ID Review Studi Estuari Di Indonesia

You might also like

You are on page 1of 5
REVIEW STUDI ESTUARI DI INDONESIA Oleh : Mochamad Saleh Nugrahadi ABSTRAK Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai, sungai-sungai dan estuari yang menghubungkan dararan dengan lautan. Tulisan ini merangkum progres studi fisik estuari internasional dan beberapa penelitian yang pernah dilakukan di beberapa estuari di Indonesia Masalah-masalah perubahan tata guna lahan di wilayah DAS, sedimentasi dan degradasi lingkungan ‘menjadi topik yang-dominan dalam pembahasan estuart ini. Konsep Penataan DAS dan Pesisir Terintegrasi (ICARM) diperkenalkan sebagai paradigma baru dalam pengelolaan dan pemanfaatan DAS dan pesisir Kata kunci : estuari di Indonesia, model, biogeokimia, ICARM. 1, PENDAHULUAN stuari adalah daerah semi tertutup dipesisirpantai yang mempunyai akses menuju laut lepas dimana terjadi pencampuran antara air laut dengan air tawar yang mengalir dari darat melalui sungai. Komponen penting yang rmengatur dinamika antara dua masa air itu adalah pasut. Meskipun demikian, di alam ada pula estuari yang berada di daerah non pasut, daerah ini sering dinamai dengan laguna. Di laut yang non pasut ini, sng secaraalami lebih ering ‘membentuk delta dari pada estuar ‘Studi terbaru mengenai proses fisik ‘estuary telah dirangkum oleh PJ Uncles (2002). Konsep kerangka kerja untuk studi sirkulasi estuari pertama kali diungkapkan oleh Pritchard (1956) Pritchard membuat —delineasi kesetimbangan momentum yang diratakan terhadap pasut dan menonjolkan pentingnya peranan arus denstas. Pekerjaan ini kemudian sering dijadikan pedoman bagi penelitian selanjutnya. Formulasi klasiksirkulasi estuari sering mengasumsikan bahwa penampang estuari berbentuk kanal persegi empat. Namun dalam Kenyataanya, variasi transversal kedalaman estuari_menimbulkan perbedaan pola hidrodinamika yang akhimnya menimbulkan perbedaan densitas, Kemajuan teknologi instrumentasi seperti penggunaan ADCP (Acoustic Doppler Current Profile), ‘ocean surface current radar, OSCR, airborne dan space-borne technology sangat memfasilitasi observasi variasi transversal tersebut, Sistem front di estuari adalah studi yang sangat penting dan menarik di estuari, Kemajuan —teknologi pengindraan jauh sangat menunjang visualisasi dan apresiasi mengenai fenomena atamiah front. Hasil-hasil studi selama ini menyimpulkan bahwa gradien densitas sangat menentukan struktur front. Energi pasut, morfologi perairan dan kondisi stratifikasi menentukan — formasi. dan rmempertahankan turbiditas maksimum, Studi tentang morfologi erat kaitannya dengan respon estuari dan lahan pasang surut terhadap kenaikan muka air laut rata-rata 0 — 5m yang muncul secara intensif selama abad 21 Perkembangan teknologi informasi an komputer yang semakin tinggi dan ‘meningkatnya kemampuan pengukuran dengan resolusi tinggi sangat mendorong perkembangan riset ‘mengenai estuari, Efek dari gelombang dan suspensi sediment halus tethadap stabilitas kolom air di estuari yang keruh telah dieksplorasi. lebih dalam ‘menggunakan model numerik Saat ini salah satu riset mengenai proses di estuari yang paling menarik adalah mengenai interaks fisika-biologis Memasukan proses biologi ke dalam transport sedimen dan model morfologi adalah langkah yang sangat penting untuk memprediksi perubahan erost transport, sedimen dan deposisinya sebagai respon terhadap perubahan iklim dan kenaikan maka air laut. Tulisan ini akan merangkum dan mendeskripsikan sudut pandang subyektif mengenai beberapa penelitian ‘engenai estuari di Indonesia yaitu di Teluk Banten, Teluk Jakarta, Delta Mahakam, Laguna Segara Anakan, Estuari S, Brantas dan S, Mamberamo. 