
period between the two languages. The language studied by each group is different from
the other groups. Each group is given the task of finding data in the field. The data are
in the form of a lexicon taken from the basic of Swadesh. Students look for respondents
who speak the mother tongue of the language who are the object of their research to
obtain lexicons from the languages. When the lexicon has been collected, they calculate
the kinship and determine the separate period by using the existing formulas. The final
results are presented in front of theclass.

Keyword: learning by doing, pragmatism, comparative historical linguistic

PENDAHULUAN tra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan


Linguistik Historis Komparatif (His- Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni
torical Comparative Linguistics) adalah ca- UNY. Mata kuliah ini ditawarkan pada semes-
bang linguistik yang menelaah perkembang- ter gasal dan wajib diambil oleh mahasiswa
an bahasa dari satu masa ke masa yang lain, semester V yang memilih jalur keahlian lingu-
mengamati bagaimana cara bahasa-bahasa istik.
mengalami perubahan, serta mengkaji sebab Mata kuliah dengan kode SAS6231
akibat dari perubahan bahasa. Linguistik histo- ini memiliki bobot dua sks, bertujuan untuk
ris komparatif bertalian dengan dimensi diak- memberikan bekal kompetensi kepada ma-
ronis dari bahasa. Tugas utama linguistik histo- hasiswa tentang konsep dan teori linguistik
ris komparatif adalah memberikan penjelasan historis komparatif secara diakronis. Hal-hal
mengenai hakikat perubahan bahasa, baik yang yang dibahas dalam perkuliahan ini adalah
wujudnya berupa penentuan fakta maupun ting- (1) klasifikasi bahasa secara genealogis dan
kat kekerabatan antarbahasa serumpun melalui metode perbandingan diakronis, (2) pinjaman
upaya rekonstruksi protobahasa dari sejumlah bahasa dan metode perbandingannya, (3) pe-
bahasa sekerabat. rubahan bahasa dan hukum bunyi, (4) teori dan
Mata kuliah Linguistik Historis Kom- konsep rekonstruksibahasa induk dan metode
paratif (LHK) diajarkan di Program Studi Sas- rekonstruksinya, (5) inovasi dan relik dalam

159
160

kaitannya dengan subgrouping, (6) metode menghitung jangka waktu pisah bahasa-bahasa
subgrouping, (7) silsilah kekeluargaan bahasa tersebut dengan menggunakan metode leksiko-
dan metode penyusunannya, (8) metode lek- statistik dan glotokronologi, namun ternyata
sikostatistik dan glotokronologi, serta (9) teori keterampilan ini tidak sepenuhnya dikuasai
tentang migrasi bahasa serta tempat asal bangsa mahasiswa. Untuk itu, perlu diterapkan metode
dan bahasa (homeland) dan metode penentuan- pembelajaranyanglain agar mahasiswa bisa
nya. Kegiatan pembelajaran meliputi ceramah, lebih menguasai keterampilan tersebut. Dalam
diskusi, dan penugasan. hal ini, metode pembelajaran yang selanjutnya
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini diterapkan adalah metode learning by doing.
mahasiswa diharapkan menguasai konsep dan Diharapkan dengan metode ini keterampilan
teori linguistik komparatif secara diakronis dan pemahaman mahasiswa bisa meningkat.
yang mencakup perubahan dan peminjaman
bahasa serta migrasi bahasa. Keterampilan PEMBAHASAN
yang diharapkan dimiliki mahasiswa setelah Tulisan ini bertujuan untuk mendes-
mengikuti mata kuliah ini adalah mampu me- kripsikan penerapan metode learning by do-
nentukan kekerabatan bahasa berdasarkan me- ing dalam pembelajaran mata kuliah Linguis-
tode leksikostatistik danglotokronologi. tik Historis Komparatif. Implementasi metode
Terkait dengan keterampilan yang pembelajaran ini dimaksudkan untuk agar ma-
diharapkan dimiliki mahasiswa setelah me- hasiswa memiliki pemahaman dan keterampil-
nyelesaikan mata kuliah ini, yaitu mahasiswa an untuk menentukan kekerabatan bahasa dan
mampu menentukan kekerabatan bahasa de- sekaligus menghitung jangka waktu pisah ba-
ngan metode leksikostatistik dan glotokronolo- hasa-bahasa tersebut.
gi, ternyata keterampilan ini tidak sepenuh- Metode pembelajaran learning by do-
nya dikuasai mahasiswa. Secara teori maha- ing merupakan metode pembelajaran yang
siswa mampu menjawab pertanyaan tentang berdasarkan filsafat pragmatisme. Sehubungan
rumus-rumus yang dipakai untuk menentukan dengan hal itu, dalam bagian pembahasan ini
kekerabatan bahasa dan juga rumus-rumus dideskripsikan juga tentang aliran filsafat prag-
untuk menghitung waktu pisah antara dua ba- matisme, juga tentang penerapan aliran prag-
hasa. Mereka juga mampu menghitung dengan matisme dalam pendidikan, dan tentang me-
menggunakan rumus-rumus itu. Namun de- tode pembelajaran learning by doing.
mikian, ternyata dengan metode pembelajaran
ceramah saja mahasiswa tidak sepenuhnya Aliran Filsafat Pragmatisme
memahami apa yang sebenarnya mereka cari Kata pragmatisme diambil dari kata
dengan rumus-rumus itu. Hal ini terbukti dari pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan,
hasil ujian yang menanyakan tentang kekera- perbuatan, sedangkan isme adalah paham, atau
batan dan waktu pisah bahasa-bahasa. Jawaban ajaran. Dengan demikian pragmatisme adalah
mahasiswa untuk butir soal itu menunjukkan paham atau ajaran filsafat yang mengutama-
bahwa sebenarnya mereka tidak sepenuhnya kan tindakan yang bermanfaat bagi pelaku-
memahami apa yang dimaksudkan dengan me- nya secara praktis. Pragmatisme mula-mula
nentukan jauh dekatnya kekerabatan antara dua diperkenalkan oleh Charles Sanders Peirce
bahasa dan jangka waktu pisah bahasa-bahasa (1839 – 1914), filosof Amerika yang pertama
itu. Untuk itu diperlukan metode pembelaja- kali menggunakan pragmatisme sebagai me-
ran lain yang lebih mampu memberikan pe- tode filsafat. Meskipun demikian, pengertian
mahaman dan keterampilan pada mahasiswa, pragmatisme juga telah terdapat pada Socrates,
khususnya keterampilan dalam menentukan Aristoteles, Berkeley, dan Hume (Juanda,
kekerabatan dan menentukan jangka waktu pi- 2015: 241).
sah dua bahasa. Pragmatisme adalah aliran dalam fil-
Mahasiswa diharapkan memiliki pe- safat yang berpandangan bahwa kriteria kebe-
ngetahuan dan keterampilan mampu me- naran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki
nentukan kekerabatan bahasa dan sekaligus kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu

diksi Volume 27, Nomor 2, September 2019


161

kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mut- Dunia akan bermakna hanya jika ma-
lak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan nusia mempelajari makna yang terkandung di
sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi dalamnya, dan perubahan merupakan kenis-
masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna cayaan dari sebuah realitas. Manusia tidak
bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu akan pernah menjadi manusia yang sesung-
dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua. guhnya jika mereka tidak berkreasi terhadap
Abidin (2011: 123) mengemukakan dirinya. Manusia adalah makhluk yang dina-
bahwa pragmatisme adalah aliran dalam fil- mis dan plastis. Dalam sepanjang hidup ma-
safat yang berpandangan bahwa kriteria kebe- nusia akan terus- menerus berkembang sesuai
naran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki dengan kemampuan dan kreasinya. Dalam
kegunaan bagi kehidupan nyata. Pragmatisme perkembangan tersebut manusia membutuhkan
berpandangan bahwa substansi kebenaran ada- sesamanya, meniru, beradaptasi, bekerja-sama
lah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan dan berkreasi mengembangkan kebudayaan di
manfaat bagi kehidupan. tengah-tengah komunitasnya.
Aliran filsafat Pragmatisme dipandang Baik dan buruk suatu peradaban di-
sebagai filsafat Amerika asli. Aliran ini ber- tentukan oleh kualitas perkembangan manu-
pangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang sia. Manusia yang berkualitas akan mewarnai
berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui peradaban yang baik. Sebaliknya, manusia
apa yang manusia alami. Pragmatisme adalah yang tidakberkualitas akan mewariskan/me-
aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang ninggalkan peradaban yang buruk, vulgar bah-
benar adalah segala sesuatu yang membuktikan kan barbar. Pendidikan yang mengikuti pola
dirinya sebagai benar dengan melihat kepada filsafat pragmatism akan berwatak humanis,
akibat- akibat atau hasilnya yang bermanfaat dan pendidikan yang humanis akan melahir-
secara praktis. Aliran ini bersedia menerima kan manusia yang humanis pula. Karena itu,
sesuatu asal membawa akibat praktis, atau pernyataan”man is the measure of all things”
dengan kata lain intinya adalah “manfaat bagi akan sangat didukung oleh penganut aliran
hidup praktis”. Dengan demikian, yang pen- pragmatis, sebab hakekat pendidikan itu sendi-
ting bukan kebenaran obyektif dari pengeta- ri adalah memanusiakan manusia.
huan melainkan bagaimana kegunaan praktis Menurut Charles S. Peirce segala se-
dari pengetahuan kepada individu-individu. suatu memiliki “arti” penting atau tidak per-
Tokoh utama aliran pragmatisme adalah Wil- cuma bagi kehidupan pelakunya. Pragmatisme
liam James dan John Dewey di Amerika Seri- berusaha menemukan asal mula serta hakikat
kat. Di samping itu, di Inggris ada FC. Schiller, terdalam segala sesuatu. Hal ini merupakan ke-
Charles S. Pierce, dan George HerbertMead. giatan yang sangat menarik meskipun kegiatan
Dasar dari pragmatisme adalah logika tersebut luar biasa sulitnya. Yang dipenting-
pengamatan, di mana apa yang ditampilkan kan oleh penganut pragmatis bukan teori-teori
pada manusia dalam dunia nyata merupakan yang muluk-muluk, melainkan kemanfaatan
fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah yang bersifat praktis, berguna atau bermanfaat
satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya secara praktis bagi kehidupan pelakunya. De-
dan perbedaan diterima begitu saja. Represen- ngan demikian yang dicari penganut pragmatis
tasi realitas yang muncul di pikiran manusia adalah “asasmanfaat”.
selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan Aliran Pragmatisme memiliki kelebih-
fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika an: (a) membawa kemajuan-kemajuan yang
memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. pesat bagi ilmu pengetahuan maupun teknolo-
Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak gi, (b) berhasil membumikan filsafat dari corak
mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanya- sifat yang tender minded yang cenderung ber-
an seputar kebenaran, terlebih yang bersifat fikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis.
metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh Adapun sisi kekurangannya adalah: (a) pragma-
kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah tisme menciptakan pola pikir masyarakat yang
(Kristiawan, 2016: 225). matrealis karena filsafat pragmatisme adalah

