Faktor Risiko Gangguan Akibat Penyelaman Pada Penyelam Tradisional Di Karimunjawa Jepara

You might also like

You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR RISIKO GANGGUAN AKIBAT PENYELAMAN PADA


PENYELAM TRADISIONAL DI KARIMUNJAWA JEPARA

Rahmadayanti, Budiyono, Yusniar


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: rahmadayanti.syaifullah@yahoo.com

Abstract : Health problem occurred in the traditional fishermen fieldwork was


hyperbaric health problem in which facing high-pressured zone whose
compression was more than one atmosphere. The incidence of this disease in
Karimun alone in 2003 occurred seven cases of the disease hyperbaric with one
person died, 2004 the 7 cases with 2 deaths in 2005 occurred in 10 cases and 3
deaths in 2006 occurred in 4 cases one person died. Cumulatively from 2007 to
March 2014 there were 104 cases with 7 deaths. This study aims to determine
the relationship of risk factors due to interference on the diver dives traditional in
Karimunjawa Jepara. This research uses explanatory survey research with cross
sectional design. Sample size was 40 respondents. The results showed 26 of 40
respondents exposed to diseases due dives. Analyzed using univariate and
bivariate with Chi Square test. The results showed 12 independent variables
studied are four variables associated with a disorder caused dives that work
period (p-value = 0.001), the frequency of dives (p-value = 12:02), the depth of
the dive (p-value = 0.001) and speed rising to the surface (p-value = 0.001). the 4
variables which was not matched were age (p-value = 0,079), IMT (p-value =
0,868), dive time (p-value = 0,481), surface interval (p-value = 0,168), and the 4
describtive variables were dive duration, APD used, compressor preassure and
the depth temperature. The conclusion of this study risk factors associated with
impaired as a result of the dives on traditional divers in Karimunjawa Jepara are
working period, the frequency of dives, dive depth and the speed rises to the
surface. The suggestion is that the Department of Marine Fisheries, facilities can
hold to the traditional diver, health centers pay more attention to the health of the
divers.

Keywords : dive risk factors, decompression, barotrauma, hyperbaric,


traditional diver
Bibliography : 52 (1980-2015)

473
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN keluarga maupun teman-temannya.


Secara geografis Indonesia Mereka tidak terdidik untuk
membentang dari 6° LU sampai 11° menyelam dengan baik dan hanya
LS dan 92° sampai 142° BT, terdiri menyelam dengan peralatan
dari pulau-pulau besar dan kecil sederhana.7 Para penyelam
yang jumlahnya kurang lebih 17.504 tradisional ini tidak mengikuti
pulau. Tiga perempat wilayahnya Standart Operational Prosedur
adalah laut (5,9 juta km2), dengan Penyelaman yang tertera pada
panjang garis pantai 95.161 km, Keputusan Menteri Tenaga Kerja
terpanjang kedua setelah Kanada 80 dan Transmigrasi Republik
persen dari kawasan ini adalah laut.1 Indonesia No. KEP.56/MEN/III/2009
Luas wilayah perairan Indonesia tentang Penetapan Standar
kurang lebih 5,8 juta kilometer Kompetensi Kerja Nasional
persegi, dan jumlah nelayan di Indonesia Sektor Pariwisata Bidang
Indonesia hingga tahun 2009 Kepemanduan Wisata Selam.8
tercatat 2.752.490 orang. Dari Kondisi ini diperparah oleh
jumlah nelayan tersebut 90%-nya kurangnya perhatian dan dukungan
merupakan nelayan kecil.2 Pada pemerintah dalam hal
tahun 2010, jumlah nelayan di mengantisipasi dan mencegah
Jepara sebanyak 13.090 jiwa terjadinya risiko menyelam pada
dengan jumlah nelayan di pekerja sektor non formal yang
Karimunjawa sebanyak 2.844 jiwa.3 tergolong underserved working
Penyelam tradisional population yaitu populasi yang
merupakan profesi yang banyak belum mendapatkan pelayanan
dijalani oleh para nelayan tambang kesehatan yang memadai.
ataupun nelayan pencari ikan. Masalah kesehatan yang
Nelayan memakai kompresor untuk dialami oleh nelayan tradisional
memasang bubu (perangkap ikan) di selain masalah kesehatan pada
karang, mencari teripang atau umumnya di darat, sekarang
kerang mutiara.4 Sebagai gambaran, bertambah dengan adanya masalah
penyelam tradisional yang berada di lingkungan hiperbarik, yaitu
Karimunjawa sebanyak 200 orang. lingkungan bertekanan tinggi yang
Kompresor digunakan untuk lebih dari satu atmosfir.9 Salah satu
memasok kebutuhan oksigen ketika kecelakaan akibat penyelaman
di bawah air.5 Penyelaman dengan adalah barotrauma yang disebabkan
menggunakan kompresor ban, akan pengaruh perubahan tekanan udara
sangat membahayakan keselamatan di tubuh akibat perubahan
nyawa penyelam di mana udara kedalaman yang sangat cepat.10
yang dihirup oleh penyelam Penyakit dekompresi dan
tergantung kepada kestabilan mesin barotrauma merupakan penyakit
kompresor yang di atas kapal. yang paling sering diderita oleh para
Sedikit saja operator mesin penyelam tradisional. Di
kompresor mati atau terbelitnya Karimunjawa sendiri tahun 2003
selang udara dari kompresor menuju terjadi 7 kasus penyakit hiperbarik
ke regulator, maka suplai udara dengan 1 orang meninggal, tahun
akan terganggu dan akan berakibat 2004 terjadi 7 kasus dengan 2 orang
fatal bagi penyelam.6 meninggal, tahun 2005 terjadi 10
Penyelam tradisional kasus 3 orang meninggal dan tahun
merupakan penyelam yang belajar 2006 terjadi 4 kasus 1 orang
menyelam secara alami dari meninggal. Secara kumulatif dari
474
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tahun 2007 sampai Maret 2014 Tabel 1. Analisis Hubungan antara