2, DISKUSI MENGENAI RISET DI ESTUARI INDONESIA 24. Estuari S. Brantas, Jawa Timur Salah satu DAS dan estuari di Indonesia yang paling banyak dijadikan bahan penelitian adalah S. Brantas di Jawa Timur, Dalam Ekspedisi Snellius I, Lembaga Riset Belanda bekerja sama dengan LIPI telah melakukan survey di estuari-estuari di Indonesia diantaranya estuari S, Brantas. Hasil penelitian mengenai limpahan sungai, proses deposisi dan morfodinamika pesisit di lingkungan delta yang didominasi ‘mosoon telah ditulis dan dibukukan oleh 18 ‘Alaml, Vol. 10 Nomor 3 Tahun 2005 P. Hoekstra (1989). Metodologi penelitian dengan survey hidrografi, positioning dan coring. Tujuan utama projek ini adalah untuk melihat bagaimana input ‘mempengaruhi lingkungan pesisir di estuari. Kemudian, observasi kualitas air berdasarkan propertfisika, kimia dan biologi permukaan air laut di S. Madura; dimana aliran air dari S. Brantas bermuara; telah dilakukan oleh ‘Nugrahadi, dk (Nugrahadi, etal, 2003). ‘Secara umum, distribusi kualitasair di S, ‘Madura, khususnya di sekitar estuari . Surabaya dan S. Porong sangat dipengaruhi oleh beban polusi dari Sungai. Adanya monsoon sangat ‘mempengaruhi pola distribusi kualitas air antara kedua musim yang berbeda. Selain itu, N/P rasio di S. Madura ini lebih kecil dari 16, yang berarti nitrat berperan sebagai faktor pembatas bagi ‘produktivitas primer di perairan tersebut. dari sungai 2.2. Estuari S. Mamberamo, Papua Sungai Mamberamo di propinsi ‘Papua memiliki panjang 650km dan DAS seluas lebih kurang 76.000 km?, Sungai ini melimpahkan airnya yang keruh kedalam paparan benua yang sempit di Samudera Pasifik. Sungai dan anak sungai Mamberamo berasal dari area pegunungan setinggi 3000m schingga memiliki kemiringan yang cukup signifikan sepanjang sungai menuju Jautan, Beban sedimen terlarut terbawa melalui celah atau jurang yang panjangnya 60 mil dari mulut sungai Kedalaman rata-rata di pertengahan estuari adalah 20 m, dan lebar sungai sekitar 2500 m di mulutnya dan 800 m di sungai, bagian akhir dari estuari. Aliran sungai netto ke dalam estuari sekitar 130x106 nv"tahun" dengan curah hujan rata-rata di daerah tersebut adalah sekitar 3,050 mm, Dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan dan menerapkan Panduan Pemodelan Biogeokimia dari LOICZ (Gordon, et al. 1996), Muchtar dan Tahude (2000) mencoba mengestimasi waktu pertukaran air. Dengan menghitung keseimbangan x | * a w pewwoctan toque sega Arian Gambar 1. Lokasi studi estuari di Indonesia BG Be Gambar2. Estuari dan DAS S. Mamberamo, Papua antara air dan garam, diperoleh bahwa waktu pertukaran air di Mamberamo Kurang dari 1 hari atau sekitar 4 jam. Neraca nutrien digunakan untuk mengukur fluks system biogeokimia suatu perairan, Non konservatif fluks DIP diasumsikan _proporsional terhadap produktivitas primer atau respirasi. Rasio Redfield untuk fluks DIP dan DIN diasumsikan proporsional dengan fiksasi nitrogen atau proses denitrifikas 2.3 Teluk Banten Teluk Banten adalah teluk semi tertutup yang terletak di bagian barat daya pantai laut Jawa, dan terletak lebih, kurang 60 km dari Jakarta, Luas area permukaannya mencapai 150 km. Perairan Teluk Banten ini dangkal sekali dengan kedalaman maksimum 7 meter, ‘Debit air yang masuk ke dalam teluk sekitar -2x 106m’ perhari, diasumsikan dominan dalam sistem ini, Area teluk mengakomodasi ekosistem laut yang sangat berharga seperti padang lamun, ‘gugus karang dan penangkaran burung. Di bagian barat teluk telah terindustrialisasi dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di bagian barat Jakarta Dampak dari polusi dari darat walaupun tidak terlalu parah, Giperkirakan akan semakin mengancam, Pada tahun 2000 tim peneliti dari Belanda bekerja sama dengan BPPT dan pemda setempat telah melakukan investigasi, salah satunya adalah menyelidiki parameter fisik di teluk Banten, Salah satu proyek penelitian ini adalah mengenai pengelolaan pesisir terpadu. Untuk —-menjembatani kesenjangan masalah institusional yang ‘Alami, Vol. 10 Nomor 3 Tahun 2005 19 Va Vo= 130 140 — Sya= 100 +#—— oes Vo=0,Vo=0 (assumed, VadSacn ~ Sua) = “Vad salinitas dalam psu Gambar3. Neraca Air dan garam Fstuari S. Mamberamo, volume dalam 106m, flaks air dalam 106 m’ tahun’, flaks garam dalam 106 psu-m’ tahun" dan VaDINy= 195 VadDtNer = DIN = 0 DIN = 1.5 DIND= 1.5 VaDINe= 195 Gambar 4, Neraca nitrogen inorganic terlarut di Estuari S. Mamberamo, fuks dalam dalam 10° mol per tahun, konsentrasi dalam mmol m* VaDiPa= 48 DP yn = 40 Gambar 5, Neraca fosfor inorganic terlarut di Estuari S. Mamberamo, fluks dalam dalam 10° mol per tahun, konsentrasi dalam mmol m? selama ini sering menjadi penghambat dalam pengelolaan kawasan pesisir, Tiwi (2003) menginvestigasi masalah- masalah yang berkaitan dengan partisipasi pemangku kepentingan, kerangka kerja komunikasi dan informasi untuk — mendukung pengelolaan kawasan pesisir yang terintegrasi pada level terkecil, yaitu kecamatan. Dengan menggunakan panduan model dari LOICZ, dihitung bahwa waktu pertukaran masa air di teluk adalah kurang dari 3 hari. Susanna (2002) menyelidiki level rendah tropic dari ekosistem dan menghitung budget nitregen untuk musim penghujan dan ‘musim kering menggunakan model ekosistem boks hasilnya dibandingkan dengan data lapangan. Secara umam, kompartemen level rendsh tropic ekosistem lebih tinggi di musim ‘kemarau dari pada di musim hujan. Teluk Banten sangat dipengaruhi oleh variasi rmusiman, Resirkulasi DIN memegang, peranan penting dalam pengingkatan Konsentrasi chlorophyll-a dan 2.4 Laguna Segara Anakan Laguna Segara Anakan terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Laguna ini terhubung ke Samudera Indonesia melalui dua jalur vutama yang karakteristiknya berbeda. Alur barat didominasi oleh dasar berlumpur dan pasir, sedangkan alur timur selain dasar berlumpur, dibatasi oleh gugusan karang pulau Nusa kambangan, Ada tiga sungai utama ‘yang memasok air tawar ke dalam laguna yyaitu, S. Citanduy, S. Cibeureum dan S, ‘Cikonde. Luas laguna adalah 24.000 ha, 18500 ha berupa rawa bakau, dan 200 hha berupa Tahan pasang surut. Intensifaya penggunaan dan perubahan guna lahan di hulu diduga menyebabkan masalah sedimentasi yang sangat kritis terjadi di laguna. ‘Melalui sungai-sungai yang mengalir kedalamnya, laguna ini mengalami penyusutan perairan. Sejak tahun 1903, Juas perairan yang asalnya 6400 km, ‘menyusut menjadi 1800 km pada tahun 1992 (ECI-ADB, 1992). Pada saat ini belum ditemukan masalah pencemaran kimiawi yang. serius walaupun penggunaan pestisida dan limba domestic ditengarai akan menjadi masalah besar di masa yang akan datang, Sejak tahun 1980-an, laguna ini telah menjadi lokasiriset yang menarik, baik dari segi morfologi, fisik, geologi, lingkungan, biologi dsb. Asian Development Bank bekerja sama dengan pemda setempat membiayai dan melakukan berbagai penelitian yang tujuan utamanya adalah memberikan rekomendasi bagi utilisasi dan 20 ‘Alam, Vol. 10 Nomor 8 Tahun 2005 penyelamatan laguna Segara Anakan. Pemerintah Jerman bekerja sama dengan BPPT, LIPI dan universitas Jendral Sudirman saat ini intensif mengkaji berbagai bidang di lokasi ini. Setain itu, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dalam kesimpulannya pada workshop _Indonesia-Jepang, ‘merekomendasikan penerapan prinsip- prinsip Pengelolaan DAS dan Pesisir ‘Terpadu (ICARM) 2.5 Delta Mahakam ‘Sungai Mahakam adalah salah satu sungai utama di Kalimantan, Dengan DAS seluas 8,2 juta ha, atau meliputi 41% luas propinsi Kalimantan ‘Timur, secara administrative sungai ini melintasi daerah Kutai, Kutai Barat Kutai Timur, Malinau dan Samarinda, ‘Sungai ini berperan penting selain dari sisi ekologis, juga ekonomis bagi ‘warga setempat yang tinggal di sekitar sungai, Namun, pembalakan hutan besar-besaran di bagian hulu sungai mengakibatkan banyaknya kawasan sungai kritis. Endapan Lumpur mencapai 60 cm per tahun di sepanjang S. Mahakam. Selain itu, pembalakan hutan mangrove secara tidak terkendali dan konversi Iahan untuk pertambakan secara besar- besaran menyebabkan proses abrasi semakin kuat terjadi di sekitar estuari Dampak lainnya adalah semakin berkurangnya gugusan pulau-pulau di delta Mahakam Studi dan penelitian bersubjek Estuari Mahakam dan DAS Mahakam banyak dilakukan, misalnya mengenai program