You are on page 1of 17
Bab 2 Bahan Semen dan Persyaratannya 2.1 Pendahuluan a Bab ini menjelaskan tentang bahan-bahan semen dan persyaratannya yang umum digunak- an di Indonesia, Dalam pembahasannya, kita tidak bisa Iepas dari bebgrapa standar yang sering digunakan di Indonesia seperti: Standar Nasional Indonesia (SNI), American Society for Testing Material (ASTM) dan British Staadar (BS). Didalam standar-standar tersebut, dijelaskan mengenai pengujian dan syarat-syarat bahan yang dapat dipakai sebagai campur- an beten. Dalam pelaksanaannya, rekaman lengkap dari hasil uji bahan semen dan beton harus disimpan dengan baik oleh pengawas. Data-data tersebut harus selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung dan selama dua tahun sesudah proyek konstruksi dilaksanakan. vo Semen Portland terbuat dari Calcareous seperti batu kapur (liynestone atau chalk) dan bahan silika atau alumunium yang terdapat pada tanah liat (clay atan shale). Batn kapur iO, (oksida silica), Al,O, Portland terdiri da- mengandung komponen CaQ, lempung mengindung Komponen (oksida alumina) dan Fe,O, (oksida besi). Proses pembuatan sen ri penggilingan, pencamipuran dengan proses khusns dan dengan pengawasan yang ketat. 21 Pada proses Gambar 2.1 menunjukkan proses pembuatan semen Portland secara hierar penggilingan, bahan-bahan baku utama digiling dan di campur menjadi satu. Material yang sudah tercampur dipanaskan perlahan (pre-heating), dan kemudian dimasukkan kedalam me- sin bulat yang berputar (rotary kiln). Diameter rotary kiln ini berkisar antara Timo hingga ‘tujuh meter dan panjangnya dapat meneapai 230 meter. Gambar 2.2 memunjukkan proses pemanasan bahan baku semen didalam rotary kiln hing- ga menjadi klinker. Didalam mesin tersebut, bahan-bahan yang ada dipanaskan hingga ‘mencapai suhu 14502C dan kemudian perlahan-lahan akan menjadi klinker. Klinker tersebut didinginkan, dipindahkan dan digiling sampai halus (fine powder). Untuk mengendalikan BAB 2. BAHAN SEMEN D. — Steals quarrying T Grinding and Grinding and ‘blending blending Storage and f_ final blending Distribution to markets Gambar 2.1: Diagram alir pembuatan semen Portland BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATA. 10 \ ees = a EO ion = Ef eamainct Fambar 2.2: Proses reaksi yang terjadi didalam rotary kiln pada saat pembuatan Portland (proses kering) v setting time dari semen Portland, umumnya ditambahki 6s whe an gipsum (gypsum). Setelah proses tersebut selesai maka semen Portland siap dipakai sebagai bahan pengikat dari eampuran beton. Kebutuhan batt bara untuk membuat satu ton semen mencapal 190 s/d 350 kg batu bara atau 150 liter minyak. Penggunaan bahan ini merapakan pertimbangan utama dalam pembuatan semen Portland. Hazga dari bahan-bahan untuk pembuatan semen diperkirakan sekitar 40 sampai dengan 50% dari harga produksi semen. 2.2 Komponen Karakteristik dan Hidratasi dari Semen Portland ‘Komponen karakteristik dari semen Portland mengandung arti bahwa, bahan semen yang ditinjau dapat disebut sebagai semen Portlard jika semua komponen dasar (karakteristik) semen Portland terkandung didalam bahan semen tersebut. Sedangkan komponen hidratast memiliki arti bahwa, pada sant proses hidrasi, ada beherapa Komponen dasar yang terben- tuk dan merupakan ciri-ciri khas dari semen Portland yaitu terbentuknya gel Caleium-Silica- Hidrate (C-S-H), Schingga suatu bahan semen dikatakan sebagai semen Portland jika baka semen tersebut memiliki Komponen karakteristik dan hidratasi yang sama persis dengan semen Portland. Gambar 2.3 menunjukkan pembentukan komponen karakteristik dan hi- Gratasi dari semen Portland. Dalam proses pembentukan semen Portland, elemen-elemen dasar yang terlibat adalah oksigen (O), kapur (Ca), silika (Si), alumunium (Al) dan besi BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA ul LLL LE Elemen O Si