You are on page 1of 18

KEBIJAKAN KRIMINAL (CRIMINAL POLICY)

DALAM NEGARA HUKUM INDONESIA: UPAYA MENSEJAHTERAKAN


MASYARAKAT (SOCIAL WELFARE)
John Kenedi
Program Studi Hukum Tata Negara Pascasarjana IAIN
Bengkulu Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu
Email: Johnkenedi297@yahoo.com

Abstract: The state of law as a translation of the word rechtsstaatsin terminology has a meaning parallel
to the word Rule of Law, which guarantees Supremacy of Law or Supervisor Law, in countries in the world
in general human rights are guaranteed by the Constitution or the Basic Law which is the source of the
rights human rights, the same in the country of Indonesia as a State of Law. The provision that Indonesia
is a Legal State is inseparable from the Preamble to the 1945 Constitution as the ideal of a state of law
becoming a national ideal implemented in Article 1 Paragraph 3 of the Constitution of the Republic of
Indonesia (third amendment). As the Indonesian national ideals that embrace the state of welfare law or a
material law state that refers to Pancasila as the basic and the source of the law that is in the fifth
principle of Pancasila which obliges the state to guarantee the realization of social justice for all
Indonesian people. It is very clearly mandated in the second paragraph of the Preamble to the 1945
Constitution in the presence of words of justice and prosperity, then the third and fourth paragraph there
is a word of God’s grace and Belief in God Almighty, related to religion and understood and understood as
the needs of the people, both physical and spiritual. To create all it needs a law that is responsive through
criminal policy (Criminal Policy).
Keywords: State Law, Pancasila, Constitution and Criminal Policy

Abstrak: Negara hukum sebagai terjemahan dari kata rechtsstaat secara terminologi mempunyai pengertian
yang sejajar dengan kata Rule of Law, yang menjamin Supremacy of Law atau Suprermasi Hukum, di
negara-negara di dunia pada umumnya hak asasi dijamin dengan UUD atau Hukum Dasar yang
merupakan sumber dari hak-hak asasi manusia, hal yang sama di negara Indonesia sebagai Negara
Hukum. Ketentuan bahwa Indonesia adalah Negara Hukum tidak terlepas dari Pembukaan UUD 1945
sebagai cita negara hukum yang menjadi cita nasional yang diimplimentasikan dalam Pasal 1 ayat 3 UUD
negara Republik Indonesia (amandemen ketiga). Sebagaimanacita-cita nasional Indonesia yang
menganut negara hukum kesejahteraan atau negara hukum materiil yang mengacu pada Pancasila
sebagai dasar pokok dan sumber hukum yakni pada sila ke-5 Pancasila yang mewajibkan negara untuk
menjamin terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut sangat jelas
diamanatkan dalam Alinea Kedua Pembukaan UUD 1945 dengan adanya kata-kata adil dan makmur,
kemudian alinea ketiga dan keempat ada kata rahmat Allah dan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berhubungan dengan agama dan dimaknai serta dipahami sebagai kebutuhan rakyat, baik jasmani
maupun rohani. Untuk menciptakan semua itu perlu hukum yang responsip melalui kebijakan kriminal
(Criminal Policy).
Kata kunci: Negara Hukum, Pancasila, Konstitusi dan Kebijakan kriminal

AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam 15


Vol. 2, No. 1, 2017
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017

Pendahuluan sifatnya revolusioner.5


Istilah dan pengertian negara hukum, istilah Menurut A.V.Diceyyang merupakan pemikir
rechtsstaat yang diterjemahkan sebagai negara negara hukum abad ke 19 yang berasal dari
hukum menurut Philipus M.Hadjon mulai negara Inggris mengemukakan bahwa ada tiga ciri
populer di Eropa sejak abad ke-19, meski utama negara hukum dengan pemikiranmengenai
pemikiran tentang hal itu telah lama ada.1 Cita rule of law sebagai berikut:6
negara hukum itu untuk pertama kalinya 1. Supremacy of Law atau Supremasi Hukum
dikemukakan oleh Plato dan kemudian
Supremasi hukum di Inggris tidak bisa
pemikiran tersebut dipertegas oleh Aristoteles.2
ditawar- tawar dan diperjuangkan lebih awal
Menurut Aristoteles, yang memerintah dalam
jika dibandingkan dengan negara-negara
suatu negara bukanlah manusia, melain- kan
barat lainnya. Negara Inggris diatur oleh
pikiran yang adil dan kesusilaanlah yang
hukum, sehingga seseorang hanya mungkin
menentukan baik atau buruknya suatu hukum.
dihukum karena melanggar hukum bukan
Menurut Aristoteles, suatu negara yang baik
karena hal-hal lain.Hak Kebebasan seorang
ialah negara yang diperintah dengan konstitusi
warga terjamin oleh hukum, artinya tidak
dan berkedaulatan hukum. Aristoteles
seorangpun boleh dipenjarakan atau ditahan
menyatakan.3
tanpa adanya dasar hukum atau hukum yang
Aritoteles juga mengemukakan tiga unsur dari dilanggar.
pemerintahan berkonstitusi:
2. Equality Before The Law
Pertama, pemerintah dilaksanakan untuk
Semua warga negara baik selaku pribadi
kepentinganumum. Kedua, pemerintahan di-
maupun pejabat negara tunduk pada hukum
laksanakan menurut hukum yang berdasarkan
yang sama dan diadili ke pengadilan yang
ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum
sama. Negara Inggris tidak mengenal
yang dibuat secara sewenang-wenang yang
adanya pengadilan khusus tetapi pejabat
menge- sampingkan konvensi dan konstitusi.
negara seperti dalam sistem hukum Eropa
Ketiga, pemerintah berkonstitusi yang
Kontinental berupa Pengadilan Administrasi.
dilaksanakan atas kehendak rakyat.4
3. Costitution Based on Individual Right
Pemikiran Aristoteles tersebut diakui merupakan
Konstitusi negara Inggris tidak diciptakan
cita negara hukum yang dikenal sampai
sekaligus seperti konstitusi banyak negara lain,
sekarang. Bahkan, ketiga unsur itu hampir
merupakan generalisasi keputusan-keputusan
ditemukan dan dipraktikkan oleh semua negara
yang dibuat oleh hakim-hakim Inggris dan
yang meng- identifikasikan diri sebagai negara
undang-undang yang dibuat khusus untuk
hukum.
melindungi hak-hak asasi dan kalau di negara-
Konsep negara hukum rechtsstaat di Eropa
negara barat lainnya hak asasi dijamin dengan
Kontinental sejak semula didasarkan pada filsafat
UUD atau Hukum Dasar yang merupakan
liberal yang individualistic. Ciri individualistic itu
sumber dari hak-hak asasi manusia
sangat menonjol dalam pemikiran negara hukum
sedangkan kalau di negara Inggris hak-hak
menurut konsep Eropa Kontinental, konsep
asasi dan kebebasan dijamin dengan hukum-
rechtsstaat menurut Philipus M. Hadjon lahir
hukum biasa, kebiasaan ketatanegaraan
dari suatu perjuangan menentang absolutism,
ataupun dengan keputusan hakim.
sehingga
Review, Penerbit: UII Press, Yogyakarta, 2005, h. 1.
4
3
George Sabini, A History Ibid
1
Philip M. Hadjon, Kedaulatan Rakyat, Negara Hukum dan Of Political Theory, Penerbit:
Hak-hak Asasi Manusia, Kumpulan Tulisan Dalam Rangka 70 George G. Harrap & CO.ltd,
Tahun Sri Soemantri Martosoewignyo, Penerbit: Media Pratama, London, 1995, h 92: Juga
Jakarta, 1996, h. 72. Dahlan Thaib, Kedaulatan
2
Ni’matul Huda, Negara Hukum dan Demokrasi dan Judicial Rakyat, Negara Hukum dan
Hak Asasi Manusia,Penerbit:
Kencana, Jakarta, 2005, h. 22.

