Menimbang:
Menginget:
LUNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006
DAN
LUNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995
‘TENTANG KEPABEANAN
(DALAM SATU NASKAH )
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bbohwe Negera Kesatuan Republi Indonesia merupakan negara hukum
yang berdasarkan Pancssi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1045 bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa
yang aman, tei, sejahtera, dan berkeadian,
bbahwa beborapa kotontuan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1095
tentang Kepabeanan sudah tidak sesuai dengan penyelenggeraan
kepabeanan sehingga peru llakukan perubanian,
Dbanwe dalam upaya untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadian
fransparensi dan akuntabiitas pelayanan publik, untuk mendukung upeys
pponingkatan dan pengembangan perokonomian nasional yang berkaitan
dengan perdagangan alobal, untuk mendukung Kelencaran arus barang dan
‘meningkatkan efekivias pengawasan atas lau fntes barang yeng masuk
fay keluar daarah pabean Indonesia dan aly linlas bareng tertentu dalam
ddaersh pabean Indonesie, serta untuk mengoptimalkan pencegstian dan
ppenindakan penyelundupan, perlu pengaturan yang lebih jelas dalam
polaksanaan kepaboanan,
banwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman dimaksud dalam hurut a,
hhurut 0, dan nuruf ¢ perly membentux Undang-Undang tentang Perubahan
‘Atas Undang-Undang Nomor 10 Tarun 1996 tenteng Kepabeanan,
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasel 23 Undang-Undang Dasar
"Nogara RopublikIndonosia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Estabising the World Trade Organization (Lembaran Negare Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor §7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3564),
‘Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1925 tentang Kepabeenan (Lembaran
[Negara Republik Indonesia Tahun 1895 Nomor 75, Tembahen Lembaran
"Negara Republik Indonesia Tahun 1095, Nomor 3612);PENJELASAN UMUM
Pesstaya perkembangan industri dan perdagangan menimbuiken tuntutan masyeraket ager
pemeriniah dapat memberkan kepastian nukum dalam dunia usana. Pemeyinian khususnya
Diektorat Jenderal Boa dan Cukai (DJEC) yang berfungsi sebagai fesiiias! perdagangan
hharus depat membuet suetu hukum kepebeanan yang dapat mengentsioasi perkembangan
dalam masyarakat dalam rangka memberkan pelayanan dan pengawasan yang lebih cepat,
lebih baik, dan lebih murah.
Sejak berlakunya Undang-Uladlang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, masyarakat
‘menganggep bahwa rumussn tindak pxiana penyelundupan yang distur delam Pasal 102
Undieng-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang menyataken bale
‘Barangsiapa yang mengimpor atau mengokspor atau mencoba mengimpor atau
_mengekspor barang tanpa mengindahkan Kotentuan undang-undeng inv dipidana. Karena
Imsiakukan penyslundupan’. kureng tegas karena dalam penyelasen dinyataken bahia
ongertian "tanpa mengindahkan” adalan sama sokali tidak momenuhi kofentuan atau
prosedur. Hel in berarti ka —memenuhi salah satu Kewajban seperti menyerahkan
bemberishuan pabsan fans metinat benar alau salah hdak dapat dkalsgorkan sebaga!
penyelundupan’ sehingga tidak memenuhi rasa Koadiian masyarakat, oleh ‘karonanya
ipandang perlu untuk merumuskan kembab tindekar-tindakan yang dapat dkstogorkan
‘sebaga’ tindah pidana penyslundupan.
LUndiang-Undang Nomor 10 Tanun 1999 tentang Kepabeanan secara eksplsit menyebutkan
bahwa kewenangan DJBC adaleh melakuken pengawasan atas — Ialulintas barang yang
‘masuk ateu Keluar daeran pabean, namun mengingat letek geogralis indonesia sebagai
negara kepulauan yang lautnya berbatesan langsung dengan negara fetangga, maka perl
diiakuken pengawasan terhadep pengangkutan barang yang diangkut melalui laut ai dalam
daerah pabesn untuk menghindari penyelundypan dengan modus pengangkutan antar
ulau, Krususnya untuk Darang tertantu. Secara implsit dapat dikatakan banwa
Pengawasan pengangkuten barang. tertentu dalam daeran_pabean merupakan
erpanjangan kewenengan steu bagian yang tidak terpisahkan deri kewenengan pabean
Sobagai salah satu instansi pengawes perbatasan Sahubungan dengan fal torsebut
masyaraket_memandeng peru untuk memberikan kewerangan kepada DJBC untuk
_mengawasi pengangkuten barang fertentu yang diusuikan oleh istans teknis terksit
Tempat Psnimbunan Berkat (TPE) ssbagal bentuk insentt ci bidang Kepebean yang
‘solama ini dlbenkan, tidak dapat menampung tuntutan investor Wuar negen untuk dapat
Imelakukan pelelangan, deur ulang, dan kegiatan fain Karena adanya pembatasan twuan
TPE hisnya untuk menimbun bareng «por untuk diolah, dpamerkan, danvetau dsediakan
‘untuk djual. Untuk menghindan beralinnya investasi ke nogara-negara tstangya sexta
‘sebagai daya tank bagi investor asing perlu dibenkan susiu insenti, kepastian nukurn, dan
kepastian beiusaia dengan perluasan fungs) TPB.
‘Dalam katannya dengan perdagankgan Internasional, undang-undang Kepabeanan ideainya
dapat mengikuti Konvens! intemesional dan praktek kepabeanan intemnasional sehingos
peity melakuken penyesueian —undang-undang kepabeanan Indonesia dengan
‘menambahkan atau menguban ketentuan sesuai dengan konvens! tersebut
Pasal 98 sampai dengan Pasal 101 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
‘Kepabeanan, mengatur lembaga banding. Namun ternyata lembaga torsebut belum
dibentuk dengan perimbangan telah dbentuk badan penyeleseian sengkets pajak
ordasarken Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1907 tentang Badan Penyolesaian
Sengkete Pajak yang kemudian ciganti dengan Pengacilan Pajak verdasarkan Undeng-
Uneleng Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadiien Pojak Kompetensi pengadlian pajak
‘mencakyp banding di bidang kepabeanan sahingga Pasal 96 sampai dengan Pasal 101
Undiang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabesnan tklsk diperukan lagi dan
dingpus.