You are on page 1of 9

Nurainy et al.

Pengaruh Konsentrasi Kitosan …

PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN


TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI DENGAN METODE DIFUSI
AGAR (SUMUR)
[The Effect of Chitosan Concentrations on the Antibacterial Activiry with
Gel Diffusion/Well Method]

Fibra Nurainy1), Samsul Rizal1), Yudiantoro2)


1)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Lampung 35145
Telp. 0721-781823; e-mail: nurainy_thp@unila.ac.id
2)
Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRACT

The aim of this work was to obtain the minimal concentration of chitosan which possess
antibacterial characteristic. The concentrations of chitosan that used were 0%; 0,2%; 0,4%;
0,6%; and 0,8% (w/v), whereas bacteria cultures used to examine antibacterial activity of
chitosan were Escherichia coli, Bacillus subtilis and Staphylococcus aureus. Well method (gel
diffusion) was utilized to test the chitosan antibacterial activity. The result was analyzed
using descriptive method and presented in the graphic form. The result showed the activity of
chitosan restraint as antibacterial. The test of chitosan antibacterial activity utilizes gel
diffusion (well) method. The data analyzed descriptively and presented in the graphic form.
The result showed the activity of chitosan restraint as anti bacteria against Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis or Escherichia coli with the highest restraint diameter was noticed at
the addition of 0,2% chitosan, which were 20,27 mm/mg chitosan, 24,50 mm/mg chitosan and
31,53 mg chitosan, respectively. The lowest restraint diameter was found at the addition of
0,8% chitosan, which were 6,82 mm/mg chitosan, 12,14 mm/mg chitosan and 14,23 mm/mg
chitosan, respectively.
Keywords: Antibacterial activity, chitosan, gel diffusion method

PENDAHULUAN boraks sangat meresahkan bagi kalangan


masyarakat. Hasil pengujian oleh Balai
Pangan merupakan kebutuhan pokok Besar POM DKI Jakarta pada November-
manusia. Tujuan utama penggunaan pangan Desember 2005 terhadap 98 sampel produk
adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pangan yang dicurigai mengandung
makanan. Bahan pangan/makanan yang formalin, 56 sampel di antaranya dinyatakan
ideal adalah yang cukup kandungan energi positif mengandung formalin. Perinciannya,
dan zat gizinya, mempunyai daya simpan dari 23 sampel mi basah, 15 sampel di
yang lebih lama, aman dalam arti tidak antaranya tercemar formalin (65 persen).
menyebabkan gangguan kesehatan, lebih Sebanyak 46,3 persen dari 41 sampel
enak, dan lebih praktis sehingga beragam jenis tahu positif mengandung
meningkatkan derajat penerimaan konsu- formalin. Sebanyak 34 sampel aneka jenis
men (Rangga, 1997). Informasi yang ikan asin, 22 sampel di antaranya juga
banyak beredar akhir-akhir ini mengenai tercemar formalin (64,7 persen). Sampel
pencemaran berbagai produk pangan oleh ikan asin yang positif berformalin itu, antara
bahan kimia berbahaya seperti formalin dan lain, ikan asin sange belah, ikan cucut

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 117
Nurainy et al. Pengaruh Konsentrasi Kitosan …

