You are on page 1of 29
PERAN AL JAMTYATUL WASHLIYAH DALAM MEREVITALISASI MADHHAB SHAFIT DI ERA KONTEMPORER Jatjar* Abstrak: Al Jantiyanud Washliych verus memantapkan divi sebagai organisasi yang menganut madhheb Shafi’ sejak didirikan. Memasuki millenium ketiga, sebagian penduleengnya menilai bulwa Al Washleyah jangan hanya berpegang pada setu madhhab dengan mengabaikan madhhab-madhhab filth Suri lain. Sebab itu, mumeul gerakan untuk mengubah asas organisasi calam bidang huskum, dan usaha ite berhasil hingga asas ongenisasi senpat mengalami pergeseran redats sejak tahun 1997, davi “bermadhhab Shafi” menjadi “mengutamakan rmadhhab Shajii.” Akan tetapi, Nuktamar XI Al Washliyah tahun 2015 mengukuhkan Kembali madhhab Shaft menjadi satu-satwnya sas orgunisasi dalam bidang hukum Islam\\ yang menupakan twujud kesetiaan Al Washliyah terhadap madhhab Shaffl. Dengan rmenggunakan pendekatan sejarah dan metode analisis isi, artikel ini aakan_menghaji peran Al Washliyah dalam memerkukuh. madhhab Shafit di Nusantara. Artikel ini mengajukan temuan bahwa geneolog ulama-ulama Al Washliyah dalam bidang fikih Shaft menyambung kepada wlama-wlama Shaft Masjid al-Haram, Makkah yang akhirmya rmenyambung kepada Imam al-Skafii. Al Washliyah melalui Dewan Fatwanya juga menghasilkan prodak-produk fatwa yang kental dengan tradisi Shaft dan dijadikan pedoman konstituennya. Keberadaan lembaga fatwa, karya-karya fh damanga, serta pengajaran madhhab Skiff di lembaga-lembaga pendidkanmya yang ditopang olzh kegiatan dakwal, amal sosal, dan pemberdcyaan ekonomi, telah menjadi strategi Al Washliyah dalam melestarikan madhhab Shaft di Nusantara. * Dosen Program Stud Pemikiran Ifa Program Pascasarjana UIN Sumatera Utara, Sckretaris Centre for Al Washliyah Studies (CAS), serta Flite in Chief pada Journal of ‘Contemporary slam and Mustim Societies (CIMS] dan Managing Ealtor pada MIQOT. Jumnal Iimuiimu Keislaman UIN Sumaten Utara. E-mail: isyragil984@yahoo.coid, jafarsyragi@ gmail.com Jear Kata Kunci: Sunni, Shafi’, Al Washliyah, Dewan Fatwa, Nusantara PENDAHULUAN ‘Al Jam‘iyatul Washliyah (Al Wastliyah) yang lebih akrab disebut Al ‘Washliyah merupakan salah satu organisasi yang bersikukuh untuk menjadikan madhhab Shafi’ sebagaiasas organisasi dalam bidang hukum Islam, Didirikan pada tanggal 30 November 1930 di Medan, Sumatera ‘Timur, oleh pelajar-pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) seperti ‘Abdurrahman Syihab, M. Arsyad Thalib Lubis, M. Yasuf Ahmad Lubis, dan Ismail Banda,’ Al Wasbliyah menjadi organisasi sosial keagamaan yang berkontribusi bagi penguatan dan pelestarian madhhab Shafi’ di Nusantara, Dari awal pendiian sampai era terkini, Al Washliyah konsisten dalam mempertahankan madhhabnya. Meskipun bukan suara mayoritas, sebagian konstituen merasa tidak nyaman dengan status sebagai organiiasi yang hanya menjadikan madhhab ‘Shafi sebagai asas organisasi. Sejak berdiri sampai tahun 1997, ditegaskan bbahwa Al Washliyah berasas Islam yang dalam fikih menganut madhhab Shafi, dan dalam akidah menganut madhhab Ahlussunnah Waljamaah, Akan tetapi, pada Muktamar ke-XVIII (1997) Al Washliyah di Bandung, asas tersebut mengalami pergeseran cedaksi. Sebelum diubah, disebutkan dalam Anggaran Dasar Al Washliyah, “perkumpulan ini berasas Islam, dalam hukum figih bermadhhab Shafi’, dan dalam iktikad Ablussunnah ‘Waljamaah,”? tetapi kemudian berutah menjadi “Al Washliyah berakidah Islam, dalam iktikad dan hukum Islam bermadhhab Ahlussunnah "Abdurrahman Syihab, “Memperingsti Al Djamijatul Washlijah 21 Tahun 30 November 1930-30 November 1951,” dalam 21 Tahun Al Dj. Washliiah: 30 November 1930-30 November 1951, ed. M. Husein Abd. Karim (Medan: Pengurus Besar Al Djamijatul Washljah, 1951), 2-3. 