Penerapan Metode Learning By Doing Sebagai Implementasi Filsafat ... (Siti Maslakhah)
162

sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung da- pengalaman untuk penemuan hal-hal baru
pat dinikmati hasilnya oleh manusia; dan (b) dalam kehidupan sosial dan pribadi. Menurut
pragmatisme bisa menjurus kepada ateisme aliran pragmatisme proses pembelajaran harus
karena sangat mendewakan kemampuan akal disesuaikan dengan lingkungan tempat dilang-
dalam mencapai kebutuhan kehidupan. sungkannya pendidikanitu.
Kedua, kedudukan siswa: kedudukan
Aliran Pragamatisme dalam Pendidikan siswa dalam pendidikan pragmatisme meru-
Pendidikan menurut pandangan prag- pakan suatu organisasi yang memiliki kemam-
matisme bukan merupakan suatu proses pem- puan yang luar biasa dan kompleks untuk tum-
bentukan dari luar, dan juga bukan merupa- buh.
kan suatu pemberkahan kekuatan-kekuatan Ketiga, kurikulum: kurikulum pendi-
laten dengan sendirinya, melainkan merupa- dikan pragmatis berisi pengalaman yang teruji
kan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi yang dapat diubah. Demikian pula minat dan
dari pengalaman-pengalaman individu, yang kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah dapat
berarti bahwa setiap manusia selalu belajar menentukan kurikulum. Guru menyesuaikan
dari pengalamannya. Menurut John Dewey bahan ajar sesuai dengan minat dan kebutuhan
(melalui Gutek, 1974: 114), pendidikan per- anaktersebut.
lu didasarkan pada tiga pokok pikiran yaitu: Keempat, metode: metode yang digu-
(1) pendidikan merupakan kebutuhan hidup; nakan dalam pendidikan pragmatisme adalah
(2) pendidikan sebagai pertumbuhan; dan (3) metode aktif, yaitu learning by doing (belajar
pendidikan sebagai fungsi sosial. sambil bekerja), metode pemecahan masalah
John Dewey (melalui Priyanto, 2017) (problem solving method), serta metode penye-
dalam bukunya Democracy and Education lidikan dan penemuan (inquiri and discovery
(1964) menyatakan bahwa “The word educa- method). Pragmatisme lebih mengutamakan
tion means just process of leading or bringing penggunaan metode pemecahan masalah serta
up” (Artikata pendidikan adalah proses bim- metode penyelidikan dan penemuan. Dalam
bingan dan pengarahan). Dengan demikian, praktiknya (mengajar), metode ini membu-
dalam pendidikan seorang siswa tidak dapat tuhkan guru yang memiliki sifat pemberi ke-
lepas dari peran serta seorang guru, karena se- sempatan, bersahabat, seorang pembimbing,
orang guru adalah orang yang akan membim- berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar
bing dan mengarahkan serta mengevaluasi ha- bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama,
sil belajar siswa, karena pendidikan itu sendiri dan bersungguh-sungguh agar belajar berdasar-
adalah sebuah bimbingan dan pengarahan. kan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa
Model pembelajaran pragmatisme ada- dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
lah anak belajar di dalam kelas dengan cara Kelima, peran Guru: peran guru dalam
berkelompok. Dengan berkelompok anak akan pendidikan pragmatisme adalah mengawasi
merasa bersama-sama terlibat dalam masalah dan membimbing pengalaman belajar siswa,
dan pemecahanya. Anak akan terlatih bertang- tanpa mengganggu minat dankebutuhannya.
gung jawab terhadap beban dan kewajiban Selain hal di atas, pendidikan pragma-
masing- masing. Sementara, guru hanya ber- tisme kerap dianggap sebagai pendidikan yang
tindak sebagai fasilitator dan motivator. Model mencanangkan nilai-nilai demokrasi dalam ru-
pembelajaran ini berupaya membangkitkan ang pembelajaran sekolah. Karena pendidikan
hasrat anak untuk terus belajar, serta anak di- bukan ruang yang terpisah dari sosial, setiap
latih berpikir secara logis. orang dalam suatu masyarakat juga diberi ke-
Power (melalui Sadulloh, 2003:133) sempatan untuk terlibat dalam setiap pengam-
menyatakan bahwa implikasi dari filsafat pen- bilan keputusan pendidikan yang ada. Keputus-
didikan pragmatisme terhadap pelaksanaan an-keputusan tersebut kemudian mengalami
pendidikan mencakup hal-hal berikut ini. evaluasi berdasarkan situasi-situasi sosial yang
Pertama, tujuan pendidikan: tujuan ada.
pendidikan pragmatisme adalah memberikan

