You are on page 1of 14

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI HIPERGLIKEMIK ORAL

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT INAP


DI RUMAH SAKIT X PEKANBARU TAHUN 2014

Firni Dwi Sari


Inayah
M. Yulis Hamidy
firnidwisari@yahoo.co.id

ABSTRACT

Oral anti-hyperglycemic drug is one of the pharmacological treatment of type


2diabetes melitus (DM).Oral anti-hyperglycemic is use when the patient fails to
respondat least three months of carbohydrates low diet and energy with physical
activity is recommended, after which efforts lifestyle changes, the blood glucose
levels constant above 200 mg/dL and HbA1c above 6.5%. This study was purposed
to determine the pattern of oral anti-hyperglycemic in hospitalized patients with Type
2 Diabetes Melitus at Ibnu Sina Islamic Hospital Pekanbaru at 2014. The type of
research was descriptive. The samples are 65 people included all hospitalized
patients with type 2 diabetes melitus according to inclusion and exclusion criteria.
Data retrieved from the medical records of hospitalized patients with type 2 diabetes
melitus in Ibnu Sina Islamic Hospital Pekanbaru period from January to December
2014. The most characteristics of subject was average of age 56.83 (± 10.84) years,
the average of random blood glucose level 290.91 (± 124.5) mg/dL, female sex
(55.4%), not working (39.6%), BPJS and personal finance (46.2%), and diagnosis of
hospitalized patients type 2 diabetes melitus with other diseases (49,2%). The most
oral anti-hyperglycemic drug used is inhibitor of gluconeogenesis (54.1%), the most
daily doses of oral anti-hyperglikemic drug was metformin 1000 - 1500 mg/day
(35,4%). The most administration of oral anti-hyperglikemic drug is oral single drug
(60%).

Keywords: pattern, oral anti-hyperglycemic drug, type 2 diabetes melitus

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 1


PENDAHULUAN dimana setelah upaya perubahan pola hidup,
Menurut American Diabetes kadar glukosa darah tetap di atas 200 mg%
Association (ADA) tahun 2010, Diabetes dan HbA1c di atas 6,5%.4
Melitus (DM) merupakan suatu kelompok Pada saat ini obat anti hiperglikemik
penyakit metabolik dengan karakteristik oral masih menjadi pilihan untuk pasien
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan rawat inap. Menurut laporan dari United
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua- Kingdom Prospectif Diabetes Study
duanya.1 (UKPDS) yaitu penelitian di Eropa dan
Berbagai penelitian menunjukkan Amerika jenis obat oral yang banyak
peningkatan angka insiden dan prevalensi digunakan adalah metformin karena
DM tipe 2 di seluruh dunia.World Health sebagian besar di negara maju DM tipe 2
Organization (WHO) memprediksi kenaikan disebabkan oleh obesitas dan resistensi
jumlah penyandang DM di Indonesia dari insulin. Di Indonesia menurut hasil Diabetes
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar Prevention Program (DPP) berdasarkan
21,3 juta pada tahun 2030 sedangkan tingkat keamanan obat, biaya obat, dan
International Diabetes Federation (IDF) manfaat obat didapatkan jenis obat oral yang
pada tahun 2009, memprediksi kenaikan banyak digunakan adalah metformin untuk
jumlah penyandang DM dari 7 juta pada penderita DM tipe 2 yang baru didiagnosis
tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun dan mengalami obesitas.5,6
2030.1 Departemen Kesehatan Republik Obat anti hiperglikemik oral yang
Indonesia tahun 2008 menyatakan bahwa sering digunakan berdasarkan mekanisme
prevalensi DM di Riau cukup tinggi yaitu kerjanya terdiri dari golongan pemicu
sebesar 10,4%,sedangkan data yang sekresi insulin, golongan peningkatan
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota sensitivitas terhadap insulin, golongan
Pekanbaru, terjadi peningkatan jumlah penghambatglukoneogenesis,
penderita DM setiap tahunnya, yaitu tahun golonganpenghambat alfa glukosidase, dan
2010 sebanyak 1.957, tahun 2011 sebanyak golongan Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-IV)
2.720 dan tahun 2012 terdapat 2.897 jiwa Inhibitor.4
penderita DM.2,3 Berdasarkan hal tersebut peneliti
Penatalaksanaan DM secara umum tertarik untuk melakukan penelitian tentang
terdapat 4 pilar yaitu edukasi, terapi gizi, pola penggunaan obat anti hiperglikemik
latihan jasmani, dan intervensi oral pada pasien DM tipe 2 rawat inap di
farmakologis.Intervensi farmakologis itu Rumah Sakit XPekanbaru tahun 2014.
terdiri dari obat antihiperglikemikoral dan
insulin. Obat anti hiperglikemik oral ini METODE PENELITIAN
diberikan pada pasien yang tidak Desain penelitian ini adalah
memberikan respon terhadap setidaknya 3 penelitian deskriptif cross-sectional.dengan
bulan diet rendah karbohidrat dan energi mengambil data dari rekam medis pasien
disertai aktivitas fisik yang dianjurkan,

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 2


DM tipe 2 rawat inap di Rumah Sakit Pengolahan dan Analisis Data
Xpekanbaru tahun 2014. Pengolahan data pola penggunaan
obat anti hiperglikemik oral pada pasien DM
Lokasi dan Waktu Penelitian tipe 2 rawat inap di Rumah Sakit
Penelitian ini dilaksanakan di bagian XPekanbaru tahun 2014 dilakukan secara
rekam medisRumah Sakit XPekanbaru, manual dan sismtem
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan komputerisasikemudian disajikan dalam
Februari – Desember 2015. bentuk tabel distribusi frekuensi.