2 Pengurus Besar Al Jamtyatul Washliyah, “Tafsir Anggaran Dasar Al Djamijatul ‘Woshlijah,” dalam 21 Tahun Al Dj, Washliah: 30 November 1930-30 November 1951, ced, M. Husein Abd, Karim (Medan: Pengarus Besar Al Jamsiyatul Washliyah, 1951), 62. 2 Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 Peran Al Jamviyatul Washliy:h dalam Merevitalisasi Madhhab Shaft. ‘Waljamaah dengan mengutamakan madhhab Shafi.” Tampak bahwa ada pergeseran redaksi asas organisasi, yakni dari bermadhhab Shafi ‘menjadi mengutamakan madhhab Shafi, sehingga dalam aspek hukum, Al Washliyah tidak hanya mengacx kepada pendapat madhhab Shafi saja, tetapi juga mengakomodir pendapat-pendapat dalam madhhab lain sepanjang dalam koridor Sunni. Dengan demikian, dari tahun 1930 sampai 1997, madhhab Al Washliyah adakh madhhab Shafi, sedangkan dari tahun 1997 sampai 2015, bahwa Al Washliyah mengutamakan madhhab Shafi Akhir dari masalah perubshan redaksi asas organisasi tersebut adalah diteguhkannya kembali machhab ShafiT sebagai asas organisasi dalam Muktamar XXI Al Washliyahdi Jakarta pada tahun 2015.’ Dengan demikian, ada perbedaan pandangan dan kecenderungan dalam Al Washliyah tentang pemilihan madhhab Shit sebagai asas organisasi, meskipun pemilihan asas organisasi ersebut tidak mengalami krtikan dan ‘gugatan sejak didirikan sampai tahun 1997. Pasca kembali kepada madhhab ‘Shafi, sebagian ulama merasa keceva dan menilai kondisi ini sebagai era kkemunduran Al Wasbliyah dari aspek pemikiran hukum Islam, Sebagai organisasi yang berafliasi dengan madhhab Shafi, Al ‘Washliyah telah menunjukkan tekad dan komitmennya dalam memerkukuh dan melestarikan madhhab tersebut di tengah derasnya kemmunculan paham-paham baru dan persoalan-persoalan global yang menghendaki penyelesaian hukum di mana para uma klasik belum memberikan status hukum terhadap persoalan tersebut. Wujud nyata dari tekad dan komitmen tersebut adalah keberadaan Dewan Fatwa Al Washliyah sebagai dewan > Pengurus Besar Al Jantiyaal Washliyal, Anggaran Dasar dan Arggaran Rianah Tang ‘AlJantiand Washlyah (Jakarta: Pengurus Best Al Jartivatal Washliyah, 1997), 4 * Dalam organisasi Himpunan Mahisiswa Al Washliyah (HIMMAH) sebagai ‘organisasi bagian Al Washlivah, asas Ahbassunnah Waljamaah dan Shiffiyah telah dihilangkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya, dan hanya menyebutkan bahwa Islam adalah asas oganisasi. Ada semacam gerakan dari sebagian pemikir muda Al Washliyah yang hendak menghilangkan madhhab Shafiyah sebagai fasas organisasl, meskipun hal ini merupalan bentuk a-historis, sebab Al Washliyah didirikan oleh ulama-ulama Shaffiyah dan bertujuan untuk melestarikan Islam dalam kerangka madhhab Shafi. * Pengurus Besar Al Jantiyacul, Wacliyah, Al Jantiyacal Washliyah: Anggaran Dasay, Anggaran Rumah Tagga, dan Kepucasan Mukcamar XX1 Al Jamtiyacul Washliyah Peviode 2015-2020 (Jakarta: Pengurus Besa: Al Jantiyatul Washliyah, 2015), 2. Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 3 Jear syariah organisasi beserta fatwa-fatwanya, berbagai karya dalam bidang hhukum Islam yang dihasilkan ulama-vlamanya, dan keberadaan amal usaha ‘organisasiterutama lembaga-pendicikannya yang berjumlal lebih dari 1.050 unit®dari taman kanake-kanak samoai perguruan tinggi-yang berfungsi sebagai sarana penyebaran dan penguatan khazanah madhhab Shafi7. Konstituen organisasi ini telah berjumlah 11 sampai 15 juta pendukung! yang semuanya menganut madhhak Shafi. Sebab itulah, Al Washliyah ‘menjadi salah satu organisasi [slam yang paling hertanggungjawab terhadap penyebaran madhhab Shafil di Nusantara, khususnya di Sumatera Utara sebagai basis amal usahanyp, Axtikel ini membahas upaya-upaya Al Washliyah dalam memerkuat dan melestarikan (merevitalisasi) madhtab ShatfiT di Nusantara kontemporer (era reformasi). Secara khusus, akan Jikaji geneologi Al Washliyah dengan madhhab Shafi, produke produk fatwa yang dihasilkan Dewan Fatwa Al Washliyah dan karya ulama-ulamanya, serta strategi organisasi dalam memerkukuh khazanah madhhab Shift di Nusantara, Dengan pendekatan sejarah hukum Islam, dan metode enalisis isi, artikel ini memanfaatkan sumber-sumber kepustakaan yang diterbitkan Al Washliyah, cerurama hasil-hasil sidang Dewan Fatwa Al Wasbliyah, dan karya-karya ulama- ulama yang berafiliasi dengannya. Mengenai riset terkini mengenai Al Washliyah, ditemukan beberapa riset mengenainya, meskipun tidak membahas masalah upaya organisasi ini dalam menyebarkan dan menguztkan madhhab Shai’ di Nusantara. Di antara mereka adalah Dja'far Siddik dan Rosnita yang membahas gerakan pendidikan Al Washliyah ci Sumatera Usara,! Faisal Riza yang mengkaji hubungan Al Washliyah dengan politik,? dan Choirunniswah © "Yusnar Yusuf Ajak Warga Washliyah Jaga Kerukunan,” dalam hitpil! kabarwashlivah.com, 13 Desember 2015. 7 “AL Washliyah Zakat, Infak dan Sedekah Ajak Umat Sisihkan Rezekinya,” dalam hup:(dkabarwasbliyah.com, 11 November 2015; “Al Washliyah Diharapkan Lebih Merangkul Banyak Pihak,” dalam hutp:/fhariansib.com, 14 Desember 2015. * Djatfar Siddik & Rosnita, “Gerakin Pendidikan Al Washliyah di Sumatera Utara,” Uhamuna: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 18, No. 1, (2014), 59-80. * Faisal Riza, “Contesting the Space in Indonesia: A Case from Al Washlivah in North Sumatra,” Afkanina: urna Ibm Keislaman, Vol. 10, No. 2, Qui Desember 4 Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 Peran Al Jamviyatul Washliy:h dalam Merevitalisasi Madhhab Shaft. yang menelaah peran organisasi Islan dalam bidang pendidikan, termasuk peran Al Washliyah."® Secara khusis, kajian tentang kaitan antara Al \Washliyah dengan hukum Islam telah dikerjakan oleh Muhammad Amin,"! Kholidah Nasution,”? dan Sucipto, skan tetapi ketiganya mengkhususkan pembahasannya pada masalah fatwa yang dikeluarkan Dewan Fatwa Al \Washliyah sebelum tahun 1998 dan netode itihadnya. Dengan demikian, kajian terbaru mengenai Al Washliyah belum ada yang membahas tentang kaitan antara Al Washliyah dengan penguatan madhhab Shaft di Nusantara, GENEOLOGI MADHHAB FIKIt AL WASHLIYAH Kaitan antara madhhab Shafi dengan Al Washliyah yang lahir di Kota Medan, Sumatera Timur pada tahun 1930 bisa dikuak dengan melihat perspektif sosial-politik Kesultanan Deli, serta tradisi intelektual- keagamaan yang tumbuh dan berkembang di kawasan Sumatera ‘Timur bahkan Haramain (Makkah dan Medinah). Dari aspek sosial-politik, Al ‘Washliyah didirikan dan diresmikan pada masa kekuasaan Kesultanan Deli yang dikenal patuh dan setia terhadap madhhab Shafi. Kesultanan Deli tidak membiarkan madhhab-madhhab lain dapat berkembang secara bebas, dan para pendiri Al Washliyah yang memang berasal dari ulama-ulama madhhab Shafi'i memanfaatkan momentum tersebut untuk mengembangkan dan memerkuat organisasi.