1
6
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
5 6
Philipus M. Hadjon, Deddy Ismatullah, G. Peter Hoefnagels
Perlindungan Hukum Bagi Gagasan Pemerintahan dalam menghadapi
Rakyat di Indonesia, Dalam Konstitusi Madinah mengemukakan kejahatan).
Penerbit: Bina Ilmu, Ditinjau Dari Prinsip-Prinsip beberapa definisi
Surabaya, 1987, h. 72. Negara, Disertasi, PPS Unpad, 2. Criminal policy is
Bandung, 2003, h. 39-42. mengenai kebijakan
the science of
kriminal antara lain:
Ciri-ciri rechtstaat keadilan yang prevention
1. Criminal Policy is (kebijakan
tersebut juga melekat dimaksud dalam
the science of kriminal adalah
pada negara konsep negara
response (ke- ilmu untuk me-
Indonesia sebagai hukum Indonesia
bijakan kriminal nanggulangi
Negara Hukum, dapat adalah bukan hanya
adalah ilmu kejahatan).
dilihat: sekedar keadilan
tentang reaksi
“Ketentuan bahwa hukum (legal 3. Criminal policy is
justice), tetapi juga 7
Dahlan Thaib, Kedaulatan a the science of
Indonesia adalah keadilan sosial Rakyat Negara Hukum dan
designating
Konstitusi,
Negara Hukum (social justice).Ada Penerbit: Liberty, Yogyakarta, human behavior
1999, h. 25.
tidak dapat kecendrungan 8
Sudarto, Hukum dan as crime
dilepaskan dari Hukum Pidana, Penerbit:
interpretasi yang Alumni,Bandung, (Kebijakan
Pembukaan UUD mengarah pada 1981, h. 38. kriminal adalah
9
Barda Nawawi Arief,
1945 sebagai cita konsep rule of law. Bunga Rampai kebijakan untuk
Kebijakan Hukum
negara hukum, merancang
kemudian
Kebijakan Kriminal tingkah laku
ditentukan dalam (Criminal Policy) manusia sebagai
batang tubuh dan kejahatan).
Pengertian
penjelasan UUD
kebijakan kriminal 4. Criminal policy is
1945 (sebelum
atau politik kriminal a rational total of
diamandemen).
(criminal policy) response to crime
Alinea I
merupakan usaha (kebijakan
Pembukaan UUD
rasional dan kriminal adalah
1945 mengandung
terorganisasi dari satu reaksi
kata perikeadilan;
suatu masyarakat terhadap
dalam alinea II
untuk menanggulangi kejahatan yang
terdapat kata adil;
kejahatan. 8
Dimana rasional). 11

dalam alinea III


difenisi ini diambil Politik kriminal
tedapat kata
dari Marc Ancel yang pada hakekatnya
Indonesia, dalam
merumuskan sebagai merupakan bagian
alinea IV terdapat
“the rational integral dari uapaya
kata keadilan
organization of the perlindungan
sosial dan kata
control of crime by masyarakat (social
kemanusiaan yang
society”.9 defence) dan upaya
adil. Semua istilah
Sedangkan G. Peter mencapai
tersebut merujuk
Hoefnagels kesejahteraan
pada pengertian
mengemukakan masyarakat (social
Negara hukum,
bahwa “criminal welfare), oleh karena
karena salah satu
policy is the rational itu dapat dikatakan
tujuan Negara
organization of the bahwa tujuan akhir
hukum adalah
social reactions to atau tujuan utama
untuk mencapai
crime”. 10
Selanjutnya dari politik kriminal
keadilan”.7
juga atau kebijakan
Pengertian
17
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017

kriminal adalah masyarakat me- kebijakan kriminal kebijakan sosial


perlindungan ngenai kejahatan dengan terlihat pula dalam
masyarakat untuk dan pemidanaan mengggunakan symposium
mencapai lewat mass media sarana penal (hukum Pembaharuan Hukum
kesejahteraan (infiuencing pidana) ialah Pidana Nasional pada
masyarakat. Dengan views of society masalah penentuan: 14
bulan Agustus 1980 di
demikian dapatlah on crime 1. Perbuatan apa yang Semarang. Dalam salah
dikatakan, bahwa andpunishment). 12 seharusnya satu laporannya
dijadikan tindak
politik kriminal pada Dengan demikian dinyatakan antara lain
pidana, dan;
hakekatnya juga politik kriminal sebagai berikut:16
merupakan bagian 2. Sanksi apa yang
disamping dapat
integral dari politik sebaiknya
dilakukan secara
sosial. digunakan atau di-
refresif melalui upaya
kenakan kepada si
Usaha untuk non penal/criminal
pelanggar.
menanggulangi law application,
kejahatan, politik dapat pula melalui Penganalisisan
kriminal dapat sarana non terhadap dua masalah
dijabarkan dalam penal/preventionwit sentral ini tidak dapat
berbagai bentuk, hout punishment. dilepaskan dari
antara lain: Melalui sarana non konsepsi integral
penal ini. Barda antara kebijakan
1. Penerapan
Nawawi Arief kriminal dengan
hukum pidana
mengatakan bahwa kebijakan sosial atau
(criminal law
perlu digali, kebijakan
application).
dikembangkan dan pembangunan
2. Pencegahan
dimanfaatkan nasional. Ini berarti
tanpa pidana
seluruh potensi pemecahan masalah-
(prevention
dukungan dan masalah tersebut
without
partisipasi harus pula diarahkan
punishment);dan
masyarakat dalam untuk mencapai
3. Mempengaruhi tujuan-tujuan tertentu
upaya untuk
pandangan dari kebijakan sosial
Pidana, Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 2.
10
politik yang telah
G. Peter Hoefnagels, The 11
Ibid, h. 57-59.
Other Slide of Criminology(An 12
Barda Nawawi ditetapkan dengan
Inversion of the Concept of Arief, Bunga Rapai menggunakan
Crime), Penerbit: Kluwer- Kebijakan Hukum Pidana,
Deventer, Holland, 1969, h. Penerbit: Citra Aditya Bakti, pendekatan yang
57. Bandung, 2002, h. 45-46. berorientasi pada
mengefektifkan dan kaitannya dengan kebijakan (policy
mengembangkan batas-batas oriented appoarch).
“extra legal system” kemampuan sarana Pendekatan kebijakan
atau “informal and hukum pidana (penal) yang integral ini tidak
traditional system” dalam hanya dalambidang
yang ada dalam penanggulangan hukum pidana, tetapi
masyarakat 13
penulis kejahatan yang akan juga pada
berpendapat bahwa dibahas secara khusus pembangunan hukum
pernyataan dari dalam tulisan ini. pada umumnya.15
Barda Nawawi Arief Dua masalah Pendekatan yang
tersebut erat sentral dalam berorientasi pada

