You are on page 1of 11

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7

Surabaya, 25 Pebruari 2012

INFLUENCE OF TIME ON THE INTERACTION CHARACTERISTICS LACTIC ACID


POLYMERIZATION POLYMER POLY (L)-LACTIC ACID (PLLA) FROM L-LACTIC
ACID AS BIODEGRADABLE PLASTIC RAW MATERIALS

PENGARUH WAKTU INTERAKSI POLIMERISASI ASAM LAKTAT TERHADAP


KARAKTERISTIK POLIMER POLY(L)-LACTIC ACID (PLLA) DARI L-ASAM LAKTAT
SEBAGAI BAHAN BAKU PLASTIK BIODEGRADABLE

Alfa Gunawan Rasmita1, Rudiana Agustini1, Ismono1, Hamzah2


1
Jurusan Kimia F-MIPA Universitas Negeri Surabaya
2
Jurusan Kimia F-MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
e-mail: edison.alfa@gmail.com, HP: 081615871766

ABSTRACT - Poly (L)-Lactic Acid (PLLA) is a polyester made of linear or aromatic


compounds have a role as biodegradable plastics because it has potential to be hydrolyzed so
as to reduce the adverse effects of conventional plastics. This study aims to determine the
effect of interaction time on the polymerization of lactic acid polymers PLLA characteristics
of L-lactic acid. PLLA prepared using the method of Ring Opening polymerization (ROP) is
the intermediate lactide using catalyst tin (II) oktoat (Sn(Oct)2) and the initiator octanol at
specified intervals. PLLA produced were characterized by infrared (IR), molecular mass by
ostwald viscometer and Differential Scanning Calorimetry (DSC). The results showed that the
characteristic crystalline nature of poly (L)-Lactic Acid (PLLA) generated achieved at
polymerization 4 hours with the Transition glass 85.23 0C, Crystallinity 52.45%, Transition
melting 179.58 0C, while the molecular mass of experience added along with the time
polymerisation with the highest molecular mass of the polymerization of 6 hours of
2539.0899 g / mol. Results of analysis of IR spectra showed that the functional groups on the
polymerization process of wave numbers change significantly, and found the existence of
new functional groups. This means that the resulting polymer is a chemical process so that
the polymer has a new nature, different from its components.

ABSTRAK - Poly(L)-Lactic Acid (PLLA) merupakan poliester terbuat dari senyawa linier
atau aromatik yang berperan sebagai biodegradable plastik karena memiliki potensi untuk
terhidrolisis sehingga dapat mengurangi efek buruk dari plastik konvensional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu interaksi polimerisasi asam laktatterhadap
karakteristik polimer PLLA dari L-asam laktat. PLLA dibuat menggunakan metode Ring
Opening Polymerization (ROP) yaitu dengan intermediet laktida menggunakan katalis
timah(II) oktoat (Sn(Oct)2) dan inisiator oktanol pada selang waktu tertentu. PLLA yang
dihasilkan dikarakterisasi dengan infrared (IR), massa molekul diukur dengan viskometri dan
Differential Scanning Calorimetry (DSC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
bersifat kristalin dari Poly(L)-Lactic Acid (PLLA) yang dihasilkan dicapai pada polimerisasi
4 jam dengan Transition glass 85,23 0C, Crystallinity 52,45 %, Transition melting 179,58 0C,
sedangkan massa molekul mengalami pertambahan seiring dengan waktu polimerisasi
dengan massa molekul tertinggi pada polimerisasi 6 jam sebesar 2539,0899 gr/mol. Hasil
analisa spektrum IR memperlihatkan bahwa gugus fungsi pada proses polimerisasi bilangan
gelombangnya mengalami perubahan yang berarti serta ditemukan adanya gugus fungsi yang
baru. Hal tersebut berarti polimer yang dihasilkan merupakan proses secara kimia sehingga
polimer memiliki sifat yang baru, berbeda dengan komponen-komponen penyusunnya.

Kata-kata kunci:Poly(L)-Lactic Acid, Ring Opening Polymerization, Plastik biodegradable.