daging super, dan jambal roti. (Anonim , Vogel Johnson Agar (VJA), dan Eosin
2005). Methylene Blue Agar (EMBA). Bahan
Penggunaan formalin sebagai kimia yang digunakan adalah alcohol 70%,
pengawet bahan pangan diduga karena spiritus, buffer pH 4 dan pH 7.
tingkat kesadaran produsennya akan Peralatan yang digunakan adalah
kesehatan masyarakat masih sangat rendah, Clean Bench (ruang aseptic yang dilengkapi
di samping mereka tidak mempunyai lampu UV) merk Kotterman-Jerman, lemari
pengetahuan yang memadai mengenai inkubator, autoklaf, hotplate, cawan petri,
bahaya bahan kimia terlarang tersebut. neraca analitik, Erlenmeyer, tabung reaksi,
Faktor lain, formalin juga mudah dijumpai pipet tetes, pipet volumetrik, jarum ose,
di pasar bebas dengan harga yang murah. gelas ukur, labu takar, lampu bunsen, dan
Baik formalin maupun boraks merupakan alat-alat pembantu lainnya.
bahan kimia yang sangat berbahaya bagi
Perlakuan Penelitian
kesehatan manusia.
Perlakuan yang diterapkan pada
Salah satu alternatif pengganti
bakteri uji ini adalah konsentrasi kitosan
formalin sebagai pengawet makanan adalah
yang ditambahkan. Konsentrasi kitosan
penggunaan kitosan yang lebih aman dan
yang digunakan adalah 0; 0,2; 0,4; 0,6; dan
tidak berefek negatif terhadap kesehatan
0,8 persen (w/v). Pengujian aktivitas
tubuh. Kitosan dapat berfungsi sebagai
antibakteri kitosan menggunakan metode
bahan pengawet karena mempunyai sifat
difusi agar (sumur; Murhadi, 2002).
anti bakteri (Zheng dan Zhu, 2002; No et
Percobaan dilakukan dengan 3 kali ulangan.
al., 2002). Diduga terdapat konsentrasi
Data hasil pengamatan disajikan dalam
minimum kitosan sebagai antimikroba
bentuk tabel dan atau grafik kemudian
dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
dianalisis secara deskriptif.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui konsentrasi minimum Persiapan Kultur Bakteri Uji
kitosan yang dapat digunakan untuk Kultur bakteri uji yang akan
menghambat pertumbuhan bakteri yang digunakan disiapkan dengan cara
bersifat patogen dan perusak makanan. mengambil satu ose bakteri dari agar miring
NA, kemudian diinokulasikan ke dalam 10
METODE PENELITIAN ml NB steril. Selanjutnya divortek untuk
meratakan bakteri di dalam NB, lalu
Bahan dan Alat diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
Bahan utama yang digunakan adalah Setelah 24 jam didapatkan inokulum yang
kitosan yang diperoleh dari PT. Vital House langsung dapat digunakan untuk pengujian
Indonesia dan kultur bakteri yang diperoleh aktivitas antibakteri (Lukman, 1984 dalam
dari Laboratorium Kesehatan Lampung. Apriyanto 2002).
Kultur bakteri yang digunakan dalam Pengujian Aktivitas Antibakteri Kitosan
penelitian ini adalah bakteri Gram negatif, dengan Metode Sumur
yaitu Escherichia coli dan bakteri Gram Metode sumur (difusi agar)
positif yaitu Bacillus subtilis dan didasarkan pada kemampuan senyawa-
Staphylococcus aureus. Media agar yang senyawa antibakteri yang diuji untuk
digunakan adalah Nutrient Agar (NA), menghasilkan jari-jari zona penghambatan

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 118
Nurainy et al. Pengaruh Konsentrasi Kitosan …