Populasi dan Sampel Penelitian Etika penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah Penelitian ini dinyatakan lulus kaji
semua penderita DM tipe 2 yang menjalani etik penelitian dengan nomor:
rawat inap diRumah Sakit XPekanbaru 98/UN.19.5.1.1.8/UEPKK/2015
tahun 2014 yang mendapat terapi obat anti FakultasKedokteran Universitas Riau.
hiperglikemik oral.Seluruh populasi pada
penelitian ini menjadi sampel penelitian Hasil
(total sampling). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di Rumah Sakit Xpekanbaru pada
Prosedur pengumpulan data bulan Juli-Agustus 2015. Populasi pasien
Pengumpulan data dilakukan dengan DM tipe 2 yang menjalani rawat inap di
cara sebagai berikut: Rumah Sakit Islam IbnuSina Pekanbaru
1. menghitung jumlah pasienDM tipe 2 tahun 2014 berjumlah 216 orang, dari
rawat inap di Rumah Sakit Islam Ibnu keseluruhan data terdapat 95 file rekam
Sinatahun 2014. medik tidak memiliki data yang sesuai
2. Mengelompokkan kriteria inklusi dan dengan kebutuhan penelitian yakni tidak
eksklusi memiliki data karakteristik dan data
3. Mencatat data yang diperlukan peresepan obat, 11 file rekam medik yang
meliputi umur, kadar Gula Darah bukan data pasien DM tipe 2, 6 file rekam
Sewaktu (GDS), jenis kelamin, medik yang sudah disortir dari ruang rekam
pembiayaan rawat inap, pekerjaan, medik, 3 file rekam medik yang belum
diagnosis rawat inap, dan jenis obat dikembalikan ke bagian rekam medik, serta
anti hiperglikemik oral berdasarkan terdapat 36 pasien DM tipe 2 yang tidak
mekanisme kerja obat, jumlah dosis memakai terapi obat anti hiperglikemik oral.
hariuan, kombinasi jenis obat anti Dengan demikian, dari jumlah data 216
hiperglikemik oral, dan kombinasi secara keseluruhan terdapat 151 data yang
jenis obat anti hiperglikemik oral tidak sesuai dengan kriteria penelitian,
dengan insulin. sehingga total sampel pada penelitian ini
4. Mengolah dan menganalisis data. berjumlah 65 orang.

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 3


Karakteristik penderita DM Lanjutan tabel 2
Karakteristik subjek rawat inap di Karakteristik n=65 %
Rumah Sakit X Pekanbaru berdasarkan Tidak Bekerja 24 39,6
umur, kadar Gula Darah Sewaktu (GDS), Pensiunan 1 4,6
jenis kelamin,status pekerjaan, pembiayaan Pegawai Negeri Sipil 3
rawat inap dan diagnosis rawat inap dapat (PNS) 46.2
dilihat pada tabel 1, dan tabel 2. Pembiayaan rawat inap 30 46.2
Pribadi 30 7.7
Tabel 1 Karakteristik subjek BPJS 5
berdasarka umur dan kadar Asuransi lain
Gula Darah Sewaktu (GDS) Diagnosis Rawat inap
DM tipe 2 14 21,5
Variabel Rerata
DM tipe 2 dengan 19 29,2
Umur 56,83 (±10,84) komplikasi
(tahun ± SD) DM tipe 2 dengan 32 49,2
290,91
(±124,5) penyakit lain
Kadar GDS
(mg/dL ± SD)
Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik penderita DM terbanyak
Dari hasil penelitian berdasarkan adalah jenis kelamin perempuan (55,4%),
umur dan kadar Gula darah sewaktu (GDS) status pekerjaan tidak bekerja (39,6%), jenis
didapatkan umur rata-rata 56,83 tahun pembiayaan rawat inap pribadi dan Badan
(±10,84). Kadar GDS rata-rata 290,91 Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
mg/dL (±124,5). (46,2%), dan diagnosis rawat inap DM tipe
2 dengan penyakit lain (49,2%).
Tabel 2 Karakteristik subjek
berdasarkan jenis kelamin, Pola penggunaan obat anti hiperglikemik
status pekerjaan,pembiayaan oral
rawat inap, dan diagnosis rawat Jumlah penggunaan obat anti
inap hiperglikemik oral pada seluruh subjek
Karakteristik n=65 % adalah 96 obat anti hiperglikemik oral.
Jenis Kelamin Gambaran pola penggunaan obat anti
Laki-laki 29 44,6 hiperglikemik oral berdasarkan golongan
Perempuan 36 55,4 obat anti hiperglikemik oral sesuai dengan
Status Pekerjaan mekanisme kerja obat, jumlah dosis harian,
Ibu Rumah Tangga 21 32,3 kombinasi jenis obat anti hiperglikemik oral,
(IRT) dan kombinasi jenis obat anti hiperglikemik
Swasta 12 18,5 oral dengan insulin dapat dilihat pada tabel
Petani 4 6,2 3, tabel 4, dan tabel 5.