1
8
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
“Masalah oleh kemampuan sehingga produk dari
Untuk
kriminalisasi dan yang dimilikinya. kebijakan tersebut
menetapkan suatu
dekriminalisasi 4. Apakah perbuatan mampu
perbuatan sebagai
atas suatu itu menghambat menggambarkan
tindak kriminal, maka
perbuatan atau meng- suasana ruh
perlu memperhatikan
haruslah sesuai halangi cita-cita masyarakatnya.
kriteria umum
dengan politik bangsa, sehingga Dalam Pembukaan
sebagai berikut:17
kriminal yang merupakan UUD 1945 pada
dianut oleh bangsa 1. Apakah perbuatan
bahaya bagi hakikatnya memiliki
Indonesia, yaitu itu tidak disukai
keseluruhan rumusan dasar
sejauh mana atau dibenci oleh
masyarakat. mengenai kebijakan
perbuatan masyarakat
Pendekatan sosial (social policy)
tersebut karena
kebijakan tersebut yang terdiri dari
bertentangan merugikan, atau
diatas jelas kebijakan untuk
dengan nilai-nilai dapat merugikan,
merupakan mensejahterakan
fundamental yang mendatangkan
pendekatan yang masyarakat (social
berlaku dalam korban atau
rasional karena welfare policy)
masyarakat dan dapat
karakteristik dari dankebijakan
oleh masyarakat mendatangkan
suatu politik perlindungan
dianggap patut korban.
kriminal yang masyarakat (social
atau tidak patut 2. Apakah biaya defence policy),
rasional tidak lain
dihukum dalam mengkriminalisa sehingga dalam
daripada penerapan
rangka si seimbang rangka me- lindungi
metode- metode
menyelenggarakan dengan hasilnya masyarakat dan
yang rasional (a
kesejahteraan yang akan dicapai, menanggulangi
rational total of the
masyarakat”. artinya cost kejahatan diperlukan
responses tocrime),
pembuatan suatu kebijakan
dan suatu kebijakan
undang-undang, rasional yang
13
Ibid, h. 57. yang rasional
14
Ibid, h. 29. pengawasan dan kemudian dikenal
15
merupakan
Ibid. penegakan
pengejawantawan dengan istilah
hukum, serta kebijakan kriminal
dari nilai- nilai yang
beban yang (criminal policy).
senantiasa berlaku
dipikul oleh
dan atau berkembang Selain itu, upaya
korban, pelaku penanggulangan
di masyarakat
kejahatan itu kejahatan
16
Laporan Symposium Pembaharuan Hukum Pidana Nasional,
sendiri harus 1980 di Semarang. 17
Barda N
seimbang dengan ,.Op.Cit, h. 31.

situasi tertib perlu ditempuh penerapan hukum


hukum yang akan dengan pendekatan pidana (criminal law
dicapai. kebijakan, dalam arti application) dan
3. Apakah akan ada keterpaduan kebijakan non penal
makin antara kebijakan (bukan hukum
menambah beban kriminal dan pidana).
aparat penegak kebijakan sosial. Akan tetapi secara
hukum yang tidak kebijakan kriminal teoritis, upaya
seimbang atau itu sendiri mencakup penanggulangan
nyata- nyata tidak kebijakan penal kejahatan menurut
dapat diemban (hukum pidana) yaitu G.P. Hoefnagels,

1
9
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017

yaitu:18 suatu kejahatan


(penindasan/ reaksi atau respon
1. Penerapan hukum dilakukan dengan
pemberantasan/ sosial di- lakukan
pidana (criminal menggunakan hukum
penumpasan) dalam upaya
law application); pidana (penal policy/
sesudah kejahatan penanggulangan
criminal lawpolicy/
2. Pencegahan tanpa terjadi sedangkan kejahatan menurut
strafrechtspoliitiek),
pidana jalur non penal Muladi bahwa usaha
artinya hukum pidana
(prevention lebih menanggulangi
di- fungsikan sebagai
without menitikberatkan kejahatan
saranpengendali sosial
punishment); pada sifat mengejawantah
yaitu sanksinya yang
3. Mempengaruhi preventif dalam berbagai
berupa pidana untuk
pandangan (pencagahan/ bentuk yaitu:
dijadikan sarana
masyarakat tentang penangkalan/ “Bentuk pertama
menanggulangi
kejahatan dan pengendalian) adalah bersifat
kejahatan dengan
Pemidanaan sebelum represif yang
demikian dapat
melalui media kejahatan terjadi, menggunakan
diharapkan norma-
masa (infiuencing sehingga dapat sarana penal yang
norma dalam
views of society on dikatakan secara sering disebut
kebijakan sosial dapat
crimeand kasar bahwa sebagai sistem
ditegakkan dengan
punishment / mass tindakan represif peradilan pidana
sanksi yang dimiliki
media. pada hakikatnya (criminal justice
dalam hukum pidana.
Dengan juga dapat dilihat system). Yang
Penanggulangan
demikian, upaya sebagai tindakan kedua usaha-usaha
kejahatan melalui
penanggulangan preventif dalam tanpa meng-
hukum pidana
kejahatan secara arti luas”. gunakan penal
merupakan kegiatan
garis besardapat Mengingat upaya (prevention
yang didahulu dengan
dibagi menjadi dua penanggulangan without
penentuan tindak
kebijakan kriminal kejahatan lewat jalur punishment) dan
pidana
yaitu lewat jalur non penal lebih yang ketiga adalah
(kriminalisasi).Menur
penal (hukum bersifat tindakan mendayagunakan
ut Sudarto,19 bahwa
pidana) dan lewat pen- cegahan untuk usaha- usaha
secara kasar dapat
jalur non penal terjadinya kejahatan, pembentukan
dibedakan bahwa:
(bukan maka sasaran opini masyarakat
/di luar hukum utamanya adalah tentang kejahatan
pidana). Dalam menangani faktor- dan sosialisasi
pembagian G.P. faktor kondusif hukum melalui
Hoenagels di atas, penyebab kejahatan. mass media secara
upaya-upaya tersebut Faktor-faktor luas. (prevention
dalam butir kondusif itu antara without
(2) dan (3) dapat lain kondisi-kondisi punishment) yang
dimasukkan dalam sosial yang secara disebut Muladi
kelompok upaya langsung atau sebagai kebijakan
nonpenal. Sedangkan tidaklangsung dapat kriminal non
pendekatan (1) menumbulkan atau sistem
bilamana ditempuh, menumbuh peradilanpidana
maka ini berarti suburkan dapat dibeda- kan
bahwa kejahatan.20 pada tipologi
penanggulangan Berbagai bentuk tindakan

