Professional Documents
Culture Documents
Otot Progresif Dan Cemas 3
Otot Progresif Dan Cemas 3
Abstract. Cancer is one of diseases that can affects all the group of ages. Once a person has
claimed has a cancer, the client will experience unfavorable conditions, such as psychological
shock, anxiety, fear, confusion, sad, panic, insecure, or feeling alone and shadowed by death.
Anxiety increases when the client visualize the changes in his life in the future as an effect of
illness or as a result of treatment of a disease process. Progressive muscle relaxation is one of
systematic technique that is designed to help relieving the muscle tension and decrease anxiety
that occurs when someone’s conscious. The purpose of this research is to know the influence of
progressive muscle relaxation on the anxiety level of patients with chemotherapy in the cancer
home Denpasar. This research is quasi eksperiment with pretest and posttest design with control
group. Sample retrieval using total sampling of 22 people. The treatment group given the
progressive muscle relaxation during the three days that is done every morning and afternoon.
The data collection was using the questionnaire Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) with
ordinal scale. Based on statistical tests Mann-Whitney U Test with a 95% level of confidence
gained value p = 0.002 (p<0.05) meaning that there are influences of progressive muscle
relaxation on the level of anxiety. Based on the above findings, it is recommended to recommend
this exercise to the patients as one of the techniques for reducing anxiety of patients undergoing
chemotherapy.
PEMBAHASAN
Data pada kelompok perlakuan
menunjukkan sebelum diberikan latihan
relaksasi otot progresif, sebagian besar
responden mengalami kecemasan berat yaitu
sebanyak 6 responden (55%), dan setelah
diberikan latihan relaksasi otot progresif
sebanyak 6 kali (3 hari setiap pagi dan sore)
didapatkan data tidak ada responden yang
Tabel 1. Data Tingkat Kecemasan mengalami kecemasan berat (0%). Menurut
Domin (2001) dalam Wulandari (2006),
Pada kelompok perlakuan, sebelum secara fisiologis, latihan relaksasi akan
diberikan latihan relaksasi otot progresif membalikkan efek stres yang melibatkan
sebagian besar responden mengalami bagian parasimpatetik dari sistem saraf pusat
kecemasan berat yaitu sebanyak 6 responden (Domin, 2001). Relaksasi akan menghambat
(55%) dan setelah diberikan latihan relaksasi peningkatan saraf simpatetik, sehingga
otot progresif sebanyak 6 kali (3 hari setiap hormon penyebab disregulasi tubuh dapat
pagi dan sore), sebagian besar responden dikurangi jumlahnya. Sistem saraf
mengalami kecemasan ringan yaitu parasimpatetik, yang memiliki fungsi kerja
sebanyak 7 responden (64%). Sedangkan yang berlawanan dengan saraf simpatetik,
pada kelompok kontrol, nilai pretest akan memperlambat atau memperlemah
menunjukkan sebagian besar responden kerja alat-alat internal tubuh. Akibatnya,
mengalami kecemasan ringan sebanyak 8 terjadi penurunan detak jantung, irama
responden (73%), dan sisanya tidak nafas, tekanan darah, ketegangan otot,
mengalami kecemasan sebanyak 3 tingkat metabolisme, dan produksi hormon
responden (27%). Setelah 3 hari didapatkan penyebab stres. Seiring dengan penurunan
hasil terjadi penurunan jumlah responden tingkat hormon penyebab stres, maka
seluruh badan mulai berfungsi pada tingkat merupakan salah satu tehnik relaksasi otot
lebih sehat dengan lebih banyak energi telah terbukti dalam program terapi terhadap
untuk penyembuhan (healing), penguatan ketegangan otot mampu mengatasi keluhan
(restoration), dan peremajaan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot,
(rejuvenation). nyeri leher dan pinggang, tekanan darah
Sedangkan pada kelompok kontrol tinggi, fobi ringan dan gagap (Davis, 1995).
didapatkan hasil tidak ada perbedaan tingkat Menurut Black and Mantasarin (1998)
kecemasan sebelum dan setelah perlakuan bahwa tekhnik relaksasi progresif dapat
pada kelompok kontrol dengan rentang digunakan untuk pelaksanaan masalah
kecemasan ringan sampai tidak ada psikis. Sehingga relaksasi yang dihasilkan
kecemasan. Hal ini dikarenakan responden dengan teknik relaksasi otot progresif dapat
pada kelompok kontrol tidak mendapatkan bermanfaat untuk menurunkan kecemasan.