* Tidak dapat dipungkiri bbahwa perkembangan dan kemajuan Al Washliyah merupakan dampak 2014), 149-162. "© Choicunniswab, “Organisasi Islam dan Perannya terhadap Pendidikan Islam di Indonesia,” Tad, Vol. XVIII, No. 1, (uni 2013), 56-84 "Muhammad Amin, “Kualitas Hadis dalam Fatwa Al Washliyah 1998: Studi Krk Sanaa" (Tesis Magister, PPS IAIN Sumatem Utara, Medan, 2000) "© Kholidah Nasution, “Metode Iithad Al Washliyah Peviode 1988-1998" (Tesis Magister, PPS IAIN Sumatera Utara, Medhn, 2000). Sucipto, “Pergeseran Istinbay al-Ahiam Dewan Ratwa Al Jamtiyanul Washliyah (Analisis terhadap MetodologiIstinbat al-Abkam Sebelum dan Sesudah tahun 1997)" (Tesis Magister, PPS IAIN Sumatera Utars, Medan, 2000). ‘Muhammad Takari,et a. Sejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakat (Medan: USU Press, 2012); Chalidjah Hasanuddin, Al Jamiacul Washliyah 1930- 1942: Api dalam Sekam di Sumatera Timer (Bandung: Pustaka, 1988), 4-61. Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 5 Jear dari kedekatan antara Sultan dan para ulama Kesultanan Deli dengan pihak Al Washliyah. Dati aspek tradisiintelektual keagamaan, sejumlah madrasah telah tumbuh dan berkembang di Sumatera Timur, dan mengajarkan secara Klasik berbagai kitab terkemuka dalam madhhab Shafif. Di kota Medan, paling tidak ada dua madrasah terkenal yang bernama Maktab Islamiyah, Tapanuli (MIT) dan Madrasah Haianiyah. MIT dimotori oleh ulama- ulama bermadhhab ShafiT, dan salah satu ulama terdepannya adalah Shaikh Muhammad Yunus. Sedangkan Madrasah Hasaniyah didirikan oleh Shaikh Hasan Maksum, seorarg Mufti Kerajaan Deli. Kedua ulama tersebut merupakan alumni Masjid «l-Haram, Makkah. Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) didirikan oleh para perantau Mandailing di Sumatera Utara dan ciresmikan pada tanggal 19 Mei 1918. Menurut Muaz,"* MIT bertujuan untuk mengajarkan madhhab resmi Kesultanan Deli yakni madhhab Shafi’; mendidik kader-kader ulama; ‘menyebarluaskan kebudayaan Muslim; dan menciptakan kesejahteraan umat Islam. Kurikulum MIT memang memungkinkan pencapaian tujuan tersebut. Dalam sistem pendidikan MIT, setiap pelajar wajib menghapal semua pelajaran. Sebab itu, mereka menghabiskan waktu untuk menghapal Kitab yang menjadi referensi setiap matapelajaran. Menurut Nukman’® dan Yunus,” setiap pelajar wajib menghapal kitab-kitab berbahasa Arab, termasuk dari khazanah Shafi seperti Maran al-Zubad karya Ahmad ibn Ruslan sebagai pelajaran fikih. Mayoritas pendiri Al Washliyah merupakan alumni dari MIT yang memungkinkan mereka mendapatkan pengajaran tentang dasar-dasar fikih Shafi. Kemudian, para pendiri Al Wasbliyah juga mendapatkan studi agama dari Madrasah Hasaniyah yang didirikan oleh Shaikh Hasan Maksum yang. merupakan Mufti Kerajaan Deli yang setiap terhadap madhhab Shafi. © Muaz Tanjung, Maktab Islamiyah Tapanudli 1918-1942: Menelusuri Sejarah Pendidikan Islam Awal Abad ke-20 di Meden (Medan: IAIN Press, 2012), 67-68. © Nukman Sulaiman (ed.), Peringatan Al Djamijatul Washliah %& Abad (Medan: Pengurus Besar Al Djamijatul Washlijah, 1956), 35. © Mahmud Yunus, Sejarah Pendidilan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1993), 193. 6 Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 Peran Al Jamviyatul Washliy:h dalam Merevitalisasi Madhhab Shaft. Menurut Zulkifli, Shaikh Hasan Maksum membuka pengajian kitab kuning, di antaranya adalah Tafsir Jaldlain kerya Jalal al-Din al-Mahalli (w. 1455) ddan Jalal al-Din al-Suyiii (w. 1505), Zath al-Mubin: Shark Matan al-Arbatin katya Ibn Hajar al-Haitami (w: 1566), Safth al-Bukhai karya Imam al- Bukhaai (w. 870), Sharh Jamu al-Jawoni Sharh Wardigat karya Jalal al-Din al-Mahalli (w. 1455), dan Minhaj al-Talifin karya al-Nawawi (w. 1278)."