2
0
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
pencegahan yaitu bahwa: mengatasi masalah oleh karena itu,
primarypreventio “Umumnya sosial. 23
Kebijakan kebijakan sosial,
n, secondary dikatakan bahwa penegakan hukum ini kebijakan penegakan
prevention, dan kejadian pe- mencakup baik hukum dan kebijakan
tertiarty nanggulangan hukum pidana, hukum kriminal harus
prevention”. 21
masalah kejahatan perdata, hukum merupakan kebijakan
Sedangkan di masyarakat administrasi dan lain- yang terpadu.
menurut Mardjono dibagi dalam lain.
Reksodiputro22 usaha besar yaitu: Mengenai Teori Kebijakan Hukum
menyebutkan yang informal hubungan antara Pidana (Penal Policy)
“Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur kebijakan sosial, Marc Ancel
kebijakan penegakan menyatakan bahwa
penal lebih menitik 20
Barda Nawawi Arif, hukum dan kebijakan modern crimkinal
Bunga Rampai
beratkan pada sifat Kebijakan……Loc. Cit. kriminal bahwa upaya science terdiri dari tiga
repressive 21
Muladi, HAM, Politik
dan Sistem Peradilan rasional untuk komponen yaitu
Pidana,Penerbit:
menanggulangi “Criminology”,
18 BP Undip, Semarang, 1997,
Barda Nawawi Arif,
Bunga Rampai Kebijakan,. h.100. kejahatan dari “Criminal Law” dan
22
..................................................................................... Mardjono
19
Sudarto, Kapita Selekta Reksodiputro, masyarakat pada “penal policy”
Hukum,…..Op.Cit, h. 118. Penanggulangan Masalah hakekatnya dikatakannya bahwa
Preman dari Penegakan
Kriminologi(suatu merupakan bagian “Kebijakan hukum
tanggapan) di muat dalam dari kebijakan pidana atau penal
Jurnal Hukum Pidana dan
Kriminologi, Vol I, No. penegakan hukum policy” adalah ilmu
1/1998, h. 92. dalam arti luas sekaligus seni yang
merupakan bidang (mencakup baik
23
Muladi dan Barda
(informal kajian penegakan hukum pidana, Nawawi Arief, Teori dan
socialcontrol) hukum. disamping perdata, hukum Bunga Rampai Hukum
Pidana, Penerbit: Alumni,
adalah melalui itu, karena tujuannya administrasi dan lain- Bandung, 1992, h. 9.
lingkungan adalah untuk lain) karena tujuannya
keluarga, mencapai adalah perlindungan
lingkungan kesejahteraan masyarakat untuk
kepemukiman (RT masyarakat pada mencapai
danRW), sekolah, umumnya,maka kesejahteraan
lembaga kebijakan penegakan masyarakat, maka
keagamaan dan hukum itupun kebijakan penegakan
sebagainya dan termasuk dalam hukum itupun
yang formal bidang kebijakan termasuk dalam
(formalsocial sosial. bidang kebijakan
control) adalah sosial. dengan
Kebijakan
melalui sistem demikian kebijakan
penegakan hukum,
peradilan pidana sosial, kebijakan
menurut Barda
(criminal justice penegakan hukum dan
Nawawi Arief pada
system)”. kebijakan kriminal
intinya adalah
Salah satu upaya mempunyai tujuan
penggunakan upaya
untuk mengatasi akhir yang sama yaitu
hukum, termasuk
masalah sosial dengan perlindungan
hukum pidana
menggunakan sarana masyarakat guna
sebagai salah
hukum termasuk mencapai
satuupaya untuk
hukum pidana kesejahteraan sosial.