Ca Al Fe Komponen Oksida Cao SiO AzOs Fe20s Woy ys Unsur (Senyawa) CsS C2S CsA CaAF Semen v Yor ey EE Semen Portland Tipe | il ill IV V 1 C-S-H (gel) Ca(OH)z Gambar 2.3: Pembentukan komponen karakteristik dan hidratasi dari semen Portland (Fe). Pada tahap awal, ada dua bahan dasar pembentuk semen Portland yaitu bat kapur dan lempung. Secara kimia, pada tahap awal dapat diuraikan sebagai berikut Pada saat pembuatan semen, terjadi beberapa proses reaksi kimia sebagai berikut: Hasil dari hidratasi semen berupa calsium silikat hidrat dan trikalsium alumina hidrat. Secara detil, proses hidratasi ion dapat dilihat sebagai berikut: 20,5+6H — C,S,H; + 3 CH 208 +4H > CS,H, + CH C,A + CSH, + 10H + CASH, C,A + CH + 12H > CAs CAF | 2CH | 2CSH, 18H > C,AFS,Hy CAF 44CH 4 22H = CAFH,, Dimana: $ = SO,; H = H,O; Ca(OH), ecdannd . ae = O.4- OS 2.3 Semen Portland/Hidrolis ““«w — ay = Ce 2.3.1 Persyaratan Umum Semen Portland/hidrolis adalah suatu bahan pengikat yang akan mengeras jika bereak dengan air. Produk yang dihasikan memiliki karakteristik kuat tekan yang jauh lebih Kuat dibandingkan dengan kuat tariknya. Selain itu, produk tersebut juga memiliki kekedapan “ en terhadap air yang merupakan fungsi dari rasio air terhadap semen. Contoh-contoh semen Portland dapat dilihat pada subbab 2.7. Baban lain seperti Gips bukan merupakan semen BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 12 hidrolis. Hal ini dikarenakan bahan gips mengeras setelah beraksi dengan air tetapi produk inj Jarut dalam gir, Kapur yang telah mengeras pada bahan gips memang kedap dan tahan terhadap air tetapi mengerasnya kapur tersebut diperoleh setelah beraksi dengan karbon dioksida (CO») 2.3.2 Komponen Utama dari Semen Portland/Hidrolis ‘Komponen utama dart semen Portland adalah: + Batu kapur (Limestone) yang mengandimg komponen CaO (kapur, lime) + Lempung (clay) yang mengandung komponen SiO. (silika), Aly, (oksida alumina), FeQ, (oksida besi). ~ ~~ Bahan-bahan ini, dalam proses penggilingan dan pencampuran diawasi dengan ketat sesuai dengan urutan proses tertentu (lihat subbab 2.1). Campuran ini dipanaskan dalam oven dengan suhu +1450°C sampai menjadi klinker. Klink halus disertai penambahan 3~5 % gips untuk mengend: tidak terlalu cepat. dipindahkan, digiling samp: waktu pengikatan semen agar Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada waktu proses pembuatan semen Portland adalah sebagai berikut 1) Batu kapur (Limestone) : CaO +COy ~ Kapur + Karbondioksida £ Lempung (Clay) SiO, | ALOs | Fe,0; | H,0' - Silica + Alumina + Oksida besi + Air 2) 3CaO+ SiO, = _3 CaO.Si0, td ‘Trikalsium Silikat (Cos) 2.Ca0 + 510.4 = 2Ca0S,0) Ricalcium Silikat (C28) 3CaO + ALOs Ca0.AlOs, ae ‘Tricalcium Alumipat (C3A) 4Ca0 + AlO3+ FeO; = 4 Ca0.Al,03.Fe203 Tetracalcium Aluminoferit (C.AF) ‘Trikalsium Silikat (CS), Dicalsium Silikat (C28), Tricalsium Aluminat (C3A) dan Te- tracalcium Aluminoferit (CyAF) merupakan komponen karakteristik dari semen Portland. Bahan-bahan tersebut merupakan Klinker semen, BAB 2. ‘Komponen CaOw oil BAHAN SEMEN DAN PERSYARATA. SiO, s 00 Y ALO; Cy 4 5.0% FeO; sp, b350y ~SMgO— WP 40d 803 ~— 1.904 K,0 +Nay - 110 ignition loss 210° bahan-bahan sisa 0.60 (Mn. Ti dsb.) 0.90 Jumlah 100 2.4 Evaluasi Semen Portland 2.4.1 Sifat-Sifat Teknis Semen Portland Sifat-sifat semen Portland sangat terganting pada tiga hal pokok yaitu: kompgsisi sustinan kimia-nya, prosentasi kadar bahan gips yang dipakai dan kehalusan butiran semen itu sendiri, 2.4.1.1 Komposisi Kimia Semen Portland f aan ast Kimia semen Portland dapat diperoleh dengan mclakukan analisis kimia pada Tabel 2.1 menujukkan hasil nee semen Portland. Dari Komposi semen tersebut. hasil analisis kimia pada Tabel 2.1 dapat dilihat bahwe(kapur Jnerupakan komponen dengan jumlah yang paling banyak. Setelah kapur, balian berikutnya yang memiliki komposisi terba- nyak