* Dengan demikian, Madrasah Hasaniyah telah berkontribusi bagi pengkajian ‘madhhab fikih Shafi, dan menjadi tempat dimana murid-murid Shaikh Hasan Maksum-yang mayoritas dari mereka merupakan para pendiri dan lama Al Washliyah-mematangkan studi dalam fikih Shai ‘Adapun Shailh Muhammad Yonus dan Shaikh Hasan Maksum,-di mana para pendiri Al Washliyah mendapatkan pengajaran madhhab ShifiT dari keduanya-, mendapatkin sanad keilmuan dalam madhhab tersebut dari ulama-ulama Shift Makkah. Shaikh Muhammad Yunus banyak berguru kepada ulama-ulama Masjid al-Haram seperti Shaikh ‘Abd al-Qadir al-Mandili,” sedanglan Shaikh Hasan Maksum berguru kepada Shaikh Ahmad Khatib al-Mnangkabawi.” Shaikh ‘Abd al-Qadir al-Mandili pernah berguru kepad: Shaikh Sayyid Baki Syatha* dan Shaikh Mahfuz al-Tirmisi di Makkah. Sedangkan Shaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi juga berguru kepada Shaikh Sayyid Bakri Syatha' dan Shaikh Sayyid Ahmad Zainii Dahlén. Dari guru-guru dalam madhhab ‘ShafiT tersebut, sanad keilmuan Shaikh Muhammad Yunus dan Shaikh Hasan Maksum menyambung kepaca ulama-ulama terkemuka madhhab Shifif, bahkan sampai kepada Imam Muhammad bin Idiis al-Shaai‘, Imam al-Bulhaif, Imam Abii Mansi al-Maturidi, dan Imim Abi Hasan Zulkifi, “Mengenal Penclis Tafsir al-Qur'an al-Karim Syekh Zainal Arifin Abbas," dalam In Memoriam Bersama Alm, Zainal Arfin Abbas, ed. M. Hasballah Thaib (Medan: Perdana Publishing, 2011), 55. "Sulaiman (ed), Peingatan Al Djamatl Weshliah “4 Abad, 404, ® Matu Mona, Riwajat Penghidoeban AlFadhil Tean Sjech Hasan Ma’soem (Biografie Sedjak Kes sampai Wafnya) (Medan: Sjrikat Tapanoeli, 1355), 10. Biografi Syaikh Hasan Maksum dapat dilthat juga dalam Institut Agama Islam Negeri Al Jamiah ‘Sumatera Utara, Sejarah Ulama-ulama Tekeruka di Sumatera Utara (Medan: LAIN Sumatera Utara, 1975). Tentang Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, lihat Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek tencang Islem di Indonesia Abad ke-19 (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 139-148. Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 7 Jear al-Asy'ati Dari aspek histors ini, dapat disimpulkan bahwa penegasan madhhab Shift sebagai asas resmi organisasi mendapatkan legitimasi historis, sebab ulama-ulama Al Washliyah mendapatkan pengajaran Jangsung dari ulama-ulama terkemula dalam madhhab Shafi, sedangkan ulama-ulama tersebut memiliki saxad intelektual yang menyambung dengan pendiri madhhab terscbut. ‘Ulama-ulama Al Washliyah lainjuga telah menamatkan studi hukum Islam di bawah bimbingan ulama-ulama Shaf'i Masjid al-Haram, Makkah diawal abad ke-20. Ustaz Abdurrahman Syihab” dan Ustaz Adnan Lubis (pernah menjadi anggota Majelis Sonstituante dari Partai Masyumi) berguru kepada Shaikh Hasan Masysyath di Madrasah Shaulatiyyah, Makkah.” Ustaz Muhammad Arsad Thalib Lubis (pernah menjadi anggota Majelis Konstituante dari Fartai Masyumi)"* dan Ustaz Muslim ‘Nasution (Ketua Umum PB Al Washliyah 2010-2012) pernah berguru kepada Shailh Muhammad Yasin bin “si al-Fadani di Makkah, Ustaz ‘Nukman Sulaiman yang pernah menjadi Rektor Universitas Al Washliyah, (UNIVA) pernah herguru kepada Siaikh Hasan Mashshath dan Shaikh ‘Muhammad Yasin bin sa al-Fadani® Dari kasus-Kasus tersebut, dapat diregaskan bahwa tradisi ShafiT yang berkembang dalam Al Washliyah ‘memiliki hubungan geneologis dengyn ulama-ulama Shai’ di Makkah. 