C - 45
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

PENDAHULUAN terbuat dari material yang dapat


Plastik merupakan bahan diperbaharui.
polimer kimia yang banyak digunakan Poli (asam laktat) merupakan
dalam kehidupan manusia. Hampir poliester yang dapat diproduksi
setiap produk menggunakan plastik menggunakan bahan baku sumberdaya
sebagai kemasan atau bahan dasar alam terbarukan seperti pati dan
karena plastik mempunyai keunggulan selulosa melalui fermentasi asam laktat.
seperti ringan tetapi kuat, transparan, Polimerisasi secara kimiawi untuk
tahan air serta harganya relatif murah menghasilkan PLA dari asam laktat
dan terjangkau oleh semua kalangan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
masyarakat. Kebutuhan plastik secara langsung dari asam laktat dan
masyarakat Indonesia di tahun 2002 secara tidak langsung melalui
sekitar 1,9 juta ton kemudian meningkat pembentukan laktida (dimer asam
menjadi 2,1 juta ton di tahun 2003 dan laktat) terlebih dahulu dan diikuti
di tahun 2004 meningkat lagi menjadi dengan polimerisasi menjadi PLA
2,3 juta ton per tahun (Dewi (Ramakrishna, 2006).
Martaningtyas, 2007). Berpuluh – puluh Poliester dapat terbuat dari
juta ton plastik yang diproduksi dan senyawa linier atau aromatik
digunakan masyarakat Indonesia, mempunyai peran sebagai
dengan demikian plastik telah menjadi biodegradable plastik karena punya
kebutuhan yang terus meningkat potensial untuk terhidrolisis. Poliester
jumlahnya. dari aromatik yang dikenal seperti PET
Plastik yang beredar di pasaran mempunyai sifat mekanik yang bagus
saat ini merupakan polimer sintetik dan sangat kuat terhadap serangan
yang terbuat dari minyak bumi yang mikroba. Sedang poliester linier mudah
sulit untuk terurai di alam, akibatnya terdegradasi dengan mikroba namun
semakin banyak yang menggunakan kurang mempunyai kekutan mekanik.
plastik, akan semakin meningkat pula Poli (asam laktat) merupakan
pencemaran lingkungan seperti poliester yang dapat terbuat dari
penurunan kualitas air dan tanah senyawa aromatik yaitu asam laktat
menjadi tidak subur. Sumber minyak yang dikonversi menjadi laktida pada
yang digunakan sebagai bahan dasar reaktor dengan penyaluran tekanan dan
polimer semakin lama semakin suhu. Sintesis polimer dengan
berkurang. Bungkus plastik yang kita intermediet laktida ini lebih
buang ke lingkungan akan tetap ada dan menguntungkan karena dapat
mungkin akan ditemukan oleh anak dihasilkan polimer dengan berat
cucu kita setelah ratusan tahun molekul tinggi. Hal tersebut dapat
kemudian. terjadi sebab polimerisasi dapat
Plastik biodegradable saat ini dilakukan terhadap laktida dalam
telah dikembangkan, untuk kondisi bebas pelarut. Reaksi yang
menyelamatkan lingkungan dari bahaya terjadi sebenarnya adalah reaksi
plastik, artinya plastik ini dapat esterifikasi. Asam laktat memiliki
diuraikan kembali mikroorganisme gugus hidroksil dan karboksil. Kedua
secara alami menjadi senyawa yang gugus ini yang dimanfaatkan dalam
ramah lingkungan. Biasanya plastik pembentukan laktida.
konvensional berbahan dasar Polylactic acid (PLA)
petroleum, gas alam, atau batu bara. merupakan polimer termoplastik kaku
Sementara plastik biodegradable yang dapat semicrystalline atau amorf,
tergantung pada komposisi optik
C - 46
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