secara berurutan adalah silika, alumnia dan oksida besi* Komponen-komponen oksida tersebut merupakan keempat oksida utama yang terdapat didalam semen Portland, Jumlah oksida-oksida. tersebut yang terdapat didalam semen Portland berkisar antara: + Kapur (CaO) : 60.0-66.6 % « Silika (SiOz) : 19.0~25.0 % Tolle 2.1 + Aluminate (AlOs) : 3.0~8.0% + Ferum Oxide (Fes,) : 1.0-5.0% + Magnesium Oxide (MgO) dibatasi sampai dengan 4%. BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATA. u 2.4.1.2 Komposisi Mineral Semen Portland / Komposisi mineral dalam persen berat (berdasarkan Lerch dan Bogue!) dapat ditentukan dari hasil analisa kimia sebagai berikut: Tricalcium Silicate: V 2 GB} sCaOsi0, = 40;Ca0 ~ (7.60510, + 6.72A1,05 + 1.43F 2,05 + 2.85805) Dicalcium Silicate: “ 9 EQ» 20600 80, = 9 87810, — 0.754048 Dyicalcium Aluminate: W 7 Cx)= 3Ca0.Al,03 — 1.69Fe0, acalcium Alumino Ferit: CGA_) 4Ca0.Al,09.1e20» 2.4.1.3 Variasi Terhadap Komponen Karakteristik Semen Portland Untuk mendapatkan tipe semen Portland yang spesifik, variasi terhadap komponen karak- teristik penyusun sement Portland dapat dilakukan. Pada umumnya, variasi tersebut dapat digusun dalam bentuk proporsi relatif serta derajat kehalusan penggilingan bahan klinkernya. Beberapa contoh variasi terhadap komponen tersebut dapat dilihat sebagai berikut: + Untuk bangunan yang terbuat dari beton bertulang yang akan dibangun pada lingkung- an yang rentan terhadap serangan sulfat, semen yang digunakan sebaiknya memiliki kadar Qo da iAP )endah <= + Untuk pembangunan elemen struktur beton yang eukup besar (masif) harus digunakan jenis semen yang menghasilkan panas hidrasi rendah. V > 2.4.1.4 Komposisi Kimia Semen Portland Komposisi kimia semen Portland dapat diestimasi dengan menentukan perbandingan rasio silika (SR) dan perbandingan rasio Alumina (AR). Perbandingan rasio silika (SR) dapat dilihat sebagai berikut w i (ea) “e MOT POs yy Nilai SR menunjukkan jumlah konten silika pada semen. Umumnya nilai SR berada antara 1.6dan-25 dengan nilai rata-rata berkisar antara 2.0 hingga 2.5. Perbandingan rasio alumina AR dapat dilihat sebagai berikut: ALOs e203 (22) BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATA. YA 15 Nila GAang rendah umumnya ditemnkan pada tipe semen yang tahan terhadap serang- on sulfat sedangkan nila? AR. yang tinggi umumnya ditemukan pada semen putih. Namun demikian, nilai AR yang diharapkan sebaiknya serendah mungkin karena berhubungan de- ngan dural a Selain SR dan AR, faktor kony kimia semen Portland lainnya adalah faktor kejenuh- an kapur (FKK) atau lime saturation factor (LSF). LSF merupakan perbandingan jumlah kadar kapur dalam prosentase berat semen tethadap ketign jumlah Komponen utama pem- buatan klinker. Secara matematis, LSF dapat dirumuskan sebagai berikut: E Lnmetime CaO ISP = 55, Fano, Teas (23) Apabila nilai LSE terlalu rendah, semen al ngan komponen C38. Jika harga LSF lebih besar dari 1.0, maka. semua silika (SiO2) akan menjadi kalsium silikat (C38, C28) dan dalam semen akaiiTerdapat kapur babas. Bila nilai C$ terlalu rendah, mutu semen akan rendah. Keberadaan kapur bebas dalam semen akan menyebabkan semen yang terhidrasi menjadi tidak stabil yolumenya, Kalau disimpulkan, nila LSP secara mum berada dikisaran 0.66 hingga 1.02. Jika nilai LSF lebih dari 1.02, mutu semen menjadi rendah karena adanya Kapur bebas dalam semen, Secara sistematis, efek dari nilai LSF dapat dijabarkan sebagai Derikut . usi(- 1.0 ) semua silika terdapat dalam bentuk C38 < Kc + 0.66 < LSF < 1.00, semua silika terdapat dalam bentuk campurafi C2$Ylan C38. + LSF < 0.66, terdapat terlalu Coe i 2.4.1.5 Tingkat Kehalusan Butiran Semen Portland in keku Kehalusan butiran-butiran semen mempengaruhi waktu pengerasan pasta semen, Butiran semen yang hglus akan memperluas permukaan, gel semen yang, dapat terhentnk pada saat hetory