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 4


Tabel 3 Gambaran pola penggunaan Lanjutan tabel 4
obat anti hiperglikemik oral Jumlah dosis harian n=96 %
berdasarkan golongan obat Penghambat 53 55,2
sesuai dengan mekanisme kerja glukoneogenesis
obat Metformin
53 55,2
<1000 15 15,6
Golongan obat anti 1000-1500
hiperglikemik oral n=96 % 34 35,4
>1500 4 4,2
Pemicu sekresi insulin 25 26
Peningkatan sensitivitas 0 0
terhadap insulin Penghambat alfa 2 2,1
Penghambat 52 54,2 glukosidase
glukoneogenesis 2 2,1
Acarbose 2 2,1
Penghambat alfa 2 2,1 50
glukosidase
DPP-IV inhibitor 15 15,6
DPP-IV inhibitor 15 15,6
Vidagliptin 15 15,6
50 6 6,3
Pola penggunaan obat anti 9 9,4
hiperglikemik oral berdasarkan mekanisme 100
kerja terbanyak didapatkan golongan
penghambat glukoneogenesis (54,1%). Hasil penelitian berdasarkan jumlah
dosis harian terbanyak didapatkan
metformin dengan jumlah dosis harian
Tabel 4 Gambaran pola penggunaan
obat anti hiperglikemik oral terbanyak1000 - 1500 mg/hari (55,2%).
berdasarkan jumlah dosis
harian
Jumlah dosis harian n=96 %
Tabel 5 Gambaran pola penggunaan
Pemicu Sekresi 26 27,1 obat anti hiperglikemik oral
Insulin berdasarkan kombinasi
Glimepirid 26 27,1 obatanti hiperglikemik oral dan
≤2 21 21,9 insulin
>2 20 26,1

Glikuidon 1 1
90 1 1

Glibenclamid 4 4,2
<5 2 2,1
2 2,1
≥5

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 5


Penggunaan jenis obat n=96 % Lanjutan tabel 5
anti hiperglikemik oral Penggunaan jenis obat n=96 %
dan insulin anti hiperglikemik oral
Obat oral 59 90,8 dan insulin
 Satu obat 39 60  DPP-IV Inhibitor + 2 3,1
- Pemicu sekresi 8 12,3 rapid acting
insulin insulin
- Penghambat 29 44,6  Penghambat 1 1,5
glukoneogenesis glukoneogenesis +
- DPP-IV 2 3,1 premixed insulin
Inhibitor  Pemicu sekresi
 Dua obat 16 24,7
insulin + DPP-IV 1 1,5
- Pemicu sekresi 10 15,5
inhibitor + short
insulin + acting insulin
penghambat
glukoneogenesis
6 9,2
Hasil penelitian berdasarkan
- Penghambat
kombinasi obat anti hiperglikemik oral dan
glukoneogenesis +
DPP-IV inhibitor insulin didapatkan obat oral (90,8%), obat
 Tiga obat oral dengan insulin (9,2%). Pasien DM tipe
- Pemicu sekresi 4 6,1 2 yang mendapat satu macam obat
insulin + 1 1,5 oral(44,6%), dua macam obat oral (15,4%),
penghambat tiga macam obat oral (4,6%) .
glukoneogenesis +
penghambat alfa Pembahasan
glukosidase
- Pemicu sekresi Karakteristik penderita DM tipe 2
insulin + 3 4,6
penghambat
Umur penderita DM tipe 2
glukoneogenesis +
DPP-IV Inhibitor
didapatkan rata-rata umur 56,83 (±10,84)
Kombinasi obat oral 6 9,2 tahun, sejalan dengan penelitian Melati
dengan insulin (2011) tentang gambaran diet pada penderita
 Penghambat 2 3,1 DM tipe 2 di ruangan murai I dan murai II di
glukoneogenesis + Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
short acting insulin Achmad didapatkan bahwa kelompok umur
terbanyak yaitu kelompok umur 50-59 tahun
(38,8%).7 Umur juga mempengaruhi
pemberian regimen terapi, misalnya obat
golongan pemicu sekresi insulin seperti
sulfonilurea harus hati-hati dalam

