You are on page 1of 7

p-ISSN 2088-9321

e-ISSN 2502-5295
Volume 9, Nomor 2, November 2020

ENGETAHUAN MAHASISWA TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BENGKULU


MENGENAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI

Annisa Fitria Edriani1 , Fepy Supriani2


1,2) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu

Jl. WR. Supratman, Kandang Limun, Kec. Muara Bangka Hulu, Sumatera, Bengkulu 38371

email: annisa.fe@unib.ac.id

Diterima : 02 April 2020


Direvisi : 25 Juli 2020
Disetujui : 1 Oktober 2020
Diterbitkan : 14 November 2020

Abstract: With high number of work accidents in Indonesia, even throughout the world, it is necessary to have
innovations and new approaches in an effort to reduce the number of accidents in the construction sector. One effort
that can be done is to ensure that prospective construction sector workers, especially candidates for civil engineering
degrees, have sufficient understanding of Occupational Helath and Safety (OHS) before they complete their education
and then work in the construction sector. This research was aimed at determining the level of understanding of first-
year students about OHS in the construction sector and then to compare it with the level of understanding of fourth
year students. Data were collected by distributing questionnaires to the two sample groups. The questionnaire was
developed in the form of self-assessment. Overall, the results showed that there was a better change in the attitudes
and levels of knowledge of students who had been studying for four years compared to students who had only taken
one year of education. As many as 23.1% of respondents from first year students felt that they had very low knowledge
of OHS. None of the fourth year students rated their knowledge of OHS as very poor. Responding to the question "what
is your attitude towards construction OHS?" as many as 35.9% (majority) of respondents responded with a score of 3
(normal) while 46.5% of fourth year student respondents gave a score of 4 or very good. As many as 35.9% of first
year student respondents had "bad" level of knowledge regarding OHS construction rules and 44.2% of fourth year
student respondents felt their level of knowledge about construction OHS rules is "bad". Fourth year students are
asked some additional questions. As many as 41.9% of respondents gave a "good" rating and as many as 44.2% of
respondents gave a "very good" rating to the question "how is the quality of teaching about OHS by lecturers at the
Civil Engineering Study Program, Bengkulu University?" Respondents assessed that the level of emphasis on the
importance of OHS by lecturers at the Civil Engineering Study Program, Bengkulu University, was categorized as
"very good"..
Keywords : occupational safety, construction, civil engineering, universities, construction management

Abstrak: Dengan tetap tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia, bahkan seluruh dunia, diperlukan inovasi-
inovasi dan pendekatan-pendekatan baru dalam usaha menekan angka kecelakaan kerja sektor konstruksi. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan calon pekerja sektor konstruksi, khususnya calon sarjana
teknik sipil, memiliki pemahaman yang cukup mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebelum mereka
menamatkan pendidikan lalu bekerja di sektor konstruksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
pemahaman mahasiswa tahun pertama mengenai K3 di sektor konstruksi kemudian membandingkannya dengan
tingkat pemahaman mahasiswa tahun keempat. Pengambilan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada dua
kelompok sampel tersebut. Kuisioner dikembangkan dalam bentuk penilaian diri (self-assessment). Secara kese-
luruhan, hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan yang lebih baik dalam sikap dan tingkat pengetahuan maha-
siswa sudah menempuh pendidikan selama empat tahun dibandingkan mahasiswa yang baru menempu h satu tahun
pendidikan. Sebanyak 23,1% responden dari mahasiswa tahun pertama merasa memiliki pengetahuan yang sangat
rendah mengenai K3 konstruksi. Tidak ada mahasiwa tahun ke-empat yang menilai pengetahuannya mengenai K3
sangat buruk. Menanggapi pertanyaan “bagaimana sikap Anda terhadap K3 konstruksi?” sebanyak 35,9% (mayoritas)
responden merespon dengan skor 3 (biasa) sedangkan 46,5% responden mahasiswa tahun keempat memberikan skor
4 atau sangat baik. Sebanyak 35,9% responden mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat pengetahuan mengenai
aturan K3 konstruksi yang “buruk” dan 44,2% responden mahasiswa tahun keempat merasa tingkat pengetahuan
mereka mengenai aturan K3 konstruksi “baik”. Mahasiswa tahun keempat diberikan beberapa pertanyaan tambahan.