2
1
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017

mempunyai tujuan ruang lingkup istilah kebijakan pidana. Pengertian


praktis dalam kebijakan Hukum hukum pidana dapat kebijakan hukum
merumuskan Pidana pula disebut dengan pidana atau politik
undang-undang, Dalam buku istilah politik hukum hukum pidana dapat
menerapkan Barda Nawawi Arief pidana diartikan ditinjau dari sudut
undang-undang dan yang berjudul Bunga sebagai usaha yang politik hukum dan
melaksanakan Rampai Kebijakan rasional untuk politik kriminal.
putusan Hukum Pidana, menanggulangi
24
Barda Nawawi Aief,
pengadilan. 24
bahwa: kejahatan dengan Bunga Rampai Kebijakan,..................................
Op.Cit, h.23.
Jadi kebijakan menggunakan
“Kebijakan hukum 25
Ibid, h. 24
hukum pidana sarana hukum 26
Ibid, h 26.
pidana
(penal policy) merupakan ter- Dilihat dari sudut tujuan yang hendak
bukanlah sekedar jemahan langsung pandang kebijakan dicapai dengan
teknik perundang- dari istilah penal kriminal atau politik kebijakan hukum
undangan secara policy, namun kriminal dapat pidana adalah
yuridis normatif dan adakalanya istilah dikatakan kebijakan peraturan perundang-
sistemik dogmatik penal policy ini hukum pidana yang undangan pidana
saja namun lebih diterjemahkan identik dengan yang baik.
dari itu harus puladengan politik Perlu diketahui
pengertian kebijakan
dlakukan dengan hukum pidana. bahwa banyak cara
penanggulangan
berbagai pendekatan Istilah penal maupun usaha yang
kejahatan melalui
yuridis, sosiologis, policy ini dapat dilakukan oleh
hukum pidana
historis atau mempunyai setiap negara
sehingga diperlukan
berbagai disiplin pengertian yang (pemerintah) dalam
usaha untuk
ilmu sosial lainnya sama dengan menanggulangi
mewujudkan
termasuk istilah criminal kejahatan,
peraturan-peraturan
kriminology. law policy dan diantaranyamelalui
yang baik sesuai
Menurut G.P strafrechtspolitiek suatu kebijakan hukum
dengan keadaan dan
Hoepnagels. 25
sehingga kedua pidana atau politik
situasi yang ada pada
“Criminology is istilah ini juga hukum pidana
saat ini maupun yang
primarily a science diterjemahkan menurut Sudarto,27
akan datang serta
of others than dengan politik pengertian kebijakan
kebijakan negara
offenders. In this hukum pidana atau politik hukum
melalui badan yang
sense I invert atau kebijakan pidana adalah:
berwenang untuk
criminology. The hukum pidana, a. Usaha untuk
merumuskan dan
history of criminology akan tetapi dari mewujudkan
menetapkan peraturan-
is not so much a penjelasan peraturan-
peraturan yang
history of offenders, sebelumnya peraturan yang
dikehendaki dan
as a history of the bahwa istilah baik sesuai dengan
bahkan diperkirakan
reactions of those kebijakan diambil keadaan dan
dapat digunakan
in power”. Jadi dari istilah policy situasi pada saat
untuk
pidana itu dalam bahasa itu;
mengekspresikan apa
merupakan suatu Inggris atau
yang terkandung b. Kebijakan dari
bentuk reaksi atau Politiek dalam
dalam masyarakat negara melalui
respon terhadap bahasa
guna mencapai apa badan-badan yang
suatu kejahatan. Belanda”.26
yang dicita-citakan. berwenang untuk
Dengan dengan kata lain, menetapkan
1. Pengertian dan demikian, maka
2
2
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
peraturan- bahwa kebijakan memperbaharui
Ditinjau dari
peraturan yang hukum pidana sektor-sektor lain
sudut kebijakan
dikehendaki yang identik dengan seperti ilmu
hukum atau politik
diperkirakan bisa pembaharuan hukum pidana
hukum, bahwa
digunakan untuk perundang-undangan dan ide-ide
pelaksanaan
mengekspresikan hukum pidana hukum pidana
kebijakan hukum
apa yang namun sebenarnya melalui proses
pidana berarti
terkandung dalam pengertian kebijakan dan pemikiran
pengadaan
masyarakat dana hukum pidana tidak Akademik”.
pemilihan untuk
untuk mencapai sama dengan Selanjutnya
mencapai hasil
apa yang dicita- pembaruan kebijakan hukum
perundangan pidana
citakan. perundang- pidana dapat
yang paling baik
Dengan demikian undangan hukum dikaitakan dengan
dalam memenuhi
kebijakan hukum pidana dalam arti tindakan-tindakan
syaratkeadilan dan
pidana (penal policy/ sempit. Hal ini dapat sebagai berikut:31
daya guna.29 Dengan
criminal law policy dijelaskansebagai
kata lain, bahwa 1. Bagaimana upaya
(strafrechtpolitiek) berikut:30
tujuan yang hendak pemerintah untuk
dapat didefinisikan “Hukum pidana menang- gulangi
dicapai dengan
sebagai “usaha sebagai suatu kejahatan dengan
kebijakan hukum
mewujudkan sistem hukum hukum pidana;
pidana adalah
peraturan perundang- yang terdiri dari
pembuatan peraturan 2. Bagaimana
undangan pidana budaya (culture),
perundang-undangan merumuskan
yang sesuai dengan struktur dan
pidana yang baik. hukum pidana
keadaan dan situasi substansi hukum.
Disamping untuk agar sesuai
pada waktu dan untuk dengan demikian
membuat dan dengan kondisi
masa yang akan pembaharuan
merumuskan masyarakat;
datang. Kata sesuai hukum pidana
peraturan 3. Bagaimana
dalam pengertian tidak sekedar
perundang- kebijakan
tersebut mengandung memperbaharui
undangan pidana pemerintah untuk
makna baik arti perundang-
yang baik, kebijakan me- ngatur
memenuhi syarat undangan hukum
hukum pidana juga masyarakat
keadilan dan pidana saja
bertujuan untuk dengan hukum
dayaguna”.28 namun juga
memberikan pidana; dan
pedoman tidak hanya
27
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum,....,
kepada pembuat
Op.Cit, h. 24. 29
Sudarto, Hukum dan
undang-undang tetapi 28
Aloysius Wisnubroto, Hukum,……,Op.Cit, h. 161.
30
Kebijakan Hukum Pidana Aloysius
juga kepada Wisnubroto,Kebijakan
Dalam Penanggulangan
Hukum,..… , Loc.Cit.
pengadilan yang Penyalagunaan Komputer, 31
A. Mulder,
Penerbit: Universitas
menerapkan undang- Strafrechtspolitiek, Delikt
Atmajaya, Yogyakarta, 1999,h. en Delinkwent, Mei 1980,
undang dan juga 11. h. 333. Dikutip dari Barda
Nawawi Arief,...................................................,Ibid, h
kepada para
penyelenggara atau 4. Bagaimana besar.
pelaksana putusan mengunakan Dengan demikian,
pengadilan. hukum pidana dapat dikatakan bahwa
Dari definisi untuk mengatur kebijakan hukum
tersebut di atas, masyarakat dalam pidana merupakan
sekilas nampak rangka mencapai bagian dari politik
tujuan yang lebih
2
3
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017

