Professional Documents
Culture Documents
KEPUTIHAN
Pasien wanita berumur 32 tahun, berobat ke dokter dengan keluhan keputihan yang banyak,
terasa sangat gatal, panas dan perih, serta berbau asam sejak 5 hari setelah menstruasi.
Penderita sudah menikah dan tidak sedang menggunakan kontrasepsi ataupun obat-obatan
lain dalam jangka waktu lama. Siklus menstruasi dalam batas normal. Pada pemeriksaan
inspekulo didapatkan : discharge vagina homogen, putih seperti susu pecah dan tampak
ekskoriasi dan eritema pada labium mayus dan minus.
1
Step 1
2
Step 2
5. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis keputihan selain
pemeriksaan inspekulo ?
6. Apakah ada hubungan antara kebersihan pada saat menstruasi dengan keputihan ?
Jelaskan !
7. Mengapa pasien merasa sangat gatal, panas, dan perih pada saat keputihan ?
10. Bakteri dan jamur apa saja yang dapat menyebabkan keputihan ?
3
Step 3
4. Kelenjar-kelenjar pada organ genitalia wanita seperti kelenjar di serviks dan vagina.
6. Ada. Jika daerah genitalia tidak higienis atau kondisinya lembab, maka bakteri dan
jamur dapat tumbuh di daerah genitalia. Penggunaan antiseptic vagina berlebihan juga
dapat membunuh flora normal vagina dan menyebabkan ketidakseimbangan
lingkungan vagina.
7. Karena terdapat bakteri yang menyebabkan inflamasi dan rasa gatal, sehingga pasien
menggaruk daerah yang gatal dan terjadi ekskoriasi dan rasa perih.
8. Tergantung dari jenis dan habitat bakteri yang menjadi penyebab keputihan.
4
Step 4
Keputihan adalah gejala gangguan genitalia wanita yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
jamur, dan virus. Infeksi ini meningkat pada orang yang kebersihannya buruk, sistem
imunnya rendah, menggunakan antibiotik spektrum luas, kortikosteroid, imunosupresan, serta
kontrasepsi ( pil KB ). Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan pH vagina, hormon-hormon
seksual, dan flora normal pada vagina menjadi tidak seimbang, sehingga mudah ditumbuhi
bakteri dan jamur. Gejala yang timbul yaitu pengeluaran sekret dari vagina yang bisa
menyebabkan rasa gatal, panas, dan perih. Untuk mendiagnosis keputihan, dapat dilakukan
pemeriksaan inspekulo, kultur bakteri dari sekret vagina, dan pemeriksaan lain seperti USG
untuk mengetahui keadaan abdomen dan pelvis. Penatalaksanaan keputihan yaitu dengan
memberikan obat yang sesuai dengan penyebabnya. Jika tidak terobati, dapat menyebabkan
pelvic inflammatory disease, dan prognosisnya menjadi buruk. Tetapi jika pengobatannya
baik, maka prognosisnya juga akan baik.
5
Step 5
I.1 Definisi
I.2 Etiologi dan Klasifikasi
I.3 Faktor Resiko dan Predisposisi
I.4 Keputihan Fisiologis
I.5 Keputihan Patologis ( Patofisiologi dan Patogenesis )
I.6 Manifestasi Klinis
I.7 Pemeriksaan
I.8 Diagnosis
I.9 Penatalaksanaan dan Pencegahan
I.10 Komplikasi
I. 11 Prognosis
6
Step 6
Belajar Mandiri
7
Step 7
I. Fluor Albus
1. Definisi
2. Epidemiologi
Fluor albus dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Fluor albus
fisiologis ditemukan pada keadaan sebagai berikut :
8
a. Infeksi
b. Iritasi
a. Trikomoniasis
9
Insiden tertinggi pada wanita dengan pasangan seksual multiple dan infeksi
PMS lain, biasanya meningkat pada kehamilan. T. vaginalis mempunyai reseptor
androgen dan estrogen spesifik, sehingga hormone steroid dapat mempengaruhi
organism secara langsung.
