AKU TIDAK MERAGUKAN CINTAMU
Tidak perlu engkau hiraukan, wahai
kekasihku, pendapat dan komentar orang
lain, yang penting engkau harus yakin apa
yang engkau inginkan dan lalu apa yang
harus engkau lakukan.
Juga engkau harus punya keberanian yang
yang kuat untuk berlogika sendiri dengan
akalmu sendiri. Selanjutnya persepsi
tentang keberanian itu sendiri harus
engkau rumuskan sebagai bentuk
perlawanan terhadap rasa takut dan
gamang yang mengganggu hatimu. Jadi
keberanian itu bukan sebatas hanya tidak
takut.
Demikian pula halnya, wahai kekasihku,
ketika aku ingin menembus hatimu,2
pertama-tama aku harus punya
keberanian dan nanti di akhirnya aku
harus mampu memberikan pengorbanan.
Maka untuk itu, yang penting segera
mulailah dengan yang benar, bukan
berdasarkan pertimbangan dapat
diterima oleh orang lain.
Satu pertanda yang pasti, wahai
kekasihku, bahwa seseorang itu telah
paham tentang makna kehidupan, adalah
ketika sudah muncul kerinduan untuk
bertemu Tuhan. Alam semesta yang ada
di dalam otakku ini, jauh lebih besar dari
pada alam yang aku tempati ini. Nanti
pada akhirnya, yang dapat membentuk
kepribadian kita ini, adalah apa yang kita
pikirkan dan apa yang kita rasakan, bukan3
keberhasilan atau kegagalan dari apa yang
kita lakukan.
Kita semua sebetulnya, wahai kekasihku,
punya mursyid yang sangat bijaksana, ada
di dalam diri kita sendiri. Sehingga nanti
yang paling penting bukan mencari dan
menemukan mursyid di tengah hutan
atau di tengah lautan, sehingga nanti yang
paling penting bagaimana kita baik-baik
pasang telinga untuk mendengarkan
dengan sempurna.
Selanjutnya untuk menghadapi orang-
orang yang egoistis, adalah dengan cara
memaafkan dan berbesar hati, karena
penyakit egoistis itu sampai sekarang
belum dapat ditemukan obatnya.
Selagi engkau sebagai perempuan, wahai4
kekasihku, sangat mudah ditebak bahwa
temperamen dan emosi perempuan
sanhgat cepat berubah dalam sekejap,
dari sekedar rasa kagum cepat berganti
menjadi cinta. Lalu ingin cepat-cepat
kawin.
Bila idealisme yang ada dalam dirimu
meronta, ingin menyampaikan suatu
kebenaran kepada orang lain, cobalah
dibuat sedemikian rupa, bagaimana kira-
kira orang yang mendengarkan ucapanmu
bisa tertawa. Bila tidak demikian nanti
engkau bakal dibenci oleh orang banyak.
Apalagi bila engkau menyampaikan suatu
kebenaran dengan marah-marah dan
menghujat orang lain, menyalahkan dan
mencaci maki, maka bersiaplah memakai
baju besi anti peluru.5
Sebetulnya kehidupan dunia ini tidak
lebih hanyalah seperti sandiwara, hanya
saja yang menjadi masalah adalah
pembagian peran yang selalu rumit.
Aku tidak terlalu berharap dalam dirimu
ada kesempurnaan yang mengumpulkan
kecantikan, kecerdasan, kewibawaan,
kekayaan dan jabatan. Yang penting
engkau perempuan yang solehah, itu saja.
Bila itu semua harus ada lengkap, berarti
aku mencintai banyak perempuan.
Tetapi yang pasti, wahai kekasihku,
siapapun yang tidak mampu
menyampaikan pendapatnya dengan
bebas dan merdeka, berarti sama dengan
seorang budak sahaya.
Pendapat-pendapatmu yang sampai6
sekarang terpendam, keinginan-
keinginanmu yang terkekang dan segala
hasratmu yang terbelenggu, tidak pernah
musnah begitu saja, tetapi hanya sekedar
tersimpan dalam kuburan-kuburan yang
ada di hatimu dan masih tetap dalam
keadaan hidup. Nanti suatu ketika akan
muncul lagi secara lebih ganas dan
bahkan mengerikan.