latihan relaksasi otot progresif seperti halnya
pada kelompok perlakuan. KESIMPULAN DAN SARAN
Perbedaan selisih dari tingkat Pemberian relaksasi otot progresif
kecemasan pada kelompok perlakuan lebih berpengaruh terhadap tingkat kecemasan
besar jika dibandingkan pada kelompok pasien yang menjalani kemoterapi yang
kontrol. Dari hasil uji statistik, didapatkan efektif diberikan pada kelompok perlakuan.
nilai p = 0,002 yang berarti terdapat Hasil uji statistik Mann-Whitney U Test
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap untuk membandingkan selisih tingkat
tingkat kecemasan. Hal ini sesuai dengan kecemasan pada kelompok perlakuan dan
penelitian oleh Purwaningtyas (2008) yang kontrol dan didapatkan nilai p = 0.002 (p <
meneliti pengaruh relaksasi progresif 0,05) dimana terdapat pengaruh relaksasi
terhadap tingkat kecemasan pasien otot progresif terhadap tingkat kecemasan.
skizofrenia pada pasien skizofrenia di Berdasarkan hal tersebut diharapkan
Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta. klien dapat melakukan latihan relaksasi otot
Hasil uji Mann Whitney U-test tingkat progresif secara berulang dan kontinu ketika
kecemasan pada post-test nilai t hitung klien merasa cemas, insomnia, ataupun
5,527 dengan p-value 0,000. Karena nilai p- merasakan terjadinya ketegangan otot.
value lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak Kepada tenaga kesehatan dapat
dan disimpulkan terdapat perbedaan yang menganjurkan relaksasi otot progresif ini
signifikan tingkat kecemasan responden sebagai salah satu latihan untuk mengurangi
pada kedua kelompok pada post test. Hasil gejala-gejala kecemasan yang mudah untuk
ini menunjukkan bahwa pemberian teknik dilakukan sendiri. Pada penelitian
relaksasi progresif berdampak terhadap selanjutnya dapat dikembangkan dengan
penurunan tingkat kecemasan pasien meneliti variabel lain yang mungkin
skizofrenia. Sehingga disimpulkan terdapat berkaitan dengan relaksasi otot progresif dan
pengaruh yang signifikan relaksasi progresif dapat menjadikan keterbatasan penelitian
terhadap tingkat kecemasan klien sebagai acuan dalam melaksanakan
skizofrenia. penelitian yang lebih baik kedepannya.
Dalam Purwaningtyas (2008)
disebutkan bahwa latihan relaksasi progresif
DAFTAR PUSTAKA
Dougherty, L. 2007. Using Nursing Management of Chemotherapy-
Diagnoses in Prevention and Induced Alopecia in the Cancer Patient.
International Journal of Nursing diterbitkan. Depok : Fakultas Ilmu
Terminologies and Classifications, 18 Keperawatan Universitas Indonesia.
(4): 142-149. Melia. 2013. Hubungan Antara Frekuensi
Ernst, E. 2007. Complementary Therapies Kemoterapi Dengan Status Fungsional
for Pain Management: An Evidence- Pasien Kanker Yang Menjalani
based Approach, (Online), Kemoterapi Di Rsup Sanglah Denpasar.
(http://books.google.co.id, diakses 16 Skripsi diterbitkan. Denpasar: Program
November 2013). Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Universitas Udayana.
Kedokteran. Edisi 11, Jakarta : EGC. Muthmainatun. 2012. Pengaruh Terapi
Hartono, LA. 2007. Stres & Stroke. Relaksasi Otot Progresif (Progressive
Yogyakarta : Kanisius. Muscle Relaxation) Terhadap Tingkat
Herdman, T. H. 2012. Nursing Diagnoses : Kecemasan Pada Lansia di Shelter
Definitions & Classifications 2012- Gondang I Wukirsari Cangkringan
2014. Jakarta : EGC. Sleman Yogyakarta. Digilib Fakultas
Kusumadewi, S. 2008. Aplikasi Fuzzy Total Kedokteran UMY, (Online),
Integral Pada Hamilton Anxiety Rating (http://digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod
Scale (HARS), Makalah disajikan dalam =browse&op=read&id=yopumyfkpp-
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi gdl-muthmainat-559, diakses 22 Juli
Informasi 2008, Yogyakarta, 21 Juni 2014)
2008. Nursalam. 2011. Konsep Penerapan
Lutfa, U. dan Maliya, A. 2008. Faktor- Metodologi Penelitian Dan Ilmu
faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Pasien Dalam Tindakan Kemoterapi Di Medika.
Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta. Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar
Skripsi diterbitkan. Kartasura : Fakultas Fundamental Keperawatan : Konsep,
Ilmu Keperawatan UMS. Proses, dan Praktik. Volume kedua.