kriminal, kebijakan fungsionaliasi hukum


merumuskan mengemukakan
sanksi/ hukuman, pidana yang terdiri
kebijakan hukum bahwa lembaga
kebijakan yudisial dari:33
pidana maka sangat pembuat undang-
melalui sistem a. Kebijakan
menghambat undang dalam
peradilan pidana, formulasi/ legislatif,
terhadap kebijakan hukum pidana dan
adanya penegakan yaitu perumusan/
aplikatif dalam penerapannya
hukum dan penyusunan
melakukan/ mempunyai peran
administrasi hukum pidana;
menerapkan hukum yang sangat penting
kebijakan pidana
b. Kebijakan pidana. Selain karena dalam hal
yang pada dasarnya
aplikatif/ yudikatif, kebijakan pemidanaan peran
merupakan upaya
yaitu penerapan formulasi/legislatif, legislatif yang meliputi
yang rasional untuk
hukum pidana; penulis juga akan dasar yang tidak
mencapai Kebijakan
c. Kebijakan membahas hanya mengenai
Sosial yakni
administrasi/ mengenai pidana yant tepat
tercapainya
eksekutif, yaitu bagaimana peran untuk tiap-tiap
kesejahteraan sosial
tahap pelaksanaan dari penegak hukum pidana tetapi juga
dan perlindungan
hukum pidana. yang tidak kalah mengenai tipe pidana
kepada masyarakat
Pada hakikatnya penting dalam upaya yang disediakan untuk
yang tidak terlepas
kebijakan hukum pencegahan dan kekuasaan-kekuasaan
dari kebijakan
pidana merupakan penanggulangan pemidanaan lainnya
legislasi yang
proses penegakan kejahatan yakni dan kadar kebijakan
mengkaji,
hukum pidana secara kebijakan aplikasi yang diberikan kepada
merencanakan dan
menyeluruh dan dengan menjadikan mereka dalam
membuat produk-
total. Ketiga tahapan kebijakan formulasi menetapkan pidana
produk peraturan
tersebut diharapkan sebagai acuan dalam yang tepat untuk
perundang-undangan
dapat menjadi jalinan melaku- kan seorang pelanggar
melalui proses
mata rantai yang bulat penegakan hukum. tertentu. 34
penyusunan sehingga
melahirkan kebijakan sehingga proses Hal ini senada Apabila perilaku
hukum yang yang fungsionalisasi/ dengan pendapat manusia atau sesuatu
diterima oleh operasionalisasi Barda Nawawi Arief itu dinilai jahat tetapi
masyarakat. hukum pidana dapat bahwa “kebijakan hukum pidana belum
Peraturan perundang- merupakan legislatif merupakan mampu menjangkau/
undangan yang fundamental dalam kebijakan yang mencegah atau
berlaku mempunyai mewujudkan sangat penting memberantas
fungsi yaitufungsi kebijakan sosial dalam kebijakan kejahatan itu, maka
mengekspresikan (Social Policy), dan hukum pidana. perlu diambil suatu
nilai-nilai dan fungsi melahirkan Kebijakan legislatif kebijakan hukum
instrumen.32 kesejahteraan sosial merupakan dasar pidana (penal policy)
dan perlindungan bagi kebijakan oleh pembuat Undang-
Berdasarkan kedua
kepada masyarakat. hukum pidana undang (legislatif dan
fungsi tersebut maka
Oleh sebab itu, selanjutnya, yaitu eksekutif) yaitu
sebaik- nya kebijakan
kesalahan/ kebijakan yudikatif/ dengan kebijakan
hukum pidana dapat kelemahan dalam
aplikatif dan hukum pidana.
kebijakan eksekutif/ Menurut E. Utrecht
diimplemen- tasikan 32
Muladi, Kapita Selekta
administrasi”. berpendapat bahwa:35
melalui beberapa Hukum Sistem Peradilan
Pidana, Penerbit:
Menurut Colin hukum adalah
tahapan
Howard, ia “himpunan petunjuk
operasioanal/

2
4
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
hidup, perintah- bersangkutan oleh
perintah dan karena pelanggaran
larangan yang petunjuk hidup
mengatur tata tertib tersebut dapat
dalam suatu menimbulkan
masyarakat dan tindakan pemerintah
seharusnya ditaati atau penguasa
oleh anggota masyarakat itu”.
masyarakat yang
Universitas Diponegoro, Semarang, 2002, h. 13.
33
Barda Nawawi Arief, 34
Barda Nawawi Arief,
Masalah Penegakan Bunga Rampai Kebijakan,
Hukum,….. ,Op.Cit, h. ……,Op.Cit, h. 61.
75. Dapat juga dilihat pada 35
Ahmad Ali, Menguak
Muladi, Kapita Selekta Tabir Hukum, Penerbit:
Sistem Peradilan Pidana, Chandra Pratama, Jakarta,
Penerbit: Universitas 1996,h. 432.
Dipenogoro, Semarang, 1995.

2
5
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017

Hukum adalah suatu aturan atau ukuran perundang-undangan pidana yang paling baik
dari tindakan-tindakan, dalam hal mana dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya
manusia dirangsang untuk bertindak sesuai guna.39 atau dapat berupa usaha mewujudkan
aturan atau ukuran atau dikekang untuk tidak peraturan perundang-undangan pidana yang
bertindak yang tidak sesuai dengan aturan. sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu
Dari kedua pendapat tersebut di atas, me- waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.
nunjukan bahwa hukum tidak lain merupakan Politik hukum pidana apabila ditinjau sebagai
perintah rasional yang harus ditaati sehingga bagian dari politik hukum mengandung arti,
dapat mengikat serta berkewajiban seseorang bagaimana mengusahakan atau membuat dan
untuk bertindak untuk mentaati menurut merumuskan suatu perundang-undangan pidana
aturan atau ukuran tertentu dan bilamana tidak yang baik.40 Pengertian tersebut sejalan dengan
mentaatinya maka negara menggunakan pemikiran Marc Ancel yang mendefinisikan
kewenangan untuk memberikan sanksi demi “penal policy” sebagai “suatu ilmu sekaligus seni
tegaknya kepastian hukum, dan rasa keadilan yang bertujuan untuk memungkinkan peraturan
baik terhadap pelanggar itu sendiri maupun rasa hukum positif dirumuskan secara lebih baik.
keadilan yang dirasakan oleh masyarakat Dengan demikian jelas dapat diartikan bahwa
lainnya sehingga menimbulkan kesadaran pada Marc Ancel mendefinisikan “peraturan hukum
diri manusia dalam bermasyarakat agar selalu positif“ (the positive rules) adalah peraturan
berpedoman pada suatu aturan yang oleh perundang-undangan hukum pidana, karena itu
sebagian masyarakat tersebut ditaati. menurut Marc Ancel bahwa istilah “penal policy”
Selanjutnya mengenai pengertian atau istilah adalah sama dengan istilah “kebijakan atau politik
kebijakan diambil dari istilah “policy” (Inggris) hukum pidana”.41
atau “politiek” (Belanda). Bertolak dari kedua Sedangkan menurut A. Mulder bahwa
istilah asing ini, maka istilah “kebijakan hukum “straftrechtpolitiek” ialah garis kebijakan untuk
pidana” dapat pula disebut dengan istilah “politik menentukan:42
hukum pidana”. Dalam kepustakaan asing istilah a. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang
“politik hukum pidana” ini sering dikenal dengan berlaku perlu di ubah atau diperbaharui;
berbagai istilah, antara lain “penal policy”,
b. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah
“criminal law policy”, atau “strafrechtpolitiek”.36
terjadinya tindak pidana;
Adapun menurut Sudarto, “Politik Hukum”
c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan,
adalah sebagai berikut:
peradilan dan pelaksanaan pidana harus
a. Usaha untuk mewujudkan peraturan- dilaksanakan.
peraturan yang baik sesuai dengan keadaan
Kebijakan sosial mengandung makna sebagai
dan situasi pada suatu saat.37
segala usaha rasional untuk mencapai kesejahteraan
b. Kebijakan dari negara melalui badan-badan masyarakat, di dalam pengertian kebijakan
yang berwenang untuk menetapkan peraturan- sosial sekaligus tercakup didalamnya “social welfare
peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan policy” dan “social defence policy”.43 Dengan
bisa digunakan untuk mengekspresikan apa demikian bahwa ruang lingkup kebijakan hukum
yang terkandung dalam masyarakat dan untuk pidana berarti di dalam arti luas dimaknai
mencapai apa yang dicita-citakan.38 sebagai kebijakan di bidang hukum pidana
Melaksanakan “politik hukum pidana” berarti materiel, serta menyangkut di bidang hukum
mengadakan pemilihan untuk mencapai pidana formal dan di bidang
hasil
39