kopolimer. Komposisi optik kopolimer 10 mL (L)-asam laktat


mempengaruhi karakterstik polimer dimasukkan ke dalam erlenmeyer
seperti kinetika kristalisasi, kuat tarik, leher samping kemudian
elongasi, kristalinitas dan massa dihubungkan dengan penghisap
molekul. L (-)-asam laktat (asam vakum dengan tekanan 300 mmHg
propionat 2-hidroksi) adalah bentuk dan dilakukan pemanasan 1000C
yang paling umum asam laktat, tapi D menggunakan hotplate stirrer sambil
(+) asam-laktat juga dapat diproduksi diaduk menggunakan magnetic
oleh mikroorganisme. Kristalisasi stirrer dengan kecepatan rotor 150
poli(L)-asam laktat (PLLA) lebih besar rpm selama 2 jam dikontrol dengan
dibanding dengan poli(D)-asam laktat thermocontroller.
(PDLA) (Henton, 2005).
b. Sintesis Kristal Laktida
METODE PENELITIAN Prepolimer yang terbentuk
Penelitian ini dilakukan di ditambahkan katalis Sn(Oct)2
Laboratorium Penelitian Kimia FMIPA sebanyak 5 µL (0,05%), kemudian
Universitas Negeri Surabaya dan dipanaskan 120 0C serta diaduk
analisis hasil penelitian dilakukan di dengan kecepatan 150 rpm dan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember dihubungkan dengan penghisap
(uji DSC), Universitas Negeri Surabaya vakum dengan tekanan 300 mmHg
(uji massa molekul) dan Universitas selama 2 jam. Hasil dikarakterisasi
Airlangga (uji gugus fungsi). Bahan- dengan menggunakan analisis gugus
bahan yang digunakan dalam penelitian fungsi.
ini adalah L-asam laktat 90%, Sn(Oct)2,
oktanol, etil asetat. Sedangkan peralatan c. Polimerisasi
analisis yang digunakan adalah Kristal laktida yang terbentuk
spektrometer IR, Differential Scanning kemudian ditimbang seberat 1 gr.
Calorimetry (DSC)dan viskometer Kristal laktida dimasukkan pada
Ostwald. erlenmeyer 25 mL dengan ditambah
Variabel yang divariasi katalis Sn(Oct)2 1,1990 µL (0,15%),
adalahwaktu interaksi polimerisasi oktanol 3,296 µL (0,4%) dan
selama 2, 4, dan 6 jam. Adapun dipanaskan secara kondensasi pada
variabeltetapnya adalah Lart. asam 1200C pada tekanan 1 atm selama 2,
laktat Pa 10 mL, suhu pada 4, dan 6 jam. Hasil dikarakterisasi
prepolimerisasi 1000C selama 2 jam, dengan menggunakan analisis gugus
tekanan vakum 300 mmHg, fungsi, massa molekul, Transition
pengadukan dengan kecepatan rotor glass, Crystallinity,dan Transition
150 rpm, katalis pada sintesis kristal melting.
laktida 0,05%, suhu pada sintesis kristal
laktida 120 0C selama 2 jam, massa d. Analisa Gugus Fungsi
kristal laktida 1 gr, volume katalis pada Polimer yang dihasilkan
polimerisasi 1,1990 µL (0,15%), dicampur dengan KBr untuk
volume oktanol pada polimerisasi 3,296 dijadikan pellet, kemudian
µL (0,4%), suhu polimerisasi 1200C diletakkan pada alat kearah sinar
dengan tekanan 1 atm, suhu saat infra merah. Hasilnya akan direkam
pengukuran massa molekul 25 0C. ke dalam kertas berskala berupa
aliran kurva bilangan gelombang
Prosedur Kerja terhadap intensitas.
a. Prepolimerisasi
e. Penentuan Massa Molekul
C - 47
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