Lee, J. E dkk. 2012. Monochord sounds and Edisi empat, Jakarta : EGC.
progressive muscle relaxation reduce Prasetyo, T. 2012. Periodisasi
anxiety and improve relaxation during Perkembangan, (Online),
chemotherapy: A pilot EEG study. (http://m.kompasiana.com/post/read/465
Complementary Therapies in Medicine, 465/2/psikologi-perkembangan.html,
20: 409-416. diakses 20 Juli 2014)
Lindquist, R. et al. 2013. Complementary & Purwaningtyas dan Arum Pratiwi. 2008.
Alternative Therapies in Nursing: Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap
Seventh Edition, (Online), Tingkat Kecemasan Pada Pasien
(http://books.google.co.id, diakses 16 Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
November 2013). Daerah Surakarta. Skripsi diterbitkan.
Lubis, N. L. 2009. Dukungan Sosial Pada Kartasura: Fakultas Ilmu Keperawatan
Pasien Kanker, Perlukah?.Medan : UMS.
USU Press. Ramdhani, N. dan Putra, A.A. 2008.
Mashudi. 2011. Pengaruh Progressive Pengembangan Multimedia
Muscle Relaxation Terhadap Kadar “Relaksasi”. Skripsi diterbitkan.
Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Yogyakarta : Fakultas Psikologi
Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Universitas Gajah Mada.
Raden Mattaher Jambi. Tesis
Saseno, dkk. 2013. Efektifitas Relaksasi Bedah.Volume kesatu.Edisi delapan,
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Jakarta : EGC.
Lansia Di Posyandu Lansia Adhi Yuswa Tarpudin. 2007. Analisis Perbedaan.
RW. X Kelurahan Kramat Selatan. (Online),(http://lontar.ui.ac.id/file?file=
Jurnal diterbitkan. Purwokerto: digital/12 336-5708
Poltekkes Kemenkes Semarang. Analisis%20perbedaan Analisis.pdf,
Singh, dkk. 2012. Comparison of the diakses 29 Juni 2014).
effectiveness ofmusic and progressive Untari, I. dan Rohmawati. 2013. Faktor-
musclerelaxation for anxiety in Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
COPD—A randomized controlled pilot Pada Usia Pertengahan Dalam
study. Chronic Respiratory Disease, 6 Menghadapi Proses Menua (Aging
(4): 209-216. Process). Jurnal Keperawatan AKPER
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. 17 Karanganyar, (Online), Vol. 1, No.
Bandung : Alfabeta. 2,(http://jurnal.akper17.ac.id/index.php/
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian JK17/article/download/9/13, diakses 16
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Juni 2014).
Bandung : Alfabeta Utami dkk. 2013. Hubungan Dukungan
Suprihatin dkk. 2011. Modul Progressive Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan
Muscle Relaxation (PMR) Perilaku Kemoterapi Pada Pasien Kanker Serviks
Kekerasan. Modul diterbitkan. Fakultas di RSUD Dr. Moewardi, (Online), Vol.
Ilmu Keperawatan Universitas 10, No. 1, (diakses 1 Juni 2014)
Indonesia. Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Keperawatan Jiwa. Terjemahan oleh
RI. 2012. Penderita Kanker Komalasari, Renata dan Alfrina Hany.
Diperkirakan Menjadi Penyebab Utama 2008. Jakarta : EGC.
Beban Ekonomi Terus Meningkat, Virgantari, N.W.W. 2013. Pengaruh Terapi
(Online),(http://www.depkes.go.id/inde Relaksasi Otot Progresif Terhadap
x.php/berita/press-release/1060-jika- Kualitas Tidur Lansia di Banjar
tidakdikendalikan-26-juta-orang-di- Pangkung Desa Pejaten Kediri
dunia-menderita-kanker-.html,diakses 3 Tabanan. Skripsi tidak diterbitkan.
Maret 2013). Denpasar : Program Studi Ilmu
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Fakultas Kedokteran
Keperawatan. Surabaya: PT. Graha Universitas Udayana.
Ilmu. Wulandari, P. Y. 2006. Efektivitas Senam
Setyaningsih, dkk. 2011. Hubungan Antara Hamil sebagai Pelayanan Prenatal
Dukungan Emosional Keluarga dan dalam Menurunkan Kecemasan
Relisiliensi Dengan Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama.
Menghadapi Kemoterapi Pada Pasien Fakultas Psikologi Universitas
Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Airlangga.
Skripsi diterbitkan, Universitas Sebelas Yunitasari, L.N. 2012. Hubungan Beberapa
Maret Surakarta, Prodi Psikologi Faktor Demografi dengan Tingkat
Fakultas Kedokteran Kecemasan Pasien Pasca Diagnosis
Smeltzer, S. C. dan Bare, B.G. 2002. Buku Kanker di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Ajar Keperawatan Medikal- Medica Hospitalia, 1 (2): 127-129