kali bersih yang bekerja sama dengan pemerintah Jerman, juga tentang penataan DAS bekerja sama dengan Amerika Serikat Dengan menggunakan model Kopel hidrodinamika tiga dimensi dan transpor sedimen ECOMSED (2002), ‘ining dkk melakukan simulasi variasi transport sedimen kohesif di estuari delta Mahakam, Hasil simulasi ‘menunjukkan bahwa pasut dan variasi musiman dari debit sungai adalah penyebab utama dari variasi Gambar6. Hasil pemodelan kopel hidrodinamika dan transpor sedimen di estuari S, ‘Mahakam (dari Nining, dkk, 2002) Konsentrasi sedimen terlarut di daerah tersebut. Dengan model ini pula proses sedimentasi dan Dampaknya terhadap Alur Pelayaran dan Ekosistem Perairan di Sekitar Estuari Delta Mahakam, Kalimantan Timur telah diteliti 3. KESIMPULAN Sebagai negara kepulauen dengan garis pantai terpanjang di dunia dan sungai-sungainya, Indonesia memiliki Kekayaan estuari dengan karakteristik ekologi dan morfologi yang sangat bervariasi, Berdasarkan contoh- contoh penelitian yang telah dilakukan selama ini di beberapa estuari, semua estuari telgh mengalami degradasi lingkungan yang sangat berat yang terutama diakibatkan oleh drastisnya perubahan dan penggunaan lahan di sekitar DAS. Pembalakan hutan besar- besaran seperti yang terjadi di DAS Mahakam telah menimbulkan degradasi sungai dan estuari yang drastis, Begitu pula masalah sedimentasi seperti yang terjadi di Segara Anakan dan Mahakam. Penelitian-penelitian yang dilakukan saat ini sudah semakin maju dan bervariasi, baik dari studi Jnpangan seperti yang dilakukan di Brantas dan Segara Anakan, pengindraan jauh maupun pemodelan seperti yang dilakukan di estuari S. Mahakam, Namun demikian, lokasi yang belum tersentuh masih banyak tersebar di seluruh Indonesia, Terbatasnya sumber daya manusia dan dana bisa diatasi dengan melibatkan pemerintah daerah maupun partner imternasional (Banten, Mahakam dan Brantas). Estuari merupakan gerbang ‘menuju daerah penyangga. Estuari juga merupakan lingkungan yang sangat komplek yang berpeluang besar sebagai lahan pembangunan karena faktor keuntungan Jokasinya dan bentuk geografinya. Namun, dzerah ini pun sering menjadi tempat penumpukan polutan dan masalah lainnya. Untuk itu, diperlukan paradigma tain dalam penataan dan pemanfaatan estuari Konsep Integrated Coastal Area and River Basin Managemen mutlak harus segera disosialisasikan kepada seluruh stakeholder, membuat semacam forum atau program kemitraan dan diterapkan di lapangan. 4. DAFTAR PUSTAKA Hoekstra, P., 1989. River Outflow, Depositional Processes. and Coastal Morphodynamics in a Monsoon-Dominated Delraic Environment, East Java, Indonesia. Netherlandse Geograpfische Studies. ‘Amsterdam, UNEP/MAPIPAP. 1999. Conceptual Framework and Planning Guidelines for Integrated Coastal Area and River Basin Management. Split, Priority Actions Programme, hutp://rudyct.tripod,com/sem2_023/ ‘suradi_ws.htm hutp://www,arebe.org.ph/wetlands/ indoncsia/idn_cilsegana,htm ‘Alam, Vol. 10 Nomor 3 Tahun 2005 at LOICZ, 2000. Estuarine Systems of the Science Report, Kyushu District Level. PhD research South China Sea Region: Carbon, Univesity. Fukuoka Propost, HE, Delt Nitrogen and Phosphorus Fluxes. Tiwi, D.A. «2001. A Stake Holder Uncles, R., 2002. Estuarine Physical LOICZ Intemational Project Office, Participation, Information And Processes Research: Some Recent Texel Communication Framework To’ Studies and Progress. Est. Coast. Nugrahadi, M. Saleh, Yanagi, Tetsuo, Support Integrated Coastal Zone and Shelf Sci. Elsevier Sei. Lid 2002.'Water Quality in Madura ‘Management At The indonesian London Strait, Indonesia. Engineering DATA PENULIS Mochamad Saleh Nugrahadilahir di Bandung, 1971. Tamat $1 dari Jurusan Geofisika dan Meteorologi, ITB. Bekerja di P3TPSLK-BPPT sejak November 1996, Bulan April 2004 kembali bertugas di BPPT setelah ‘menamatkan master di Department Earth System Science and Technology, Universitas Kyushu di Fukuoka, Jepang. 2 ‘Alami, Vol. 10 Nomor 3 Tahun 2005

You might also like