Polimer yang dihasilkan bermassa molekul rendah dengan


ditimbang seberat 0,2 gr; 0,3 gr; 0,4 menghilangkan kandungan air pada
gr; dan 0,5 gr kemudian dilarutkan (L)-Lactic Acid. Kandungan air pada
dengan 10 mL etil asetat. Penentuan (L)-Lactic Acid dihilangkan dengan
massa molekul menggunakan cara pemanasan kemudian disedot
viskometer Ostwald, metode ini oleh pompa vakum. Kandungan air
mengukur viskositas dengan cara yang terdapat pada (L)-Lactic Acid
membandingkan waktu alir pelarut akan menghidrolisis polimer yang
dan larutan polimer pada berbagai terbentuk sehingga polimer yang
kepekatan atau konsentrasi. terbentuk akan terurai kembali
Pengukuran bobot molekul menjadi monomernya.
dengan metode ini didasarkan pada Warna jernih pada
persamaan Mark– Houwink– prepolimer menunjukkan kemurnian
Sakurada, yaitu: [η] = k(Mv)α larutan, jika prepolimer yang
k dan α merupakan tetapan dihasilkan berwarna coklat hingga
Mark–Houwink –Sakurada, [η] berwarna hitam hal tersebut
adalah viskositas intrinsik, dan Mv menandakan adanya oksigen dan uap
merupakan bobot molekul air yangmengkontaminasi pada
viskositas. prepolimer. Oksigen dan uap air
Nilai k dan α bukan akan mengoksidasi prepolimer yang
merupakan tetapan yang bernilai akan terbentuk sehingga tidak
mutlak. Tetapan tersebut bergantung terbentuk prepolimer dengan
pada polimer, pelarut, dan suhu. sempurna dan berwarna hitam.
(Steven 2001) Oksigen merupakan zat yang bersifat
pelambat dan penghambat (inhibitor)
f. Uji Transition Glass, pada reaksi polimerisasi sehingga
Crystallinity,dan Transition dalam polimerisasi yang peka
melting terhadap oksigen, oksigen harus
Pengujian Transition glass, dihilangkan sebelum polimerisasi
Crystallinity,dan Transition dilakukan (Cowd, 1991).
meltingdilakukan dengan
menggunakan Differential Scanning
b. Sintesis Kristal Laktida
Calorimetry (DSC).
Pada tahap ini menghasilkan
kristal laktida yang berbentuk krital
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang menjarum berwarna jernih (tak
a. Prepolimerisasi
berwarna). Kristal laktida terbentuk
Pada tahap prepolimerisasi
dari uap prepolimer yang
menghasilkan prepolimer yang
didinginkan oleh pompa vakum
bermassa molekul rendah berwarna
sehingga tersublimasi menjadi krital
jernih. Prepolimer yang terbentuk
jernih menjarum. Reaksi yang terjadi
merupakan hasil dari penggabungan
pada sintesis kristal laktida
secara kondensasi (berulang) dari
merupakan reaksi esterifikasi. Asam
monomer (L)-Lactic Acid. Pada
laktat memilikigugus hidroksil dan
gambar 23 dapat dilihat reaksi
karboksil. Kedua gugus ini
penggabungan (L)-Lactic Acid
dimanfaatkan dalam pembentukan
menjadi prepolimer bermassa
kristal laktida.
molekul rendah dengan berat 1000-
Kristal laktida yang terbentuk
5000.
berbentuk kristal yang sesuai dengan
Tujuan tahap prepolimerisasi
sifat bentuk fisiknya yang berupa
ini yaitu menghasilkan polimer
C - 48
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

kristal menjarum berwarna jernih. Kristal laktida yang terbentuk


Warna jernih diakibatkan oleh bersifat higroskopis yaitu kristal
prepolimer yang berwarna jernih laktida dapat menyerap uap air pada
menandakan prepolimer bebas dari udara bebas karena memiliki gugus
pelarut (murni). Prepolimer yang karbonil yang dapat berikatan
berwarna coklat atau kehitaman dengan air maka penyimpanan
menandakan ketidakmurnian kristal laktida harus pada botol
prepolimer tersebut seperti adanya tertutup rapat ditempatkan pada
air atau oksigen yang dapat freezer sehingga dapat terhindarkan
mengoksidai prepolimer sehingga reaksi hidrolisis. Krital laktida yang
akan mengakibatkan tidak terbentuk kemudian dianalisis gugus
terbentuknya kristal laktida. fungsinya.

Gambar 1. Reaksi
prepolimerisasi (L)-asam laktat
(Averous, 2008)

Gambar 2. Reaksi esterifikasi asam


laktat membentuk laktida
(Averous, 2008)

Gambar 3. Ring opening


polymerization (Averous, 2008)

pembukaan cincin laktidamenjadi


c. Polimerisasi polimer bermassa molekul tinggi
Pada tahap polimerisasi seperti gambar 3.
menghasilkan polimer yang Polimer yang terbentuk memiliki
bermassa molekul tinggi berwarna massa molekul yang tinggi ini dapat
kekuningan dan transparan. Polimer dibuktikan dengan cara
yang terbentuk merupakan hasil dari menyentuhnya secara fisik polimer
pembukaan cincin laktida. Pada yang terbentuk memiliki kekerasan
gambar 30 dapat dilihat reaksi yang lebih tinggi dibandingkan
C - 49
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