- 57
Jurnal Teknik Sipil Volume 9, Nomor 2, November 2020
Universitas Syiah Kuala

Sebanyak 41,9% responden memberikan penilaian “baik” dan sebanyak 44.2% responden memberikan penilaian “san-
gat baik” terhadap pertanyaan “bagaimana kualitas pengajaran mengenai K3 oleh dosen di Prodi Teknik Sipil Univer-
sitas Bengkulu?” Responden menilai tingkat penekanan pentingnya K3 oleh dosen di Prodi Teknik Sipil Universitas
Bengkulu terkategori “sangat baik”.

Kata kunci : kesehatan keselamatan kerja, konstruksi, teknik sipil, universitas, manajemen konstruksi

1. PENDAHULUAN telah dikemukakan dalam berbagai penelitian: [3], [4],[5].


Terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan para Penelitian [6] mengemukakan bahwa sebagian besar
pemangku kepentingan untuk mengurangi angka kecelakaan perusahaan konstruksi tidak memiliki program
kerja di sektor konstruksi, kenyataannya angka kejadian keselamatan, mayoritas eksekutif konstruksi tidak diberi
kecelakaan kerja di sektor konstruksi masih tinggi [1]. Salah tahu tentang kondisi keselamatan di perusahaan mereka,
satu cara menekan angka kecelakaan kerja adalahmelalui pene- dan manajer konstruksi tidak tahu tentang biaya
gakan budaya keselamatan kerja yang baik. Pembentukan bu- kecelakaan atau percaya bahwa biayanya rendah.
daya keselamatan kerja yang baik dapat dilakukan melalui Sawacha, et al [7] melakukan penelitian terhadap faktor
penegakan aturan oleh pemeritntah dan juga melalui usaha yang mempengaruhi kinerja keselamatan dan
membentuk kesadaran para pekerja. Penelitian oleh Al Faris menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
dan Harianto [2] menyimpulkan bahwa perilaku tenaga kerja berkontribusi terhadap keselamatan: variabel historis,
berpengaruh signifikan terhadap kecelakaan kerja dan perilaku variabel ekonomi, variabel psikologis, faktor teknis,
tenaga kerja yang berbahaya merupakan bentuk human failure faktor prosedural, faktor organisasi, dan faktor lingkungan
dalam mengikuti prosedur kerja yang benar. kerja.
Penemuan ini menjadikan peranan institusi pendidikan Menurut penelitian [8], penyebab kecelakaan konstruksi
tinggi semakin penting untuk mendukung penegakan K3. yang paling umum adalah jatuh dari ketinggian. Penyebab
Program studi teknik sipil sebagai salah satu pencetak tenaga terjadinya kecelakaan jatuh dari ketinggian antara lain; tidak
kerja di bidang konstruksi memiliki peranan yang sangat digunakannya pembatas; tidak digunakannya APD;
penting. Saat ini penulis belum menemukan tulisan yang penguncian bukaan yang tidak benar pada lantai/geladak;
mengulas tentang tingkat pemahaman mahasiswa S1 teknik pengorganisasian tempat kerja yang tidak benar; serta
sipil di Indonesia sehingga penelitian ini bertujuan untuk kurangnya pengawasan. Cheng dan Wu [9] melakukan
mengeksplorasi hal tersebut. Dalam penelitian ini, penulis penelitian yang menemukan bahwa penyebab paling
mengambil studi kasus di Program Studi Teknik Sipil berpengaruh pada kecelakaan kerja konstruksi adalah:
Universitas Bengkulu untuk melihat tingkat pengetahuan kecerobohan dalam penerapan langkah-langkah keselamatan di
mahasiswa mengenai manajemen keselamatan dan kesehatan lokasi proyek; pelatihan keselamatan kerja yang tidak memadai
kerja sebelum dan setelah menjalani pendidikan S-1. untuk para pekerja; ketidaksediaan pengawas K3 yang
Pertanyaan yang berusaha dijawab melalui penelitian ini adalah kompeten; kurangnya perhatian dari otoritas terhadap masalah
bagaimana perubahan tingkat pengetahuan mahasiswa K3; serta kurangnya kesadaran K3 dari seluruh pihak yang
mengenai K3 sebelum dan setelah menempuh pendidikan di terlibat dalam konstruksi.
Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu? Penyebab utama perilaku kerja yang tidak aman adalah
kurangnya kesadaran mengenai K3 serta sikap tidak peduli
2. STUDI LITERATUR
terhadap K3 [10]. Penelitian [11] juga mengemukan bahwa
Kecelakaan Kerja Konstruksi
kecelakaan kerja pada industri konstruksi terjadi akibat
Tingginya angka kecelakaan di lokasi konstruksi pengabaian aturan keselamatan kerja yang ditetapkan pihak
- 58
Jurnal Teknik Sipil Volume 9, Nomor 2, November 2020
Universitas Syiah Kuala