diksi Volume 27, Nomor 2, September 2019


163

Metode Pembelajaran Learning by Doing peserta didik dan guru dalam konteks belajar
Pembelajaran adalah proses interaksi aktif menjadi sangat penting.
antarpeserta didik, antara peserta didik dan Guru berperan aktif sebagai fasilitator
pendidik, dan antara peserta dan sumber bela- yang membantu memudahkan siswa belajar,
jar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang sebagai narasumber yang mampu mengundang
berlangsung secara edukatif, agar peserta didik pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pe-
dapat membangun sikap, pengetahuan dan ke- ngelola yang mampu mengundang pemikiran
terampilannya untuk mencapai tujuan yang dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang
telah ditetapkan. Proses pembelajaran merupa- mampu merancang dan melaksanakan kegiatan
kan suatu proses yang mengandung serang- belajar bermakna dan dapat mengelola sum-
kaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelak- ber belajar yang diperlukan. Siswa juga terli-
sanaan hinggapenilaian. bat dalam proses belajar bersama guru karena
Dalam pendidikan seorang siswa tidak siswa dibimbing, diajar dan dilatih menjelajah,
dapat lepas dari peran serta seorang guru, kare- mencari, mempertanyakan sesuatu menyelidiki
na seorang guru adalah orang yang akan mem- jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan
bimbing dan mengarahkan serta mengevaluasi menyampaikan hasil perolehannya secara ko-
hasil belajar siswa, karena pendidikan itu sen- munikatif.
diri adalah sebuah bimbingan dan pengarahan. Selain itu, siswa dibina untuk memiliki
Hal itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh keterampilan agar dapat menerapkan dan me-
John Dewey (melalui Priyanto, 2017) “The manfaatkan pengetahuan yang pernah diteri-
word education means just process of leading manya pada hal-hal atau masalah yang baru di-
or bringing up”, Arti kata pendidikan adalah hadapi. Dengan demikian siswa mampu belajar
proses bimbingan dan pengarahan. mandiri, belajar aktif, pada dasarnya berusaha
Model pembelajaran learning by do- untuk memperkuat dan memperlancar stimulus
ing dipelopori oleh John Dewey. Konsep be- yang diberikan guru dan respons anak didik
lajar melalui melakukan, menjadi asas seluruh dalam pembelajaran, sehingga proses pembe-
pe-ngajaran John Dewey dan pertama kali dite- lajaran menjadi suatu hal yang menyenangkan
rapkan berupa sekolah kerja yang diujicobakan tidak menjadi hal yang membosankan bagi
di AS pada tahun 1859, yaitu suatu pandangan mereka (Yuberti, 2012: 32).
pendidikan pragmatis berdasarkan dua alasan Pembelajaran dengan learning by do-
penting, pertama, merupakan suatu takdir Tu- ing direncanakan dengan mengatur waktu dan
han bahwa anak adalah makhluk aktif (ala- tempat secara khusus untuk tiap kompetensi.
san psikologis); kedua, melalui bekerja anak Pembelajaran ditekankan pada drill, riview,
disiapkan untuk kehidupan pada masa depan demontrasi dan pembelajaran yang sistematis
(Mappiare, 2006: 194). untuk memberikan pengalaman belajar kepa-
Belajar aktif atau learning by do- da siswa sesuai dengan situasi dan kondisi di
ing merupakan teori Dewey. Dewey merupa- dunia kerja. Pendekatan pembelajaran ini lebih
kan pendiri Dewey School yang menerapkan mengembangkan hasil yang nyata dan keca-
prinsip-prinsip learning by doing, yaitu bahwa kapan.
siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara Pembelajaran learning by doing memi-
spontan. Dari rasa keingintahuan siswa akan liki fungsi sebagaiberikut. Pertama, memperke-
hal-hal yang belum diketahuinya mendorong nalkan beberapa realita dalanpengajaran, yakni;
keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses (a) mengembangkan materi pembelajaran dari
belajar. Belajar aktif mengandung berbagai kiat realitas sekitar, tidak hanya dari apa yang ada
yang berguna untuk menumbuhkan kemam- di buku; dan (b) mengundang praktisi ke dalam
puan belajar aktifpada diri siswa dan meng- kelas untuk menambah wawasan siswa dalam
gali potensi siswa dan guru untuk sama-sama rangka melengkapi penjelasan guru baik secara
berkembang dan berbagi pengetahuan, kete- teori maupunpraktek.
rampilan, serta pengalaman. Peran serta siswa Kedua, melaksanakan serangkaian pe-
ngajaran langsung dengan melibatkan siswa

