You are on page 1of 65
BENTU! KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2017 ‘TENTANG K, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 Menimbang : a. Mengingat : 1. DAN/ATAU PASAL 26 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk lebih memberikan kemudahan, kepastian hukum, dan meningkatkan pelayanan kepada Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam melaporkan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26; bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT); bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.03/2017 tentang Bukti Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghesilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26; Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajaken (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893); s 2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, dan perubahannya; 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang ‘Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT); 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.03/2017 tentang Bukti Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan; MEMUTUSKAN:; Menetapkan ; PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26. Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan: 1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang selanjutnya disebut Undang-Undang KUP adalah Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan ‘Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. 2. Undang-Undang Pajak Penghasilan yang sclanjutnya disebut Undang-Undang PPh adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Uadang Nomor 36 Tahun 2008. 3. Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya disebut dengan KPP adalah Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemotong Pajak terdaftar, 4. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan yang selanjutnya disebut dengan KP2KP adalah Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan yang bereda dalam wilayah KPP. 5. Pajak Penghasilan yang selanjutnya disingkat PPh adalah Pajak Penghasilan sebagaimana dimakeud dalam Undang-Undang PPh. 6. Pemotong PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang selanjutnya disebut Pemotong Pajak adalah Wajib Pajak yang berdasarkan Peraturan perundang-undangan di bidang _perpajakan diwajibkan untuk melakuken pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26. 10. 11. 12. 13. 14a. 15. Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT Elektronik adalah SPT yang disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Aplikasi Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 Elektronik yang selanjutnya disebut Aplikasi e-Bupot 23/26 adalah perangkat lunak yang disediakan di laman milik Direktorat Jenderal Pajak atau saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang dapat digunakan untuk membuat Bukti Pemotongan, membuat dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk dokumen elektronik. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Bukti Pemotongan. PPh Pasal 26 yang selanjutnya disebut Bukti Pemotongan adalah formulir atau dokumen lain yang dipersamakan yang digunakan oleh Pemotong Pajak sebagai bukti pemotongan PPh Pasal 23 dan/aiau Pasal 26 dan pertanggungjawaban atas pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang dilakuken. Bukti Pemotongan Pembetulan adalah Bukti Pemotongan yang dibuat untuk membetulkan kekeliruan dalam pengisian Bukti Pemotongan yang telah dibuat sebelumnya. Bukti Pemotongan Pembatalan adalah Bukti Pemotongan yang dibuat untuk membatalkan Bukti Pemotongan yang telah dibuat sebelumnya karena aclanya pembatalan transaksi. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi eleltronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi. Sertifikat Elektronik (Digital Certificate) adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda ‘Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukan status subyek hukum para pibak dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau penyelenggara sertifikasi elektronik. 16. Surat Setoran Pajak yang selanjutnya disingkat SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 17. Bukti Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi atas transaksi penerimaan negara yang mencantumkan NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan NTB (Nomor Transaksi Bankj/NTP (Nomor Transaksi Pos) serta elemen lainnya yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan atau dokumen yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) atas transaksi penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM (Surat Perintah Membayar) yang mencantumkan NTPN. 18. Pemindahbukuan adalah suatu proses memindahbukukan penerimaan pajak untuk dibukukan pada penerimaan pajak yang sesuai. 19. Bukti Pernindahbukuan yang selanjutnya disebut Bukti Pbic adalah bukti yang menunjukkan bahwa telah dilakukan Pemindahbulman. Pasal 2 (1) Setiap Pemotong Pajak wajib mengisi SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (2) Ketentuan mengenai kewajiban untuk menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal jumlah PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang dipotong pada Masa Pajak yang bersangkutan nihil, kecuali nihil tersebut dikarenakan adanya Surat Keterangan Bebas, Surat Keterangan Domisili dan/atau selurah PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang terutang ditanggung oleh Pemerintah (DTP). Pasal 3 Q) SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri dari: a. Induk SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26; x @) (3) a (2) (3} ) a) 5 b, Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26; dan c. Daftar Surat Setoran Pajak, Bukti Penerimaan Negara dan/atau Bukti Pemindahbukuan untuk Penyetoran PPh. Pasal 23 dan/atau Pasal 26; sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Bukti Pemotongan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal ini terdiri dari: a. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23; dan b. Bukti Pemotongan PPh Pasal 26; sebagaimana tereantum dalam Lampiran 1 yang merupaken bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Bukti Pemotongan sebagaimana dimaksud pada ayat (2} berbentuk: a. formulir kertas (hard copy); atau b. dokumen elektronik. Pasal 4 Pemotong Pajak harus membuat dan memberikan Bukti Pemotongan kepada penerima penghasilan yang dipotong pajak. Satu Bukti Pemotongan hanya depat digunakan untuk: a. 1 (satu) Wajib Pajak; Db. 1 (satu) kode objek pajak; dan c. 1 (satu) Masa Pajak. Bukti Pemotongan tetap dibuat dalam hal: a. jumlah PPh Pasal 23 yang dipotong nihil karena adanya Surat Keterangan Bebas; b, jumlah PPh Pasal 26 yang dipotong nihit karena adanya Surat Keterangan Domisili; dan/atau c. PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang terutang ditanggung oleh Pemerintah (DTP) sebagaimana diatur dalam peraturan perpajaken yang berlaku. Pemotong Pajak dapat membuat 1 (satu) Bukti Pemotongan untuk menggabungkan dua atau lebih transaksi sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dimeksud pada ayat (2). Pasal 5 SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk formulir kertas (hard copy) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a dapat digunekan oleh Pemotong Pajak yang: (2) (3) a) a. 6 menerbitkan tidak lebih dari 20 (dua pulub) Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam satu Masa Pajak; dan b. jumlah penghasilan bruto yang menjadi daser pengenaan Pajak Penghasilan tidak lebih dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap Bukti Pemotongan dalam satu Masa Pajak, SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pemotong Pajak dengan cara: 4. langsung ke KPP atau KP2KP; melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke KPP; atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke KPP; atau Jangsung melalui Layanan Pajak di Luar Kantor (LDK). SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan dokumen dan/atau keterangan sebagai berikut: a. Bukti Pemotongan; b. SSP atau BPN, dalam hal PPh yang seharusnya dibayar dilunasi dengan setoran ke Kas Negara; Bukti Pbk, dalam hal kurang bayarnya dilunasi melalui pemindahbukuan; Surat Kuasa Khusus bermeterai cukup, dalam hal SPT ditandatangani oleh kuasa Pemotong Pajalk; fotokopi Surat Keterangan Bebas yang telah dilegalisasi, dalam hal PPh Pasal 23 dibebaskan dari pemotongan berdasarkan Surat Keterangan Bebas; fotokopi Surat Keterangan Domisili, dalam hal PPh Pasal 26 menggunakan tarif sesuai Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda; dan fotokopi SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang dibetulken, termasuk lampiran dan Bukti Penerimaan Surat, dalam hal SPT yang disampaikan adaiah SPT pembetulan. Pasal 6 SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk dokumen elektronik. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b harus digunakan oleh Pemotong Pajak yang: a. menerbitkan lebih dari 20 (dua puluh) Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam 1 (satu) Masa Pajak; & 7 b, jumlah penghasilan bruto yang menjadi dasar pengenaan Pajaik Penghasilan lebih dari Rp100.000.000,00 {seratus juta rupiah) dalam satu Bukti Pemotongan; ¢. sudah pernah menyampaikan SPT Masa Elektronik; dan/atau a. terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderai Pajak Jakerta Khusus atau KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar. (2) SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan oleh Pemotong Pajak dengan menggunakan Aplikasi e-Bupot 23/26 yang tersedia di laman milik Direktorat Jenderal Pajak atau saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (3} SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 scbagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan hasii pemindaian (scan) Surat Keterangan Domisili dalam bentuk Portable Document Format (PDF), dalam hal PPh Pasal 26 menggunakan tarif sesuai Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang diunggah (upload) dalam Aplikasi e-Bupot 23/26. Pasal 7 (2) Untuk dapat menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atan Pasal 26 dengan menggunakan Aplikasi e-Bupot 23/26 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), Pemotong Pajak terlebih dahulu harus memiliki Sertifikat Elektronik. (2) Tata cara memperoleh Sertifikat Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur mengenai pengamanan transaksi elektronik Layanan Pajak Online. (3) Pemotong Pajak yang telah memiliki Sertifikat Elektronik dari Direktorat Jenderal Pajak tidak perlu melakukan permohonan untuk memperoleh Sertifikat Elektronik sebagaimana dinaksud pada ayat (2). Pasal & Pemotong Pajak yang sudah pernah menyampeikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk dokumen elektronik harus menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 untuk Masa Pajak berikutnya dalam bentuk dokumen elektronil, x a (2) 3) (4) (3) @) 2) Pasal 9 Pemotong Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang telah disampaikan. Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 disebabkan adanya: a. kekeliruan dalam pengisian Bukti Pemotongan b. pembatalan transaksi; dan/atau c. transaksi yang belum dilaporkan. Dalam hal pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 disebabkan adanya: a. kekeliruan dalam pengisian Bukti Pemotongan, Pemotong Pajaic terlebih dahulu harus membetulkan Bukti Pemotongan dimaksud; atau b. pembatalan transaksi, Pemotong Pajak terlebih dahulu harus membatalkan Bukti Pemotongan atas transaksi dimaksud. Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang mengakibatkan adanya: a. pajak yang kurang dibayar, maka Pemotong Pajak terlebih dabulu metunasi jumlak pajalc yang kurang dibayar tersebut; atau b, pajak yang lebih dibayar, maka diajukan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang sebarusnya tidak terutang sebagaimana diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang atas kelebihan pembayaran pajak. Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Pasal 10 Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 harus disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy} dalam hal SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang dibetulkan telah disampaikan oleh Pemotong Pajak dalam bentuk formulir kertas (hard copy) Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 harus disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik dalam hal SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang dibetulkan telah disampaikan oleh Pemotong Pajak dalam bentuk dokumen elektronik. x Pasal 11 Tata cara pengisian, penyampaian dan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 serta tata cara penerbitan, pembetulan dan pembatalan Bukti Pemotongan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran If yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, Pasal 12 Pemberlakuan ketentuan Peraturan Direktur Jenderal ini dilakukan secara bertahap terhadap Pemotong Pajak yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Pasal 13 Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku: a. bagi Pemotong Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12: 1.ketentuan selain bentuk formulir SPT Masa dan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26; dan 2, ketentuan untuk pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 untuk Masa Pajalc sebelum Pemotong Pajak ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajal, tetap mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal 26 serta Bukti Pemotongan/ Pemungutannya. b. bagi Pemotong Pajak yang belum ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal 26 serta Bukti Pemotongan/ Pemungutannya tetap berlaku. Pasal 14 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2017 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, & KEN mde Ww LAMPIRAN 1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK _NOMOR DER: 04 /Py/20f ‘TERTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DaN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SBRTA’ RENTUK BUXT PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DAN/ATAU PASAL 26 DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 No} Lampiran Nama Formulir Keterangan 1 | Lampiran 1.1 Induk SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Berbentuk Pasal 26 formulir kertas (hard 2 |Lampiran 1.2 | Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 copy) dan/atau Pasal 26 8 |Lampiran 1.3 | Daftar Surat Setoran Pajak, Bukti Penerimaan Negara dan/atau Bulti Pemindahbukuan untuk Penyetoran PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 4 | Lampiran 1.4 | Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 5 |Lampiran 1.5 | Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 6 |Lempiran 1.6 | Induk SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Print out Pasal 26 Aplikasi e- Bupot 23/26 7 |Lampiran 1.7 | Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 8 |Lampiran 1.8 | Daftar Surat Setoran Pajak, Bukti Penerimaan Negara dan/aiau Bukti Pemindahbukuan untuk Penyetoran PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 9 |Lampiran 1.9 | Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 10 | Lampiran 1.10 | Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 11 | Lampiran 1.11 | Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 Print out Aplikasi e- 12 | Lampiran 1.12 | Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 Bupot 23/26 atas PPh DTP DIREKTUR JENDERAL PAJAK, X wih Cae on & LAMPIRAN LL BERATURAN DIREKTUR JENDBRAL PAJAK NOKOR PER-04/PJ/2017 TENTANG BENTUX, ISh, TATA CARA DENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEXBERITARUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 20 SERTA™ BENTUK BUKT PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 ‘SURAT PEMBERITARUAN (SPT MASA FORMULIR 1721 PAJAK PENGHASILAN PASAL. 23 DANIATAU PASAL 26 ‘wOUK, scucnrenieteancnnes onal in dguneke ua neler pemotoaoeh ectunar eroeea Pa Poke Peaposin Pal dni aval 2 fsa tarde Tiana Pafkcwamn RT Sep ea ropa ebm ee i om Spuninnssprimmne o-oo aT services a2] sir eeetetion te, oe | atta ws ‘A TOENTTERS FEMDTONG PAIAR a ee CA ooo eee or Ad_NoTELcPow Ai 1 OBIEK Pai 2 [rast PeIGIERCE BeNE ORT PET Th seman Sea eS shee asioeos Fe deancrisvt as ean 3 sin Se LM OEUTONGRPRGL GEA Fn PAS 23 VN ESR ETE OORT a2 iC PTERTTOTPT GH PP PAG 23 Yat URN f.67OR SEU CC C=l PETE HOS SELRETEH BUST FENTON z inane scasone Te ae cust iT once 0204 WF pow rat 15 | Se PERERA ATTRA PETCGIRTST | a 0 RE DENT TE PEER OTB — a 15 [EDOM Fe Sec manna 1 [Pensa bn ReTeRARI ERTS ‘ansay 1 REN RARETAPEUREDSET TN panics 1 [aiemnernsear Rr TS aa EE art007 Z| Pntnasion REWPRAR BUT SCTE RT zr} EL | AL DPN PAL 25 lf OBETER STE ORTOP PF COTTE PERE TOT BE | Anise PASH 2 iG Ra ESE TOR Sa DENG ar THVOH PAPE TULA BUNT PTOTON AGIAN LPR 1 La] shannon rer aacnaa rae venoar 2 [Z| swasmanranoacreenmaanss 7 ener 3 C euseannaaoitoon es C4 [) ucekiosstonsus on 5 2] remap cucthoenens Gates nth dln es 8 | retin: tusthntennan ewes 67 7 tots epr ites Pen Pye see Pa Sang cbt esate Cn Bu Penton Saat ‘SAGE, PERWATARH OA TANDA TANGA ‘eae wan pena an vegas sna taweo oS aa sais Gash Wictoam earn Tage TT seve sys Seton ene Senet lone rps sa bas halos ne, Fy aa tom 37 TREAT BOCA o2 am oowe STE Ceo oo os os wc ES) EET TE) stamina 96 TeMPaT LAMPIRAN 12 SERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER.O4/PJ/2017 TENTANG BENTUX, 1S, TATA CARA PENGISIAN DAN PENVAMPAIAN SURAT PEMBERITARUAN MASA PAJAK PENOHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SSRTA” BENTUX BUKTT PSMOTONOAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 Pen pags 23 OARATHU PRONE ania rash mr: wermuaniaeonns reer CLI CDE) GEE) CPE tit coc i FIG TO AFP PAA an NTE TNE io PPMP A RG ORRTOR OAS SAA EI Fem FTC RE LEP eT [eo Dwarven waaran maaan Gxnstoerane EES Se LAMPIRAN La PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER.04/90/2017 TENTANG BENTUK, IST, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PENGERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26. SERIA BENTUK BUKTI. PEMOTORGAN PAIAT. PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 ®@ PenneanouNcan TUR PENYETORONPPHPASHL 19 OAWRTAD PAS | FORMUUR 1724.1 aE come ES See Sos oes eo co wee CS) CEP CECE samy TA LAMPIRAN 14 PSRATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER.04/PJ/2017 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN. DAN FBRYAMPAIAN SURAT. PENBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK — BUXTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 — FORMUGR T-W SUKTIPEMOTONGAN scr shiv Pt veto ey berry smupemmee remwmmaneoncns formes ES) CET Trt DIREKTORAT JEHDERAL PAIAK [1.2 JPeenbetuton Kee 133 [_Jromtinenina fe wre Cle oS fe mx a onmgme ee SSS Ty born Roments Toma Blcore