terdapat 104 kasus dengan 7 orang Umur dengan Gangguan Akibat
meninggal.11 Maka itu perlu diteliti Penyelaman pada Penyelam
faktor risiko gangguan akibat Tradisional di Karimunjawa,
penyelaman pada penyelam Jepara
tradisional di Karimunjawa, Jepara Umur Status Responden Total p-
(thn) Sakit (-) Sakit value
f % f % f %
METODE PENELITIAN >40 5 100 0 0 5 100 0,079
Penelitian ini merupakan ≤40 21 60 14 40 35 100
penelitian yang mengkaji hubungan Total 26 65,0 14 35 40 100
antara faktor risiko terhadap Penyelam tradisional di
kejadian gangguan akibat Karimunjawa Jepara yang memiliki
penyelaman. Rancangan penelitian umur > 40 tahun, sebanyak 100%
yang digunakan adalah cross memiliki mengalami gangguan
sectional. Penelitian ini dilakukan di akibat penyelaman, dan penyelam
Karimunjawa Jepara, dengan tradisional yang memiliki umur ≤ 40
populasinya seluruh penyelam tahun, sebanyak 60% yang
tradisional. Sampelnya berjumlah 40 mengalami gangguan akibat
orang penyelam trasisional. penyelaman. Hasil uji statistik
Data penelitian ini diambil menggunakan chi square test untuk
dengan wawancara menggunakan mengetahui hubungan umur dengan
kuesioner, lembar anamnesis dan gangguan akibat penyelaman pada
observasi. Selain itu data diperoleh penyelam tradisional di Karimunjawa
secara langsung menggunakan Jepara diperoleh p-value sebesar
timbangan manual dan mikrotois 0,079, maka dari itu tidak terdapat
untuk mengukur IMT, pressure hubungan umur dengan gangguan
gauge untuk mengukur tekanan akibat penyelaman pada penyelam
pada kompresor dan ADCP tradisional di Karimunjawa Jepara.
(Acoustic Doppler Current Profiler)
untuk mengukur suhu pada Tabel 2. Analisis Hubungan antara
kedalaman. Indeks Masa Tubuh dengan
Analisis data yang dilakukan Gangguan Akibat Penyelaman
menggunakan analisis univariat dan pada Penyelam Tradisional di
bivariate. Analisis bivariate Karimunjawa, Jepara
menggunakan uji statistic chi square IMT Gangguan Akibat Total p-
Penyelaman value
dengan tingkat kepercayaan 95% (p Sakit (-) Sakit
= 0,05) untuk menguji hubungan f % f % f %
antara faktor risiko gangguan akibat >25 5 62,5 3 37,5 8 100 0,868
≤25 21 65,6 11 34,4 32 100
penyelaman dilakukan dengan Total 26 65,0 14 35,0 40 100
bantuan program SPSS. Rumus Penyelam tradisional yang
yang digunakan adalah : memiliki IMT > 25, sebanyak 62,5%
(݂‫ ݋‬− ݂݁)ଶ
ܺଶ = ෍ mengalami gangguan akibat
݂݁ penyelaman, dan penyelam
X2 = Chi Square tradisional yang memiliki IMT ≤ 25,
fo = Frekuensi Observasi sebanyak 65,6% memiliki
fe = Frekuensi Harapan mengalami gangguan akibat
penyelaman. Hasil uji statistik
menggunakan chi square test untuk
mengetahui hubungan IMT dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN gangguan akibat penyelaman pada
475
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