berwenang. Banyak kecelakaan kerja di konstruksi yang dapat agar sesuai dengan kebijakan perusahaan dan peraturan
dihindari melalui manajemen K3 yang tepat [12]. Penelitian perundangan.
[13] membuktikan bahwa keterlibatan pegawai dalam
Pengajaran K3 Kepada Calon Sarjana Teknik Sipil
manajemen K3 dapat menurunkan angka kecelakaan kerja.
Tingginya angka kecelakaan di sektor konstruksi
Untuk meningkatkan performa K3 di dunia kontruksi, semua
menuntut para pembuat kebijakan, praktisi, peneliti dan stake-
pekerja konstruksi dari atas sampai bawah harus memiliki
holder terkait membuat suatu pembaharuan atas usaha yang dil-
pemahaman yang cukup mengenai K3 di lokasi kerja
akukan untuk menekan angka kecelakaan kerja di sektor kon-
konstruksi [14].
struksi. Banyak peraturan- peraturan dan standar-standar yang
dibuat oleh stakeholder (baik pemerintah maupun pihak
Peraturan Mengenai Kesehatan dan Keselamatan
lainnya (pemilik, kontraktor, konsultan)) namun penulis
Kerja Konstruksi di Indonesia
melihat adanya suatu kekosongan dalam usaha tersebut. Usaha
Dengan tingginya angka kecelakaan kerja pada sektor
yang diarahkan kepada pendidikan para calon pekerja di sektor
konstruksi, Pemerintah telah mengeluarkan berbagai aturan
konstruksi, satunya calon sarjana teknik sipil, di Indonesia
demi menjamin K3 bagi pekerja konstruksi. Dijelaskan dalam
masih belum penulis temukan.
[15] bahwa perusahaan diwajibkan menyelenggarakan
pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah 3. METHODOLOGI PENELITIAN
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan Penelitian dilakukan dengan mengembangkan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kuisioner untuk mahasiswa tahun pertama dan tahun
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama keempat Program Studi Teknik Sipil Universitas
pada kecelakaan. Menurut [16], keselamatan dan kesehatan Bengkulu. Penyebaran kuesioner dilakukan pada semester
kerja (K3) konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin ganjil tahun ajaran 2019/2020. Penyebaran kuisioner pada
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja mahasiswa tahun pertama (pada awal semester 1)
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit pada dilakukan untuk menilai tingat pengetahuan mahasiswa
pekerja konstruksi. Dalam [17] dijelaskan bahwa kecelakaan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sebelum
kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak menerima materi pada program studi tersebut. Kuisioner
diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta pada mahasiswa tahun keempat serupa dengan kuisioner
benda. yang diberikan pada mahasiswa tahun pertama tetapi
Salah satu aturan yang dikeluarkan pemerintah sebagai dengan tujuan melihat perubahan sikap terhadap
pedoman pelaksanaan K3 bidang konstruksi adalah [18] yang kesehatan dan keselamatan kerja pada dunia konstruksi
kemudian dilengkapi dengan [19]. Kebijakan K3 yang setelah tiga tahun pendidikan di Program Studi Teknik
dikeluarkan oleh manajemen puncak harus dengan jelas Sipil Universitas Bengkulu. Skala Linkert digunakan pada
menyatakan seluruh komitmen K3 yang hendak dicapai [20]. setiap pertanyaan: 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = biasa;
Kebijakan tersebut disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan, 4 = baik; 5 = sangat baik.
tersaji dalam dokumen secara tertulis disertai tanggal dan tanda Jumlah keseluruhan responden yang mengisi
tangan, menyatakan tujuan dan sasaran K3 yang hendak kuisioner secara tepat adalah sebanyak 82 mahasiswa.
dicapai, disebarluaskan dan disosialisasikan kepada seluruh Dari 82 responden, sebanyak 39 responden merupakan
pekerja/buruh dan pihak yang berkepentingan datang ke lokasi mahasiswa tahun pertama. Jumlah ini merupakan 38.2%
konstruksi, terdokumentasi dan terpelihara dengan baik, dari keseluruhan mahasiswa yang terdaftar sebagai
berubah sesuai deengan perkembangan peraturan, teknologi mahasiswa tahun pertama. Sebanyak 43 mahasiswa atau
dan kebutuhan organisasi, serta ditinjau ulang secara berkala. 39% dari mahasiswa tahun keempat berpartisipasi pada
- 59
Jurnal Teknik Sipil Volume 9, Nomor 2, November 2020
Universitas Syiah Kuala