Yang menyebabkan engkau sekarang
memagut kekecewaan yang sangat dalam
itu, wahai kekasihku, adalah dikarenakan
engkau terlalu bergantung kepada
seseorang yang tidak layak menjadi
tempat pergantunganmu.
Boleh jadi karena sensitivitas yang
melewati batas kewajaran dalam dirimu,
wahai kekasihku, adalah yang menjadiE
penyebab engkau tidak mampu
menjelaskan perasaanmu dan mengurai
pikiranmu dengan jelas dan gamblang,
sehingga seringkali engkau pamit mundur
dengan tutup mulut, tanpa komentar.
Keindahan di alam dunia ini, wahai
kekasihku, sangat banyak ragam dan
coraknya, hanya tinggal engkau rubah
saja sudut pandangmu. Nanti engkau
akan dapat melihat segalanya menjadi
indah.
Cara yang paling efektif, untuk
menanggulangi kebiasaan berpikir yang
berlebih-lebihan, adalah dengan cara
mencari kesibukan-kesibukan, sehingga
tidak punya waktu lagi untuk berpikir.
Perasaanmu yang sering terganggu dan8
emosimu yang sering terguncang, adalah
muncul akibat dari kekecewaanmu
yangbertubi-tubi, sehingga engkau tidak
mampu lagi menyanggahnya.
Persoalan komentar orang lain terhadap
dirimu, tidak lain hanyalah perbandingan
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini oleh
orang yang berkomentar. Sehingga dalam
hal ini, engkau tidak perlu banyak berpikir
berlebihan dalam persoalan-persoalan
yang sepele dan tidak ada gunanya.
Bila engkau ingin jadi pemikir jitu dan
pendapatmu hebat, coba dengarkan
semua pendapat orang lain, lalu engkau
bangun pendapatmu berdasarkan
keyakinanmu sendiri.
Manusia pada umumnya, wahai9
kekasihku, jarang sekali yang benar-benar
ingin mencri kebahagiaan, pada
umumnya apa yang mereka upayakan
sebatas bagaimana terhindar dari
kesedihan dan penderitaan.
Hendaknya persoalan-persoalan yang
engkau hadapi, harus engkau pilah-pilah,
mana persoalan-persoalan yang besar dan
mana persoalan-persoaan yangkecil. Bila
yang engkau hadapi persoalan kecil, maka
ccukup engkau selesaikan dengan
logikamu, akan tetapi persoalan besar,
maka harus engkau selesaikan dengan
menggunakan hatimu.
Ucapan-ucapan yang keluar dari salah
ngomong tanpa sengaja, atau karena
lidah terkilir menjadi salah ucap, justru
itulah apa yang sesungguhnya diinginkan.10
Adapun yang lain hanyalah basa basi
belaka.
Akhirnya engkau yang dapat menentukan
sendiri, berdasarkan keputusan akalmu.
Karena bagaimanapun tidak ada
kekuasaan yang lebih tinggi dari
kekuasaan akal. Sekalipun semua orang
yang ada di sekitarmu, menolak semua,
tetapi bila akalmu telah menentukan
pilihan, maka tidak ada argumentasi yang
dapat menandingi akal.
Aku bukan orang kaya, tetapi apakah
berdosa aku mencintaimu. Juga jangan
salah paham,wahai kekasihku, aku
mencintaimu bukan untuk memilikimu,
melainkan aku ingin membahagiakan
dirimu.11
“Sebetulnya aku tidak meragukan
Cintamu, tetapi yang ada hanya sedikit
keraguan di dalam diriku, apakah aku juga
mampu membahagiakan dirimu,
mengingat aku sudah punya anak empat,
sebagai anak-anak yatim, sedangkan
engkau masih perjaka”. Engkau katakan
dengan penuh keraguan.
“Hapuslah segala keraguan dalam dirimu.
Aku pastikan sekarang, bahwa aku
mencintaimu dan juga aku pasti mencintai
anak-anakmu”, tegasku kemudian.
Indramayu. 28-10-2021
Abdul Syakur Yasin