s[L]r ut ea pn SSN ER ESS a wrt cepa, None Soca Ee foal ie [Term re tawapos is Peat 79 Baan ise aapmotrumiawanaunamceneentan CTT TT PE PT fer ra oom corr [e> sameway ree | SS Coco ot Sat Penn Bo Fain PO ae Feareecen, + minal cue aan ce Boas Parse hd a uN az Rieimeraeiiaciran tena nh maton aa raerninnei SF Setatiheaw negra ater ota rs Moornan Se a GAP Pe EE feb taestnone ta gers ee eae - °° Eipsonmjvenambarremsergenntosn Waa Song tp Ps Pana hanging Pane 6- LAMPIRAN 15 PERATURAN DIREICTUR JENDERAL PAJAK_ NOMOR PDR-04/PJ/2017 TENTANG BENTUK, 1Si, TATA CARA PENGISIAN DAN PSNYAMPAIAN SURAT PEMIBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK BUT: PEMOTONGAN PAIAK PONGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 ‘WITHHOLDING TAX RECEIPT Wnt merece, NTN since a! See swmsoueee tive Gls) CEPT 111d auecreaarecevenacor aes [2 [—]_mendatRecit wa Joon nue for Js cea ee ee a ke Puente Ar hte ao ( Senne: | eo oT [_|ieveaa Code C1 as] acon Tx 25 ota le apts Due Te aru The ota tla xa bead on Cri Dani Income Tax a. tome be Gavan ban on hee eo nmba a a [> ax ctinsre Coe =o lcs Sorsoye tome les signe et sone CLI CET) Crt OD ELE) bir aera nine Pana Saar Pegi Gl Pensrger FP Peal 76 rine Sgn Cen cre ce) arn eaten ge ems pa at fe ep San Prana ‘san nara oes ts arse foe enema progeny wunamaa eat ee ANIA Esta mens area Entre Sorthagsrabnrn onary nea ramp arnt senepaceen anya ange oe ep pore anna Paar me ‘Beta rm psp ssenpapomng exami Poston ‘tanner n= wre rg aoa ea ata, SECA em eemamninmn Sa enema = aS Sumer ist Saianegom Penis ej aoarptnston, pe utnPPn Paras ung Maun Php elnionapererar ST) aan Mn Dinan eumeryag mans segotesy bP ons Faur Pa oo Peseta Be Pare Pe, ina rere sentry douse De sauna aes cian doen cg ecranse ace Apes nh se num Pesto ge he porearSiPertnan SP Fe, kloan Dhavaer waperncencs tga ‘Dhtcpiaar tigen ginan ah Pash east ese Pentre Eun saomta semonagegarsech mae ragcctnaense ‘Texan aap hrs use pn rs trek enpUsiaIaaaNG Mee OTP =x 7 LAMPIRAN 1.6 PSRATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PEE.04/PJ/2017 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN HASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERIA BSNTUK BUKT PSMOTONGAN PAIAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 25 “SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA FORMULIR 4726 PAJAK PENGHASILAN PASAL 73 DANIATAL! PASAL 25 INOUK ciertenat tena Pas ea barcode Tass Pawns ri porgaon ebm rma “yuaslawm omer - aL] ser tomet—n3[_) SF Pembotion Ke ia aero _ADEHTITAS PENOTONG PRI ay ewe co foo Oo or Cr [-OBIEK PAINE 1 | eres aeons [ones BH | oa nega SoUSOMTUANOrA aioe ea wan Ge suet ‘Sh sesnpan satan 2g: vane LL GUOIDUG EON PRSL I ra SOT STE ORDER a EERE PESRTTOT OT PAS Yate TOR SR OW PT FLT STE REE ye | orl aioiat Tae Est 12 | Se OPAL ORTON TTS eS a sea | a Se SC DEAT PRERTSTOST EET ars [rea PER zim | PERS ATFs SERRE mama 47 | Pa ne Oar Tare mAU Nes LCATATA zrinat 1a Reni AE TG zm. 2 | PE ORO PERN RUPERT nar | Peicharor rere rnaeoUTerTeC PANE 7 501 1 [uate ras 25 ho RONG OETOR EELIN GRIST PP saa cHICOLT REREAD 25 [Gant pig ROR UTR Ge |iGu Dee HIME Sa PE TUL CUR REOTORE| 2tewmaittayesmgenaninaorsetsoai) Suman washers wae tate tnarer ce shoraneupntnpneitie eGiRC. LAHRAN © [E] pemctnsenPPnPana 29 canoe Psa 02 CF] suacseornraseucirereanaze 53 evaremscanstisn 24 [C) stvnasonsen 5 [Ey repnaisucekserne 26 [| renter ewstneiogen Oomien £7 [Eee seria Paros 25 cans Pap 269 eet, moana Bus Penang Sia ‘BAG 0. PGRNVATAAN OAN TANDR TANGA Dorgan yo epee ay eas SPS nO FES dai Saas Gago DEVE panda yang DAA TGS TTS FAN See spe yg eave bear an bavata angen onary 2each bor ng ayn 37 TE] Ware Pane Want VAIS PRK PENGURUE BL) Sena deg rains paso 02 [) Kunsa wane pate Sounen et ws eecanrge ca 23 maa Semicon a core EE er eo Sober o¢ rence ES} EI Soe oe rows = =A -8- LAMPEAN 17 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-O4/PJ/2017 ‘TENTANG BENTUK, 1Si, TATA CARA PENGISIAN DAN PENVAMPAIAN SURAT PERIBERITARUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SBRTA. BENTUK SUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 : “cata eR aHOTENER | ee nn “atest, co So coo 6 oo co coco an ou ANE ANE OFT Us SR EOFS oh TETBIOMR Ge Pea [an orci ar oR Gy Psa YAN OR ERAN Ti] naa an vam FOR POI B c1 Elsuswwerune om. Gas LANPIRAN 1.8 FRRATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/P1/2017 TENTANG BENTUX, 181, TATA CARA PENGISIAN DAN PENVAMPAIAN SURAT PENBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU BASAL 25 SERTA BENTUK BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 ai eaeR RETR ema — Le | ean morcnmewsonn, Kee — TIS CT CLIT O COO CC) eae eRe a ee a za a ee oe Oo eS ea ceo oo oes veo CE) CE CET teoiany =A -10- LAMPIRAN L9 PERATURAN DIREKTUR JENDBRAL PAJAK NOMOR PER-O4/PJ/2017 TENTANG BENTO, ISI, TATA CARA PENGIS(AN DAN PENYAMPAIAN SURAT PENBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERIA BENTUK BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 ‘BORTFENGTONGAN leet ceamenceenes PROPASAL 2) ‘arise ceeneetse emmnennerrenanean sm (64 nouns [STS aprons owen pane (2 [permanente 1g [Jinan ae Cry i Dy Do Er Cro » CEPT errr yer rrr ouaatvpa Prints totems EOE TT) 1 Botan ccm: ona Soon Ce seers pet CL Tre 1 11 [na ann pectin tne Bl Fee ob fa Se aT, Ve Pf mL er oan atc etn eatracmuntcmannonsenoe TPE TT time CO ee c+ tow > CE CoCr easruscenresan ngengatssnguatatioecge venen aE fiero ea Shtenom one tr pate avatar bP persona 3 Sleleengen ens stars PO pau Sa neater cere Prmnanoeraca meee See crs: saan eee nanan sn “Pigs alte Ito Kapteaveuran Ov clam ml ia Past ong Ces ‘execpt an Pei scapes cme aru a8 aeons ‘Basrgouhmonneg tana cans nt su reotonee sef me Psntnce setae oy asin tananrene cetera a £5 is snap san at Peseneat nr 2. eran neon ae Migatonet te ‘Sher iana aeauung amano Pa sbobitn eines neste Pe Prchstan cence 7D - “A -ll- LAMPIRAN 1.10 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK KOMOR PER-04/PJ/2017 TNTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN, MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU BASAL 26. SERTA. BENTUK BUKTI PEMOTONGAN PAIAK ‘PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 stapler area WITHHOLDING TAX RECEIPT Leirs nenereneenn FORM ITZE=N ARTICLE 26 kta tty See Mun ormoouea