heramur rm 1g dapat _terhidrasi. Schingga banyak dan knat tekan awal lebih tinggi dapat dicapai, Namun demikian, proses hidrasi semen akan semakin lambat dan dapat mencegah terbentuknya gel-gel lain lebih cepat. Oleh karenanya, penggilingan ekstra halus Dutiran-butiran semen sebaiknya dibaiasi agar supaya efisien dalam proses produksi d penambahan kuat tekan awal yang tinggi dibatasi hanya sampai pada umur 7 hati, Semen Portland biasa mempunyai luas permukaan minimum 2250 cm? per gram, sedangkan semen yang cepat mengeras 3200 cm? per gram. Sifat-sifat beton yang berhubungan dengan kehalusan butiran-butiran semen adalah: + Kekuatan awal beton BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 16 ee + Degradasi mutu semen akibat perubalan et oa Freate “\ywt oy + Reaksi terhadap bahan agregat reaktif, + Rotak-retak pada beton + Penyusutan beton + Waktu pengikatan + Kebutuhan air pada saat pencampuran + Keluarnya air dari permukaan beton basah (bleeding) 2.4.1.6 Bahan - Bahan Lainnya Disamping komponen-komponen utama, didalam semen juga terdapat bahan-bahan lain yang jumlahnya angat kecil tetapi dapat mempengaruhi sifat-sifat semen tersebut. + Magnesia atau Magnesium Oxide (MgO). Pencampuran oksida magnesium dengan air akan diikuti dengan penambahan volume. Penambahan volume ini dapat menyebabkan retak-retak pada beton. Sehingga kadar MgO dibatasi maksimum hingga 4.0%. + Sulphuric Anhydrate (sisa sam) julfit $0,), Sulfur Trioxide (SOs) merupakan bahan yang sangat penting dalam seimen Portland, karena berfungsi sebagai pengatur waktu pengikatan semen. SOs juga,terdapal dalam CaSO, atau juga dikenal sebagai mineral aypsum. Jika kadar CaSQ{terlalu tinge, selania proses pengerasan berlangsung akan timbul pengembangan mineral gypsum, Oleh karena itu kadar SOs dibatas tidak lebih dari 2.5 hingga 3.0%. . Alka (820) (QD) NayO dan K,O selalu dijumpai dalam bahan-bahan baku anid Apabil bahan agregat yang akan digunakan untuk campuran beton yang aeeime silikat rekatif, akan timbul reaksi kimia yang merugikan beton. + Beberapa hidroksida alkali muncul dari alkal-alkali yang terdapat dalam semen yang sedang. mengeras. Hidroksida. alkali ini akan menyerang agregat: yang mengandimg, si lika reaktif itu. Hasil dari reaksi kimia tersebut berupa gel-gel alkali yang dapat meng embang tak terbatas. Gel-gel ini akan menyerap air, mengembang, dan dapat meuye- babkan terjadinya gaya-gaya dalam yang menyebabkan teriadi pembesaran volume gel Pembesaran volume gel tersebut dapat menimbulkan retake-retak dalam beton, bahan- Dahan reaktif seperti opal (Hydrated Silica Si0,.nF1,0), tridymite (high-temperature polymorph of silica 104), chalcedony (a cryptocrystalline form of silica $iO,), bila 80), (a cryptocry form of 2). BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATA. YA 7 keadaan memaksa dapat dipergunakan dengan memakai jenis semen Portland yang memiliki kadar alkali rendah (< 0.6%). + Bahan-bahan yang hilang akibat pemanasan (loss of ignition). Substansi yang terbuang an berat. dari semen akihat pemanasan adalah air dan karbondioksida (CO2). Kehil akibat pemanasan menunjukkan bahwa semen memiliki kadar air yang tinggi. Kadar i beton menjadi yang tinggi dalam semen dapat menyebabkan waktu penger Da Penny Ue bs als iba pan aT pa air hu "J000 °C. Dengan suhu pemanasan yang tinggi menycbabkan semen harus disimpan dengan baik agar supaya tidak menyerap air dari udara yang lembab. 