penyelam tradisional di Karimunjawa mengalami gangguan akibat


Jepara diperoleh p-value sebesar penyelaman, dan penyelam
0,868, maka tidak terdapat tradisional yang memiliki waktu
hubungan IMT dengan gangguan penyelaman pada sore hari,
akibat penyelaman pada penyelam sebanyak 69,6% memiliki
tradisional di Karimunjawa Jepara. mengalami gangguan akibat
penyelaman. Hasil uji statistik
Tabel 3. Analisis Hubungan antara menggunakan chi square test untuk
Masa Kerja dengan Gangguan mengetahui hubungan waktu
Akibat Penyelaman pada penyelaman dengan gangguan
Penyelam Tradisional di akibat penyelaman pada penyelam
Karimunjawa, Jepara tradisional di Karimunjawa Jepara
Masa Gangguan Akibat Total p- diperoleh p-value sebesar 0,481,
Kerja Penyelaman value
(thn) Sakit (-) Sakit maka tidak terdapat hubungan waktu
f % f % f % penyelaman dengan gangguan
>10 21 91,3 2 8,7 23 100 0,001 akibat penyelaman pada penyelam
≤10 5 29,4 12 70,6 17 100
Total 26 65,0 14 35,0 40 100 tradisional di Karimunjawa Jepara.
Penyelam tradisional yang
memiliki masa kerja > 10 tahun, Tabel 5. Analisis Hubungan antara
sebanyak 91,3% mengalami Frekuensi Penyelaman dengan
gangguan akibat penyelaman, dan Gangguan Akibat Penyelaman
penyelam tradisional yang memiliki pada Penyelam Tradisional di
masa kerja ≤ 10 tahun, sebanyak Karimunjawa, Jepara
f selam Gangguan Akibat Total p-
29,4% memiliki mengalami (kali/hari) Penyelaman value
gangguan akibat penyelaman. Hasil Sakit (-) Sakit
uji statistik menggunakan chi square f % f % f %
>3 8 100,0 0 0 8 100 0,02
test untuk mengetahui hubungan ≤3 18 56,3 14 43,7 32 100
masa kerja dengan gangguan akibat Total 26 65,0 14 35,0 40 100
penyelaman pada penyelam
tradisional di Karimunjawa Jepara Penyelam tradisional yang
diperoleh p-value sebesar 0,001, memiliki frekuensi penyelaman > 3
maka terdapat hubungan masa kerja kali/hari, sebanyak 100% mengalami
dengan gangguan akibat gangguan akibat penyelaman, dan
penyelaman pada penyelam penyelam tradisional yang memiliki
tradisional di Karimunjawa Jepara. frekuensi penyelaman ≤ 3 kali/hari,
sebanyak 56,3% memiliki
Tabel 4. Analisis Hubungan antara mengalami gangguan akibat
Waktu Penyelaman dengan penyelaman. Hasil uji statistik
Gangguan Akibat Penyelaman menggunakan chi square test untuk
pada Penyelam Tradisional di mengetahui hubungan frekuensi
Karimunjawa, Jepara penyelaman dengan gangguan
Waktu Gangguan Akibat Total p- akibat penyelaman pada penyelam
selam Penyelaman value tradisional di Karimunjawa Jepara
Sakit (-) Sakit
f % f % f % diperoleh p-value sebesar 0,02,
Pagi 10 58,9 7 41,8 17 100 0,481 maka terdapat hubungan frekuensi
Sore 16 69,6 7 30,4 23 100 penyelaman dengan gangguan
Total 26 65,0 14 35,0 40 100
akibat penyelaman pada penyelam
Penyelam tradisional yang tradisional di Karimunjawa Jepara.
memiliki waktu penyelaman pada Tabel 6. Analisis Hubungan antara
pagi hari, sebanyak 58,9% Waktu Istirahat dengan Gangguan
476
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Akibat Penyelaman pada penyelaman dengan gangguan