smo (208) CLEP Tri ry concctonarccivinac or vases _2(—|__anwrsosnereie 1 [Janine fas we A Jaz Torroerstane ee com : aa omeom 2 Co Ce ew _ scent = Se oS Coe 137] acon Seconda mt sedi samen: Tce beg xs en neon Sone’ (sound me {ijt (Jom Tes 129) [come Tx 26 some i Gaveriant bared neernce document urbe Scone amecnane OMS ES [Er Co tot Coo oes eee Jes restos | Ce eT ew lee sammetane + Is uj git Pegin th Buh Penton PPE Poel Sec ey ces anata 2. Gi ang tan sig 2 pao. esa Ss amatagan see Sn stn unn Bena a 1.3, Gis dongs tana sng OO psa ky, Jha marosatan Gul Pemalangan sabes “ve lnc nce Seereeeretnn Fane eee summer 3 Ses Fee co 1 eget ipa Pon ep donors tans tron Frisian Facet ncaa Esse Ceuta 165 ht eng rteancomenapn Cochise ae sh maar 820 1 Ouctngntenan at eokntag merase eangagng sarah yankee cnc eet hrs teen tsa ogee oso cra an 26 Gi tom rhraten rang anty ran ese ene aR Genentscetasenie senna ema cto macs ™ 82 Oolcntneemmasearone 4 thiswaciiPemaniitibPsmaencoryae ne Nar 53 Rendiatintnesseceusesume stone imrieaay Urey gna ene 1 a ok pn pe cms Pt Png hepa Pane OTT meagan eration cpa maga ESR Road mn roa = a -12- LAMPIRAN 111 PERATURAN DIRSKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER04/PJ/2017 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26. SERTA. BENTUK BUKIT FEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 ‘BURTIPEMOTONGAN (PPRPASAL 22 [esis capescese tevcemanneuatcann far wouoR [ETS nro mers oavon 2 [Ponies wo Lamssaie fs are ee a jaz EEE rrrr rT TTT rr ns toe fomeeee | ee Me EES So Teeon 3 Saath tow Biman teres | Sw Dee 4] evr einen pone na DoS yaa Sh a (pe dd 3[ Cras anny sn Foaina n Tanmonunenwaoeanmantne CET EE EEE TET fe* sew co oo Ce OC Ce [cz tama ons Paik — PAJAK ed PENGHASILAN DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH ra Sagi Pong Ua Pomcinean [Tonga oat Wi "Stetne tne os Peretnn P ana enan ama aan tt een cen a1 WGeniton sentra pencnaon Gn ha air eens pte ig bn, 4g toca msrnacaenscin Pm daha de ean anmleapng ster sora ya dectog er, RUM fara aca aan awa Mesa ReBe 35 bitsertnconstspontnse argo [Pay tin cran man consign ese 2 olsen ec anacooe nt ncepicaeat Bis thepmbs ong ceeag senor cence? Bizecarbrpnauauret fear Can or vaevtrasae sw aoa me te Sanaa np ontabmprehonogPireta yea rine avn EF Deen rma 2 Shestnavenefazarem wap raaeanestuprape tenn ae Mea Ntanepuenom ose rea Urata lett signe pene Pane counsan canoe nue wens eek Pecheanlangn Pena ~ “A -13- LAMPIRAN 112 PERATURAN DIRSKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-G4/PJ/2017 TENTANG BENTUK, ISl, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PERBERITAHUAN, MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERIA BENTUK BUI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 pesples area ne ag ‘YATHHOLDING TAX RECEIPT sop wnuaaann PORE TA ARTICLE 2 eh art semmeascan eee OE) OTP comectonarecenesaL oF races 2 [—]___ ennasesecain na [Jomtien ‘cous As poston «CD CT de Te ‘cou rox ware Sateen Deane” iromatone Gecameacrmitae te om gente tetas i Teg rating hd a oi ave CT Je CT Fon jovi come Toe 251 bene yn Buta an on ica cmt mat, Sitar Yass Hotes OPH 5M a a jer mm »OO) Chi) Od ) Cra ocr [oor =: COE SSS. : income Tax “Taig tannin envemme@e———————— | pone sy me Ssovennent aT feng I tt aa pene Pst Masldauezapornanrmneenseansaghrne ri Shiai ied ianenemeramstoamecnnsstemen. = vg Seibtpnaat opto sce Rt nonce ensunn snes Ms Sic ett meaner jewckasas twtr eemepo et pete nn oa ee Se ee ape Siem emerty iceeetec uae eacsre Skeeter es on Sion aerate ne ee Bruno tramennpernops nes rma Beiosat Rigg ST emenenaeas, Ron Gomnmameentes BSE) Si nnnmansnets nemnonepon EBS (iasioesecons Ean) Sohitiynagmrs Ba Beta neatsinge purine Solan teen pi Corr en or mae wnt at SY Bison canara nate car eats Puoniten ys oes Fase aes, Pangoones Sp Oa Pane Ae Pae, [Sina Somrempanee fea or cantncoenmen ers ‘te Sal etaunresPar jg dete cnemgsoun hanna Pema Deena cmeen gat 5 Gutanae urserseamese braPercoon PP esnaan ten 4 Basie reaseserantannnaarsnc, ~~ LAMPIRAN PERATURAN DIRERTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER.O4/PJ/2017 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENVAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAIC PRNGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26. SERTA BENTUK BUKT! PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 PETUNJUK UMUM Formulir SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dan formulir Bukti Pemotongan disusun dengan format yang dapat dibaca dengan menggunakan mesin scanner, untuls itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikcut: 1, jika Pemotong Pajak membuat sendiri formulir SPT dan formulir Bukti Pemotongan ini, berilah tanda = (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat dipindai (scan). 2. ukuran kertas yang digunakan F4/Folio (8.5 x 13 inch) dengan berat minimal 70 gram, 3. kertas tidak boleh dilipat atau kusut. sebelum melakukan pengisian, silakan terlebih dahulu membaca petunjuk pengisian SPT dan Bukti Pemotongan. 5. pengisian SPT dan Bukti Pemotongan dapat dilakukan dengan menggunakan tulisan tangan atau mesin ketik atau mesin komputer dan huruf kapital serta tinta hitam. 6. kolom-kolom identitas yang terdapat dalam SPT wajib diisi oleh Pemotong Pajak, wakil Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak secara lengkap, jelas dan benar. 7. dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai rupiah, harus tanpa_nilai desimal. Contoh: « dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00). * dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50), x 2. PETUNJUK KHUSUS A, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian SPT Beberapa hal yang harus diperhatikan Pemotong Pajak dalam mengisi SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 adalah sebagai berilut: 1. SPY tidak wajib disampaikan apabila pada bulan yang bersangkutan tidak ada PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang dipotong (SPT nihil). Namun jika nibil tersebut disebabkan adanya Surat Keterangan Bebas, Surat Keterangan Domisili dan/atau seluruh PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang terutang ditanggung oleh Pemerintah (DTP), maka Pemotong Pajak tetap wajib menyampaikan SPT. 2. dokumen dan/atau keterangan yang wajib dilampirkan dalam SPT adalah sebagai berikut: a. Bukti Pemotongan; b. SSP atau BPN, dalam hal kurang bayarnya dilunasi dengan setoran ke Kas Negara; ¢. Bukti Pbk, dalam hal kurang bayarnya dilunasi dengan pemindahbukuan; d. Surat Kuasa Khusus bermeterai cukup, dalam hal SPT ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak; ©. fotokopi Surat Keterangan Bebas yang telah dilegalisasi, dalam hal PPh Pasal 23 dibebaskan berdasarkan Surat Keterangan Bebas; f, fotokopi Surat Keterangan Domisili, dalam hal PPh Pasal 26 dihitung berdasarkan tarif Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda; dan &. fotokopi SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang dibetulkan, termasuk lampiran dan Bulsti Penerimaan Surat, dalam hal SPT yang disampaikan adalah SPT pembetulan. B. Tata Cara Pembetulan SPT Pemotong Pajak dapat meiakukan pembetulan atas SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang telah disampaiken, dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1, pembetulan SPT yang disebabkan adanya kekeliruan dalam pengisian Bukti Perotongan, Pemotong Pajak terlebih dahulu harus membetulkan Bukti Pemotongan yang telah diterbitkan, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Tata Cara Pembetulan/Pembatalan Bukti Pemotongan pada huruf D 2. pembetulan SPT yang disebabkan adanya pembatalan transaksi, Pemotong Pajak terlebih dahuhx harus membatalkan Bukti Pemotongan yang telah Giterbitkan, sebageimana dimaksud dalam xetentuan Tata Cara Pembetulan/Pembatalan Bukti Pemotongan pada huruf D. 3. pembetulan SPT yang disebabkan adanya transaksi yang belum dilaporkan, Pemotong Pajak terlebih dahulu harus menerbitkan Bukti Pemotongan atas transaksi yang belum dilaporkan, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ‘Tata Cara Penambahan Bukti Pemotongan pada huruf E. 3 . berdasarkan perubahan data Bukti Pemotongan sebagaimana dimaksud pada angka 1, 2 dan 3, Pemotong Pajak melakukan pembetulan pada Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dan Induk SPT. . dalam hal pembetulan SPP tersebut mengakibatkan adanya pajak yang Kurang dibayar, maka Pemotong Pajak terlebih dahufu melunasi jumiah pajak yang kurang dibayar tersebut (sebagaimana tercantum pada contoh kasus 9). dalam hai pembetulan SPT tersebut mengakibatkan pajak yang lebih dibayar, maka atas kelebihan pembayaran pajak dimaksud diajukan permohonan pengembalian sebagaimana diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang (sebagaimana tercantum pada contoh kasus 10). . apabila Pemotong Pajak melakukan pembetulan SPT dalam bentuk formulir kertas (hard copy), maka harus dilampizi dokumen dan/atau keterangan sebagai berikut a. fotokopi SPT yang dibetulkan, meliputi fotokopi: 3) Induk SPT; 2) Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26; 3) Daftar Surat Setoran Pajak, Bukti Penerimaan Negara dan/atau Bukti Pemindahbuluan untuk Penyetoran PPh Pasal 23 dan/atew Pasal 26; 4) seluruh dokumen dan/atau keterangan yang dilampirkan, seperti: Bukti Pemotongan, SSP, BPN, Bukti Pbk, Surat Kuasa Kbusus, Surat Keterangan Bebas, dan Surat Keterangan Domisili; dan 5) Buti Penerimaan Surat. b, dokumen tambahan, yang dapat berupa: 1) Bukti Pemotongan, jika terdapat penerbitan Bukti Pemotongan baru dan/atau Bukti Pemotongan belum dilaporkan ; 2) Bukti Pemotongan Pembetulan, jika terdapat pembetulan Bukti Pemotongan; 3) Bukti Pemotongan Pembatalan, jika terdapat pembatalan Bulkti Pemotongan; 4) SSP atau BPN, jika pembetulan SPT tersebut mengakibatkan tambahan PPh yang kurang dibayar dan dilunasi dengan setoran ke Kas Negara; 5) Bukti Pbk, jika pembetulan SPT tersebut mengakibatkan tambahan PPh yang kurang dibayar dan dilunasi melalui mekanisme pemindahbukuan; 6) Surat Kuasa Khusus bermeterai culup, jika SPT pembetulan ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak; -4- 7) fotokopi Surat Keterangan Bebas yang telah dilegalisasi, jika terdapat PPh Pasal 23 yang dibebaskan berdasarkan Surat Keterangan Bebas; 8) fotokopi Surat Keterangan Domisili, jika terdapat PPh Pasal 26 dihitung berdasarken tarif Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda. ©. Tata Cara Penerbitan Bukti Pemotongan Dalam rangka tertib administrasi penerbitan Bukti Pemotongan, maka Pemotong Pajak wajib memberikan nomor pada Bukti Pemotongan yang diterbitkan dengan mengikuti standar yang ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal ini. Adapun standar penomoran Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 adalah sebagaimana diatur dalam uraian di bawah ini. 1, Model penomoran Bukti Pemotongan Penomoran pada Bukti Pemotongan mengilcuti model sebagai berikut: Kode Bukti Pemotongan Nomor Urut pokey oH > XX XXXXXXXX Nomor Bukti Pemotongan terdiri dari 10 digit, dimana 2 (dua) digit pertama berisi kode Bukti Pemotongan dan 8 (delapan) digit kedua berisi Nomor Urut Bukti Pemotongan yang diterbitkan. Kode Bukti Pemotongan diisi sebagai berileat: Kode Bukti Keterangan Pemotongan 31 Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 berbentuk formulir kertas (hard copy) 32 Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 berbentuk formulir kertas (hard copy) 33 Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 berbentuk dokumen elektronik 34 Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 berbentuk dokumen elektronik 2. Nomor Urut diberikan secara berurutan Yaitu berurutan dari 00000001 sampai dengan 99999999 dalam 1 (satu) tahun kalender (dari 1 Januari s.d 31 Desember). Apabila tahun kalender telah berganti, maka nomor dimulai lagi dari nomor 00000001. & Contoh kasus 1: Pemberian Nomor Urut PT ABC yang berkedudukan di Jakarta pada tanggal 10 Januari 2018 membayar imbalan jasa konsultan sebesar Rp10,000.000,00 ke PT SOLUSI, imbalan jasa manajemen sebesar Rp15.000.000,00 ke PT EFEKTIF dan royalti sebesar Rp30.000.000,00 ke NIHON, Ltd yang berkedudukan di Jepang, Atas transaksi tersebut, PT ABC pada tanggal 16 Januari 2018 menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor 31-00000001 yang diberikan ke PT SOLUSI, nomor 31-00000002 yang diberikan ke PT EFEKTIF dan Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 nomor 32-00000001 yang diberikan ke NIHON, Ltd. Semua Bukti Pemotongan tersebut dibuat dalam bentuk formulir kertas