Soedarto,
Hukumda
n

24
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
Hukum Menurut Satjipto
,Op. tetapi terletak
161. Rahardjo,45 bahwa
36
Barda Nawawi Arif, 40
Barda Nawawi Arief, pada persoalan
Bunga Rapai Kebijakan Bunga Rampai
sekalipun hukum
,Op. Cit, h.24. Kebijakan….,Op.Cit, h.26. seberapa jauh
37 hanya dilihat sebagai
Soedarto, Hukum dan 41
Ibid. untuk mencapai
Hukum Pidana, 42
A. Mulder, seperangkat peraturan-
Penerbit: Alumni, tujuan itu boleh
“Strafrechtpolitiek” Deliks en peraturan namun
Bandung, 1981, h. 159.
38
Soedarto, Hukum Pidana
Delink, dalam Barda Nawawi menggunakan
dan Perkembangan arif, Ibid. tidak dapat diabaikan
Masyarakat,Penerbit: 43
Ibid. h. 27
paksaan.
adanya kenyataan
Sinar Baru, Bandung, 1983, Persoalan bukan
h.20. berupa hakekat sosial
terletak pada hasil
hukum pelaksanaan mengenai faktor- dari tata hukum itu,
yang akan dicapai,
pidana. faktor kriminologis dan realisasi dari
tetapi dalam
Dalam “Modern disatu pihak dan peraturan-peraturan
pertimbangan
Criminal Science” studi mengenai tersebut artinya
antara nilai dari
terdapat tiga variable tekhnik akibat-akibat apa,
hasil itu annilai
yang sangat erat dan perundang- baik yang
dari batas-batas
saling berhubungan undangan di lain dikehendaki maupun
kebebasan
satu sama lain yaitu, pihak, ada tempat yang tidak
pribadi masing-
“Criminology”, bagi suatu ilmu dikehendaki dari
masing.
“Criminal Law” dan pengetahuan yang pembuatan dan
pelaksanaan hukum b. Ada usaha-usaha
“Penal Policy”. mengamati dan
tersebut. perbaikan atau
Kebijakan hukum menyelidiki
perawatan yang
pidana (Penal Policy) fenomena legislatif Menurut Roeslan
tidak mempunyai
adalah suatu ilmu dan bagi suatu seni Saleh pandangan atau
arti sama sekali
sekaligusseni yang yang rasional, di alam pikiran untuk
bagi si terhukum;
pada akhirnya mana para sarjana menghapuskan
dan di samping
mempunyai tujuan dan praktisi, para pidana dan hukum
itu harus tetap
praktis untuk ahli kriminologi pidana, adalah keliru
ada suatu reaksi
memungkinkan dan sarjana hukum dan memandang
atas pelanggaran-
peraturan hukum dapat bekerjasama masih perlunya
pelanggaran
positif dirumuskan tidak sebagai pihak pidana dan hukum
norma yang telah
secara lebih baik dan yang saling pidana,adapun inti
dilakukannya itu
untuk memberi berlawanan atau alasannya adalah
dan tidaklah dapat
pedoman tidak hanya saling berselisih, sebagai berikut:
dibiarkan begitu
kepada pembuat tetapi sebagai a. Perlu tidaknya
saja.
undang-undang, tetapi kawan sekerja yang hukum pidana
juga kepada terikat di dalam c. Pengaruh pidana
tidak terletak pada
pengadilan yang tugas bersama, atau hukum
persoalan tujuan-
menerapkan undang- yaitu terutama pidana bukan
tujuan yang
undang dan juga untuk semata-mata
hendak dicapai,
kepada para menghasilkan ditujukan pada si

suatu kebijakan
44
Barda Nawawi Arief, penjahat, tetapi
penyelenggara atau Bunga Rampai
juga untuk
pidana yang Kebijakan,..., Loc. Cit
pelaksana putusan 45
Satjipto Rahardjo, mempengaruhi
realistik, humanis Hukum Masyarakat dan
pengadilan, Marc Pembangunan, orang yang tidak
dan berpikiran
Ancel44 menjelaskan Penerbit: Alumni, Bandung,
maju (progresif) 1980,h. 61. jahat yaitu warga
bahwa: masyarakat yang
lagi sehat.
“Di antara studi mentaati norma-

23
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017

norma 2) Keseluruhan
masyarakat. 46
peraturan
Pada intinya yang
bahwa pidana dan menetapkan
hukum pidana harus syarat-syarat
tetap dipertahankan untuk
dilihat dari sudut penjatuhan
politik kriminal dan pidana;
dari sudut tujuan, 3) Keseluruhan
fungsi dan pengaruh ketentuan yang
dari hukum pidana memberikan
itu sendiri. Istilah dasar untuk
yang digunakan oleh penjatuhan
Roeslan Saleh adalah dan penerapan
“masih adanya dasar pidana.49
susila dari hukum
46
Barda Nawawi Arif,
pidana”.47
Kebijakan Legislatif Dalam
Pembatasan Penanggulangan Kejahatan
Dengan Pidana Penjara,
pengertian hukum Penerbit: Genta Publishing,
pidana, juga Yogjakarta, 2010, h.20.
47
Roeslan Salen, Mencari
dikemukakan Simons Asas-Asas Hukum yang
yang membagi sesuai untuk Hukum Pidana
Nasional,Kumpulan Bahan
hukum pidana dalam Upgrading Pengajar Hukum
dua arti, yaitu: Pidana PTN Seluruh
Indonesia, Subkonsurium
a. Hukum pidana Ilmu Hukum, Jakarta, 1971, h.
14-16.
dalam arti obyektif 48
Ibid, h. 3.
atau strafrecht in 49
Soedarto, Hukum
Pidana I,Penerbit: Yayasan
objective zin
Sudarto, Semarang, 1990, h.
adalah “hukum 9.

yang berlaku atau


yang juga disebut
sebagai hukum
positif atau ius
poenale”. Dengan
48

rumusan hukum
pidana adalah:
1) Keseluruhan
larangan dan
perintah yang
oleh negara
diancam
dengan
nestapa yaitu
suatu pidana
apabila tidak
ditaati;

24
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
sehingga hakkebebasan seorang warga

b. Hukum pidana dalam arti subyektif atau ius 50


Ibid, h. 10.