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 6


penggunaannya pada pasien risiko tinggi sewaktu pada pasien DM tipe 2di Puskesmas
hipoglikemia yaitu orang tua.4 Penyakit DM Bahu Kota Manado didapatkan bahwa kadar
akan semakin meningkat dengan GDS yang buruk yaitu diatas 180mg/dL
bertambahnya umur dan penyakit DM sejumlah 11 orang (50%) dengan rata-rata
paling banyak ditemukan pada umur lebih kadar GDS yaitu 267,8 mg/dL.9 Menurut
dari 50 tahun, ini disebabkan oleh beberapa WHO kadar glukosa darah akan meningkat
faktor,yaitu perubahan komposisi tubuh 1-2%/tahun saat puasa dan akan meningkat
karena terjadi penurunan jumlah masa otot, 5,6-13 mg/dL pada 2 jam setelah makan jika
perubahan peningkatan jaringan lemak, seseorang telah mencapai usia 30 tahun.36
penurunan aktifitas fisik yang dapat Peningkatan kadar glukosa darah disebabkan
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah oleh beberapa faktor diantaranya
reseptor insulin sehingga menyebabkan bertambahnya usia akan terjadi peningkatan
kecepatan Glucose transporter-4 (GLUT-4) intoleransi glukosa, berkurangnya
juga akan menurun, perubahan pola makan kemampuan sel β pankreas dalam
yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah memproduksi insulin, obesitas atau
gigi geligi sehingga proporsi jumlah kelebihan lemak didalam tubuh akan
karbohidrat meningkat, dan perubahan menyebabkan resistensi insulin sehingga
neurohormonal Insulin Grow Factor-1 (IGF- akan menghambat kerja insulin di jaringan
1) dan Dehidroepandrosteron (DHtAs) yang tubuh dan otot, selain itu aktifitas fisik
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan yangkurang juga memiliki risiko 4,48 kali
ambilan glukosa karena menurunnya untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan
sensitivitas insulin.8 dengan orang yang latihan jasmaninya
Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) cukup.9
penderita DM tipe 2 rata-rata 290,91 mg/dL Jenis kelamin perempuan sejumlah
(±285,50). GDS dalam penelitian ini adalah 36 orang (55,4%), sejalan dengan penelitian
GDS yang diambil pada saat awal pasien Maelaiti (2013)tentang manfaat dan
dirawat. GDS rata-rata 290,91 mg/dL hambatan terapi insulin menurut prespektif
(±285,50) merupakan GDS yang penderita DM tipe 2 yang menggunakan
membutuhkan obat anti hiperglikemik insulin di RSUD Arifin Achmad didapatkan
dengan 2 kombinasi obat oral yang dapat jenis kelamin perempuan sejumlah 23 orang
menurunkan glukosa darah sesuai dengan (53,5%).10 Namun penelitian ini tidak
target pengendalian DM. Sekarang sejalan dengan penelitian Amir (2014)
penanganan DM dimulai dengan early tentang kadar gula darah sewaktu pada
combination pada pasien di Rumah Sakit pasien DM tipe 2di Puskesmas Bahu Kota
karena pasien yang datang ke rumah sakit Manado didapatkan jenis kelamin terbanyak
adalah pasien dengan keadaan klinis yang adalah laki-laki sejumlah 12 orang (54,5%).9
tidak terkendali oleh layanan primer.4 Penelitian lain menerangkan bahwa laki-laki
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lebih mungkin untuk mengidap penyakit
Amir (2014) tentang kadar gula darah DM dibandingkan dengan perempuan. Hal

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 7


ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak Indonesia. Sesuai dengan UU No. 24 tahun
mempengaruhi terhadap kejadian DM.11 2011 tentang BPJS, menerangkan bahwa
Seorang laki-laki sangat memungkinkan BPJS merupakan Badan Usaha Milik
untuk merokok dari pada perempuan hal ini Negara (BUMN) yang ditugaskan khusus
meningkatkan risiko gangguan glukosa oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
dengan mengurangi sensitivitas dari insulin. jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
Sedangkan pada perempuan memiliki kadar seluruh rakyat indonesia, terutama untuk
estrogen dan progesteron yang relatif lebih Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penerima
tinggi sehingga dapat mengurangi pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,
sensitivitas insulin. Selain itu faktor lainnya Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya
obesitas sentral lebih banyak terjadi pada dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat
perempuan dibandingkan laki-laki.12 biasa.14Sehubung dengan diperlukannya
Pembiayaan rawat inap didapatkan biaya yang mahal dalam penanganan DM
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasien memilih untuk menggunakan BPJS,
(BPJS) dan pribadi sejumlah 30 orang sehingga didapatkanlah pembiayaan rawat
(46,2%). Penyandang DM membutuhkan inap terbanyak yaitu BPJS, selain BPJS
biaya yang cukup besar dalam pengobatan, pembiayaan pribadi juga presentasi
jumlah biaya akan dikeluarkan semakin terbanyak, pembiayaan pribadi ini
besar apabila penyakit DM berkembang kemungkinan dengan belum terdaftarnya
menjadi kronis dan mengalami komplikasi. pasien kedalam BPJS.
Menurut International Diabetes Federation Pasien DM tipe 2 yang tidak bekerja
(IDF) tahun 2012 di Negara maju biaya sejumlah 24 orang (39,6%), sejalan dengan
berobat mencapai 1500-9000 penelitian Kekenusa(2013) tentang analisis
USD/penyandang DM/tahun, di Negara hubungan antara umur dan riwayat keluarga
berkembang biaya berobat sekitar 50-2000 menderita DM dengan kejadian penyakit
USD/penyandang DM/tahun, dan di DM tipe 2 pada pasien rawat jalan di
Indonesia 80,22 USD/penyandang poliklinik penyakit dalam BLU RSUP
DM/tahun. Rendahnya biaya penanganan Prof.dr.R. Kandou Mandado didapatkan
DM di Indonesia berhubungan dengan pasien DM tipe 2 yang tidak bekerja
belum intensifnya pengelolaan penyandang (27,9%).15Jenis pekerjaan juga kuat
DM di Indonesia.13 hubungannya dengan kejadian DM.
Indonesia telah menjalankan Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) aktifitas fisiknya. Aktifitas fisik selain untuk
terhitung tanggal 1 januari 2014, PT Askes menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
yang telah menjadi Badan Penyelenggara berat badan dan memperbaiki sensitivitas
Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
penyelenggara asuransi sosial kesehatan glukosa darah. Tidak bekerja cenderung
yang mengelola upaya kesehatan perorangan memiliki aktifitas yang rendah, menurut
(UKP) untuk seluruh masnyarakat teori aktifitas yang rendah dapat