2.5 Tipe - Tipe Semen Portland eo 2.5.1 Mineral Dalam Semen Portland Mincral-mineral dalam semen portland secara individu masing-masing mempunyai sifat-sifat Jiri yang dapat mempengaruhi waktu hidrasi, perkembangan kekuatan tekan beton, ter dan perkembangan panas hidrasi. Dengan menetapkan batas-batas tertentu pada kombina~ fst semen portland dapat berubsli dan‘dapet iliterapkam pada. bondi PPL > Hy Aen He 2.5.2 Tipe-Tipe Semen Portland Pee > Py kt Ada lima tipe semen Portland yaituftipe I) I, Il, IV, V|sesuai dengan klasfikasi yang ditentukan oleh ASTY. Apabila semen beraksi dengan air maka akan timbul panay hidrasi yang cukup banyak. Komponen! A\menghidrasi cukup cepat sedianghaat} CoS dan ‘GaAK monghidrasl Icbih lambot seria meugeluackon panos hidresl dengan kecspotem Fag lebih rendah. Tipe-tipe semen Portland terscbut dapat dilihat pada Tabel 2.2. Salah satu perbedaan dari beberapa tipe semen Portland tersebut terletak dari jumlah panas hidrasi yang dihasilkan, Perumusan panas hidrasi yang dihasilkan dapat dihitung sebagai berikut: _ Lv 136)C:8) si kimianya, sifat tertentu, (2.4) Secara terperinci, tipe-tipe + Tipe T: Semen Portland standar dignmakan tmtnk semna bangunan heton yang, tidak mengalami perubahan_cuaca yang siguifikan atau dibangun dalam lingkungan yang sangat korosif. BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 1s. + Tipe I: Semen Portland Tipe I menimbulkan panas hidrasi dan lajn penyebaran panas hidrasi yang lebih rendah, Kalan dilihat danygernmusan menghitung panas hidrasi pa~ da Persamaan 24, koefisien nilai{CsS dan C3A pukup besar sehingga kedua komposisi iigrbusi terhadap panas hidrasi cukup besar. Disi memiliki besaran yang keeil sehingga kontribusi ter- mineral tersebut memberika Jain, koelisien nik hadap panas hidrasi juga rendah, Dengan menambahkan prosentase C$ dari semen Portland Tipe I dan mengurangi prosentasi C3 dan CA akan diperoleh semen Port land yang mengeluarkan panas hidrasi lebih rendah. Selain itu, semen Portland Tipe II ini juga lebih tahan terhadap serangan sulfat. Semen Portland Tipe II, ini sangat co- cok untuk digunakan dalam pembetonan struktur yang masif dan besar, seperti dam, pile-cap, dan lainnya. Retak - retak pada beton masif (besar) juga dapat dihindari dengan menggunakan semen Portland Tipe TI. + Tipe ITI: Semen Portland Tipe TIT merupakan jenis semen yang cepat meneéras dan covok untuk pengecoran beton pada suhu rendah. Kadar minera Semen Portland Tipe IIL lebih tinggi dari semen Portland Tipe I. Selain Teu, butiran- butiran_semennya io in leis) untuk mempercepat proses hidrasi yang diikuti dengan proses pengerasan dan kenaikan Iuat tekan beton yang lebih cepat Kuat tekan semen Portland Tipe III pada umur 3 hari sama dengan kuat tekan semen Portland Tipe I pada umur 7 hari. + Tipe IV: Semen Portland Tipe IV ini menimbulkan panas hidrasi rendah dengan pro- sentasi maksimum untuk CuS scbesar 35%, untuk CsA sebesar 7%, dan untuk CoS dengan prosentase minimum sebesar 40%. Semen Portland Tipe IV ini sudah tidak lagi diproduksi dalam jumlah besar dan telah diganti dengan semen Portland Tipe IL. + Tipe V: Semen Portland Tipe V ini tahan terhadap{serangan sulfat|serta mengeluark- an panas hidrasi. Reaksi @nfara C,A dan CaSO, pada semen Portland menyebabkan terjadinya calcium sulfoaluminate. Selain itu, hidrat dari CjA dapat bereaksi dengan garam-garam sulfat dari luar dan membentuk calcium sulfoaluminate didalam pas- emen yang sudah terhidrasi. CaSO, ini berbentuk padat dan volumenya dapat ta mengembang hingga 227% dan dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi pada beton. iksi-reaksi lain yang dapat terjadi adalah: Ca (OH), dengan garam-garam sulfat dari Iuar yang hasilnya dapat berupa penambahan volume padat yang berupa gips sebesar 124%, Reaksi-reaksi terscbut dikenal sebagai serangan-serangan sulfat dan yang paling aktif menyerang adalah garam-garam MgSO, dan Na2SOy. Serangan-serangan tersebut akan dipercepat dengan kondisi kering dan basah yang silih berganti (dry and wetting condition). Kondisi ini umum terjadi pada struktur bangunan beton yang terkena pe- ngaruh pasang surut laut (dermaga). Oleh karena itu penggunaan semen Portland Tipe & BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 19 V dapat menahan