di sekeliling sumur uji terhadap bakteri yang Penghitungan Zona Penghambatan


digunakan sebagai penguji. Pengujian Zona penghambatan senyawa
aktivitas antibakteri kitosan dimulai dengan antibakteri dari kitosan diukur berdasarkan
menyiapkan media pertumbuhan bakteri. jari-jari (rp, mm) penghambatan berupa areal
Pembuatan media diawali dengan bening di sekeliling sumur uji. Pengukuran
penimbangan media bubuk dan penambahan jari-jari (rp, mm) dilakukan dengan
aquades seperti petunjuk pada kemasan. mengukur jarak dari tepi sumur uji ke batas
Kemudian dilakukan pengadukan sambil lingkaran zona hambat menggunakan jangka
dipanaskan mengguna-kan hot magnetic sorong (ketelitian 0,05 mm) pada beberapa
stirrer hingga larutan media homogen yang sisi sumur uji, lalu dirata-ratakan. Nilai
ditandai oleh warna larutan yang jernih, diameter (d, mm) zona hambat hasil
selanjutnya Erlenmeyer ditutup dengan pengamatan langsung diperoleh dengan
kapas dan disterilisasi pada suhu 121oC menggunakan rumus d = 2 x rp
selama 15 menit. Setelah sterilisasi media (Murhadi,2002). Selanjutnya untuk
didinginkan dalam keadaan tertutup pada mendapatkan nilai diameter zona hambat
suhu ruang sampai suhu mencapai 40oC lalu hasil konversi (d’) dilakukan dengan
bakteri uji sebanyak 0,1% diinokulasikan konversi perhitungan menggunakan rumus
kedalam masing-masing media berikut (Murhadi, 2002) :
pertumbuhan (0,1 mL kultur dalam NB ke
dalam 100 mL media pertumbuhan) r' = [√ (rp2 + 2.rp.rs) x Fk + rs2] - rs
kemudian dihomogenkan. d’ = 2 (r’)
Media pertumbuhan yang digunakan Keterangan :
untuk masing-masing bakteri uji adalah (1) r' = Jari-jari (mm) zona hambat hasil
Nutrient Agar untuk Bacillus subtilis, (2) konversi.
Vogel Johnson Agar untuk Staphylococcus rp = Jari-jari (mm) zona hambat hasil
aureus, dan Eosin Metylene Blue Agar pengujian langsung (pengukuran
untuk Escherichia coli (Garriga et al., 1993 dengan jangka sorong)
dalam Apriyanto, 2002). rs = Jari-jari sumur uji (mm) ditambah
Media yang telah diinokulasi kultur jari-jari zona hambat kontrol pelarut
bakteri uji tersebut dituang ke dalam cawan- Fk = Faktor koreksi pengenceran atau
cawan dan dibiarkan hingga membeku. pemekatan
Kemudian dibuat lima lubang (sumur) d' = Diameter (mm) zona hambat hasil
secara aseptis dengan diameter 7 mm dan konversi
dimasukkan larutan kitosan sebanyak 60 µL
yang mengandung kitosan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi 0; 0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 persen
(b/v). Larutan kitosan dibuat dengan Aktivitas Anti-Staphyilococcus aureus
melarutkan kitosan sesuai dengan Berdasarkan nilai diameter konversi
konsentrasi ke dalam larutan asam asetat (d’, mm/mg kitosan) hasil penelitian dengan
1%. Inkubasi dilakukan secara statis pada menggunakan metode sumur dapat
suhu 37oC selama 48 jam (Garriga et al., diketahui bahwa larutan kitosan
dalam Apriyanto 2002). menghasilkan zona penghambatan terhadap
Staphylococcus aureus yang menurun

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 119
Nurainy et al. Pengaruh Konsentrasi Kitosan …

seiring peningkatan konsentrasi kitosan. (b/v) adalah 4,87; 20,27, 9,27, 8,58, dan
Diameter penghambatan antibkteri kitosan 6,82 mm/mg kitosan. Histogram zona
terhadap Staphylococcus aureus berturut penghambatan kitosan secara parsial
turut pada penambahan kitosan dengan terhadap Staphylococcus aureus disajikan
konsentrasi 0; 0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 persen pada Gambar 1.

25,0000
Diameter Penghambatan (mm/mg kitosan)