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 8


menyebabkan penimbunan lemak sehingga Gambaran pola penggunaan obat anti
dapat menimbulkan resistensi insulin.4 hiperglikemik oral
Diagnosis rawat inap DM tipe 2
dengan penyakit lain sejumlah 32 orang Golongan obat anti hiperglikemik
(49,2%). Penelitian ini tidak sejalan dengan oral berdasarkan mekanisme kerja
penelitian Hongdiyanto (2013)tentang didapatkan golongan penghambat
evaluasi kerasionalan pengobatan DM tipe 2 glukoneogenesis (54,1%), sejalan dengan
pada pasien rawat inap di RSUP. Dr. R. D. pemberian satu macam obat oral dari
Kandou Manado didapatkan DM tipe 2 golongan penghambat glukoneogenesis
dengan penyakit komplikasi (67,4%).16 (44,6%). Golongan penghambat
Komplikasi DM yang sering muncul adalah glukoneogenesis yang banyak digunakan
neuropati diabetik. Gejala-gejala neuropati adalah jenis obat metformin, dan bentuk
lebih sering dirasakan penderita DM extended realease yaitu glumin xr.
dibandingkan dengan komplikasi lainnya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Berdasarkan penelitian Chen et al di Taiwan maria et al (2004-2005) di Brazil didapatkan
tahun 2012 didapatkan komplikasi neuropati pemberian obat oral terbanyak yaitu
diabetik sebesar 40%.17Penelitian yang golongan penghambat glukoneogenesis
dilakukan oleh Putri (2013) tentang (24,1%).19 Selain itu penelitian ini juga
gambaran penggunaan jenis obat sejalan dengan penelitian Guidoni et al di
antidiabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Soa Paolo Brazil (2012) didapatkan dari
Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad 3.892 penderita DM tipe 2 yang memakai
didapatkan komplikasi neuropati metformin sejumlah 1.245 orang (32,0%).20
18
(25%). Neuropati disebabkan oleh Efek utama dari metformin adalah
degenerasi serabut-serabut syaraf karena menurunkan “hepatic glucose output” dan
kerusakan pembuluh darah yang diakibatkan menurunkan kadar glukosa puasa.
oleh penumpukkan glukosa di dalam darah Metformin merupakan obat lini pertama
dalam waktu yang lama. Neuropati yang digunakan untuk pasein DM tipe 2
menyebabkan hilangnya sensasi distal dan yang baru didiagnosis. Monoterapi dengan
dapat menyebabkan terjadinya ulkus metformin dapat menurunkan A1c sebesar
diabetikum.4 1,5%. Monoterapi metformin tidak
Pasien DM tipe 2 yang dirawat di merangsang sekresi insulin sehingga tidak
Rumah Sakit X Pekanbaru tahun 2014 juga menyebabkan hipoglikemia, peningkatan
datang dengan penyakit lain. Adapun berat badan serta memperbaiki profil lipid.
penyakit lain yang sering menyertai yaitu Selain itu metformin dapat digunakan secara
dyspepsia, selain itu hipertensi, vertigo, aman pada prediabetes tanpa menyebabkan
ulkus peptikum, febris, anorexia, TB paru, hipoglikemia.19 Pengendalian glukosa darah
dan gerd. pada pasien yang menggunakan obat
metformin adalah GDP karena efek utama
dari metformin adalah menurunkan kadar