Penerapan Metode Learning By Doing Sebagai Implementasi Filsafat ... (Siti Maslakhah)
164

untuk memecahkan masalah dengan bimbing- latihan-latihan dalam pembentukan keteram-


an guru, yaitu: (a) memperhatikan kebebasan pilan. Adapun bentuk-bentuk pengajaran dalam
akademik guna mengembangkan prinsip ber- konteks learning by doing, di antaranya adalah
dasarkan sikap saling menghormati dan mem- sebagai berikut (Djamarah, 2002: 223-225).
perhatikan satu sama lain (antara guru dan Pertama, Menumbuhkan motivasi be-
siswa, dan antara siswa dan siswalainnya); dan lajar siswa dengan cara mendorong rasa ingin
(b) memberikan kesempatan pada siswa un- tahu, keinginan mencoba, dan sikap mandiri
tuk aktif berpartisipasi dalam merencanakan anak didik. Bisa juga dengan memberikan
kegiatan, melakukan proses dan pengambilan motivasi ekstrinsik yaitu dengan memberikan
keputusan. rangsangan berupa pemberian nilai tinggi atau
Aktifitas pembelajaran bekerja lang- hadiah bagi siswa berprestasi dansebaliknya.
sung merupakan pendekatan interaktif edu- Kedua, mengajak siswa beraktivitas.
katif yang sangat efektif, karena peserta didik Bentuk pelaksanaanya adalah mengajak anak
melakukan demontrasi dan eksperimen dengan didik melakukan aktivitas atau bekerja di labo-
mencoba mengerjakan sesuatu serta mengama- ratorium, di lapangan sebagai bagian dari eks-
ti proses dan hasil uji coba. Demontrasi dan plorasi pengalaman, atau mengalami pengala-
eksperimen dalam pembelajaran learning by man yang sam sekalibaru.
doing dilaksanakan dengan tujuan sebagai Ketiga, mengajar dengan memperha-
berikut: (a) Untuk mengetahui sesuatu secara tikan perbedaan individual. Proses kegiatan
lebih pasti dan teliti; (b) melakukan penga- belajar mengajar dilakukan dengan memahami
matan dan pengumpulan data; (c) melaksana- kondisi masing-masing anak didik karena tidak
kan percobaan sesuai dengan prinsip learning semua siswa itu sama kemampuannya. Terda-
by doing, bahwa teori yang sudah dipelajari ha- pat beberapa faktor penyebab anak memiliki
rus ditindaklanjuti dengan perbuatan; dan (d) hasil belajar buruk, antara lain; faktor kesehat-
Menganalisa produk untuk memperoleh hasil an, kesempatan belajar di rumah tidak ada, sa-
yangoptimal. rana belajar kurang, dansebagainya.
Dalam pembelajaran learning by do- Keempat, mengajar dengan umpan
ing terdapat prinsip-prinsip yang harus diper- balik : Bentuknya antara lain umpan balik ke-
timbangkan dalam pembelajaran. Pertama, me- mampuan perilaku siswa (perubahan tingkah
libatkan siswa secara langsung dalam kegiatan laku yang dapat dilihat anak didik lainnya,
belajar mengajar, karena pendekatan ini mene- pendidik atau anak didik itu sendiri), umpan
kankan pada pengalaman siswa secara lang- balik tentang daya serap sebagai pelajaran un-
sung yang berkenaan dengan kompetensi yang tuk diterapkan secaraaktif.
harus dikuasai. Kedua, menyediakan pendekat- Kelima, mengajar dengan pengalihan,
an multi sensori bagi siswa ketika berlangsung yaitu pengajaran yang mengalihkan (transfer)
pembelajaran, seperti mendengar, merasa, men- hasil belajar ke dalam situasi-situasi nyata
cium, dan mencipta objek-objek yang dipela- yang bukan hanya bersifat ceramah atau dis-
jari. Ketiga, memberikan kompetensi bagi kusi, tetapi mengedepankan situasinyata.
siswa untuk mengembangkan keterampilan Keenam, penyusunan pemahaman
menggunakan material dan melakukan ekspe- yang logis dan psikologis. Pengajaran dilaku-
rimen. Keempat, membina suasana sosial yang kan dengan memilih metode yang proporsional,
transaksional antara siswa danguru. baik dengan metode ceramah maupun metode
Keterlibatan siswa dalam pembelajar- pemberian tugas kepada siswa. Hal ini dilaku-
an learning by doing tidak hanya sebatas fisik kan sesuai dengan kondisi materipelajaran.
semata, tetapi lebih dari itu terutama adalah Ada beberapa metode dan model pem-
keterlibatan mental emosional, keterlibatan belajaran learning by doing yang menekankan
dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian pada pengalaman siswa secara langsung, di
dan perolehan pengetahuan, penghayatan dan antaranya adalah metode proyek, metode eks-
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan perimen, metode karya wisata, metode belajar
sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan sambil bermain. Selain itu, ada juga pendekat-