serangan-serangan ini. Semen Portland tipe V mengandung kurang dari 5% CsA dan sejumlah terbatas CAF dan Mg. Kadar C3S dibatasi sampai dengan 50% karena C$ dapat melepaskan cukup banyak Ca (OH), selama proses hidrasi dan dapat mengurangi ketahanan semen terhadap serangan kimia, ‘Tabel 2.2: Komposisi, karakteristik, dan penggunaan Semen Portland Tipe ASTM Penggunaan —_Karakter Tipe I - Standar Beton biasa’ : Tipe IT - Panas hidrasi rendah, ketahanan coed : terhadnp suffat sang Beton Diase Tipe III - Kekuatan awal Beton dieuaca tinggi dingin Tipe IV = Panas hidrast 5 it CsA ting rendah, GB tinggi ‘Tipe V-Tahan terhadap Air mengandung CsA rendalj saat sulfat/ air laut C8 rendal (41 © =z K “er & Semen Putih ae 6 Ww 4 khusus 2.6 Pengikatan Serta Pengerasan Semen Portland 2.6.1 Pengertian Awal ‘Memahami pengikatan dan pengerasan pada semen Portland sangat penting, Semen Port- land dalam keadaan kering memiliki energi tersimpan yang besar. Energi ini mulai aktif saat semen dicampur dengan air. Massa semen dan air ini menjadi plastis sehingga dapat dikerjakan dengan muda, Semen Portland merupakan bahan pengikat hidrolis yang berarti pengerasannya tergantung pada reaksi kimia yang disebabkan oleh air dan semen, Schingga semen Portland dapat mengeras meskipun didiamkan didalam air. pada umumnya, dibu- tuhkan air dengan berat scbanyak 20% dari berat semen yang dipakai agar semen dapat mengeras. BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 20 2.6.2 Periode Pengikatan dan Pengerasan Pada saat terjadi reaksi antara semen Portland dan air, ada dua periode yang terjadi: 1. Periode pengikatan; 2. Periode pengerasan. Periode pengikatan adalah kondisi dimana pasta semen mengalami peralihan dari keadaan plastis kedalam keadaan keras. periode pengerasan adalah kondisi dimana periode pengikatan sudah selesai dan kekuatan pasta akan terus meningkat. 2.6.3 Awal Pengikatan Awal pengikatan adalah kondisi dimana pasta semen mulai menjarli kal. Kondisi ini dinkur dalam unit waktu jam dan menit setelah semen dicampur dan diaduk merata dengan air: 2.6.4 Waktu Pengikatan Waktu pengikatan adalah periode yang berlangsung antara permulaan pasta semen menjadi s/padat. Keadaan ini dapat diartikan bahwa pasta semen telah menjadi keras tapi belum cukup kuat, Proses pengerasan pasta semen it kaku dan saat pasta semen beralih menjadi ke berlangsung sangat cepat dan kemudian menjadi lebih lambat dalam jangka waktw yang lama. Pengikatan berlangsung dengan lambat supaya adukan beton dapat dengan mudah dikerjakan. Oleh karena itu disyaratkan bahwa awal pengikatan dari pasta semen tidak boleh kurang dari satu jam setelah semen dicampur dengan air. 2.6.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Waktu Pengikatan Awal Semen 2.6.6 Perbedaan Kekuatan Tekan Beton Tipe Semen Portland Tabel 2.3 menunjukkan hasil penelitian mengenai perbedaan keknatan tekan beton sesuai dengan tipe semen Portland yang ada. Nilai-nilai kuat tekan dalam Tabel 2.3 sudah dinor- malisasikan dengan kuat tekan beton yang dibuat dengan semen Portland Tipe I. Dari Tabel 2.3, dapat dilihat bahwa beton yang dibuat dengan semen Tipe II (panas hidrasi rendah), menghasilkan kuat tekan yang lebih rendah dari semen Tipe I dan baru sama kuat tekannya saat sudah berumur 3 bulan. BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 21 Tabel 2.2: Perbedaan kekuatan tekan beton sesuai dengan tipe semen Portland Kuat tekan semen Portland dalam % Tipe semen Portland 3 hart 2 hari 3 bulan Tipe T Standar 100 00 00 Tipe TI Panas hidrasi rendah, ketahanan . tchaap sulfat sedang ay oa be Tipe III Kekuatan awal tinggi 190 130. ie Tipe IV Panas hidrasi rendah 50 6 ‘Tipe V Tahan terhadap sulfat 65 65 85 Disisi lain, beton yang dibuat dengan semen Portland Tipe III, memiliki kuat awal yang sangat tinggi, dan setelah berumur tiga bulan, didapatkan bahwa kuat tekan beton dengan semen Portland Tipe IIT ini masih lebih tinggi 15% dari kuat tekan beton semen Portland ‘Tipe I. Untuk kuat tekan beton dengan semen Portland Tipe IV dan V secara karakteristik sama dengan beton yang terbuat dari semen Portland Tipe II tetapi nilainya lebih rendah. 