sesuai ketentuan Pasal 5 ayat (1). Pada tanggal 20 Februari 2018, PT ABC menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk formulir kertas ke KPP. |. Penomoran atas formulir kertas terpisah dengan dokumen elektronik Yaitu dimungkinkan adanya beberapa Bukti Pemotongan memiliki Nomor Urut yang sama, namun berbeda di Kode Bukti Pemotongan. Contoh _kasus 2: Penomoran Bukti Pemotongan formulir_kertas dan dokumen elektronik Pt ABC yang berkedudukan di Jakarta pada tanggal 23 Februari 2018 membayar imbalan jasa kensultan ke PT KAP sebesar Rp110.000.000,00, Karena jumlah penghasilan yang dibayarkan ke PT KAP tersebut nilainya lebih dari Rp100.000.000,00, maka PT ABC harus menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 Masa Pajak Februari 2018 secara elektronik sesuai ketentuan Pasal 6 ayat (1) Dengan menggunakan Aplikasi e-Bupot 23/26, PT ABC pada tanggal 23 Februari 2018 menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 elektronik dengan nomor 33-00000001 untuk diberikan kepada PT KAP, Pada tanggal 15 Maret 2018, PT ABC menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam dokumen elektronik melalui Aplikasi e-Bupot 23/26, Penerbitan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dengan Nomor Urut 00000001 dilakukan 2 (dua) kali oleh PT ABC, yaitu nomor 81-00000001 di bulan Januari 2018 untak PY SOLUS! dan nomor 33-00000001 di bulan Februari 2018 untuk PT KAP. Hal tersebut dimungkinkan karena penomoran Bukti Pemotongan kertas terpisah dengan penomoran untuk Bukti Pemotongan elektronik. - Nomor Urut Bukti Pemotongan pada Aplikasi e-Bupot 23/26 di-generate oleh sistem Khusus bagi Bulti Pemotongan yang diterbitkan melalui Aplikasi ¢-Bupot 23/26, sistem akan memberikan Nomor Urut secara otomatis. Sedang penomoran untuk Bukti Pemotongan dalam bentuk kertas harus mengikuti model penomoran scbagaimana dimaksud pada angka 1 di atas. 8. Nomor tidak berubah apabila terjadi pembetulan/pembataian Apabila Pemotong Pajak membetulkan atau membatalkan Bukti Pemotongan yang telah diterbitkan, maka nomor yang dicantumkan dalam Bukti Pemotongan yang baru (pembetulan/pembatalan) adalah sama dengan nomor pada Bukti Pemotongan yang dibetulkan/dibatalkan. Petunjuk detil sehubungan dengan penomoran tersebut adalah sebagaimana dimaksud pada huruf D tentang Tata Cara Pembetulan/Pembatalan Bukti Pemotongan. 6. Nomor tidak tersentralisasi Yaitu nomor Bukti Pemotongan dibuat untuk masing-masing Pemotong Pajak baik yang berkeduduken sebagai Wajib Pajak pusat maupun Wajib Pajak cabang (nomor dibuat untuk per NPWF). Contoh kasus 3: Nomor tidak tersentralisasi PT ABC yang berkedudukan di Jakarta ternyata memiliki kantor cabang di Surebaya. Pada 27 Februari 2018, PT ABC cabang Surabaya membayar jasa outsourcing ke CV RESIK sebesar Rp20.000,000,00. Demi efektivitas pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26, PT ABC mewajibkan semua unitnya untuk menggunaken Aplikasi ¢-Bupot 23/26. Sebagaimana dimaksud pada contoh kasus 2, PT ABC di Jakarta telah membuat Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 elektronik nomor 33-00000001 yang diberikan kepada PT KAP. Demikian halaya, PT ABC di Surabaya pada tanggal 27 Februari 2018 juga menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 elektronik dengan nomor 33-00000001 untuk diberikan kepada CV RESIK. Selain standardisasi penomoran sebagaimana dimaksud di atas, penerbitan Bukti Pemotongan juga harus mengikuti beberapa hal sebagai berikut: 1. Kewajiban mencantumkan NPWP atau NIK Apabila penerima penghasilan merupakan Wajib Pajak badan atau BUT, maka kolom NPWP pada bagian “Identitas Wajib Pajak yang Dipotong” formulir Bukti Pemotongan wajib diisi dengan NPWP Wajib Pajak yang bersangkutan. Kewajiban mengisi NPWP tersebut juga berlaku bagi orang pribadi yang telah memiliki NPWP. Orang pribadi yang belum memiliki NPWP, maka kolom NPWP diisi dengan 00.000,000,0-000.000" dan kolom NIK wajib diisi dengan Nomor Induk Kependudukan sesuai Kartu Tanda Penduduk orang yang bersangkutan. 2. Pencantuman nomor dan tanggal Surat Keterangan Bebas Apabila Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 yang diterbitkan berstatus nihil karena penerima penghasilan dibebaskan dari pemotongan PPh Pasal 23 berdasarkan Surat Keterangan Bebas yang dimiliki, maka Pemotong Pajak wajib mencantumkan data tentang nomor dan tanggal Surat Keterangan Bebas tersebut di Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 yang diterbitkan. Xx 3 -7- Contoh kasus encant n Surat Bebas PT ABC yang berkedudukan di Jakarta pada bulan Maret 2018 membayar imbalan jasa pencetakan ke CV PENA sebesar Rp5.000.000,00. Sebelum dilakukan pemotongan pajak, CV PENA menyampaikan fotokopi Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 28 yang telah dilegalisasi. Asumsi bahwa tarif PPh Pasal 23 atas imbalan jasa pencetakan yang bertaku saat terjadinya transaksi adalah sebesar 2% dari jumlah bruto. Sesuai ketentuan di Pasal 4 ayat (3), Bukti Pemotongan tetep harus diterbitkan dalam hal Wajib Pajak yang dipotong menyerahkan Surat Keterangan Bebas. Oleh karena itu, atas transaksi tersebut, PT ABC di Jakarta menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 elektronik nomor 33- 00000002 dengan perincian sebagai berikut: + Identitas WP yang Dipotong: CV PENA + Masa Pajak (mm-yyyy}: 03-2018 + Kode Objek Pajak: 24-104-54 + Jumlah Penghasilan Bruto: 5.000.000 + Tarif (%): 0 + PPh yang Dipotong: 0 + Nomor dan Tanggal Surat Keterangan Bebas Pencantuman tanggal pengesahan Surat Keterangan Domisili Apabila Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 yang diterbitkan menggunakan tarif Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda, maka Pemotong Pajak wajib mencantumkan data tanggal pengesahan Surat Keterangan Domisili tersebut di Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 yang diterbitkan. Contoh kasus 5: Pencantuman Surat Keterangan Domisil Sesuai contoh kasus 1, PT ABC di Jakarta memotong PPh Pasal 26 atas royalti yang dibayar ke NIHON, Ltd di Jepang. Asumsi bahwa tarif Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dan Jepang atas royalti yang berlaku saat terjadinya transaksi adalah sebesar 10% dari jumlah bruto. Apabila NIHON Ltd tidak menyerahkan Surat Keterangan Domisili (SKD) ke PT