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 9


GDP, pada pasien DM tipe 2 yang menjalani metformin (penghambat glukoneogenesis)
rawat inap dirumah sakit Islam Ibnu Sina dan glibenklamid (pemicu sekresi insulin)
Pekanbaru tidak semua pasien yang sejumlah 1.112 orang (28,6%).20 Pemberian
memiliki pemeriksaan GDP, sedangkan dua macam obat oral apabila obat
penggunaan metformin merupakan obat monoterapi tidak dapat mencapai target
yang banyak digunakan. GDP merupakan HbA1c <7% dalam waktu 3 bulan maka
pemeriksaan enzimatik yang dianjurkan terapi dapat ditingkatkan menjadi kombinasi
dalam penenggakkan diagnosis karena 2 obat, yaitu terdiri dari obat yang diberikan
menggunakan darah plasma vena dengan pada lini pertama ditambah dengan dengan
pasien yang tidak diberikan kalori selama 8 obat lain yang memiliki mekanisme kerja
jam, selain itu GDP juga dapat dijadikan yang berbeda, atau HbA1c pasien sejak awal
pemriksaan untuk evaluasi penggunaan obat ≥9% maka dapat lagsung diberikan
seperti metformin.4 kombinasi 2 obat oral.23 Menurut United
Jumlah dosis harian terbanyak adalah Kingdom Prospectif Diabetes Study
dosis harian dari jenis obat metformin (UKPDS) golongan pemicu sekresi insulin
dengan jumlah dosis harian 1000 mg dan dengan golongan penghambat
1500 mg/hari (11,5%). Pengobatan glukoneogenesis merupakan kombinasi
menggunakan metformin biasanya dimulai rasional karena kedua golongan ini memiliki
dengan dosis awal dosis 500 mg 2 x/hari, cara kerja yang sinergis dalam menurunkan
atau dosis 850 mg 1 x/hari. Untuk kadar glukosa darah lebih cepat
mendapatkan dosis pemeliharaan dosis harus dibandingkan dengan pemberian secara
ditingkatkan dimulai dengan dosis 500 mg monoterapi, pemberian obat golongan
setalah 1 minggu pengobatan atau dengan pemicu sekresi insulin ataupun penghambat
dosis 850 mg setelah 2 minggu pengobatan glukoneogenesis secara monoterapi hanya
yang digunakan untuk pasien yang tidak 50% yang dapat mencapai pengendalian DM
menunjukkan respon terapi. Menurut meski sudah menggunakan dosis maksimal.
Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Senyawa dari golongan pemicu sekresi
Daily Dose (ATC/DDD) WHO tahun 2015 insulin yang paling banyak digunakan
jumlah dosis harian metformin sebesar 2000 adalah glibenklamid yang dapat menurunkan
mg/hari, yang dibagi menjadi 2-3 dosis yang Gula Darah Puasa (GDP) sebesar 36% dan
biasanya diberikan setelah makan.21,22 glukosa 2 jam Post Prandial sebesar
Kombinasi obat anti hiperglikemik 21,6%.24
oral dengan pemberian dua macam obat oral Kombinasi obat anti hiperglikemik
yang terbanyak yaitu dari golongan pemicu oral dengan pemberian tiga macam obat oral
sekresi insulin dan penghambat yang terbanyak yaitu dari golongan pemicu
glukoneogenesis (15,4%). Penelitian ini sekresi insulin, penghambat
sejalan dengan penelitian Guidoni et al di glukoneogenesis dan DPP-IV Inhibitor
Soa Paolo Brazil (2012) didapatkan dari (4,6%). Penelitian ini tidak sejalan dengan
3.892 penderita DM tipe 2 yang memakai yang dilakukan oleh Putri (2013) di