puniendi dapat diartikan secara luas dan


sempit, yaitu sebagai berikut:50
1) Dalam arti luas, hak negara atau alat-alat
perlengkapan negara untuk mengenakan
atau mengancam pidana terhadap
perbuatan tertentu;
2) Dalam arti sempit, hak untuk menuntut
perkara-perkara pidana, menjatuhkan dan
melaksanakan pidana terhadap orang
yang melakukan perbuatan yang dilarang.
Hak ini dilakukan oleh badan-badan
peradilan.
Dengan demikian bahwa ius puniendi,
merupa- kan peraturan yang mengatur hak
negara dan alat pelengkap negara untuk
mengacam, menjatuhkan dan melaksanakan
hukuman terhadap seseorang yang melanggar
larangan dan perintah yang telah ditetapkan oleh
hukum pidana dalam arti obyektif (poenale),
sehingga dalam menentukan ius punendi terhadap
seorang yang melanggar hukum harus
berdasarkan kepada ius poenale.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hukum pidana merupakan hukum pidana
positif yang berlaku di dalam suatu negara yang
substansinya berbicara mengenai hukum pidana
materiel, hukum pidana formil dan hukum pidana
eksekutoriil, sehingga kalau hukum pidana meteriel
tidak ada artinya jika tidak didukung oleh
hukum pidana formil atau sebaliknya selanjutnya
hukum pidana formil tidak ada artinya jika tidak
didukung oleh hukum pidana eksekutoriil dan
pada intinya ketiga rumusan ini mempunyai
keterkaitan antara rumusan satu dengan
rumusan lainnya namun memiliki satu tujuan
yakni menegakkan tertib hukum dan
melindungi individu sehingga terciptanya
keseimbangan dan keserasian di dalam
masyarakat.

Penutup
1. Ada tiga ciri-ciri utama negara hukum:
a. Supremacy of Law atau Supremasi Hukum
Menempatkan hukum sebagai panglima

25
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017

Penjara, Genta Publishing, Yogjakarta, 2010.


terjamin oleh hukum, artinya tidak
seorang- pun boleh dipenjarakan atau Dahlan Thaib, tanggapan) di muat
ditahan tanpa adanya dasar hukum atau Kedaulatan dalam Jurnal
tanpa ada hukum yang dilanggar. Rakyat Negara Hukum Pidana dan
b. Equality Before The Law Hukum dan Kriminologi, Vol I,
Konstitusi, Liberty, No. 1/1998.
Semua warga negara baik selaku pribadi
Yogyakarta, 1999. Muladi dan Barda
maupun pejabat negara sama
kedudukannya di di muka hukum dan Deddy Ismatullah, Nawawi Arief,
tunduk pada hukum yang sama serta Gagasan Teori dan Bunga
diadili di pengadilan yang sama. Pemerintahan Rampai Hukum
Dalam Konstitusi Pidana, Alumni,
c. Costitution Based on Individual Right
Madinah Ditinjau Bandung, 1992.
Sebagai negara hukum (Rechtsstaat) maka
Dari Prinsip- Muladi, HAM, Politik
segala sesuatunya didasarkan kepada
Prinsip Negara, dan Sistem Peradilan
hukum bukan tunduk kepada kekuasaan Pidana,
Disertasi, PPS
(machstaat), karena hukum dibuat untuk BP Undip,
Unpad, Bandung,
melindungi kepentingan warganya. Semarang, 1997.
2003.
2. Dalam negara hukum (Rechtsstaat), Muladi, Kapita Selekta
George Sabini, A
kebijakan kriminal (Criminal Policy) pada Hukum Sistem
History Of Political
hakekatnya merupakan bagian integral dari Theory, George Peradilan Pidana,
upaya per- lindungan masyarakat (social G. Harrap & CO.ltd, Universitas
defence) dan sebagai upaya untuk mencapai London, 1995, hlm Diponegoro,
kesejahteraan masyarakat (social welfare), 92: Juga Dahlan Semarang, 2002.
oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan Thaib, Kedaulatan
akhir atau tujuan utama dari politik kriminal Rakyat, Negara
atau kebijakan kriminal adalah perlindungan Hukum dan Hak
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan Asasi Manusia,
masyarakat. Dengan demikian dapatlah Kencana, Jakarta,
dikatakan, bahwa politik kriminal pada 2005.
hakekatnya juga merupakan bagian integral G. Peter Hoefnagels,
dari politik sosial. The Other Slide of
Criminology(An
Pustaka Acuan Inversion of the

Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Chandra Concept of Crime),

Pratama, Jakarta, 1996. Kluwer- Deventer,


Holland, 1969.
Aloysius Wisnubroto,Kebijakan Hukum Pidana
Dalam Penanggulangan Penyalagunaan Laporan Symposium

Komputer, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, Pembaharuan

1999. Hukum Pidana


Nasional, 1980 di
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan
Semarang.
Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996. Mardjono
Reksodiputro,
Barda Nawawi Arief, Bunga Rapai Kebijakan
Penanggulangan
Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung,
Masalah Preman
2002.
dari Penegakan
Barda Nawawi Arif, Kebijakan Legislatif Dalam
Kriminologi(suatu
Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana
26
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
Ni’matul Huda, 1980.
Negara Hukum Soedarto, Hukum dan
dan Demokrasi Hukum Pidana,
Alumni,
dan Judicial
Bandung, 1981.
Review, UII Press,
Yogyakarta, 2005. Soedarto, Hukum
Pidana dan
Philipus M. Hadjon,
Perkembangan
Perlindungan
Masyarakat, Sinar
Hukum Bagi
Baru, Bandung,
Rakyat di
1983.
Indonesia,
Penerbit: Bina Soedarto, Hukum
Ilmu, Surabaya, Pidana I, Yayasan
1987. Sudarto, Semarang,
1990.
Philip M. Hadjon,
Kedaulatan Sudarto, Hukum dan
Hukum Pidana,
Rakyat, Negara Penerbit:
Hukum dan Hak- Alumni, Bandung,
hak Asasi 1981.
Manusia, Sudarto, Kapita
Kumpulan Tulisan Selekta Hukum,
Dalam Rangka 70 Alumni, Bandung,
Tahun Sri 1986.
Soemantri
Martosoewignyo,
Media Pratama,
Jakarta, 1996.
Roeslan Salen,
Mencari Asas-
Asas Hukum yang
sesuai untuk
Hukum Pidana
Nasional,Kumpul
an Bahan
Upgrading
Pengajar Hukum
Pidana PTN
Seluruh
Indonesia,
Subkonsurium
Ilmu Hukum,
Jakarta, 1971.
Satjipto Rahardjo,
Hukum
Masyarakat dan
Pembangunan,
Alumni, Bandung,

25

You might also like