You are on page 1of 8

42 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat

KARAKTERISTIK PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II


DI PUSKESMAS CILACAP TENGAH 1 DAN 2

Dewi Prasetyani 1, Evy Apriani2


STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Email: prasetyanidewi78@gmail.com

ABSTRACT

Diabetes type 2 patients continues to increase. Health research results show that there is
currently no difference in the number of DM patients between urban and rural communities.
The results also show that many DM patients who are still in productive age. Likewise with
other factors such as gender, knowledge and education. The success of DM management is
influenced by the ability of patients to perform self-care activities to keep blood sugar level
within normal limits. The purpose of the study: the study was to describe the characteristics
of type 2 DM patients consisting of age, gender, education, occupation, income, duration of
DM, knowledge and self-care ability. Type of research: the research used descriptive survey
research. A total of 152 people were determined using total sampling technique. The
instrument of the research is questionnaire about demographic data of respondent,
knowledge and ability of self-care. Data analysis uses the mean, minimum, maximum,
standard deviation and frequency distribution. Result: the average of the respondent have
age 60,8 year. The majority of respondent were 101 women (66,4), high school or college
education level of 78 people (51,3). Most of the work was retired respondent or housewives
is as many as 129 people (84,9%). Most of the respondent had an income of more than and
equal to the UMR89 people (58,6%). The average DM experience was 5 years. The level of
knowledge about DM is mostly in the good category that is 85 people (55,9%). Most
respondent have bad self-care ability that is 86 people (56,6%).

Keywords: type 2 diabetes mellitus, characteristics

PENDAHULUAN
Penyakit Diabetus Mellitus (DM) merupakan penyakit yang bersifat kronis
dan dikenal sebagai the silent killer karena seringkali penderitanya tidak merasakan
tanda dan gejala. International Diabetes Federation [IDF] (2011) memperkirakan
sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. DM juga
telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian di dunia.
Prevalensi Diabetes Melitus (DM) dari tahun ke tahun semakin meningkat
seiring perubahan gaya hidup. The International Diabetes Federation (IDF)
melaporkan bahwa pada tahun 2013 jumlah pasien DM di dunia sebesar 382 juta.
Jika tidak ada upaya pencegahan, jumlah ini diprediksi akan meningkat sebesar 55%
ISBN 978-602-50798-0-1 43

menjadi 592 juta orang atau 10 juta setiap tahun sampai tahun 2035. DM tipe II
merupakan tipe yang paling banyak jumlahnya, bahkan meliputi lebih dari 90% dari
semua populasi DM (Scott, et al., 2009; Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009; IDF,
2013, 2014).
Jumlah pasien DM di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan
dari 8.6 juta jiwa pada tahun 2013 menjadi 9 juta jiwa pada tahun 2014 (IDF, 2014).
Hasil riset kesehatan yang dilakukan BPPK Kemenkes (2013) menunjukkan bahwa
prevalensi DM tahun 2013 meningkat 2,1 % dibanding tahun 2007, yaitu 1,1 %.
Data yang sama juga ditunjukkan oleh hasil riset kesehatan dasar tahun
2013. Berdasarkan hasil riset tersebut, kejadian DM di provinsi Jawa Tengah lebih
tinggi (1,6%) dibanding persentase kejadian DM di Indonesia (1,5%). Data tersebut
adalah data kejadian DM yang terdiagnosa oleh dokter. Sementara yang belum
terdiagnosa diyakini lebih banyak lagi.
Sedangkan di kabupaten Cilacap, kejadian DM menunjukkan angka
tertinggi yaitu 3,9 % pada tahun 2009 (BPPK Kemenkes RI, 2009). Meskipun pada
tahun 2012 prevalensi DM di Cilacap bukan yang tertinggi, namun jumlah penderita
DM tipe II mencapai 7.064 orang (Dinkes Prop. Jawa Tengah, 2012).
Tingginya kejadian DM kemungkinan terjadi karena pola kebiasaan makan
masyarakat Cilacap yang menyukai makanan yang tinggi lemak dan kolesterol
seperti jeroan dan gorengan, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman
yang manis. Faktor genetik menjadi faktor lain yang menyebabkan kejadian DM.
Seringkali dalam satu keluarga peneliti menjumpai suami, istri yang menderita
diabetes dan menurun kepada anak-anaknya. Kebiasaan utama yang sulit
ditinggalkan oleh masyarakat adalah makan mendoan dan gorengan sejenisnya serta
kebiasaan minum yang manis.
Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 merupakan puskesmas yang telah
menyelenggarakan program PTM dan Prolanis secara kontinyu. Data pasien yang
teridentifikasi menunjukkan penyakit DM merupakan penyakit PTM terbanyak
kedua setelah hipertensi. Jumlah pasien yang teridentifikasi di puskesmas Cilacap
Tengah 1 adalah 105 orang, sementara di puskesmas Cilacap Tengah 2 adalah 80
44 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat

orang. Diperkirakan terdapat pasien DM yang tidak tercakup dalam penjaringan


tersebut.
Hasil survey awal menunjukkan bahwa pasien DM anggota prolanis di
Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini
ternyata berpengaruh terhadap kemampuan pasien dalam melakukan perawatan dan
menjaga kadar gula darahnya tetap dalam batas atau mendekati normal.

METODE
Penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang mempunyai tujuan
untuk menggambarkan karakteristik pasien DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas
Cilacap Tengah 1 dan 2. Besar sampel yang didapatkan adalah 152 orang.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus – September 2017.
Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner tentang karakteristik
responden yaitu tentang umur, alamat, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, lama DM, pengetahuan dan kemampuan self-care. Kemampuan self
care pasien DM dinilai menggunakan kuesioner Summary of Diabetes Self-Care
Activities (SDSCA) yang dikembangkan oleh Toobert et al (2000).

HASIL
Hasil olah data menunjukkan bahwa dari 152 responden, rata-rata memiliki
umur 60,8 tahun, dengan umur termuda 39 tahun dan tertua 89 tahun. Sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan 101 orang (66,4%), sebagian besar memiliki
tingkat pendidikan SMA atau Perguruan Tinggi sejumlah 78 orang (51,3%).
Sedangkan untuk pekerjaan, mayoritas responden pensiunan atau ibu rumah tangga
yaitu sebanyak 129 orang (84,9%). Sebagian besar responden memiliki penghasilan
lebih dari sama dengan UMR yaitu sejumlah 89 orang (58,6%), rata-rata mengalami
DM adalah 5 tahun dengan rentang terkena DM minimum satu tahun hingga 21
tahun. Tingkat pengetahuan responden tentang DM sebagian besar berada pada
kategori baik yaitu sejumlah 85 orang (55,9%) dan sebagian besar responden
memiliki kemampuan self-care buruk yaitu sejumlah 86 orang (56,6%). Karakteristik
demografi pasien ditunjukkan pada Tabel 1.
ISBN 978-602-50798-0-1 45

Tabel 1. Karateristik demografi pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap


Tengah 1 dan 2
Variabel Jml Frek. Mean
Umur 60,8
Jenis Kelamin :
1. Perempuan 101 66,4
2. Laki-laki 51 33,6
Pekerjaan:
1. PNS/swasta 23 15,1
2. Pensiun/lain 129 84,9
Pendidikan:
1. SD/SMP 74 48,7
2. SMA/PT 78 51,3
Penghasilan:
1. < UMR 63 41,4
2. ≥ UMR 89 58,6
Lama DM 5,2
Pengetahuan:
1. Rendah 2 1,3
2. Sedang 65 42,8
3. Baik 85 55,9
Self-care:
1. Rendah 86 56,6
2. Baik 66 43,4
Jumlah 152 100
Sumber: Data primer diolah 2017

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 60
tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Smeltzer dan Bare (2008), bahwa umur sangat
erat kaitannya dengan kenaikan gula darah, dimana semakin meningkat umur maka
resiko mengalami DM tipe 2 semakin tinggi. Proses menua akan menyebabkan
perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia tubuh yang salah satu dampaknya adalah
meningkatnya resistensi insulin. Menurut WHO, setelah usia 30 tahun, kadar gula
darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat puasa, dan akan naik 5.6-13 mg/dL pada
2 jam setelah makan (Sudoyo, 2006). Selain itu, pada individu yang lebih tua juga
mengalami penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 30% dan memicu
terjadinya resistensi insulin (Yale News, 2010). Pada usia tua juga cenderung
memiliki gaya hiduo yang kurang aktif dan pola makan tidak seimbang
46 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat

Hasil penelitian menggambarkan bahwa jumlah pasien DM perempuan


lebih banyak dibandingkan laki-laki. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan komposisi lemak tubuh dan kadar hormon seksual antara perempuan dan
laki-laki dewasa. Kadar lemak normal pada laki-laki berkisar antara 15 – 20%
sedangkan pada perempuan berkisar antara 20 – 25% dari berat badan (Ernawati, et
al., 2004). Kadar HbA1c pada perempuan usia lebih dari 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Hal ini diduga akibat penurunan hormon estrogen pada
perempuan yang mengalami menopause (Yang et al., 1997). Penurunan hormon
estrogen juga menyebabkan peningkatan cadangan lemak tubuh terutama di daerah
abdomen (Thorand et al., 2007).
Tingkat pendidikan responden merata untuk tingkakt pendidikan dasar
(SD/SMP) dan pendidikan tinggi (SMA/PT). Tingkat pendidikan berpengaruh tidak
langsung terhadap kontrol gula darah pasien. Pasien dengan tingkat pendidikan yang
tinggi lebih mudah memahami informasi tentang diabetes yang diberikan dan
kebutuhan-kebutuhan terkait perawatan diabetes (Wilkinson, Whitehead & Ritchie,
2014). Hal ini juga ditunjukkan dari mayoritas responden memiliki pengetahuan baik
tentang DM. Tingkat pengetahuan yang baik ini dapat dijadikan modal bagi tenaga
kesehatan untuk selalu memotivasi pasien DM dalam melakukan self-care dan untuk
memilih metode edukasi yang tepat sehingga dapat mencapai sasaran.
Mayoritas penghasilan responden berada diatas UMR, yaitu dengan
penghasilan perbulan lebih dari Rp.1.200.000. Meskipun demikian pendapatan
tersebut belum sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan pasien
untuk mengelola penyakitnya. Karena dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk
perawatan DM, seperti kunjungan rutin ke puskesmas atau pemeriksaan gula darah
secara rutin. Namun dengan adanya program BPJS dapat membantu meringankan
beban biaya pada pasien DM.
Rata-rata lama responden menderita DM adalah 5,2 tahun. Lama menderita
DM sering dihubungkan dengan komplikasi. Komplikasi biasanya timbul setelah
pasien mengalami DM selama lebih dari 10 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa
rata-rata responden menderita DM kurang dari 10 tahun, sehingga pasien belum
ISBN 978-602-50798-0-1 47

beresiko untuk mengalami komplikasi. Namun tidak menutup kemungkinan untuk


terjadinya komplikasi karena faktor obesitas, dislipidemia dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada
kategori rendah untuk kemampuan self-care DM. Self-care DM merupakan tindakan
yang dilakukan perorangan untuk mengontrol DM yang meliputi diet, peningkatan
aktivitas fisik, minum obat teratur, kontrol teratur dan perawatan kaki (Sigurdardotir,
2005). Aktivitas self-care idealnya dilakukan selama 7 hari dalam seminggu agar
tercapai kontrol gula darah yang optimal. Akan tetapi jika pasien tidak sanggup,
minimal dapat dilakukan 3 – 5 hari perminggu. Rendahnya kemampuan self-care
DM sebagian besar disebabkan karena jenuh, bosan atau merasa dibatasi. Faktor
kurang informasi dan biaya juga menjadi alasan kurangnya kemampuan self-care
pasien DM.
Keseluruhan aspek self-care DM harus dilakukan oleh pasien dalam
kehidupan sehari-hari agar tercapai pengontrolan kadar gula darah yang optimal
sehingga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi. Oleh karena itu, perawat
sebagai petugas kesehatan harus memahami secara mendalam tentang aktifitas self-
care DM agar dapat memberikan informasi secara benar dan luas kepada pasien DM.