Penyelam Tradisional di akibat penyelaman pada penyelam
Karimunjawa, Jepara tradisional di Karimunjawa Jepara
Wkt Gangguan Akibat Total p- diperoleh p-value sebesar 0,001,
istrht Penyelaman value
(mnt) Sakit (-) Sakit maka terdapat hubungan kedalaman
f % f % f % penyelaman dengan gangguan
≤60 26 66,7 13 33,3 39 100 0,168 akibat penyelaman pada penyelam
>60 0 0 1 100,0 1 100
Total 26 65,0 14 35,0 40 100 tradisional di Karimunjawa Jepara.
Penyelam tradisional yang
memiliki waktu istirahat di Tabel 8. Analisis Hubungan antara
permukaan ≤ 60 menit, sebanyak Kecepatan Naik ke Permukaan
66,7% mengalami gangguan akibat dengan Gangguan Akibat
penyelaman, dan penyelam Penyelaman pada Penyelam
tradisional yang memiliki waktu Tradisional di Karimunjawa,
istirahat di permukaan > 60 menit, Jepara
Ascent Gangguan Akibat Total p-
tidak terdapat memiliki mengalami Penyelaman value
gangguan akibat penyelaman. Hasil Sakit (-) Sakit
uji statistik menggunakan chi square f % f % f %
Cepat 26 96,3 1 3,7 27 100 0,001
test untuk mengetahui hubungan Tidak 0 0 13 100,0 13 100
waktu istirahat dengan gangguan Cepat
akibat penyelaman pada penyelam Total 26 65,0 14 35,0 40 100

tradisional di Karimunjawa Jepara Penyelam tradisional yang


diperoleh p-value sebesar 0,168, memiliki kecepatan naik ke
maka tidak terdapat hubungan waktu permukaan dengan cepat, sebanyak
istirahat dengan gangguan akibat 96,3% mengalami gangguan akibat
penyelaman pada penyelam penyelaman, dan penyelam
tradisional di Karimunjawa Jepara. tradisional yang memiliki kecepatan
naik ke permukaan dengan tidak
Tabel 7. Analisis Hubungan antara cepat, tidak terdapat responden
Kedalaman Penyelaman dengan yang mengalami gangguan akibat
Gangguan Akibat Penyelaman penyelaman. Hasil uji statistik
pada Penyelam Tradisional di menggunakan chi square test untuk
Karimunjawa, Jepara mengetahui hubungan kecepatan
Deep Gangguan Akibat Total p-valuenaik ke permukaan dengan
(m) Penyelaman gangguan akibat penyelaman pada
Sakit (-) Sakit
f % f % f % penyelam tradisional di Karimunjawa
>10 25 83,3 5 16,7 30 100
Jepara diperoleh p-value sebesar
0,001
≤10 1 10,0 9 90,0 10 100 0,001, maka terdapat hubungan
Total 26 65,0 14 35,0 40 100 kecepatan naik ke permukaan
Penyelam tradisional yang dengan gangguan akibat
memiliki kedalaman penyelaman > penyelaman pada penyelam
10 meter, sebanyak 83,3% tradisional di Karimunjawa Jepara.
mengalami gangguan akibat
penyelaman, dan penyelam PEMBAHASAN
tradisional yang memiliki kedalaman Faktor Karakteristik Individu
penyelaman ≤ 10 meter, sebanyak Tidak adanya perbedaan yang
10% memiliki mengalami gangguan signifikan antara umur yang muda
akibat penyelaman. Hasil uji statistik dengan umur yang tua menjadikan
menggunakan chi square test untuk tidak adanya hubungan dengan
mengetahui hubungan kedalaman gangguan akibat penyelaman.
477
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kondisi fisiologi yang produktif nutrisi yang diperlukan atau