ABC pada saat dilakukannya pemotongan pajak, maka PT ABC harus menerbitkan Bukti Pemotongan atas pemotongan PPh Pasal 26 royalti dengan tarif umum (20% dari jumlah brato}. Namun apabila NIHON Ltd tersebut menyerahkan fotokopi SKD, maka PT ABC harus menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 dengan tarif sesuai P3B yaitu sebesar 10% dari jumlah bruto. PT ABC juga harus mencantumkan tanggal pengesahan SKD tersebut di formulir Bukti Pemotongan dan harus melampirkan fotokopi SKD di SPT. x “8. Apabila terdapat SKD, PT ABC menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 nomor 32-00000001 dengan perincian sebagai berikut: + Identitas WP yang Dipotong: NIHON, Ltd. + Masa Pajale (mm-yyyy): 01-2018 + Kode Objek Pajak: 27-103-01 + Jumlah Penghasilan Bruto: 30.000.000 + Tarif (%): 10 + PPh yang Dipotong: 3.000.000 + Tanggal pengesahan Surat Keterangan Domisili. . Penandatanganan Bukti Pemotongan Bukti Pemotongan berbentuk formulir kertas harus ditandatangani oleh Pemotong Pajak atau wakil Pemotong Pajak atau kuasa Pemotong Pajek. Sedangkan Bukti Pemotongan berbentuk dokumen elektronik yang diterbitkan dengan menggunakan Aplikasi ¢-Bupot 23/26 telah ditandatangani dengan menggunakan tanda tangan elektronik. Oleh sebab itu, hasil cetakan (print out) Bukti Pemotongan berbentuk dokumen clektronik tidak pertu ditendatangani lagi dengan tanda tangan biasa atau tanda tangan stempel. . Satu Bukti Pemotongan untuk satu Wajib Pajak, satu kode objek pajak dan satu Masa Pajak Setiap Bukti Pemotongan yang diterbitkan hanya dapat digunakan untuk satu Wajib Pajak, satu kode objek pajak, dan satu Masa Pajak. Contoh kasus 6; Beberapa transaksi kode objek uk sama PP ABC di Jakarta pada bulan Maret 2018 juga melakukan transaksi pengiriman barang dengan menggunakan jasa dari PT EKSPRES (perusahaan jasa ekspedisi) dengan perincian sebagai berikut: Tanggal Jenis pengiriman Biaya (Rp) 5 Maret 2018 _| 300 surat dinas 1,500.000,00 9 Maret 2018 | 3 paket computer 1.500,000,00 13 Maret 2018 | 55 dokumen 1,250.000,00 20 Maret 2018 | 150 buku 1.780.000,00 Jumiah 6.000.000,00 Asumsi bahwa tarif PPh Pasal 23 atas imbalan jasa ekspedisi yang berlaku saat terjadinya transaksi adalah sebesar 2% dari jumlah bruto. x 9 Sesuai Pasal 4 ayat (4), atas transaksi pengiriman barang yang terjadi beberapa kali dalam bulan Maret 2018 tersebut, PT ABC culup menerbitkan 1 (satu) Bukti Pemotongan PPh Pasal 23. Bukti Pemotongan yang diterbitkan pada tanggal 23 Maret 2018 diberi nomor 33-00000003 dengan perincian sebagai berikut: + Identitas WP yang Dipotong: PT EKSPRES © Masa Pajak (mm-yyyy): 03-2018 . Kode Objek Pajak: 24- 104-56 * Jumlah Penghasilan Bruto: 6.000.000 © Tarif (6): 2 * PPh yang Dipotong: 120,000, Contoh kasus 7: Beberapa transaksi dengan kode objek pajak berbeda Selain membayar imbslan jasa pengiriman seperti dimaksud pada contoh kasus 6, PT ABC di Jakarta pada tanggal 20 Maret 2018 juga membayar biaya sewa kendaraan ke PT EKSPRES sebesar Rp25.000.000,00. Sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (2}, satu Bukti Pemotongan hanya dapat digunakan untuk satu kode objek pajak. Oleh scbab itu, pemotongan PPh Pasal 23 atas imbalan jasa pengiriman tidak dapat digabung dalam satu Bukti Pemotongan dengan pemotongan PPh Pasal 23 atas sewa kendaraan, Pada contoh kasus 6, PT ABC telah menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor 33-00000003 atas imbalan jasa ckspedisi. Selanjuinya, PT ABC menerbitkan Bukti Pemotongan nomor 33-00000004 atas sewa kendaraan dengan perincian sebagai berikut: + Identitas WP yang Dipotong: PT EKSPRES + Masa Pajak (mm-yyyy): 03-2018 + Kode Objek Pajak: 24-100-02 + Jumlah Penghasilan Bruto: 25,000,000 + Tarif (%): 2 + PPh yang Dipotong: 500.000. Pada tanggal 15 April 2018, PT ABC menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 masa Maret 2018 dalam dokumen elektronik melalui Aplikasi e-Bupot 23/26 -10- D. Tata Cara Pembetulan/Pembatalan Bukti Pemotongan Apabila Pemotong Pajak mengetahui adanya kesalahan pengisian atas Bukti Pemotongan yang telah diterbitkan atau melakukan pembatalan atas transakei yang telah diterbitkan Bukti Pemotongan, maka Pemotong Pajak melakukan pembetulan/pembatalan Bukti Pemotongan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1, Pembetulan Bukti Pemotongan sebelum dilaporkan pada SPT a. Pembetulan hanya dapat dilakukan sampai dengan tanggal 20 bulan berikutnya sejak masa pajak scbagaimana tercantum pada Bukti Pemotongan yang dibetulkan, b. Pembetulan dapat dilakukan atas setiap bagian pada Bukti Pemotongan, kecuali untuk nomor Bukti Pemotongan dan status Bukti Pemotongan scbagaimana tercantum pada Huruf H.2 Formulir Bukti Pemotongan. c. Nomor yang dicantumkan dalam Bukti Pemotongan adalah sama dengan nomor pada Bukti Pemotongan yang dibetulkan. d. Pemotong Pajak harus mengisi tanggal pada Huruf C.3 Formulir Bukti Pemotongan sesuai tanggal dibetulkannya Bukti Pemotongan. ©. Pemotong Pajak harus menyerahkan Bukti Pemotongan hasil Pembetulan tersebut kepada pihak yang dipotong. Contoh kasus 8: Pembetulan Bukti Pemotongan sebelum dilaporkan SPT PT. Cahaya pada tanggal 7 Juli 2017 membayar sewa kendaraan sebesar Rp 2.000.000,- kepada PT. Harapan, Pada tanggal 11 Juli 2017 membayar jasa perawatan kendaraan sebesar Rp 5.000.000,- kepada PT. Mobilindo. Atas transaksi tersebut PT. Cahaya melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas sewa kendaraan kepada PT. Harapan sebesar Rp 40.000,- dan PPh Pasal 23 atas jasa perawatan kendaraan sebesar Rp 100.000,- serta menerbitkan Bukti Pemotongan dengan nomor 31-00000007 untuk sewa dan 31- 00000008 untuk perawatan kendaraan. Pada tanggal 28 Juli 2017 diketahui ada kesalahan pembayaran sewa kendaraan kepada PT, Harapan yang seharusnya sebesar Rp 20.000.000,- sehingga PT. Cahaya melakukan pembetulan atas Bukti Pemotongan nomor 31-00000007. Data Bukti Pemotongan setelah dibetulkan menjadi sebagai berikut: Uraian Bukti Pemotongan | Bukti Pemotongan yang dibetulkan | hasil Pembetulan Nomor 31-00000007 31-00000007 Pembetulan ke_ 0 ° Identitas WP yang Dipotong PT, HARAPAN PT. HARAPAN Masa Pajak (mm-yyyy) 07-2017 07-2017 Kode Objek Pajak 24-100-02 24-100-02 Jumlah Penghasilan Brato 2.000.000) 20.000.000 Tarif (%) 2 2 Xx

You might also like