20,2652
20,0000

0 % Kitosan
15,0000
0,2 % Kitosan

0,4 % Kitosan

0,6 % Kitosan
10,0000 9,2667
8,5785
0,8 % Kitosan
6,8229
4,8722
5,0000

0,0000

Konsentrasi Kitosan

Gambar 1. Histogram zona penghambatan larutan kitosan terhadap Staphylococcus


aureus

Pada Gambar 1 terlihat bahwa larutan larutan kitosan dengan konsentrasi kitosan
kitosan memberikan efek penghambatan, 0,2% (b/v), terjadi penghambatan tertinggi
terhadap Staphylococcus aureus tetapi dengan diameter penghambatan sebesar
polanya menurun. Pada larutan kitosan 20,27 mm/mg kitosan. Hal tersebut diduga
dengan konsentrasi kitosan 0% tetap terjadi karena kekentalan larutan kitosan masih
penghambatan dengan diameter pengham- rendah sehingga masih dapat berdifusi ke
batan sebesar 4,87 mm. Hal tersebut dapat media agar tempat tumbuhnya
terjadi karena adanya asam asetat dalam Staphylococcus aureus. Pada larutan kitosan
larutan sebagai pelarut. Efek penghambatan dengan konsentrasi kitosan 0,8%(b/v),
tersebut bukan merupakan aktivitas kitosan, terjadi penghambatan terendah. Hal tersebut
karena asam asetat juga memiliki diduga karena larutan kitosan 0,8%(b/v)
kemampuan menghambat bakteri. Pada

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 120
Nurainy et al. Pengaruh Konsentrasi Kitosan …

sudah terlalu kental sehingga tidak dapat memiliki asam teikoat, polimer yang
berdifusi secara baik dalam media agar. bersifat asam yang mengandung ribitol,
Staphylococcus aureus merupakan fosfat, atau gliserol fosfat. Menurut Yusman
jenis bakteri Gram positif. Menurut Pelezar (2006), asam teikoat yang bersifat asam dan
dan Chan (1986), struktur dinding bakteri mengandung ulangan rantai gliserol fosfat
Gram positif relatif sederhana sehingga dan ribotol fosfat pada bakteri Gram Positif
memudahkan senyawa antibakteri menyebabkan bakteri Gram positif
menemukan sasaran untuk bekerja. Pada bermuatan negatif. Muatan negatif pada
kenyataannya, pengujian sifat antibakteri dinding sel bakteri akan berikatan dengan
kitosan menggunakan metode sumur dengan muatan positif dari kitosan membentuk
peningkatan konsentrasi kitosaan tidak senyawa yang tidak bermuatan. Selain asam
menunjukkan sifat antibakteri kitosan teikoat akan berikatan dengan kitosan yang
terhadap Staphylococcus aureus yang bersifat bersifat basa.
meningkat pula. Pada pengujian dengan
Aktivitas Anti-Bacillus subtilis
metode difusi agar (sumur), kitosan yang
Hasil penelitian menunjukkan
ditambahkan ke dalam sumur uji
diameter penghambatan yang menurun
diharapkan akan berdifusi ke media tumbuh
seiring peningkatan konsentrasi kitosan.
bakteri. Konsentrasi kitosan yang tinggi
Diameter penghambatan antibakteri kitosan
akan menghasilkan larutan yang kental.
terhadap Bacillus subtilis berturut turut pada
Larutan yang terlalu kental akan sulit
penambahan kitosan dengan konsentrasi
melakukan difusi dibandingkan dengan
0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 persen (b/v) adalah
larutan yang lebih encer. Akibatnya, data
24,50; 17,96; 14,44; dan 12,13 mm/mg
diameter penghambatan kitosan menunjuk-
kitosan. Histogram diameter penghambatan
kan penurunan sifat penghambatan.
kitosan secara parsial terhadap Bacillus
Percobaan pendahuluan menggunakan
subtilis disajikan pada Gambar 2.
metode kontak menunjukkan adanya sifat
Pada Gambar 2 terlihat bahwa larutan
penghambatan antibakteri kitosan terhadap
kitosan memberikan efek penghambatan
pertumbuhan Staphylococcus aureus.
yang menurun terhadap Bacillus subtilis.
Kitosan dapat berikatan dengan lipid
Pada larutan kitosan dengan konsentrasi
yang ada pada permukaan dinding sel
kitosan 0% tetap terjadi penghambatan
bakteri. Staphylococcus aureus merupakan
dengan diameter penghambatan sebesar
jenis bakteri Gram positif. Menurut Lay dan
9,80 mm. Hal tersebut dapat terjadi karena
Sugyo (1992) dalam Yusman (2006),
adanya asam asetat dalam larutan sebagai
bakteri Gram positif memiliki kandungan
pelarut. Efek penghambatan tersebut bukan
peptidoglikan yang tinggi dibandingkan
merupakan aktivitas kitosan, karena asam
dengan bakteri Gram negatif. Kandungan
asetat juga memiliki kemampuan
peptidoglikan yang tinggi akan mengakibat-
menghambat bakteri. Pada larutan kitosan
kan tingginya kandungan lipid. Menurut
dengan konsentrasi kitosan 0,2%, terjadi
Widodo et al. (2006), kitosan bersifat
penghambatan tertinggi. Hal tersebut diduga
polikationik dapat mengikat lipid dan
karena kekentalan larutan kitosan masih
logam berat. Rusaknya lipid pada dinding
rendah sehingga masih dapat berdifusi ke
sel bakteri akan mengakibatkan rusaknya
media percobaan tempat tumbuhnya
pertahanan sel. Bakteri Gram positif
Bacillus subtilis. Pada larutan kitosan