membuat para penyelam tradisional dikonsumsi oleh tubuh.12
merasa tubuhnya sehat sehingga
dapat menjalankan aktifitasnya Faktor Karakteristik Penyelaman
sebagai penyelam tradisional Hasil penelitian menunjukkan
padahal mereka sedang menimbun semua responden melakukan
penyakit-penyakit yang berakibat penyelaman minimal selama 60
fatal di kemudian hari akibat menit. Semakin lama menyelam
kesalahan mereka dalam teknik semakin banyaknya nitrogen yang
penyelaman. Banyak penyelam diserap tubuh dapat mengakibatkan
muda yang terkena dekompresi di hal-hal yang tidak diinginkan seperti
umur-umur 20 tahunan ataupun lemas di dalam air, pusing dan
yang terkena barotrauma. kedinginan. Pada kebanyakan kasus
Indeks masa tubuh penyelam gejala penyakit penyelaman seperti
tradisional tidak mempengaruhi dekompresi terjadi setelah 6 jam,
kesehatan mereka selama dan yang sering terjadi dalam 1 jam
melakukan penyelaman. Namun pertama setelah melakukan
dalam hal penyelaman obesitas atau penyelaman. Keluhan yang biasa
gemuk berpengaruh pada ruang terjadi seperti sakit pada persendian,
ventilasi paru-paru karena pada saat kulit kemerah-merahan, dada terasa
proses kontraksi dan bukaan sesak, pusing dan pada kasus
diagfragma terutama pada proses dekompresi yang berat
pernafasan perut tidak terjadi ruang menyebabkan kesulitan berbicara
ventilasi yang maksimal karena dan gemetar ketika gelembung-
bukaan diagragma terhalang oleh gelembung nitrogen menyerang otak
timbunan lemak dalam tubuh kecil. Penelitian ini juga sejalan
sehingga kapasitas vital paru dengan Alfred A. Bove dalam
mengalami penurunan yang nyata. artikelnya yang berjudul
Para responden rata-rata “Decompression Sickness” bahwa
mempunyai indeks massa tubuh lama waktu yang dihabiskan saat
yang normal dan kurus, maka itu penyelaman dalam lingkungan yang
tidak terdapat hubungan yang bertekanan merupakan salah satu
signifikan antara IMT dengan faktor risiko terjadinya penyakit
gangguan akibat penyelaman. gangguan penyelaman terutama
Berdasarkan teori yang dekompresi.13
dikemukakan Campbell (2010) Hasil penelitian menunjukkan
dalam “Prevention of bahwa semua penyelam tradisional
Decompression Accidents” tidak menggunakan APD yang
mengkategorikan beberapa lengkap. Ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya penyakit faktor terjadinya penyakit gangguan
dekompresi, diantaranya adalah akibat penyelaman. Ini sejalan
kelelahan yang dipengaruhi oleh dengan penelitian Parasetiyo (2015)
masa kerja. Faktanya kelelahan juga menunjukkan bahwa terdapat
merupakan gejala halus dari hubungan yang signifikan antara
penyakit dekompresi. Kelelahan penggunaan alat pelindung diri
disebabkan oleh lama kerja ataupun dengan kejadian dekompresi pada
beban kerja, bahwa semakin berat penyelam tradisional di Pulau Lae-
beban kerja atau lama kerja maka lae Kota Makassar dengan p-value
semakin banyak pula energi dan 0,002.14

478
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Menurut hasil wawancara di berkurangnya ruang udara di tubuh