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 10


Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Pemberian kombinasi obat oral dengan
Achmad didapatkan pemberian tiga macam insulin diberikan apabila dengan kombinasi
obat yang terbanyak yaitu dari golongan tiga macam obat oral masih belum dapat
pemicu sekresi insulin, penghambat mencapai target, atau penderita datang
glukoneogenesis dan penghambat dengan keadaan awal HbA1c ≥10% atau
glukosidase alfa (17,5%). 25
Menurut kadar glukosa sewaktu ≥300 mg/dl dengan
PERKENI 2011 apabila dengan dua gejala metabolik, maka pengobatannya
kombinasi obat oral belum mencapai target lansung dengan metformin ditambah insulin
pengendalian glukosa darah dapat basal atau dapat juga ditambah dengan
dilanjutkan dengan pemberian kombinasi insulin prandial, dan dapat juga diberikan
tiga obat. Kombinasi tiga obat menurut metformin ditambah insulin basal dan
PERKENI 2011 yaitu metformin, ditambah dengan GLP-1 RA.23Untuk
sulfonilurea, Alfa Glukosidase Inhibitor kombinasi obat anti hiperglikemik oral dan
(AGI), glinid, tiazolindindion, dan DPP-IV insulin yang banyak digunakan yaitu
Inhibitor.4 Indikasi pemberian kombinasi kombinasi obat anti hiperglikemik oral dan
tiga obat oral yaitu tidak tercapai kadar insulin basal (intermediate acting insulin
glukosa darah serta pasien menolak untuk atau long acting insulin) diberikan pada
diberikan insulin sehingga diberikan tiga malam hari menjelang tidur. Dengan
kombinasi obat oral secara maksimal dengan pendekatan terapi tersebut dapat diperoleh
meningkatkan dosis dan frekuensi kendali glukosa darah yang baik dengan
12
pemakaian obat. Pemberian kombinasi tiga dosis insulin yang cukup kecil.4
obat oral akan meningkatakan biaya yang
lebih tinggi serta efek samping yang lebih Keterbatasan penelitian
tinggi dibandingkan dengan pemberian Keterbatasan dalam penelitian adalah
metformin dan insulin.Kadar A1c pasien data rekam medis pasien yang tidak lengkap
yang diberi kombinasi tiga obat yaitu A1c sesuai kebutuhan penelitian berdasarkan
>9%.26 kriteria inklusi dan eksklusi, menyebabkan
Kombinasi obat anti hiperglikemik jumlah subjek dalam penelitian menjadi
oral dengan insulin terbanyak yaitu dari terbatas
golongan penghambat glukoneogenesis
dengan short acting insulin dan golongan Simpulan
DPP-IV Inhibitor dengan rapid acting 1. Karakteristik penderita DM tipe 2
insulin (3,1%). Penelitian ini tidak sejalan yang dirawat di Rumah Sakit Islam
dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri Ibnu Sina Pekanbaru tahun 2014
didapatkan rata-rata umur 56,83
(2013) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
(±10,84) tahun, Kadar Gula Darah
Arifin Achmad didapatkan kombinasi obat Sewaktu (GDS) rata-rata 290,91
oral dengan insulin terbanyak yaitu (±124,5) mg/dL. Karakteristik
golongan penghambat glukoneogenesis terbanyak didapatkan jenis kelamin
dengan long acting insulin (69,2%).25 perempuan sebesar 55,4%, status

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 11


pekerjaan tidak bekerja sebesar pengontrolan kadar GDP dan kadar
39,6%, jenis pembiayaan pribadi dan glukosa 2 jam post prandial sesuai
BPJS sebesar 46,2%, diagnosis rawat dengan efek obat anti hiperglikemik
inap DM tipe 2 dengan penyakit lain oral.
orang sebesar 49,2%.
2. Pola penggunaan obat anti Ucapan Terimakasih
hiperglikemik oral pada pasien DM Penulis mengucapkan terimakasih
tipe 2 yang dirawat inap di Rumah
yang sebesar-besarnya kepada pihak
Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru
tahun 2014 yang mendapatkan obat Fakultas Kedokteran Universitas Riau, dr.
oral sebesar 90,8%, obat oral dengan Inayah, M.Sc, dan dr. M. Yulis Hamidy,
insulin sebesar 9,2%. Golongan M.Kes, M.Pd.Ked, selakudosen
penghambat glukoneogenesis sebesar Pembimbing. dr. Jazil Karimi, Sp.PD,
55,3%, Jumlah dosis harian KEMD, FINASIM dan dr. Dimas P.
terbanyak adalah jenis obat Nugraha, M.Sc, selaku dosen Penguji, serta
metformin dengan jumlah dosis
Dr. dr. Elda Nazriati, M.Kes, selaku
harian yaitu 1000 - 1500 mg/hari
sebesar 35,4%. Pasien DM tipe 2 supervisi yang telah memberikan waktu,
yang mendapat satu macam obat oral bimbingan, nasehat serta ilmu selama
sebesar 60%, dua macam obat oral penyusunan skripsi sehingga skripsi ini
sebesar 24,7%, tiga macam obat oral dapat diselesaikan.
sebesar 6,1%.
Daftar Pustaka
Saran 1. American Diabetes Association.
Berdasarakan hasil penelitian penulis Standar of medical care in diabetes
memberikan saran sebagai berikut : 2010 (postion statement). Diabetes
1. Rumah Sakit X Pekanbaru care: 2010;33 s1-47.
khususnya para dokter yang merawat
pasien DM tipe 2 rawat inap agar 2. Departemen Kesehatan Republik
melengkapi data pada status rekam Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
medis pasien. 2008. Jakarta: Depkes RI;2009.
2. Rumah Sakit X Pekanbaru
khususnya para dokter yang merawat 3. Marsinta R, Hasneli Y, Dewi AP.
pasien DM tipe 2 rawat inap agar Hubungan Tingkat Pengetahuan
melengkapi pemeriksaan Tentang Diet Diabetes Melitus
laboratorium pada pasien DM tipe 2 dengan Komplikasi Gagal Ginjal
rawat inap khususnya pemeriksaan Kronik. Data penemuan penyakit
Gula Darah Puasa (GDP) dan diabetes melitus. Pekanbaru;2012.
HbA1c. [update Dewi AP 2014].
3. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang efek obat anti 4. Perkumpulan Endrokinologi
hiperglikemik oral terhadap Indonesia (PERKENI). Konsesus