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 121
Nurainy et al. Pengaruh Konsentrasi Kitosan …

dengan konsentrasi kitosan 0,8%, terjadi kental sehingga tidak dapat berdifusi secara
penghambatan terendah. Hal tersebut diduga baik.
karena larutan kitosan 0,8% sudah terlalu

30,0000
D ia m e t e r P e n g h a m b a t a n ( m m /m g k it o s a n )

24,5022
25,0000

20,0000 17,9586 0 % Kitosan


17,9586
0,2 % Kitosan
14,4433
15,0000 0,4 % Kitosan
12,1360
0,6 % Kitosan
9,8000
10,0000 0,8 % Kitosan

5,0000

0,0000
Konsentrasi Kitosan

Gambar 2. Histogram diameter penghambatan larutan kitosan secara parsial terhadap


Bacillus subtilis.

Diameter penghambatan kitosan diameter penghambatan menunjukkan


terhadap Bacillus subtilis yang menurun penurunan sifat penghambatan seiring
seiring penambahan konsentrasi kitosan peningkatan konsentrasi kitosan.
diduga karena Bacillus subtilis juga
Aktivitas Anti-Escherichia coli
merupakan jenis bakteri Gram positif seperti
Berdasarkan hasil perhitungan nilai
Staphiloccus aureus. Hal tersebut diduga
diameter konversi (d’, mm/mg kitosan) hasil
karena larutan kitosan yang diterapkan
penelitian dengan menggunakan metode
menggunakan metode sumur tidak dapat
sumur diketahui bahwa larutan kitosan
berdifusi secara baik. Ukuran molekul
menghasilkan diameter penghambatan
kitosan yang besar, dilihat dari bentuk fisik
terhadap Escherichia coli yang menurun
larutan kitosan yang cukup kental
seiring peningkatan konsentrasi kitosan.
mendekati gel, akan mengurangi
Diameter penghambatan antibakteri kitosan
kemampuan berdifusi. Molekul kitosan
terhadap Escherichia coli berturut-turut
yang terlalu besar tidak dapat menembus
pada penambahan kitosan dengan
dinding sel bakteri. Akibatnya, data
konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 persen

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 122
Nurainy et al. Pengaruh Konsentrasi Kitosan …

(b/v) adalah 31,53; 21,57; 16,97 dan 14,23 terhadap Escherichia coli disajikan pada
mm/mg kitosan. Histogram diameter Gambar 3.
penghambatan kitosan secara parsial

35,0000
Diameter Penghambatan (mm/mg kitosan)

31,5312

30,0000

25,0000
0 % Kitosan
21,5724
0,2 % Kitosan
20,0000
16,9667
0,4 % Kitosan
14,2273
15,0000
0,6 % Kitosan
11,0811
0,8 % Kitosan
10,0000