lapangan, terjadinya waktu penyelam termasuk pada paru-
penyelaman antara menyelam pagi parunya. Hal ini memungkinkan
atau sore tidak merupakan salah terjadi pecahnya alveolus pada paru-
satu alasan untuk menghindari paru yang berakibat pada kurangnya
penyakit penyelaman. Para elastisitas paru.
penyelam lebih memperhatikan Menurut data di lapangan,
faktor kenyamanan saat menyelam. penyelam kompresor masih kurang
Hasil wawancara dilapangan memperhatikan prosedur
menunjukkan minimal penyelam keselamatan dengan naik ke
melakukan penyelaman dalam permukaan secara cepat tanpa
sehari sebanyak 3 kali dan paling melakukan safety stop. Mereka
banyak 6 kalo dalam sehari. Sejalan hanya mengandalkan perasaan saat
dengan penelitian Ekawati (2005) naik, ini dilakukan karena masih
menunjukkan bahwa ada hubungan sedikit informasi yang mereka
yang signifikan antara frekuensi rata- ketahui tentang bahaya penyelaman.
rata menyelam per hari dengan Kurangnya pengetahuan dan
kejadian barotrauma membran rendahnya pendidikan para
timpani pada penyelam tradisional di penyelam membuat mereka kurang
Kecamatan Semarang Utara Kota mengerti tentang keamanan dalam
Semarang dengan p-value 0,003.15 penyelaman.
Hasil wawancara di lapangan Hasil pengamatan di lapangan
menunjukkan rata-rata penyelam menunjukkan tekanan yang
tradisional istirahat sebelum digunakan para penyelam tradisional
penyelaman berikutnya selama ≤60 untuk mengalirkan udara dari
menit. Bahkan ada yang hanya 15 kompresor rata-rata sebesar 92,75
menit setelah melakukan bar. Kompresor yang digunakan
penyelaman yang berjam-jam. Para para penyelam tradisional adalah
penyelam langsung kembali kompresor tambal ban. Hanya saja
melakukan aktifitas penyelamannya. telah dimodifikasi dengan
Mereka tidak mau membuang waktu menambahkan selang udara
terlalu lama di permukaan. Selagi panjang dan mouthpiece untuk
mereka sehat mereka akan menyalurkan udara melalui mulut.
melakukan penyelaman. Sejalan Kompresor ini tidak dilengkapi
dengan penelitian Ekawati (2005) dengan system penyaring dan
menujukkan bahwa tidak terdapat dekatnya jarak antara saluran masuk
hubungan waktu istirahat dengan dan knalpot kompresor, maka
kejadian barotrauma membran kualitas udara yang dihirup para
timpani pada penyelam tradisional di penyelam menjadi sangat buruk.
Kecamatan Semarang Utara Kota
Semarang dengan p-value 0,646.15 Faktor Karakteristik Lingkungan
Seorang penyelam tradisional Hasil pengamatan di lapangan
yang turun disetiap kedalaman 1 atm menunjukkan suhu pada kedalaman
akan mengakibatkan perbedaan rata-rata sebesar 30,58°C. Suhu
tekanan. Fisiologi tubuh akan dibagi menjadi 2 kategori yaitu
mengalami perubahan yang sangat dingin (< 30°C) dan normal (30°C).
besar. Efek penting dari kedalaman Pada pagi hari rata-rata suhu
adalah pemempatan gas menjadi sebesar 30,54°C dan pada siang
volume yang semakin kecil. Semakin hari sebesar 30.61°C di perairan
dalam semakin menyebabkan Karimunjawa. Penelitian yang
479
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dilakukan oleh Dinda et all (2012) akibat penyelaman pada


menunjukkan suhu air laut di penyelam tradisional di
Karimunjawa berkisar antara 30°C Karimunjawa, Jepara.
sampai 30,5°C pada permukaan 2. Ada hubungan antara masa kerja,
dengan sebaran terbesar terlihat frekuensi penyelaman,
pada kedalaman 30 meter berkisar kedalaman, dan kecepatan naik
antara 29°C sampai 29,9°C. 16 ke permukaan dengan gangguan
Menurut hasil wawancara akibat penyelaman pada
menunjukkan bahwa semua penyelam tradisional di
penyelam tradisional yang Karimunjawa, Jepara
melakukan penyelaman di pagi
maupun sore hari selalu merasa SARAN
kedinginan pada tubuhnya saat dan 1. Bagi Dinas Kelautan Perikanan
setelah menyelam. Dingin pada Sebaiknya menambah sarana
tubuh disebabkan lamanya dan prasarana untuk pekerja
penyelaman yang dilakukan. penyelam tradisional.
Penyelam tradisional juga 2. Bagi Puskesmas Karimunjawa
menggunakan pakaian yang Sebaiknya seluruh pihak
seadanya yang tidak dapat Puskesmas ikut berperan dalam
melindungi suhu tubuh untuk tetap menyebarkan informasi mengenai
normal. kesehatan penyelaman.
Menurut Alfred A. Bove 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
(2013) dalam artikelnya yang Bisa menciptakan alat
berjudul “Decompression Sickness” penyelaman yang sederhana
risiko terjadinya penyakit dengan kualitas yang baik dan
dekompreso meningkat dengan terjangkau oleh para penyelam
banyak faktor seperti suhu.13 tradisional dan mengembangkan
Pernyataan ini sejalan dengan artikel penelitian dengan mengukur
yang ditulis oleh Campbell (2010) kecepatan naik seorang
yang berjudul “Prevention of penyelam dengan acuan dive
Decompression Accidents” bahwa table agar tidak terkena penyakit
air dingin membuat vasokonstriksi akibat penyelaman.
sehingga nitrogen sulit untuk
dikeluarkan sedangkan air hangat DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan vasodilatasi 1. Lasabuda R. Tinjauan Teoritis
(pelebaran pembuluh darah) dan dalam Perspektif Negara
posisi kepala di bawah Kepulauan Republik Indonesia. J
meningkatkan eliminasi nitrogen. Itu Ilm Platax. 2013;I:92–101.
merupakan salah satu faktor 2. Retnowati E. Nelayan Indonesia
terjadinya penyakit dekompresi. dalam Pusaran Kemiskinan
Penyelam yang kedinginan lalu Struktural (Perspektif Sosial,
mandi dengan air panas atau Ekonomi dan Hukum).
hangat, dapat merangsang Perspektif. 2011;XVI(3).
pembentukan gelembung dalam 3. Badan Pusat Statistik Kabupaten
tubuh.12 Jepara. Jepara Dalam Angka
2011. Badan Pusat Statistik dan
KESIMPULAN BAPPEDA Kabupaten Jepara;
1. Tidak ada hubungan antara umur, 2011.
IMT, waktu penyelaman dan 4. Prasetyo AT, Soemantri JB,
waktu istirahat dengan gangguan Lukmantya. Pengaruh
480
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kedalaman dan Lama Menyelam dekompresi dan barotrauma