dengan kristal laktida dan kembali menjadi monomer-


prepolimer. Warna kuning pada monomernya.
polimer diakibatkan oleh kandungan
oksigen yang mengoksidasi reaksi
d. Analisis Gugus Fungsi Poly(L)-
polimerisasi, hal tersebut terjadi
Lactic Acid (PLLA)
karena pada tahap ini pemanasan Karakterisasi ini dilakukan
pada tekanan 1 Atm sehingga tidak dengan tujuan mengidentifikasi
dilengkapi oleh penyedot vakum. gugus-gugus fungsi dari Poly(L)-
Polimer dengan massa molekul Lactic Acid (PLLA). Analisis ini
tinggi ini dapat dibentuk karena juga digunakan untuk melihat
polimer bebas dari pelarut, seperti kemungkinan terjadinya reaksi pada
air. Air dapat menghidrolisis tahap pengolahan yang ditandai
polimer yang terbentuk sehingga dengan munculnya gugus-gugus
ikatan polimer akan terputus dan fungsi baru yang sebelumnya tidak
terdeteksi atau sebaliknya.

Gambar 4. Overlay spektrum IR

Gambar 4 merupakan merupakan gabungan gugus –OH


overlay dari (L)-asam laktat, laktida dari asam dan alkohol sedangkan
dan Poly(L)-Lactic Acid (PLLA) pada laktida tidak terdapat gugus –
sehingga kita melihat perbedaan OH namun overtone ikatan C=O
gugus fungsi. Pada (L)-asam laktat pada senyawa alisiklik yang
mempunyai dua macam ikatan -OH ditunjukkan pada panjang
dengan jangkauan yang sangat besar gelombang 3505,28 cm-1. Pada
meliputi daerah 2500-3550cm-1, Poly(L)-Lactic Acid (PLLA) gugus –
terlihat puncak peak hasil IR OH kembali muncul dengan
Spektrum tampak panjang ditunjukkan pada panjang
gelombang 3418,44 cm-1 yang gelombang 3500,48 cm-1dengan

C - 50
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

didukung pada daerah sidik jari Bilangan bobot molekul rata-


gugus –OH sekunder 1383,63 cm-1 rata viskositas (Mv) ditentukan
dan 1134,52 cm-1. berdasarkan persamaan Mark-
(L)-asam laktat merupakan Houwink:
rantai alifatik yang memiliki gugus [η] = k(Mv)α
C-O yang ditunjukkan pada panjang k dan α merupakan tetapan
gelombang 743,67 cm-1 begitu juga yang bergantung pada pelarut,
pada Poly(L)-Lactic Acid (PLLA) polimer, dan suhu. Pelarut dan suhu
yang merupakan rantai alifatik yang digunakan pada penelitian ini
memiliki gugus C-O yang adalah etil asetat dan 25°C. Nilai k
ditunjukkan pada panjang dan α secara berturut-turut adalah
gelombang 756,76 cm-1 namun pada 1,58×10-4 dan 0,78 (Steven, 2001).
laktida yang merupakan rantai siklik Gambar 5 merupakan hasil
sehingga gugus C-O ditunjukkan regresi waktu dengan massa
pada panjang gelombang 1272,11 molekul, dapat dilihat dari grafik
cm-1. bahwa semakin lama waktu
Pada (L)-asam laktat polimerisasi maka semakin besar
merupakan monomer yang tidak pula massa molekulnya dibuktikan
mempunyai gugus C-O-C sehingga dengan regresi linear (R2) sebesar 1.
pada spectrum IR tidak
menunjukkan panjang gelombang f. Penentuan Transition Glass
1050 – 1100 cm-1 yang menunjukkan
Gambar 6 dapat dilihat
gugus C-O-C. Pada laktida terdapat
bahwa dengan waktu polimerisasi 4
gugus C-O-C yang ditunjukkan pada
jam memiliki derajat Transition
panjang gelombang 1096,17 cm-1
glass (Tg) tertinggi sehingga pada
begitu jugapada Poly(L)-Lactic Acid
polimerisasi 4 jam membutuhkan
(PLLA) terdapat gugus C-O-C yang
energi panas yang besar untuk dapat
ditunjukkan pada panjang
mengubah dari fasa glassy (kaku)
gelombang 1096,17 cm-1.
menjadi fasa reberry (lentur).
Derajat Tg ini dipengaruhi oleh
e. Penentuan Massa Molekul
crytallinity, pada polimerisasi 2 dan
Karakterisasi ini dilakukan
6 jam didapatkan derajat Transition
dengan tujuan menentukan massa
glass sebesar 70,460C dan 62,270C
molekul dari Poly(L)-Lactic Acid
hal ini diakibatkan oleh kecilnya
(PLLA) menggunakan viskometer
prosentase crystallinity yang
Ostwald.
terbentuk dari polimer tersebut,
Viskositas relatif (η r)
sedangkan pada polimerisasi 4 jam
ditentukan dengan cara
didapatkan derajat Transition glass
membandingkan waktu alir pelarut
sebesar 85,23 0C hal ini diakibatkan
dengan waktu alir larutan polimer
oleh besarnya prosentase
(t0/t). Viskositas intrinsik [η] dicari
crystallinity yang terbentuk dari
dengan cara memplotkan
polimer tersebut yaitu sebesar 52,45
ηspesifik/[PLLA] sebagai sumbu y dan
%.
konsentrasi sebagai sumbu x.