penelitian ini sebagai responden. “baik” (44,2%).


Lebih lanjut lagi, mahasiswa tahun keempat diberikan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN pertanyaan tambahan untuk mencari tahu mengenai matakuliah
Hasil manajemen konstruksi yang mengajarkan tentang K3
Pada kuisioner yang diberikan, responden diminta untuk konstruksi. Dengan tingkat kehadiran dan tingkat pengerjaan
menilai diri sendiri mengenai tingkat pemahamannya terhadap tugas yang tinggi (mayoritas “baik” dan “sangat baik”), maka
K3 konstruksi. Skala yang digunakan adalah skala 1 sampai 5 responden dianggap layak untuk menjadi penilai mengenai
dimana skala 1 berarti tingkat pemahaman sangat buruk/rendah kegiatan belajar mengajar pada mata kuliah manajemen
dan 5 berarti tingkat pemahaman sangat baik. Respon dari konstruksi. Sebanyak 41,9% responden menberikan penilaian
responden disajikan dalam Tabel 1. Hasil pengolahan data “baik” dan sebanyak 44,2% responden memberikan penilaian
menunjukkan adanya penurunan signifikan respon “sangat “sangat baik” terhadap pertanyaan “bagaimana kualitas
buruk” terhadap pertanyaan “apakah Anda mengetahui tentang pengajaran mengenai K3 oleh dosen di Prodi Teknik Sipil
K3 konstruksi?”. Sebanyak 23,1% responden dari mahasiswa Universitas Bengkulu?”. Terakhir, penulis menanyakan tingkat
tahun pertama menjawab “sangat buruk” dan nilai tersebut penekanan pentingnya K3 oleh dosen di Prodi Teknik Sipil
menjadi 0% ketika ditanyakan kepada mahasiswa tahun Universitas Bengkulu dan hasil yang diberikan serupa dengan
keempat. Sebaliknya, hanya 7,7% responden dari mahasiswa pertanyaan sebelumnya (“baik” dan “sangat baik”).
tahun pertama menjawab “sangat baik” dan nilai tersebut Berdasarkan hasil yang diperoleh, secara keseluruhan terjadi
menjadi 25,6% ketika ditanyakan kepada mahsiswa tahun peningkatan signifikan tingkat pemahan mahasiswa terhadap
keempat. K3 konstruksi.
Selanjutnya penulis menanyakan bagaimana sikap
responden terhadap K3 konstruksi. Mayoritas responden Pembahasan
mahasiswa angkatan pertama, sebanyak 35,9% merespon Kecelakaan kerja pada sektor konstruksi masih
dengan skor 3 (biasa). Pada responden mahasiswa tahun memerlukan perhatian serius dari para pemangku
keempat, mayoritas memberikan skor 4 atau sangat baik kepentingan. Berbagai kebijakan diambil demi
(46,5%). Mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswa tahun menciptakan lingkugan kerja yang lebih aman bagi para
pertama mengenai aturan (undang-undang, peraturan menteri, pekerjanya. Salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah
dll) K3 konstruksi berada pada tingkat “buruk” (35,9%) melalui edukasi. Selama ini, edukasi K3 kepada pekerja
sedangkan mayoritas mahasiswa tahun keempat merasa tingkat umumnya dilakukan melalui sertifikasi, pelatihan, dan
pengetahuan mahasiswa tahun pertama mengenai aturan lain sebagainya. Sertifikasi dan pelatihan tersebut dapat
(undang-undang, peraturan menteri, dll) K3 konstruksi mereka dibiayai oleh pemberi kerja (employer) ataupun dijadikan
sebagai salah satu syarat dalam proses rekruitmen.