2 Jala, TradisiIceleeual Washliyah: Biografi Khavismatik dan Teadisi Keulaman (Medan: Perdana Publishing, 2015), 173-195. ® Majelis Ulama Indonesia Sumatere Utara, Sejarah Ulama-ulama Térkemka di Sumatera Utara (Medan: Majelis Ulama Indonesia, 1983); Nukman Sulaiman (ed.), Peringatan Al Djamijatul Washljah, 394. ® Muhammad Hasballah Thaib dan Zamakhsyari Hasballah (ed.), Mengenal Almariuam al-Fadhil Adnan Lubis: Kader Ulama Nadwatul Ulama (Medan: Perdana Publishing, 2012) 2 Muhammad Hasballah Thaib (ed), Syaith Muhammad Arsyad Thalib Lubis: Pemikiran & Karya Momanental (Medan: Pstdana Publishing, 2012). % Muhammad Hosballah ‘Thatb dan Zamakhsyari Hasballah (ed.), Bersama ‘Almartuam Prof. Drs Nukman Sulaiman (Medan: Perdana Publishing, 2012); Irwansyah, “Kontribusi Nukman Sulaiman terhadap Fidaom Islam di Kota Medan: Studi tentang Huluan Meminjamkan Rahim tntuk Kandungan Bayi” (Tesis Magister: PPS LAIN ‘Sumatera Utara, 2013), 8 Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 Peran Al Jamviyatul Washliy:h dalam Merevitalisasi Madhhab Shaft. Berdasarkan kajian di atas, dapyt disimpulkan bahwa Al Washliyah, didirikan oleh ulama-ulama ShafiT. Dari aspek sanad keilmuan, pemilihan ‘madhhab Shaii' bagi Al Washliyah mendaparkan legitimast histori, sebab sanad keilmuan ulama-tlamanya meryambung kepada ulama-ulama Shi bahkan pendirinya sendiri. Ulama-ulama Al Washliyah mendapatkan sentuhan intelektual langsung dar. ulama-ulama Shafi di Masjid al- Haram, Makkah, Sebab itulah, Al Washliyah menjadi organisasi yang bertanggungjawab terhadap penyeberan dan pelestarian madhhab Shaft di Nusantara. Sampai era kontemporar (terkini), Al Washliyah turut merevitalisasi (memperkuat kembal) madhhab Shaftiyah di Indonesia LEMBAGA FATWA AL WASHIYAH Dalam merevitalisasi tradisi Shafi" di era kontemporer dan merespons persoalan umat Islam kontemporer Al Washliyah membentuk Dewan Fatwa Al Washliyah yang hanya ada pada level Pengurus Besar Al ‘Washliyah. Dewan syariah dalam Al Washliyah ini pada mulanya bernama Majelis al-Fatwa yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1933, dan didukung oleh ulama- ulama Al Wasbliyah generosi pertama seperti Shaikh Hasan Maksum, Shailh Muhammad Yunus, Shaikh Dja'far Hasan, Shaikh Mahmud Ismail Lubis, dan Shaikh Ilyas. Tujuan pendirian majelis ini adalah untuk memberikan khittah dan keputusan berbagai masalah yang dirasa sulit mengenai masalah-masalah agama dan keduniaan.” Dari aspek historis, dapat dikatakan bahwa Dewan Fatwa Al Wasbliyah relatif| jarang mengadakan sidang fatwa, dibuktikan dari minimnya keputusan- ‘keputusan fatwa yang dihasilkan lersbaga ini, ditambah kenyataan bahwa fatwa-fatwanya belum dikodifikasi dan disosialisasikan secara meluas. Akan terapi, ada sejumlah faewa penting yang patut dikaji sekaitan dengan peran ‘Al Washliyah bagi penguatan madhhab Shafi di Nusantara. ‘Dewan Fatwa Al Washliyah telahmerumuskan mekanisme sidang fatwa dan prosedur penetapan fatwa. Diteg:skan bahvwa rapat Dewan Fatwa harus dihadiri oleh anggota-anggora Dewan Fatwa. Rapat mengenai persoalan Udin Sjamsuddin, Chusbah Pengurus Besar Memperingati Ulang Tahun, Al Djamjanal Washljah 4 Abad (30 Novenber 1930-30 November 1955) (Medan: Pengurus Besar Al Djamjatul Washljah, 1955), 13. Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 9 Jear Pengurus Besar Al Washliyah havus dihadiri oleh anggota-anggota Dewan Fatwa dan wakil dari Pengurus Besar: Rapat mengenai masalah khusus, Dewan Fatwa dapat mengundang “tenaga abli” sesuai dengan keperluan, Rapatdiadakan untuk menyelesikan persoalan-persoalan organisa dalam bidang hukum dan keorganisasian’ menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari warga Al Washliyah; dan menanggapi masalah-masalah agama dan umat yang timbul dalam nasyarakat.” Sesuai penetapan sidang facwa pada tanggal 15 Juli 1998 di UMN Al Washliyah Medan, dijelaskan prosedur penetapan fatwa dalam Al Washliyah. Dalam hal dasar dan metode penetapan fatwa, disepakati Fahwa farwa harus berdasarkan kepada salah satu dalil hukum Islam, yaitu: Alquran, Sunnah, ima’? qiyas,” alist 2 al-maslahah al-mursalah, al‘ (adat istiadat), al-istshab,® syariat umat terdahulu dan madhhab sahabst; dan metode yang digunakan dalam menetapkan fatwa adalah metode itinbar” yang digunakan pada ulama madhhab dari kalangan Ahlussunnah Waljamaah.** Sedangkan prosedur penetapan fatwa disepakati bahwa Pertama, pada dasarnya, fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Fatwa ada'ah menurat madhhab Shafi dalam kitab-kitab muc'tabarah (kitab-kitab terkemuka dalam tradisi Shafiiyah) 7 Dewan Fatwa Pengurus Besar Al Jamliyatul Washliyah, Laporen Hasi-hasl Sidang Dewan Fatwa Al Washiych (Jakarta: Dewan Fatwa PB Al Jamtiyatul Washliyah, 1998), 1-2. °*Yakni "kesepakatan para mujtahid ummat inisetelah wafatnya Nabi SAW. terhadap satu buku syar.” » Yakni "menetapkan hukum suatu lejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nash-nya dengan cara membandingkannya kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berlasarkan nash karena ada persamaan ‘lat antara kedua kejadian atau peristwa iu.” % Yakni “herpindahnya seseorang mujtahid dari hukum yang dihendaki oleh «yas all (trang) kepada hukum yang dikehendaki oleh giyas Kay (samar), atau dari hhukum fadly (meliputi) kepada hukum yang bersifae pengecualian karen dalil yang 2zahir pada akalnya yang menguatkan perpindahan ini”, 2Yaknimaslahahyangtidaklisyariatkaa hukumolehsyariatuntukmenwujudkannya dln tidak ada dalil syarak yang menganggagnya atau mengabaikannya. % Yokni "menetapkan hukum sestatu berdasarkan keadaan hukum, yang scbclumnya, schingga ada hukum baru yarg mengubahnya.”| Yakni “menggali hukum syarak yang belum ditegeskan secaraIangsung oleh nash Alquran dan Sunnah dengan tetap berada datas kendalt Alquran dan hadis itu sendin.” Did, 2. 10 Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 Peran Al Jamviyatul Washliy:h dalam Merevitalisasi Madhhab Shaft. dengan ketentuan (1) mengenai masalah yang ketentuannya ditemukan pada ‘ibarah (ungkapan) kitab dan tentang masalah tersebut hanya satu aulwajah (pendapat ulama madhhad dalam sebuah kitab) tersebut, fatwa ditetapkan menurut qaul/wajah tersebut; (2) mengenai masalah yang ketentuan hukumnya ditemukan pada ‘ibarah kitab dengan lebih daripada satu qaul/wajah, fatwa ditetapkan menurut hierarki sebagai berikut (a) pendapat yang disepakati oleh al-Nawavii dan al-RafiT; (b) pendapat yang ditetapkan oleh al-Nawavi saja; (c) pendapat yang ditetapkan oleh al- Raft saja; (4) pendapat yang di-tarjih® oleh mayoritas ulama; (e) pendapat yang di-tarjth oleh ulama yang terpandai; (0) pendapat yang di-tarjih oleh ulama yang paling warak; dan (g) pendapat yang tidak di-tarjh olch ulama atau belum ditemukan tayfh terhadzpnya dipilih melalui tayjih jaa‘. (3) ‘mengenai kasus atau masalah yang ketentuan hukumnya tidak ditemukan dalam kitab, fatwa ditetapkan melalui ilhaq masalah kepada nazir-nya. Kedua, mengenai kasus atau masalth yang hukumnya dalam madhhab Shafi dalam kondisi tertentu, ta’acur atau ta‘assur untuk diamalkan, fatwa dapat ditetapkan dengan melakukan ikhtiyar terhadap salah satu qaul/wajah dalam madhhab Shafi’ atau pendapat madhhab di