You are on page 1of 125
NEGARA HUKUM INDONESIA PASCA PERUBAHAN UUD 1945 ee L KABA icky Mia fag Dine NEGARA HUKUM INDONESIA Pasca Perubahan UUD 1945 DR. Drs. Munnoha, 54, MAB, © Penerblt Kaukabs, 2013 vi + 124¢halaman; 16x 240n ISBN: 978-602-1508-19-0 Editor: Munawir Maris Penata Letak: Ryan Desainer Cover: Dani Haremus Pemimpin Pemesbit: Seéful Amin Ghodur ‘Cotakir: Pertarsa, September 2013 Penerbit: Kaukaba Diparrara Krapyak Kulon 87-05 No.187 Panggurgharpe Seeon Bastul Yogyakarta 55188 Telp/Fax. 0274387435, Email: redaksigpkat Website: hingsViaukaba.com Siate Tengantar Cate Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT aras karunis limpahan rahmat, hidayah dan ridha-Nya sehingga buku yang berjudul "Negara Hukum Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945" akhirnys dapat penulis selesaikan, Kehaditan buku yang ada di hadapan para pembaca yang budiman ini, dimaksudkan sebagai upaya untule menambah bahan bacaan (referensi) bagi para mahasiswa dan masyarakat umum yang berminat mengkaji pranata kenegaraan sebagai penopang jalannya bernegara yang berdasarkan atas hukum, khususnya di negeri kita tercinta yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKR). Selain itu, disusunnya buku ini juga dimaksudkan sebagai salah saru bahan (materi) dalam memberikan mata kuliah “Negara Hukum dan Demokrasi”, salah satu mata kuliah yang ada pada rumpun mata kuliah- mata kuliah bidang kajian hulum ketatanegaraan di linglungan falultas hukum pada universitas- universitas di seluruh Indonesia. Perubahan UUD 1945 yang telah berlangsung sejak tahun 1999 - 2002, memberikan penegasan secara eksplisit tentang kebcradaan negara hukum Indonesia dalam sistem ketatanegaraannya melalui penambahan ayat (3) pada Pasal | UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara hukum. Artinya, keberadaan negara hukum semakin menemukan jati dirinya dalam sistem ketetanegaraan Indonesia. Perubahan UUD 1945 telah melerakkan bangunan Ketatanegaraan yang sangat kokoh melalui perombakan terhadap hampir seluruh tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitus (1) kelembagaan negara yang sacu sama lain berada paca posisi kesederajaran dengan saling melakukan pengawasan (chcks and balances), (2) mewujudkan supremasi hukum dan keadilan, dan (3) menjamin dan melindungi hak asasi manusia (HAM). Ketiga kelompok materi-muatan konstitusi inilah yang mengindikasikan ae adanya prinsip penyelenggaraan negara hukum yang demokratis. Buku yang sangar sederhana ini mudah-mudahan dapat bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Negara Hukum dan Demokrasi,” serta masyarakat umum yang berminat untuk mengkaji tentang negara hukum Indonesia. Tentunya buku ini masih banyak sekali kekurangannya schingga saran dan keirik penulis harapkan dari para pembaca buku ini. Penerbiran buku ini tidak lepas dari bantuan pihak penerbit “KAUKABA”. Olch karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Direkwur penerbit “KAUKABA,” tim editor, dan staf administratif, Semoga Allah SW'T berkcnan mencrima semua amal yang telah diabdikan oleh kita semua kepada-Nya, Amin. Yogyakarta, Agustus 2013 Penulis v Ide, Konsep, dan Prinsip Negara Hultam ws... mamas | A Konsepsi Penyelenggaraan Negara Hukum Indonesia 15 Sistem Hukum Nasional ......... ceteaen 39 71 Pembangunan Hulum Nasional ...... 81 Daftar Pustake ..... Ide, Konsep, dan Prinsip Negara Hukum egara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Gagasan negara hukum ini sesungeuhnya terlahir sebagai reaksi dari negara polisi (polizei staat) yang merupakan tipe negara yang dianut Pada saar itu.' Negara polisi adalah suaru tipe negara yang memberlakulean asas aller tor her wolk, maar niet door het volt (rajalah yang menentukan segala-glanya untuk rakyatnya, tetapi tidak oleh rakyatnya sendiri), dan asas dagibees salueus est, ssalus publica jupreinis fei (Repereizngan timaiia: sieht sewjuca unidegrindlatngh: Jad, dalim negate poli rekyat ‘tidak atémpuriyal hak techmidap ‘aja dan segala sesuatunya ditencukan oleh raja.? Oleh karena itu, unwk membendung adanya kesewenang-wenangan dari kekuasaan yang mempraktikkan sistem yang absolut dan mengabaikan hak: hake raleyat muncullah ide dilahickannya negara hukum. Revolusi Perancis merupakan buke myaca adanya sistem absoluc yang telah dipraktikkan olch Raja Louis XIV di Perancis, semboyannya yang sangat terkenal diantaranya T exat C est moi (negara adalah saya), yang berarti bahwa sabda raja adalah undang-undang yang harus dilaksanakan.’ Sikap absoluitsme raja itu telalt menyebabkan bangkitnya gerakan-gerakan penentang raja yang dipelopori " Menurut Haat Nawiasky, Police’ ted: dari skfereheie policed yang becfungsi sebagai penjaga tata tercib dan keamanan; dan verwaitung poiize’ atau wahlfire police’ yang berfurgsi sebagai penyelengeara perekonomnian stan penyelenggara semua kebutuhanhidup wazga negara, Dengan demikian, penyelenggara etendban dan earianin sera penyelenggarsin semwa kebutuban bidup warga.oegara dala dua bal yang harus diselenggarakan oleh, pefizeiaar (negara poli). Likar: Azharg, Negant Hukum dodaci Analisis uridis Norman Zeusang Urunr-nuesuenpa, Gerakan ke-1, Ul- Prose, Jakarta, bm, 44 45, * Minh. Kesnardi dan Harmaily Ibrahim, Pemgamtar Heebur Tate Negant, Getakan he-7, Pustat Studi HON FH-UL, Jakarea. 