Tabel 1. Responsi Pertanyaan Mahasiswa Tahun Pertama dan Tahun Keempat


Mahasiswa Sangat Sangat
Pertanyaan Buruk Biasa Baik
Tahun Ke- Buruk Baik
Apakah Anda mengetahui tentang K3 1 23,1% 15,4% 38,5% 15,4% 7,7%
konstruksi?
4 0% 2,3% 14% 58,1% 25,6%
Bagaimana sikap Anda terhadap K3 1 7,7% 5,1% 35,9% 23,1% 28,2%
konstruksi?
4 0% 2,3% 16,3% 46,5% 34,9%
Bagaimana pengetahuan Anda 1 15,4% 35,9% 25,6% 17,9% 5,1%
mengenai aturan (undang-undang,
peraturan menteri, dll) K3 konstruksi? 4 2,3% 7% 39,5% 44,2% 7%

- 60
Jurnal Teknik Sipil Volume 9, Nomor 2, November 2020
Universitas Syiah Kuala

Tabel 2. Responsi Pertanyaan Khusus Mahasiswa Tahun Keempat


Sangat Sangat
Pertanyaan Buruk Biasa Baik
Buruk Baik
Bagaimana tingkat kehadiran Anda di kelas ma-
najemen konstruksi? 0% 0% 4,7% 34,9% 60,5%

Bagaimana tingkat pengerjaan tugas manajamen


0% 0% 11,6% 46,5% 41,9%
konstruksi Anda?
Bagaimana kualitas pengajaran mengenai K3
oleh dosen di Prodi Teknik Sipil Universitas 0% 2,3% 11,6% 41,9% 44,2%
Bengkulu?
Bagaimana tingkat penekanan pentingnya K3
oleh dosen di Prodi Teknik Sipil Universitas 0% 0% 14% 41,9% 44,2%
Bengkulu?