Resistensi relatif terhadap infeksi oleh T. vaginalis pada gadis premenarche
dan wanita yang sudah monopouse berkaitan dengan karakteristik vagina
hipoestrogenik, misalnya pH tinggi, dan glikogen relatif kurang. Sedangkan
lingkungan vagina pada bayi perempuan baru lahir mirip dengan wanita dewasa
dengan glikogen dalam jumlah besar dan epitel yang tebal lebih mudah terinfeksi T.
vaginalis.
Kandidiasis genital adalah infeksi pada vulva, vagina, prepusium, dan glands
penis yang disebabkan oleh Candida albicans atau kadang-kadang species Candida
yang lain, Torulopsis sp, atau yeast lain.
Candida adalah mikroorganisme oportunitis, dapat dijumpai di seluruh badan,
terutama mulut, kolon, kuku, vagina dan saluran anorektal. Tumbuh sebagai blastopor
bentuk oval tanpa kapsul, dan bereproduksi melalui pembentukan tunas, hifa yang
pipih, memanjang, dan tidak bercabang.
Candida sp. yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Candida albicans.
Selain itu ada juga spesies Candida non-albicans yang bisa menginfeksi yaitu Candida
galbrata. Secara klinis, sering sulit membedakan apakah vaginitis yang terjadi
disebabkan oleh Candida albicans atau non-albicans. Biasanya Candida yang non-
albicans sering resisten terhadap terapi.
c. Vaginosis Bakterial
d. Klamidiosis
10
mikrokoloni disebut badan inklusi. C. trachomatis berbeda dengan bakteri lain,
berkembang melalui suatu siklus dalam dua bentuk yang berbeda yaitu berupa badan
elementer dan badan retikulat atau badan inisial.
4. Faktor Predisposisi
Pada wanita, fluor albus yang fisiologis merupakan suatu hal yang alami dari
tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin, dan pertahanan dari berbagai infeksi.
Dalam kondisi normal, fluor albus tampak jernih, putih keruh atau berwarna
kekuningan ketika mengering pada pakaian. Fluor albus ini non-irritan, tidak
mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Terdiri atas cairan yang
11
kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang
jarang.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang
dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,
glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan
endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen
pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus ( Doderlein ) dan produksi asam
laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Adapun flora normal pada vagina
meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncus,
Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi
perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacillus. Jika pH menjadi basa, maka flora
normal tersebut bisa berproliferasi dan menyebabkan fluor albus yang patologik.
Keadaan dimana ditemui Fluor Albus fisiologis antara lain :
- Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari karena pengaruh estrogen
dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
a. Trikomoniasis
12
Trikonomiasis pada wanita bervariasi dari asimtomatis sampai terjadi suatu
reaksi peradangan yang bersifat akut. Pada sepertiga kasus asimtomatis, dalam waktu
6 bulan dapat berubah menjadi simptomatis bila terjadi perubahan-perubahan pada sel
hospesnya. Beberapa faktor di sekitar vagina yang dapat mempengaruhi perubahan
terhadap sifat patogenitas dari parasit antara lain : pH, kemampuan mengadakan
reaksi reduksi-oksidasi, hormonal, serta adanya infeksi mikroba lain.
Terjadinya perubahan pH vaginal kearah basa dari pH vagina normal ( < 4,5 )
mempunyai kecenderungan menimbulkan infeksi. Penyebaran infeksi selain melalui
hubungan seksual, dapat melalui handuk dan spon mandi yang terkontaminasi, kolam
renang, toilet, karena T. vaginalis dapat hidup 1-5 jam di lingkungan luar yang
mendukung.
Candida mencapai vagina terutama dari daerah perianal. Ada dua hal dasar
yang penting untuk memahami pathogenesis KVV. Pertama, menyangkut mekanisme
terjadinya perubahan koloni Candida menjadi KVV simptomatis. Kedua, tentang
mekanisme terjadi KVV rekuren dan kronis.