2.6.7 Pemeriksaan Mutu Semen Portland Semen portland sebagai bahan pengikat dalam konstruksi beton bertulang merupakan unsur utama. Semen Portland merupakan suatu produk kimia yang mutunya tidak dapat diten- tukan dengan pengamatan secara visual. Sehingga mutu semen Portland harus diperiksa di laboratorium yang bersertifikasi. 2.6.8 Acuan Standar Metode Pengujian Semen Portland Biasanya pengujian semen portland meliputi pengujian secara mekanis. Dis yang telah maju pada umumnya telah ter laud yang (elu diuormulisasikan, Spesi tiap negara edia spesifikasi-spesifikasi pengujian semen Port ikasispesifikusi pengujian yang ada di Ludouesia umumnya diambil atau mengacu pada ASTM (American Standard for Testing and Materi- als). 2.6.9 Hal - Hal yang Harus Diperhatikan Untuk pengikatan serta pengerasan semen Portland, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: © Pada sual awal dimana beton akan mencapai kekualanuya, Larus dijaga agar supaya beton tidak menjadi kering. Hal ini dapat dilakukan dengan pembasahan dengan air yang bertujuan untuk mencegah penguapan air dari massa beton. BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 22 + Perojokan dan/atan penggetaran adukan beton harus dilakukan sebelum terjadi pe- ngikatan, Jika perojokan dan/atan penggetaran dilakukan setclah terjadi pengikatan, kesatuan bahan-bahan campuran beton akan terganggu dan kekuatan yang dikehendal dapat tidak tereapai, + Harus diberikan waktn yang cukup pada beton supaya dapat mengeras dan diusahakan agar supay reaksi kimia antara semen dan air dapat berlangsung tanpa kekurangan 2.7 Tipe-Tipe Material Sementisius Berdasarkan SNI 2847-2019 Bab ini hanya membahas material sementisius yang berupa semen Portland, Namun, ada baiknya untuk mengetahui beberapa jenis material sementisius lain yang boleh digunakan da- lam campuran beton sesuai dengan SNI 2847-2019. Berdasarkan SNI 2847-2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung), dijelaskan bahwa, semen yang boleh digunak- an untuk pembuatan beton harus dari jenis semen yang ditentukan dalam SNI 2847-2019, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar tersebut. Material sementisius tersebut diantaranya adalah: 1. Semen Portland, ASTM C150M-09 (Standard Spesification for Portland Cement). AS- ‘TM C150M-09 menjelaskan bahwa ada delapan Tipe semen Portland (Tipe I, IA, Il, IIA, III, HLA, IV, dan Tipe V). Perbedaan dari masing-masing tipe semen Portland akan dibahas lebih detil di subbab berikutnya. 2. Semen hidrolis, ASTM C1157M-09 (Stondar Performance Specification for Hydraulic Cement). Semen hidrolis terbentuk dari dua atau lebih kandungan bukan organik yang, berkontribusi terhadap peningkatan kuat tekan beton. Secara unum, beberapa tipe se- men yang ada di ASTM C1157M-09 adalah: ‘Tipe GU (Semen hidrolis untuk konstruk- si); Tipe HE (Semen hidrolis dengan kuat tekan awal tinggi (High Early-Strength)); ‘Tipe MS (Semen hidrolis yang tahan tethadap serangan asam sulfat menengah (Mo- derate Sulfate Resistance)); Tipe HS (Semen hidrolis yang tahan terhadap serangan asam sulfat tinggi (High Sulfate Resistance); Tipe MH (Semen hidrolis dengan panas hidrasi sedang (Moderate Heat of Hydration)); Tipe LH (Semen hidrolis dengan panas hidrasi rendah (Low Heat of Hydration)). Semen hidrolis juga dapat memiliki tambah- an keuntungan tertentu. Contobnya semen hidrolis dengan tambahan “R” dibelakang tipe semen menjelaskan bahwa semen hidrolis tersebut tidak reaktif terhadap agregat yang reaktif terhadap alkali BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 