C - 51
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

3000 100

Massa Molekul
2000

(gr/mol)

Tg (0C)
y = 438.6x - 95.36
50
1000 R² = 1 y = -2.047x + 80.84
0 R² = 0.123
0
0 5 10
Waktu Polimerisasi (jam) 0 2 Waktu4 (jam) 6 8

Gambar 5. Hasil analisis regresi Gambar 6. Regresi Transition glass pada


waktu dengan massa molekul variabel waktu

60 200
40 150

Tm (0C)
C (%)

100 y = -1.005x + 162.2


20 y = 5.63x + 10.23
R² = 0.303 50 R² = 0.011
0 0
0 2 Waktu4 (jam) 6 8 0 2 4 6 8
Waktu (jam)

Gambar 7. Regresi prosentase Gambar 8. Regresi Transition


Crytallinity pada variabel waktu Melting pada variabel waktu

Crytallinity (Tc) merupakan derajat


g. Penentuan Prosentase yang digunakan untuk memisahkan
struktur kristalit, pada tabel di atas
Crytallinity
semakin besar prosentase
Gambar di atas dapat dilihat Crytallinity maka semakin besar
bahwa dengan waktu polimerisasi pula Tc yang diperlukan.
4 jam memiliki prosentase
Crytallinity (C) tertinggi sehingga
h. Penentuan Transition Melting
pada polimerisasi 4 jam
membutuhkan energi panas yang Gambar 8 dapat dilihat
besar untuk dapat memisahkan bahwa dengan waktu polimerisasi 4
rantai-rantai polimer. Pelelehan jam memiliki Transition Melting
daerah kristalit pada dasarnya tertinggi sehingga pada polimerisasi
merupakan pemisahan ranta-rantai 4 jam membutuhkan energi panas
dalam daerah berkristal, molekul- yang besar untuk dapat memisahkan
molekul akan terpisah dan saling rantai-rantai berkristal, sehingga
menjauh serta akan terjadi vibrasi- memungkinkan polimer mampu
vibrasi dan rotasi sehingga struktur mengalir. Transition Melting
molekul menjadi tidak teratur. merupakan temperatur dimana
Proses pemanasan ini membuat polimer mulai meleleh menjadi
strutur teratur pada kristalit lelehan kental, maka semakin besar
menjadi acak, sedangkan struktur Transition Melting semakin besar
amorf menjadi lebih mengembang pula kalor lebur yang dibutuhkan.
dan lebih tidak teratur. Transition Pada polimerisasi 4 jam memiliki
C - 52
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