Mekanisme terjadinya KVV rekuren masih merupakan suatu perdebatan.
Penyebab rekurensi apakah berasal dari infeksi Candida pada vagina oleh strain yang
virulen dari reinfeksi atau non-eradikasi, atau hal tersebut berhubungan dengan
pertumbuhan berlebih dari kuman komensal, masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Candida harus melekat pada sel vagina untuk membuat koloni. C. albicans
mempunyai kemampuan melekat lebih baik dibandingkan Candida lainnya. Hal ini
mungkin menjadi penyebab mengapa spesies lain selain C. albicans kurang
menyebabkan vaginitis.
Hurley dkk. mempunyai pandangan bahwa C. albicans tidak pernah sebagai
komensal di vagina, dan menegaskan bahwa klinisi selalu dapat mendeteksi peristiwa
patologis pada vagina pada penderita asimtomatis yang dari cairan vaginanya dapat
diisolasi strain Candida. Tetapi, peneliti berikutnya tidak membenarkan pandangan ini
dan bisa menunjukkan bahwa banyak wanita yang dalam cairan vagina mengandung
C. albicans tidak mempunyai keluhan maupun gejala vaginitis selama C. albicans
dalam konsentrasi rendah. Penelitian ini sesuai dengan pandangan bahwa C. albicans
bisa sebagai komensal maupun pathogen dalam vagina dan biasanya selalu terjadi
perubahan dalam lingkungan vagina host sebelum organism tersebut menimbulkan
efek patologis.
Kolonisasi Candida pada alat kelamin pria yang mempunyai pasangan wanita
penderita kandidiasis vulva vagina adalah sebanyak 20 %. Organisme Candida sering
ditemukan pada pria yang tidak disirkumsisi. Kolonisasi Candida asimptomatis
meningkat 4 kali lipat pada pria dengan pasangan seksual menderita KVV. Biasanya
ditemukan spesies yang sama pada pasangan tersebut. Meskipun bukti tersebut
menunjukkan bahwa bisa terjadi penularan melalui hubungan seksual, tetapi
mekanisme pasti terjadinya infeksi masih belum diketahui. Hasil kultur penis dan
uretra menunjukkan bahwa penularan melalui hubungan seksual sangat terbatas.
Sehingga terapi rutin bagi pria pasangan seksual dari wanita penderita KVV bukan
merupakan suatu hal yang perlu dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
rekurensi.
c. Vaginosis Bakterial
13
Vaginosis bakterial terjadi ketika keseimbangan normal dari bakteri pada
vagina berubah sehingga Lactobacillus jumlahnya berkurang dan pH vagina berubah (
biasanya pH > 4,5 ). Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan berlebih bakteri anaerob
dalam konsentrasi tinggi.
Vaginosis bakterial disebabkan penurunan flora normal Lactobacillus dengan
akibat meningkatnya pertumbuhan beberapa flora, diantaranya adalah Gardnerella
vaginalis, kuman anaerob, dan Mycoplasma hominis. Titik berat perhatian terhadap
pathogenesis vaginosis bakterial difokuskan pada bagaimana terjadinya perubahan
ekosistem mikroba vagina. Salah satu penyebab perubahan ini adalah karena aktivitas
seksual.
Faktor hospes terhadap terjadinya vaginosis bakterial belum dapat
diidentifikasi dengan jelas. Diduga penggunaan IUD bisa menjadi faktor predisposisi
terjadinya vaginosis bakterial. Tetapi mekanismenya masih belum jelas. Potensial
redoks ( Eh ) dari permukaan epitel vagina lebih rendah pada wanita dengan
Vaginosis bakterial daripada wanita normal. Setelah terapi dengan metronidazol,
potensial redoks dari epitel vagina kembali dalam rentang yang normal. Hal ini
sekaligus membuktikan bahwa faktor potensial redoks bukan merupakan faktor
hospes yang menetap.
Diperkirakan produksi amin oleh mikroflora penyebab vaginosis bakterial
karena proses dekarboksilase menyebabkan fishy odor ( amis ) dari sekret vagina.