1988, him, 155, " Sugands Wirangeapari, didk,, Sejaneh Nasional Jndornnia alien Duris, PT, Galaxy Puspa Mega, Jakarva, 1992, him. 2, oleh golongan masyarakat kot yang terkemuka,* golongan cendekiawan yang berfikiran maju, seperti Montesquieu (1689 — 1755) seorang ahli hukum Perancis yang merasa tidak puas melihat keadaan negaranya, terutama karena sistem absolut yang menindas rakyat.? Kemudian Jean Jacques Rousseau (1712 — 1778) selain sebagai sastrawan yang berpengaruh pada masa itu, ia juga seorang ahli pikir Perancis yang terkenal dengan bukunya dw Conmaet Social (Perjanjian Masyaraka:),* Voltaire (1694 — 1778), seorang ahli pikir yang terkemuka pada masanya. Secara terbuka ia mencela dan mengkritile keburukan-keburukan yang terjadi dalam pemerintahan.” + Magysraae ini merupakan pemifile medal yang kuar, sehingga merka menjadi pendukung utama dalam gerakan pembaharian seperti gerakan renainance dan dwmaninne, Masyarakat ini juga mend wavrisan yang huas dalam dunianya sebugai penguteha, maupan terhadap sllai-nilal dasar chidupan yang diantaranya scbagal berikat : a) Menjuniung tinggi asas persamaan dan kebangsan, b) Mengginakats skal pikiran yang sehat seria setha perhinungan dalam menilai kehidupan, dan ¢} Bersikap dinamis dan rasional dalam kehidupan masyatakat. Likat: Suganda Wliranggapati, dick. triad, him. 3-4. Ting pila ‘calc ib dl Dla ag “ing beat: cinched EU det Loir (Semangat Hukuum). Menuruinya demi kelancaran dilam pemerintahan negara, hendsknya Giadakan pemisahan keluasaan dengan batas-batas yang tegas dan nyaca. Uneule ita, kckussaan negara hendakaya terdiri dai tiga poros Iekuasan yang eerpisah, yairw: o)Kelousian membust undang- vending (helruamas legilatif), b|Kelasas melaksonalan unding-undang (kekuasaan ckselueif}, dan eiKekuseasn mengsuesel dan berrindak, jika terjadi pelanggaran tethadap ussdang-undang dan hukum yang berlakar (kekuasaan yudilcarif). Menunatnga, tiga porockekuasan tersebut masing-masing werpisah sara sama Iain, baile mengenai orangnya maupun fangsinya, Lihary Dablan Thails, deypdementan’ Sater Kesatanqpersen Jefenirné UU 1945, Cetakan ke-l, Liberty; Yogyakarta, 1989, him. 29. © Dalam pandangen Rousseau, manusia menurut kedrainys difahirkam sama dan merdcka, Tetags dalam masyarakat yang teratur manusia mengikat diri dularn suatu perjanjian bcraama (die Carnac Soca) untuk membentuk suaru kekuaszan gums menyclenygaraican ketertéban dalam masyarakar, Lembaga ini Gkenal dengan scburan pemerintaban. Berdasurkan porjanjian ini, maka scorang: raja yang Lahir dan tinccan-tindakannya yang Geak suai dengan kepentiqgan rakyat hares digani, Pemeriniahan yang berdavlit artinys kedaularan iru bulas semate-mata milile pemerintsh karena pemerinm’ mendapar hedaulatan dai rabyar, pemerintah melaksoraian keluassan itu semar-mara ares nama eokyat. 1a berkehendak bahwa kekuataan tering! dalam rman pemerincahan berada di cangan rakyar bulean urun temurun, Maka suaru pemerintahan yang menganut sistem demolerast adalah pemesintahan dari takyat, alch salar, dan incu eakyut (A Geveramene is froma ehe people. by abe people, and jr she people). Libae: J. J. Rousseau, Thy Secdal Conmace amd Discourses, wunshiced by G. D. Hi Cale, J. M. Dene Be Lorn Led. 1991, bln, 128, * Dalam mescela din menghritie gemeriorahan, ia menyerang absoludisme mja dan Kasim bangeresn, serta tun tanah. Volitire juga menyerang sisiem perbudslan, politik peperangan, pertentingan keagamsan, pengadilan yang tidak jujur sctta kebedohan. fa juga mengecam pemborasan yang dilakukan oleh kaum ietana. Sebsb wang yang dihambur-hamburkan iew adalah hasil pemcrasan dan penindasan yang tak berperikemanusian dari para petani. Lihat: Suganda Wiramggapati dith.. Cp. (Chr, film. 5. egy Mognes Haku Indcnasi Pasen Parubahan BUD 104s Maka, setelah Plato (429 — 347 SM) mengintrodusir istilah somos,* suatu istlah yang pada masa sekarang menunjuk pada pengertian negara hukum. Kemudian Aristoteles lah (384 — 322 SM) yang notabene cenagai muridnya melanjuckan cita Placo dalam somoi. Menurut Aristoreles, suacu negara yang baikialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum.” Secara filosofis, baik Plato maupun Aristoteles, keduanya menyinggung angan- angan (cita-cita) manusia yang berkarespondensi dengan dunia yang mutlak"® 1, Cita-cita untuk mengejar kebenaran (idee dermanheid); 2. Cita-cita untuk mengejar kesusilaan (idee derzadelipkbeia)s 3. Ciza-cira manusia untuk mengejar keindahan (idee der schomheid), kemudian tambahan satu unsur lagi dari Aristoteles : 4, Cira-cira untuk mengejar keadilan (idee der gerechtigheia). Tambahan unsur yang keempat olch Aristoteles di atas, kemudian ditegaskannya lebih lanjut bahwa suatu negara sebagai negara hukum adalah negara yang di dalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut serta dalam permusyawaratan negara (eceesia). Negara hukum menurutnya adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya," sebagaimana telah dikemulakan di atas. Oleh karena itu, negara hukum itu harus ditopang dengan sistem demokrasi katena terdapat korelasi yang jelas antara negara hukum yang bertumpu pada konstirusi, dengan kedaulatan rakyar yang dijalankan melalui sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem ini, Akan tetapi, demokrasi tanpa pengaturan hulum akan kehilangan beneuk dan arah, sementara hukum tanpa demokrasi akan "Istilah momret dliambil dari judul buleu Puro yang berarti undanp-usdaag, Dalam bekunya itu dikemukakan bakwa peayelenggaraan negara yang baik jah yang didasarkan pada pengavaran (haleum} yang baik. Lihat: Muhammad Tahir Achary, Magen Hitwen Suatw Studi Tentung Prinsip-prinsipapa Dilikat dari Segi Hukura Isle Jmplemensainys pada Periode Negara Madinah sin Mase Kini, Bulan Bintang, Jakarta, 1992, bln. 66. Arisoteles menegaskan babwa sua pemeriatahan yang berkonsticusi mengandung, tiga unsur, yaitu pertoms, pemerintahan yang dilakianakan uncuk kepentingan umum; Aedug, pemerintakan dilibanakan menurut hukum yang berdasar ketestuon-ketentuan emum, bukan hukum yang dibuat secara sewenanp-wenang yang menyampingkan konvensi din lonsricusi; din Aeriga, pemerintakan herkoostinus beani pemerintahan yang dilaksonukan ams kehendale raleysr, bulan berups palsaan- pakesan seperti pang dilakeanakan oleh pemeriatahan absposic Lihar: Ashary, Op. Ci, him. 10-21 ™ Mob, Kisioandi dan Binean R. Saragih, Zina Mopans, Cevabin ke-2, Gaya Media Peataons, Jlkartg 1988, bln, 126, i, ln. 127. Ide, Rossep, dan Frinip Negara Hukurs gigy kehilangan makna."