KESIMPULAN
1. Rata-rata umur pasien DM tipe 2 di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 adalah
60,8 tahun
2. Sebagian besar pasien DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan (66,4%)
3. Rata-rata lama menderita DM adalah 5,2 tahun
4. Sebagian besar pasien memiliki pengetahuan baik tentang DM (55,9%)
5. Sebagian besar responden memiliki kemampuan self-care kategori rendah
(56,6%).

SARAN
1. Perlu dilakukan edukasi dengan metode pemberian edukasi DM yang selalu
dimodifikasi seperti metode Focuss Group Discussion atau Small Group
Discussion
48 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik pasien DM tipe 2


dengan memasukkan variabel-variabel lain seperti kebiasaan makan, kebiasaan
olah raga, keturunan dan obesitas.
3. Perlu pengembangan lebih lanjut penelitian tentang kemampuan self-care pasien
DM tipe 2.

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). (2013). Standards of medical care in
diabetes. Diabetes Care, 36, 11 – 66

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013).


Riset kesehatan dasar 2013. Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015 dari
http://www.litbang.depkes.go.id.

Black, J.,M.& Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing (7th ed.). Saint Louis :
Elsevier Saunders

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Diabetes report card
2012. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2014 dari
http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/DiabetesReportCard.pdf

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2014). National diabetes
statistics report, 2014. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014 dari
http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/statsreport14/national-diabetes-report-
web.pdf

Day, John L. (2001). Living with diabetes : the diabetes UK guide for those treated
with diet and tablets. London : Diabetes UK.

Hastono, Sutanto Priyo. (2006). Analisis multivariat. Depok :Departemen


Biostatistika. FKM UI.

Hill, Jill. (2011). Diabetes monitoring: Risk factors, complications and management.
Nurse Prescribing. 9 : 122-130.

Info Datin (2014). Situasi dan analisis diabetes. Diunduh pada tanggal 7 Juli 2016
dari http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
info-datin.html

International Diabetes Federation (IDF). (2014). Diabetes facts and figures. Diunduh
pada tanggal 19 Februari 2015 dari http://www.idf.org/diabetesatlas
ISBN 978-602-50798-0-1 49

Irawan, D. (2010). Tesis: Prevalensi dan faktor resiko kejadian Diabetes Melitus
(DM) tipe 2 di daerah Urban Indonesia (Analisa data sekunder Riskesdas
2007). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Nathan, D.M. & Delahanty, L.M. (2005). Beating diabetes: The first program
clinically proven to dramatically improve your glucose tolerance. New
York : Mc.Graw Hill

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengendalian


dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011.

Siagian, Priska. Trik mensiasati hormone stress.


http://preventionindonesia.com/article.php?channel=prevention&name=/tri
k-mensiasati-hormon-stres. Diperoleh tanggal 27 Februari 2017

Sigal, R. J., Kenny, G. P., Wasserman, D. H., Castaneda-Sceppa, C., & White, R. D.
(2006). Physical activity/exercise and type 2 diabetes : A consensus
statement from the American Diabetes Association. Diabetes Care, 29,
1433 - 1438

Smeltzer, S.O. & Bare, B.G. (2008). Brunner & Suddarth’s textbook of medical
surgical nursing. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins

Sudoyo, A., et al. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Sujaya, I.Ny. (2009). Pola konsumsi makanan tradisional Bali sebagai faktor resiko
diabetes mellitus tipe 2 di Tabanan Bali. Jurnal Skala Husada. Vol. 6 No.1:
75-81
Swanson, V. (2012). Diabetes diet. UK : Xlibris Corporation LLC

Teixeria-Lemos, Nunes S., Teixera F., Reis F. (2011). Regular physical exercise
training assists in preventing type 2 diabetes development. Biomed Central
Cardiovascular Diabetology, 10 1-15.

Thorand, B., Boumert, J., Kolb, H., Meisinger, Ch., Chambless, L., Koenig, W. &
Herder, Ch. (2007). Sex differences in the predictions of type 2 diabetes by
inflammatory markers. Diabetes Care, 30, 854 – 860

Yale University Library (2010). Yale News. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2017
dari
http://web.library.yale.edu/librarynews/2010/11/glad_records_donated_to
_yale_l.html.

You might also like