Ditemukan kadar trimethylamine yang meningkat pada cairan vagina penderita
bakterial vaginosis.
Efek perubahan tipe dari asam organic masih belum jelas, meskipun bisa
ditunjukkan bahwa asam suksinat yang dihasilkan kuman anaerob vagina bisa
menghambat respon kemotaktik dari sel darah putih. Cairan vagina wanita dengan
vaginosis bakterial mengalami peningkatan kadar endotoksin, sialidase, dan
mucinase. Selain itu juga didapatkan peningkatan interleukin-1α dan prostaglandin
pada cairan mukus serviks. Belum dilakukan studi tentang efek vaginosis bakterial
pada epitel vagina.
d. Klamidiosis
14
- Masuknya partikel ke sel hospes
- Perubahan morfologi menjadi partikel retikulate yang mengalami
pertumbuhan intraseluler dan terjadi replikasi
- Perubahan morfologi dari partikel retikulate menjadi elementary bodies
- Pelepasan bakteri yang infeksius.
7. Manifestasi Klinis
a. Trikomonasiasis
Penderita mengeluh adanya adanya pruritus pada vagina dan fluor albs yang
yidak herbau, atau herbau asam. Keputihan dapat banyak, putih keju atau seperti
gumpalan susu, tetapi kebanyakan sedikit dan cair. Pada dinding vagina biasanya
dijumpai gumpalan keju ( cottage cheese ). Gejala nonspesifik meliputi soreness, rasa
terbakar, dispareunia, dan disuria. Penderita pria mengeluh adanya penile rash. Pada
pemeriksaan didapatkan eritema vulva, fisura, lesi satelit papulopustular, maserasi,
dan fluor albus yang thick curdy, atau pada pria didapatkan bercak putih atau
kemerahan di glans penis.
c. Vaginosis Bakterial
Sebagian besar penderita dapat tanpa gejala atau mengeluh adanya bau vagina
yang khas yaitu bau amis, disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila cairan
menjadi basa. Pada pemeriksaan didapatkan sekret homogen, tipis dan cair, berwarna
putih keabu-abuan, dan tidak terdapat peradangan pada vagina atau vulva. Kuman-
kuman penyebab vaginosis bakterial memproduksi enzim fosfolipase A2 dalam
jumlah besar, merangsang pembentukan prostaglandin yang merupakan perangsang
kontraksi uterus potensial, sehingga wanita hamil dapat terjadi kelahiran praterm atau
ketuban pecah dini.
d. Klamidiasis
Manifestasi klinis pada wanita sering tidak khas, asimptomatis atau sangat
ringan. Jika ada, keluhan berupa fluor albus kekuninhan ( mukopurulen ). Klamidiosis
sering ditemukan pada wanita dengan pasangan seksual yang menderita uretrotis
nonspesifik. Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan eksudat serviks mukopurulen,
atau erosi serviks.
8. Pemeriksaan
a. Anamnesis
15
Tanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB,
kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit
yang diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan
lain.
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus.
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan
serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.
c. Laboratorium
Pemeriksaan Gonnorhea :
Pemeriksaan Trikomoniasis :
16
vagina fornik anterior dan posterior menggunakan lidi kapas, lalu diletakkan
di objek glass yang ditetesi garam fisiologis.
- Pewarnaan Giemsa dan Acridine Orange.
- Pembiakan di media Trichosel brotch, Diamond’s Medium, Hollander,
Kupferberg’s, atau Feinberg. Merupakan standar baku untuk menegakkan
diagnosis.
- Tes serologi teknik Elisa, Immunofluorescent antibody, dan Aglutinasi
lateks.
- Tes PCR ( Polymerase Chain Reaction ) dan LCR ( Ligase Chain Reaction ).
9. Diagnosis
a. Trikomoniasis
b. Kandida Vulvovaginalis
c. Vaginitis Bakterialis
d. Klamidiosis
17
- Mikroskopik langsung dengan pewarnaan Giemsa.
