Professional Documents
Culture Documents
Adoc - Pub - Aplication of Aquaponics Technology For Pasific WH
Adoc - Pub - Aplication of Aquaponics Technology For Pasific WH
Dodi Hermawan1*
1Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta KM 04, Pakupatan, Serang, Banten
*Koresponsdensi: dodi_hermawan78@untirta.ac.id
ABSTRACT
Aquaponics is a bio-integration of principled recirculation aquaculture and
hydroponic plants production both of land and water resources are limited.
Application of aquaponics technology maintenance Pasific white shrimp
(Litopenaeus vannamei) in low salinity environment an opportunity to enhance the
production of Pasific white shrimp. Stocking density is related to the number and
weight per unit volume of the unit area water environment. Shrimp can be stocked
so dense that individual or collective space is limited can be a barrier for production
performance. This study aims to determine the optimum stocking density on
maintenance technology aquaponics of Pasific white shrimp in low salinity with
lettuce plants on the survival and growth of Pasific white shrimp. This study will be
carried out for 4 months, in the Laboratory of Aquaculture, Department of Fisheries,
Faculty of Agriculture Untirta. The study consisted of three different treatments in
stocking density: treatment A (stocking density of 50 individuals/m2), treatment B
(stocking density 75 fish/m2), and treatment C (stocking density of 100
individuals/m2). The results of this study indicate that Pasific white shrimp can be
maintained at a low salinity media and maintenance with stocking density 75
individuals/m² give optimal results in supporting the survival and spesific growth
rate.
Keywords: aquaponics, stocking density, Pasific white shrimp, survival rate,
spesific growth rate
ABSTRAK
Akuaponik adalah bio-integrasi yang berprinsip pada resirkulasi budidaya
hidroponik dan produksi tanaman dengan lahan dan sumber air yang terbatas.
Penerapan pemeliharaan teknologi akuaponik udang vaname (Litopenaeus
vannamei) di lingkungan salinitas rendah untuk meningkatkan produksi budidaya
udang vaname. Kepadatan tebaran ada kaitannya dengan jumlah dan bobot per
satuan volume dengan satuan luas lingkungan perairan. Udang dapat ditebar
sedemikian padat sehingga ruang individu atau kolektif yang terbatas dapat menjadi
pembatas bagi kinerja produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat
penebaran optimal pada pemeliharaan teknologi akuaponik vaname udang salinitas
80 HERMAWAN JIPP
rendah dengan tanaman selada pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang
vaname. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, di Laboratorium Budidaya
Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian Untirta. Penelitian ini terdiri
dari tiga perlakuan padat penebaran udang vaname yang berbeda : perlakuan A
(padat tebar 50 ekor/m2), perlakuan B (padat tebar 75 ekor /m2), dan perlakuan C
(padat tebar 100 ekor/ m2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa udang vaname
dapat dipelihara pada media bersalinitas rendah dan pemeliharaan dengan padat
tebar 75 ekor/m² memberikan hasil yang optimal dalam mendukung kelangsungan
hidup dan laju pertumbuhan spesifik.
Kata kunci: akuaponik, padat penebaran, udang vaname, sintasan, laju
pertumbuhan spesifik
linitas rendah dengan tanaman selada N2 = Salinitas air laut diencerkan (ppt)
terhadap kelangsungan hidup dan Penurunan salinitas dilakukan
pertumbuhan udang vaname. dengan cara menambahkan air tawar
yang mengandung kalsium (CaCO 3).
Setiap wadah diisi air bersalinitas 30 ppt
METODE PENELITIAN
yang selanjutnya diturunkan secara
Penelitian dilaksanakan selama 4 gradual hingga salinitas perlakuan akhir
bulan, yakni pada bulan Agustus 1 ppt. Selama tahapan aklimasi ke
sampai dengan November 2014 di salinitas rendah, Artemia diberikan
Laboratorium Budidaya Perikanan, secara ad libitum dengan jumlah sekitar
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian 300 ind/PL dan pakan buatan berbentuk
Untirta. pelet dengan feeding rate sebanyak
Hewan uji yang digunakan adalah 10%. Frekuensi pemberian pakan 5 kali
postlarva (PL) udang vaname yang dalam sehari yang diberikan pada pukul
berasal dari hatchery yang memiliki 06.00, 10.00, 14.00, 19.00, 22.00.
induk SPR (Spesific Pathogen Udang berumur 20 hari (PL 10)
Resistant). Sebelum digunakan, post- secara bertahap diaklimasikan selama
larva diaklimatisasi selama 15 hari dari 15 hari sampai salinitasnya 1 ppt.
PL 10 hingga PL 25. Media pemeli- Penurunan salinitas dilakukan dengan
haraan berupa air bersalinitas 30 ppt cara menambahkan media air tawar
yang disesuaikan dengan salinitas di yang mengandung kalsium 50 ppm.
hatchery. Pemberian pakan pada benih Sistem akuaponik dirancang
vaname dilakukan kontinyu 5 kali per dengan cara menempatkan wadah
hari hingga PL 25 dengan Artemia dan tanaman di atas akuarium berukuran 70
pakan buatan. x 35 x 40 cm yang diisi air sebanyak 85
Sebelum digunakan, seluruh wadah liter. Wadah tanaman selada hampir
dicuci dengan deterjen, selanjutnya menutupi sekitar 70% luasan akuarium
disucihamakan dengan PK (kalium ikan. Wadah pemeliharaan tanaman
permanganat). Wadah kemudian ditem- dilengkapi dengan batu apung yang
patkan di atas rak dan diatur secara berfungsi sebagai filter fisik, media
acak sesuai satuan percobaan. Untuk tempat tumbuh mikroorganisme, dan
menjaga kestabilan suhu media maka tempat berdirinya tanaman selada.
ruangan kultur dilengkapi lampu pene- Wadah tanaman juga dilengkapi dengan
rangan. Media pemeliharaan yaitu air pipa PVC berdiameter 1 inci sebagai
laut yang berasal dari perairan pantai saluran inlet dan outlet. Bagian ujung
Anyer Banten. Sebelum digunakan, air pipa yang berada dalam kolam disam-
disterilkan dengan pemberian kaporit bungkan dengan pompa untuk menye-
100 ppm dan dinetralkan dengan so- dot air naik ke wadah pemeliharaan
dium thiosulfat 50 ppm. Air laut kemu- tanaman, sedangkan bagian ujung pipa
dian diendapkan selama 7 hari dalam lainnya disambungkan dengan keran air
bak penampung dengan diaerasi. Media untuk mengatur debit air yang masuk ke
air laut bersalinitas sekitar 30 ppt dalam wadah pemeliharaan tanaman.
kemudian diencerkan menjadi salinitas Air dialirkan dengan prinsip resirkulasi,
1 ppt. sehingga air buangan dari proses
Teknik pengenceran salinitas budidaya ikan yang masuk ke dalam
menggunakan rumus : wadah pemeliharaan tanaman selada
V1 x N1 = V2 x N2 selanjutnya akan digunakan kembali
sebagai sumber air pada proses
Keterangan :
budidaya ikan.
V1 = Volume akhir (l)
N1 = Salinitas akhir (ppt) Selama penelitian, pengelolaan me-
V2 = Volume air laut diencerkan (l) dia air dilakukan secara seksama agar
kualitas air tetap terjaga dengan baik.
82 HERMAWAN JIPP
4,00
3,50
Bobot (gram) 3,00
2,50
2,00 A
1,50 B
1,00
C
0,50
0,00
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Waktu