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 12


pengelolaan dan pencegahan diabetes Penyakit Dalam RSUD Arifin
mellitus tipe 2 di indonesia. Jakarta: Achmad provinsi Riau [Skripsi].
PB PERKENI;2011. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran
Universitas Riau;2013.
5. American Diabetes Association
Economic cost of diabetes melitus in 11. Mezie MM. Okoye. Diabetes in older
the US in 2007. Diabaetes Care: adults; experience from a rural
2008;31:569-61. community in South-East Nigeria.
African Journal of Diabetes Medicine.
6. Arifin AL. Panduan terapi diabetes 2013;21 (2).
melitus tipe 2 terkini. Bandung :
Fakultas Kedokteran UNPAD RSUP 12. Hilawe EH. Hiroshi Yatsuya H.
dr. Hasan Sadikin; 011. Kawaguchi L. Aoyama A. Difference
by sex in the prevalence of diabetes
7. Sitorus M. Gambaran diet pada melitus, impaired fasting glycaemia
penderita diabetes melitus tipe 2 di and impaired glucose tolarance in
ruangan muarai I dan murai II IRNA sub-saharan Africa; a systematic
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru review and meta-analysis. Bull World
[Skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Health Organ; 2013;1: 91 (9): 671-
Kedokteran Universitas Riau;2011. 82D.

8. Rochma W. Diabetes Melitus pada 13. Soewondo P. Ferrio A. Tahapary DL.


usia lanjut. Dalam : Sudoyo AW, Challenges in diabetes management
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, in Indonesia; A literatur review.
Setiati S, editor. Buku ajar ilmu Globalization and Health. (Submitted
penyakit dalam. Jakarta: FKUI;2007. Februari, 2013).

9. AmirSMJ, Wungouw, Pangemanan 14. UU RI Nomor 24 tahun 2011 tentang


D. Kadar gula darah sewaktu pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
pasien diabetes melitus tipe 2 di
puskesmas Bahu Kota Manado 15. Kekesuna J S. Budi TR, Gloria W.
[Skripsi]. Manado: Fakultas Analisis hubungan antara umur dan
Kedokteran Sam Ratulangi riwayat keluarga menderita diabetes
Manado;2015. melitus dengan kejadian penyakit DM
tipe 2 pada pasien rawat jalan di
10. Maelati WF. Manfaat dan hambatan poliklinik penyakit dalam BLU RSUP
terapi insulin menurut prespektif Prof.dr.R. Kondou Manado [skripsi].
penderita diabetes melitus tipe 2 yang Manado: Fakultas Kedokteran
menggunakan insulin di Poliklinik

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 13


Universitas Sam Ratulangi
Manado;2013. 21. Suharti KS, Nafriadi. Insulin dan
antidiabetik oral. Farmakologi dan
16. Hongdiyanto A, Yamlean PVY, terapi. Edisi V. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI;2011.
Supriati HS. Evaluasi kerasionalan
pengobatan diabetes melitus tipe 2
22. World Health Organization (WHO).
pada pasien rawat inap di RSUP Prof.
Guidelines for ATC Classification
Dr. R. D. Kandou Manado tahun
and DDD assignment. Olso; 2015.
2013[Skripsi]. Manado: Program
Edisi 18.
Studi Farmasi FK UNSRAT;2013.
23. Perkumpulan Endrokinologi
17. Chen. Tseng. Chuang. The barries to Indonesia (PERKENI). Konsesus
initiating insulin therapy among pengelolaan dan pencegahan diabetes
people with type 2 diabetes in mellitus tipe 2 di Indonesia 2015.
Taiwan- a qualitative study. J Jakarta: PB PERKENI;2015.
Diabetes Metab: 2012;Volume 3
number 5: 1-4. 24. Soegondo S. Farmakoterapi pada
penegendalian glikemia diabetes
18. Putri LK. Gambaran penggunaan mellitus tipe 2. Dalam : Sudoyo AW,
jenis obat antidiabetes melitus tipe 2 Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Setiati S, editors. Ilmu Penyakit
Sakit Arifin Achmad [Skripsi]. Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta:
Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran UI;2006.
Universitas Riau;2013.
25. Putri LK. Gambaran penggunaan
19. Nita Y. Yuda A. Nugraheni jenis obat antidiabetes melitus tipe 2
G.pengetahuan pasien tentang di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah
diabetes melitus dan obat antidiabetes Sakit Arifin Achmad [Skripsi].
oral. Jurnal farmasi Indonesia: Pekanbaru: Fakultas Kedokteran
2012;6: 38-47. Universitas Riau;2013.

20. Guidoni CM, Borges AP, Freitas OD, 26. Kuritzky L. Addition basal insulin to
Pereira LR. Prescription pattern for oral antidiabetik agents- A goal
diabetes mellitus ans theurapethic directed approach two type diabetes
implications: a population-based melitus therapy. Med-Genmed.
analisys. Pharmaceutical Assistance 2006;8 34.
and Clinical Pharmacy Research
Center (CPAFF). Universitas Sao
Paulo Brazil: 2012;56/2.

Jom FK Volume3 No.1. Februari 2016 14

You might also like