prosentase Crytallinity yang tinggi


sehingga energi yang dibutuhkan 1. SIMPULAN
untuk memisahkan rantai-rantai Berdasarkan pembahasan
polimer hingga menjadi lelehan terhadap hasil penelitian maka dapat
kental membutuhkan energi yang disimpulkan bahwa pengaruh waktu
tinggi. interaksi polimerisasi asam laktat
Pada polimerisasi 2 jam terhadap polimer Poly(L)-Lactic Acid
didapatkan crystallinity sebesar (PLLA) dapat mengakibatkan
11,65 % namun memiliki derajat perubahan karakteritik berupa gugus
Transition Crytallinity sebesar fungsi, hasil analisa spektrum IR
0
134,87 C sedangkan pada memperlihatkan bahwa gugus fungsi
polimerisasi 6 jam memiliki pada proses polimerisasi bilangan
prosentase crystallinity 34, 17 % dan gelombangnya mengalami perubahan
derajat Transition Crytallinity yang berarti serta ditemukan adanya
134,57 0C, hal tersebut bertolak gugus fungsi yang baru. Hal tersebut
belakang dengan teori yang berarti polimer Poly(L)-Lactic Acid
seharusnya semakin besar prosentase (PLLA) yang dihasilkan merupakan
crystallinity maka semakin besar proses secara kimia sehingga polimer
pula derajat Transition Crytallinity. memiliki sifat yang baru, berbeda
Hal ini dapat terjadi karena pada dengan komponen-komponen
polimerisasi 2 jam memiliki jarak penyusunnya. Massa molekul
antar kristal lebih kecil (lebih rapat) mengalami pertambahan seiring dengan
sehingga membutuhkan suhu derajat pertambahan waktu interaksi
Transition Crytallinity yang lebih polimerisasi dengan massa molekul
besar untuk memisahkan ikatan antar tertinggi pada polimerisasi 6 jam
kristal, namun pada polimerisasi 6 sebesar 2539,0899 gr/mol. Perubahan
jam memiliki jarak antar kristal lebih sifat kristalinitas juga terpengaruh oleh
besar (lebih renggang) sehingga waktu interaksi polimerisasi asam
membutuhkan suhu derajat laktat, karakteristik bersifat kristalin
Transition Crytallinity yang lebih dari poly(L)-lactic acid (PLLA) yang
kecil untuk memisahkan ikatan antar dihasilkan dicapai pada polimerisasi 4
kristal. jam dengan derajat Transition glass
Dari ketiga data tersebut 85,23 0C, prosentase Crystallinity 52,45
dapat kita ketahui bahwa nilai %, derajat Transition melting 179,580C.
maksimum derajat Transition glass,
prosentase Crystallinity dan derajat DAFTAR PUSTAKA
Transition melting maksimal Ajioka, I.; Enomoto, K.; Suzuki, K. dan
terdapat pada variabel waktu 4 jam Yamaguchi, A.1995. The basic
polimerisasi, sedangkan pada properties of poly lactic acid
variabel 6 jam memiliki nilai lebih produced by the direct
rendah dibanding dengan condensation polymerisation of
polimerisasi 4 jam. Meskipun lactic acid.Journal of
demikian, pada variabel polimerisasi Environmental polymer
6 jam memiliki selisih nilai yang degradation,. 3, no. 3, no. 8, p. 8,
tidak signifikan. Hal ini p. 225-234.
membuktikan bahwa polimerisasi Averous, L.2008.Polylactic Acid:
diatas 4 jam memiliki nilai derajat Synthesis, Properties And
Transition glass, prosentase Applications
Crystallinity dan derajat Transition Brydson, J. A.1999.Plastics
melting lebih rendah. Materials.Butterworth-Heinemann,
C - 53
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