* Menurut Frans Magnis Suseno, demokrasi yang bukan negara hukum bukan demokrasi dalam arti yang sesungguhnya. Demokrasi merupakan cara yang paling aman untuk mempertahankan kontrol atas negara hukum." Negara hulkkum yang bertopang pada sistem demokrasi dapat discbut sebagai negara hukum demokratis (demotnarische rechesstaat) sebagai perkembangan lebih lanjuc dari demokrasi konstitusional (constitutional dovicciney}. "4 Ditselnitsabiaiga! wogera halen derelivici, Kageos di dalimaryn mengakomodasikan prinsip-prinsip megata hulum dan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu :' Prinsip-prinsip negara hukum adalah: 1, Asas legaliras, pembatasan kebebasan warga negara (oleh pemerintah) harus ditemukan dasamya dalam undang-undang yang merupakan © Ridwan HR, ffskwm Advainirenacd Negune, LUl-Press, Yopyalarea, 2002, him. 7. “Frans Magnis Susena, Mencari Seok Demokrani, Sebnach Teluch Fils, Gramedia, Fakta, 1997, him. 58 “ Menurut fimly Ashiddigic, bedua konsep alemecunische reofnuica dan emecirusione! sdrmocracy pada pokoknya mengidcalkan mekanusme yang scrupa, das karcna itu scbenarnya kedisanya hanyalah ddua sisi mara eang yang sama. Di saru pihak, negara hukum iru haruslah demokraris, dan di pibak Bain negara demokrasi itu haruslah didasarkan aras hekum, Oleh karena ina menurutnya, dalam perspeletif yang bersifit horizontal gagusan demolirasi yang berdasarkary atas bulxum (eonnsitutiemal alemocrtcy) mengandang 4 fempat} prinsip pokok: 1). Adanya jaminan petsamaan dan kevetaraan dalam ‘echidupan bersama; 2), Penggkuan dan penghormaran terhatsp perbedzan atsu pluralitas; 3). Adanya aruman yang mengiat dan dijudikan sumber rujukan becsama; dan 4). Adanya mekanisme penyelesaian sengheta berdasarkan mekanisne aturan yang ditaati hersama dalam homeks behidupan bernegara, di mana terkait pula dimensidimensi kekuasan yang betsifat yertikal antaz institusi negara dengan warga negara, Keempat prinsip pokok tersebut Iniimnya dilembagakan dengan meaambahkan. porinsip- prinsip negara hukarm (nomograri): 5), Pengainen dan penghormaran terhadap hak asssi manusia; 6). Pembaasan kelaisasn melalui mekanisme kekuasaan din pembogian kekuasaan disertai mekanisme peayelessiun sengkers Ketatanegaraan ants lembaga negara, baik secara vertikal maupur horizontal; 7). Adunya peradilan yang bersifat independen dan tidal: memihak (independene and ingparsial) dengan kewibawaan purusan yang tersinggi ates dasar keadilan dan kebenaran; 4), Dibenraknya lembaga persdilan pang ikhusus untuk menjamin keadilan wars negara yang dirugikan akibar purwan atau kebgakan pemerincahan (pejabat sdminiserasi negara); 9), Adanya mekaniume judicial review oleh lembaga lepistatif maupan lembaga ekseburif; 10), Dibuamya konstitusi dan perausan perundang- undangan yang mengatur jarhinan-jaminan pelaksana prinsip-prinsip tersebut: dan 11), Pengokuan rerhadap amas legalitas atau due proces of dew dalam eschurshan sistem penyelenpyarman negara (Baca: Jimly Acskiddiqie, Demokrac’ dan Nemokrax: Pusrparat Meanju Judonesia Bara dalem Kapics Selekta Teor’ Hukum Gompulan Tilson Tenebar, FH-UL, fakarta, 2000, him, 141 = 1444). "5B LM. Ten Berge, deswre Door De Oherbvid, WE. |. Tieenk Willink, Deveneer, 1996, fen 24 — 38 (Likar Ridwan HR, Op. Civ. him. B- 10), egdgp Hecers Hiatum Indonesia Pasca Perchahan UUD 1548 peraturan umum. Kemauan undang-undang itu harus memberikan jaminan (terhadap warga negara) dari tindakan (pemerintah) yang sewenang-wenang, kolusi, dan berbagai jenis tindakan yang tidak benar, palakianian wepering sich ofan. perrcdneban Haru: dilermbalikan dasarnya pada undang-undang tertulis, yakni undang-undang formal; Perlindungan hak-hak asasi manusia (HAM); Keterikatan pemerintah pada hukum; Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum; dan Pengawasan oleh hakim yang merdeka dalam hal organ-organ pemerintah melaksanakan dan menegakkan aturan-aturan hukum, Sedangkan prinsip-prinsip demokrasi adalah: 1, Perwakilan politik. Kekuassan politik tertinggi dalam suatu negara dan dalam masyarakat hukum yang lebih rendah diputuskan oleh badan perwakilan, yang diisi melalui pemilihan umum; 2. Pertanggungjawaban politik. Organ-organ pemerintahan dalam menjalankan fungsinya sedikit banyak tergantung secara politike yaitu kepada lembaga perwakilan; 3. Pemencaran kewenangan. Konsentarsi kekuasaan dalam masyarakat pada satu organ pemerintahan adalah kesewenang-wenangan. Oleh kearena iru, kewenangan badan-badan publik itu harus dipencarkan pada ongan- organ yang berbeda; 4, Pengawasan dan kontrol (penyelenggaraan) pemerintahan harus dapat dikontrol; 5, Kejujuran dan terbuka untuk umum; dan 6, Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan. Secara historis, gagasan mengenai negara hukam terus bergulir sejalan dengan arus perkembangan scjarah. Mulai dari negara hukum liberal (nachuvchter staat / negara sebagai penjaga malam) ke negara hukum formal (formele rechesstaat) kemudian menjadi negara hukum materiil (materiele rechtssteai) hingga pada ide negara kemakmuran (wedearseaat) atau negara yang mengabdi kepada kepentingan umum (secval service state atau sociale verzorgingsstaat).\* pp \ Padma Wahjono, Mereiudimahen [CM 1945, IND-HILL-Co, Jaleates, 0991, hire 75, Me, Kossep, dan Prinsip Negara Bukum gigs Negara hukum liberal atau yang sering discbur sebagai negara hukum dalam arti sempit adalah konsepsi yang diberikan oleh Immanuel Kant (1724 — 1804 SM), yang kemunculannya bersamaan dengan lahienya faham liberalisme yang menentang kekuasaan absolue dari para raja pada masa itu.” Menurut faham liberalisme negara justeru harus melepaskan dirinya dari campur tangan urgsan kepentingan rakyatnya, yang berarti sikap negara harus pasif (seratonchouding). Hal ini berpengaruh pada bentuk negara dan bentuk pemerintahan yang kemudian menjadi monarcht tonstitusional, yaitu adanya pembatasan kekuasaan raja oleh kenstitusi sebagai akibar dari perjanjian yang dilakukan dengan rakyatnya yang menentukan kedua belah pihak dalam kedudukan yang sama." Oleh karena itu, tipe negaranya pada masa iru adalah negara hukum liberal (mwehwicheerrear), Dalam negara hukum liberal ini terdapar jaminan bahwa sctiap warga negara mempunyai kedudukan huleam yang sama dan tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa. Maka untuk mencapai tujuan ini, negara harus mengadakan pemisahan kekuasaan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama tinggi dan sama rendah, tidak boleh saling mempengaruhi dan tidak boleh campur tangan saru sama lain sehingga untuk dapar disebur sebagai negara hukum dalam tipe ini harus memiliki dua unsur pokok, yaitu :!? 1, Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia; dan 2. Pemisahan kekwasaan dalam negara. Namun dalam perkembangannya tuntutan masyarakar tidak lagi enghendalkd faham liberalieme ini diperrahankan,” sehingga negara terpaksa Fakain liberalsime terlahir sebapsi antiresis dari Gahan mercantile yang ketika itu cumbuh subur di Perancis pads masa pemerintahan Laces XIV, Spanyol, Portugal, semenrars eli Jermas dan ‘Austria faham mercansitiome temebut bernama kemerwirenchaf. Faham ini menghendaki suarw nevaca pendagangan yang posiif (artinetendelbatncr), maka hal ini berpengarah kepada bentuk negara din bentuk pemerintahan yaitu monarch’ absolve. di mana raialah yang menenrukas sepali-gelanya untuk rokyataya, tapi tdakolch rakyatnya sendici, Artinya, walaupun raja mau menyelenggarakan kepentingan rakyat, tetapiraleyat tidak boleh ilut campur tangan. Liha Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Cp. Cat, Hm. 155. "fbi. lm. 156, "Moh, Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Op. Cir, tlm. 178 ® Faham Weralisme telah mengakibarkan eegara bukum liberal itu hanya mementinglen individualism, sedanplan kemampuan masing-masing indinvidu vidaklah sama sehingps orang yang, ‘mem punyai kemampuan tinggi akan selalu menang dalim persaingan dengan omang yang tidak mampu yang depart meninmbullan pervedaan yang sangat mencajol schingga ménienbullean gejolak sosial. Lihat: Didi Nazmi Yunss, Komsepsi Negara Hub, Cetakan ke-10, Anglasa Raya, Pashaag, 1992, him. n-22 aki Negers Fuku indonesia Pasca Perubshan WUD 1643 turut empur tangan delam urusan kepentingan rakyat, hanya saja masih dalam doridor saluran-saluran hukum yang telah ditentukan, Sejak irulah lahir negara hukam formil yang dalam perspekeif ini negara hanya dipandang sebagai iastrumen of power, alabatnya telah menimbulkan reaksi-reaksi dalam wujud pemikiran-pemikiran baru tentang suatu sistem yang baru, yaitu aliran-aliran yang tidak hanya memandang negara sebagai instrament af power saja, terapi negara justeru dipandang sebagai agency of service. Maka timbullah konsep weifiere-state (negara kesaejahteraan / kemakmutan) yang terutama memandang manusia tidak hanya sebagai individu, akan tetapi juga sebagai anggota atau warga dari suaru kolekeivitas dan juga untuk tujuan dirinya sendiri, Dalam konsep negara kesejahteraan ini, negara dituntut untuk memperluas tanggung jawabnya kepada masalah-masalah sosial ekonomi yang dihadapi rakyar banyak, peran personal uncuk menguasai hajat hidup rakyat banyak dihilangkan, Perkembangan inilah yang memberikan legislasi bagi negara intervensionis pada abad ke-20, Negara justeru perlu dan bahkan harus melakukan intervensi dalam berbagai masalah sosial dan ekonomi uncuk menjamin terciptanya kesejahteraan bersama dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri-ciri pokok dari suatu weifirre-seare (negara kesejahveraan) adalah sebagai beriket : 1, Pemisahan kekuasaan berdasarkan éréas politica dipandang tidak prinsipiil lagi. Pertimbangan-pertimbangan efisiensi kerja lebih penting daripada pertimbangan-pertimbangan dari sudut politis, schingga peranan dari organ-organ eksekutif lebih penting daripada organ legislati 2. Peranan negara tidak terbatas pada menjaga keamanan dan ketertiban Saja, akan tetapi negara secara akeif berperanan dalam penyelenggaraan kepentingan rakyat di bidang-bidang sasial, ekonomi dan budaya, sehingga perencanaan (planning) merupakan alat yang penting dalam welfare-state: 3. Weiffre-stare merupakan negara hukum materiil yang mementingkan keadilan sosial dan bukan persamaan formil; 2 Jirnly Auchidigie, Gagasam Kedsulatan Rakyat aon Felasenatnnye di Indomeria, Ichtiar Bara Van Hoeve, jalearea, 1994, him, 222. Soerjone Sockanto, Brbrrep Fermaislahan Hutun dalam Kmanpte Pembanginan di Indonesia, Vaya Pesesbic-Ul, Jakarra, 1975, hlim. 54-55. 4, Hak milik tidak lagi dianggap sebagai hak yang murlak, akan tecapi dipandang mempunyai fungsi sosial, yang berarti ada batas-batas dalam kebebasan penggunaannya; dan 5. Adanya kecenderungan bahwa peranan hukum publi semakin penting dan semakin mendesak peranan hukum perdata. Hal ini disebabkan karena semnakin luzsnya peranan negara dalam kehidupan sosial, ckonomi, dan budaya, Welfare-seate (negara hukum materiil) telah menjadi sends negara-negara iii dunia path abad be 20 tineden) ini. Alkuw teimpi, peda disadan! sebesar- besamya bahwa dalam cipe negara hukum ini mudah sekali untuk timbulnya penyalahpunaan kekuasaan karena freier ermesson memegang peranan yang sangat banyak. Oleh katena iru, saru-sarunya cara unmk menghindari penyalahgunaan ini, baik penyalahgunaan wewenang sendiri maupun penyalahgunaan wewenang yang bukan wewenangnya oleh alar perlengkapan negara lainnya, terutama sekali guna melindungi kepentingan rakyatnya, maka setiap alar perlengkapan negara harus berada di bawah suatu kontrol yang kuat serta sistemtis melalui suatu sistem pertanggung jawaban tertentu. Apabila ternyata tidak dapat memberikan pertanggung jawaban yang telah ditenrukan harus dikenakan sanksi-sanksi hukum sebsgaimana mestinya, Untuk kepencingan ini adanya suatu peradilan administrasi menjadi wmgen.” Kronolpgi negara hulcum sebagaimana telah dikemukalan di atas, dalam sejarah dikenal adanya dua konsep yang sangat berpengaruh, yaitu rechseaar Jetman dan she rude of law Inpgris.