5,0000

0,0000

Konsentrasi Kitosan

Gambar 3. Histogram diameter penghambatan larutan kitosan secara parsial terhadap


Escherichia coli

Larutan kitosan memberikan efek penghambatan terendah. Hal tersebut diduga


penghambatan, terhadap Escherichia coli karena larutan kitosan 0,8% sudah terlalu
tetapi trennya juga menurun. Diameter kental sehingga tidak dapat berdifusi secara
penghambatan kitosan terhadap Escherichia baik. Pada larutan kitosan dengan
coli yang menurun seiring penambahan konsentrasi kitosan 0% tetap terjadi
konsentrasi kitosan diduga juga disebabkan penghambatan dengan diameter
ukuran molekul kitosan yang besar dilihat penghambatan sebesar 11,08 mm. Hal
dari bentuk fisik larutan kitosan yang tersebut dapat terjadi karena adanya asam
semakin kental. Pada larutan kitosan dengan asetat dalam larutan sebagai pelarut. Efek
konsentrasi kitosan 0,2%, terjadi penghambatan tersebut bukan merupakan
penghambatan tertinggi. Hal tersebut diduga aktivitas kitosan, karena asam asetat juga
karena kekentalan larutan kitosan masih memiliki kemampuan menghambat bakteri.
rendah sehingga masih dapat berdifusi ke Terjadinya penurunan diameter pengham-
media percobaan tempat tumbuhnya batan memang tidak diharapkan. Diameter
Escherichia coli. Pada larutan kitosan penghambatan yang dihasilkan menurun
dengan konsentrasi kitosan 0,8%, terjadi

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 123
Nurainy et al. Pengaruh Konsentrasi Kitosan …

dari 31,53 mm/mg kitosan sampai 14,23 coli sehingga secara keseluruhan lebih
mm/mg kitosan. bermuatan negatif daripada Staphylococcus
Escherichia coli merupakan jenis aureus. Perbandingan diameter pengham-
bakteri Gram negatif. Menurut Yusman batan antara bakteri Gram positif
(2006), Escherichia coli lebih bermuatan (Staphilococcus aureus dan Bacillus
negatif dibandingkan dengan Staphylo- subtilis) dan bakteri Gram negatif
coccus aureus (bakteri Gram positif). Hal (Escherichia coli) dapat dilihat pada Tabel
tersebut dapat terjadi karena adanya 1.
lipopolisakarida dan peptidoglikan yang
mengandung gugus COO- pada Escherichia

Tabel 1. Perbandingan diameter penghambatan antara bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif.

Jenis Bakteri Diameter penghambatan berdasarkan konsentrasi (mm)


0% 0,2% 0,4% 0,6% 0,8%
Gram positif S. aureus 4,87 20,27 9,27 8,58 6,83
B. subtilis 9,80 24,50 17,96 14,44 12,14
Gram negatif E. coli 11,08 31,53 21,57 16,97 14,23

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui KESIMPULAN DAN SARAN


bahwa kitosan memberikan penghambatan
paling besar terhadap Escherichia coli Kesimpulan
(bakteri Gram negatif) dibandingkan 1. Terdapat aktivitas penghambatan kitosan
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis sebagai antibakteri terhadap
yang keduanya merupakan bakteri Gram Staphilococcus aureus dengan diameter
positif. Penghambatan terhadap Escherichia penghambatan tertinggi pada
coli terjadi pada semua konsentrasi yang penambahan kitosan dengan konsentrasi
diberikan. Menurut Helander et al. (2001) 0,2 % sebesar 20,27 mm/mg kitosan dan
mekanisme aktivitas antibakteri kitosan bisa terendah pada penambahan kitosan
dijelaskan sebagai berikut; muatan positif dengan konsentrasi 0,8 % sebesar 6,82
NH3+ glukosamin chitosan berinteraksi mm/mg kitosan.
dengan muatan negatif (lipoppolisakarida, 2. Terdapat aktivitas penghambatan kitosan
protein) membran sel mikroba sehingga sebagai antibakteri terhadap Bacillus
menyebabkan kerusakan membran luar sel subtilis dengan diameter penghambatan
dan keluarnya konstituen intraselullar tertinggi pada penambahan kitosan
bakteri. dengan konsentrasi 0,2 % sebesar 24,50
mm/mg kitosan dan terendah pada
penambahan kitosan dengan konsentrasi
0,8 % sebesar 12,14 mm/mg kitosan.