luar Shafi dari kalangan Ablussunnah Waljamaah. Ketiga, mengenai kasus atau masalah yang ketentuan hukumnya tidak ditemukan dalam kitab dan tidak mungkin dilakukan ilhq, fatwa ditetapkan melalui ijtihad jama'i* Berdasarkan mekanisme sidang fatwadan prosedur penetapan fatwa dalam Al Washliyah di atas, ulama-ulama Al Washliyah mengadakan sejumlah sidang fatwa dan menghasilkan sejumlah produk fatwa yang diharapkan menjadi acuan bagi organisasi dan konstituen Al Washliyah. Dari data 28 tahun terakhir, ditemukan bahwa Dewan Fatwa telah menghasilkan banyak fatwa selama rentang tahun 1988, 1998, 2001, 2010, 2011, 2013, 2015, dan 2016. Setiap tahun tersebut dihasilkan beberapa > Menurut Jumhur, tayfih adalah “ungkapan mengenat diiringinya salah satu dart dua dali yang pantas yang menunjukkan kepada apa yang dikehendaki, di samping keduanya berbenturan yang mewajibkan untuk mengamalkan salah satu di antara keduanya dan mengabaikan yang lain.” Ibid. Ijlhad jamal adalah jihad yang dilakukan oleh para ulama secara bersama rau bermusyawarah teehadap suatu malah, dan pengamalan hasilnya menjadi tanggungjawab bersama Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016 ul Jear produk fatwa yang merupakan respons terhadap persoalan terkini yang dihadapi kaum Musfim, terutama di Nusantara, Dari literatur yang ada, ditemukan bahwa Dewan Fatwa, Penasehat dan Pertimbangan Pengurus Besar Al Washliyah pernah mengalakan sidang pada 29 September-3 ‘Oktober 1988 di Cikopo, Jawa Barat yang membahas hukum kawin antara ‘Muslim dan bukan Muslim di catatan sipil, pemindahan mani dari istri ‘yang subur kepada istri yang mandul, araidh dan reaktualisasiajaran Islam, haji akbar, anak angkat (adopsi) menurut hukum Islam, penyembuhan penyakit menurut ayat-ayat Alquran,jilbab, dan melaksanakan ibadah haji dengan dana yang tidak halal.” Pada periode ini, Dewan Fatwa Al ‘Washliyah masih menjadikan madrhab Shafi scbagai dasar organisasi dalam bidang hukum Islam, sehingra fatwa-fatwa yang dihasilkan tidak keluar dati paradigma madhhab ters:but. Pada tahun 1998, Dewan Fatwe Al Washliyah mengadakan tiga kali sidang fatwa, Pertama, pada tanggal 4 Pebruari 1998 untuk merumuskan Pedoman Fatwa Dewan Fatwa Al Washliyah yang disahkan di Medan pada tanggal 15 Juli 1998. Kedua, pada 16-18 Juli 1998, Dewan Fatwa Al ‘Washliyah mengadakan sidang fatws di Medan untuk membahas masalah hukum penimbunan kekayaan; keafdalan antara haji sunnat dan sedekah sunnat; korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN); hukum hewan sembelihan ‘Ahlul Kitab dan daging impor; penggunaan zakat untuk pembangunan madrasah atau masjid, tawaf ifadah perempuan yang sedang haid, salat sunnat bagi orang yang masih menpunyai kewajiban menggada salat fardu; dan hukum bersentuhan tanpé lapis antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram ketika tawaf. Ketiga, pada tanggal 23 Nopember 1998 diadakan sidang fatwa mengenai hukum perempuan menjadi kepala negara.” Dari sejumlah perscalan yang dibahas, tampak persoalan KKN dan perempuan sebagai kepala negara yang merupakan persoalan kontemporer mendapat perhatian dari ulama-ulama Al Washliyah. * Dewan Fatwa Pengurus Besar Al jantiyatul Washliyah, Kepurusan-kepuswsan Dewan Fatwa, Penaschat, dan Pertimbangen Pengurus Besar Al Jantiyanl Washiyah (lakarta: Dewan Fatwa Pengurus Besar Al amtiyatul Washliyah, 1988), 1 3 Dewan Fatwa Pengurus Besar Al Jamiyanul Washliyah, Laporan Hasil-hasi Sidang Dewan Fatwa Al Washliyah, 3-20. 12 Justicia Islamica, Vol. 13 No. 1 Tahun 2016

You might also like