terhadap Ambang-Dengar pada nelayan penyelam di
Penyelam Tradisional dengan Kecamatan Karimun Jawa
Barotruma Telinga. ORLI. Kabupaten Jepara. Universitas
2012;42(2). Gajah Mada; 2007.
5. Yunus A. Meraba Indonesia 12. Campbell E. Prevention of
Ekspedisi “Gila” Keliling Decompression Accidents.
Nusantara. Jakarta: Serambi Available from:
Ilmu Semesta; 2011. http://www.scuba-
6. Lutfhi OM, Yamindago A, Dewi doc.com/Riskdcs.html
CSU. Perbaikan standar 13. Bove AA. Diving Medicine.
keamanan penyelaman nelayan Pennsylvania: Cardiology
kompresor kondang merak, Section, Temple University
malang dengan penggunaan School of Medicine; 2013.
scuba (self-containted 14. Parasetiyo. Hubungan Perilaku
underwater breathing Menyelam dengan Kejadian
apparatus). J Innov Appl Penyakit Dekompresi pada
Technol. 2015;1(2):165–9. Penyelam Tradisional di Pulau
7. Alaydrus MA, Usbud M, Yulianto Lae-lae Kota Makassar Tahun
A, Julianto GE. Study of General 2015. Universitas Hassanudin;
Paralysis In Fishermen Divers 2015.
Barrang Lompo Island Land 15. Ekawati T. Analisis Faktor Risiko
Districts of Ujung Tanah Barotrauma Membrana Timpani
Makassar City. Int J Technol pada Nelayan Penyelam
Enhanc Emerg Eng Res. Tradisional di Kecamatan
2014;2(9). Semarang Utara, Kota
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Semarang. Universitas
dan Transmigrasi Republik Diponegoro; 2005.
Indonesia No. 16. Dinda, Yusuf M, Sugiyanto DN.
KEP.56/MEN/III/2009 Tentang Karakteristik Arus, Suhu dan
Penetapan Standar Kompetensi Salinitas di Kepulauan
Kerja Nasional Indonesia Sektor Karimunjawa. J Oceanogr.
Pariwisata Bisang Kepemanduan 2012;1(2):186–96.
Wisata Selam. IPCS.
Environmental Health Criteria
150. Benzene. WHO. 1993.
9. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Makalah Pelatihan
Pelatih (TOT) Penyelam
Tradisional. Surabaya; 2000.
10. Smith JL, Egan JN. Sinyal-sinyal
Bahaya Tubuh Anda dari Ujung
Rambut hingga Ujung Kaki.
Jakarta: Ufuk Press PT. Cahaya
Insani Suci; 2008. Health
Organization (WHO). Air Quality
Guidelines for Europe.
Copenhagen. 2000 : 62-65.
11. Kartono SA. Prevalensi dan
faktor risiko kejadian penyakit
481

You might also like