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 124
Nurainy et al Pengaruh Konsentrasi Chitosan …

3. Terdapat aktivitas penghambatan kitosan barrier properties of the outer


sebagai antibakteri terhadap Escherichia membrane of Gram negative bacteria.
coli dengan diameter penghambatan International J. of Food Microbiol.
tertinggi pada penambahan kitosan 71: 235-244.
dengan konsentrasi 0,2 % sebesar 31,53
Murhadi. 2002. Isolasi dan Karakteristik
mm/mg kitosan dan terendah pada
Komponen Antibakteri dari Biji
penambahan kitosan dengan konsentrasi
Atung (Parinarium glaberrimum
0,8 % sebesar 14,22 mm/mg kitosan.
Hassk). Disertasi. Program
4. Kitosan memberikan efek penghambatan
Pascasarjana IPB. Bogor.
yang lebih tinggi pada Escherichia coli
(bakteri Gram negatif) dibandingkan No, H.K., N.Y. Park, S.H. Lee, and S.P.
pada Staphylococcu aureus dan Bacillus Meyer. 2002. Antibacterial activity
subtilis (bakteri Gram positif). of chitosans and chitosan oligomers
5. Semua aktivitas antibakteri kitosan with different molecular weight.
semakin menurun seiring peningkatan International J. of Food Microbiol.
konsentrasi kitosandi atas 0,2 %. 74: 65-72.
Rangga, A. 1997. Pengetahuan Bahan.
Saran Diktat Kuliah. Jurusan Teknologi
Berdasarkan penelitian yang telah Hasil Pertanian Unila. Bandar
dilaksanakan maka disarankan untuk Lampung.
melakukan penelitian serupa menggunakan
Widodo, A., Marida, dan A. Prasetyo.
metode lain yang diharapkan dapat
2006. Potensi Kitosan dari Limbah
menggambarkan kemampuan kitosan dalam
Udang sebagai Koagulan Logam
menghambat bakteri, dan mengaplikasikan-
Berat Limbah Cair Industri Tekstil.
nya pada produk makanan yang lebih
Jurusan Teknik Kima Institut Sepuluh
banyak mengandung bakteri Gram negatif.
November (ITS).
http://www.kemahasiswaan.its.ac.id.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada Tanggal 3 Januari 2007.

Anonim. 2005. Kian Marak Penggunaan Yusman, D.A. 2006. Hubungan Antara
Formalin pada Makanan: Ditemukan Aktivitas Antibakteri Kitosan dan Ciri
pada Mi Basah, Tahu dan Ikan Asin. Permukaan Dinding Sel Bakteri.
Kompas: 28 Desember 2005. Jurnal Penelitian IPB. Departemen
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Apriyanto, D. 2002. Aktivitas Antibakteri
Pengetahuan Alam IPB. 10 hlm.
Bubuk Lada (Piper nigrum L.)
terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Zheng, L.Y. and J.F. Zhu. 2002. Study on
Makanan dengan Metode Sumur. antimicrobial activity of chitosan with
Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil different molecular weights.
Pertanian Unila. Bandar Lampung. Carbohydrate Polimers. 54(4): 527-
530.
Helander, I.M., E.L. Numiaho, R.
Ahvenainen, J. Rohoades, and S.
Roller. 2001. Chitosan disrupts the

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 125

You might also like