* Kedua konsep itu terdapat perbedaan karaktersitik jika difthar dari sistem hukum yang menopangnya, Konsep recheotaat bertumpu atas sistem kondnental yang disebut Civi! Lew acau Modern Roman Law dengan karakteristik administratif, sedangkan konsep the rule of low bertumpu atas sistem yang disebur Commen Law dengan karakeeristik judicial’ Konsep rechisteat cenderung ke arah positivisme © joeniaro, Nepans Hichum, Yaysian Badan Penevbit Gajah Maca, Jogjakara, 1960, hlm. 20. ™ Philipus M. Hadjan, “Ide Negara Hulaum dalam Sisrem Ketaranegaraan Indonesia” dalem Bagir Manan (Ed.), Nedeulotan Rakes, Hak Asari Mawusia, dan Nepeon Hobsons, Cetakan ke-1, Gaya Media Prararea, Jakarta, 1996, bm, 73 -76. 2 Dalam implemencasinya. konsep rechiutees yang berkembang dalam pengareh faham Erope (Coneinencal (misalnya di negeri Belanda) terelapat peradilan administracif yang yurisdiksinya menganghkar masalah-rrasilah pelanggarin hukum yang dilakukan oleh pejabet-pejabar negara, Sedangkan konsep the rule of lawr yaing betkembang dalam pengaruh fiham Angle Saxon (mizalnya di Inger), perygaditan mempumyai wewenang mengadili peslears-perkars yang menyangkur warga masyarakcr biasa maupun abi Negara Hukum Indonssis Pases Porubshan UUD 1966 hukum, artinya hukum harus dibencuk secara sadar oleh badan pembentuk undang-undang (kekuasaan legislatif). Dengan kata lain, konsep nechtstaat lebih mengutamakan wetmangheid menuju daelmetigheid sehingga peranan administtasi negara sangat dominan, Scmentara konsep the rule of law lebih mengutamakan equity before the law sehingea peranan peradilan dan para hakim begitu dominan.% Diantara penyebab terjadinya perbedaan karikteristik dari masing-masing kedua konsep itu adalah; révrtsstaece terlahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifarnya revolusioner, maka negara hukum. (rechtssuuet) diorientasikan untuk rujuan membatasi kekuasaan administrast negara: Sebalilenya, konsep the rule of ew berkembang secara evolusioner sehingga negara hukum (ibe rude of dew) diorientasikan untuk tujuan peradilan yang adil.” Berdasarkan perbedaan karakreristik dari masing-masing kedua konsep negara hukum terscbut, maka keduanya juga mensyaratkan bagi suatu negara untuk dapat disebut sebagai negara hukum dengan syatat-syarar yang berlainan pula. Rechesstaat memberikan persyaracan dasar bagi suatu negara hukum sebagai berikur:** 1. Asas Lepalitas, setiap tindak pemerintahan harus didasarkan atas dasar peraruran perundang-undangan (soreselijk gronaélag). Dengan landasan ini, wadeng-undang dalam arti formal dan UUD sendiri merupakan tumpuan dasartindak pemerintahan, Dalam hubungan ini, pembertwkan uadang-undang mecupakan bagian penting negara hukum; 2. Pembagian kekuasaan, syarat ini mengandung makna bahwa kekuasaan negara tidak boleh hanya bertumpu pada satu tangan; 3, Hok-hak dasar (grondrechten), hak-hak dasar merupalan sasaran perlindungan hukum bagi rakyat dan sekaligus membatasi kekuasaan pembentukan undang-undang; dan 4. Pengawasan pengadilan, bagi rakyat tersedia saluran melalui pengadilan yang bebas untuk mengujikeabsahan tindak pemcrintahan (rechmatigheids Fortsing). unsur-unsur penguasa acu pemerina, Fadi, pelaksanaan she rake of dew i Inggris rerlecak di tangan para hakim dan pars abdi bukura, Lihac: Socijoso Sockanto, Op. Ca. him, $4. ™ Philipes M. Hadjon, Peslindimpan Hive Bayi Rakyat oi Indoneria, Cetakan ke-1, PT; Bina ilu, Surabaya, 1987, him. 73. * bid, hm, 72-73. ™ MLC Barkens, (et al), srbagsimans dikutip oleh Philipus M. Hadjon,"lde Negara Hukem dalam Siscem Keratanegarsan RI” dalim Bagir Manan (Ed), Redaudmun Rakpas, Flak Asasl Adan sis do Nepsre Hiswra, Op. Cis, hl. 78-79. Ido, Ronsep, dan Prinaip Negara Mako q2yy Lebih lanjut E J. Stahl menyarakan bahwa negara-negara Eropa Continencal dan negara-negara di bawah pengaruhnya memberikan 4 (cmpat) unsur negara hukum (rechisstaet) sebagai berikut 7 1. 2 3, Perlindungan terhadap hak asasi manusia Pemisahan/pembagian kekuassan Setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan peraturan perundang- undangan yang telah ada, dan Adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri. Berdasarkan konsep teoritis inilah berkembang konsep negara hukuwm yang menghendaki adanya unsur-unsur terrenty dalam penyelenggaraan sistem kecatanegaraan, yaitu :** Adanya jaminan hak atasi manusia (warga negara). Unsur ini ditemparkan yang pertama kali, karena sejacunya negara itu terbentuk Karena adanya kontrak sosial. Dari kontrak sosial inilah individu-individu dalam ikatan kehidupan bersara dalam negara menyerahkan hak-hak policik dan sosialnya kepada ikaran komunitas negara dan masyarakar. Oleh karena hak-hak tersebur diserahkan kepada komunitas negara, maka negara harus memberikan jaminan kepada hak-hak yang masih melekat di dalam individu maupun di dalam ikatan kehidupan kemasyarakatan. Hal ini bisa terjadi, karena di dalam koncrak sosial kedudukan antara negara sehagai suatu ikatan organisasi di saru pihak dengan warganegara secara keseluruhan di pihak yang lain adalah sejajar. Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Oleh scbab irulah diantara keduanya harus saling memberikan perlindungan, dan karena negara adalah organisasi kekuasaan — di mana sifar kekuasaan itu cenderung disalahgunakan — maka kewajiban uncuk melindungi hak asasi warganegars diletaldkan dalam tanggung jawab dan tugas dari negara; Adanya Pemisahan | Pembagian Kekuaaan. Untuk melindungi hak asasi manusia, maka kekuasaan di dalam negara harus dipisah-pisahkan atau dibagi-bagi ke dalam beberapa organ negara. Sejarah peradaban manusia membuktikan bahwa kekuasaan yang absolut dan otoricer mengakibatkan terjadinya penindasan terhadap hak-hak asasi manusia, Antara kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan (cksckutif), Haan Zaini, Pregancar Hankem Tate Megane Indonesia, Alumni, Bandursg, 1971, him. 154-155. * B, Hestu Cipto Handoya, Muu Tast Negara, Rewaysnepsnaan dass Hak Asari Mamaia, Cetakan ke-L, Universias Acme Jaya, Yogyakarta, 2003, bln 12 — 14, py Necyes Harum Indonesia Pasen Porubahan TUD 1848 kekuasaan untuk membenctuk perundang-undangan (legislacif) dan kekuasaan untuk melaksanakan peradilan (yudikatif) harus dipisahkan. Implementasi dari pandangan semacam ini dapat berancka ragam. Ada yang