Dalam penelitian ini, penulis melihat potensi namun pada kenyataannya angka kecelakaan kerja di
penekanan angka kecelakaan kerja melalui peningkatan sektor konstruksi masih saja tinggi. Penelitian lebih lanjut
pengetahuan mahasiswa teknik sipil mengenai K3 diperlukan untuk menilai kesesuaian materi K3 yang di-
konstruksi. Memastikan bahwa calon sarjana teknik sipil ajarkan di perguruan tinggi dengan penerapan K3 yang
memiliki pemahaman yang cukup mengenai K3 sebelum mereka temui setelah bekerja. Perbandingan pengajaran
mereka terjun ke industri merupakan salah satu cara yang K3 di berbagai universitas juga dapat menjadi tamba-
dapat ditempuh untuk menekan angka kecelakaan kerja. hanan pengetahauan dalam usaha menekan angka kecel-
Sarjana teknik sipil merupakan salah satu jurusan yang akaan.
memang mempersiapkan calon lulusannya untuk bekerja
di sektor konstruksi dan umumnya mereka memegang 5. KESIMPULAN DAN SARAN
posisi-posisi yang cukup vital dalam sebuah proyek 1. Pendidikan calon pekerja sektor konstruksi,
konstruksi. Dengan demikian, peranan mereka dalam khususnya calon sarjana teknik sipil dapat menjadi
menciptakan lingkungan kerja yang menerapkan aspek salah satu upaya dalam meningkatkan mutu
K3 harus dimaksimalkan. manajemen K3 di sektor konstruksi.
Jika membandingkan respon mahasiswa tahun per- 2. Universitas Bengkulu sebagai universitas terbesar di
tama dengan respon mahasiswa tahun ke-empat, secara Kota Bengkulu turut serta dalam upaya penamanan
keseluruahn terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap pemahaman K3 di sektor konstruksi.
kepedulian mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Uni- 3. Penelitian terhadap mahasiswa tahun pertama dan ma-
versitas Bengkulu terhadap K3. Pentingnya K3 juga hasiswa ta hun keempat Program Studi Teknik Sipil
cukup ditekankan oleh dosen yag mengajar pada program Universitas Bengkulu membuktikan bahwa terjadi
studi tersebut. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator peningkatan pemahaman mahasiswa mengenai K3
bahwa mahasiswa mendapatkan pengajaran K3 yang konstruksi.
cukup di bangku kuliah. Akan tetapi, hasil penelitian ini 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat
masih memerlukan eksplorasi yang lebih dalam. Hasil kolerasi pendidikan calon sarjana teknik sipil dengan
penelitian ini membuka pertanyaan, mengapa angka ke- tingginya angka kecelakaan kerja pada sektor
celakaan kerja masih tinggi walaupun K3 sudah diajarkan konstruksi.
kepada calon sarjana teknik sipil selama mereka
menempuh pendidikan di universitas? Mahasiswa yang 6. UCAPAN TERIMAKASIH

menerima pendidikan memang menilai bahwa pengajaran Penulis mengucapkan terimakasih kepada Universi-

mengenai K3 yang mereka terima sudah cukup baik, tas Bengkulu sebagai afiliasi penulis serta kepada seluruh
responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
- 61
Jurnal Teknik Sipil Volume 9, Nomor 2, November 2020
Universitas Syiah Kuala