23 3. Semen hidrolis yang dicampur (blended), ASTM C595M-09 (Standard Spesification for Blended Hydraulic Cements). Semen hidrolis boleh dipakai sebagai unsur pengikat uta- ma dalam beton struktural kecuali Tipe IS (> 70, IS = Portland Blast-Furnace Slag Cement). Dalam ASTM C595M-09, ada beberapa jenis semen hidrolis yang dicam- pur: 'Vipe IS (Portland blast-furnace slag cement); ‘Vipe LP (Portland-pozzolan cement) dimana kuat tekan awal beton yang tinggi tidak diperlukan; Tipe I (PM) (Pozzolan- modified Portland cement); Tipe I (SM) (Slag-modified Portland cement); Tipe S (Slag cement) yang hanya boleh dipakai bersamaan dengan semen Tipe I (untuk membuat beton) dan kapur yang terhidrasi (untuk membuat pasangan bata). 4. Semen hidrolis ekspansif, AS'TM C845-04 (Standard Spesification Jor Kxpansive Hydra- lic Cement). Berdasarkan ASTM C845-04, ada lima tipe semen hidrolis yang eks- pansif; Tipe K (semen ekspansif yang mengandung anhydrous calcium aluminosulfate (4Ca0.3A1,0,,.80,), calcium silfate dan calcium oxide yang tidak terkombinasi); Tipe M (semen ekspansif yang mengandung exlcium aluminate cement dan calcium sulfate); yang mengandung tricalcium aluminate (C,A) dan caletum Tipe $ (semen ekspans sulfate); Tipe Standard Expansive Cement (Semen hidrolis yang terdiri dari hydraulic calcium silicates, calcium aluminates and caleium sulfates. Saat dicampur dengan air, semen tersebut akan membentuk pasta yang akan mengembang dengan sangat cepat pada saat awal pengikatan. Peningkatan volume ini discbabkan oleh reaksi antara ca- cium aluminates dan calcium sulfates): Tipe Shrinkage-Compensating Cement (Bila beton yang dibuat dengan menggunakan semen tipe ini dikekang perilaku ekspansifnya, akan terbentuk tegangan tekan yang sifatnya berlawanan dengan tegangan tarik yang terjadi seperti pada fenomena drying shrinkage). o Abu terbang (fly ash) dan pozzolan alami: abu terbang yang digunakan dalam cam- puran beton harus momonuhi syarat yang ditetapkan di ASTM C618-08a (Standard Speficiation for Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use in Con- crete). Secara umum, abu terbang diklasifikasikan menjadi tiga kelas: N, F dan C. Abu terbang Kelas N merupakan Pozzolan alami yang telah dikalsinasi dan sesnai dengan ASTM C618. Beberapa jenis Pozzolan slami adalah: Tanah diatom; Serpihan opaline; Abu vulkanik baik dikalsinasi maupun tidak; Material lainnya yang memerlukan pro- ses kalsinasi untuk memenuhi standard ASTM C618. Abu terbang Kelas F nmumnya didapatkan dari sisa pembakaran batubara hitam dan hanya memiliki sifat Pozzolan saja, Abn terbang Kelas C didapatkan dari sisa pembakaran batubara coklat yang biasa dipakai sebagai bahan baku pembangkit listrik. Abu terbang Kelas C memiliki sift Pozzolan dan ada juga yang memiliki sifat sementisius. 6. Semen slag, ASTM C989-04 (Standard Speficiation for Ground Granulated Blast-Furnace BAB 2. BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 24 ‘Slag for Use in Concrete and Mortars). Secara definisi sesuai dengan ASTM C989-04, semen slag merupakan produk bukan metal yang terdiri dari caleium silicates dan ca- leium alwninositicates dan bahan lainnya yang diproses bersamaan dengan besi dalam kondisi leleh didalam blast-furnace. . Bubuk silika (silica fume): ASTM C1240-03a (Standard Speficiation for Silica Fume Used in Cementitious Mixtures). Bubuk silika merupakan material Pozzolan yang sé ngat Lalus dau lerdizi dari wmorphous silica, Amorphous sitica didapatkau dati peuiba- karan material (umumnya logam) didalam tungku yang menggunakan listrik (electric are furnaces) sebagai bahan sisa produksi elemental silicon atau ferrosilicon alloys. Bubuk silika juga dikenal sebagai bubuk silika yang terkondensasi atau microsilica Bubuk silika sangat berguna untuk meningkatkan kuat tekan beton dan kekedapan beton.

You might also like