diksi Volume 27, Nomor 2, September 2019


165

an dengan sentra pembelajaran, yaitu konsep bahasa yang lebih cenderung mengutamakan
belajar di mana guru-guru menghadirkan dunia peneropongan kata-kata secara statistik lalu
nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa menetapkan pengelompokkan itu berdasarkan
membuat hubungan antara pengetahuan yang persentase kekerabatan bahasa yang diper-
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidup- bandingkan (Keraf, 1996: 121). Glotokronolo-
an mereka sehari-hari. Dengan tujuan agar gi merupakan penghitungan dalam LHK yang
siswa memperoleh pengetahuan dan keteram- berusaha mengadakan pengelompokkan den-
pilan, sedikit demi sedikit, dan dari proses men- gan lebih mengutamakan penghitungan masa
coba sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan pisah (time depth) bahasa- bahasa yang diban-
masalah dalam kehidupannya sebagai anggota dingkan. Penghitungan masa pisah ini bisa di-
masyarakat sekarang dankelak. lakukan setelah persentase kekerabatan bahasa
Model pengajaran ini membuat siswa yang diperbandingkan diketahui.
dapat lebih paham dan bukan hanya seke- Teori leksikostatistik dan glotokrono-
dar tahu atau hapal, siswa atau peserta didik logi mula-mula dikembangkan oleh Morris
diajak untuk melakukan, melihat, mendengar, Swadesh dan Robert Less pada 1950-an. To-
merasakan secara langsung objek yang sedang koh yang mengembangkan teori tersebut ada-
dipelajari, dengan kata lain mempraktekkan- lah Dyen dan ahli-ahli lainnya. Leksikostatis-
nya, sehingga siswa memahaminya sampai tik dipergunakan untuk menghitung persentase
pada tingkat yang sebenar-benarnya. kekerabatan bahasa dengan membandingkan
Pembelajaran dengan learning by do- kosakata dan menentukan tingkat kemiripan
ing ini dapat diimplementasikan di semua jen- yang ada. Penghitungan ini menggunakan ru-
jang pendidikan, dari tingkat TK sampai PT. mus dan tabel logaritma. Leksikostatistik dan
Di TK misalnya, anak-anak peserta didik dia- glotokronologiini didasarkan pada perbanding-
jak untuk menanam biji-bijian dan mengamati an kosakata yang oleh Swadesh disebut ko-
hasilnya setelah beberapa hari. Mereka bela- sakata dasar (basic core vocabulary) dengan
jar dari pengalaman langsung tentang proses menggunakan 100 atau 200 kosakata.
terjadinya tanaman. Pada jenjang pendidikan Prosedur penggunaan leksikostatistik
di atasnya, salah satu contoh implementasi dan glotokronologi adalah sebagai berikut.
metode learning by doing dalam pembelajar- Pertama, mengumpulkan kosakata dasar dari
an adalah pada mata pelajaran Prakarya pada bahasa yang diteliti dengan mengunakan daf-
tingkat SD, SMP, SMA. Belajar dengan cara tar kosakata Swadesh. Kedua, menetapkan pa-
praktik membuat telur asin, misalnya, akan sangan-pasangan kosakata yang berkerabat.
memberikan pengalaman sekaligus pembela- Ketiga, menghitung persentase kekerabatan
jaran bagi siswa SD. Demikian juga pelajaran dengan sebuah rumus. Keempat, menghubung-
praktik membuat barang-barang elektronik kan hasil penghitungan yang berupa persentase
seperti radio, lampu hias, ataupun benda-benda kekerabatan dengan kategori kekerabatan seba-
kebutuhan rumah tangga lainnya pada tingkat gai berikut : dialek sebuah bahasa (81-100%),
SMP dan SMA. Pada jenjang SMK pembela- bahasa dalam subrumpun (55-80%), subrum-
jaran dengan learning by doing lebih banyak pun dalam rumpun (28-54%), rumpun dari stok
lagi karena di SMK lebih banyak pelajaran (13-27%), stok dari filum (5-12%). Kelima,
diberikan denganpraktik. setelah persentase kekerabatan antara bahasa-
bahasa cabang yang diteliti diketahui, selanjut-
Implementasi Metode Learning by Doing nya dihitung masa pisah dengan menggunakan
dalam PerkuliahanLHK teori glotokronologi. Keenam, menghitung
Sebagaimana telah diuraikan pada jangka kesalahan dengan menggunakan rumus.
bagian latar belakang, metode learning by do- Penghitungan jangka kesalahan ini digunakan
ing diterapkan dalam pembelajaran mata ku- untuk menghindari kesalahan secara statistik
liah LHK pada pokok bahasan metode leksiko- dengan memberikan perkiraan bahwa suatu hal
statistik dan glotokronologi. Leksikostatistik bukan terjadi dalam waktu tertentu, melainkan
merupakan suatu teknik dalam pengelompokan dalam suatu jangka waktu tertentu. Ketujuh,