berdimensi pembagian kekuasaan yakni pemisahan dari aspek kelembagaan sedangkan mengenai fungsi dan tugasnya, diantara lembaga pemegang kekuasaan (khususnya eksekuif dan legislatif) masih tetap dapat saling berhubungan. Ada juga yang berdimensi pemisahan secara tegas baik secara kelembagaan maupun fungsi dari masing- masing pemegang kekuasaan. Terlepas dari implementasi tersebut, pada hakikarnya unsuradanya pemisahan ataupun pembagian kekuasaan tetap bertujuan untuk menjadikan kekwasaan yang ada di dalam negara idak disalahgunakan yang pada akhirmya justeru akan melanggar hak-hak asasi manusia warganepara; Adanya aias legatitas pemerintebem. Maksud dari asasini adalah pemerintaly dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya harus berdasaran pada hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan Adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak, Prinsip seperti ini sangat penting dalam negara hukum. Supremasi hukum yang dilerakkan dalam kehidupan ketatanegaraan harus benar-benar dijamin pelaksangannya. Peradilan yang bebas dan tidak memihak tidak semara- mata diletakkan dalam konteks kebebasan dari lembaga peradilan, yakni melalui prinsip independensi hakim, melainkan harus diletaklean dalam kontcks proses peradilan dalam rangka penegakkan hukwm (lew enforcement), Dengan demikian dalam mekanisme proses peradilan yang barus bebas dan tidak memihak menyangkut organ-organ penegak hukum, seperti hakim, jalea, kepolisian, maupun para pengacara {advokar).. Dalam perkembangan negara hukum unsur-unsur yang dikemukakan cleh Stahl tersebut kemudian mengalami penyempurnaan sebagai berikuc +" Sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulacan rakyac; Pemenntah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hukum dan peraturan perundang-undangan; 1 Sri Socnamirl M., Ange Aieespa! Mukwon Tiss Negara fedouesia, Alumni, Bandung, 1992, him. 29-30 tLihat juga: Abdul Hakim Garuda Nusaneaca, Podicik Mukwo fademesie, YLIHL, Jakarva, 1998, him. 12 - 14, serta Foins Magnis Suseno, silemcert Seok Dematrasi, Setwah Taleal Filssofis, Op. Cit, him. 58 ~ 99, dan Bags: Ridwan HAL, Op. CW., le 4). Ide, Konwop, dan Prinsip Neguzs slum ql 3. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara); . Adanya pembagian kekuasaan dalam negara; 5. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijhe controle) yang bebas dan mandiri; dalam arti lembaga peradilan verseburt benar- benar tidak memihak dan tidak berada di bawah pengaruh cksekutif 6. Adanya peran yang nyata dari anggoca-anggota masyarakar atau warga negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah; dan 7. .Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang. merara sumberdaya yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara. Sedangkan the rule of law, sebagaimana dikemukakan oleh A. V. Dicey dalam bulunya Aw Introduction to Study of The Law of The Constinution memberikan persyaratan bagi suacu negara hukum, scperti dikwtip oleh Moh, Kusnardi dan Harmaily Ibrahim sebagai berikut :* 1. Supremasi dari hukum (supremacy oflaw), artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi di dalam negara adalah hukum (kedaularan hukum); 2. Persamaan dalam kedudukan hukum bagi setiap orang (equality before the law), artinya bahwa tidak ada hukum yang istimewa, Semua mempunyai nilai dan kedudukan yang sama di hadapan hukum; dan 3, Konsticusi itu tidak merupakan sumber dari hak-hak asasi manusia dan jika hak-hak asasi manusia imu diletakkan dalam konstitusi itu hanya sebagai penegasan bahwa hak asasi itu harus dilindung) (comsritueton based on human rights), artinya bahwa suacu UUD itu merupakan unsur grondrechten-nya yang lebih primer. Dengan memperhatikan uraian tentang unsur-unsur dari kedua model negara huleum di atas, nampak dengan jelasadanya perbedaan antara rechtsstact dalam fuham Eropa Continental dan the rule of law dalam faham Anglo-Saxon, Diantara perbedaan itu terletak pada tidak adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri pada sistem the rule of law, yang berarti bahwa setiap perkara! kasus baik iru melibackan scorang sipil (scorang pejabat negara), atau seorang © Mob. Kusnagdi dan Harmaily Tbeahim, Gp. Gi, blm. 161. Likasr Philipas M. Hadjen, Periinciengen Hukum Bagi Rapes indonesia, Op. G2,, lm. 20, Lihat pula: Marzuki Wahid dan Rumadi, Figh Madehab Negan, Krink ator Polirik Hubs frie as indomeria, Cetaleas ke-1, LIS, Yogyakarta. 2001, him. 49 — 50, ep Besar Hhutun nctonnsin Pasoa Poubahan UUD 1646 swasta maupun seorang miliver, reap akan diadili oleh suatu pengadilan yang sama. Dengan demikian, negara-negara Anglo-Saxon lebih menckankan pada prinsip persamaan di depan hukum (equality before she Law) sehingga peradilan uncuk pejabar administrasi dipandang tidak dipertukan lagi. Prinsip equality before the law, menghendaki agar prinsip persamaan antar rakyat dengan pejabat administrasi negara harus tercermin juga dalam lapangan peradilan. Pejabat administrasi acm pemerintah atau rakyat harus sama-sama tunduk kepada hukum dan bersamaan kedudukannya di hadapan hukum. Sedangkan masuknya unsur peradilan administrasi kedalam unsur rechtsstaat, dimaksudkan sebagai bentuk pemberian perlindungan hukum bagi warga masyarakat terhadap sikap tindak pemerintah yang melanggar hak asasi dalam lspangan administrasi negara, Selain itu, kehadiran peradilan adminiserasi negara akan memberikan perlindungan hukum yang sama kepada badan arau pejabat administrasi negara yang bertindak benar dan sesuai dengan hukum." Akan terapi, dari keduanya itu, baik recbistaat maupun He rede of law verdapat persamaan, yairu sama-sama mengakui adanya kedaularan hukum (supremasi hukum). Artinya, keduanya memiliké tujuan yang sama yaitu melindungi individu dari kesewenang-wenangan pemerintah dan memunghinkan kepada individu-individu itu untuk menikmati hak-hak sipil dan politiknya sebagai manusia.” Bahkan, bila ditelusuni dari ide dasar Plato mengenai negara hukum hingga pada perkembangannya sampai saat ini