- Kultur dengan media McCoy
- Tes deteksi antigen dengan Immunfluoresen langsung dan Enzyme
Immuno assay.
- Tes hibridasi asam nukleat
- PCR dan LCR
- Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
- Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
- Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
- Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
- Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.
- Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
- Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
- Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
18
Tujuan dari pengobatan mengatasi fluor albus adalah :
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabnya
- Mencegah terjadinya infeksi ulang
- Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Untuk fluor albus yang fisiologis, tidak ada penatalaksanaan khusus yang
perlu dilakukan. Cukup dengan mengedukasi pasien agar kecemasan berkurang.
Sedangkan pada fluor albus yang patologis, pengobatan dilakukan berdasarkan
etiologi yang telah ditentukan dalam diagnosis. Yaitu :
a. Trikomniasis
b. Kandidiasis Vulvovaginalis
- Topikal
- Sistemik
c. Vaginosis Bakterial
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
d. Klamidiasis
19
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
hari
e. Gonnorhea
Ditambah :
Ditambah :
f. Herpes Simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas. Saat ini
dapat dipakai :
11. Komplikasi
20
prematur, ketuban pecah dini, dan endometritis post-partum. Vaginosis Bakterial
disertai peningkatan resiko infeksi traktur urinarius juga merupakan komplikasi.
Komplikasi pada Klamidiasis meliputi infertilitas, PID, Bartholinis,
Kehamilan Ektopik, Ketubah Pecah Dini, Persalinan Prematur, Infeksi Puerperal, dan
pada neonates berupa Konjungtivitis dan pneumonia.
12. Prognosis
Dalam agama islam mengajarkan kita untuk selalu bersih dari kotoran atau
najis, terutama pada saat hendak melakukan ibadah kepada Allah SWT. Najis bisa
menempel di badan/tubuh, di pakaian atau di suatu tempat. Najis terbagi atas beberapa
tingkatan dari mulai yang ringan sampai yang berat.
Yang termasuk najis ringan ini adalah air seni atau air kencing bayi laki-laki
yang hanya diberi minum asi (air susu ibu) tanpa makanan lain dan belum berumur 2
tahun. Untuk mensucikan najis mukhafafah ini yaitu dengan memercikkan air bersih
pada bagian yang kena najis.
Segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang/hewan
adalah najis biasa dengan tingkatan sedang. Air kencing, kotoran buang air besar dan
air mani/sperma adalah najis, termasuk bangkai (kecuali bangke orang, ikan dan
belalang), air susu hewan haram, khamar, dan lain sebagainya.
Untuk membuat suci najis mutawasithah 'ainiyah caranya dengan dibasuh 1 s/d
3 dengan air bersih hingga hilang benar najisnya. Sengankan untuk najis hukmiyah
dapat kembali suci dan hilang najisnya dengan jalan dialirkan air di tempat yang kena
najis.
Najis mugholazah contohnya seperti air liur anjing, air iler babi dan
sebangsanya. Najis ini sangat tinggi tingkatannya sehingga untuk membersihkan najis
21
tersebut sampai suci harus dicuci dengan air bersih 7 kali di mana 1 kali diantaranya
menggunakan air dicampur tanah.
d. Tambahan
Najis Ma'fu adalah najis yang tidak wajib dibersihkan/disucikan karena sulit
dibedakan mana yang kena najis dan yang tidak kena najis. Contoh dari najis mafu
yaitu seperti sedikit percikan darah atau nanah, kena debu, kena air kotor yang tidak
disengaja dan sulit dihindari. Jika ada makanan kemasukan bangkai binatang
sebaiknya jangan dimakan kecuali makanan kering karena cukup dibuang bagian yang
kena bangkai saja.
Daftar Pustaka
22
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta.
Murtiastutik, Dwi. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual, Bab 5, Fluor Albus dan
Penyakit Dengan Gejala Fluor Albus, Fak. Kedokteran Universitas Airlangga, 2008.
Hlm. 45-51.
23