7. DAFTAR PUSTAKA affecting safety performance on construction


[1] A. Andi, R. S. Alifen, dan A. Chandra, “Model sites,” Int. J. Proj. Manag., vol. 17, no. 5, pp. 309–
Persamaan Struktural Pengaruh Budaya 315, 1999, doi: 10.1016/S0263-7863(98)00042-8.
Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di [8] A. Smolarz, “Analysis of Accidents in
Proyek Konstruksi,” J. Tek. Sipil Inst. Teknol. Construction in 2015-2017,” vol. 29, no. 4, pp.
Bandung, vol. 12, no. 3, pp. 127–136, 2005, 149–156, 2019, doi: 10.2478/ceer-2019-0051.
[Online]. Available: [9] C. Cheng dan T. Wu, “An investigation and
http://journals.itb.ac.id/index.php/jts/article/view analysis of major accidents involving foreign
/2668. workers in Taiwan ’ s manufacture and
[2] I. Al Faris dan F. Harianto, “Pengaruh Perilaku construction industries,” Saf. Sci., vol. 57, pp.
Tenaga Kerja Dan Lingkungan Kerja yang 223–235, 2013, doi: 10.1016/j.ssci.2013.02.008.
Dimoderasi Faktor Pengalaman Kerja Dan [10] E. A. L. Teo, F. Y. Y. Ling, dan D. S. Y. Ong,
Tingkat Pendidikan Terhadap Kecelakaan Kerja “Fostering safe work behaviour in workers at
Konstruksi di Surabaya,” Semin. Nas. X – 2014 construction sites,” Eng. Constr. Archit. Manag.,
Tek. Sipil ITS Surabaya, pp. 57–63, 2014, vol. 12, no. 4, pp. 410–422, 2005, doi:
[Online]. Available: https://jurnal.itats.ac.id/wp- 10.1108/09699980510608848.
content/uploads/2015/02/Pengaruh-Perilaku- [11] I. Kamardeen, “Strategic safety management
Tenaga-Kerja-dan-Lingkungan-Kerja-Yang- information system for building projects in
Dimoderasi-Faktor-Pengalaman-Kerja-dan- Singapore,” Eng. Constr. Archit. Manag., vol. 16,
Tingkat-Pendidikan-Terhadap-Kecelakaan- no. 1, pp. 8–25, 2009, doi:
Kerja-Konstruksi-di-Surabaya.pdf. 10.1108/09699980910927868.
[3] F. Sherratt, P. Farrell, dan R. Noble, “UK [12] S. H. Lin, W. J. Tang, J. Y. Miao, Z. M. Wang, dan
construction site safety : discourses of P. X. Wang, “Safety climate measurement at
enforcement and engagement,” Constr. Manag. workplace in China: A validity and reliability
Econ., vol. 31, no. 6, pp. 623–635, 2013, doi: assessment,” Saf. Sci., vol. 46, no. 7, pp. 1037–
10.1080/01446193.2012.747689. 1046, 2008, doi: 10.1016/j.ssci.2007.05.001.
[4] H. Yang, D. A. . Chew, W. Wu, Z. Zhou, dan Q. [13] C. Hill dan A. Ainsworth, “Health and Safety:
Li, “Design and implementation of an Academic Research and Practical Application,”
identification system in construction site safety Assoc. Res. Constr. Manag., vol. 1, no. September,
for proactive accident prevention,” Accid. Anal. pp. 467–473, 2001.
Prev., vol. 48, pp. 193–203, 2012, doi: [14] N. Udawatta, R. Roufdeen, dan R. R. N Udawatta,
https://doi.org/10.1016/j.aap.2011.06.017. “Fatalities and Non-Fatalities in Construction
[5] X. Huang, J. Hinze, dan M. Asce, “Analysis of Accidents,” in 37th Annual Conference of the
Construction Worker Fall Accidents,” J. Constr. Australasian Universities Building Educators
Eng. Manag., vol. 129, no. 3, pp. 262–271, 2003. Association (AUBEA) The University of New
[6] A. Laufer, “Construction Accident Cost dan South Wales, Australia, 2012, pp. 314–327.
Management Safety Motivation,” J. Occup. [15] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1
Accid., vol. 8, pp. 295–315, 1987, [Online]. Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
Available: 10.1016/0376-6349(87)90005-8. Indonesia, 1970.
[7] E. Sawacha, S. Naoum, dan D. Fong, “Factors [16] Peraturan pemerintah RI nomor 50 tahun 2012
- 62
Jurnal Teknik Sipil Volume 9, Nomor 2, November 2020
Universitas Syiah Kuala

tentang Penerapan SMK3. Indonesia, 2012. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
[17] Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 Tahun 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Sistem
1998 Tentang Tatacara Pelaporan dan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemeriksaan Kecelakaan. Indonesia, 1998. (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
[18] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Indonesia, 2018.
05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Sistem [20] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Indonesia, 2014. Indonesia, 2012.
[19] Peraturan Menteri PUPR Republik Indonesia No.
02/PRT/M/2018 Tentang Perubahan Atas

- 63

You might also like