terdapat kesamaan pandangan dasar tentang filosofi negara hukum, di samping perbedaan sebegaimana tersebut di atas. Di antara pandangan dasar yang sama adalah: 1. Hukum mempunyai posisi yang supreme dalam negara; 2. Hak-hak asasi warga negara diakui dan dilindungi; 3. Adanps pietabapton Lebammeen rigged 4, _Adanya pengadilan yang bebas dan manditi. ™ Hal ia dapat dipakami karena dalam negaranegara Aupé-Seeon, lebih menckankan kepada prinsip percamaan di depas hukum (equatity define she dave}, Prinsip ini menghendalel agar persamaatt antar rakyar dengan pejabar administrasi negara, harus jugs rercermin dalaen lapangan peradilan, Pejabet administrasi stay pemerincah atau rakyat haris cama-sams tupduk kepada hekum dan bersumasn educukannya di fudapan hukum. Olek karena in, peradilan wntuk pepbst sdministrasi dipandang dak diperlukan lagi. Lihar SE Marban, dik, “Hukum Adminiscrasi Negan™, Medal /, Faloaleas Hukum-UL, Yogyakarta, 1995, blew. 39, Thad. hn. 39. * Mich, Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op. Cér., him. 162. % Marauki Wahid dan Rumaadi, Op. C,, him. 52 ‘ie Konsep, dan Prinsip NogaraHukumn gly Sclain kedua konsep negara hukum di atas, dalam perkembangannya terdapat juga konsep negara hukum yang lain. Philipus M. Hadjon misalnya mengemukakan 3 (tiga) macam negara hukum, yairu rechusseaas, the rule of” few, dan negara hukum pancasila.” Sedangkan Muhammad Tahir Azhary mengemukakan adanya 5 (lima) macam konsep negara hulum yaitu :* 1, Negara hukum menurut Qus’an dan Sunnah atau lebih dikenal dengan seburan pomakrast Islann,"” 2. Negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang dinamakan rechtsstaat. Model negara hukum ini diterapkan misalnya di Belanda, Jerman, dan Perancis; 3. Konsep rude of lew yang diterapkan di negara-negara Anglo-Saxon, antara lain Inggris dan Amerika Serikar; 4. Suaru konsep yang disebut socialise legality yang diterapkan antara lain di Uni Soviet sebagai negara komunis; dan 3. Konsep negara hukum Pancasila. © Back: Philipus ML. Hadjan, Perfindurgant Hiskum Bag! Rakyat Indonesia, Op. Cit, hima. 7A ~ 98. ™ Baca: M. Tahir Azhary, Op. Cit, him. 63-75. Nomura, berasal dari peckataam omsey yang berart nila arau eioema dan erates ata niin yan, berarti kekuzaan aru pemerintahan. Dengan demikian memetned fier berari pemeriorahan oleh hhukuum herdasirkan Islam (Qur'an dan Sunnah). dei Neca Halrum indonesia Pasea Persbahes WUD 1945 Konsepsi Penyelenggaraan Negara Hukum Indonesia auh sebelum negara-negara modern di dunia pada abad ke-20 ini mendeklarasikan diri sebagai negara hukum, menurut Muhammad Yamin konsepsi negara hukum sudah dikenal di Indonesia sejak abad ke- Pdi mana Negara Taru di Jawa di bawah pemerintahan Prabu Pumawarmanj ‘Negara Kutai di bawah pemerintahan Raja Mulawarman; Melayu Minangkabau sampai dengan abad ke-14 di bawah pemerintahan Aditiawarman; Kesatuan Sriwijaya hampir seribu tahun lamanya; Keprabuan Singesari dan Majapahit sampai dengan abad ke 16, dan Kasusuhunan atau Kasultanan kesemuanya ina adalah negara hukum. Artinya Indonesia sebclum abad ke-20 sudah mengenal negara hukum, hanya saja konsepsi negara hukumnya berdasarkan hukum kebiasaan yairu hulcum adat kenegaraan yang tidak divuliskan dalam suaru naskah konstitusi.' Seiring dengan petjalanan waktu yang sangat panjang, terjadi pergolakan pemikiran dan pergolakan sosial terus menyertai perjalanan bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa yang besar dan merdeka. Perjwangan dan peperangan menjadi pilihan yang harus dilakukan untuk’ mempercepat proses kemerdekaan tersebut, dan akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekean ivu terlaksana. Sejak saat itu proses menjadi suatu negara modern terus dilakukan baik memilih presiden dan wakil presiden maupun membuat konstitusi sebagai dasar hidup bernegara. Pilihan untuk membuat konstitusi ini merupakan kemutlakan bagi suatu bangsa yang baru lahir merdeka dalam mencoba kehidupan bernegaranya. Konstitusi yang dibuat tersebut menjadi suacy landasan idif dalam menjalankan roda pemerintahan. Maka Jahilah UUD 1945 yang merupakan hukum dasar rertulis pertama yang mampu dibuat oleh bangsa Indonesia pada saat kemerdekaannya. Hal ini membuka babak baru perjalanan konscpsi negara hukum di Indonesia, *Solly Lubis, Mukum Tate Negara, Mandar Maju, Bandung, 1992, blm. 31 aes karena di dalam konstitasinya mendeklarasikan diri sebagai negara hukum neskipun tidak cecara eksplisic. Kesimpulan ini didaparkan dari penelusuran sejarah permbentukan konsticusi, dengan adanya polemik yang terjadi dalam membahas rancangan materi-muatan konstitusi khususnya ketika hendak memasukkan klausul mengenai hak-hak asasi manusia (HAM). Polemik itu terjadi antara kubu Sockarno-Socpomo yang menganut HAM komunal melawan kubu Hatta-Yamin. Sockamno-Soepomo menolak gagasan Hatta- Yamin untuk memasukkan HAM kedalam UUD 1945 dengan alasan Indonesia telah memilih dasar kedaularan rakyar sehingga rakyat dipandang sebagai sacu kesacuan bukan perseorangan, Akhirnya perdebaran berakhir melalui kompromi setelah mengalami proses pembicaraan yang cukup a lot, dengan menegaskan bahwa dalam rumusan lebih lanjut mengenai HAM ini. tidak ditekankan pada HAM sebagaimana lahir dan berkembang di negara- negara Barat yang lebih mencerminkan paham indfvidwalisme, melainkan diambil dari falsafah bangsa Indonesia sendiri. Maka dimuatlah ketentuan- ketentuan HAM secara terbatas dalam pasal-pasal; 27, 28, 29, 30, 31, dan pasal 347 2 Penoldkan Seckarne-Scepmen untuk: memasukkan ketentisis-ketentuan HAM di dalam UD 145, didasarkan stat penolaken mereka berdua terhadsp paham indiveduatiome dan liberalisme yang dianggap ddule cock dengan Uklion keindonesiaan. Padshal gagasan tentang HAM terinspirssi kedua pabam temebut Dengan tegas Sockarno menyampaikan penolakan werselut dalam pidawenya: “Yikalou kite betl-bendl hendik mendasartan negara kite pada pahom bebefwargaan, oho Jofomg-menalorg, pakam gatarg-ryong dan keacilan soxial, envahkantal Wap-tap pikien, tap poham