7th Ed (www.en.wikipedia.org, Diisosianat. Mathematics and


diakses 1 November 2011) Natural Sciences: ITB
Clark, Jim.Memahami Arti Sebuah Henton.2005.Polylactic Acid Technology.
Spektrum Infra merah.(www. Berlin: Wiley-VCH
chem-is-try.org, diakses 27 Mei Holten.1971.Lactid acid : Properties and
2011) Chemistry Of Lactid Acid And
Cocca, M.2010.Influence of crystal Derivatives. Weinhein: Verlag
polymorphism on mechanical and Chemie
barrier properties of poly(L-lactic Hyon, S.H; Jamshidi, K. dan Ikada,
acid). Istituto di Chimica e Y.1997. Synthesis of polylactides
Tecnologia dei Polimeri: Italy with different molecular weights.
Cowd, M.1991.Kimia Polimer.Bandung: Biomaterials,. 18, no. 18, no. 22, p.
ITB 22, p. 1503-1508.
Day, R.A, Jr and Khoirulumam.Keunggulan Poly Lactic
Underwood.A.L.1989.Analisis Acid. (www.khoirulumam.com,
Kimia Kuantitatif.Edisi kelima diakses 30 oktober 2010)
(diterjemahkan oleh Aloysius Kim, S.H. dan Kim, Y.H.1999. Direct
Hendrayana Pudjaatmaka). condensation of polymerisation of
Jakarta:Erlangga lactic acid. Macromolecular
Dedy, P.2006.Kuliah reologi dan Symposium, jilid,. 144 p. 227-287.
Fabrikasi IV.ppt.Depok Kister, G.1997.Effects of morphology,
Dewi, Martaningtyas.Potensi Plastik conformation and configuration on
"Biodegradable". (www.pikiran- the IR and Raman spectra of
rakyat.com, diakses 4 Maret 2011) various poly( lactic
Edy, yoky. Analisa Termal Differential acid)s.University Montpellier:
Scanning Calorimetry Prancis
(DSC).(www.chem-is-try.org, Melisa Balkcom.2009.Polylactic Acid -An
diakses 1 November 2011) Exciting New Packaging
Emi, H.Plastik biodegradable.( Material.University of Florida
www.emiheru.blogspot.com, Narayanan, N.2004.L (+) Lactic Acid
diakses 30 oktober 2010) Fermentation and its Product
Farrington, D.2005.Poly(Lactic Acid) Polymerization.Indian Institute of
Fibers.USA: NatureWork Technology Delhi: India
Fessenden, R.1986.Kimia Organik.Edisi Nikkila, K. 2000. Metabolic engineering
kesatu (diterjemahkan oleh of Lactobacillus helviticus
Aloysius Hendrayana CNRZ32 for production of pure L-
Pudjaatmaka). Jakarta:Erlangga (+) lactic acid. Applied and
Hanapi.2007.Production Of Organic Acid Environmental Microbiology
From Local Raw Nolan.2002.The Chemical Composition of
Materials.Malaysia: Universiti Degradable Plastics.Australia: The
Teknologi Malaysia Pennsylvania State University
Handayani, M. 2000.Uji Aktivitas Isolat Nurhayani.2008.Degradasi Poliblend
Bakteri Asam Laktat dari Poli(asam laktat) dengan Poli(ε-
Fermentasi Ekstrak Buah Durian kaprolakton) Secara In
(Durio zibethinus Murr.). Bandar Vitro.Bogor: ITB
Lampung: Universitas Lampung Porter, K.2006.Ring Opening
Hasan, M.2006.Intesis Dan Karakterisasi Polymerization of Lactide for The
Poli(Ester-Uretan) Dari synthesis of Poly(Lactic Acid)
Prepolimer Senyawa Lakton
Dengan 4,4-Difenilmetana
C - 54
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012

Pranamuda, Södergård, A.2002.Properties Of Lactic


Hardaning.2001.Pengembangan Acid Based Polymers and Their
Bahan Plastik Biodegradabel Correlation With
Berbahanbaku Pati Tropis. Jakarta: Composition.Finland: Turku Center
Badan Pengkajian dan Penerapan for Biomaterials
Teknologi Steven MP. 2001. Kimia Polimer. Sopyan
Preechawong, D.2004.Preparation and I, penerjemah: Jakarta: Erlangga.
Characterization of Starch/Poly(L- Terjemahan dari Polymer
Lactic Acid) Hybrid Foams. Chemistry: An Introduction.
Chulalongkorn University: Surdia, dkk.1992.Pengetahuan Bahan
Thailand teknik.Cet 2. Pradnya Paramita:
Ramakrishna, S.2006.Process for the Jakarta. Hal 173-213
Production of Polylactic Acid from Syafir, Ridwan.2008.Analisis Pengaruh
Renewable Feedstock,US Patent Komposisi Pengisi terhadap
Publication, US 2006/003062A1 Karakterisasi Komposit
Said EG. 1988.Teknologi Fermentasi. Polipropilena-Serbuk
Rajawali Pr dan PAU Bioteknologi Kayu.Departemen teknik metalurgi
Saitoh , A.2003.Structure and properties dan material: FT UI
of the mesophase of syndiotactic Tegar, T.2008.Pengembangan Poly Lactic
polystyrene IV.Release of guest Acid Sebagai Kemasan Ramah
molecules from d form of Lingkungan Berbasis Ubi Kayu
syndiotactic polystyrene by time (manihot esculenta).Bogor: ITB
resolved FT - IR and WAXD William D. Callister Jr.Material Science
measurement.Polymer J. , 35 , 868 and Engineerng an Introduction,
– 871 (New York : Jhon Willey & Sons,
Sitorus, A.2009.Penyediaan Film 2004), hal 492-494,538-539,597.
MikrokompositPVCMenggunakanP Zhou,X.2007.Correlation of
emlastis Stearin dengan Cellulase Gene Expression
PengisiPati dan Penguat Serat and Cellulolytic Activity
Alam.Medan: Universitas Sumatera throughout the Gut of the
Utara TermiteReticulitermesflavipes.
Gene (395): 29–39

C - 55

You might also like