Penerapan Metode Learning By Doing Sebagai Implementasi Filsafat ... (Siti Maslakhah)
166

setelah jangka kesalahan didapat lalu menjum- Sebelum terjun ke lapangan untuk
lahkan persentase kekerabatan dengan hasil mencari data, setiap kelompok menyusun daf-
penghitungan jangka kesalahan. Dari penghi- tar gloss dari daftar kata Swadesh. Selanjutnya,
tungan tersebut diperoleh nilai persentase mereka berbagi tugas untuk mencari data di
kerabatbaru. Kedelapan, menentukan masa lapangan dengan mencari responden untuk di-
pisah rata-rata dengan cara waktu yang lama mintai keterangan tentang leksikon dalam baha-
dikurangi waktu baru. Hasil dari penghitungan sa-bahasa yang diteliti. Mereka dapat mencari
tersebut harus ditambah dan dikurangi dengan mahasiswa-mahasiswa atau warga pendatang
waktu lama untuk memperoleh usia masa pisah dari daerah yang kost (tinggal) di Yogyakarta
kedua bahasa tersebut. Dari hasil penambahan sebagai respondennya. Setelah semua data ter-
dan pengurangan tersebut akan didapatkan dua kumpul, mereka bisa mulai menghitung bersa-
bilangan yang merupakan jangka waktu suatu ma teman sekelompoknya. Jauh dekatnya ke-
bahasa berpisah (dalam ribuan tahun). Kesem- kerabatan dua bahasa dihitung dan dilanjutkan
bilan, menghitung tahun berapakah kira-kira dengan menghitung jangka waktu pisah. Hasil
tahun tersebut, dihitung dari tahun penelitian penghitungan kelompok ini beserta laporan ha-
dilakukan (tahun penelitian dikurangi dengan sil kerja yang lainnya selanjutnya dipresentasi-
dua bilangan hasil langkah no 8). kan di depankelas.
Dalam pembelajaran pokok bahasan Pembelajaran tentang menghitung ke-
leksikostatistik dan glotokronologi ini maha- kerabatan dua bahasa dan menentukan jangka
siswa peserta kuliah dikelompokkan menjadi waktu pisahnya dengan menerapkan metode
beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi tu- learning by doing ini dapat menjadikan maha-
gas untuk menghitung kekerabatan dua buah siswa mengerti, memahami, dan memiliki ket-
bahasa dan kemudian menentukan jangka erampilan dalam menentukan kekerabatan dua
waktu pisah kedua bahasa. Bahasa yang diteliti bahasa atau lebih. Keterampilan ini kelak da-
masing-masing kelompok berbeda, misalnya pat bermanfaat apabila mereka bekerja sebagai
kelompok A meneliti kekerabatan bahasa Jawa peneliti bahasa di lembaga kebahasaan seperti
dan bahasa Sunda, sementara kelompok B me- balai bahasa atau badan bahasa. Di samping itu,
neliti kekerabatan bahasa Bali dan bahasa Ma- mahasiswa juga memperoleh keterampilan un-
dura, kelompok C dan kelompok D meneliti tuk bekerja sama dengan teman dalam sebuah
kekerabatan bahasa-bahasa yang lain lagi. tim kerja (kelompok). Keterampilan ini tentu
Setiap kelompok harus mencari data sangat berguna dalam kehidupan mahasiswa di
di lapangan. Data berupa leksikon dalam ba- masa depannya.
hasa- bahasa yang menjadi objek penelitian
masing-masing. Sebagai pedoman untuk me- PENUTUP
nentukan leksikon apa saja yang dicari, digu- Belajar dengan learning by doing ada-
nakan pedoman daftar kata Swadesh sehingga lah belajar melalui perbuatan langsung yang
semua kelompok sama. Daftar kata Swadesh dilakukan siswa/mahasiswa secara aktif, baik
adalah daftar yang dikembangkan oleh seorang individual maupun kelompok. Dalam hal ini
linguis bernama Morris Swadesh. Daftar ini siswa/mahasiswa langsung mempraktekan
digunakan sebagai alat pembelajaran tentang apa yang ada pada materi pelajaran baik se-
evolusi bahasa. Daftar ini mengandung satu cara individu mapun berkelompok. Dengan
set kata-kata dasar yang dapat ditemukan di begitu bisa difahami bahwa metode learning
hampir semua bahasa. Daftar ini tersedia da- by doing artinya adalah metode pembelajaran
lam berbagai variasi, versi lengkap 207 kata, dengan cara siswa/mahasiswa diajak untuk
yang di dalamnya mengandung beberapa kata melakukan, melihat, mendengar, merasakan
yang mungkin tidak ditemukan di beberapa secara langsung objek yang sedang dipelajari.
tempat di dunia (misalnya ular dan salju) dan Dengan kata lain, siswa/mahasiswa memprak-
versi pendek 100 kata. Versi yang dipakai oleh tekkannya, sehingga mereka memahaminya
masing-masing kelompok dipilih yang sama sampai benar-benar jelas. Manfaat dari imple-
yaitu versi 100 kata.