individuaticme day fiberalisne doripedanya” (Bambang Sunggana dan Asics Harianta, Bantuan Fatwa dan Hak Assi Monwsia, Op. Cit,. him. 84). Ssdangkan Sorpamo berpendapar bahwa “FAM itv berniandar idividvalione. Mata menyandarkan negara kita pada aliran perseoramgan (individwalisme) tidak tepat, yung tepat adalah aliran kekeloangoan pang sexwal dengan sift fetinuran” (Rixalalr Sideng BPUPKI dm PPAS, yang divetbitkan oleh Selcrerariat Negara Rl, Jakars, 1998, ble, 197), Semenrara itu, Muhammad Yamin berpendapat bahwa konstitusi harus recbentuk ates 3 (riga} hagian periejutaae kemerdckagn dam dasar-dasar megara |bagian pembulcsan yng di dalamiipa teedapae juga declaration af human rights, declaration of independence, dan sitt constinaion of repiticl, bagian pasal-pasal konstinesi, dan terchpamya keterangan hak munca di atts dunia sebagai bangsa yang hendak merdelea (Bambang Sunggono dan Aries Harianeo, Cp. Cit). Sedanglan Mohammad Hara meayatakan bahwa kevidak sctujuarnya tethadap pabam individualisnue- liberdlizme, janganlah menjeditanny2 negara kekuasaan. Menuratnya lebih lanjus, “Ineadatlai Kita memperhatikan syarat-syarat supaya acgara jung kita bikin, jongan sampal menjadi mepara ekuasaan™, Maka menurutnya, walaupun yang dibeneuk itu negara kekeluatisian, tetapi masih pertu ditetapkan beberapa hak dari warge negara (ibid. Baga = Hisefal Siang BPUPKS dan PKI, him, 255-236, lilhat juga: B. Hestu Cipto Handayo, Op: Cit, him, 276-277). GG Negara Huscum indonesia Fasca Forubaban WUD 1348 Selain pasal-pasal tentang HAM di atas yang mengindikasikan suacu ciri negara hukum, prinsip negara hukum Indonesia juga dapat dilihar dalem Pembukaan UUD 1945, Bacang Tubuh (pasal-pasal non HAM), dan Penjelasan UUD 1945 dengan rincian sebagai berikur 2 te Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, memuat dalamalinea pertama kara “peri-eadilan”, dalam alinea kedua “adil”, serta dalam alinea keempat perkataan “keadilan sosial”, dan “kemanusiaan yang adil”, Semua istilah itu berindikasi kepada pengertian negara hukum, karena bukankah suacu tujuan hulum ina uncule mencapai negara keadilan, Kemudian dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 pada alinea keempat juga ditegaskan “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia”; Batang Tubuh Undang-undang Dasar 1945, menyarakan bahwa “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang Dasar (pasal 14). Ketentman ini menunjukkan bahwa bahwa presiden dalam menjalankan tugasnya harus mengikuei Ketentuan-ketentuan yang sudah ditctapkan dalam undang-undang dasar, Pasal 9 mengenai sumpah presiden dan wakil presiden “memegang teguh undang-undang dasar dan menjalankan sepala udang-undang dan peraturannya sclurus-lurusnya”. Mclarang presiden dan wakil prseiden menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam menjalankan rugasnyam swaru sumpah yang harus dihormati oleh presiden dan wakil presiden dalam mempercahan asas negara hukum. Ketentuan ini dipertegas lagi oleh Pasal 27 UUD 1945 yang menctapkan bahwa “segala warga negara bersamaan kecudukannya dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini selain menjamin Prinsip equality defore the dew, suatu hak demokrasi yang fundamental, juga menegaskan kewajiban warga negara uncuk menjunjung tinggi hukum suatu prasyarat langgengnya negara hukum; dan Penjelasan Undang-undang Dasar 1945, merupakan penjelasan autentik dan menurut Hukum Tata Negara Indonesia, Penjelasan UUD 1945 itu mempunyai nilai yuridis, dengan huruf besar menyeburkan: “Negara “Dahlia Thaib, Kedieiaros Rakyer, Negara ffutwm, dim Korsrisusi, Cetakan ke-2, Liberty, Voyyakarra, 2000, ln, 25 — 26. Eonsepsi Pexyelenggaraan Negara Mukum Indonesia de Indonesia berdasarkan atas hukum (rec/ssraar) tidak berdasarkan aras kekuasaan belaka (machtsstaa!). Ketentuan yang terakhir ini menjelaskan apa yang secara tersirat dan cersurat telah dinyarakan dalam Batang Tubuh UUD 1945, Dengan demikian, penegasan secara ckeplisit Indonesia sebagai negara hukum dapar dijumpai dalam Penjelasan UUD 1945. Lain halnya dengan dua konsticusi (Konstirusi RIS dan UUDS 1950) yang pernah berlaku di Indonesia, terdapat penegasan secara eksplisit rumusan Indonesia sebagai negara hukum. Dalam Mukaddimah Konstimusi RIS misalnya diseburkan pada alinea ke-4; snruek mewwjudban kebahagiaan, kesejabteraan, perdamaian, dan kemerdekaan dalam masyparakat dan negara bubum Indonesia Merdeka yang berdaulat sempurna, Kemudian di dalam Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS juga disebutkan; Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah ssurtu negara dubum yang demokrasi dan berbentuk federasi Demikian pula halnya, di dalam Mukaddimah UUDS 1950 pada alinea ke-d menyebutkan; Mika deri ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu Phage Negara yang berbentuk Republit Kisatuan, berdasar pengakwan Kttwhanan Yang Maha Eia, Peritemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan din keadilan sostal untuk mewujudkan kebochaginan, kevejahernaan, perdamaian, dan kemerdekaan dslaen maxyarakar dan negara hukum Indonesia Merdeka yang berdaulat rempurna, Kemudian di dalam Pasall ayat (1) UUD 1950 disebutkan; Republik Indonesia yang merdeka dan berdawlat ialah negara inskuem yang demokratis dan berbentuk kesatuan, Namun, setelah UUD 1945 dilakukan amandemen rumusan negara hukum Indonesia yang semula hanya dimuat secara implisit baik di dalam pembukaan maupun Batang Tubuh UUD 1945 dan secara eksplisic dimuat di dalam Penjelasan UUD 1945, penempatan rumusan negara bulcum Indonesia telah bergeser kedalam Batang Tubuh UUD 1945 yang secara tegas dinyarakan di dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi: Negara Jndonesia adalah Negara Hubum. Jika diksitkan dengan unsur-unsur negara hukum sebagaimana penjelasan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat divemukan pengaturan unsur-unsur negara hukum dalam Batang Tubuh UUD 1945 sebagai berikur : bp ean Hairur Inconesia Paaca Perubahan UUD 1845

You might also like