diksi Volume 27, Nomor 2, September 2019


167

mentasi metode learning by doing di kelas Juanda, A. (2015). Aliran-Aliran Filsafat Lan-
mampu menumbuhkan motivasi siswa/maha- dasan Kurikulum dan Pembelajaran
siswa untuk belajar lebih karena pembelajaran dari Yunani Kuno hingga Postmodern.
yang diterima secara teoritis dapat betul-betul Bandung: CV Confident.
dipraktikkan. Di samping itu dengan metode Keraf, G. (1984). Linguistik Bandingan Histo-
ini guru/dosen mampu mengajak peserta didik ris. Jakarta: Gramedia.
untuk beraktivitas dan motivasi yang cukup Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan
tinggi. Mereka memperoleh pembelajaran dari The Choice Is Yours. Jogjakarta: Valia
pengalaman sendiri yang selama ini belum per- Pustaka.
nah didapatkan. Mappiare, A. (2006). Kamus Istilah Konse-
Dalam pembelajaran mata kuliah ling dan Terapi. Jakarta: Raja Grafindo
LHK di Program Studi Sastra Indonesia Juru- Persada.
san Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Priyanto, D. (2017). “Implikasi Aliran Fil-
metode learning by doing diimplementasikan safat Pragmatisme terhadap Praksis
khususnya pada pokok bahasan leksikostatis- Pendidikan”. JPII Volume 1, Nomor
tik dan glotokronologi yang membahas tentang 2, April 2017. https://studylibid.com/
kekerabatan bahasa-bahasa dan penghitungan doc/965205/implikasi-aliran-filsafat-
jangka waktu pisah bahasa-bahasa yang men- pragmatisme- terhadap-.
jadi objek pengamatan. Sadulloh, U. (2014). Pengantar Filsafat Pen-
didikan. Bandung: Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA Yuberti, dkk. (2012). Teori Belajar dan Pembe-
Abidin, Z. (2011). Pengantar Filsafat Barat. lajaran. Lampung: IAIN Raden Intan.
Jakarta : Rajawali. Universitas Negeri Yogyakarta Fakul-
Djamarah, S.B&Zain, A. (2006). Strategi Be- tas Bahasa dan Seni. (2015). Kuriku-
lajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta. lum 2014 Berbasis KKNI Bahasa dan
Gutek, G. L. (1974). Philosophical Alterna- Sastra Indonesia.
tives in Education. Columbus, Ohio:
Charles E. Merrill Publishing Com-
pany.

Penerapan Metode Learning By Doing Sebagai Implementasi Filsafat ... (Siti Maslakhah)

You might also like